PENGARUH PERSEPSI AUDITOR MENGENAI KONDISI PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KEPUTUSAN MENGUMPULKAN BUKTI AUDIT (Survey Pada 5 Kantor Akuntan Publik di Bandung) SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat penyusunan skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Disusun Oleh : Mochamad Rizal Ridwansyah 044020065
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2009
ABSTRAK
Penelitian yang telah penulis lakukan ini berjudul ” Pengaruh Persepsi Auditor Mengenai Kondisi Pengendalian Intern Terhadap Keputusan Mengumpulkan Bukti Audit ”. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi auditor mengenai kondisi pengendalian intern auditee dan mengambil keputusan dalam mengumpulkan bukti audit. Untuk mengetahui kondisi pengendalian intern, seorang auditor akan melakukan uji pengendalian dan subtantif. Hubungan antara uji pengendalian dengan uji substantif bervariasi, tergantung pada penilaian resiko auditor terkait atas perusahaan. Makin kuat sistem pengendalian internnya, makin rendah resiko pengendaliannya dan makin sedikit uji substantif yang harus dilaksanakan auditor. Dengan sedikitnya uji substantif maka makin sedikit bukti audit yang diperlukan untuk diperiksa, dan hal ini memiliki implikasi terhadap biaya audit karena uji substantif membutuhkan banyak tenaga kerja dan waktu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif asosiatif dengan pendekatan survey. Pengumpulan data dilakukan dalam bentuk penyebaran kuesioner kepada responden yang berada pada 5 KAP di bandung. Selain menggunakan sampel dalam bentuk penyebaran kuesioner, studi kepustakaan untuk memperoleh data. Sementara untuk mengolah dan menganalisis data digunakan analisis korelasi rank spearman dan koefisien determinasi. Dalam penelitian ini penulis menyebarkan kuisioner kepada 20 Auditor yang berada di 5 KAP dibandung. Dari hasil kuisioner tersebut penulis menyimpulkan bahwa kondisi pengendalian intern termasuk kategori memadai, sedangkan keputusan mengumpulkan bukti audit oleh auditor termasuk juga kedalam kategori memadai. Selanjutnya untuk mencari besarnya pengaruh persepsi auditor mengenai kondisi pengendalian intern terhadap keputusan mengumpulkan bukti audit , penulis menggunakan analisis korelasi rank spearman dan koefisien determinasi (KD). Dari hasil uji r hitung >r table yaitu 0.78>0.450. sedangkan dari perhitungan tersebut dilakukan perhitungan koefisien determinasi (KD) diperoleh 60.84%, hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara persepsi auditor mengenai kondisi pengendalian intern terhadap keputusan mengumpulkan bukti audit. sedangkan sisanya sebesar 39.16% dipengaruhi oleh faktor lain yang peneliti tidak teliti.
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta karunia-Nya karena penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH
PERSEPSI
AUDITOR
MENGENAI
KONDISI
PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KEPUTUSAN MENGUMPULKAN BUKTI AUDIT” (Survey pada 5 KAP di kota Bandung), sebagai salah satu syarat untuk memenuhi ujian sidang Sarjana Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis. Namun demikian penulis tetap berharap, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya serta bagi pengembangan ilmu akuntansi pada umumnya. Pada kesempatan ini, dengan mengucap syukur penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan doa dan ridhonya, dukungan secara moril maupun materil, kesabaran, ketulusan, serta perhatian dan curahan kasih sayangnya kepada penulis, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan perlindungan yang terbaik bagi keduanya. Rasa hormat dan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. H. Tb Hasanuddin, MSc., Ak. Publik. Selaku dosen pembimbing I dan Ibu Justin Castelani
SE., MSi., Ak. selaku dosen pembimbing II yang dengan kesabaran hati dan ketelitiannya memberikan petunjuk dan pengarahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. H. Didi Turmudzi, SE., MSc. Selaku Rektor Universitas Pasundan Bandung. 2. Dr. H.R. Abdul Maqin, SE., MP. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. 3. Dr. Liza Laila Nurwulan, SE., MSi., Ak. Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Pasundan Bandung. 4. Bapak Dadan Soekardan, SE., MSi. Selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. 5. Bapak H. Sasa. S. Suratman, SE., MSc. Selaku dosen wali yang telah banyak memberikan kesempatan, nasehat, serta bantuannya selama perkuliahan. 6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan yang telah memberikan Ilmu Pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis. 7. Seluruh pimpinan dan para auditor pada 5 KAP di kota Bandung yang senantiasa memberikan izin dan meluangkan waktunya untuk penulis. 8. Buat kakak dan adikku yang selalu memberikan doa dan motivasi untuk keberhasilanku.
9. Yemmi Mutia Farida SE, atas segala perhatian, kasih sayang, waktu, pengorbanan, yang telah diberikan kepada penulis. 10. Sahabat-sahabatku di kampus, Ade SE, Poniman Ismail SE, Dhimas SE, Asep SE, Iman SE, Ivan SE, Tina SE, Erni, Amel, Nunik, Anti, Dewi, dan semua teman-teman Ak-L angkatan 2004 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih kalian pernah mengisi hari-hari selama kuliah. 11. Buat Eko SE, Bayu, Eva, Ivan SE, Deni, Rian, Toni, Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya. 12. Teman-teman angkatan 2002-2005, terima kasih atas persahabatannya. 13. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungan dan bantuannya selama ini. Semoga Allah SWT melimpahkan pahala dan balasannya yang berlipat ganda. Amin.
Penulis berharap semoga segala kebaikan tersebut mendapat balasan dari Allah SWT lebih dari apa yang telah diberikan. Dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Bandung, Agustus, 2009 Penulis,
Muh Rizal Ridwansyah
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN MOTTO ABSTRAK …………………………………………………………………... i KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ii DAFTAR ISI ………………………………………………………………... vi DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. x DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian …………………………………………1 1.2. Identifikasi Masalah ……………………………………………….4 1.3.Maksud Dan Tujuan Penelitian …………………………………. ...4 1.4.Kegunaan Penelitian …………………………………………….. ...5 1.1.1. Kegunaan Praktis ……………………………………….5 1.1.2. Kegunaan Teoritis ……………………………………...5 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ………………………………...6 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………. ...10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Auditing………………………………………………11 2.2. Kondisi Pengendalian Intern.……………………………………..12 2.2.1. Pengendalian Intern yang Kuat ………………………..16 2.2.2. Pengendalian Intern yang Lemah……. ………………..16
2.2.3 Prosedur Pengoperasian Pengendalian Intern………….17 2.3. Keputusan Mengumpulkan Bukti Audit…….……………………18 2.3.1. Pengertian Bahan Bukti Audit …………………………...18 2.3.2. Jumlah Bukti Audit……………….………........................20 2.3.3. Jenis-jenis Bukti Audit …………………………………..21 2.4.
Pengaruh Kondisi Pengendalin Intern Terhadap Keputusan Mengumpulkan Bukti Audit …………. …………...23
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian ………………………………………………… 25 3.1.1. Populasi Penelitian ……………………………………. 25 3.1.2. Ukuran Sampel ………………………………………... 3.1.3. Teknik Sampling ………………………………………. 27 3.1.4. Prosedur Pemilihan Objek Penelitian …………………. 27 3.2. Metode Penelitian ……………………………………………….. 28 3.2.1. Pendekatan Penelitian …………………………………. 28 3.2.2. Operasionalisasi Variabel Penelitian ………………….. 29 3.2.3. Teknik Pengumpulan Data ……………………………. 32 3.2.4. Model Penelitian ………………………………………. 32 3.2.5. Analisis Data dan Rancangan……………………. …… 33 3.2.5.1. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ………….33 3.2.5.2. Analisis Data ………………………………… 35
26
3.2.5.3. Rancangan Pengujian Hipotesis ……………….39 3.2.6. Proses Penelitian ………………………………………. 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ………………………………………………….. 44 4.1.1. Sejarah Singkat Kantor Akuntan Publik ……………... 44 4.1.2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas pada 5 Kantor Akuntan Publik di kota Bandung……... 46 4.1.3. Gambaran Umum Responden ………………………... 54 4.1.4
Kondisi Pengendalian Intern ……………… ………… 54
4.1.5
Keputusan Mengumpulkan Bukti Audit……………… 73
4.2. Pembahasan …………………………………………………….. 4.2.1. Pengujian Validitas dan Reabilitas…………………… 82 4.2.1.1 Hasil Pengujian Terhadap Validitas Variabel X. 82 4.2.1.2.Hasil Pengujian Terhadap Validitas Variabel Y. 83 4.2.1.3 Hasil Pengujian Reabilitas……………………. 84 4.2.2. Analisis data………………………… ……………….. 85 4.2.2.1 Analisis Kondisi Pengendalian Intern…………. 85 4.2.2.2 Analisis Keputusan Mengumpulkan Bukti Audit 89 4.2.2.3.Analisis Pengaruh Kondisi Pengendalian Intern Terhadap Keputusan Mengumpulkan Bukti Audit …………………………………... 93
82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ……………………………………………………… 98 5.2. Saran …………………………………………………………….. 99
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 100 LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
No
Judul Tabel
Hal
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel (X)…………………………………….. 30
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel (Y)…………………………………….. 31
Tabel 3.3
Tabel Pertanyaan atau Pernyataan…………………………………. 36
Tabel 4.1
Pemisahan Fungsi yang Memadai (KAP Mansur dan Rekan)…….. 55
Tabel 4.2
Otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas ………………… 56
Tabel 4.3
Dokumen dan catatan yang memadai……………………………… 56
Tabel 4.4
Pengendalian fisik atas aset dan catatan…………………………… 57
Tabel 4.5
Pemeriksaan independen atau verifikasi internal………………….. 58
Tabel 4.6
Pemisahan Fungsi yang Memadai (KAP La Midjan dan Rekan)…..59
Tabel 4.7
Otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas ………………… 60
Tabel 4.8
Dokumen dan catatan yang memadai……………………………… 60
Tabel 4.9
Pengendalian fisik atas aset dan catatan…………………………… 61
Tabel 4.10
Pemeriksaan independen atau verifikasi internal………………….. 61
Tabel 4.11
Pemisahan Fungsi yang Memadai (KAP Drs Gunawan)…………...62
Tabel 4.12
Otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas…………………. 63
Tabel 4.13
Dokumen dan catatan yang memadai……………………………... 63
Tabel 4.14
Pengendalian fisik atas aset dan catatan…………………………… 64
Tabel 4.15
Pemeriksaan independen atau verifikasi internal…………………...65
Tabel 4.16
Pemisahan Fungsi yang Memadai (KAP Dra Yati Ruhiyati)………66
Tabel 4.17
Otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas…………………. 66
Tabel 4.18
Dokumen dan catatan yang memadai……………………………… 67
Tabel 4.19
Pengendalian fisik atas aset dan catatan…………………………… 68
Tabel 4.20
Pemeriksaan independen atau verifikasi internal………………….. 68
Tabel 4.21
Pemisahan Fungsi yang Memadai (KAP Sanusi)……………… … 69
Tabel 4.22
Otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas ………………… 70
Tabel 4.23
Dokumen dan catatan yang memadai……………………………… 70
Tabel 4.23
Pengendalian fisik atas aset dan catatan…………………………… 71
Tabel 4.25
Pemeriksaan independen atau verifikasi internal…………………. 72
Tabel 4.26
Jumlah Bukti Audit (KAP Mansur dan Rekan)……………………. 73
Tabel 4.27
Jenis Bukti Audit………………………………………………….. 74
Tabel 4.28
Jumlah Bukti Audit (KAP La Midzan dan Rekan)…………………75
Tabel 4.29
Jenis Bukti Audit………………………………………………….. 76
Tabel 4.30
Jumlah Bukti Audit (KAP Drs Gunawan)………………………… 77
Tabel 4.31
Jenis Bukti Audit…………………………………………………
Tabel 4.32
Jumlah Bukti Audit (KAP Dra Yati Ruhiyati)……………………...79
Tabel 4.33
Jenis Bukti Audit……………………………………………………79
Tabel 4.34
Jumlah Bukti Audit (KAP Sanusi)………………………………… 80
Tabel 4.35
Jenis Bukti Audit………………………………………………….. 81
Tabel 4.36
Hasil Akhir Uji Validitas Variabel X……………………………….83
Tabel 4.37
Hasil Akhir Uji Validitas Variabel Y……………………………….84
Tabel 4.38
Hasil Akhir Pengujian Reliabilitas………………………………… 85
78
Tabel 4.39
Hasil Kuesioner Variabel X …………………………………. …….85
Tabel 4.40
Hasil Kuesioner Variabel Y …………………………………. …….89
Tabel 4.41
Pengolahan Data Untuk Korelasi Rank Spearman ………….. …….94
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Tugas Membimbing Skripsi
Lampiran 2
Surat Permohonan Survey
Lampiran 3
Kuesioner Penelitian
Lampiran 4
Pengolahan Data Uji Validitas Instrumen Variabel X
Lampiran 5
Pengolahan Data Uji Validitas Instrumen Variabel Y
Lampiran 6
Uji Reliabilitas Variabel X
Lampiran 7
Uji Reliabilitas Variabel Y
Lampiran 8
Tabel Nilai Rho (Rank Spearman)
Lampiran 9
Tabel nilai-nilai dalam distribusi t
Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Profesi auditor di suatu negara akan berkembang seiring dengan berkembangnya pasar modal dari negara tersebut. Hal ini dikarenakan stakeholder dari pasar modal tersebut membutuhkan suatu informasi yang berguna untuk membantu pengambilan keputusannya. Informasi yang dibutuhkan stakeholder tersebut merupakan informasi yang bebas dari salah saji material, oleh karena itu dibutuhkan jasa atestasi untuk memberikan keyakinan memadai atau wajar (reasonable assurance) atas laporan keuangan tersebut. Auditor independen harus bebas (independence) dan tidak memihak terhadap (asersi) informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan, baik itu independence in fact ataupun in appearance, karena manajemenlah yang bertanggungjawab atas laporan keuangan perusahaan dan auditor hanyalah menilai atas kewajaran dari laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan. Profesi auditor haruslah mendapat kepercayaan dari klien untuk menguji atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan kliennya. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan auditan, maka auditor selain memiliki independensi, auditor juga wajib memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup, serta menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama dalam menilai kewajaran atas laporan keuangan. Dalam pelaksanaan audit, terdapat standar pekerjaan lapangan yang harus dilaksanakan oleh auditor, salah satunya adalah menilai resiko audit dan tingkat materialitas. Dalam menentukan suatu resiko yang dapat diterima terdapat hal-hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah menilai internal control, resiko bawaan serta resiko deteksi. Dengan menentukan penetapan resiko yang dapat diterima maka auditor dapat mengukur detection risk. Dalam menilai suatu resiko dapat menggunakan beberapa teknik diantaranya uji pengendalian dan substantif. Uji pengendalian dan ujian substantif adalah berbagai teknik audit yang digunakan untuk mengurangi resiko audit total. Hubungan antara uji pengendalian dengan uji substantif bervariasi, tergantung pada penilaian resiko auditor terkait atas perusahaan. Makin kuat sistem pengendalian internnya, makin rendah resiko pengendaliannya dan makin sedikit uji substantif yang harus dilaksanakan auditor. Dengan sedikitnya uji substantif maka makin sedikit bukti audit yang diperlukan untuk diperiksa, dan hal ini memiliki implikasi terhadap biaya audit karena uji substantif membutuhkan banyak tenaga kerja dan waktu. Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa kecukupan bukti audit dalam suatu proses audit sangat tergantung kepada penilaian dan pertimbangan profesional auditor selain faktor resiko, materialitas, dan jumlah populasi bukti audit, auditor juga perlu mempertimbangkan biaya dan manfaat bukti audit yang diperoleh. Sedangkan
kompensasi bukti dipengaruhi oleh faktor-faktor relevansi, sumber bukti dan ketepatan waktu serta keandalan sistem pengendalian intern.
Internal control pada PT Prima Alloy Steel Universal Tbk telah dilaksanakan sehingga manajemen PT Prima Alloy Steel Universal Tbk melalui Komite Auditnya berkewajiban meninjau laporan keuangan dan sistem pengendalian Internal Control, yang bertanggung jawab dan diawasi secara langsung oleh Dewan Direksi PT Prima Alloy Steel Universal Tbk. Dalam annual report PT Prima Alloy Steel Universal Tbk dilampirkan Ikhtisar Keuangan atas laporan keuangan perseroan yang menjadi dasar bahwa laporan keuangan telah wajar dan menunjukkan kondisi keuangan perseroan yang sebenarnya ( Menurut Ide Bagus dalam www.indoskripsi.com pada bulan November 2008 ). Pada kasus PT. Kimia Farma, perusahaan yang merupakan salah satu produsen obat-obatan terbesar di Indonesia ini menyajikan laporan keuangan yang telah di manipulasi oleh manajemen, dan tidak terdeteksi oleh akuntan publik. Tidak terdeteksinya kesalahan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain pembatasan ruang lingkup pemeriksaan oleh klien, waktu pemeriksaan yang terbatas, serta kurangnya jumlah bukti yang dikumpulkan dan dievaluasi oleh auditor. ( www.Republika .co.id pada hari senin 8 juli 2002 ) Dari beberapa pernyataan diatas bahwa kondisi pengendalian intern berpengaruh pada bukti audit yang dikumpulkan. Kuat lemahnya pengendalian intern merupakan faktor yang menetukan jumlah bukti yang dikumpulkan oleh auditor.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji hal tersebut dalam skripsi yang berjudul : “
PENGARUH
PERSEPSI
AUDITOR
MENGENAI
KONDISI
PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KEPUTUSAN MENGUMPULKAN BUKTI AUDIT “
1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka
penulis mengidentifikasikan pokok masalah adalah : 1. Bagaimana persepsi auditor mengenai kondisi pengendalian intern auditee. 2. Bagaimana auditor mengambil keputusan mengumpulkan bukti audit. 3. Berapa besar pengaruh persepsi auditor mengenai kondisi pengendalian intern terhadap keputusan mengumpulkan bukti audit.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan guna mengetahui pengaruh persepsi auditor mengenai kondisi pengendalian intern terhadap keputusan mngumpulkan bukti audit. 1.3.2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi auditor mengenai kondisi pengendalian intern auditee 2. Untuk mengetahui bagaimana auditor mengambil keputusan mengumpulkan bukti audit 3. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh persepsi auditor mengenai kondisi pengendalian
intern
terhadap
keputusan
mengumpulkan bukti audit. 1.4.
Kegunaan Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, maka penulis mengharapkan agar hasil
dari penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak sebagai berikut : 1.4.1. Kegunaan Praktis 1.4.1.1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang pengaruh persepsi auditor mengenai kondisi pengendalian intern terhadap keputusan dalam mengumpulkan bukti audit oleh auditor.
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dalam melaksanakan tugas audit yang diperoleh dalam perkuliahan dan membandingkannya dengan keadaan di lapangan.
Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
1.4.1.2. Bagi Kantor Akuntan Publik Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan tentang persepsi auditor mengenai kondisi pengendalian intern auditee dan untuk mengambil keputusan dalam mengumpulkan bukti audit, sehingga diharapkan dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang akan membantu auditor diKantor Akuntan Publik dalam menjalankan praktiknya. 1.4.2. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang auditing khususnya mengenai kondisi pengendalian intern terhadap keputusan mengumpulkan bukti audit.
1.5. Kerangka Pemikiran Kantor akuntan publik memiliki bentuk hubungan dengan para pengguna laporan keuangan yang berbeda dengan bentuk hubungan antara kaum profesional lainnya dengan para pengguna jasa mereka. Kantor akuntan publik bertugas dan dibayar oleh perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, tetapi manfaat utama dari proses audit ini didapat oleh para pengguna laporan keuangan.
Arens, Elder dan Beasley dialih bahasakan oleh Herman Wibowo dalam buku “Auditing dan Jasa Assurance pendekatan Terintegrasi jilid 1” (2008:380384) untuk menentukan kondisi pengendalian intern auditee terdapat 5 (lima) komponen yaitu : 1. Pemisahan fungsi yang memadai 2. Otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas 3. Dokumen dan catatan yang memadai 4. Pengendalian fisik atas aset dan catatan 5. Pemeriksaan independen atas penampilan Arens, Elder dan Beasley dialih bahasakan oleh Herman Wibowo dalam buku “Auditing dan Jasa Assurance pendekatan Terintegrasi jilid 1” (2008:517) adalah : “Apabila kebijakan dan prosedur pengendalian dianggap telah dirancang secara efektif, auditor akan menilai risiko pengendalian pada tingkat yang mencerminkan keefektifan relatif pengendalian tersebut. Untuk mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi guna mendukung penilaian itu, auditor melaksanakan pengujian pengendalian (test of control).” Risiko pengendalian merupakan ukuran yang dipergunakan oleh auditor untuk menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji material yang melebihi nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi atas segmen tertentu akan tidak terhadang atau tidak terdeteksi oleh pengendalian intern yang dimiliki klien. Pengendalian Intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Kesalahan yang timbul akan segera dan secara otomatis dapat diketahui dengan adanya pengecekan silang (cross check) dan cara-cara pembuktian (proof) yang dibentuk didalamnya.
Oleh karena itu, jika auditor mengetahui bahwa klien telah merancang pengendalian intern dan telah melaksanakannya dalam kegiatan usahanya setiap hari, hal ini merupakan bukti audit yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Auditor adalah seorang yang dianggap ahli oleh masyarakat untuk melakukan pemeriksaan keuangan sebuah perusahaan. Sebagai seorang ahli, auditor memiliki kemampuan yang memadai tentang tehnik pemeriksaan. Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, seorang auditor dituntut harus mempunyai kemampuan dalam melaksanakan tugas pemeriksaan tersebut. Bukti-bukti yang dikumpulkan harus cukup memadai untuk menyakinkan auditor dalam memberikan pendapatnya. Disamping itu dia juga harus mempertimbangkan tingkat kesesuaian bukti-bukti tersebut, menentukan kriterianya sesuai dengan standar yang berlaku umum. Arens, Elder dan Beasley dialih bahasakan oleh Herman Wibowo dalam buku “Auditing dan Jasa Assurance pendekatan Terintegrasi jilid 1” (2008:224227) adalah : “Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat, yang diperlukan untuk memenuhi keyakinan bahwa komponen laporan keuangan klien dan keseluruhan laporan telah disajikan secara wajar dan bahwa klien menyelenggarakan pengendalian intern yang efektif atas pelaporan keuangan”. Adapun pengertian bukti audit didefinisikan oleh Arens, Elder, dan Mark Beasley dialih bahasakan oleh Tim Dejacarta dalam bukunya “Auditing dan pelayanan verifikasi” (2004:16) mendefinisikan bukti audit sebagai berikut :
“Bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit tersebut telah disajikan sesuai dengan kriteria yang ada”. Bukti audit terdapat beragam bentuk, termasuk pula pernyataan lisan dari klien auditee, komunikasi tertulis dengan pihak ketiga, serta observasi yang dilakukan oleh auditor. Merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh sejumlah bukti audit yang cukup berkualitas agar dapat mencapai tujuan audit. Menentukan tipe serta banyaknya bukti audit yang harus dikumpulkan dan mengevaluasi apakah informasi tersebut sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan merupakan suatu bagian yang kritis dari setiap audit. Auditor harus memiliki kualifikasi tertentu dalam memahami kriteria yang digunakan serta harus kompeten (memiliki kecakapan) agar mengetahui tipe dan banyaknya bukti audit yang harus dikumpulkan untuk mencapai kesimpulan yang tepat setelah bukti-bukti audit tersebut selesai diuji. Seorang auditor pun harus memiliki sikap mental yang independen. Kompetensi yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan proses audit hanya bernilai sedikit saja jika ia tidak memiliki sikap objektif pada saat pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti audit ini. Menurut Mulyadi dalam buku Auditing (2002:80) tentang Kondisi Pengendalian Intern dengan bukti audit : “Kuat atau lemahnya Pengendalian Intern merupakan faktor utama yang menentukan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor dari berbagai sumber bukti audit. Semakin kuat pengendalian intern, semakin sedikit bukti audit yang harus dikumpulkan sebagai
dasar pernyataan pendapat auditor. Jika pengendalian intern lemah, auditor harus mengumpulkan jumlah bukti audit yang lebih banyak “. Kepercayaan auditor terhadap jenis dokumen yang dibuat dan hanya digunakan dalam organisasi klien dipengaruhi oleh kekuatan pengendalian intern. Jika suatu dokumen dibuat oleh seorang karyawan dan diperiksa oleh karyawan lain, serta mempunyai nomor urut tercetak dan urutan nomornya dipertanggungjawabkan, maka dokumenter yang mutunya tinggi. Di lain pihak, jika pengendalian intern dalam organisasi klien lemah, auditor tidak dapat meletakkan kepercayaannya atas buktibukti dokumenter yang dibuat dalam organisasi tersebut, yang tidak diperiksa oleh pihak luar. Berdasarkan uraian diatas, penulis menetapkan hipotesis sebagai beikut : “Terdapat pengaruh persepsi auditor mengenai kondisi pengendalian intern terhadap keputusan mengumpulkan bukti audit “.
1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei pada 5 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berlokasi di Bandung dengan waktu yang ditentukan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Auditing Arens, Elder, dan Beasley mengemukakan definisi auditing (2008:4) yaitu : “Auditing is the accumulation and evalution of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and establisned criteria. Auditing should be done by a competent, independent person ”. Menurut Sukrisno Agoes (2004 :3) menyatakan pengertian auditing sebagai
berikut: “Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”. Menurut Boynton, Johnson, dan Kell yang dialih bahasakan oleh Paul, Gina, dan Ichsan (2002:5) menyatakan pengertian auditing sebagai berikut : “Suatu proses sistematik untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”
Berdasarkan pemeriksaan
beberapa
akuntansi
pengertian
merupakan
diatas,
proses
dapat
sistematis
disimpulkan dan
bahwa
pengumpulan,
pengevaluasian bukti serta laporan dengan cara membandingkan bukti-bukti yang ada dengan kriteria yang telah ditetapkan, yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen serta mengkomunikasikan hasil kepada pihak tertentu.
2.2.
Kondisi Pengendalian Intern Bahwa menurut Arens, Elder dan Beasley (2008:298) menyebutkan bahwa
aktivitas pengendalian (control activities) mencakup : 1. 2. 3. 4. 5.
Adequate separation of duties Proper authorization of transactions and activities Adequate documents and record Physical control over assets and record Independent checks on performance Dan dialih bahasakan oleh Herman Wibowo (2008: 380) :
1. Pemisahan fungsi yang memadai 2. Otorisasi yang sesuai atas transaksi dan aktivitas 3. Dokumen dan catatan yang memadai 4. Pengendalian fisik atas aset dan catatan 5. Pemeriksaan independen Kelima aktivitas pengendalian diatas dapat diuraikan sebagai berikut : 1.
Pemisahan fungsi yang memadai Empat petunjuk umum pemisahan kewajiban untuk mencegah baik kecurangan dan kesalahan menjadi sangat penting bagi auditor yaitu : a. Pemisahan penjagaan aset dari akuntansi Alasan untuk tidak mengijinkan seseorang yang mempunyai penjagaan permanen atau temporer dari suatu aset untuk bertanggung jawab untuk aset itu adalah untuk melindungi perusahaan terhadap defalkasi. Saat seseorang melaksanakan kedua fungsi itu, ada sesuatu kenaikan resiko bahwa orang tersebut
membuang aset itu untuk kepentingan pribadi dan menyesuaikan catatan untuk membebaskan dirinya dari tanggung jawab. b. Pemisahan otorisasi transaksi dari penjagaan aset terkait Jika mungkin diinginkan untuk mencegah orang yang mengesahkan transaksi dari mempunyai kendali atas aset terkait. Sebagai contoh, orang yang sama tidak boleh mengesahkan pembayaran faktur pemasok dan juga mendatangani cek pembayaran tagihan itu. Otorisasi suatu transaksi dan penanganan aset terkait oleh orang yang sama meningkatkan kemungkinan defalkasi didalam organisasi. c. Pemisahan tanggung jawab operasional dari tanggung jawab penyimpanan catatan. Jika setiap departemen atau devisi dalam suatu organisasi bertanggung jawab untuk menyiapkan catatan dan laporan mereka sendiri, akan ada suatu kecenderungan penyimpangan hasil untuk memperbaiki prestasi yang dilaporkan. Untuk memastikan informasi yang tidak memihak, penyimpanan catatan biasanya dimasukkan dalam departemen terpisah dibawah kendali. d. Pemisahan kewajiban TI dari departemen pemakai Ketika kompleksitas sistem TI meningkat, seringkali pemisahan otorisasi, penyimpanan catatan, dan penjagaan menjadi kabur. Sebagai contoh, agen penjualan boleh memasukkan pesanan online. Komputer mengesahkan penjualan itu berdasarkan pada perbandingan dari batas kredit pelanggan dengan arsip induk dan memposkan semua penjualan yang disetujui ke dalam jurnal siklus penjualan. Oleh karena itu, komputer memainkan suatu peran yang penting dalam otorisasi dan penyimpanan catatan dari transaksi penjualan. 2. Otorisasi yang sesuai atas transaksi dan aktivitas Setiap transaksi harus disahkan dengan benar jika kendali diharapkan untuk memuaskan. Bila ada orang dalam suatu organisasi yang bisa memperoleh atau membelanjakan aset dengan sesuka hati, akan dihasilkan kekacauan sepenuhnya. Otorisasi bisa umum atau khusus. Otorisasi umum berarti bahwa manajemen menetapkan kebijakan untuk diikuti organisasi. Para bawahan diinstruksikan untuk menetapkan otorisasi umum ini dengan menyetujui semua transaksi di dalam batas yang ditetapkan oleh kebijakan itu. Contoh dari otorisasi umum adalah dikeluarkannya daftar harga tetap untuk penjualan produk, batas kredit untuk pelanggan, dan titik pemesanan ulang yang ditetapkan untuk membuat akusisi. Otorisasi khusus berlaku bagi transaksi individual. Manajemen sering tidak menetapkan suatu kebijakan umum tentang otorisasi untuk beberapa transaksi sebagai gantinya mereka lebih suka membuat otorisasi dengan dasar kasus – perkasus.
3. Dokumen dan catatan yang memadai Dokumen dan catatan adalah objek fisik di mana transaksi dimasukkan dan diringkaskan. Mereka meliputi materi yang berbeda seperti faktur penjualan, pesanan pembelian, catatan tambahan, jurnal penjualan, dan kartu catatan karyawan. Banyak dari dokumen dan catatan ini dipelihara dalam bentuk arsip komputer hingga mereka dicetak untuk tujuan yang spesifik. Dokumen dari entri dan catatan asli dimana transaksi dimasukkan adalah sama pentingnya, tetapi dokumen yang tidak memadai biasanya menyebabkan masalah yang lebih besar. Prinsip relevan tertentu mendikte rancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang sesuai, dokumen dan arsip haruslah : a. Bernomor berurutan untuk memudahkan kendali atas dokumen yang hilang dan sebagai bantuan dalam mencari dokumen ketika mereka diperlukan dikemudian hari (sangat mempengaruhi sasaran kelengkapan audit yang terkait dengan transaksi). b. Disiapkan pada waktu transaksi berlangsung, atau segera sesudah itu. Bila ada interval waktu yang lebih panjang, catatan menjadi kurang bisa diandalkan dan kesempatan salah saji makin meningkat (mempengaruhi sasaran penetapan waktu audit yang terkait dengan transaksi). c. Cukup sederhana untuk memastikan bahwa mereka dipahami dengan jelas. d. Dirancang untuk berbagai penggunaan ketika mungkin untuk memperkecil jumlah formulir yang berbeda. e. Dibuat dengan cara yang mendorong persiapan yang benar. Ini bisa dilakukan dengan menyediakan pemeriksaan internal dalam formulir atau catatan. 4. Pengendalian fisik atas aset dan catatan Untuk memelihara pengendalian internal yang memadai, adalah penting untuk melindungi aset dan catatan. Jika catatan tidak cukup terlindungi, mereka bisa dicuri, rusak, atau hilang. Dalam hal kejadian seperti itu, proses akuntansi dan operasional normal bisa sangat terganggu. 5. Pemeriksaan independen Kebutuhan akan pemeriksaan independen timbul karena pengendalian internal cenderung untuk berubah seiring waktu kecuali jika ada suatu mekanisme untuk tinjauan ulang yang sering. Personil sangat mungkin melupakan atau dengan sengaja gagal mengikuti prosedur, atau mereka menjadi teledor kecuali jika seseorang mengamati dan mengevaluasi penampilan mereka.
Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, dan Mark Beasley dengan alih bahasa oleh Tim Dejacarta (2004:415) : “Auditor mempertimbangkan pengendalian intern pertama-tama dengan memperoleh pemahaman dari pengendalian intern, yang kemudian digunakan untuk mengawali penilaian resiko pengendalian. Ketika penilaian auditor akan resiko pengendalian adalah dibawah maksimum, auditor melaksanakan pengujian dari pengendalian. Setelah hasil dari pengujian pengendalian itu diketahui, auditor mempertimbangkan bagaimana hasil itu mempengaruhi risiko deteksi dan pengujian subtantif yang telah direncanakan.” Pengujian audit adalah prosedur audit untuk mendapatkan bukti. Suatu program audit terdiri dari pengujian audit yang dirancang untuk memenuhi salah satu atau kedua tujuan utama berikut : 1. Pegujian Pengendalian (test of control) menentukan efektifitas perancangan dan operasi pengendalian internal. 2. Pengujian Subtantif (subtantive test) menentukan apakah ada salah saji angka yang material atau pengungkapan dalam laporan keuangan. Mutu dari sistem pengendalian internal klien mempengaruhi mutu laporan keuangan yang disiapkan klien dan karenanya juga mempengaruhi sifat, penetapan waktu, dan luas pengujian subtantif yang akan dilakukan auditor. resiko audit dan materialitas dalam melaksanakan audit, menyatakan hubungan ini dalam model risiko audit dengan konsep audit pengendalian. Jika pengendalian internal kuat ( risiko pengendalian rendah ), maka kecil kemungkinan laporan keuangan akan mengandung salah saji yang material ketimbang jika pengendalian intern lemah ( risiko pengendalian tinggi ).
Jika klien telah menetapkan pengendalian internal yang baik, maka auditor bisa memutuskan untuk membatasi pengujian subtantif karena pengendalian intern klien tampaknya dapat mencegah atau mendeteksi salah saji yang material. Hubungan ini adalah logis dan secara sederhana berarti bahwa jika kondisi pengendalian intern baik maka laporan keuangan kecil kemungkinannya mengandung salah saji yang material, maka auditor dapat melakukan pengujian subtantif yang kurang mendalam ketimbang jika laporan keuangan mengandung salah saji yang material. Dengan kata lain auditor dapat mengurangi jumlah bukti yang dikumpulkan.
2.2.1. Pengendalian Intern yang Kuat atau Efektif Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, dan Mark Beasley dengan alih bahasa oleh Tim Dejacarta (2004:356) : “ Jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern bersifat efektif, maka nilai risiko deteksi terencana dapat meningkat sehingga jumlah bukti audit yang direncanakan akan dikumpulkan akan turun. Auditor dapat meningkatkan risiko deteksi terencana pada saat pengendalian intern bersifat efektif karena pengendalian intern yang efektif akan mengurangi kemungkinan hadirnya salah saji dalam laporan keuangan.” 2.2.2. Pengendalian Intern yang Lemah atau Tidak Efektif Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, dan Mark Beasley dengan alih bahasa oleh Tim Dejacarta (2004:432) : “Suatu kelemahan pengendalian intern adalah ketidakhadiran kendali yang cukup, yang meningkatkan risiko dari salah saji dalam laporan keuangan. Jika menurut penilaian auditor, pengendalian itu tidak cukup
untuk memenuhi salah satu dari sasaran hasil audit yang terkait dengan transaksi, harapan dari salah saji demikian untuk terjadi akan meningkat.” 2.2.3. Prosedur Pengoperasian Pengendalian Intern Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, dan Mark Beasley dengan alih bahasa oleh Tim Dejacarta (2004:428) : Ada 4 jenis prosedur digunakan untuk mendukung pengoperasian pengendalian intern. Mereka adalah : 1. Melakukan Wawancara dengan Personil Klien yang Sesuai. Walaupun pemeriksaan secara umum bukanlah sumber bukti yang kuat mengenai operasional pengendalian yang efektif, itu adalah suatu format bukti yang sesuai. Sebagai contoh, auditor bisa menentukan personil tidak sah tidak diijinkan akses ke arsip komputer dengan wawancara dengan orang yang mengendalikan perpustakaan komputer dan dengan orang yang mengendalikan pemberian kata sandi keamanan akses yang online. 2. Menguji Dokumen, Arsip, dan Catatan. Banyak kendali yang meninggalkan suatu jejak yang jelas atas bukti audit. Sebagai contoh, bahwa ketika sebuah pesanan pelanggan diterima, itu digunakan untuk membuat suatu pesanan penjualan pelanggan, yang disetujui untuk kredit. Pesanan pelanggan dilampirkan dengan pesanan penjualan sebagai otorisasi untuk proses selanjutnya. Auditor menguji dokumen itu untuk menyakinkan bahwa mereka lengkap dan benarbenar cocok dan tandatangan atau inisial yang dibutuhkan telah ada. 3. Mengamati Aktivitas yang Terkait dengan Pengendalian. Jenis aktivitas lain yang terkait dengan pengendalian tidak meninggalkan suatu jejak bukti. Sebagai contoh, pemisahan kewajiban bersandar pada orang tertentu yang melakukan tugas tertentu, dan biasanya tidak ada dokumentasi dari prestasi / penampilan yang terpisah. Untuk pengendalian yang tidak meninggalkan bukti dokumentasi, auditor umumnya mengamati mereka diterapkan pada berbagai poin sepanjang tahun. 4. Melaksanakan Kembali Prosedur Klien. Ada juga aktivitas yang terkait dengan pengendalian di mana terkait dokumen dan arsip, tetapi isi mereka adalah tidak cukup untuk tujuan auditor menilai apakah kendali beroperasi secara efektif. Sebagai contoh, asumsikan bahwa harga tersedia pada faktur penjualan akan dibuktikan dengan suatu daftar harga standar oleh personil klien sebagai suatu
prosedur verifikasi internal, tetapi tidak ada indikasi dari prestasi / penampilan yang dimasukkan pada faktur penjualan. Dalam kasus ini, adalah umum untuk auditor untuk benar-benar melaksanakan kembali aktivitas pengendalian untuk melihat apakah hasil yang sesuai telah diperoleh. Untuk contoh ini, auditor dapat melaksanakan kembali prosedur itu dengan menelusuri jejak harga penjualan kepada daftar harga yang sah yang berlaku pada tanggal transaksi tersebut. Jika tidak ditemukan kesalahan saji, auditor dapat menyimpulkan bahwa prosedur sedang operasi seperti yang diharapkan. 2.3.
Keputusan Mengumpulkan Bukti Audit Menurut Alvin, Elder, dan Beasley yang dialih bahasakan oleh Herman
wibowo dalam buku “Auditing dan jasa Assurance pendekatan Terintegrasi” (2008 : 224-227) adalah : “Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat, yang diperlukan untuk memenuhi keyakinan bahwa komponen laporan keuangan klien dan keseluruhan laporan telah disajikan secara wajar dan bahwa klien menyelenggarakan pengendalian intern yang efektif atas pelaporan keuangan”. Jadi keputusan mengumpulkan bukti ditentukan oleh jenis bukti audit dan jumlah bukti audit. 2.3.1. Pengertian Bahan Bukti Audit Arens, Elder, dan Beasley mengemukakan definisi bukti audit dalam bukunya “Auditing and Assurance Services an Integrated Approach” (2008:5) yaitu : “Evidence is any information used by the auditor to determine whether the information being audited is stated in accordance with the established criteria.”
Yang berarti bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit tersebut telah disajikan dengan kriteria yang ada. Menurut Mulyadi dan Kanaka Puradireja dalam bukunya “Auditing” (1998 : 71) mendefinisikan bahan bukti audit sebagai berikut : “Bahan bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angkaangka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya”. Menurut Boynton, Johnson, dan Kell yang dialih bahasakan oleh Paul, Gina, dan Ichsan dalam bukunya “Modern Auditing” (2002:206) menyatakan pengertian bukti audit sebagai berikut : “Bahan bukti kompeten yang mencukupi dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi, yang digunakan sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.” Bukti audit terdapat berbagai bentuk, termasuk pula pernyataan lisan dari klien (auditee), komunikasi tertulis dengan pihak ketiga, serta observasi yang dilakukan oleh auditor. Merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh sejumlah bukti audit yang cukup berkualitas agar dapat mencapai tujuan audit. Menentukan tipe serta banyaknya bukti audit yang harus dikumpulkan dan mengevaluasi apakah informasi tersebut sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan merupakan suatu bagian yang kritis dari setiap audit.
2.3.2
Jumlah Bukti Audit Auditor seringkali menggunakan sampling atau penarikan sampel, yang
biasanya dikombinasikan dengan prosedur audit lainnya, untuk memeriksa saldo akun atau kelompok transaksi. Sampling audit (audit sampling) merupakan aplikasi dari prosedur audit atas item-item yang jumlahnya kurang dari 100% dari seluruh item yang ada dalam saldo akun atau kelompok tersebut. Sesuai dengan SAS no 39, sampling audit (AU 350), terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi yang telah ditetapkan pada sampling audit : 1.
Jumlah populasi yang harus diuji kurang dari 100%.
2.
Hasil sampel harus diproyeksikan sebagai karakteristik populasi
3.
Proyeksi hasil sampel harus dibandingkan dengan saldo akun klien yang ada dan telah ditetapkan untuk menentukan apakah menerima atau menolak saldo klien.
Proyeksi hasil sampel harus digunakan untuk mengevaluasi prosedur pengendalian apakah efektif atau tidak efektif. Apabila auditor memberikan pendapatnya atas laporan keuangan klien, maka ia menyatakan suatu kepastian yang layak, dan bukan kepastian yang absolut atas reliabilitas laporan keuangan. Justifikasi untuk kepastian yang layak tetapi bukan kepastian yang mutlak, didasarkan atas standar ketiga dari pekerjaan lapangan : “ Bukti kompeten yang mencukupi harus diperoleh agar dapat memberikan dasar yang layak bagi suatu pendapat “. Jika auditor tidak dapat membenarkan menerima beberapa resiko, maka biaya audit akan menjadi penghalang karena jumlah transaksi
yang harus diuji akan lebih besar. Penarikan sampel atau sampling tidak boleh dilakukan tanpa adanya konsep kepastian yang layak. 2.3.3
Jenis Jenis Bukti Audit Dalam menentukan prosedur-prosedur audit mana yang akan digunakan,
auditor dapat memilihnya dari ketujuh jenis-jenis bukti audit. Alvin arens, Randal, dan Mark Beasley dalam buku “Auditing dan pelayanan verifikasi” (2004 : 250) mengemukakan ketujuh jenis-jenis bukti audit sebagai berikut : “ 1. Pengujian Fisik (physical examination) 2. Konfirmasi (confirmation) 3. Dokumentasi (documentation) 4. Prosedur Analitis (analytical procedures) 5. Wawancara kepada klien (Inquiries of the client) 6. Hitung uji (reperformance) 7. Observasi (observation)”.
1.
2.
Ketujuh jenis-jenis bukti diatas dapat diuraikan sebagai berikut : Pengujian Fisik (physical examination) Pengujian fisik adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan oleh auditor atas aktiva yang berwujud. Jenis bukti ini sering berkaitan dengan persediaan dan kas, tetapi dapat pula diterapkan untuk berbagai verifikasi atas surat berharga, surat piutang, serta aktiva tetap yang berwujud. Pengujian fisik yang secara langsung berarti verifikasi atas aktiva yang benar-benar ada, dianggap sebagai salah satu jenis bukti audit yang paling terpercaya dan berguna. Pada umumnya, pengujian fisik merupakan sarana ke tujuan untuk meyakinkan kebenaran kuantitas maupun uraian aktiva. Konfirmasi (confirmation) Konfirmasi menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen yang memberikan keakuratan informasi sebagaimana yang diminta oleh auditor. Permintaan ini ditujukan bagi klien, dan klien meminta pihak ketiga yang independen untuk memberikan tanggapannya secara langsung kepada auditor. karena konfirmasi-konfirmasi ini datang dari berbagai sumber yang independen terhadap klien, maka jenis bukti audit ini
3.
4.
5.
sangatlah dihargai dan merupakan jenis bukti audit yang paling sering dipergunakan. Dokumentasi (documentation) Dokumentasi adalah pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan. Berbagai dokumen yang diuji oleh auditor adalah catatan-catatan yang dipergunakan oleh klien untuk menyediakan informasi bagi pelaksanaan bisnis suatu organisasi. Karena pada umumnya setiap transaksi dalam organisasi klien ini minimal didukung oleh selembar dokumen, maka jenis bukti audit ini tersedia dalam jumlah besar. Dokumen-dokumen secara sederhana dapat diklasifikasikan sebagai dokumen internal dan eksternal. Dokumen internal adalah dokumen yang dipersiapkan dan dipergunakan dalam organisasi klien sendiri serta tidak pernah disampaikan kepada pihakpihak di luar organisasi seperti pelanggan atau pemasok klien. Contohcontoh dari dokumen internal adalah : salinan faktur penjualan, laporan jam kerja karyawan. Dokumen eksternal adalah dokumen yang pernah berada dalam genggaman seseorang di luar organisasi yang mewakili pihak yang menjadi klien dalam melakukan transaksi, tetapi dokumen tersebut saat ini berada di tangan klien atau dengan segera dapat diakses oleh klien. Contoh dari dokumen eksternal ini adalah faktur-faktur dari pemasok. Prosedur analitis (analytical procedures) Prosedur analitis yaitu menggunakan berbagai perbandingan dan hubungan-hubungan untuk menilai apakah saldo-saldo akun atau data lainnya nampak wajar. Contoh atas hal ini adalah perbandingan presentase antara laba kotor yang diperoleh selama tahun berjalan terhadap laba kotor yang diperoleh pada tahun sebelumnya. Prosedur analitis digunakan secara luas dalam praktek dan penggunaan prosedur tersebut telah meningkat dengan tersedianya komputer untuk melakukan perhitungan. Prosedur analitis digunakan untuk tujuan berbeda atas sebuah audit dimulai dari memahami industri dan bisnis klien, menilai kemampuan dan keberlanjutan bisnis entitas, menunjukkan munculnya kemungkinan kesalahan penyajian dalam laporan keuangan, mengurangi pengujian audit secara rinci. Wawancara dengan klien (inquiries of the client) Wawancara adalah upaya untuk memperoleh informasi baik secara lisan maupun tertulis dari klien sebagai tanggapannya atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh auditor. Walaupun banyak bukti yang diperoleh dari klien berasal dari hasil wawancara ini, bukti tersebut tidak dapat dinyatakan sebagai bukti yang meyakinkan karena tidak diperoleh dari sumber yang independen dan barangkali cenderung mendukung pihak klien. Oleh karena itu, saat auditor memperoleh bukti
6.
7.
2.4.
dari hasil wawancara ini, maka pada umumnya merupakan suatu keharusan bagi auditor untuk memperoleh bukti audit lainnya yang lebih meyakinkan melalui berbagai prosedur lainnya. Hitung uji (reperformance) Hitung uji melibatkan pengujian kembali berbagai perhitungan dan transfer informasi yang dibuat oleh klien pada suatu periode yang berada dalam periode audit pada sejumlah sampel yang diambil auditor. pengujian kembali atas berbagai perhitungan ini terdiri dari pengujian atas keakuratan aritmatis klien. Hal ini mencakup sejumlah prosedur seperti pengujian perkalian dalam faktur-faktur penjualan, penjumlahan dalam jurnal-jurnal dan catatan-catatan pendukung, serta menguji perhitungan atas beban depresiasi dan beban dibayar dimuka. Observasi (observation) Observasi adalah penggunaan indera perasa untuk menilai aktivitasaktivitas tertentu. Sepanjang proses audit, terdapat banyak kesempatan bagi auditor untuk mempergunakan indera penglihatan, pendengaran, perasa, dan penciumannya dalam mengevaluasi berbagai item yang sangat beraneka ragam. Contohnya, auditor dapat melakukan perjalanan ke ruang pabrik untuk memperoleh suatu pandangan umum akan berbagai fasilitas yang dimiliki klien, mengamati apakah peralatan yang ada masih layak untuk digunakan, serta mengamati para individu yang melaksanakan tugas-tugas akuntansi untuk memperoleh apakah individu yang diserahi tanggung jawablah yang melaksanakan tugas tersebut. Pengaruh
Kondisi
Pengendalian
Intern
Terhadap
Keputusan
Mengumpulkan Bukti Audit oleh Auditor Bahwa kondisi pengendalian intern sebagai pengendalian dalam menentukan jumlah bukti yang di kumpulkan oleh auditor. Bukti-bukti harus sesuai data yang telah ada dilapangan. Bahwa kondisi disini sangat menentukan bahan bukti yang dikumpulkan oleh auditor. Menurut Mulyadi dalam buku Auditing (2002:80) tentang Kondisi Pengendalian Intern dengan bukti audit :
“Kuat atau lemahnya Pengendalian Intern merupakan faktor utama yang menentukan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor dari berbagai sumber bukti audit. Semakin kuat pengendalian intern, semakin sedikit bukti audit yang harus dikumpulkan sebagai dasar pernyataan pendapat auditor. Jika pengendalian intern lemah, auditor harus mengumpulkan jumlah bukti audit yang lebih banyak.” Arens, Elder, dan Beasley mengemukakan kondisi pengendalian intern dengan bukti audit yang telah diterjemahkan oleh Tim Dejacarta dalam bukunya “Auditing dan Pelayanan Verifikasi” (2004:15) yaitu : “Jika klien memiliki suatu pengendalian intern yang sangat baik, maka jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan dapat dikurangi secara signifikan daripada jika pengendalian internnya tidak memadai.” Dari pernyataan diatas bahwa kondisi pengendalian intern sangat berpengaruh terhadap bahan bukti yang dikumpulkan oleh seorang auditor. Pengendalian intern yang baik atau kuat dapat memberikan kemudahan oleh seorang auditor karena bukti audit yang dikumpulkan semakin sedikit. Dan sebaliknya jika pengendalian intern yang lemah dapat menyebabkan bukti audit yang banyak.
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1.
Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah kondisi pengendalian intern
serta pengaruhnya terhadap keputusan mengumpulkan bukti audit oleh auditor. Penelitian ini dilaksanakan pada 5 (lima) Kantor Akuntan Publik terdaftar dalam Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yang merupakan KAP terbesar yang berada di kota Bandung. 3.1.1.
Populasi Penelitian Pengertian populasi menurut Sugiyono (2002:57) yaitu : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Objek tersebut bisa merupakan manusia, file-file, atau dokumen-dokumen
yang dipandang sebagai objek penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi penelitian adalah para auditor eksternal atau akuntan publik yang bekerja pada 5 (lima) Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Bandung yang terdaftar pada Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Jawa Barat
Di mana populasinya dapat digambarkan pada tabel berikut ini. Tabel 3-1 Rincian Jumlah Populasi . Kantor Akuntan Publik KAP Mansyur dan Rekan KAP Drs. Gunawan Sudrajat KAP La Midjan dan Rekan, KAP Dra Yati Rutiyah KAP Sanusi, Supardi dan Soegiharto
Jumlah populasi 10 11 9 9 11
Dari tabel di atas, maka jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 40 auditor dari 5 Kantor Akuntan Publik
3.1.2.
Ukuran Sampel Ukuran sampel merupakan besarnya sampel yang diambil untuk
melaksanakan suatu penelitian dari populasi yang telah ditentukan. Besarnya sampel dapat ditentukan secara statistik atau melalui estimasi penelitian. Perlu diperhatikan bahwa sampel yang dipilih harus representatif, dalam arti segala karakteristik yang ada pada populasi dapat tercermin dalam sampel yang dipilih. Dengan berpedoman pada pendapat Winarto Surakhmat (2000 ; 100) yang menyatakan bahwa : “Untuk pedoman umum dapat dilaksanakan bahwa bila populasi dibawah 100 orang, maka dapat digunakan sampel 50%. Dan jika diatas 100 orang, digunakan sampel 15%.”
Dengan demikian ukuran sampel yang diambil peneliti pada 5 Kantor Akuntan Publik di kota Bandung adalah sebanyak 40 responden. Sehingga jumlah responden yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 50% x 40 orang auditor = 20 orang auditor. Pengambilan sampel ini didasarkan karena keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti. Diharapkan jumlah sampel tersebut dapat mewakili dari seluruh akuntan publik yang bekerja pada 5 Kantor Akuntan Publik tersebut.
3.1.3.
Teknik Sampling Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Teknik sampling pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling (pengambilan secara acak) dan non probability sampling (pengambilan sampel secara tidak acak atau sistematis). Metode pengambilan sampel secara acak meliputi simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random dan area random. Sedangkan metode pengambilan sampel secara tidak acak meliputi sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidential, purposive sampling sampling jenuh, dan snowball sampling. Dalam penelitian ini dipergunakan Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu sudah pernah bekerja minimal 3 tahun, karena sudah memiliki banyak pengalaman dalam melaksanakan tugas audit.
3.1.4.
Prosedur Pemilihan Objek Penelitian Prosedur penelitian objek penelitian yang dilakukan penulis dalam skripsi
ini adalah sebagai berikut : 1.
Penulis mempelajari beberapa buku yang berhubungan dengan akuntansi khususnya mengenai auditing untuk mendapatkan topik penelitian yang akan penulis tuangkan dalam bentuk skripsi.
2. Berdasarkan topik penelitian yang telah ditetapkan, penulis membuat batasan masalah, tujuan yang ingin dicapai, menyusun kerangka pemikiran dan lokasi penelitian. 3. Penulis menyampaikan rencana penelitian pada 5 Kantor Akuntan Publik yang telah ditentukan. 4. Penulis mengajukan judul dan membuat proposal penelitian kepada Ketua atau Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung untuk mendapat persetujuan. 5. Setelah mendapat persetujuan dari Ketua atau Sekretaris Program Studi Akuntansi, penulis kemudian mengajukan proposal penelitian untuk mendapatkan Surat Keputusan (SK) dari Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung mengenai penetapan dosen pembimbing yang ditunjuk untuk mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.
3.2.
Metode Penelitian
3.2.1.
Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deksriptif asosiatif,
adapun pengertian deskriftif asosiatif menurut Sugiyono (2007:8) adalah sebagai berikut : “Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis lebih lanjut dengan alat Bantu berupa dasar-dasar teori yang dipelajari dan dapat digunakan untuk menarik kesimpulan.” Dalam hal ini bagaimana pengaruh kondisi pengendalian intern terhadap keputusan mengumpulkan bukti oleh auditor. Penulis menggunakan jenis ini karena merupakan suatu analisis yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai objek dengan melakukan survey. Data yang diperoleh selama penelitian akan diolah dan dianalisis serta dijadikan bahan pengujian dalam penelitian. Hasil akhir penelitian ini merupakan hasil pengujian dari teori atau hipotesis melalui perhitungan statistik, di mana hasil yang keluar adalah diterima atau ditolak
3.2.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Sesuai dengan judul skripsi ini, maka penulis menggunakan dua variabel dalam penelitian, yaitu : 1) Variabel
Bebas (independent variable) yaitu variabel yang mempengaruhi
variabel lain yang tidak bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah Kondisi Pengendalian Intern 2) Variabel
Terikat (Dependent Variable) yaitu variabel yang dipengaruhi atau
disebabkan oleh variabel lain. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah Keputusan Mengumpulkan Bukti Audit
Untuk lebih jelasnya operasionalisasi variabel (X) dan operasionalisasi variabel (Y) dapat dilihat dibawah ini :
OPERASIONALISASI VARIABEL (X) Variabel Kondisi
Sub Variabel
Indikator
1.Pemisahan
pengendalian
fungsi
intern (X)
memadai
a.Pemisahan yang
penjagaan
Skala aset
dari Ordinal
akuntansi b.Otorisasi atas transaksi c.Pemisahan operasional
tanggung
dari
jawab
tanggung
jawab
penyimpanan catatan d.Pemisahan
kewajiban
TI
dari
departemen pemakai 2.Otorisasi yang a.Otorisasi umum sesuai
dari b.Otorisasi khusus
transaksi
dan
Ordinal
aktivitas 3.Dokumen dan a.Bernomor berurutan (prenumbered) catatan
Ordinal
yang b.Disiapkan tepat waktu
memadai
c.Sederhana d.Dirancang
untuk
berbagai
penggunaan yang berkaitan dengan transaksi. 4.Pengendalian
e.Memuat seluruh prosedur transaksi. a. Pengendalian fisik aset
Ordinal
fisik atas aset b. Pengendalian fisik catatan dan catatan 5.Pemeriksaan independen verifikasi internal
a. Periode / b. Kualitas pemeriksaan
Ordinal
Menurut : Alvin A. Arens, Randal J. Elder, dan Mark Beasley dialih bahasakan oleh Herman Wibowo (2008:380-284) OPERASIONALISASI VARIABEL (Y) Variabel Keputusan
Sub Variabel Indikator 1 Jumlah bukti a. Jumlah populasi
Mengumpulkan
audit
Skala Ordinal
b. Jumlah sampel
Bukti Audit
c. Proyeksi hasil sampel
(Y) 2.
Jenis
bukti a. Pengujian Fisik
audit
Ordinal
b. Konfirmasi c. Dokumentasi d. Prosedur Analitis e. Wawancara kepada klien f. Hitung uji
g. Observasi Menurut : Alvin A. Arens, Randal J. Elder, dan Mark Beasley dialih bahasakan oleh Herman Wibowo (2008:231-238)
3.2.3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah merupakan cara-cara untuk memperoleh data yang diperlukan, adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Survey (kuisioner) Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara survey, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dari suatu populasi dengan menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan)
sebagai
alat
pengumpulan
data.
Kuisioner
merupakan
teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
3.2.4. Model Penelitian Model penelitian yang dimaksud adalah abstraksi dari fenomena-fenomena yang sedang diteliti dan model penelitian bertujuan untuk mempermudah menggambarkan masalah yang diteliti antara variabel X dan variabel Y. Model penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
GAMBAR 3.1 MODEL PENELITIAN
KONDISI PENGENDALIAN INTERN(X)
KEPUTUSAN MENGUMPULKAN BUKTI AUDIT OLEH AUDITOR(Y)
3.2.5 Analisis Data dan Rancangan 3.2.5.1 Pengujian Validitas dan Pengujian Reliabilitas 1)
Pengujian Validitas Menurut Sugiyono dalam buku “Metode Penelitian Bisnis” (2004 : 109)
instrumen penelitian dikatakan valid apabila alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data tersebut valid. Oleh karena itu, untuk mendapatkan instrumen yang valid peneliti menggunakan pengujian validitas instrumen penelitian dengan metode pengujian validitas isi (content validity) dengan analisis item, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor butir instrumen dengan skor total. Untuk menghitung korelasi pada uji validitas menggunakan korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut :
r=
∑
(∑
AB
A2 )(∑ B 2 )
Dimana : A : Skor item pernyataan di kurang rata-rata skor item pernyataan B : Total skor item di kurang rata-rata total skor item pernyataan r : Korelasi antara skor item dengan total skor item pernyataan 2)
Pengujian Reliabilitas
Pengunaan pengujian reliabilitas oleh peneliti adalah untuk menilai
konsistensi pada objek dan data, apakah instrumen yang digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Untuk
menguji reliabilitas dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode
internal consistency dengan teknik belah dua / split half (Spearman Brown)
dengan rumus sebagai berikut :
r=
2 xr 1+ r
AB
dimana : r
AB
= reliabilitas seluruh instrumen
AB
r = korelasi rata-rata product moment
3.2.5.2 Analisis Data Analisis data merupakan penyederhanaan data kedalam bentuk yang mudah dibaca, dipahami dan diinterprestasikan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1.
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara sampeling, dimana yang diselediki adalah sampel yang merupakan sebuah sub himpunan dari pengukuran yang dipilih dari populasi yang menjadi perhatian dalam penelitian.
2.
Setelah metode pengumpulan data ditentukan, kemudian ditentukan alat untuk memperoleh data dari elemen-elemen yang akan diselidiki. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Untuk melakukan penilaian atau memberikan skor kuisioner peneliti menggunakan skala likert. Skala likert adalah teknik pengukuran yang digunakan untuk mengubah data kualitatif yang diperoleh dan jawaban kuisioner menjadi suatu ukuran data kuantitatif melalui summanated rating methode yaitu the likert scale , yang merupakan suatu pengukuran skala ordinal. 3. Daftar kuisioner kemudian disebar kebagian-bagian yang telah ditetapkan. Setiap item dari kuisioner ini memiliki 5 jawaban dengan masing-masing nilai atau skor yang berbeda dengan menggunakan alternatif jawaban sebagai berikut: •
Skor 5, untuk jawaban yang dianggap sangat mendukung dari kondisi seperti yang diharapkan.
•
Skor 4, untuk jawaban yang dianggap mendukung dari kondisi seperti yang diharapkan.
•
Skor 3, untuk jawaban yang dianggap kurang mendukung dari kondisi seperti yang diharapkan.
•
Skor 2, untuk jawaban yang dianggap tidak mendukung dari kondisi seperti yang diharapkan.
•
Skor 1, untuk jawaban yang dianggap sangat tidak mendukung dari kondisi seperti yang diharapkan. Tabel 3.3
Tabel pertanyaan atau pernyataan Skor/Nilai Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Skor 5
Interprestasi jawaban kuisioner Sangat Tidak Setuju (STS), jawaban sangat menyimpang dari kondisi yang diharapkan Tidak Setuju (TS), jawaban menyimpang dari kondisi yang diharapkan Ragu-Ragu (RR), jawaban kurang mendukung dari kondisi yang diharapkan Setuju (S), jawaban kurang yang mendukung dari kondisi yang diharapkan Sangat Setuju (SS), jawaban sangat mendukung dari kondisi yang diharapkan
Untuk pertanyaan atau pernyataan atas kuisioner yang diajukan kepada responden, maka nilai bobot tertinggi diberikan untuk tanggapan yang sangat setuju, sedangkan untuk bobot nilai terendah diberikan untuk tanggapan yang sangat tidak setuju. Apabila data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data, disajikan dan dianalisis. Dalam penelitian ini menggunakan uji statistik. Untuk meneliti Variabel X dan variabel Y, analisis yang digunakan berdasarkan rata-rata (median) dari masing-masing variabel. Nilai rata-rata ini didapat dengan menjumlahkan atas keseluruhan dalam setiap variabel, kemudian dibagi dengan jumlah responden. Me =
∑ Xi N
Me =
∑ Yi N
Me = Median
Me = Median
Xi = Nilai X ke-I sampai ke-n
Yi = nilai Y ke-I sampai Y ke-n N = Jumlah Responden
Nilai variabel X terdapat 15 pernyataan, nilai tertinggi variabel X adalah 5 sehingga (5X15) = 75 sedangkan nilai terendah adalah 1, maka (1X15) = 15. Variabel X kondisi pengendalian intern, rentang (75 – 15= 60) jadi 60 : 5 = 12, maka penulis tentukan sebagai berikut : •
Nilai 12 – 24 ; dirancang untuk kriteria “Tidak Memadai ”
•
Nilai 25– 37 ; dirancang untuk kriteria “ Kurang Memadai ”
•
Nilai 38 – 50 ; dirancang untuk kriteria “Cukup Memadai ”
•
Nilai 51 – 63 ; dirancang untuk kriteria “ Memadai ”
•
Nilai 64 – 75 ; dirancang untuk kriteria “ Sangat Memadai “
Nilai variabel Y terdapat 13 pernyataan, nilai tertinggi variabel Y adalah 5, maka (5X13) = 65, sedangkan nilai terendah adalah 1, maka (1X13) = 13. Variabel Y keputusan mengambil bukti audit , rentang (65 –13 = 52) jadi 52 : 5 = 10,4 maka penulis tentukan sebagai berikut : •
Nilai 10,4 – 20,8 ; dirancang untuk kriteria “Tidak Memadai”
•
Nilai 21,8 – 32,2 ; dirancang untuk kriteria “Kurang Memadai”
•
Nilai 33,2 – 43,6 ; dirancang untuk kriteria “ Cukup Memadai”
•
Nilai 44,6 – 54,6 ; dirancang untuk kriteria “Memadai”
•
Nilai 55,2 – 65 ; dirancang untuk kriteria “sangat Memadai“
3.2.5.3 Rancangan Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis yang diajukan yaitu “Kondisi pengendalian intern berpengaruh terhadap keputusan mengumpulkan bukti audit oleh auditor”, penulis menggunakan tes statistik dan perhitungan nilai tes statistik. Skala yang digunakan untuk mengukur kedua variabel penelitian adalah menggunakan skala ordinal dan pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara kedua variabel yang akan diteliti. Dimana hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara kedua variabel yang akan diteliti, yaitu bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel X dan variabel Y dan dalam hal ini berarti ditolak. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh antara kedua variabel yang akan diteliti yaitu variabel X dan variabel Y, dan dalam hal ini berarti diterima. Menurut Sugiyono dalam bukunya Statistika Untuk Penelitian (2002 : 160) penetapan hipotesis nol dan hipotesis alternatif adalah sebagai berikut : Ho = 0
adalah tidak terdapat pengaruh kondisi pengendalian intern terhadap keputusan mengumpulkan bukti audit oleh auditor.
Ha ≠ 0
adalah terdapat pengaruh pengaruh kondisi pengendalian intern terhadap keputusan mengumpulkan bukti audit oleh auditor. Hipotesis yang diajukan akan diuji dengan menggunakan analisis
korelasi rank spearman dengan rumus sebagai berikut :
n
rs = 1 −
6∑ di 2 i =1 3
n − n
di mana, rs
= Koefisien korelasi
di
= Xi – Yi (selisih rangking)
n
= jumlah responden Nilai koefisien korelasi (r) berkisar antara – 1,00 hingga 1,00 atau -1 <
r < 1 di mana : a. Nilai r = +1 atau mendekati +1, menunjukkan adanya hubungan yang sangat positif kuat diantara variabel-variabel yang diteliti dan merupakan hubungan positif. b. Nilai r -1 atau mendekati -1, menunjukkan hubungan yang sangat kuat diantara variabel-variabel yang diteliti dan merupakan hubungan yang negatif, artinya kedua variabel merupakan hubungan yang terbalik. c. Nilai r = 0 atau mendekati 0, menunjukkan hubungan yang timbul di antara kedua variabel sangat lemah atau bahkan tidak ada hubungan. Untuk menentukan daerah penerimaan dan penolakan hipotesis berdasarkan nilai rs adalah sebagai berikut : Apabila nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak, dan Ha diterima. Apabila nilai t hitung < t tabel maka Ho diterima, dan Ha ditolak.
Untuk dapat memberikan interprestasi terhadap kuatnya pengaruh tersebut, maka digunakan pedoman seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono dalam bukunya “Metode Penelitian Bisnis” (2006 : 183) yang terdapat pada tabel berikut : Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,00 – 0,199
Tingkat Hubungan Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
Apabila dalam perhitungan data yang dikumpulkan, terdapat cukup banyak rangking yang berangka sama maka digunakan faktor koreksi sebagai berikut : T =
t3 −t 12
di mana, T = Korelasi nilai yang sama t = jumlah rangking yang sama Sesuai dengan rumus koreksi di atas maka dapat dicari rs dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
rs =
∑
∑ y −∑ ∑x∑ y
x2 + 2
2
2
di 2
2
∑
n2 − n x = − 12
∑
Tx
∑
n2 − n y = − 12
∑
Ty
2
2
Sedangkan dalam pengujian ini penulis menggunakan tingkat signifikansi (α) = 0,05 karena dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara kedua variabel tersebut. Artinya kemungkinan benar dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai tingkat probabilitas 95% atau toleransi kesalahan 5%. Sedangkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh antara variabel X dengan Y maka penulis menggunakan rumus koefisien determinasi dengan memasukkan nilai dari koefisien korelasi yang diperoleh di dalam rumus di bawah ini : Kd = rs x 100 % Dari nilai koefisien determinasi yang diperoleh, penulis akan mengetahui nilai (dalam bentuk persentase) kondisi pengendalian intern mempengaruhi keputusan mengumpulkan bukti audit yang dikumpulkan auditor pada masing-masing Kantor Akuntan Publik di kota Bandung.
3.2.7. Proses Penelitian Proses penelitian merupakan tahap-tahap yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini. Adapun tujuannya adalah untuk memudahkan dan menguraikan kegiatan apa saja yang dilakukan peneliti dalam menyusun skripsi ini. Rangkaian kegiatan dalam proses penelitian dilakukan secara terencana dan sistematis di dalam menyusun suatu permasalahan dan akhirnya mencoba untuk memecahkan masalah tersebut dalam suatu bentuk penelitian. Tahap-tahap penelitian yang dilakukan antara yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan berkaitan sangat erat. Adapun proses penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Menetapkan topik penelitian. 2. Latar belakang penelitian. 3. Identifikasi masalah. 4. Menyusun kerangka pemikiran. 5. Tinjauan pustaka. 6. Metodologi penelitian. 7. Pengumpulan dan pengolahan data. 8. Penyusunan laporan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
4.1.1.
Sejarah Singkat Kantor Akuntan Publik Dalam penelitian ini, dilakukan penelitian pada 5 (lima) KAP di kota
Bandung, Yaitu : 1.
Kantor Akuntan Publik (KAP) Mansur, Suripto dan Rekan, merupakan akuntan yang bergerak dibidang penyedia Jasa akuntansi, Jasa Audit, Jasa Perpajakan, Konsultan Manajemen, dan Sistem Informasi pada berbagai perusahaan baik domestik atau asing. Kantor akuntan ini dipimpin oleh Drs. Moh. Mansur MM.Ak sebagai akuntan publik yang telah berpengalaman lebih dari tiga puluh tahun. Izin usaha kantor akuntan publik ini adalah Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep.410/KM.17/2000; tanggal 17 November 2000. Kantor Akuntan Publik ini beralamat di JL. Turangga No. 23. Kantor Akuntan
Publik Mansur, Suripto dan Rekan mempunyai staf yang
berpengalaman dan berpendidikan dalam dan luar negeri. 2.
Kantor Akuntan Publik (KAP) La Midjan dan Rekan berdiri pada tanggal 24 juli 1981 berdasarkan surat ijin usaha nomor S1-01120/MK.4/1981 dari departemen Keuangan RI. Pada 1987 mendapat surat izin menjalankan praktek dari Menteri Keuangan RI Nomor S1-464/SK.11/1987. Pada awal berdiri kantor akuntan publik ini bernama “Drs. La Midjan” yang dipimpin langsung oleh
Bapak La Midjan. Pada tahun 1996 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor S1-1359/MK.17/1996 berganti nama menjadi “Drs La Midjan dan Rekan”. Hal ini terjadi karena pimpinan kantor akuntan publik meninggal dunia. Berdasarkan Surat Izin Menteri Keuangan RI diatas, aktivitas dan kepemimpinan kantor akuntan publik dilanjutkan oleh putra beliau, Drs. Azhar Susanto, Mbuss. Kantor Akuntan Publik ini melayani jasa akuntansi, jasa audit, konsultan manajemen, dan penyusunan sistem informasi akuntansi dan sistem informasi manajemen berbasis manual dan komputer. Saat ini Kantor Akuntan Publik (KAP) La Midjan dan Rekan beralamat di Jalan Ir. H. Djuanda No.207. 3.
Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Gunawan Sudrajat didirikan pada tahun 1996 yang bertujuan memenuhi berbagai aktivitas ekonomi akan jasa akuntansi, manajemen, dan perpajakan lainnya. Klien KAP Drs. Gunawan Sudrajat saat ini terdiri dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan, pariwisata, manufaktur, MLM, koperasi, dan lain-lain. Sejalan dengan pertumbuhan bisnis klien, KAP Drs. Gunawan Sudrajat senantiasa berpegang teguh pada Standar Auditing dan Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh IAI.
4.
Kantor Akuntan Publik (KAP) Dra Yati Rutiyah. Kantor Akuntan Publik ini bergerak dibidang usaha jasa audit, jasa akuntansi, jasa konsultasi manajemen, konsultasi pajak. Saat ini izin usaha KAP Dr. Yati Rutiyah : 98.1.0056 dari menteri keuangan RI nomor : kep.605/KM.171/1998 tertanggal 24 Agustus
1998 yang berkantor di JL Ujung Berung Indah Berseri I Blok g no.2 komplek ujung berung indah. 5.
Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Sanusi, Supardi, Soegiharto, merupakan KAP yang bergerak di bidang penyediaan jasa akuntansi, jasa audit, jasa perpajakan, konsultasi manajemen dan sistem informasi. Izin usaha KAP ini adalah KEP Menkeu RI Nomor KEP – 949 /KM.17/1998 tanggal 23 Oktober 1998 dan beralamatkan di Jl. Cikawao No. 40 Bandung.
4.1.2. •
Struktur Organisasi dan Uraian Tugas 5 KAP di Kota Bandung Kantor Akuntan Publik Mansur, Suripto dan Rekan
1. Rekan Pimpinan Rekan 2. Secretariat dan Administrasi 3. Rekan I 4. Rekan II -
Manajer Audit
-
Staf Audit
•
Kantor Akuntan Publik Drs. La Midjan dan Rekan
1. Rekan Pimpinan 2. Rekan I 3. Rekan II 4. Rekan III
4. Manajer 5. Human Research Development 6. Divisi Management Service -
Supervisor
-
Ketua Tim, asisten senior
-
Asisten semi senior
-
Asisten junior
7. Administrasi dan arsip 8. Divisi audit -
Supervisor
-
Ketua Tim, asisten senior
-
Asisten semi senior
-
Asisten junior
9. Divisi Pajak -
Supervisor
-
Ketua tim
-
Asisten senior
-
Asisten junior
10. Administrasi dan keuangan -
Keuangan
-
Administrasi
11. Umum dan personalia
-
Umum
-
Personalia
•
Kantor Akuntan Publik Drs. Gunawan Sudrajat
1. Pimpinan (Partner) a.
Memimpin dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan pekerjaan kantor akuntan publik.
b.
Memimpin pelaksanaan pekerjaan audit.
c.
Memimpin pelaksanaan pekerjaan konsultasi.
d.
Memimpin tugas pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan tugas pekerjaan butir b dan butir c.
2. Sekretaris -
-
Menyelenggarakan tugas-tugas kesekretariatan yang meliputi : a.
Mengurus surat menyurat
b.
Menerima telepon dan faximile
c.
Menerima tamu
Menyelenggarakan tugas umum dan rumah tangga yang meliputi : a.
Melaksanakan
tugas
rumah
tangga
bersama
pegawai
yang
bersangkutan, misalnya menjaga kebersihan, pelayanan konsumsi pegawai. b. 3. Staf Ahli
Memelihara gedung kantor, sarana dan prasarana.
a.
Membantu pimpinan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan dalam KAP.
b.
Melaksanakan tugas mewakili pimpinan atas dasar tugas tertulis dari pimpinan.
c.
Memberikan pendapat dan saran-saran mengenai pekerjaan KAP.
4. Asisten Bidang Auditing. a.
Mempersiapkan kontrak kerja sama audit.
b.
Merencanakan dan menyusun program audit, meliputi : -
Menetapkan penugasan auditor dan menyiapkan surat tugas.
-
Menyusun rancangan program audit dan mempersiapkan perlengkapan untuk melaksanakan pekerjaan.
c.
Memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan audit, meliputi : -
Menyelenggarakan administrasi audit.
-
Membuat
laporan
kepada
pimpinan
dan
bersama
pimpinan
menyelesaikan permasalahan. 5. Asisten bidang konsultasi a.
Mempersiapkan kontrak kerjasama antara KAP dengan klien
b.
Mengurus pengajuan dan persyaratan permohonan kredit kepada pihak bank dan institusi lainnya.
c.
Menyelenggarakan lobby dengan pihak-pihak terkait atas dasar tugas dari pimpinan.
d.
Mengadakan pengawasan dan menyelenggarakan administrasi.
e.
Melaporkan hasil pekerjaan kepada pimpinan.
•
Kantor Akuntan Publik Dra. Yati Rutiyah
1. Rekan Pimpinan 2. manajer 3. Office Manager -
Marketing
-
SDM
-
Administrasi dan Keuangan
4. Divisi Pajak 5. Divisi Audit -
Manager Audit
-
Supervisor
-
Senior Auditor
-
Auditor
-
Junior Auditor
-
Asisten Auditor
6. Divisi Manajemen, IT, dan Diklat •
Kantor Akuntan Publik Sanusi, Supardi, dan Soegiharto
1. Partner (Pimpinan) Tujuan fungsional pimpinan adalah mengelola dan membina kerjasama yang baik dengan supervisor dan staf-staf bawahan serta pihak-pihak ekstern perusahaan.
Tugas utama dan tanggung jawab jabatan : a. Menetapkan kebijaksanaan, tujuan program kerja jangka panjang, semua kegiatan sesuai dengan tujuan fungsional b. Mengawasi seluruh kegiatan organisasi khususnya kegiatan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh para stafnya. c. Membina, membimbing, dan memotivasi karyawan. d. Memeriksa dan mereview hasil laporan para staf. e. Membina hubungan baik dengan para klien dan pihak lain yang berkepentingan. f. Penandatanganan kontrak dengan pihak luar. g. Penandatanganan surat-surat masuk maupun surat keluar. h. Menjelaskan kebijakan program jangka pendek dan jangka panjang kepada bawahan. i. Menjamin kerahasiaan seluruh data organisasi dan hal-hal yang perlu dirahasiakan. 2. Sekretaris Bertanggung jawab langsung kepada pimpinan dan melaksanakan instruksi yang diberikan oleh pimpinan. Bagian ini diharapkan dapat membantu pimpinan dalam menjalankan administrasi kantor. Tugas dan tanggung jawab sekretaris adalah sebagai berikut : a.
Membuat surat keluar bagi keperluan direksi dan staf.
b.
Mencatat surat-surat masuk dan mengarsipkannya.
c.
Mencatat surat-surat masuk dan mengarsipkannya.
d.
Melaksanakan penyusunan penyimpangan laporan keuangan perusahaanperusahaan yang telah diaudit.
e.
Membantu kegiatan pimpinan.
f.
Menerima telepon dan menginformasikannya.
g.
Menyediakan keperluan alat tulis kantor untuk kelancaran pekerjaan
h.
Menyediakan absensi karyawan.
3. Supervisor Tanggung jawab dan tugas : a.
Membuat perencanaan pemeriksaan yang teratur.
b.
Pengawasan atas pekerjaan lapangan, yang meliputi : -
Penugasan pekerjaan para staf akuntan.
-
Melaksanakan tugas lapangan yang tidak dapat didelegasikan kepada bawahan.
-
Meninjau (mereview) atas pekerjaan bawahan.
-
Memberi laporan pada atasan mengenai pelaksanaan pekerjaan.
-
Menjaga hubungan baik dengan klien.
c.
Membuat penulisan laporan dan menganalisa hasil laporan.
d.
Mengadakan pertemuan rutin dengan klien.
e.
Memecahkan
masalah
yang
disampaikan
menyelesaikannya. f.
Melaksanakan penagihan biaya audit.
staf
bawahan
serta
g.
Menjaga kerahasiaan perusahaan klien yang sedang diperiksa.
h.
Mendidik staf bawahan melalui latihan dalam tugas dan memberikan penilaian terhadap pekerjaan sebagai dasar latihan kenaikan jabatan atau dasar untuk memberikan nasihat-nasihat perbaikan kesejahteraan staf bawahan.
4. Ketua Tim Asisten Senior Ketua Tim Asisten Senior mempunyai tanggung jawab dan tugas sebagai berikut : a.
Menjalankan tugas pemeriksaan ke perusahaan atas instruksi supervisor.
b.
Membuat kertas kerja pemeriksaan bersama staf bawahannya.
c.
Menyampaikan temuan-temuan pemeriksaan kepada supervisor dan mendiskusikannya bersama.
d.
Membuat draft laporan auditan.
e.
Memeriksa kembali hasil laporan.
5. Asisten Semi Senior Asisten Semi Senior bertanggung jawab kepada Ketua Tim Asisten Senior. Tugas Asisten Semi Senior ini sama halnya dengan tugas Ketua Tim Asisten Senior dan dapat bertindak menggantikan Ketua Tim Asisten Senior apabila Ketua Tim Senior berhalangan. 6. Asisten Junior (Junior Auditor) Seorang junior auditor bertanggung jawab langsung kepada semua atasannya. Tugas dan tanggung jawab seorang junior auditor adalah sebagai berikut :
a.
Melaksanakan pekerjaan pemeriksaan atas instruksi atasannya.
b.
Membuat kertas kerja pemeriksaan.
c.
Merekapitulasi pos-pos neraca dan laba rugi.
d.
Mengumpulkan data pendukung.
e.
Memberitahukan dan mencatat dokumen yang tidak lengkap kepada senior atau supervisor.
4.1.3
Gambaran Umum Responden Dari jumlah keseluruhan responden yang terdapat pada 5 Kantor Akuntan
Publik di kota Bandung, maka peneliti dengan menggunakan teknik purposive sampling memperoleh data hasil penelitian berupa kuesioner yang disebarkan kepada 20 responden. Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang mempunyai jabatan senior auditor, supervisor, manajer, dan partner. Jabatan – jabatan tersebut dijadikan sebagai responden karena sudah memiliki banyak pengalaman dalam melaksanakan tugas audit.
4.1.4
Kondisi Pengendalian Intern Hasil penelitian atas kondisi pengendalian intern diperoleh dari jawaban
kuisioner yang disebarkan kepada 20 responden pada 5 kantor akuntan publik yang ada dikota Bandung. Untuk menilai penentuan kondisi pengendalian intern oleh auditor tersebut penulis akan mengolah hasil jawaban menjadi sebuah data, untuk
lebih jelasnya penulis akan menyajikan hasil penelitian mengenai kondisi pengendalian intern yang menjadi subjek penelitian sebagai berikut :
•
Kantor Akuntan Publik Mansyur, Sucipto dan Rekan
1. Pemisahan Fungsi Yang Memadai Untuk mengetahui hasil jawaban responden mengenai kondisi pengendalian intern dengan sub variabel pemisahan fungsi yang memadai dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.1 Pemisahan fungsi yang memadai No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
1
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
2
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
3
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
4
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
56.25
43.75
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai pemisahan fungsi yang memadai sebagian besar menjawab “sangat setuju” (56.25%) dan “setuju” (43.75%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat pemisahan fungsi yang memadai dapat menunjang kondisi pengendalian intern.
2. Otorisasi yang sesuai dari Transaksi dan Aktivitas Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas No. Pernyataan
Frekuensi jawaban berdasarkan peringkat jawaban 5
4
5
2
6
1
3
2
Persentase jawaban (%)
1
5
4
2
50
50
3
25
75
37.5
62.5
Rata-rata
3
2
1
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas sebagian besar menjawab “setuju” (62.5%) dan “sangat setuju” (37.5%) menjawab “sangat setuju”. Hal ini membuktikan bahwa auditor berpendapat otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas dapat menunjang kondisi pengendalian intern. 3. Dokumen dan Catatan yang Memadai Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai dokumen dan catatan yang memadai dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3 Dokumen dan catatan yang memadai No Pernyataan 7
Frekuensi jawaban berdasarkan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
-
4
-
-
-
-
100
-
-
-
8
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
9
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
10
1
3
-
-
-
25
75
-
-
-
11
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
45
55
-
-
-
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “setuju” (55%) dan “sangat setuju” (45%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat dokumen dan catatan yang memadai dapat menunjang kondisi pengendalian intern. 4. Pengendalian Fisik atas Aset dan Catatan Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai pengendalian fisik atas aset dan catatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Pengendalian fisik atas aset dan catatan No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
12
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
13
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
50
50
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “sangat setuju” (50%) dan “setuju” (50%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat pengendalian atas aset dan catatan dapat menunjang kondisi pengendalian intern.
5. Pemeriksaan Independen atau Verifikasi Internal Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai pemeriksaan independen dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5 Pemeriksaan independen atau verifikasi internal No Pernyataan
Frekuensi jawaban berdasarkan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
14
1
3
-
-
-
25
75
-
-
-
15
-
4
-
-
-
-
100
-
-
-
25
75
-
-
-
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “setuju” (75%) dan “sangat setuju” (25%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat pemeriksaan independen dapat menunjang kondisi pengendalian intern.
•
Kantor Akuntan Publik Drs. La Midjan dan Rekan
1. Pemisahan Fungsi Yang Memadai Untuk mengetahui hasil jawaban responden mengenai kondisi pengendalian intern dengan sub variabel pemisahan fungsi yang memadai dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.6 Pemisahan fungsi yang memadai No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
1
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
2
1
3
-
-
-
25
75
-
-
-
3
1
3
-
-
-
25
75
-
-
-
4
-
3
1
-
-
-
75
25
-
-
25
68.75
6.25
-
-
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “setuju” (68.75%), “sangat setuju” (25%) dan “ragu-ragu” (6.25%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat pemisahan fungsi yang memadai dapat menunjang kondisi pengendalian intern. 2. Otorisasi yang sesuai dari Transaksi dan Aktivitas Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.7 Otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas No. Pernyataan
Frekuensi jawaban berdasarkan peringkat jawaban 5
4
5
-
6
1
5
4
4
-
100
3
25
75
12.5
87.5
Rata-rata
3
2
1
Persentase jawaban (%) 3
2
1
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “setuju” (87.5%) dan “sangat setuju” (12.5%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas dapat menunjang kondisi pengendalian intern. 3. Dokumen dan Catatan yang Memadai Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai dokumen dan catatan yang memadai dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.8 Dokumen dan catatan yang memadai No Pernyataan
Frekuensi jawaban berdasarkan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
7
1
3
-
-
-
25
75
-
-
-
8
-
4
-
-
-
-
100
-
-
-
9
-
4
-
-
-
-
100
-
-
-
10
-
3
1
-
-
-
75
25
-
-
11
1
3
-
-
-
25
75
-
-
-
10
85
5
-
-
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “setuju” (85%), “sangat setuju” (10%) dan “ragu-ragu” (5%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat dokumen dan catatan yang memadai dapat menunjang kondisi pengendalian intern.
4. Pengendalian Fisik atas Aset dan Catatan Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai pengendalian fisik atas aset dan catatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.9 Pengendalian fisik atas aset dan catatan No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
12
1
3
-
-
-
25
75
-
-
-
13
-
4
-
-
-
-
100
-
-
-
12.5
87.5
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “setuju” (87.5%) dan “sangat setuju” (12.5%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat pengendalian fisik atas aset dan catatan dapat menunjang kondisi pengendalian intern. 5. Pemeriksaan Independen atau Verifikasi Internal Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai pemeriksaan independen dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.10 Pemeriksaan independen atau verifikasi internal No Pernyataan
Frekuensi jawaban berdasarkan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
14
1
3
-
-
-
25
75
-
-
-
15
1
3
-
-
-
25
75
-
-
-
25
75
-
-
-
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “setuju” (75%) dan “sangat setuju” (25%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat pemeriksaan independen dapat menunjang kondisi pengendalian intern. •
Kantor Akuntan Publik Drs. Gunawan Sudrajat
1. Pemisahan Fungsi Yang Memadai Untuk mengetahui hasil jawaban responden mengenai kondisi pengendalian intern dengan sub variabel pemisahan fungsi yang memadai dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.11 Pemisahan fungsi yang memadai No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
1
4
-
-
-
-
100
-
-
-
-
2
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
3
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
4
1
3
-
-
-
25
75
-
-
-
56.25
43.75
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai pemisahan fungsi yang memadai sebagian besar menjawab “sangat setuju” (56.25%) dan “setuju” (43.75%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat pemisahan fungsi yang memadai dapat menunjang kondisi pengendalian intern.
2. Otorisasi yang sesuai dari Transaksi dan Aktivitas Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.12 Otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas No. Pernyataan
Frekuensi jawaban berdasarkan peringkat jawaban 5
4
5
3
6
2
3
2
Persentase jawaban (%)
1
5
4
1
75
25
2
50
50
62.5
37.5
Rata-rata
3
2
1
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “sangat setuju” (62.5%) dan “setuju” (37.5%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas dapat menunjang kondisi pengendalian intern. 3. Dokumen dan Catatan yang Memadai Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai dokumen dan catatan yang memadai dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.13 Dokumen dan catatan yang memadai No Pernyataan
Frekuensi jawaban berdasarkan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
7
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
8
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
9
-
4
-
-
-
-
100
-
-
-
10
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
11
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
50
50
-
-
-
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “sangat setuju” (50%) dan “setuju” (50%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat dokumen dan catatan yang memadai dapat menunjang kondisi pengendalian intern. 4. Pengendalian Fisik atas Aset dan Catatan Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai pengendalian fisik atas aset dan catatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.14 Pengendalian fisik atas aset dan catatan No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
12
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
13
-
4
-
-
-
-
100
-
-
-
25
75
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “setuju” (75%) dan “sangat setuju” (25%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat pengendalian fisik atas aset dan catatan dapat menunjang kondisi pengendalian intern
5. Pemeriksaan Independen atau Verifikasi Internal Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai pemeriksaan independen dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.15 Pemeriksaan independen atau verifikasi internal No Pernyataan
Frekuensi jawaban berdasarkan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
14
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
15
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
50
50
-
-
-
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “sangat setuju” (50%) dan “setuju” (50%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat pemeriksaan independen dapat menunjang kondisi pengendalian intern.
•
Kantor Akuntan Publik Dra. Yati Ruhiyati
1. Pemisahan Fungsi Yang Memadai Untuk mengetahui hasil jawaban responden mengenai kondisi pengendalian intern dengan sub variabel pemisahan fungsi yang memadai dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.16 Pemisahan fungsi yang memadai No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
1
4
-
-
-
-
100
-
-
-
-
2
4
-
-
-
-
100
-
-
-
-
3
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
4
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
81.25
18.75
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai pemisahan fungsi yang memadai sebagian besar menjawab “sangat setuju” (81.25%) dan “setuju” (18.75%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat pemisahan fungsi yang memadai dapat menunjang kondisi pengendalian intern. 2. Otorisasi yang sesuai dari Transaksi dan Aktivitas Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.17 Otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas No. Pernyataan
Frekuensi jawaban berdasarkan peringkat jawaban 5
4
5
2
6
2
5
4
2
50
50
2
50
50
50
50
Rata-rata
3
2
1
Persentase jawaban (%) 3
2
1
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “sangat setuju” (50%) dan “setuju” (50%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas dapat menunjang kondisi pengendalian intern. 3. Dokumen dan Catatan yang Memadai Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai dokumen dan catatan yang memadai dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.18 Dokumen dan catatan yang memadai No Pernyataan
Frekuensi jawaban berdasarkan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
7
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
8
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
9
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
10
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
11
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
60
40
-
-
-
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “sangat setuju” (60%) dan “setuju” (40%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat dokumen dan catatan yang memadai dapat menunjang kondisi pengendalian intern.
4. Pengendalian Fisik atas Aset dan Catatan Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai pengendalian fisik atas aset dan catatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.19 Pengendalian fisik atas aset dan catatan No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
12
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
13
4
-
-
-
-
100
-
-
-
-
87.5
12.5
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “sangat setuju” (87.5%) dan “sangat setuju” (12.5%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat pengendalian fisik atas aset dan catatan dapat menunjang kondisi pengendalian intern 5. Pemeriksaan Independen atau Verifikasi Internal Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai pemeriksaan independen dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.20 Pemeriksaan independen atau verifikasi internal No Pernyataan
Frekuensi jawaban berdasarkan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
14
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
15
4
-
-
-
-
100
-
-
-
-
75
25
-
-
-
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “sangat setuju” (75%) dan “setuju” (25%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat pemeriksaan independen dapat menunjang kondisi pengendalian intern. •
Kantor Akuntan Publik Sanusi, Supardi dan Soegiharto
1. Pemisahan Fungsi Yang Memadai Untuk mengetahui hasil jawaban responden mengenai kondisi pengendalian intern dengan sub variabel pemisahan fungsi yang memadai dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.21 Pemisahan fungsi yang memadai No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
1
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
2
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
3
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
4
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
75
25
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai pemisahan fungsi yang memadai sebagian besar menjawab “sangat setuju” (75%) dan “setuju” (25%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat pemisahan fungsi yang memadai dapat menunjang kondisi pengendalian intern.
2. Otorisasi yang sesuai dari Transaksi dan Aktivitas Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.22 Otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas No. Pernyataan
Frekuensi jawaban berdasarkan peringkat jawaban 5
4
5
4
6
2
3
2
Persentase jawaban (%)
1
5
4
-
100
-
2
50
50
75
25
Rata-rata
3
2
1
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “sangat setuju” (75%) dan “setuju” (25%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas dapat menunjang kondisi pengendalian intern. 3. Dokumen dan Catatan yang Memadai Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai dokumen dan catatan yang memadai dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.23 Dokumen dan catatan yang memadai No Pernyataan
Frekuensi jawaban berdasarkan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
7
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
8
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
9
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
10
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
11
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
60
40
-
-
-
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “sangat setuju” (60%) dan “setuju” (40%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat dokumen dan catatan yang memadai dapat menunjang kondisi pengendalian intern. 4. Pengendalian Fisik atas Aset dan Catatan Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai pengendalian fisik atas aset dan catatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.24 Pengendalian fisik atas aset dan catatan No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
12
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
13
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
75
25
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “sangat setuju” (75%) dan “sangat setuju” (25%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat pengendalian fisik atas aset dan catatan dapat menunjang kondisi pengendalian intern.
5. Pemeriksaan Independen atau Verifikasi Internal Berdasarkan jawaban responden untuk pernyataan mengenai pemeriksaan independen dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.25 Pemeriksaan independen atau verifikasi internal No Pernyataan
Frekuensi jawaban berdasarkan peringkat jawaban
Persentase jawaban (%)
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
14
2
2
-
-
-
50
50
-
-
-
15
3
1
-
-
-
75
25
-
-
-
62.5
37.5
-
-
-
Rata-rata
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai tanggung jawab kepada klien sebagian besar menjawab “sangat setuju” (62.5%) dan “setuju” (37.5%). Hal ini membuktikan bahwa responden berpendapat pemeriksaan independen dapat menunjang kondisi pengendalian intern. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa : -
Auditor berpendapat bahwa pemisahan fungsi yang memadai dapat menunjang kondisi pengendalian intern sebesar 67.4 %
-
Auditor berpendapat bahwa otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas dapat menunjang kondisi pengendalian intern sebesar 67.5 %
-
Auditor berpendapat bahwa dokumen dan catatan yang memadai dapat menunjang kondisi pengendalian intern sebesar 62 %
-
Auditor berpendapat bahwa pengendalian fisik atas aset dan catatan dapat menunjang kondisi pengendalian intern sebesar 75 %
-
Auditor berpendapat bahwa pemeriksaan independent dapat menunjang kondisi pengendalian intern sebesar 67.5 %
4.1.5 Keputusan Mengumpulkan Bukti Audit Sehubungan dengan kuisioner bukti audit, penulis mengajukan pernyataanpernyataan yang berhubungan dengan bukti audit. Hasil penelitian ini diperoleh dari jawaban kuisioner yang disebarkan kepada 20 responden pada 5 kantor akuntan publik yang ada dikota Bandung. •
Kantor Akuntan Publik Mansur, Sucipto dan Rekan
1. Jumlah Bukti Audit Untuk
mengetahui
hasil
jawaban
responden
mengenai
keputusan
mengumpulkan bukti audit dengan indikator jumlah bukti audit dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.26 Jumlah bukti audit No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban 5
4
1
2
2 3
3
2
2
Persentase jawaban (%) 5
4
2
50
50
2
2
50
50
1
3
25
75
Rata-rata
41.7
58.3
3
2
1
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai jumlah bukti audit sebagian besar menjawab “setuju” (58.3%) dan “sangat setuju” (41.7%.) Hal ini membuktikan bahwa jumlah bukti audit merupakan unsur dari keputusan mengumpulkan bukti audit. 2. Jenis Bukti Audit Untuk
mengetahui
hasil
jawaban
responden
mengenai
keputusan
mengumpulkan bukti audit dengan indikator jenis bukti audit dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.27 Jenis bukti audit No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban 5
4
4
-
5
3
2
2
Persentase jawaban (%) 5
4
4
-
100
1
3
25
75
6
1
3
25
75
7
1
3
25
75
8
1
3
25
75
9
1
3
25
75
10
-
4
-
100
11
2
2
50
50
12
1
3
25
75
13
-
4
-
100
Rata-rata
20
80
3
2
1
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai jenis bukti audit sebagian besar menjawab “setuju” (80%) dan “sangat setuju” (20%). Hal ini membuktikan bahwa jenis bukti audit merupakan unsur dari keputusan mengumpulkan bukti audit.
•
Kantor Akuntan Publik Drs. La. Midjan dan Rekan
1. Jumlah Bukti Audit Untuk
mengetahui
hasil
jawaban
responden
mengenai
keputusan
mengumpulkan bukti audit dengan indikator jumlah bukti audit dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.28 Jumlah bukti audit No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban 5
4
1
1
2 3
3
2
2
Persentase jawaban (%) 5
4
3
25
75
1
3
25
75
-
4
-
100
Rata-rata
16.7
83.3
3
2
1
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai jumlah bukti audit sebagian besar menjawab “setuju” (83.3%) dan “sangat setuju” (16.7%). Hal ini membuktikan bahwa jumlah bukti audit merupakan unsur dari keputusan mengumpulkan bukti audit.
2. Jenis Bukti Audit Untuk
mengetahui
hasil
jawaban
responden
mengenai
keputusan
mengumpulkan bukti audit dengan indikator jenis bukti audit dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.29 Jenis bukti audit No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban 5
4
4
4
5
3
2
5
4
-
100
-
2
2
50
50
6
1
3
25
75
7
3
1
75
25
8
-
4
-
100
9
-
2
-
50
10
1
3
25
75
11
1
3
25
75
12
2
2
50
50
13
-
4
-
100
Rata-rata
35
60
2
2
Persentase jawaban (%) 3
2
1
50
5
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai jenis bukti audit sebagian besar menjawab “setuju” (60%), “sangat setuju” (35%) dan “ragu-ragu” (5%). Hal ini membuktikan bahwa jenis bukti audit merupakan unsur dari keputusan mengumpulkan bukti audit.
•
Kantor Akuntan Publik Drs. Gunawan Sudrajat
1. Jumlah Bukti Audit Untuk
mengetahui
hasil
jawaban
responden
mengenai
keputusan
mengumpulkan bukti audit dengan indikator jumlah bukti audit dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.30 Jumlah bukti audit No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban 3
2
2
Persentase jawaban (%)
5
4
5
4
3
1
4
-
2
-
4
3
1
3
25
75
Rata-rata
41.7
58.3
2
1
100 100
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai jumlah bukti audit sebagian besar menjawab “setuju” (58.3%) dan “sangat setuju” (41.7%). Hal ini membuktikan bahwa jumlah bukti audit merupakan unsur dari keputusan mengumpulkan bukti audit.
2. Jenis Bukti Audit Untuk
mengetahui
hasil
jawaban
responden
mengenai
keputusan
mengumpulkan bukti audit dengan indikator jenis bukti audit dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.31 Jenis bukti audit No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban 5
4
4
3
5
3
2
Persentase jawaban (%)
2
5
4
3
1
75
25
3
1
75
25
6
2
2
50
50
7
2
2
50
50
8
2
2
50
50
9
2
2
50
50
10
4
-
100
-
11
2
2
50
50
12
3
1
75
25
13
4
-
100
-
Rata-rata
67.5
32.5
2
1
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai jenis bukti audit sebagian besar menjawab “sangat setuju” (67.5%) dan “setuju” (32.5%). Hal ini membuktikan bahwa jenis bukti audit merupakan unsur dari keputusan mengumpulkan bukti audit. •
Kantor Akuntan Publik Dra. Yati Ruhiyati
1. Jumlah Bukti Audit Untuk
mengetahui
hasil
jawaban
responden
mengenai
keputusan
mengumpulkan bukti audit dengan indikator jumlah bukti audit dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.32 Jumlah bukti audit No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban 5
4
1
2
2 3
3
2
Persentase jawaban (%)
2
5
4
2
50
50
2
2
50
50
2
2
50
50
Rata-rata
50
50
3
2
1
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai jumlah bukti audit sebagian besar menjawab “sangat setuju” (50%) dan “sangat setuju” (50%). Hal ini membuktikan bahwa jumlah bukti audit merupakan unsur dari keputusan mengumpulkan bukti audit. 2. Jenis Bukti Audit Untuk
mengetahui
hasil
jawaban
responden
mengenai
keputusan
mengumpulkan bukti audit dengan indikator jenis bukti audit dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.33 Jenis bukti audit No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban 5
4
4
4
5
3
2
2
Persentase jawaban (%) 5
4
-
100
-
4
-
100
-
6
3
1
75
25
7
4
-
100
-
3
2
1
8
3
1
75
25
9
3
1
75
25
10
3
1
75
25
11
3
1
75
25
12
3
1
75
25
13
3
1
75
25
Rata-rata
82.5
17.5
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai jenis bukti audit sebagian besar menjawab “sangat setuju” (82.5%) dan “setuju” (17.5%). Hal ini membuktikan bahwa jenis bukti audit merupakan unsur dari keputusan mengumpulkan bukti audit. •
Kantor Akuntan Publik Sanusi, Supardi dan Soegiharto
1. Jumlah Bukti Audit Untuk
mengetahui
hasil
jawaban
responden
mengenai
keputusan
mengumpulkan bukti audit dengan indikator jumlah bukti audit dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.34 Jumlah bukti audit No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban 5
4
1
3
2 3
3
2
2
Persentase jawaban (%) 5
4
1
75
25
3
1
75
25
4
-
100
-
3
2
1
Rata-rata 83.3 16.7 Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai jumlah bukti audit sebagian besar menjawab “sangat setuju” (83.3%) dan “sangat setuju” (16.7%). Hal ini membuktikan bahwa jumlah bukti audit merupakan unsur dari keputusan mengumpulkan bukti audit. 2. Jenis Bukti Audit Untuk
mengetahui
hasil
jawaban
responden
mengenai
keputusan
mengumpulkan bukti audit dengan indikator jenis bukti audit dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.35 Jenis bukti audit No. Frekuensi jawaban berdasarkan Pernyataan peringkat jawaban 5
4
4
4
5
3
2
2
Persentase jawaban (%) 5
4
-
100
-
4
-
100
-
6
3
1
75
25
7
4
-
100
-
8
3
1
75
25
9
2
2
50
50
10
3
1
75
25
11
2
2
50
50
12
3
1
75
25
13
3
1
75
25
Rata-rata
77.5
22.5
3
2
1
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil jawaban responden mengenai jenis bukti audit sebagian besar menjawab “sangat setuju” (77.5%) dan “setuju” (22.5%). Hal ini membuktikan bahwa jenis bukti audit merupakan unsur dari keputusan mengumpulkan bukti audit. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa : -
Auditor berpendapat jumlah bukti audit merupakan unsur dari keputusan mengumpulkan bukti audit sebesar 66.64%.
-
Auditor berpendapat bahwa jenis bukti audit merupakan unsur dari keputusan mengumpulkan bukti audit sebesar 73.5%.
4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas 4.2.1.1 Hasil Pengujian Terhadap Validitas Variabel X Variabel kondisi pengendalian intern (variabel X) diukur dengan 15 item pertanyaan dengan pembobotan nilai 1 sampai 5. Hasil pengujian validitas dengan menggunakan rumus product moment pearson menunjukkan bahwa 15 item pertanyaan tersebut dinyatakan valid, karena hasil nilai 15 item tersebut lebih besar dari 0.30, yang artinya t hitung > t tabel. Hal ini menunjukkan bahwa semua item pertanyaan tersebut mampu untuk mengukur variabel kondisi pengendalian intern.
Tabel 4.36 Hasil akhir uji validitas variabel X No. pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
4.2.1.2
Variabel X r r hitung kritis 0.31 0.30 0.43 0.30 0.47 0.30 0.59 0.30 0.67 0.30 0.41 0.30 0.39 0.30 0.36 0.30 0.45 0.30 0.56 0.30 0.36 0.30 0.45 0.30 0.62 0.30 0.45 0.30 0.46 0.30
Keputusan valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
Hasil Pengujian Terhadap Validitas Variabel Y Variabel keputusan mengumpulkan bukti audit diukur dengan menggunakan
13 item pertanyaan dengan pembobotan nilai 1 sampai 5. Pengujian validitas variabel Y ini menggunakan rumus product moment pearson. Hasil uji validitas ini menunjukkan bahwa 13 item pertanyaan tersebut lebih besar dari 0.30, yang artinya t hitung > t tabel. Hal ini menunjukkan bahwa semua item pertanyaan tersebut mampu untuk mengukur variabel keputusan mengumpulkan bukti audit.
Tabel 4.37 Hasil akhir uji validitas variabel Y No. pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Variabel Y r r hitung kritis 0.38 0.30 0.32 0.30 0.68 0.30 0.50 0.30 0.65 0.30 0.67 0.30 0.47 0.30 0.79 0.30 0.52 0.30 0.59 0.30 0.59 0.30 0.49 0.30 0.78 0.30
Keputusan valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
4.2.1.3 Hasil Pengujian Reliabilitas Pengujian reliabilitas digunakan untuk melihat konsistensi objek dan data yang diteliti. Pengujian ini menggunakan rumus spearman brown. Hasil dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa untuk variabel X reliabilitasnya adalah 0.73, itu berarti bahwa r hitung > r tabel untuk tingkat signifikansi 5% sebesar 0.450 maka variabel X dinyatakan reliabel. Sedangkan untuk variabel Y, hasil reliabilitasnya menunjukkan angka 0,69. Itu berarti r hitung > r tabel untuk tingkat signifikansi 5% sebesar 0.450, maka variabel Y dinyatakan reliabel.
Tabel 4.38 Hasil akhir pengujian reliabilitas Variabel
Reliabilitas internal (r hitung)
r kritis taraf signifikansi 5%
Keputusan
X
0.73
0.450
Reliabel
Y
0.69
0.450
Reliabel
4.2.2 Analisis Data 4.2.2.1 Analisis kondisi pengendalian intern Berdasarkan hasil penelitian mengenai kondisi pengendalian intern, maka peneliti mencoba menjelaskan hasil penelitian pada auditor di 5 (lima) Kantor Akuntan Publik dikota Bandung sebagai berikut :
Tabel 4.39 Hasil Kuesioner Variabel X
Pertanyaan responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 4 5 4 5 4 5 5 4 5
2 5 4 5 5 4 5 4 4 5
3 5 5 4 4 4 5 4 4 5
4 4 4 5 5 4 3 4 4 5
5 4 4 5 5 4 4 4 4 5
6 4 5 4 4 4 4 4 5 5
7 4 4 4 4 5 4 4 4 5
8 4 5 5 5 4 4 4 4 4
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 jumlah
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 95
4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 93
5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 91
4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5 87
5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 91
5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 88
4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 88
5 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 89
9 5 5 5 4 4 4 4 4 5
10 5 4 4 4 4 4 4 3 5
11 4 5 5 4 5 4 4 4 5
12 4 4 5 5 4 4 5 4 5
13 4 4 5 5 4 4 4 4 4
14 5 4 4 4 4 5 4 4 5
15 4 4 4 4 4 4 4 5 5
jum 6 6 6 6 6 6 6 6 7
5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 5 91 88
4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 92
4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 91
4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 89
5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 88 90
6 6 6 7 7 7 6 6 6 7 7 13
Nilai rata-rata (mean) total skor responden dari hasil perhitungan tabel 4.39 adalah :
Me =
∑
Xi n
=
1351 = 67.55 20
Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata tersebut dengan kriteria yang ditetapkan penulis (bisa dilihat pada bab 3) maka nilai rata-rata variabel X tersebut adalah 67.55 yang terletak diantara 64-75 yang berarti kriteria “sangat memadai”. Untuk menganalisis kondisi pengendalian intern, maka penulis dapat menjabarkan implementasi kondisi pengendalian intern ke dalam indikator-indikator di bawah ini : 1.
Pemisahan Fungsi yang Memadai Dalam melakukan pemeriksaan terhadap aset perusahaan, auditor berpendapat bahwa perlu dilakukan pengujian apakah terdapat pemisahan fungsi antara penjagaan aset dan bagian akuntansi, serta perlu memeriksa otorisasi atas transaksi, menguji pemisahan tanggung jawab operasional dari tanggung jawab penyimpanan, dan auditor juga harus melakukan pemeriksaan mengenai pemisahan tugas departemen
teknologi
informasi
dengan
departemen
pemakai
informasi. 2.
Otorisasi yang sesuai dari transaksi aktivitas. Auditor berpendapat bahwa perlu melakukan pengujian mengenai kebijakan atas otorisasi umum (kebijakan umum perusahaan untuk persetujuan dari semua transaksi didalam batas yang dinyatakan) dan
otorisasi khusus (persetujuan transaksi kasus-per kasus yang tidak tercakup oleh kebijakan perusahaan) untuk beberapa transaksi.
3.
Dokumen dan Catatan yang Memadai. Auditor berpendapat bahwa perlu dilakukan pemeriksaan atas dokumen yang bernomor urut, dokumen yang disiapkan tepat waktu, dokumen yang sederhana agar mudah dipahami dan dokumen yang seharusnya dirancang untuk berbagai penggunaan yang berkaitan dengan transaksi tertentu.
4.
Pengendalian Fisik atas Aset dan Catatan Auditor berpendapat bahwa diperlukan pengujian pengendalian fisik atas aset dan catatan telah memadai.
5.
Pemeriksaan Independen (Verifikasi Internal) Auditor berpendapat bahwa pemerikasaan secara independen perlu dilakukan pada saat melaksanakan pengujian atas pengendalian intern serta menguji kualitas pelaksanaan pemeriksaan internal.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi pengendalian intern yang diukur dengan indikator, yaitu : pemisahan fungsi yang memadai, otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas, dokumen dan catatan yang memadai, pengendalian fisik atas aset dan catatan, dan pemeriksaan independen. Auditor berpendapat bahwa perlu dilakukan pengujian untuk menentukan keputusan mengumpulkan bukti audit.
4.2.2.2 Analisis Keputusan Mengumpulkan Bukti Audit Dari kuisioner yang telah disebarkan, peneliti mencoba menjelaskan hasil penelitian sebagai berikut : Tabel 4.40 Hasil kuisioner variabel Y
responde n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5
2 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5
3 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5
4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5
5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
Pertanyaan 6 7 8 9 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 3 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4
10 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4
11 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4
12 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5
13 jumlah 4 54 4 56 4 56 4 55 4 56 4 53 4 55 4 58 5 64 5 61 5 58 5 57 5 64 4 57 5 63 5 63 5 63 5 61
19 20
5 4
jumlah
5 5
5 5
5 5
5 5
4 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 4
5 4
5 4
92 88 88 95 94 90 94 89 86
91
90
92
90
Nilai rata-rata (mean) total skor responden dari hasil perhitungan tabel 4.40 adalah : Me =
∑
Yi n
=
1179 = 58.95 20
Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata tersebut dengan kriteria yang ditetapkan penulis (bisa dilihat pada bab 3) maka nilai rata-rata variabel X tersebut adalah 58.95 yang terletak diantara 55,2-65 yang berarti kriteria “sangat memadai”. Untuk menganalisis keputusan menumpulkan bukti audit, maka penulis dapat menjabarkan implementasi keputusan mengumpulkan bukti audit kedalam indikatorindikator di bawah ini : Jumlah Bukti Audit
1.
Auditor berpendapat bahwa kuat atau lemahnya pengendalian intern akan menentukan jumlah sampel. Dengan kata lain jumlah bukti audit akan ditentukan oleh kondisi pengendalian intern. 2.
Jenis Bukti Audit •
Pengujian Fisik (physical examination) Auditor berpendapat bahwa pengujian fisik atas aktiva dianggap sebagai salah satu jenis bukti yang paling dipercaya, dan merupakan
64 61 1179
bukti yang menyakini bahwa aktiva benar-benar ada yang dimiliki oleh klien.
•
Konfirmasi (confirmation) Auditor cenderung meminta konfirmasi tertulis dari pada konfirmasi lisan.
•
Dokumentasi (documentation) Auditor berpendapat bahwa dokumen merupakan bukti audit yang digunakan secara luas oleh Auditor karena jenis bukti ini telah tersedia.
•
Prosedur analitis (analytical procedures) Auditor berpendapat bahwa perlu membandingkan suatu data atau informasi dengan data lainnya sebagai pelaksanaan prosedur analitis.
•
Wawancara kepada klien (inguiries of the client) Auditor berpendapat bahwa wawancara kepada klien baik lisan atau tertulis perlu di lakukan guna memperoleh informasi tambahan.
•
Hitung uji (reperformance) Auditor berpendapat bahwa pengujian kembali berbagai perhitungan dan prosedur perlu dilakukan oleh auditor.
•
Observasi (observation)
Auditor berpendapat bahwa selama proses audit perlu dilakukan obsevasi untuk menguji beberapa prosedur kegiatan klien misal : untuk perhitungan atau penilaian atas persediaan barang. Dari hasil analisis yang penulis lakukan, penulis menyimpulkan bahwa dalam menilai keputusan mengumpulkan bukti audit, semua auditor berpendapat bahwa perlu memahami dengan baik prosedur audit yang digunakan dalam memeriksa serta keputusan mengumpulkan bahan bukti audit.
4.2.2.3
Analisis Pengaruh Kondisi Pengendalian Intern Terhadap Keputusan Mengumpulkan Bukti Audit oleh Auditor Dari hasil jawaban kuesioner variabel X dan variabel Y yang telah diperoleh
peneliti, maka peneliti melakukan pengujian hipotesis yang dikemukakan sebelumnya (bab III). Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Kondisi Pengendalian Intern Berpengaruh Terhadap Keputusan Mengumpulkan Bukti Audit oleh Auditor”. 1. Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian ini terdiri dari hipotesis nol (Ho) dengan hipotesis alternatif (Ha), yang pada penelitian ini adalah : •
Ho = 0
adalah tidak terdapat pengaruh kondisi pengendalin intern terhadap keputusan mengumpulkan bukti audit oleh auditor.
•
Ha ≠ 0
adalah terdapat pengaruh kondisi pengendalian intern terhadap keputusan mengumpulkan bukti audit oleh auditor.
2. Perhitungan Nilai Statistik Berikut adalah perhitungan nilai statistik dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman : Tabel 4.41 Pengolahan data untuk korelasi Rank Spearman No
Variabel X skor Rank x Responden X (Rx) 65 1 5 66 2 6.5 68 3 11 67 4 8.5 62 5 2.5 63 6 4 62 7 2.5 61 8 1 73 9 19.5 68 10 11 11 67 8.5 12 66 6.5 13 70 15.5 14 70 15.5 15 73 19.5 16 69 13.5 17 68 11 18 69 13.5 19 72 17.5
Variabel Y Skor Rank Y Y (Ry) 54 2 56 6 56 6 55 3.5 56 6 53 1 55 3.5 58 10.5 64 19 61 13 58 10.5 57 8.5 64 19 63 16 63 16 57 8.5 63 16 61 13 64 19
di (Rx Ry) 3 0.5 5 5 -3.5 3 -1 -9.5 0.5 -2 -2 -2 -3.5 -0.5 3.5 5 -5 0.5 -1.5
di2 9 0.25 25 25 12.25 9 1 90.25 0.25 4 4 4 12.25 0.25 12.25 25 25 0.25 2.25
20
72
17.5
61
13
4.5 20.25 jumlah 281.5
Bila dilihat pada tabel 4.43 di atas terdapat angka yang sama pada kedua
s
ranking X dan Y. Oleh karenanya rumus yang digunakan untuk mencari r (koefisien
korelasi rank spearman) adalah sebagai berikut :
∑
n3 − n x = − 12 2
∑
Tx
Faktor Koreksi Variabel X dan Y Variabel X Variabel Y 3 t −t Skor Kembar Frekuensi Skor Kembar Frekuensi 12 66 2 0.5 56 3 68 2 0.5 55 2 67 2 0.5 58 2 62 2 0.5 64 3 73 2 0.5 61 3 70 2 0.5 57 2 69 2 0.5 63 3 72 2 0.5
∑
Tx
Variabel X
4
∑
Ty
Variabl Y
t3 − t 12 2 0.5 0.5 2 2 0.5 2 9.5
n3 − n ∑ X2 = − ∑ Tx 12 20 3 − 20 ∑ X2 = − 4 12 7980 ∑ X2 = − 4 12 ∑ X 2 = 665 − 4 ∑ X 2 = 661
∑Y
2
n3 − n = − ∑ Ty 12
20 3 − 20 − 9.5 12 7980 ∑ Y2 = − 9.5 12 ∑ Y2 =
∑ Y 2 = 665 − 9.5 ∑ Y 2 = 655.5
Dari hasil tersebut dapat dicari koefisien korelasinya dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
x 2 + ∑ y 2 − ∑ di 2 rs = ∑ 2 ∑ x2 ∑ y2 r = s
r = s
661 + 655.5 − 281.5
2 ( 661)( 655.5 )
1035 1316.5
rs = 0.78 s
Dari hasil perhitungan tersebut di atas didapat r hitung adalah 0,78,
s
sedangkan r tabel dengan taraf signifikansi (α = 0.05) untuk n 20 adalah 0.450 yang
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara kondisi pengendalian intern
terhadap keputusan mengumpulkan bukti audit oleh auditor karena berada pada
kisaran antara 0,60 – 0.799 yang berdasarkan pada bab III.
s
s
Ini berarti bahwa r hitung (0.78) > r tabel (0.450), sehingga hipotesis nol (Ho)
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa
terdapat
pengaruh
antara kondisi pengendalian
intern
terhadap
keputusan
mengumpulkan bukti audit oleh auditor.
Untuk lebih meyakinkan bahwa kedua variabel tersebut berkorelasi atau tidak,
maka dilakukan uji t dan hasilnya dibandingkan dengan nilai t tabel. Apabila t hitung
lebih besar dari nilai t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan apabila nilai t
hitung lebih kecil dari nilai t tabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis
alternatif (Ha) ditolak.
Pengujian t adalah sebagai berikut : r n− 2 t= s 1− r 2 t=
t=
t=
0.78 20 − 2 1 − (0.78) 2 0.78 18 1 − 0.60 3.3092 0.63
t = 5.25
Dari hasil pengujian t tersebut diatas, di dapat nilai t hitung 4,12 dengan taraf
signifikansi α = 0,05 dan dk = n – 2 (dk = derajat kebebasan) maka t tabel adalah
2,101. Sehingga t hitung (5,25) > t tabel (2,101) dan ini menunjukkan bahwa
hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini berarti
hipotesis penelitian penulis seperti yang dikemukakan pada bab 1 bahwa kondisi
pengendalian intern mempunyai pengaruh terhadap keputusan mengumpulkan bukti
audit oleh auditor dapat diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X terhadap
variabel Y, maka digunakan rumus koefisien determinasi yaitu dengan menggunakan
rumus sebagai berikut : 2 s
KD = r x 100% 2
KD = 0.78 x 100%
KD = 60.84%
Berdasarkan
perhitungan
diatas
diketahui
bahwa
pengaruh
kondisi
pengendalian intern terhadap keputusan mengumpulkan bukti audit oleh auditor yaitu
sebesar 60.84%, sedangkan sisanya 39,16% dipengaruhi faktor-faktor lain yang
dalam hal ini tidak penulis teliti.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 5 (lima) Kantor Akuntan Publik dikota Bandung dengan didasari teori-teori yang telah dipelajari serta pembahasan yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Persepsi
auditor
mengenai
kondisi
pengendalian
intern
auditee,
menunjukan bahwa pengendalian intern telah dilaksanakan sudah sangat memadai, melalui penilaian atas : pemisahan fungsi yang memadai,
otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas, dokumen dan catatan yang memadai, pengendalian fisik atas aset dan catatan, dan pemeriksaan independen. Ditunjukan dengan skor 67.55 dan terletak diantara 64-75 yang penulis rancang untuk kriteria “Sangat Memadai”. 2. Keputusan mengumpulkan bukti audit oleh auditor telah dilaksanakan
dengan sangat memadai, melalui jumlah bukti audit dan jenis bukti audit. Ditunjukan dengan skor 56.95 terletak diantara 55.5-65 yang penulis rancang untuk kriteria “ Sangat memadai”. 3. Terdapat pengaruh yang kuat antara kondisi pengendalian intern dengan keputusan mengumpulkan bukti audit. Hasil ini memperlihatkan terdapat korelasi positif sebesar 0,78 dan pengaruh antar variabel dikatagorikan kuat, sedangkan dari koefisiensi determinasi terdapat pengaruh sebesar 60.84% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak peneliti teliti.
5.2 Saran Pada bagian akhir dari skripsi ini, peneliti bermaksud mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya..
•
auditor seharusnya lebih memperhatikan lagi didalam menentukan kondisi pengendalian intern auditiee supaya tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam mengambil keputusan mengumpulkan bukti audit.
•
Saran untuk peneliti selanjutnya, yaitu : o Mengevaluasi pertanyaan – pertanyaan yang digunakan untuk kuesioner penelitian, terutama bagi pertanyaan – pertanyaan dengan jawaban
yang
menyimpang
dari
jawaban
yang
diharapkan.
Penyimpangan tersebut terjadi karena responden kurang memahami pertanyaan yang dimaksud dan responden kurang peduli dengan jawaban dari kuesioner. o Memperluas responden dan penelitian dapat diperluas untuk meneliti indikator
lain
yang
dapat
mempengaruhi
keputusan
dalam
mengumpulkan bukti audit
DAFTAR PUSTAKA
Tunggal, Amin Wijaya. (2006), Internal Auditing Harvarindo, Jakarta.
(Suatu
Pengantar),
Arens, Alvin A. Elder, Randal J. and Beasley, Mark S. (2008), Auditing and Assurance Service an Integrated Approach, International Edition, Twelfth Edition, New Jersey : Prentice Hall Inc. Buku Pedoman Penyusunan Skripsi, (2000), FE UNPAS, Bandung. Hartadi, Bambang(1992), Sistem Pengendalian Intern, BPFE, Yogyakarta
Ikatan Akuntan Indonesia, (2001), Standar Profesional Akuntan Publik, Edisi I, Salemba Empat, Jakarta. Midjan,La dan Susanto,Azhar. (2001), Sistem Informasi Akuntansi 1, Lingga Jaya, Jakarta. Mulyadi, (2002), Auditing, edisi 6, Salemba Empat, Jakarta Sugiyono, (2006), Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung. Sunarto, (2003), Auditing, Panduan, Yogyakarta. Agoes,sukrisno. (2004), Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik), Lembaga Penerbit FE UI Jakarta.
Studi Kepustakaan Lainnya, yaitu : 1.
www.lenteraimpian.wordpress.com
2.
www.google.com
3.
www.yahoo.com
4.
media cetak dan elektronik lainnya.