PENGELOLAAN HUTAN PERUM PERHUTANI KPH RANDUBLATUNG TAHUN 2010 (RINGKASAN PUBLIK) I. PENDAHULUAN Perum Perhutani (PP 30/2003) adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbasis Sumberdaya Hutan (SDH) yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan hutan (hutan produksi dan hutan lindung) berdasarkan prinsip perusahaan dalam wilayah kerjanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Maksud dan Tujuan perusahaan pengelolaan hutan harus diarahkan kepada suatu bentuk pengusahaan yang memperhatikan aspek kelestarian ekonomi, sosial dan ekologi (lingkungan). A.Maksud Perusahaan adalah : a. Menyelenggarakan usaha di bidang kehutanan yang menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan memadai guna memenuhi hajat hidup orang banyak dan memupuk keuntungan. b. Menyelenggarakan pengelolaan hutan sebagai ekosistem sesuai dengan karakteristik wilayah untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari segi ekologi, sosial, budaya dan ekonomi bagi perusahaan dan masyarakat sejalan dengan tujuan pembangunan nasional dengan berpedoman kepada rencana pengelolaan hutan yang disusun berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan. B.Tujuan Perusahaan, adalah : 1. Tujuan Pengelolaan Umum Mengelola sumber daya hutan KPH Randublatung untuk memproduksi kayu jati yang berkualitas secara lestari dan menjamin bahwa fungsi dan jasa hutan baik secara ekonomi, ekologi, maupun sosial secara terus-menerus dipertahankan dan ditingkatkan. 2. Tujuan pengelolaan produksi sumberdaya hutan a. Mengelola sumber daya hutan berdasarkan prinsip dan kriteria yang secara internasional diakui untuk memproduksi hasil hutan secara lestari. Secara lebih detail tujuan ini dijabarkan menjadi:
Melestarikan dan meningkatkan potensi sumber daya hutan
Meningkatkan produktivitas lahan dan tegakan hutan 1
Meningkatkan kualitas tegakan hutan
b. Mengkonservasi, melindungi dan mengelola hutan berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari, yang didesain sedemikian rupa sehingga memperhatikan kepentingan keanekaragaman hayati, tanah, sumber air dan masyarakat desa hutan secara proporsional. c. Mengembangkan sistem pemanenan hasil hutan yang memiliki dampak negatif minimal terhadap lingkungan. d. Memastikan adanya perlindungan terhadap sumberdaya hutan. e. Pemanfaatan
hutan
secara
rasional
dan
bijaksana
dengan
menjaga
dan
mengembangkan produktivitas dan potensi hutan. f.
Melaksanakan sistem lacak balak (CoC) dengan konsisten.
3. Tujuan pengelolaan lingkungan a. Menjamin dilakukannya pengelolaan lingkungan yang benar dan bertanggung jawab. b. Mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan. c. Mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman hayati hutan baik vegetasi maupun satwa liar. d. Menetapkan minimal 10% dari luas kawasan hutan diperuntukkan sebagai kawasan perlindungan keanekaragaman hayati, yang didalamnya sekurang-kurangnya 5% dari luas kawasan diperuntukan sebagai keterwakilan hutan alam (hutan alam sekunder). e. Melindungi jenis-jenis dan habitat satwa RTE (Rare, Threathened, Endangered) f.
Melakukan penanganan dan penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3) secara benar dan bertanggung jawab.
g. Mempertahankan kawasan hutan yang memiliki fungsi hidroorologis.
h. Menjaga dan meningkatkan keberadaan kawasan hutan yang mempunyai nilai konserfasi tinggi baik nilai ekologi mupun nilai sosial. 4. Tujuan pengelolaan sosial a. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan secara proporsional. b. Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam kegiatan pengelolaan hutan.
2
c. Memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar hutan untuk mendapatkan bahan makanan, sumber air, bahan bakar, obat-obatan tradisional, pendidikan lingkungan dan rekreasi hutan. d. Peningkatan produk dan jasa hutan, pendapatan, devisa negara dan lapangan kerja. e. Mengendalikan dampak negatif terhadap perubahan sosial dan lingkungan serta mendorong partisipasi masyarakat dalam pengembangan kesempatan berusaha dan perlindungan hutan. Strategi Pengelolaan : Berorientasi kepada meminimalisasi dampak negatif dari pengelolaan hutan dan meningkatkan manfaat serta keuntungan yang sebesar-besarnya pada keanekaragaman hayati, sosial dan ekonomi masyarakat sekitar hutan.
3
II. KEADAAN UMUM A. Letak Geografis Pengelolaan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung berada di bawah manajemen Unit I Jawa Tengah yang secara administratif terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan. KPH Randublatung mempunyai batas kawasan hutan yang terdiri dari sebelah utara berbatasan dengan KPH Blora, sebelah timur berbatasan dengan KPH Cepu, sebelah selatan berbatasan dengan KPH Ngawi Unit II Jawa Timur dan sebelah selatan berbatasan dengan KPH Gundih. Secara administrasi wilayah kerja Perum Perhutani KPH Randublatung berada di Kabupaten Blora (31.736,0 = 97,8 %), dan Kabupaten Grobogan (702,7 ha = 2,2 %). B. Kondisi Fisik 1. Kondisi Iklim Wilayah hutan KPH Randublatung dan sekitarnya beriklim tropis, yang ditandai oleh terdapatnya musim hujan dan musim kemarau yang bergantian sepanjang tahun. Terletak pada ketinggian 75 - 245 mdpl, dengan tipe iklim antara tipe C sampai dengan E menurut Schmidt & Ferguson. Lingkungan dengan type iklim ini sangat cocok untuk ditanami tegakan jenis jati. Temperatur rata-rata 31o C, dan curah hujan rata-rat 2072 mm/tahun. 2. Bentuk Wilayah Wilayah KPH Randublatung terletak pada ketinggian 75 - 245 meter di atas permukaan laut, mempunyai bentuk lapangan datar, miring, berombak serta bergelombang yang kebanyakan tidak terlalu curam, kecuali di daerah RPH Jegong BH Banglean dan RPH Temetes/BH Bekutuk yang berbatasan dengan BH Banjarrejo. Bukit-bukit tertentu dalam kawasan hutan Bagian Hutan Banglean dan Banyuurip merupakan bukit-bukit yang sambung menyambung sampai daerah RPH Sugih/BH Randublatung. C. Hidrologi Wilayah hutan di KPH Randublatung cukup banyak memiliki aliran sungai namun sungai-sungai tersebut teraliri air hanya pada musim penghujan. Kualitas air sungai di kawasan hutan KPH Randublatung cenderung kurang baik untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi masyarakat, yang ditandai dengan kadar kapur yang tinggi serta warna air yang keruh.
4
D. Sumber Daya Hutan 1. Pembagian Wilayah Kerja Pengelolaan kawasan hutan KPH Randublatung dibagi menjadi dua sub-KPH yaitu Sub-Utara dan Sub-Selatan yang terdiri dari 6 (enam) Bagian Hutan (BH), 12 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) serta 44 Resort Pemangkuan Hutan (RPH). Guna kepentingan kegiatan perencanaan, wilayah hutan KPH Randublatung dikelompokkan ke dalam 6 (enam) bagian hutan yaitu : 1. Bagian Hutan Banglean
:
4.889,0 ha
2. Bagian Hutan Banyuurip
:
5.044,3 ha
3. Bagian Hutan Bekutuk
:
4.793,1 ha
4. Bagian Hutan Doplang
:
5.801,5 ha
5. Bagian Hutan Ngliron
:
6.235,8 ha
6. Bagian Hutan Randublatung
:
5.110,1 ha
Jumlah
:
Sedangkan
menurut
pembagian
31873.8 ha (tanpa alur)
wilayah
kerja,
pengelolaan
hutan
KPH
Randublatung terbagi ke dalam 2 Sub Kesatuan Pemangkuan Hutan (SKPH), yaitu SKPH Randublatung Utara dan SKPH Randublatung Selatan. Masing-masing SKPH terbagi ke dalam Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH). Jumlah BKPH dan luas masing-masing tersaji sebagaimana Tabel 1.
Pembagian
wilayah
kerja
KPH Randublatung Tabel 1. Pembagian wilayah kerja KPH Randublatung Sub KPH Randublatung Utara
Sub KPH Randublatung Selatan
BKPH
RPH
Luas ( ha )
BKPH
RPH
Luas ( ha )
1
2
3
4
5
6
Temuireng
1. Trembes
662,4 Beran
24. Bodeh
2. Dawung
722,2
25. Kd.sambi
592,6
3. Alasmalang
753,7
26. Menden
605,6
883,2 3.021,5
Jumlah
2.294,8
4. Kaligawan Jumlah Trembes
5. Padas
714,0 Boto
27. Sugih
6. Botoreco
460,4
28. Sumengko
5
1.096,6
1.029,7 794,5
Sub KPH Randublatung Utara
Sub KPH Randublatung Selatan
BKPH
RPH
Luas ( ha )
BKPH
RPH
Luas ( ha )
1
2
3
4
5
6
J Tanggel
7. Balong
763,5
29. Boto
564,0
8. Nglencong
934,0
30. Beran
532,8
Jumlah
Jumlah
2.921,0
756,2 S.gender
31. Kepoh
847,3
10. Delok
757,3
32. Kwojo
785,8
11. Bogorejo
699,0
33. S.gender
707,7
9. Kalipang
J
Jumlah
Temanjang 12. Jambean
J Ngliron
2.212,5
Jumlah
2.340,8
627,3 Banyuurip
34. Banyuurip
770,6
13. Gumeng
650,3
35. Serut
621,6
14. Temetes
612,2
36. Ngampel
731,3
15. Banyuurip
778,4
37. Gadung
663,6
Jumlah
2.693,3
Jumlah
2.787,1
16. Kd.ringin
806,5 Pucung
38. Kemadoh
860,1
17. Ngliron
743,0
39. Pucung
991,9
18. Banyuasin
719,2
40. Banglean
922,5
19. Ngodo
899,7
Jumlah Kd.jambu
2.871,9
20. Soko
3.168,4 1.077,9 Kemadoh
Jumlah
2.774,5
41. Singget
568,6
21. Jtkusumo
576,3
42. Karang
534,4
22. Kd.jambu
797,1
43. Klanding
497,0
23. Gdbecici
717,0
44. Jegong
609,7
Jumlah
3.168,3
Jml. Sub KPH Rdb Utara
Jumlah
16830.4 Jml. Sub KPH Rdb Selatan
2.209,7 15.043.4
*) Luas tidak termasuk alur Sumber : RPKH KPH Randublatung Jangka 2003-2012
2. Pembagian Wilayah Berdasarkan Tujuan Pengelolaan Untuk kepentingan pengelolaan, kawasan hutan di wilayah KPH Randublatung dibagi menjadi 3 (tiga) kawasan pengelolaan yaitu kawasan untuk produksi, kawasan perlindungan dan kawasan penggunaan lain. Kawasan hutan KPH
6
Randublatung seluas 32.438,7 ha merupakan Kelas Perusahaan Jati yang berdasarkan tujuan pengelolaannya terdiri dari: a. Kawasan hutan untuk tujuan produksi Kawasan hutan untuk Tujuan Produksi 28.082,8 ha atau (86,6%) Pembagian kawasan produksi pada dasarnya mengacu pembagian kelas hutan pada SK Dirjen 143/KPTS/DJ/I/1974. Kawasan hutan untuk tujuan produksi merupakan lapangan-lapangan untuk menghasilkan kayu dan/atau hasil hutan lainnya. Kawasan hutan untuk tujuan produksi terbagi menjadi dua yaitu kawasan untuk produksi jati dan bukan untuk produksi jati. Kawasan untuk produksi jati terdiri atas areal produktif (Kelas Umur/KU [KU IXI], Masak Tebang/MT dan Miskin Riap/MR) dan areal tidak produktif (Lapangan Tebang Habis Jangka Lampau/LTJL/THJL, Tanah Kosong/TK, Tanaman Kayu Lain/TKL,
Hutan
Alam
Kayu
Lain/HAKL,
Tanaman
Jati
Bertumbuhan
Kurang/TJBK, dan Hutan Alam Jati Bertumbuhan Kurang). Sedangkan Kawasan bukan untuk produksi jati terbagi menjadi areal tak baik untuk jati (Tanah Kosong Tak Baik untuk Jati/TKTBJ, Tanaman Jati Merana/TJM dan Hutan Alam Jati Merana/HAJM) dan areal Tanaman Jenis Kayu Lain/TJKL. Secara ringkas pembagian kawasan produksi Sbb : Tabel 2. Pembagian Kawasan Menurut Kelas Hutan No
Kelas Hutan
Sat
RPKH 2003
Th.2008
1
2
3
4
5
I 1.1.
II
Untuk Penghasilan Kayu Jati Untuk Perusahaan Tebang Habis Jml Menghasilkan (Produktif) Jml Tidak Menghasilkan Jml Baik Utk Perusahaan Teb. Habis Tak Baik Untuk Perusahaan Teb. Habis Jml Untuk Penghasilan Kayu Jati (I) Bukan Untuk Penghasilan Kayu Jati Jml Tak Baik Utk Jati (2.1.) Jml Bukan Utk Produsi Ky Jati (II) Jml Untuk Menghasilkan (A) Bukan Untuk Penghasilan Jml Bukan Untuk Penghasilan (B) Jumlah (A + B) 7
Hasil Audit Th.2009 Th.2010 6
7
Ha Ha Ha
22.179,0 24.644,0 24.778,6 24.821,8 8.204,8 2.706,5 2.691,5 2.806,6 30.383,8 27.628,4
Ha Ha
205,4 0,0 0,0 0,0 30.589,2 27.350,5 27.470,1 27.628,4
Ha Ha Ha
13,2 5,5 5,5 9,5 672,0 733,9 615,3 454,4 31.261,2 28.084,4 28.085,4 28.082,8
Ha Ha
1.202,9 4.379,7 4.378,7 4.355,9 32.464,1 32.464,1 32.464,1 32.438,7
Berdasakan Kelas Hutan tersebut diatas ditetapkan Etat (tebangan tahunan menurut luas dan volume yang diperkenankan) guna mendukung kelestarian hasil/hutan, sebagai tabel 3 berikut : Tabel 3. Etat Jangka 2003-2013 No 1
1 2 3 4 5 6
BH
Umur Rata-rata
Umur Teb Rata-rata
Etat Luas ( Ha )
2
3
4
5
Doplang Bekutuk Ngliron Randublatung Banyuurip Banglean KPH Randublatung
24 27 30 18 32 39
54 57 60 48 62 69
Etat Massa ( M3 ) 6
97,0 76,1 114,0 79,4 85,5 90,1 542,1
6.442,0 6.830,0 11.615,0 7.445,0 9.451,0 8.857,0 50.640,0
Sumber : RPKH 2003-2013
Cara perhitungan etat : Inventari hutan untuk memperoleh susunan kelas hutan sehingga menghasilkan kelas hutan produktif (KUI-KUVII, MR, MT), data bonita, dan Kbd rata-rata per kelas Umur. Data diperoleh dengan membuat PU (Petak Ukur dengan ukuran luas 0,02; 0,04; 0,10 Ha berbentuk lingkaran) dengan Intensitas Sampling ½ - 2 ½ %. Penentuan PU menggunakan sampling sistimatik dengan penentuan awal secara acak. Berdasarkan Kelas Hutan produktif dihitung umur rata-rata dari tanaman, untuk menentukan umur tebang rata-rata (UTR) = URT + ½ x Daur. Berdasarkan hasil UTR dipergunakan untuk menghitung volume akhir per Kelas Umur. Etat luas per tahun dihitung dari jumlah luas hutan produktif (KU I - KUVII, MR, MT) dibagi daur. Etat volume (massa) per tahun dihitung dengan cara penjumlahan volume per kelas umur dibagi daur.
b. Kawasan Perlindungan Pada Hutan Produksi Kawasan perlindungan adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian
lingkungan
yang
mencakup
sumberdaya
alam,
sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. 8
kawasan perlindungan KPH Randublatung ditetapkan sebesar 3.318,3 Ha atau 10,23 % dari total luas pengelolaan (32.438,7 Ha). Tabel 4. Pembagian kawasan perlindungan No
Uraian
Luas (ha)
%
1
2
3
4
I
II
Kawasan Paerlindungan Setempat (KPS) A.Sepadan Sungai B.Sepadan Mata Air C.Sepadan Jurang Jumlah I Kawasan Paerlindungan Khusus (KPKh) A.Hutan Alam Sekunder (HAS) `- HAS Kesongo `- HAS Bekutuk `- HAS Randublatung Jumlah II B.Kawasan Perlindungan Plasma Nufah `- KPPN bangklean `- KPPN Randublatung Jumlah III C.Kuburan D.Pertapan / Situs E.Hutan Koleksi Randublatung Jumlah IV JUMLAH TOTAL I+ II +III + IV
912,4 57,2 159,0 1.128,6
778,8 331,3 550,8 1.660,9 259,9 199,4 459,3 34,7 2,4 32,4 69,5 3.318,3
2,81 0,18 0,49 3,48
2,40 1,02 1,70 5,12 0,80 0,61 1,42 0,11 0,01 0,10 0,21 10,23
Sedangkan berdasarkan hasil survai kawasan hutan KPH Randublatung terdapat Kawasan yang
mempunyai nilai konsrvasi
tinggi terbagi dalam 6 kelompok
yaitu : a. NKT 1 : Kawasan yang mempunyai tingkat keragaman hayati penting Guna Mendukung ekosistem cagar alam Bekutuk (yang kewenangannya oleh BKSDA), KPH Randublatung menetapkan zona penyangga (HAS Bekutuk) seluas 331,3 . Selain itu terdapat Savana dan Hutan Rawa dataran rendah terletak di wilayah Sumber Lumpur Kesongo pada petak 141a BKPH Trembes seluas 105,9 Ha. Kawasan Sumber Lumpur Kesongo merupakan sarang 19 jenis aves yang perlu adanya perlindungan aves migran diantaranya adalah burung Kuntul Putih (Bulbucus ibis), Bangau Tongtong (Leptotilos javanicus), 9
Belibis Batu (Dendrocygna javanica), Bambangan Merah (Ixopbrychus
cinnamomeus) dan Cangak Merah (Ardea purpurea). Guna mendukung pengelolaan
ekosistem
kawasan
Sumber
Lumpur
Kesongo,
KPH
Randublatung menetapkan zone penyangga (HAS Kesongo) seluas 672,9 Ha. b. NKT 2 : Kawasan bentang alam yang penting bagi denamika ekologi secara alami. Unit Managemen Hutan memiliki kawasan alami yang berisi dua atau lebih ekosistem dengan garis batas yang tidak terputus / berkesinambungan. Savana Kesongo (79,9 Ha), Rawa Kesongo (16,0 Ha) dan Lumpur Kesongo (10,0 Ha) merupakan kawasan ekosistem alami dengan garis batas yang tidak terputus (berkesinambungan). Unit Manajemen Hutan juga mempunyai populasi spesies yang ada secara alami dalam jumlah yang layak. Berdasarkan survey biodiversity telah ditentukan 6 (enam) species interest yaitu Jelarang bilalang (Ratufa affinis) dengan habitat di KPPN Banglean seluas 259,9 Ha , Kuntul putih (Bubulcus
ibis) dengan habitat di kawasan Sumber Lumpur dan HAS Kesongo seluas 778,8 Ha, Biawak (Varanus salvator), dengan habitat di KPPN Banglean, CA dan HAS Bekutuk dan KPPN Randublatung seluas 816,0 Ha, Merak (Pavo
muticus) dengan habitat di KPPN Banglean, CA dan HAS Bekutuk dan KPPN Randublatung seluas 816,0 Ha dan Elang bido (Spilornis cheela) dengan habitat di KPPN Banglean, CA dan HAS Bekutuk, Sumber Lumpur dan HAS Kesongo, Kawasan Curam dan KPPN Randublatung seluas 1.753,8 Ha. c. NKT 3 : Kawasan yang mempunyai ekosistim langka atau terancam punah Unit managemen hutan berisi ekosistem langka, terancam dan hampir punah. Yang termasuk dalam kategori NKT 3 adalah hutan rawa dataran rendah dan savana yang terletak di dalam kawasan Lumpur Kesongo. Hutan rawa seluas 16 Ha dan Savana seluas 79,9 Ha adalah sarang 19 jenis aves yang perlu adanya perlindungan aves migran antara lain burung Kuntul Putih ( Bulbucus
ibis), Bangau Tongtong (Leptotilos javanicus), Belibis Batu (Dendrocygna
10
javanica), Bambangan Merah (Ixopbrychus cinnamomeus) dan Cangak Merah (Ardea purpurea). d. NKT 4 : Kawasan yang menyediakan jasa-jasa lingkungan alam Unit Managemen Hutan menyediakan pasokan utama kebutuhan air minum. Dalam kawasan hutan KPH Randublatung ditemukan mata Air sebanyak 7 buah dengan total luas mata air dan kawasan perlindungannya seluas 57,8 Ha. Mata air tersebut adalah Sendang Wedok seluas 10,1 Ha, Sendang Lanang seluas 9,8 Ha, Sendang Kuwung seluas 2,1 Ha, Sendang Salak seluas 10,1 Ha, Sendang Apit seluas 6,8 Ha, Mata air Banyuasin seluas 8,7 Ha dan Sendang Tutupan / Delok seluas 10,2 Ha. Mata air ini merupakan pemasok kebutuhan air minum dan MCK bagi masyarakat yang hidup di sekitar kawasan hutan KPH Randublatung, dan bila mata air ini rusak masyarakat tidak lagi memiliki sumber alternatif pasokan air lainnya. Unit Managemen Hutan juga memiliki bagian yang sangat penting akan area tangkapan air. Sempadan Sungai DAS Solo (866,5 Ha) dan Sempadan Sungai DAS Serang (42,9 Ha) merupakan DAS Prioritas yang memiliki peranan penting dalam menjaga kontinuitas pasokan air untuk masyarakat yang hidup di sekitar kawasan hutan KPH Randublatung. e.NKT 5 : Kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat lokal Masyarakat lokal menggunakan Unit Managamen Hutan untuk pemenuhan kebutuhan dasar atau mata pencaharian. Peranan penting sumberdaya hutan KPH
Randublatung
dalam
pemenuhan
kebutuhan
dasar
pencaharian terletak pada nilai-nilai dalam kegiatan
atau
mata
tanaman sistem
tumpangsari dan PLDT, pemenuhan kebutuhan kayu bakar dan pemenuhan kebutuhan hijauan makanan ternak bagi masyarakat sekitar hutan. f.NKT 6 : Kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk identitas budaya tradisional komunitas lokal Masyarakat setempat menganggap bahwa hutan merupakan bagian yang sangat penting. Di wilayah KPH Randublatung ditemukan situs sebanyak 9 buah situs ekologi dan 8 buah situs budaya dan religi, dimana semuanya sudah
11
diidentifikasi, ditatabatas secara permanen, dilindungi dan dimonitor oleh Managemen KPH Randublatung dalam kelola lingkungan dan sosial.
c. Kawasan Penggunaan Lain Kawasan Penggunaan Lain seluas 1037,6 ha (3,2%) adalah area-area yang digunakan diluar kepentingan pengelolaan hutan. Dalam kawasan ini dapat pula berupa arael-areal untuk pendukung kegiatan pengelolaan seperti kelas hutan LDTI (alur, pekarangan dinas, jalan, SUTT, bangunan dan penggunaan lain). Adapun peta pembagian kawasan berdasarkan tujuan pengelolaan seperti tersaji berikut
Gambar 1.Peta Kawasan Perlindungan KPH Randublatung
12
PEMBAGIAN KAWASAN BERDASARKAN TUJUAN PENGELOLAAN KPH RANDUBLATUNG (AKHIR TAHUN 2010)
SS 91 2,4 KPS 1 .1 28,6 SMA 57,20
Jurang K. Lumpur Kesongo
1 59
HAS
KESONGO
1 05,9
765,6
KawasanPenyangga
BEKUTUK
1 660,9
659,7
328,8 RANDUBLATUNG 551 ,5 BANGLEAN
KAW ASAN PERLINDUNGAN 331 8,3
KPPN
259,9
459,3
RANDUBLATUNG 1 99,4
KW S. PERLKHUSUS
Kuburan
2.1 89,7
34,7 35,1 Pertapaan/ situs 2,4 HutanKoleksi 32,4
KUI 1 1 009,3 KU
KUII
24298,9
4321 ,8
Produktif
MT
KUIII
24821 ,8
0
2634,5
UNTUKPRODUKSI JATI 27628,40
MR
KUIV
522,9
1 774,9 KUV
LTJL 255,8 TJBK TidakProduktif 2806,6
21 68,9 TK 33,5 TKL 348,4
1 385,2 KUVI 1 556,4 KUVII 734,5 KUVIII 777,7 KUI IX 1 04,6
HUTAN PRODUKSI
KW SUTKPRODUKSI
32438,70
28082,80
TKL
KUX
TKLJ
KUXI
0 BaikUtkJati 444,9
0 TJKL
BUKANU/ PRODJATI
444,9
454,4
TKTBJ 0 TidakBaikUtkJati
TKLTBJ
9,5
5,5 TM 4
Eks PohonPlus 34,0 Alur 564,9 PD 22,60 KAW ASANPENGGUNAAN LAIN
LDTI
Jalan
1 035,50
1 037,6
SIJTT 1 1 6,50 Bang. Lain TBP
1 5,2
2,1 PenggunaanLain P. Lain
282,3
Gambar 2. Bagan Pembagian Kawasan 13
E. Biologi Hutan Jati KPH Randublatung merupakan hutan tanaman dengan sebaran umur tegakan di bawah sepuluh tahun hingga 80 tahun dan bahkan lebih. Selain jati, terdapat tanaman jenis rimba antara lain mahoni (Sweitenia macrophylla), kepuh (Sterculia foetida), salam (Syzygium polyantha), duwet (Syzygium cumini), secang (Caesalpinia bonducella), kesambi (Schleichera oleosa), johar (Cassia seamea) dan pilang (Acacia leucophloea), sono (Pterocarpus sp.), mulwo (Anona reticulata), wungu (Lagerstroema speciosa), mulwo (Anona reticulata), tutup (Mallotus sp), ploso (Butea
monosperma), walikukun (Actinophora fragrans), serut (Streblus asper), ingas (Gluta renghas) serta klampok (Eugena aguea). Pada kawasan hutan KPH Randublatung juga diperkaya dengan berbagai jenis fauna hutan yang menjadikan hutan sebagai tempat hidup, mencari makan dan berkembang biak. F. Sosial Ekonomi KPH Randublatung dengan luas wilayah 32.438,7 Ha dikelilingi oleh 34 desa yang terdiri dari 32 desa di wilayah Kabupaten Blora dan 2 desa di wilayah Kabupaten Grobogan. Interaksi yang besar dari masyarakat terhadap keberadaan hutan menjadikan tekanan terhadap hutan tinggi. Luas wilayah dan jumlah penduduk yang berada di sekitar kawasan hutan KPH Randublatung tersaji pada Tabel 5. berikut : Tabel 5. Penduduk Sekitar Kawasan Hutan dan Tingkat Pendidikan Kabupaten Luas Jenis Kelamin Jml Pendidikan (Ha) Lk Pr Pddk SMP SMA & Up 1
Blora Grobogan Jumlah %
2
38,619.7 702.7 39,322.4
3
4
5
72,252 7,505 79,757
75,168 6,658 81,826
49.4
50.6
147,437 14,167 161,604
6
10.3% 13.7% 10.3%
7
9.6% 1.10%
Sumber : Sumber SDS 2009 dan analisa data Monografi Desa
Pola penggunaan lahan dan mata pencaharian masyarakat di daerah sekitar KPH Randublatung tersaji pada Tabel 6, berikut :
14
Tabel 6. Pola Penggunaan Lahan dan Mata Pencaharian No. 1 2 3 4 5
Peruntukan Pemukiman Sawah Ladang Hutan Lain-lain
Mata Pencaharian Petani Buruh Tani Pedagang Aparatur Negara Lain-lain
% 10,17 17,32 11,99 60,49 0,03
% 43,46 13,47 3,60 6,77 32,68
Sumber : .SDS 2009 dan Analisa data monografi desa
. Berdasarkan Tebel 4 dan Tabel 5, terlihat bahwa masyarakat yang ada di sekitar hutan yang produktif (bekerja) kurang lebih sebanyak 56,9% (bekerja sebagai petani dan buruh tani), hal ini diduga ada kaitannya dengan tingkat pendidikan masyarakat yang mengenyam SMA atau lebih hanya 8,8%. Selain dari pada itu, Mengingat lingkungan biofisik yang ada disekitar masyarakat didominasi oleh hutan, maka interaksi masyarakat terhadap hutan relatif tinggi sebagaimana tersaji pada Tabel 7, berikut : Tabel 7, Penyerapan tenaga kerja sampai Desember 2010 No.
LMDH / Desa
1
2
1 Wana Lestari Botoreco 2 Kesonggo Makmur Bendoharjo 3 Jati Kusumo Tahunan 4 Jati Murni Jeruk 5 Bulurejo Bekutuk 6 Lestari Tobo 7 Wonodadi Pengkol Jagong 8 Rimba bantala Buloh 9 Rimba Lestari Doplang
Perbenihan L P Jml 3
4
-
-
5
-
Pembibitan L P Jml 6
7
-
8
-
Tanaman L P Jml 9
0 26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
15
Pemeliharaan L P Jml
10
11
12
14 -
40 -
14 3 3 3 8 8 -
13
8 2 1 2 4 4 -
tebangan Kam L p Jml
14
15
16
17
22 5 4 5 12 12 -
20 -
11 -
30 -
18
-
2
Jml 19
62 5 4 5 32 12 12 -
No.
LMDH / Desa
1
2
10 Langgeng Jati Tanggel 11 Jati Lestari Kadengan 12 Jati denok Lestari Jatisari 13 Ngudi Karyo Banjarejo 14 Sido Dadi Mulyo Ngliron 15 Sido Makmur Jatiklampok 16 Wana Sumber rejeki Semanggi 17 Sinar Harapan Kutukan 18 Wahana Krida Muda Kediren 19 Wana Asri Wulung 20 Wonosari Kalisari 21 Wana Lestari Jegong 22 Jati Lestari Jati 23 Jati Mulyo Singget 24 Wana Sumber rejeki Bangkleyan 25 Wana Alam subur Pelem 26 Jati Mukti Plosorejo 27 Jati Makmur Kepoh 28 Wana Bersemi Gempol 29 Jati Makmur Sambongwangan 30 Ngudi Jati Lestari Bodeh
Perbenihan L P Jml 3
-
4
-
5
-
Pembibitan L P Jml 6
-
7
-
8
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
L
9
29 9 16 5 25 7 16 8 2 4 4 31 22 4 -
16
Tanaman P Jml 10
15 5 9 2 14 4 9 5 1 2 2 17 12 2 -
11
44 14 25 7 39 10 25 13 3 6 6 48 34 6 -
Pemeliharaan L P Jml
12
53 16 30 7 19 20 21 10 28 9 7 82 24 18 23 18 3 9 -
13
29 8 16 4 10 11 12 6 15 5 4 44 13 10 12 9 2 5 -
14
82 24 46 10 29 30 33 16 43 14 10 126 37 28 35 27 5 14 -
L
15
20 29 13 4 4 10 -
tebangan Kam p Jml 16
11 15 7 2 2 5 -
17
30 44 20 6 6 15 -
18
2
2 4 6 2 2
4 5
4 2
Jml 19
156 24 106 10 76 41 78 28 70 13 17 16 130 48 34 93 63 5 35 -
31 Wana Jati waseso Gembyungan 32 Ngudi Rahayu Kel.Randublatung 33 Jati Unggul Mendenrejo 34 Wana Tani Temulus Total KPH
5 5
3 3
- - - - 8 12 - - - 8 12
6 6
0 0 0 0 18 29 0 0 42 0 18 279
16 22 150
45 64 429
9 8 65 24 541
5 5 35 13 292
14 13 100 37 833
8 106
4 57
12 163
35
26 13 171 101 1.486
Disamping pekerjaan pokoknya sebagai petani atau buruh tani, sebagian masyarakat juga melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan hutan, diantaranya pemanfaatan lahan dibawah tegakan (tanaman temulawak, porang, pengambilan rumput untuk pakan ternak), perencekan (pengambilan rencek untuk kebutuhan hidup sehari-hari yaitu memasak atau kalau lebih bisa dijual), pemungutan daun ( pemanfaatan daun jati untuk kebutuhan sendiri kalau lebih dijual) dan kegiatan lain yang terkait dengan pengelolaan hutan. Dengan laju pertumbuhan penduduk ± 0,58 % per tahun memberikan tekanan yang cukup besar terhadap hutan.
Lahan pertanian berupa sawah dan tegalan yang ada di sekitar
wilayah kerja KPH Randublatung luasnya sangat terbatas, maka lahan hutan menjadi tempat garapan (mata pencaharian) guna mencukupi kebutuhan ekonomi. Interaksi negatif sering muncul, yang pada akhir-akhir ini sangat dirasakan dampaknya dan merupakan ancaman terhadap keberadaan kawasan hutan. Salah satu solusi yang dikembangkan oleh Perhutani KPH Randublatung adalah pengelolaan hutan melalui pola kemitraan dan bagi hasil (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat = PHBM).
17
III.
MONITORING DAN EVALUASI
A. Realisasi Kelola Produksi 2010 Pengelolaan kawasan hutan KPH Randublatung sebagai penghasil kayu jati merupakan kegiatan jangka panjang yang mengelola/mengatur segala sumber daya yang ada untuk mendapatkan hasil secara lestari. Sehingga perencanaan yang mantap terhadap keadaan struktur hutan yang normal pada jangka waktu daur tebang akan mempengaruhi kelangsungan pengelolaan perusahaan. Rencana pengelolaan aspek produksi adalah meliputi kegiatan-kegiatan yang langsung berhubungan dengan pengelolaan hutan sebagai komunitas tegakan kayu jati dan rimba antara lain terdiri dari tanaman (penanaman), pemeliharaan, dan pemanenan
Untuk meminimalkan dampak negatif kegiatan penebangan terhadap lingkungan, dilakukan upaya-upaya : 1. Lokasi penebangan tidak terkonsentrasi pada 1 (satu) hamparan yang luas, rencana penebangan seluas 260,3 Ha dilakukan pada 16 lokasi yang berbeda dan jarak antar lokasi berjauhan. 2. Pemeriksaan kondisi lapangan (berkaitan dengan aspek lingkungan) sebelum pelaksanaan tebangan. 3. Melatih tenaga penebangan, agar mampu melaksanakan penebangan yang ramah lingkungan. 4. Tidak membuang limbah (oli bekas, bahan bakar) pada lokasi tebangan. 5. Penyaradan kayu tidak menggunakan alat berat (traktor/skider), melainkan dengan sapi. 6. Penyaradan dilakukan pada lokasi berkemiringan < 8 %, sedang pada lokasi berkemiringan > 8 % dengan memikul. 7. Pemeriksaan kondisi lapangan (berkaitan dengan aspek lingkungan) setelah pelaksanaan tebangan dan merencanakan perbaikan dampak negatif yang timbul akibat penebangan. 8. Perlindungan ketenaga kerjaan berupa Jamsostek dan K3 diberikan kepada karyawan dan pekerja yang bekerja pada bidang pekerjaan beresiko tinggi.
18
Peralatan tebangan yang digunakan, adalah : 1. Chain saw. 2. Bow saw atau gergaji tangan. Gegaji tangan pada umumnya digunakan untuk memotong/menebang kayu/pohon yang berukuran kecil. 3. Baji 4. Palu 5. Meteran/meet band Untuk melindungi pekerja , diberlakukan penerapan Sistem Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Tindakan yang dilakukan dalam penerapan SMK3, antara lain :
Penggunaan tenaga tebang yang terampil.
Melatih tenaga kerja hingga menjadi terampil.
Melengkapi pekerja dengan alat pelindung diri (sarung tangan, helm, kaca mata, sepatu safety/sepatu boot, sirine).
Menyediakan P3K.
Mengadakan pengarahan sebelum pekerjaan tebangan dimulai
Realisasi kegiatan kelola produksi KPH Randublatung tahun 2010 sebagaimana tersaji pada Tabel 8, berikut: Tabel 8. Realisasi Kelola Produksi Tahun 2010 No. 1
1
2
3
4
Kegiatan
Sat.
Rencana Th 2010
Realisasi Th 2010
2
3
4
5
Persemaian a. Jati b. Rimba Tanaman Tahun I a. Tanaman Rutin b. Tanaman Pembangunan Pemeliharaan Tanaman Th. Ke II (Tan. 2009) a.Tanaman Rutin b. Tanaman Pembangunan Pemeliharaan Tanaman Th. Ke III (Tan. 2008) a. Tanaman Rutin 19
Plc Plc
549.496,000 706.443,000
579.496,000 706.443,000
Ha Ha
114,500 728,000
114,500 728,000
Ha Ha
222,600 546,900
222,600 546,900
Ha
272,200
272,200
5 6 7 8
9 10
b. Tanaman Pembangunan Pemeliharaan Tanaman Th. Ke IV (Tan. 2007) Pemeliharaan Tanaman Th. Ke V (Tan. 2006) Pemeliharaan (Penjarangan) Monitoring Hama-Penyakit
Ha
464,700
464,700
Ha
2.409,700
2.409,700
Teresan Tebangan a. A.2 Jati (Tebang Habis)
Ha
b.
B (Jati)
c.
E (Pemeliharaan - Penjarangan)
Ha Ha Petak
Ha Pohon M3 Ha Pohon M3 Ha Pohon M3
1.470,500 1.470,500 5.113,900 2.835,800 Semua ptk Pembrantasan pengelolaan benalu seluas 14.6 Ha 2681 pohon 232,6
232,6
260,300 18.851,000 30.501,000 229,000 15.435,000 2.905,000 2.835,800 66.511,000 3.149,000
260,300 18.851,000 31.501,850 229,000 15.435,000 1.955,440 2.835,800 66.511,000 2.706,840
Kegiatan persemaian terealisasi 102 %, dengan komposisi jenis jati mencapai 46 % dan jenis rimba (kesambi, mahoni, mindi, kepoh, asam jawa, trembesi, nyamplung) mencapai 56 %. Pembuatan persemaian yang terdiri dari berbagai jenis, adalah untuk menghindari terbentuknya tanaman/tegakan hutan monokultur, melainkan untuk mendukung terwujudnya kondisi hutan yang memiliki keanekaragaman jenis vegetasi yang mampu mempertahankan kestabilan ekosistem. 1. Kegiatan Tanaman Tahun I terealisasi 100 % baik dari jnis tanaman jati maupun jenis tanaman rimba. 2. Pencapai
target volume
produksi
tebangan
tebangan A.2 mencapai target sedangkan
KPH
Randublatung untuk
tebangan B1 tidak mencapai target
karena pohon banyak yang pogog, growong dan penyakitan sedangkan tebangan E tidak mencapai target karena ini memang merupakan tebangan pemeliharan, yang ditebangan pohon-pohon yang penyakitan, tertekan dan tumbuh kerdil saja.
20
B. Realisasi Kelola Lingkungan 2010 Pengelolaan kawasan hutan KPH Randublatung dalam kaitannya dengan fungsi lingkungan disadari merupakan bagian yang sangat penting. Hutan sebagai ekosistem dengan fungsi-fungsi alami (natural) yang melekat padanya harus dipertahankan dan ditingkatkan. Aspek-aspek kelola lingkungan adalah : Fisik-kimia a. Hidrologi Tercapainya kualitas kawasan hutan yang mampu berfungsi dalam perlindungan tata air (dapat menyimpan air di musim penghujan dapat mengeluarkannya dimusin kemarau), pencegahan dan pengendalian erosi. b. Kesuburan - Terwujudnya kondisi hutan yang memiliki kemampuan dalam mempertahankan dan meningkatkan kesuburan hutan, dengan cara menanam jenis-jenis tanaman leguminase seperti lamtoro, - kemlandingan dan jenis tanaman pertaniannya adalah kacang tanah,
dan lain
lain. - Meminimalkan penggunaan bahan-bahan berbahaya dan beracun di dalam kawasan hutan. Biologi a. Satwa Terjaminnya keberadaan satwa langka, terancam dan hampir punah, melalui perlindungan habitat-habitatnya. b. Vegetasi Terwujudnya kondisi hutan yang memiliki keanekaragaman jenis vegetasi yang mampu mempertahankan kestabilan ekosistem. Realisasi
kegiatan kelola Lingkungan KPH Randublatung tahun 2010 sebagaimana
tersaji pada Tabel 9, berikut:
21
Tabel 9, Realisasi kelola lingkungan tahun 2010 No.
Rencana Kegiatan
1
I
Realisasi 2
Pengamatan Hidrologi dan Kualitas Air a. Debit air (KRS)
b.
Sedimentasi
c.
Total Suspension Sold (TTS)
d.
Curah hujan
II
Pengamatan Erosi Tanah
III
Biologi 1 Satwa a. Pemantauan satwa liar
b. Pemantauan satwa RTE
2 Vegetasi (Struktur dan keanekaragaman) IV
Penanganan/Pengelolaan HCVF(KBKT)
V
Penanganan KPS (Kawasan Perlindungan Setempat)
3
Debit (KRS) KPH Randublatung Baik, diperoleh dengan nilai 9.7 masih dibawah ambang batas baku mutu ( 50 ) Nilai sidementasi baik menujukan angka 0.14 mm/th masih dibawah 2 mm/th Masih tinggi diperoleh angka 441.3 mg/l sedangkan maksimal 400 mg/l Curah hujan Wilayah Randublatung sebanyak 2072 mm/th Baik, erosi tanah menujukan angka 0,06 mm/th masih dibawh indek erosi ( < 1 mm/th )
Telah diketemukan 161 jenis satwa liar yang terdiri dari 17 jenis Mamalia, 30 jenis Reptilia, 114 jenis aves, dari 161 jenis tersebut terdapat 19 satwa yang dilindungi Ditemukan 8 jenis mamalia, 3 jenis Harpeto dan 14 jenis aves. persiapan pengkayaan dengan jenis rimba lokal sebagai habitat satwa RTE yang sudah sampai tahap persemaian. Selain itu kegiatan yang telah dilakukan kegiatan berupa patroli/pengamanan hutan. KPH Randublatung mempunyai 22 jenis tumbuhan bawah, 134 jenis semai, 138 jenis paancang, 69 jenis tiang, 41 jenis Pohon Telah mereboisasi kawasan dengan jenis lokal, Melakukan perawatan hutan secara intensifdan pemasangan papan larangan penebangan,perburuan,pengembalaan serta pembakaran hutan Pada tahun 2010 KPH Randublatung telah membuat persemaian rimba campur sebanyak 706.444 plances dan 11 jenis tanaman lokal. Sampai dengan Desember 2010, sudah rehabilitasi dan atau pengkayaan pada sempadan sungai dengan jenis rimba campur serta melakukan 22
VI
Penanganan Kawasan Perlindungan Khusus (KPKh)
VII
a.
Situs budaya
b.
Kuburan
c.
Wana Wisata
d.
Hutan Alam Skunder (HAS)
e.
Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah (KPPN)
Pemantauan Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
VIII Penanganan TK-TJBK
Melakukan kegiatan pemeliharaan situs-situs budaya dan ekologi, pemasangan plang larangan berburu dan penggarapan lahan serta sosialisasi tentang kawasan bernilai konservasi tinggi, pemeliharaan pagar tanaman, mengadakan patroli dan membuat tempat peristirahatan para pengunjung. Telah diadakan pembersihan lokasi dan perawatan batas pagar Pemberian makanan ternak, Pembabatan tumbuhan bawah, dangir,dan pemupukan serta telah dilakukan patroli rutin Pengamanan dan pemasangan papan larangan perburuan Telah melakukan penanaman pengkayaan seluas 133.4 Ha dengan jenis-jenis tanaman lokal dan jenis-jenis yang dapat menghasilkan buah sebagai sumber pakan satwa dan tempat berkembang biak serta tempat bersarang satwa RTE. Kegiatan yang telah dilakukan kegiatan berupa patroli/pengamanan hutan, pelarangan kegiatan berburu dan penandaan batas. Tidak dketemukan B3 yang tidak diperkenankan oleh FSC, WHO, dan PP.No74 tahun 2001. kebanyakan masyaarakat menggunakan Raundup, Phonska, Spontan, Gandasil AB, Sampurna, SP 36, NPK dan manuver Telah diketemukan tanah kosong (TK) sebanyak 33,5 Ha karena tanaman gagal sebagai akibat tanah kritis
Dari kegiatan pemantauan satwa liar di wilayah hutan KPH Randublatung diperoleh kelompok satwa Mamalia (17 jenis), Aves (114 jenis), dan Herpetofauna (30 jenis) Berdasarkan skala kualitas lingkungan yang dikeluarkan Soerjani (1989), di kawasan hutan
KPH Randublatung memiliki kualitas lingkungan dalam katagori “SANGAT BAIK”,
dengan keanekaragaman avifauna lebih dari 15 jenis.
Dari hasil pengamatan padatan terlarut/Total Suspension Sold (TSS) KPH Randublaatung dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 mengalami kencenderungan menurun (membaik) .
23
Adapun hasil pengamatan seperti pada tabel 10 sebagai berikut : Tabel 10. Hasil pengamatan padatan terlarut Hasil Pengamatan Padatan Terlarut (TSS) Th.2008 Th.2009 Th.2010 (mg/L)
(mg/L)
(mg/L
1
2
3
2059.5
705.9
441.2
B. Realisasi Kelola Sosial 2010 Pengelolaan kawasan hutan KPH Randublatung dalam kaitannya dengan fungsi sosial menjadi semakin penting mengingat hutan sebagai wilayah terbuka dan telah lama menjadi bagian hidup dari masyarakat di sekitar hutan sehingga hutan harus dikelola dengan baik dan benar serta terus ditingkatkan kemanfaatannya bagi masyarakat di sekitar hutan. Menggali potensi-potensi alam yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memotifasi serta memfasilitasi tumbuhnya usaha-usaha mandiri sehingga diharapkan tekanan sosial terhadap kerawanan hutan dapat dihindari. Kelola sosial terkait dengan masyarakat desa sekitar hutan dilakukan dengan tujuan :
Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
Implementasi sistem PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakt) secara baik dan benar sesuai dengan prioritas dan tata waktunya (tanaman, pemeliharaan/penjarangan, keamanan, pemanenan, berbagai hasil panen kayu nonkayu)
Pemberdayaan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) sehingga menjadi mitra sejajar Perhutani yang handal
Menumbuhkan rasa memiliki hutan sehingga ikut menjaga dan melestarikan hutan
Menumbuhkan perekonomian kearah lebih baik.
Menciptakan keharmonisan hubungan antara masyarakat desa hutan dengan perhutani.
Realisasi kegiatan kelola sosial sebagaimana tersaji pada Tabel 11, Dibawah ini :
24
berikut
perum
Tabel 11. Realisasi Kelola Sosial Tahun 2010 No.
Kegiatan
Satuan
Rencana Realisasi 2010
I
Peningkatan Perekonomian Desa 1 Menyediakan Sumber Mata Pencarian MDH a. Pinjaman dana PKBL b. c. d.
Pelatihan usaha produktif Pelatihan menejemen usaha Memfasilitasi hubungan kemitraan dengan lembaga ekonomi 2 Peningkatan Pendapatan MDH (TPS, PLDT, HH Ikutan/Non Kayu) 3 Peningkatan Fasilitas Desa/Ekonomi a. Bagi hasil produksi b. Pengembangan dan pendampingan usaha Produktif II
III
IV
Kelembagaan 1 Penguatan Pola Hubungan antara Perhutani dan Masyarakat a. Sosialisasi PHBM b. Komunikasi intens c. Memfasilitasi komunikasi dalam/antar strata lembaga d. Memfasilitasi pembentukan Koperasi e. Memfasilitasi pembentukan Forum Komunikasi tingkat desa, mandor Ketenagakerjaan 1 Penyediaan Lapangan Kerja a. Pembinaan Hutan (persemaian, persiapan tanaman, tanaman, pemeliharaan) b. Pengamanan hutan c. Produksi kayu (tebangan) JUmlah total 2 Pelatihan bagi Pekerja Perhutani a. Pelatihan (job training) b. Studi banding Perlindungan Hutan 1 Pengamanan hutan a. Pencurian pohon b. Kebakaran c. Penggembalaan d. Bencana Alam 25
Unit Usaha Orang Orang Kel .Usaha Rp
2010
8
11
6 4 5
90 4 5
29 M
31.9 M
Desa Desa
25 34
28 34
Desa Desa Desa
34 34 34
34 34 34
Unit Unit
3 3
3 3
Orang
1186
1288
Orang Orang
87 274 1537
35 163 1486
Orang Orang
24 34
50 34
Pohon Ha Ha Pohon
1339 454,23 37,5 1025
1422 0 9,5 6958
Perlindungan Ketenagakerjaan (Jamsostek, SMK3)
V
Orang
177
177
1. Penyaluran pinjaman dana PKBL kepada 11 orang/unit usaha dengan nilai
Rp.
58.000.000,-. 2. Kontribusi pengelolaan hutan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat melalui pemungutan hasil hutan non kayu/hasil hutan ikutan (kayu bakar,
daun, rumput,
empon-empon, temulawak,air) dan tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, singkong, pisang) mencapai sekitar Rp. 31.925.117.000,3. Profit shering/Bagi hasil produksi tahun 2010 sebagai salah satu bukti implementasi PHBM
telah
diserahkan
kepada
24
LMDH/Desa
dengan
nilai
mencapai
Rp.2.647.822.032,4. Secara finansial terjadi penurunan gangguan keamanan hutan bila dibandingkan dengan tahun lalu.
GANGGUAN KAMHUT (PENCURIAN POHON) 2006- 2010 14000 12000
NILAI
10000 8000 6000 4000 2000 0 POHON KERUGIAN
2006
2007
2008
2009
2010
4716
2781
1667
1339
1422
12734
7312
4746
320
304
26
NILAI
GANGGUAN KAMHUT (KEBAKARAN HUTAN) 2006 -2010 2000 1000 0 LUAS (Ha) Ker.(xRp.1000)
2006
2007
2008
2009
2010
457.5
975.6
709.1
356.2
0
434
1875
1136
584
0
5. Kemajuan penyelesaian masalah tenurial pada tahun 2010, sebagaimana tersaji pada Tabel 12, berikut : Tabel 12. Penyelesaian Tenurial Type 1
A B Jumlah
Awal'2010
Akhir'2010
2
416,49 3,35 419,84
Keterangan
3
Ha Ha Ha
4
142,2 0,22 142,42
Ha Ha Ha
Turun 66% Turun 93% Turun 66%
Permasalahan tenurial type A sudah dapat ditangani secara serius sehingga mengalami penurunan yang segnifikan, yang semula pada awal tahun 2010 sebanyak 416.49 Ha menjadi 142.20 Ha pada akhir tahun ini artinya turun 274.29 Ha/turun mencapai 66% dan tenurial tipe B yang semula pada awal tahun 2010 sebanyak 3.35 Ha menjadi 0.22 Ha pada akhir tahun 2010 ini berarti turun 2,96 Ha/turun mencapai 93%.
27
IV. RENCANA PENGELOLAAN TAHUN 2011 A. Rencana Kelola Produksi 2011 Rencana kelola Produksi tahun 2011 tersaji sebagaimana Tabel 13,
berikut ini :
Tabel 13. Rencana Kelola Produksi Tahun 2011 No.
Kegiatan
1
2
1
2
3
4
5 6 7 8 9 10
Persemaian a. Jati b. Rimba Tanaman Tahun I a. Tanaman Rutin b. Tanaman Pembangunan Pemeliharaan Tanaman Th. Ke a. Tanaman Rutin b. Tanaman Pembangunan Pemeliharaan Tanaman Th. Ke a. Tanaman Rutin b. Tanaman Pembangunan Pemeliharaan Tanaman Th. Ke Pemeliharaan Tanaman Th. Ke Pemeliharaan (Penjarangan) Monitoring Hama-Penyakit
Rencana Satuan Volume 3
Plc Plc
646.379 950.975
Ha Ha
301,7 884,8
Ha Ha
164,5 708,0
II (Tan. 2008)
III (Tan. 2007)
IV (Tan. 2006) V (Tan. 2005)
Teresan Tebangan a. Tebangan A2
Ha Ha Ha Ha Ha Petak Ha
b. Tebangan B
c.
4
Tebangan E (Pemeliharaan - Penjarangan )
28
Ha Pohon M3 Ha Pohon M3 Ha Pohon M3
187,6 581,9 736,9 2.409,7 3.957,4 Semua petak 260,2 242,8 15.120,0 13.930,0 370,1 8.476,0 3.163,0 3.127,7 85.961,0 4.831,0
B. Rencana Kelola Lingkungan 2011 Rencana kelola Lingkungan tahun 2011 tersaji sebagaimana Tabel 14,
dibawah ini :
Tabel 14. Rencana Kelola Lingkungan Tahun 2011 No. I
Kegiatan
Satuan
Volume
Pengamatan Hidrologi dan Kualitas Air a.
Debit air (KRS)
SPL
19
b.
Sedimentasi
SPL
19
c.
Total Suspension Solid (TSS)
SPL
19
d.
Analisis kimia air
Lokasi
e.
Curah hujan
SPL
25
SPL
15
a. Pemantauan satwa liar
Transek
77
b. Pemantauan satwa RTE
Transek
77
Vegetasi (Struktur dan keanekaragaman)
Transek
77
II
Pengamatan Erosi Tanah
III
Biologi 1
2
6
Satwa
IV
Penanganan KPS (Kawasan Perlindungan Setempat)
Ha
1,128.6
V
Penanganan Kawasan Perlindungan Khusus (KPKh)
Ha
1.660,9
a.
Situs budaya
Ha
2.4
b.
Kuburan
Ha
34.7
c.
Wana Wisata
Ha
32.4
d.
Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah (KPPN)
Ha
459.3
e
Hutan Alam Sekunder (HAS)
Ha
550.8 Semua petak Semua petak
VI
Pembrantasan hama penyakit
Petak
VII
Pemantauan Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Petak
VIII
Pemantauan TK-TJBK
Ha
29
Semua petak
C. Rencana Kelola Sosial 2011 Rencana kelola sosial tahun 2011 sebagai mana table 15 dibawah ini : Tabel 15. Rencana Kelola Sosial Tahun 2011 N0
KEGIATAN
SATUAN
VOLUME
1
2
3
4
I
Peningkatan Perekonomian Desa 1
Menyediakan Sumber Mata Pencarian MDH Unit Usaha
a. Pinjaman dana PKBL b. Pelatihan usaha produktif c. Memfasilitasi hubungan kemitraan dengan lembaga ekonomi 2
Peningkatan Fasilitas Desa/Ekonomi a. Bagi hasil produksi b. Pengembangan dan pendampingan usaha Produktif
Orang Kel. Usaha
7 105 5
Desa Desa
24 34
3
II
III
Peningkatan Fasilitas Desa/Ekonome Desa a. Bagi hasil produksi Desa b. Pengembangan dan pendampingan usaha Kelembagaan 1 Penguatan Pola Hubungan antara Perhutani dan Masyarakat a. Sosialisasi PHBM
Desa
34
b. Komunikasi intens c. Memfasilitasi komunikasi dalam/antar strata lembaga d. Memfasilitasi pembentukan Forum Komunikasi tingkat desa, mandor
Desa Desa
34
Unit
34 1
Ketenagakerjaan 1
2
Penyediaan Lapangan Kerja a. Pembinaan Hutan persemaian, persiapan tanaman, tanaman, pemeliharaan)
Orang
b. Pengamanan hutan
Orang
42
c. Produksi kayu (tebangan)
Orang
304
Pelatihan bagi Pekerja Perhutani 30
1.490
a. Pelatihan (job training) b. Studi banding Perlindungan Hutan
IV
1
V
Pengamanan hutan a. Pencurian pohon
Orang
34
Orang
34
1029
b.
Kebakaran
Pohon Ha
c.
Penggembalaan
Ha
109
d.
Bencana Alam
Pohon
566
Ha Orang
85.42 177
2 Penanganan Tenurial Perlindungan Ketenagakerjaan (Jamsostek, SMK3)
31
271
V.
PENUTUP
Ringkasan
Pengelolaan
Hutan
Perum Perhutani
KPH
Randublatung
disusun
dan
didistribusikan kepada para pihak, agar para pihak dapat mengetahui dan memperoleh informasi tentang Pengelolaan Hutan yang ada pada wilayah Perum Perhutani KPH Randublatung menurut aspek Produksi/Ekonomi, aspek Lingkungan, dan aspek Sosial. Ringkasan Pengelolaan Hutan Perum Perhutani KPH Randublatung disusun berdasarkan hasil kerja yang dilaksanakan oleh Perum Perhutani KPH Randublatung pada tahun 2010 dan rencana kegiatan tahun 2011. Kami menyadari masih banyak hal yang harus dan perlu diperbaiki dalam Pengelolaan Hutan yang ada di wilayah KPH Randublatung, oleh karena itu kami sangat berharap adanya saran/masukan dari para pihak sehingga kami dapat mengelola hutan menuju lestari Produksi/Ekonomi, Lingkungan, dan Sosial secara seimbang.
Randublatung, Pebuari 2011 Administratur/KKPH
Ir. Tri Setya Pratama NIP.PP 1000 222
32
33