PENGARUH PRODUK MURÂBAHAH DAN TABUNGAN MUDHÂRABAH TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL BMT AL-HIDAYAH TASIKMALAYA Sabiq Syahid Muslim 111002002 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara produk Murâbahah dan tabungan Mudhârabah terhadap pendapatan operasional BMT Al-Hidayah Tasikmalaya. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak yang membutuhkan terutama BMT Al-Hidayah Tasikmalaya dalam mengambil keputusan dan mengetahui seberapa besar pencapaian BMT Al-Hidayah Tasikmalaya selama periode 2011-2013 dalam hal pendapatan operasional. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data sekunder (dari lapangan) yang diperoleh dari laporan keuangan laba rugi dan neraca BMT Al-Hidayah Tasikmalaya periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2013 dengan uji regresi linear berganda. Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengolahan uji hipotesis secara parsial bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara produk Murâbahah terhadap pendapatan operasional yang ditunjukan oleh nilai thitung < ttabel,atau 1.402 < 2,035. Pengaruh tabungan Mudhârabah terhadap pendapatan operasional dengan hasil pengolahan uji hipotesis secara parsial bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tabungan mudhârabah terhadap pendapatan operasional yang ditunjukan oleh nilai thitung > ttabel atau3,785 > 2,035. Pengaruh Produk Murâbahah dan Tabungan Mudhârabah Terhadap Pendapatan Operasional BMT Al-Hidayah Tasikmalaya dengan hasil pengolahan uji hipotesis secara simultan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kedua variabel tersebut (produk Murâbahah
dan tabungan Mudhârabah) yang
ditunjukan oleh nilai F hitung > F tabel (8,145 > 3,285) dan signifikansi < 0,05
(0,001 < 0,05). Berdasarkan hasil uji analisis data, dapat diambil kesimpulan terhadap hipotesis penelitian ini bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Kata kunci : BMT, Produk Murâbahah , Tabungan Mudhârabah, dan Pendapatan Operasional.
ABSTRACT The purpose of this study was to determine whether there is significant influence between products murabaha and mudaraba savings to operating income BMT Al-Hidayah Tasikmalaya. This study is expected to provide benefits to those who need especially BMT Al-Hidayah Tasikmalaya in taking decisions and know how big the achievement of BMT AlHidayah Tasikmalaya during the period 2011-2013 in terms of operating income. The approach used in this research is quantitative approach. The data used is secondary data (from the field) obtained from the financial statements of income and balance sheet BMT AlHidayah Tasikmalaya period January 2011 to December 2013 with the multiple linear regression test. In conclusion, that the processing of partial hypothesis test that there is no significant effect between Murabaha product to operating income shown by tcount ttable atau3,785> 2,035. Product influence Murabahah and Mudharabah Savings Against Operating Income BMT Al-Hidayah Tasikmalaya with processing results simultaneously test the hypothesis that there is a significant influence between the two variables (product murabaha and mudaraba savings) are shown by F count> F table (8.145> 3.285) and significance <0.05 (0.001 <0.05). Based on the test results of data analysis, it can be asserted against the research hypothesis that Ho is rejected and Ha accepted. Keywords : BMT, Product Murabahah, Mudharabah Savings and Revenue Operations.
PENDAHULUAN Sebagai lembaga intermediaty keuangan, BMT memiliki kegiatan utama berupa penghimpunan dana dari masyarakat melalui simpanan dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito yang menggunakan prinsip wadi’ah yad al-dlamânat (titipan), dan mudhârabah
(investasi bagi hasil). Kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat umum dalam berbagai bentuk skim pembiayaan seperti skim jual beli/al-ba’i (murâbahah, salam, dan istishnâ), sewa (ijârah), dan bagi hasil (musyârakah dan mudhârabah), serta produk pelengkap, yakni fee based service,seperti hiwâlah (alih utang piutang), rahn (gadai), qardh (utang piutang), wakâlah (perwakilan, agency), kafâlah (garansi bank). Di antara berbagai produk BMT di atas, produk jual beli murâbahah dan tabungan mudhârabah pada saat ini masih mendominasi dibandingkan dengan produk BMT yang lain. Berdasarkan data dari bank Indonesia akhir tahun 2010, jumlah pembiayaan yang menggunakan skim murâbahah mencapai 61,7 persen dari total pembiyaan. Ini karena dalam produk murâbahah, prinsip kehati-hatian (prudential) relatif bisa diterapkan dengan ketat dan standart sehingga tingkat resiko kerugian sangat kecil. Sementara produk bagi hasil seperti tabungan mudhârabah masih belum menjadi produk unggulan karena tingkat resiko dan kerugiannya sangat tinggi. Dengan kata lain, tren produk murâbahah masih lebih baik dibandingkan dengan tren tabungan mudhârabah. Artinya, masyarakat cenderung memanfaatkan produk jual beli murâbahah dalam transaksi dengan BMT dibandingkan dengan tabungan mudhârabah. Biaya perolehan barang bisa meliputi harga barang dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut. Sedangkan tingkat keuntungan bisa berbetuk lumpsum atau persentase tertentu dari biaya perolehan. Pembayaran oleh pembeli bisa dilakukan secara tunai (naqdan) atau bisa dilakukan di kemudian hari dalam bentuk angsuran (taqshîth) atau dalam bentuk sekaligus (lump sum/ mu’ajjal) sesuai kesepakatan para pihak yang melakukan akad (al-âqidain). Selain murâbahah, pembiayaan yang ada di BMT adalah mudhârabah. Mudhârabah berasal dari kata dharb, yang berarti memukul atau berjalan.1 Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis, akad mudhârabah adalah akad kerja sama antara dua belah pihak, yang mana pihak pertama (shahibul mâl) menyediakan seluruh modalnya, sedangkan pihak yang lain menjadi pengelola (mudhârib). Keuntungan usaha secara mudhârabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila mengalami kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal selama 1
Muhammad RawasQal’aji, Mu’jamLughat Al-fuqaha, (Beirut: DarunNafs, 1985), hlm. 87.
kerugian tersebut bukan akibat kelalaian dari si pengelola. Akan tetapi, jika kelalaian tersebut diakibatkan oleh kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka harus bertanggung jawab atas kelalaian tersebut.2 Akad mudhârabah adalah salah satu bentuk akad kerjasama kemitraan yang berdasarkan prinsip berbagi untung dan rugi, dimana salah satu mitra yang disebut dengan shahibul mâl atau rabbul mâl (penyedia dana) untuk menyediakan sejumlah modal tertentu dan bertindak sebagai mitra pasif, sedangkan mitra lainnya yang disebut mudhârib yang memiliki keahlian untuk menjalankan usahanya dengan baik. Dengan demikian, maka disimpulkan bahwa pembiayaan mudhârabah merupakan wahana utama bagi lembaga keuangan syariah (termasuk Baitul Mâl Wa Tamwil (BMT) untuk memobilisasi dana masyarakat yang terserak dalam jumlah besar dan untuk menyediakan fasilitas, antara lain fasilitas pembiayaan bagi para pengusaha-pengusaha. Kedua produk BMT yakni pembiayaan murâbahah dan pembiayaan mudhârabah mempunyai potensi untuk berkembanglebihmajudimasamendatang. Hal ini karena kedua produk tersebut (murâbahah dan mudhârabah) diduga mempunyai kontribusi yang sangat besar
bagi
peningkatan
pendapatan
bagi
BMT.
Namun masih adabanyakkendaladantantangandalamoperasionalBMT-BMT
dalam
meningkatkan pendapatannya melalui produk murâbahah dan mudhârabah tersebut terutama
dilihat
dari
kualitasnya.
Kualitaspembiayaansangatberpengaruhterhadapefektivitaspendapatanyang diharapkan.Olehkarenaitu kualitas ini harusdijaga,
agarjangansampai menjadi
pembiayaanbermasalah,yang akibatnya bukansajamenyebabkankerugiankarena tidakterbayarnya kembali danayang ditanamkandalampembiayaan tersebut. Berdasarkan prinsip tersebut di atas, berarti penyaluran dana dari BMT kepada nasabah dalam bentuk murâbahah maupun penarikan dana masyarakat berupa tabungan mudhârabah pada intinya adalah investasi. Disebutinvestasikarena prinsip yang dilakukan adalah prinsippenanamandanaataupenyertaan,dan keuntungan yangakandipe roleh bergantungpadakinerjausahayangmenjadiobjekpenyertaan tersebut sesuai dengan nisbah bagihasilyangtelahdiperjanjikan sebelumnya.
2
Muhammad Syafi’i Antonio,Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001),hlm. 95..
Tiap produk BMT tujuannya untuk memberikan keuntungan bagi pihak BMT, sama halnya dengan kedua pembiayaan investasi murâbahah dan mudhârabah yang ada di BMT Al-Hidayah Tasikmalaya tersebut. Setiap BMT pasti menghimpun dana dan mengalokasikan dananya untuk kegiatan lain yang menghasilkan keuntungan. Kedua pembiayaan tersebut akan menghasilkan laba dari perhitungan bagi hasilnya. Keuntungan tersebut akan dibagi antara pihak BMT dan nasabah pengelolanya. Keuntungan tersebut akan digunakan untuk mengembalikan modal yang dialokasikan untuk pembiayaan. Tingkat pengembalian modal tersebut dapat mengukur tingkat profitabilitas suatu BMT dengan cara memperbandingkan keuntungan/laba dan modal yang dimilikinya. TINJAUAN PUSTAKA Murâbahah Kata Murâbahah diambil dari bahasa Arab dari kata al-ribhu
yang berarti
kelebihan dan tambahan (keuntungan). Sedangkan secara istilah adalah jual beli dengan harga awal disertai dengan tambahan keuntungan.3
Muhammad
Syafi`i Antonio
mengartikan bahwa murâbahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini, penjual harus memberikan pokok produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan, menentukan lama pembiayaan dan besar angsuran yang akan diangsur.4 Pengertian lain murâbahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.5 Sama dengan pengertian sebelumnya menurut Syafi’i Antonio murâbahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang sudah disepakati.6 Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa murâbahah yaitu harga yang disepakati adalah harga jual, sedangkan untuk harga beli harus diberitahukan kepada nasabah yang akan melakukan pembelian. Jika lembaga keuangan mendapat 3
www.esayislam.com/murâbahah. diunduhtanggal 10 Februari 2015. Antonio, M.Syafi’i, LembagakeuanganSyariahdariTeorikePraktek,(Jakarta: PT. GemaInsani Press, 2001), hlm. 101. 5 Adiwarman Karim, Lembaga keuangan Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: IIIT Indonesia, 2013), hlm. 161 4
6
Muhammad Syafi’i Antonio, Lembaga Keuangan Syariah...hlm. 101
potongan dari pemasok, maka potongan ini merupakan hak nasabah. Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad. Dalam melunasi piutang murâbahah ini, nasabah dapat melakukan pembayaran dengan cara tunai dan cicilan. Mudhârabah Akad mudhârabah adalah salah satu bentuk akad kerjasama kemitraan yang berdasarkan prinsip berbagi untung dan rugi, dimana salah satu mitra yang disebut dengan shahibul mâl atau rabbul mâl (penyedia dana) untuk menyediakan sejumlah modal tertentu dan bertindak sebagai mitra pasif, sedangkan mitra lainnya yang disebut mudhârib yang memiliki keahlian untuk menjalankan usahanya baik perdagangan, industri, dan jasa dengan tujuan untuk mendapatkan laba.7 Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa akad pembiayaan mudhârabah adalah suatu bentuk kontrak dari akad bagi hasil dimana pemilik modal (shahibul mâl) yang menyediakan modalnya (100 %) kepada pengusaha atau yang sering disebut mudhârib, untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa keutungan yang dihasilkan akan dibagi menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad.8
Pendapatan Dalambisnis, pendapatan adalahjumlahuang
yang
diterimaolehperusahaandariaktivitasnya, kebanyakandaripenjualanprodukdan/ataujasakepadapelanggan.Bagi pendapatankurangpentingdibanding keuntungan,
yang
investor,
merupakanjumlahuang
yang
diterimasetelahdikurangipengeluaran.9
Metode Penelitian
7
Makhalul Ilmi SM, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2002), hlm. 32.
8
Ascarya, Akad dan Produk Lembaga keuangan Syariah,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 60.
9
http:\\www.wikipediaindonesia.com.pendapatan. diunduhtgl. 15 Februari 2015.
Pendekatanpenelitian digunakanadalah
yang
digunakanadalahpendekatankuantitatif.
data
sekunder
diperolehdarilaporankeuanganlabarugidanneraca
(darilapangan) BMT
Data
yang yang Al-
HidayahTasikmalayaperiodeJanuari 2011 sampaidenganDesember 2013 denganujiregresi linear berganda. 1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik ini digunakan untuk mengetahuinilai-nilaikoefisiennya agar tidak bias.Pengujianasumsiiniharusdilakukansebelummenganalisisdenganregesiberganda.Berik utinihasilpengujianasumsiklasik. a. UjiNormalitas Ujiinidigunakanuntukmengetahui
normal
atautidaknyadistribusipenyebaranvariabel. Gambar di bawah ini menunjukan kurva histogram yang membentuk lengkung normal seperti gunung atau lonceng, sehingga dapat dikatakan data dalam penelitian ini terdistribusi secara normal. Gambar 4.1. Histogram
b. UjiMultikoliniearitas
Ujiinidigunakanuntukmengetahuihubungan
yang
sempurnaantarvariabelindependen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna diantara variabel bebas. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah koefisien korelasi variabel tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga.
Dengan melihat nilai tolerancedan inflationfactor (VIF) pada model regresi. Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil daripada 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar daripada 10. Tabel 4.5. Multikolinearitas
Dari output dapat dilihat bahwa nilai tolerance kedua variabel lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10. Maka, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas. c. Uji Heterokedastisitas Uji
heterokedastisitas
digunakan
untuk
adatidaknyakorelasiantaravariabelindependendenganvariabelpengganggu.
mengetahui Macam-
macam uji heteroskedastisitas antara lain adalah dengan uji koefesien korelasi spearman’s rho, melihat pola titik-titik pada grafik regresi, uji park, dan uji glejser. Pada pembahasan ini menggunakan uji koefesien korelasi spearman’s rho. 1) Uji koefesien kolerasi spearman’s rho Pengujian heterokedastisitas menggunakan teknik uji koefesien kolerasi spearman’s rho, yaitu mengolerasikan variabel independen dengan residualnya. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika kolerasi antara variabel independen dengan residual memberikan signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi problem heterokedastisitas.
Tabel 4.6. Heterokedastisitas
Dari hasil output di atas dapat dilihat bahwa korelasi anatara variabel X1 dan X2 dengan unstandardized residual memiliki nilai signifikasi > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi problem heterokedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi serial pada variabel pengganggu. Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disusun menurut waktu atau tempat. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Model regresi dikatakan tidak terdapat autokorelasi apabila nilai Durbin-Watson berkisar 1,376 sampai 2,624. Tabel 4.7. Autokorelasi b
Model Summary Model
1
R
,575
R Square
a
,330
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate ,290
4030029110
Durbin-Watson
1,902
a. Predictors: (Constant), Murâbahah, Mudhârabah b. Dependent Variable: pendapatan
Dari output dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,902. Karena nilai DW berkisar antara 1,376 sampai 2,624, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi.
2. Hasil Olah Data Regresi Linear Berganda a. Koefisien Determinasi
Tabel 4.8. Determinasi
Interpretasi Data: -
R menunjukan korelasi berganda, yaitu korelasi antara dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungan semakin erat. Sebaliknya, jika mendekati 0, maka hubungan semakin lemah. Angka R didapat 0,575 = 0,6 (dibulatkan), artinya korelasi antara variabel Murâbahah dan tabungan Mudhârabah terhadap pendapatan operasional sebesar 0,575 = 0,6 (dibulatkan). Hal ini berarti terjadi hubungan yang erat karena nilai R mendekati 1.
-
R Square (R2) atau kuadrat R menunjukan koefisien determinasi. Angka ini akan diubah ke dalam bentuk persen, artinya persentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 sebesar 0,330, artinya persentase sumbangan pengaruh variabel Murâbahah dan tabungan Mudhârabah terhadap pendapatan sebesar 33%, sedangkan sisanya sebesar 66% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam model ini.
-
Adjusted R Square adalah R Square yang telah disesuaikan. Nilai yang diperoleh sebesar 0,290. Hal ini menunjukan sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Adjusted R Square biasanya dipakai untuk mengukur sumbangan pengaruh jika dalam regresi menggunakan lebih dari dua variabel independen.
-
Standard error of the estimate adalah ukuran kesalahan prediksi. Dalam kasus ini nilainya sebesar Rp. 4.030.029.110. Hal ini bermakna bahwa kesalahan yang dapat terjadi dalam memprediksi pendapatan sebesar Rp. 4.030.029,110.
b. Uji Kofisien Regresi Simultan dengan Uji F
Tabel 4.9. koefisien Regresi Simultan dengan Uji F
Interpretasi Data:
-
ANOVA atau analisis varian merupakan uji koefisien regresi secara bersama-sama (uji F) untuk menguji signifikansi pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam hal ini peran ANOVA adalah untuk menguji signifikansi pengaruh Murâbahah dan tabungan Mudhârabah secara bersama-sama terhadap pendapatan operasional. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05.
Langkah-langkah uji F adalah sebagai berikut.
1. Merumuskan hipotesis. Ho: Murâbahah dan tabungan Mudhârabah secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap pendapatan. Ha: Murâbahah dan tabungan Mudhârabah seacara bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan operasional. 2. Menentukan F hitung dan signifikansi. Dari output diperoleh F hitung sebesar 8,145 dan signifikansi sebesar 0,001. 3. Menentukan F tabel. F tabel dapat dilihat pada tabel statistik (lihat lampiran) pada tingkat signifikansi 0,05 dengan df1 (jumlah variabel-1) = 2, dan df2 (n-k-1) atau 36-2-1 = 33 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen). Hasil yang diperoleh dari F tabel sebesar 3,285. 4. Kriteria pengujian: a. Jika F hitung F tabel, maka Ho ditolak. 5. Membuat kesimpulan.
F hitung > F tabel (8,145 > 3,285) dan signifikansi < 0,05 (0,001 < 0,05) maka Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Murâbahah dan tabungan Mudhârabah secara bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan operasional.
c. Uji Koefisien Regresi Parsial dengan Uji T Tabel 4.10. Koefisien Regresi Parsial dengan Uji T
Interpretasi Data:
-
Unstandardized
coefficients
adalah
nilai
koefisien
yang
tidak
terstandardisasi atau tidak memiliki patokan. Nilai ini menggunakan satuan yang digunakan pada data dalam variabel dependen. Dalam hal ini adalah Rp. 708.005.532. Koefisien B terdiri nilai konstan (pendapatan operasional Y jika X1 dan X2 = 0) dan koefisien regresi (nilai yang menunjukan peningkatan atau penurunan variabel Y yang didasarkan variabel X1 dan X2). Nilai-nilai inilah yang masuk dalam persamaan regresi linier berganda. Sementara itu, standar error adalah nilai maksimum kesalahan yang dapat terjadi dalam memperkirakan rata-rata populasi berdasar sampel. Nilai ini untuk mencari t hitung dengan cara koefisien dibagi standard error. -
Standardized
coefficients
merupakan
nilai
koefisien
yang
telah
terstandarisasi atau memakai patokan tertentu. Jika nilai koefisien Beta semakin mendekati 0, maka hubungan antara variabel X dengan Y semakin lemah. -
T hitung adalah pengujian signifikansi untuk mengetahui pengaruh variabel x1 dan x2 terhadap y secara parsial, apakah berpengaruh signifikan atau tidak. Untuk mengetahui hasilnya signifikan atau tidak, angka t hitung akan dibandingkan dengan t tabel. (Langkah-langkah pengujian dapat dibaca pada pembahasan di bawah).
-
Signifikansi adalah besarnya probabilitas atau peluang untuk memperoleh kesalahan dalam mengambil keputusan. Jika pengujian menggunakan
tingkat signifikansi 0,05, artinya peluang memperoleh kesalahan maksimal 5%. Dengan kata lain, kita percaya bahwa 95% keputusan adalah benar. -
Collinearity statistics adalah angka yang menunjukan ada atau tidaknya hubungan linear secara sempurna atau mendekati sempurna antar variabel independen dalam model regresi dengan menggunakan nilai tolerance dan VIF. Asumsi klasik yang digunakan pada model regresi linier berganda adalah bahwa tidak adanya multikolinearitas antarvariabel independen. Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil daripada 0,1 atau nilai VIF lebih besar daripada nilai 10 (Hair at al. 1992). Dari output menunjukan nilai tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10, sehingga tidak terjadi multikolinearitas. Persamaan regresi linier berganda dengan 2 variabel independen adalah sebagai berikut. Y’ = a + b1X1 + b2X2
Keterangan: Y’ : Nilai prediksi variabel dependen (Pendapatan operasional) a : Konstanta, besarrnya sama dengan Y’ jika X1 dan X2 = 0 b1 , b2 : Koefisien regresi, yaitu nilai peningkatan atau penurunan variabel Y’ yang didasarkan variabel X1 dan X2 X1 : Variabel independen (Murâbahah) X2 : Variabel independen (Tabungan Mudhârabah) Nilai-nilai pada output kemudian dimasukkan ke dalam persamaan regresi linier berganda sebagai berikut. Y’ = 708005532 + 28,558X1 + 5,569X2 Arti angka-angka dalam persamaan di atas adalah sebagai berikut. -
Nilai konstanta (a) adalah Rp. 708.005.532, artinya, jika Murâbahah dan Tabungan Mudhârabah bernilai 0, maka pendapatan operasional bernilai positif (Rp. 708.005.532).
-
Nilai koefisien regresi variabel Murâbahah (b1) bernilai positif, yaitu 28,558; artinya, setiap peningatan Murâbahah sebesar Rp.1 akan meningkatkan pendapatan operasional sebesar Rp. 28,558 dengan asumsi variabel lain bernilai tetap.
-
Nilai koefisien regresi variabel tabungan Mudhârabah (b2) bernilai positif, yaitu 5,569; artinya setiap peningkatan tabungan Mudhârabah sebesar Rp.1 akan meningkatkan juga pendapatan operasional sebesar Rp. 5.569 dengan asumsi variabel yang lain nilainya tetap.
Uji t Uji t (uji koefisien regresi secara parsial) digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial Murâbahah dan tabungan Mudhârabah berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap pendapatan operasional. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0.05 dan 2 sisi. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut. Pengujian Koefisien Variabel “Murâbahah” (b1)
1. Merumuskan hipotesis. Ho: Murâbahah tidak berpengaruh terhadap pendapatan operasional. Ha: Murâbahah berpengaruh terhadap pendapatan operasional. 2. Menentukan t hitung dan signifikansi. Dari output didapat t hitung sebesar 1,402 dan signifikansi 0,170. 3. Menentukan t tabel. T tabel dapat dilihat pada tabel statistik pada signifikansi 0.05/2 = 0.025 dengan drajat kebebasan df = n – k – 1 atau 36-2-1= 33. Sementara itu, hasil yang diperoleh untuk t tabel sebesar 2,035 (lihat lampiran t tabel). 4. Kriteria Pengujian: -
Jika -t tabel
-
Jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak.
Berdasar signifikansi: -
Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima.
-
Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak.
5. Membuat Kesimpulan. Nilai t hitung < t tabel (1.402 < 2,035) dan signifikansi > 0,05 (0,170 > 0,05) maka Ho diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Murâbahah tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan operasional. Pengujian Koefisien Variabel “Tabungan Mudhârabah” (b2) 1. Merumuskan hipotesis. Ho: Tabungan Mudhârabah tidak berpengaruh terhadap pendapatan operasional.
Ha:
Tabungan
Mudhârabah
berpengaruh
terhadap
pendapatan
operasional. 2. Menentukan t hitung dan signifikansi Dari output didapat t hitung sebesar 3,785 dan signifikansi 0,001. 3. Menentukan t tabel. T tabel dapat dilihat pada tabel statistik pada signifikansi 0,05/2 = 0,025 dengan derajat kebebasan df = n-k-1 atau 36-2-1 = 33. Hasil yang diperoleh untuk t tabel sebesar 2,035 (lihat lampiran t tabel). 4. Kriteria pengujian. -
Jika –t tabel < t hitung t hitung
-
Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak.
Berdasar signifikansi:
-
Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima.
-
Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak.
5. Membuat kesimpulan. Karena nilai t hitung > t hitung (3,785 > 2,035) dan signifikansi < 0,05 (0,001 < 0,05), maka Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tabungan Mudhârabah berpengaruh terhadap pendapatan operasional. Kesimpulan Berdasarkanhasilpenelitiandaritujuanpenelitian
yang
sudahdijelaskandiatas,
makadapatdisimpulkanbahwa: 1. TrenprodukMurâbahahpada
BMT
Al-
HidayahTasikmalayamengalamifluktuasidalamperkembangannyaselamakurunwaktup eriode 2011-2013. 2. TrentabunganMudhârabahpada
BMT
Al-
HidayahTasikmalayajugamengalamifluktuasiperkembangannyaselamakurunwaktutiga tahunpadaperiode 2011-2013. 3. Trenpendapatan BMT Al-HidayahTasikmalayaselamakurunwaktutigatahunperiode 2011-2013
terusmengalamipeningkatan
itudapatdilihatdarijumlahtabunganmasyarakat yangmengalamipeningkatandalamtiaptahunnya.
yang
signifikan.
Hal
4. ProdukMurâbahahtidak
berpengaruhsecara
signifikanterhadappeningkatanpendapatanoperasional
BMT
Al-
HidayahTasikmalayasecaraparsial. 5. Tabungan Mudhârabahberpengaruhsignifikanterhadappeningkatanpendapatanoperasional BMT Al-HidayahTasikmalayasecaraparsial. 6. ProdukMurâbahahdantabunganMudhârabahsecara yang
simultan
memberikanpengaruh
signifikanterhadappeningkatanpendapatanoperasional
BMT
Al-
HidayahTasikmalaya. Daftar Pustaka Adiwarman Karim, Lembaga keuangan Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: IIIT Indonesia, 2013). Ascarya, Akad dan Produk Lembaga keuangan Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008). Makhalul Ilmi SM, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2002). Muhammad RawasQal’aji, Mu’jamLughat Al-fuqaha, (Beirut: DarunNafs, 1985) Muhammad Syafi’i Antonio,Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001). www.esayislam.com/murâbahah. diunduh tanggal 10 Februari 2015. http:\\www.wikipediaindonesia.com.pendapatan. diunduh tgl. 15 Februari 2015.