PENGARUH TINGGI PENGGENANGAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.)
TITI HAYATI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Tinggi Penggenangan Air terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2013 Titi Hayati NIM A24090037
ABSTRAK TITI HAYATI. Pengaruh Tinggi Penggenangan Air terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.). Dibimbing oleh EKO SULISTYONO. Penelitian ini dilaksanakan di lahan petani di Jabong (Kabupaten Subang), dari bulan November 2012 sampai Februari 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh tinggi penggenangan air terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah. Penelitian dilaksanakan mengikuti rancangan kelompok lengkap teracak faktor tunggal dengan tiga ulangan. Perlakuannya adalah tinggi penggenangan, yaitu (a) penggenangan pada ketinggian air 0 cm; (b) penggenangan pada ketinggian air 2.5 cm di atas permukaan tanah; (c) penggenangan pada ketinggian air -2.5 cm di atas permukaan tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggenangan dengan ketinggian air 0, 2.5, dan -2.5 cm tidak menurunkan tinggi tanaman, jumlah anakan, hasil gabah, maupun seluruh komponen hasil. Penggenangan air -2.5 cm dapat diterapkan dalam budi daya padi sawah. Kata kunci: budi daya padi, irigasi, produksi, tinggi penggenangan air
ABSTRACT TITI HAYATI. Effects of High Water Lodging on Growth and Yield of Lowland Rice (Oryza sativa L.). Supervised by EKO SULISTYONO The experiment was conducted at farmer’s rice field in Jabong (the district of Subang), from November 2012 to February 2013. The objective of this research was to study effects of high water lodging on growth and yield of lowland rice. The experiment was arranged in completely randomized block design single factor with three replications. The treatments was high water lodging, consist of : (a) high water lodging 0 cm; (b) high water lodging 2.5 cm above soil surface; (c) high water lodging -2.5 cm above soil surface. Results showed that high water lodging 0, 2.5, -2.5 cm did not decrease the plant height, number of tiller per hill, as well as grain yield and overall yield components. Therefore, high water lodging -2.5 cm could be executed at the lowland rice cultivation. Keywords: irigation, rice cultivation, water lodging, yield
PENGARUH TINGGI PENGGENANGAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.)
TITI HAYATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi: Pengaruh Tinggi Penggenangan Air terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) Nama : Titi Hayati NIM : A24090037
Disetujui oleh
Dr Ir Eko Sulistyono, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini ialah penggenangan air, dengan judul Pengaruh Tinggi Penggenangan Air terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Eko Sulistyono selaku pembimbing, serta Bapak Agus selaku staf laboratorium pasca panen yang telah memberikan saran. Di samping itu, penghargaan serta ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2013 Titi Hayati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Hipotesis Manfaat Penelitian METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Prosedur Penelitian Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan Tanaman Pengaruh Genangan terhadap Tinggi Tanaman Pengaruh Genangan terhadap Jumlah Anakan Pengaruh Genangan terhadap Bagan Warna Daun (BWD) Hasil dan Komponen Hasil Pengaruh Genangan terhadap Komponen Hasil Pengaruh Genangan terhadap Bobot per Ubinan Pengaruh Genangan terhadap Karakter Malai Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi Pengaruh Genangan terhadap Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii vii vii 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 4 4 4 4 5 6 6 6 7 7 8 8 8 9 11
DAFTAR TABEL
1 2 4 5 6 7 8
Pengaruh Genangan terhadap Tinggi Tanaman Pengaruh Genangan terhadap Jumlah Anakan Pengaruh Genangan terhadap Kecukupan Unsur N Pengaruh Genangan terhadap Komponen Hasil Pengaruh Genangan terhadap Bobot per Ubinan dan Dugaan Hasil Pengaruh Genangan terhadap Karakter Malai Pengaruh Genangan terhadap Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi
5 5 6 7 7 8 8
DAFTAR GAMBAR 1 2
Denah petak penelitian Kondisi lahan sawah setelah irigasi
11 11
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Denah Petak Penelitian Kondisi Lahan Sawah Setelah Irigasi Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sidik Ragam Jumlah Anakan Sidik Ragam Nilai Bagan Warna Daun (BWD) Sidik Ragam Bobot 1000 Butir Sidik Ragam Komponen Hasil Sidik Ragam Bobot per Ubinan dan Dugaan Hasil Sidik Ragam Karakter Malai Sidik Ragam Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi Riwayat Hidup
11 11 11 12 12 12 12 13 13 13 14
PENDAHULUAN Latar Belakang Air dalam pertanian merupakan kebutuhan pokok terutama dalam budi daya padi sawah. Air dalam budi daya padi sawah digunakan untuk pengolahan tanah dan pertumbuhan tanaman. Petani pada umumnya menggunakan air berlebihan pada saat pengolahan tanah. Hal tersebut disebabkan oleh pemberian air dalam jumlah besar dapat mempermudah proses pelumpuran tanah sawah. Petani juga sering melakukan pemberian air berlebihan dengan tinggi penggenangan air lebih dari 5 cm pada saat tanaman padi dipindahtanamkan dari persemaian dan pertumbuhan vegetatif. Pemberian air yang berlebihan tersebut disebabkan oleh penyiangan gulma lebih mudah dilakukan pada saat kondisi tergenang. De Datta (1993) melaporkan bahwa alasan utama penggenangan pada budi daya padi sawah yaitu karena sebagian besar varietas padi sawah tumbuh lebih baik dan menghasilkan produksi yang lebih tinggi ketika tumbuh pada kondisi tergenang. Air mempengaruhi sifat tanaman, unsur hara, dan pertumbuhan gulma yang lebih sedikit pada kondisi tergenang. Kebutuhan air untuk proses pertumbuhan tanaman padi masih belum diketahui secara pasti jumlahnya. Hal tersebut menyebabkan petani melakukan pemberian air yang berlebihan pada lahan sawah. Pemberian air yang berlebihan dapat menimbulkan pemborosan penggunaan air. Cara untuk menjaga ketersediaan air tanpa menimbulkan pemborosan yaitu dengan mengatur tinggi penggenangan air. Arwitas (1988) melaporkan bahwa penggenangan air dalam budi daya padi sawah sebaiknya dilakukan setinggi 2.5-5.0 cm. De Datta (1993) juga melaporkan bahwa penggenangan air terus-menerus dengan tinggi penggenangan 2.5–7.5 cm memberikan produksi padi yang optimum. Hal sebaliknya dilaporkan oleh Uphoff dan Randriamiharisoa (2002) bahwa berdasarkan metode system of rice intensification (SRI) yang menerapkan tinggi penggenangan minimum yaitu 1-2 cm dapat menghemat penggunaan air tanpa menurunkan produksi padi.
Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh tinggi penggenangan terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah, dan mendapatkan tinggi penggenangan yang minimum tanpa mengurangi produksi.
Hipotesis 1. Tingkat penggenangan yang digunakan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah. 2. Terdapat tingkat penggenangan yang optimum.
2 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan tinggi penggenangan yang lebih efisien dibandingkan dengan yang biasa petani lakukan. Tinggi penggenangan minimum dapat menghemat penggunaan air untuk lahan sawah tanpa menurunkan produksi padi.
METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Desa Jabong, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang. Wilayah ini terletak di antara 1070 31' BT sampai 1070 54' BT dan 60 11' LS sampai 60 49' LS. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2012 hingga Februari 2013.
Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan yaitu padi varietas Ciherang. Pupuk yang digunakan yaitu Urea, SP-36, dan KCl. Insektisida yang digunakan berbahan aktif Klorpirifos dan Sipermetrin. Alat yang digunakan, antara lain : alat-alat pertanian, bagan warna daun (BWD), alat ukur (meteran dan penggaris), timbangan, dan gelas ukur.
Prosedur Penelitian Penelitian dimulai dengan pengolahan tanah sawah dilakukan 2 minggu sebelum tanam. Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 20 hari. Bibit ditanam 3-5 bibit per lubang dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm pada petakan yang memiliki panjang 9.25 m dan lebar 4 m. Penyulaman dilakukan pada 1-3 minggu setelah tanam (MST) dengan bibit yang umurnya sama. Pengairan dilakukan sesuai dengan perlakuan yaitu penggenangan air dengan tinggi 0 cm, 2.5 cm, dan -2.5 cm. Pemberian pupuk urea dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada saat tanam, 4 MST, dan 6 MST dengan dosis 200 kg ha -1 dengan proporsi masing-masing 30%, 40%, dan 30%. Pupuk SP-36 dan KCl hanya diberikan satu kali yaitu pada saat tanam dengan dosis 200 kg ha -1 SP-36 dan 100 kg ha -1 KCl. Pengaturan tinggi penggenangan dimulai pada saat tanaman padi berumur 3 MST. Pengaturan tinggi penggenangan dilakukan dengan cara memasang outlet atau tempat keluarnya air setinggi 2.5 cm di atas permukaan tanah untuk pengaturan tinggi penggenangan 2.5 cm, memasang outlet tepat pada permukaan tanah untuk pengaturan tinggi penggenangan 0 cm, dan memasang outlet 2.5 cm di bawah permukaan tanah untuk pengaturan tinggi penggenangan -2.5 cm.
3 Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan vegetatif dan komponen hasil serta hasil panen, dan kadar air tanah sebelum irigasi. Peubah pertumbuhan vegetatif yang diamati diantaranya: 1. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanam (pangkal batang) hingga ujung daun tertinggi pada setiap minggu mulai 3 MST hingga 8 MST. 2. Jumlah anakan pada 3-8 MST. 3. Warna daun diukur dengan bagan warna daun teratas yang telah membuka pada 3-8 MST. Peubah komponen hasil dan hasil tanaman yang diamati diantaranya: 1. Komponen hasil, yaitu jumlah anakan produktif (jumlah malai per rumpun), jumlah gabah per malai, panjang malai, dan bobot 1000 butir tanaman contoh. 2. Karakter malai: bobot gabah isi dan gabah hampa (% bobot) 3. Hasil tanaman, yaitu bobot gabah basah dan kering setiap ubinan berukuran 2.5 m x 2.5 m, serta dugaan hasil gabah kering panen per hektar. Peubah kadar air tanah sebelum irigasi diamati dengan cara : 1. Contoh tanah dalam setiap satuan percobaan diambil kemudian ditimbang bobotnya sehingga didapat bobot basah tanah (BB). 2. Tanah yang telah diambil dioven sehingga didapat bobot kering tanah (BK). BB BK 3. Kadar air (KA) diperoleh dengan rumus KA X 100% BK
Analisis Data Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktor tunggal dengan tiga kali ulangan. Perlakuan adalah: P1 : Tinggi penggenangan 0 cm P2 : Tinggi penggenangan 2.5 cm P3 : Tinggi penggenangan -2.5 cm sehingga terdapat 9 satuan percobaan. Model linear yang digunakan yaitu : Yij = µ + τi + βj + εij dengan keterangan : µ = nilai tengah umum τi = pengaruh perlakuan ke-i βj = pengaruh kelompok ke-j εij = pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i, kelompok ke-j untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan dilakukan uji sidik ragam (uji F). Apabila menunjukkan perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji BNT pada taraf 5%. Data diolah dengan menggunakan SAS.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Desa Jabong, Kabupaten Subang. Kabupaten Subang merupakan salah satu kabupaten di kawasan utara di provinsi Jawa Barat. Wilayah ini terletak di antara 1070 31' BT sampai 1070 54' BT dan 60 11' LS sampai 60 49' LS. Rata-rata curah hujan bulanan pada bulan November 2012 berkisar 201-300 mm, 301-400 mm pada bulan Desember 2012 dan Januari 2013 (BMKG 2012). Hama yang menyerang tanaman pada fase vegetatif yaitu keong mas (Pomocea canaliculata) dan tikus sawah (Rattus argentiventer). Keong mas menyerang tanaman pada 1 MST hingga 4 MST, sedangkan tikus sawah menyerang tanaman pada 7 MST. Pengendalian hama keong mas dilakukan secara manual dengan mengambil keong mas dan telurnya yang menempel pada tanaman padi serta lahan sawah tidak digenangi terus-menerus dari umur 3-4 MST. Hama yang menyerang tanaman pada fase generatif yaitu walang sangit (Leptocorisa spp.) dan burung. Walang sangit menyerang tanaman pada saat tanaman padi masak susu, sedangkan burung menyerang tanaman pada saat tanaman padi masak susu hingga menguning. Menurut Suharto dan Siwi (1991) serangan walang sangit pada tanaman periode masak susu menyebabkan gabah hampa, sedangkan pada padi yang telah berisi menjelang masak menyebabkan gabah berwarna coklat kekuningan sehingga kualitasnya menurun. Hama burung dikendalikan secara mekanis dengan memasang kaleng-kaleng dan plastik disekitar petakan sawah. Gulma yang paling banyak tumbuh di lahan penelitian yaitu Monochoria vaginalis dan Marsilea crenata. Pengendalian gulma dilakukan secara manual. Gulma paling banyak tumbuh pada P3U3 dan P1U2 yang pada umumnya memiliki kondisi tidak tergenang. Menurut De Datta (1993) penggenangan akan menghambat pertumbuhan gulma.
Pertumbuhan Tanaman
Pengaruh Genangan terhadap Tinggi Tanaman Genangan tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada 3 MST hingga 8 MST (Tabel 1). Rata-rata tinggi tanaman hingga 8 MST pada setiap perlakuan berkisar 97.1 cm hingga 98.9 cm. Pertumbuhan tinggi tanaman mengikuti pola meningkat sejak pengamatan pertama (3 MST) hingga pengamatan terakhir (8 MST). Tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan mengindikasikan bahwa air tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini ditunjukkan dengan tinggi tanaman pada penggenangan -2.5 cm yang memiliki kondisi lembab tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman pada penggenangan 0 dan 2.5 cm yang memiliki kondisi tergenang. Menurut Uphoff dan
5 Randriamiharisoa (2002) kondisi tanah sawah yang lembab dan tidak digenangi terus-menerus dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Tinggi tanaman juga dipengaruhi oleh karakteristik varietas yang digunakan. Menurut Syam dan Wuryandari (2008) ketersediaan air irigasi, varietas unggul, dan pemupukan terutama pupuk yang mengandung unsur N memberikan kontribusi yang besar untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Abdullah (2009) varietas Ciherang memiliki rata-rata tinggi tanaman 97 cm. Tabel 1 Pengaruh genangan terhadap tinggi tanaman Tinggi tanaman (cm)
Genangan (cm)
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
-2.5 0 2.5
42.2a 43.6a 42.8a
53.9a 55.0a 54.1a
72.1a 72.5a 70.1a
79.4a 77.4a 78.3a
87.7a 88.7a 89.4a
98.9a 97.1a 98.7a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNT)
Pengaruh Genangan terhadap Jumlah Anakan Tabel 2 menunjukkan bahwa penggenangan 0, 2.5, dan -2.5 cm tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap jumlah anakan per rumpun pada umur 3 MST hingga 8 MST. Jumlah anakan mengalami pertumbuhan yang meningkat pada 3 MST hingga 7 MST dan menurun pada 8 MST. Penurunan jumlah anakan dapat disebabkan oleh matinya sejumlah anakan tidak produktif akibat tidak mendapat pasokan hara, kekurangan air, atau tanaman telah memasuki fase generatif sehingga jumlah anakannya menurun. Menurut Chairani (2006) ketersediaan air dan kecukupan hara bagi tanaman akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, dalam hal ini jumlah anakan. Munarso (2011) melaporkan bahwa penurunan jumlah anakan sejak umur 8 MST disebabkan oleh metabolisme tanaman telah mengarah pada proses generatif dan tidak mampu mengembangkan anakan non produktif. Tabel 2 Pengaruh genangan terhadap jumlah anakan Jumlah anakan (rumpun)
Genangan (cm) -2.5 0 2.5
3 MST 15a 14a 15a
4 MST 26a 29a 27a
5 MST 32a 33a 33a
6 MST 35a 36a 36a
7 MST 39a 39a 41a
8 MST 38a 38a 38a
a Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNT)
6 Pengaruh Genangan terhadap Bagan Warna Daun (BWD) Bagan warna daun merupakan indikator kecukupan unsur N. Nilai BWD 4 menunjukkan titik kritis tercukupinya unsur N. Berdasarkan uji BNT penggenangan 0, 2.5, dan -2.5 cm tidak ada perbedaan nilai kecukupan unsur N (Tabel 3). Nilai BWD pada 3 MST hingga 5 MST memiliki nilai kecukupan unsur N yang sama yaitu 3 dan nilai kecukupan unsur N meningkat pada 6 MST hingga 8 MST. Nilai kecukupan N hingga akhir pengamatan berkisar 3.7 hingga 3.9. Nilai kecukupan N kurang dari 4, hal ini menunjukkan kecukupan unsur N belum terpenuhi. Makarim et al. (1995) melaporkan bahwa tanggap tanaman padi terhadap unsur N dipengaruhi oleh bahan organik, kadar liat, KTK tanah, dan N total tanah . Tabel 3 Pengaruh genangan terhadap kecukupan unsur N Nilai BWD
Genangan (cm) -2.5 0 2.5
3 MST 3.0a 3.0a 3.0a
4 MST 3.0a 3.0a 3.0a
5 MST 3.0a 3.0a 3.0a
6 MST 3.0a 3.1 a 3.0a
7 MST 3.5a 3.8a 3.7a
8 MST 3.7a 3.9a 3.7a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNT)
Hasil dan Komponen Hasil
Pengaruh Genangan terhadap Komponen Hasil Komponen hasil tanaman padi meliputi bobot 1000 butir, jumlah malai per rumpun, panjang malai, dan jumlah gabah per malai. Penggenangan tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap bobot 1000 butir dan komponen hasil lainnya (Tabel 4). Bobot kering (BK) diukur dari bobot gabah setelah dijemur di bawah cahaya matahari, sedangkan bobot basah (BB) diukur pada saat panen. Bobot kering 1000 butir pada setiap perlakuan penggenangan berkisar 26.36 gram hingga 27.33 gram. Menurut Abdullah (2009) bobot 1000 butir padi varietas Ciherang sebesar 24 gram, sedangkan dalam penelitian Astuti (2010) bobot 1000 butir varietas Ciherang sebesar 28.99 gram. Jumlah malai per rumpun (anakan produktif) berkisar 22 hingga 23 malai, panjang malai mencapai 21 cm, dan jumlah gabah per malai berkisar 74 hingga 78 butir gabah pada setiap perlakuan. Menurut Taslim et al. (1993) melaporkan bahwa hasil padi dipengaruhi oleh faktor genetik seperti berat 1000 butir, panjang malai, jumlah anakan, dan faktor lingkungan. Munarso (2011) juga melaporkan bahwa jumlah malai per rumpun, panjang malai, dan komponen hasil lainnya dipengaruhi oleh sifat genotipe varietas yang digunakan.
7
Tabel 4 Pengaruh genangan terhadap komponen hasil Genangan (cm)
BB 1000 BK 1000 Jumlah malai Panjang butir (g) butir (g) per rumpun malai (cm)
Jumlah gabah total per malai
-2.5 0 2.5
27.75a 28.90a 27.19a
78a 74a 77a
26.36a 27.33a 26.73a
23a 22a 23a
21a 21a 21a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNT)
Pengaruh Genangan terhadap Bobot per Ubinan Penggenangan tidak memberikan perbedaan nyata terhadap bobot per ubinan dan dugaan hasil per hektar (Tabel 5). Bobot kering gabah per ubinan berkisar 4.1 kg hingga 4.3 kg pada setiap perlakuan. Dugaan hasil pada setiap perlakuan berkisar 6.6 ton ha-1 hingga 6.9 ton ha-1. Hal ini menunjukkan tanaman padi dapat berproduksi dengan baik pada setiap perlakuan penggenangan. Ketersediaan air untuk pertumbuhan, pemupukan, dan varietas yang digunakan akan mendukung terhadap peningkatan produksi padi. Munarso (2011) melaporkan bahwa peningkatan hasil gabah dapat dipengaruhi oleh komponen hasilnya yaitu jumlah anakan produktif, jumlah malai per rumpun, serta laju pengisian gabah yang lebih efisien sehingga mempunyai presentasi gabah isi dan bobot 1000 butir yang lebih tinggi. Tabel 5 Pengaruh genangan terhadap bobot per ubinan dan dugaan hasil Genangan (cm)
BB (kg)
BK (kg)
Dugaan hasil per ha (ton)
-2.5 0 2.5
5.3a 5.2a 5.5a
4.1a 4.3a 4.2a
6.6a 6.9a 6.7a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNT)
Pengaruh Genangan terhadap Karakter Malai Tabel 6 menunjukkan penggenangan tidak memberikan perbedaan nyata terhadap karakter malai. Rata-rata % bobot gabah isi dan hampa berkisar 64.974.7 % dan 25.3-35.1%. Karakter malai selain dipengaruhi oleh lingkungan, juga dipengaruhi oleh potensi genetik dari varietas yang digunakan. Pada saat penelitian terdapat serangan hama burung pada saat tanaman padi masak susu hingga menguning sehingga mempengaruhi jumlah gabah isi dan hampa. Taslim et al. (1993) melaporkan bahwa serangan hama, tanaman rebah, atau kurangnya air pada saat berbunga akan mempengaruhi pengisian gabah.
8 Tabel 6 Pengaruh genangan terhadap karakter malai
Genangan (cm)
%bobot gabah isi
%bobot gabah hampa
%jumlah gabah isi
%jumlah gabah hampa
-2.5 0 2.5
74.4a 64.9a 74.7a
25.6a 35.1a 25.3a
58.6a 44.5a 51.3a
41.4a 55.5a 48.7a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNT)
Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi
Pengaruh Genangan terhadap Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi Penggenangan tidak memberikan perbedaan nyata terhadap kadar air sebelum irigasi pada 3 MST hingga 7 MST (Tabel 7). Kadar air sebelum irigasi pada awal pertumbuhan yaitu 3 MST dan 4 MST lebih tinggi dibandingkan dengan pada periode pertengahan tumbuh yaitu pada 5 MST hingga 7 MST. Kadar air tanah menunjukkan kapan harus dilakukan irigasi. Untuk menghasilkan produksi yang maksimum irigasi dilakukan jika kadar air tanah tinggal 36% pada awal dan akhir pertumbuhan atau 32% pada saat pertumbuhan cepat (Sulistyono et al. 2005). Tabel 7 Pengaruh genangan terhadap kadar air tanah sebelum irigasi Kadar air (%) Genangan (cm) 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST -2.5 0 2.5
55.8a 56.9a 52.1a
67.5a 72.0a 76.9a
43.2a 48.9a 50.2a
50.4a 54.7a 55.7a
42.1a 46.3a 44.3a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNT)
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penggenangan 0, 2.5, dan -2.5 cm tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan, hasil gabah serta komponen hasil. Rata-rata produktivitas padi varietas Ciherang pada setiap perlakuan penggenangan berkisar 6.6 ton ha-1 hingga 6.9 ton ha-1. Ketersediaan air tanah untuk pertumbuhan tanaman terpenuhi yang ditunjukkan oleh kadar air tanah sebelum irigasi yang tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan penggenangan. Penggenangan -2.5 dapat diterapkan dalam budi daya padi sawah.
9 Saran Disarankan dilakukan penelitian dengan penggenangan yang lebih rendah dari -2.5 cm dan varietas yang digunakan lebih dari satu.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah B. 2009. Progress of rice improvement through reccurent selection. J. Agron. Indonesia. 37(3): 188-193 Arwitas. 1988.Kebutuhan Air Padi Sawah. Hakim M, editor. Padang (ID): Pusat Penelitian Universitas Andalas. Astuti DN, 2010. Pengaruh sistem pengairan terhadap pertumbuhan dan produktivits beberapa varietas padi sawah (Oryza sativa L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Prakiraan hujan bulanan. [diunduh 9 Desember 2012]. Tersedia pada www.bmkg.go.id. Chairani. 2006. Pengaruh fosfor dan pupuk kandang kotoran sapi terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan padi (Oryza sativa) pada lahan sawah tadah hujan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Pertanian. 25(1): 8-17 De Datta SK. 1993. Principles and Practices of Rice Production. Canada (US): John Wiley & Sons, Inc. Makarim AK, Ponimin, Sismiyati, Suroto, Otjim, Hidayat A. 1995. Peningkatan efisiensi dan efektivitas pemupukan N pada padi sawah berdasarkan analisis sistem. Di dalam: Syam M, Hermanto, Musaddad A, Sunihardi, editor. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Simposium Penelitian Tanaman Pangan III; 1993 Agu 23-25; Bogor; Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. hlm 675-681. Munarso YP. 2011. Keragaan hasil beberapa varietas padi hibrida pada beberapa teknik pengairan. J. Agron. Indonesia. 39(3): 147-152. Suharto H, Siwi SS. 1991. Walang Sangit, Kepinding Tanah, Hama Putih, Hama Putih Palsu, Ulat Grayak, Lalat Hidrelia. Soenarjo E, Damardjati D, Syam M, editor. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Sulistyono E, Suwarto, Ramdiani Y. 2005. Defisit evapotranspirasi sebagai indikator kekurangan air pada padi gogo (Oryza sativa L.). Bul. Agron. 33(1): 6-11. Syam M, Wuryandari D. 2008. Kerja sama Indonesia-IRRI: dampak dan antisipasi ke depan. Di dalam: Makarim AK, Suprihatno B, Zaini Z, Widjono A, Widiarta IN, Hermanto, Kasim H, editor. Inovasi Teknologi Tanaman Pangan. Simposium V Penelitian Tanaman Pangan; 2007 Agu 28-29; Bogor; Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitan dan Pengembangan Pertanian. hlm 71-92.
10 Taslim H, Partohardjono S, Djunainah. 1993. Bercocok Tanam Padi Swah. Ismunadji M, Partohadjono S, Syam M, Widjono A, editor. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Uphoff N, Randriamiharisoa R. 2002. Water-Wise Rice Production.Bouman BAM, Hengsdijk H, Hardy B, Bindraban PS, Tuong TP, Ladha JK, editor. Los Banos (PH): International Rice Research Institute, Plant Research International.
11 Lampiran 1 Denah petak penelitian P1U1
P3U1
P2U1
P3U2
P2U2
P1U2
P2U3
P1U3
P3U3
T
Gambar 1 Denah petak penelitian. P1: tinggi penggenangan 0 cm, P2: tinggi penggenangan 2.5 cm, P3: tinggi penggenangan -2.5 cm, U1: Ulangan 1, U2: ulangan 2, U3: ulangan 3.
Lampiran 2 Kondisi lahan sawah setelah irigasi
(a)
(b)
(c)
Gambar 2 Kondisi lahan sawah setelah dilakukan irigasi. (a): kondisi lahan sawah dengan perlakuan tinggi penggenangan 0 cm, (b): kondisi lahan sawah dengan perlakuan tinggi penggenangan 2.5 cm, (c): kondisi lahan sawah dengan perlakuan -2.5 cm.
Lampiran 3 Sidik ragam tinggi tanaman Peubah 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST
Koefisien keragaman 1.561 3.115 2.397 2.515 2.354 1.622
Kuadrat tengah 0.669 1.693 1.707 1.971 2.086 1.593
F hitung Genangan 3.00 0.34 1.05 0.84 0.45 1.12
Kelompok 13.97 0.14 0.04 1.69 0.34 1.95
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Pr > F Genangan 0.16 tn 0.732 tn 0.429 tn 0.497 tn 0.667 tn 0.411 tn
Kelompok 0.016* 0.873 tn 0.96 tn 0.294 tn 0.733 tn 0.257 tn
12 Lampiran 4 Sidik ragam jumlah anakan Peubah
Koefisien Kuadrat keragaman tengah
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST
7.049 6.361 4.061 6.381 6.573 5.396
1.048 1.756 1.329 2.275 2.593 2.053
F hitung Genangan 0.33 1.86 0.15 0.03 0.49 0.16
Pr > F
Kelompok 12.24 3.64 4.49 2.17 1.62 1.05
Genangan 0.736 tn 0.269 tn 0.862 tn 0.972 tn 0.647 tn 0.859 tn
Kelompok 0.019* 0.126 tn 0.095 tn 0.229 tn 0.305 tn 0.431 tn
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Lampiran 5 Sidik ragam nilai bagan warna daun (BWD) Peubah
Koefsien Kuadrat keragaman tengah
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST
0 0 0 1.903 5.687 2.274
0 0 0 0.058 0.209 0.086
F hitung Genangan . . . 1.00 1.32 3.89
Kelompok . . . 0.00 0.01 5.02
Genangan . . . 0.444 tn 0.362 tn 0.115 tn
Pr > F Kelompok . . . 1 tn 0.994 tn 0.081tn
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Lampiran 6 Sidik ragam bobot 1000 butir Peubah BB (g) BK (g)
Koefisien keragaman 4.874 2.571
F hitung Pr > F kuadrat tengah Genangan Kelompok Genangan Kelompok 1.362 1.24 4.80 0.382 tn 0.087 tn 0.689 1.53 3.90 0.322 tn 0.115 tn
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Lampiran 7 Sidik ragam komponen hasil Peubah
Koefisien Keragaman
Kuadrat tengah
F hitung
Genangan Kelompok Jumlah malai per rumpun 4.376 0.987 0.63 1.83 Panjang malai (cm) 1.337 0.282 0.32 1.35 Jumlah gabah per malai 5.912 4.525 0.56 17.73 **: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Pr > F Genangan
Kelompok
0.578 tn
0.272 tn
0.742 tn
0.357 tn
0.609 tn
0.01*
13 Lampiran 8 Sidik ragam bobot per ubinan dan dugaan hasil Peubah
Koefisien keragaman
BB (gram) 3.827 BK (gram) 7.035 Dugaan hasil per ha (ton) 7.035
F Hitung
Pr > F Kelompok
Kuadrat tengah
Genangan
Kelompok
Genangan
0.204
2.00
2.00
0.25 tn
0.25 tn
0.296
0.39
0.05
0.699 tn
0.951 tn
0.474
0.39
0.05
0.699 tn
0.951 tn
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Lampiran 9 Sidik ragam karakter malai F Hitung Pr > F Koefisien Kuadrat Keragaman tengah Genangan Kelompok Genangan Kelompok
Peubah %bobot gabah isi %bobot gabah hampa %jumlah gabah isi %jumlah gabah hampa
11.039
7.874
1.50
3.60
0.326 tn
0.128 tn
27.467
7.874
1.50
3.60
0.326 tn
0.128 tn
16.171
8.322
2.17
5.44
0.23 tn
0.072 tn
17.146
8.322
2.17
5.44
0.23 tn
0.072 tn
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Lampiran 10 Sidik ragam kadar air tanah sebelum irigasi Peubah
Koefisien Kuadrat Keragaman tengah
F Hitung Pr > F Genangan Kelompok Genangan Kelompok
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
5.473 7.224 7.088 15.825 8.254
2.16 2.44 3.64 0.32 1.02
3.006 5.215 3.362 8.484 3.625
1.67 8.26 0.15 0.19 0.72
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
0.231 tn 0.203 tn 0.126 tn 0.74 tn 0.439 tn
0.297 tn 0.038* 0.863 tn 0.832 tn 0.54 tn
14
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 10 Oktober 1990 dari ayah Kosmin dan ibu Rokimah. Penulis adalah anak tunggal. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Subang dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis pernah menjadi tim jurnalistik SMA Negeri 1 Subang pada tahun ajaran 2007/2008. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Manajemen Air dan Hara pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga pernah aktif sebagai anggota mitra desa BEM A, organisasi daerah Subang, penulis juga pernah mengikuti praktik kuliah lapang di Indramayu.