PENGARUH PERMAINAN DAN KEMAMPUAN MENYIMAK TERHADAP KEMAMPUAN BERCERITA TITI RACHMI PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur. E-mail:
[email protected]
Abstract: The aim of the research is to analyze the influence between play and listening ability to the story telling skills of kindergarten student in Tangerang. This research spent two month since early march until april using experimental factorial 2x2 method with treatment by level. Sample of this research is selected 33 children in kindergarten RA Al Muhajirin and 30 children in kindergarten TK Bina Madani with a total of 63 children were determined by multistage sampling technique. Based on the analysis of data, thus it can be concluded that (1) story telling skills student that is given dramatic play is higher than story telling skills that is given constructive play, (2) there is interaction between play with listening skills trough story telling skills of kindergarten students, (3) story telling skill students that have higher listening skills and given dramatic play is higher than a group of student that is given constructive play, (4) story telling skills student that have lower listening skills and given dramatic play is lower than a group of student that is given constructive play. Keyword: Story Telling Skills, Dramatic and Constructive Play, Listening Ability.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh antara permainan dan kemampuan menyimak terhadap kemampuan bercerita siswa kelompok B Taman Kanak-kanak di Tangerang. Penelitian dilakukan pada bulan Maret dan April menggunakan metode eksperimen faktorial 2x2 dengan treatment by level. Penelitian ini menggunakan sampel 63 siswa taman kanak-kanak kelompok B terdiri dari 33 siswa berasal dari RA Al-Muhajirin dan 30 siswa berasal dari TK Bina Madani menggunakan teknik multistage sampling. Berdasarkan dari analisis data yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan diantaranya (1) kemampuan bercerita siswa yang diberikan permainan dramatik lebih tinggi daripada siswa yang diberikan permainan kontruktif, (2) Terdapat interaksi antara permainan dan kemapuan menyimak terhadap kemapuan bercerita siswa, (3) Kemampuan bercerita siswa yang memiliki kemapuan menyimak tinggi dan diberikan permainan dramatik lebih tinggi dari kelompok siswa yang diberikan permainan konstruktif, (4) Kemampuan bercerita siswa yang memiliki kemampuan menyimak rendah dan diberikan permainan dramatik lebih rendah dari kelompok siswa yang diberikan permainan konstruktif. Kata Kunci: Kemampuan Bercerita, Permainan Dramatik dan Konstruktif, Kemampuan Menyimak
pada
Pendidikan anak usia dini
banyaknya, tetapi mempersiapkan
dasarnya
mental
bukan
bertujuan
dan
fisik
anak
untuk
untuk memberi anak pengetahuan
mengenal dunia sekitarnya secara
kognitif
lebih nyaman dan bersahabat. Sifat
untuk
meningkatkan
kecerdasan intelektual sebanyak-
pendidikannya
lebih
bersifat 127
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015
kekeluargaan, menyenangkan, dan
2002:3). Amstrong pun mengatakan
yang paling utama adalah lebih
bahwa
persuasif yakni bersifat seruan dan
kegiatan menuturkan kata-kata atau
ajakan. Tujuan utama pendidikan
cerita (Amstrong, 2003:25) dan
anak
melalui bercerita seseorang dapat
usia
dini
adalah
untuk
bercerita
merupakan
membentuk anak Indonesia yang
mem-berikan
berkualitas, yaitu anak yang tumbuh
jarkan kata dan konsep-konsep.
dan berkembang sesuai dengan
Selain itu melalui kegiatan ini
tingkat perkembangannya sehingga
seseorang
memiliki kesiapan yang optimal
mengingat informasi terutama bagi
dalam memasuki pendidikan dasar
anak usia dini.
serta
mengarungi
kehidupan
di
informasi,
dapat
menga-
lebih
Kegiatan
mudah
bercerita
juga
masa dewasa (Direktorat PAUD,
dapat meningkatkan apresiasi anak
2004: 3). Optimalisasi potensi anak
terhadap
dapat
Jenkins,
dikembangkan
melalui
literatur
(Eliason
2008:25).
&
Dengan
pemberian stimulus dengan melihat
demikian informasi yang didapat
seluruh aspek perkembangan anak.
anak dapat melalui guru, televisi,
Dalam
pendidikan
bahkan dari teman sebaya dan
memegang peranan penting dalam
lingkungan sekitarnya dapat dicerna
mengembangkan dan meningkatkan
oleh anak dan dapat menambah
semua aspek perkembangan anak.
perbendaharaan
hal
ini
kata
baru
bagi
anak.Pemerolehan informasi yang didapat anak akan disimpan dalam
Kemampuan Bercerita Bercerita
merupakan
memori. Terjadi proses informasi
kegiatan yang dapat membantu anak
saat anak memperoleh informasi.
serta dapat mengorganisir pikiran
Berbagai pendapat di atas dapat
dan
disimpulkan
mengekspresikan
emosi
bahwa
kemampuan
(Sawyer, 1996:143) sehingga dapat
bercerita adalah skill yang dimiliki
memberikan motivasi, memperkaya
oleh
perbendaharaan kata dalam ber-
mengungkapkan perasaan melalui
bahasa, dan tidak mahal (Wright,
kata-kata dan ekspresi, sehingga
128
seorang
anak
untuk
Pengaruh Permainan…… Titi Rachmi
anak dapat memberikan informasi
berkelompok dengan menggunakan
kepada
dapat
alat atau tidak untuk mencapai
memperkaya pembendaharaan kata
tujuan tertentu (Santoso, 2002: 46).
anak.
Dengan demikian permainan adalah
orang
lain
dan
suatu aktivitas yang dapat dilakukan Permainan Dramatik dan Konstruktif Bermain merupakan salah satu
cara
atau
kegiatan
yang
menyenangkan yang dapat membuat anak
merasa
nyaman,
senang,
gembira,
menumbuhkan
rasa
secara
bercerita
mewujudkan
serta
dapat
kebutuhan
yang
diperlukan untuk mengembangkan kemampuannya.
Bermain
tidak
hanya menggerakkan benda-benda, tetapi lebih bermakna jika dalam aktivitas anak bermain, ada cerita yang
membuat
permainannya
hidup dan
kegiatan
tidak
ada
paksaan dan tanpa ada desakan tanggung jawab (Lubis, 2002: 38). Santrock percaya bahwa permainan memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan dan membebaskan
perasaan-perasaan
yang terpendam (Santrock, 2002: 272).
Kegiatan
bermain
dapat
dilakukan secara sendirian maupun
maupun
ber-
kelompok yang bertujuan untuk kesenangan
dengan
melepaskan
energi dan meluapkan perasaan sehingga mendapatkan Kenyamanan. Kemudian anak dapat belajar terlibat langsung.
percaya diri, dapat bertukar pikiran melalui
sendirian
Keterlibatan langsung
akan
mendapatkan
anak
secara
membuat
anak
pengalaman
baru.
Interaksi, komunikasi, empati, dan sosialisasinya dapat berguna saat anak menginjak pada usia yang lebih
besar.
Permainan
juga
menitikberatkan pada penyesuaian lingkungan
kehidupan
sehingga
menjadikan pemainnya mendapatkan manfaat di masa yang akan datang.
Permainan
yang
akan
diberikan untuk objek penelitian adalah permainan konstruktif dan dramatik.
Permainan
konstruktif
merupakan bentuk permainan yang berbeda
dengan
permainan
sensorimotor dan simbolik, namun merupakan
kombinasi
antara 129
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015
permainan fungsional sensori motor
dapat
dengan permainan simbolik (Docket
mereka mengenai dunia, memper-
& Fleer, 2003: 59). Dalam hal ini
luas kosakata dan perbendaharaan
permainan
konstruktif
lebih
kata, serta memiliki keterampilan
menekankan
pada
penggunaan
sosial terhadap sesama (Gestwicki,
bahan untuk membangun sesuatu
2007: 38). Dengan demikian dapat
yang nantinya akan berwujud tetap
diidentifikasikan mengenai kelebih-
walaupun permainan telah selesai
an permainan konstruktif diantara-
sehingga keterlibatan penggunaan
nya: (1) anak dapat menciptakan
objek atau tindakan dapat dilakukan
produk; (2) anak dapat memecahkan
secara berulang.
masalah; (3) anak dapat berpikir
Jika
pada
permainan
konstruktif menitikberatkan pada
mengasah
kritis menggunakan imajinasi dalam membuat sesuatu.
kegiatan membangun dan membentuk
sesuatu,
Kelebihan
dari
per-
pada
mainan dramatk diantaranya: (1)
permainan dramatik lebih menitik-
anak dapat meniru perilaku dan
beratkan
peran.
bahasa serta cara bicara orang lain;
anak
(2) anak dapat meluapkan emosinya
menirukan kegiatan orang yang
dengan melepaskan rasa takut dan
pernah
dalam
gembiranya; (3) anak dapat mewu-
kehidupan sehari-hari. Dapat juga
judkan khayalannya; (4) anak dapat
memainkan tokoh yang mereka
bekerja sama dengan orang lain; (5)
kenal melalui media televisi seperti
anak
film kartun atau melalui dongeng.
peristiwa
Anak-anak juga dapat melakukan
yang mereka alami; (6) menambah
peran imajinatif memainkan peran
kosakata dan perbendaharaan anak;
tokoh yang dikenalnya. Hal ini
dan
diperkuat
sosial terhadap sesama. Pemilihan
Dalam
sedangkan
pemahaman
pada bermain
bermain dramatik,
dijumpainya
oleh
Stone
yang
dapat
(7)
berfantasi
kehidupan
memiliki
melalui
sehari-hari
keterampilan
mengatakan bahwa pada permainan
permainan
dramatik
tahapan permainan yang sesuai
dapat
memerankan
menjadi orang lain sehingga mereka 130
tersebut
dengan usia anak.
berdasarkan
Pengaruh Permainan…… Titi Rachmi
Fakta yang terjadi sekarang
lebih dari satu kali penjelasan
ini adalah komunikasi guru terhadap
penyampaian
anak didik masih terlihat kurang. Ini
aktivitas. Hal tersebut terjadi di RA
terlihat saat aktivitas guru didalam
Al-Muhajirin
kelas
Perumahan Sekretariat Negara RI
lebih
kegiatan
banyak
yang
melakukan
mengembangkan
Kelurahan
aspek motorik halus seperti menulis
Kecamatan
dan mewarnai daripada berdiskusi
Tangerang.
dalam
yang
pemberian
terletak
Panunggangan
di
Utara,
Pinang,
Kota
dan bercerita. Yulina mengatakan salah satu tahapan perkembangan
Kemampuan Menyimak
yang penting pada anak adalah
Menyimak adalah persepsi
bahasa karena bahasa merupakan
seseorang dalam memperhatikan,
faktor awal yang menentukan anak
menjadi pemerhati, dan menyeleksi
untuk dapat berkomunikasi kepada
apapun yang terdapat dilingkungan
lingkungannya
sekitar
(Yulina,
2013).
(Jalongo,
2007:78)
dan
Empat aspek bahasa yang sangat
berhubungan dengan komunikasi
dicermati
ini
lisan (Tarigan, 2008:31). Menyimak
dan
akan berjalan efektif jika penyimak
adalah
dalam aspek
penelitian menyimak
berbicara. Akar permasalahan dari
menggunakan
kedua aspek tersebut salah satunya
ngarannya serta dapat membedakan
adalah pola komunikasi dalam hal
bunyi suara dan kata serta dapat
penyampaian pesan dari guru yang
menerjemahkan
masih
fleksibel
menjadi makna melalui menyimak
dalam pemilahan kata, sehingga
pemahaman (Bromley, 1992: 165).
membuat
Dengan
terdiam.
terlihat
kurang
siswa Pola
mempengaruhi
lebih
banyak
tersebut
sangat
kemampuan
me-
ketajaman
pende-
beberapa
demikian
kata
kemampuan
menyimak seseorang dapat terlihat dalam
suatu
proses
kegiatan
nyimak siswa yaitu siswa lebih
mendengarkan
lambang
lisan,
banyak
pemahaman,
apresiasi,
dan
terdiam
saat
guru
menanyakan kembali kegiatan yang
interpretasi
untuk
akan dilakukan sehingga terjadi
informasi,
menangkap
memperoleh pesan, 131
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015
memahami makna komunikasi yang disampaikan bahasa
pembicara
lisan.
METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan
melalui
Kemampuan
dalam
penelitian
ini
adalah
menyimak dapat meningkat jika
pendekatan kuantitatif eksperimen
berlatih secara terus-menerus dan
dengan rancangan faktorial 2x2
diberikan pemodelan secara aktif.
treatment by level dengan variabel
Hal yang terjadi di RA Al-
terikat yaitu kemampuan bercerita
Muhajirin yang berada dikawasan
dan variabel bebas yaitu per-mainan
perumahan
(dramatik
siswa
menunjukkan
dan
konstruktif).
kemampuan menyimak yang sangat
Penelitian ini untuk mengetahui
minim.
perbedaan
Siswa
kurang
dapat
kemampuan
bercerita
menanggapi bunyi-bunyi tertentu
siswa yang diberikan permainan
pada
dramatik dengan yang diberikan
kata-kata
sekitar,
dan
siswa
lingkungan
belum
dapat
permainan
konstruktif,
interaksi
mengulangi secara tepat sesuatu
antara
yang telah didengar, siswa belum
dengan
dapat menyimak dan mengingat
kemampuan bercerita, perbedaan
petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan
kemampuan bercerita siswa yang
yang sederhana, kemudian siswa
diberikan
kurang dapat menjelaskan jawaban-
dengan yang diberikan permainan
jawaban dari beberapa pertanyaan.
konstruktif
Berdasarkan kajian teori dan kerangka
dapat
permainan
terhadap
permainan
dramatik
yang
memiliki
kemampuan menyimak tinggi, dan
telah
perbedaan
sebelumnya,
maka
siswa yang diberikan permainan
berikut:
bercerita
siswa
kemampuan
hipotesis
dramatik
dengan
“Kemampuan
diberikan
permainan
dikemukakan
sebagai
yang
diberikan
permainan dramatik lebih tinggi daripada
menyimak
yang
berpikir
dikemukakan
kemampuan
kemampuan
bercerita
yang
memiliki
bercerita
siswa
yang
konstruktif kemampuan
menyimak rendah. Waktu
pelaksanaan
siswa yang diberikan permainan
penelitian ini adalah semester II
konstruktif.”
tahun pelajaran 2013/2014, bulan
132
Pengaruh Permainan…… Titi Rachmi
Maret sampai dengan April 2014.
teknik
Populasi penelitian adalah seluruh
Pengumpulan data untuk mengukur
siswa kelompok B RA atau TK di
kemampuan
Kelurahan
Utara,
dengan menggunakan instrumen tes
Tangerang,
lisan. Desain penelitian dengan
sedangkan sampel penelitian adalah
menggunakan rancangan faktorial
siswa
2x2 treatment by level sebagai
Panunggangan
Kecamatan
Pinang,
Kelompok
B
RA
Al-
Muhajirin dan TK Bina Madani.
multistage
bercerita
sampling.
dilakukan
berikut:
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan Tabel 1. Desain Penelitian Eksperimen rancangan faktorial 2x2 treatment by level Pengaruh Permainan dan Kemampuan Menyimak Terhadap Kemampuan Bercerita pada siswa Kelompok B, Kecamatan Pinang, Tangerang Permainan (A) Kemampuan Menyimak (B) Kemampuan Menyimak Tinggi (B 1 ) Kemampuan Menyimak Rendah (B 2 )
Data
yang
Dramatik (A 1 ) A1 B 1 A1 B 2
diperoleh
Konstruktif (A 2 ) A2 B 1 A2 B 2
Uji
validitas
empirik
dianalisis dengan analisis deskriptif
menggunakan rumus korelasi item-
untuk
data
total dan instrumen layak (valid)
penelitian secara umum. Pengujian
selain itu reliabilitas menggunakan
validitas
bercerita
rumus
konstruk
instrumen reliabel. Pengujian hipo-
mendeskripsikan
kemampuan
menggunakan
validitas
alpha
dan
yaitu dengan menggunakan expert
tesis
judgement yakni mengkonsultasikan
menggunakan
instrumen kepada dosen ahli selaku
varians
pakar. Setelah itu dilakukan uji
sebelum pengujian hipotesis terlebih
validitas panel kepada 15 orang
dahulu dilakukan uji persyaratan
guru
analisis, yaitu uji normalitas dan
dengan
reliabilitas
gunakan rumus Hyot.
meng-
penelitian
cronbach
yang
diajukan
teknik
analisis
(ANAVA).
Namun,
homogenitas. Pengujian normalitas menggunaan uji liliefors didapatkan 133
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015
normal
dan
homogenitas
menggunakan uji Bartleth dengan taraf
α=0,05
signifikansi
konstruktif dengan menggunakan uji Fisher.
dapat
dinyatakan homogen.
Berdasarkan
hasil
perhi-
tungan pada tabel 28 diperoleh Fh untuk kelompok A1 dan A2 sebesar 1,9131. Nilai Fh lebih kecil dari Ft
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan
hasil
perhi-
pada
taraf
signifikansi
α=0,05
tungan uji normalitas mengguna-
sebesar 2,1683. Dengan demikian
kan uji Liliefors pada tabel 3 dapat
dapat disimpulkan bahwa kedua
ditarik kesimpulan bahwa Lhitung
persyaratan uji hipotesis penelitian
pada
sudah terpenuhi. Berdasarkan pada
delapan
kelompok
data
penelitian lebih kecil dari Ltabel pada
hasil
taraf signifikansi α = 0,05 untuk
terdapat pada ringkasan sebelum-
N=20 dan N=10. Dengan demikian
nya, maka dapat dijelaskan sebagai
dapat
berikut:
disimpulkan
diterima,
dan
bahwa
kelompok
Ho data
berdistribusi normal. Berdasarkan pada
hasil
homogenitas
perhitungan
uji
menggunakan
uji
analisis
ANAVA
yang
1. Perbedaan Kemampuan Bercerita pada Kelompok yang diberikan Permainan Dramatik dan yang diberikan Permainan konstruktif.
Bartlett, dapat dilihat bahwa harga
Hasil analisa data dengan
χ2 hitung untuk seluruh kelompok
mengunakan ANAVA dua jalur
sampel adalah 1,0846 lebih kecil
pada
dari χ2 tabel pada taraf signifikansi
tersebut di atas, memberikan nilai
α=0,05,
Dengan
Fhitung (Fh )=4,35 lebih besar dari
demikian dapat ditarik kesimpulan
Ftabel (Ft )=4,11. Hal ini berarti
bahwa populasi mempunyai varians
bahwa
yang sama besar atau homogen.
konsekuensinya maka H1 diterima.
Berikut
uji
Nilai rata-rata kemampuan bercerita
homogenitas antara siswa yang
siswa yang diberikan permainan
diberikan permainan dramatik dan
dramatik sama dengan 21,60 lebih
yaitu
7,8147.
adalah
hasil
taraf
Ho
signifikansi
ditolak.
α=0,05
Sebagai
tinggi dari pada nilai rata-rata 134
Pengaruh Permainan…… Titi Rachmi
kemampuan bercerita siswa yang Hasil analisis data dengan
diberi permainan konstruktif sama dengan 20,15. Dengan demikian dapat
disimpulkan
kemampuan siswa
bahwa
bercerita
kelompok
diberi
permainan
yang
dramatik lebih tinggi dari pada kemampuan bercerita siswa yang diberikan
permainan
konstruktif,
dengan kata lain bahwa kelompok A1>kelompok A2. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa
bercerita
tinggi
kelompok
anak
kemampuan
diperoleh yang
pada
diberikan
permainan dramatik.
menggunakan ANAVA dua jalur pada
taraf
signifikansi
α=0,05
tersebut diatas memberikan nilai Fhitung = 27,55 lebih besar dari Ftabel = 4,11. Hal ini berarti bahwa H o ditolak. maka
Sebagai H1
konsekuensinya
diterima.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi yang signifikan antara
permainan
dengan
kemampuan
menyimak
terhadap
kemampuan
bercerita.
Untuk
memperjelas
terjadinya
interaksi
tersebut, berikut ini akan disajikan 2. Interaksi antara Kemampuan Menyimak dengan Permainan terhadap Kemampuan Bercerita.
grafik yang menunjukkan interaksi yang dimaksud sebagai berikut:
Gambar 1. Interaksi Permainan dan kemampuan Menyimak
Pada
gambar
1
dapat
menyimak.
Dengan
adanya
dijelaskan bahwa ada keterkaitan
pengaruh interaksi yang sangat
atau interaksi
signifikan
antara
kegiatan
permainan dengan kemampuan
antara
permainan
dengan kemampuan menyimak, 135
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015
maka dilakukan uji perbandingan
konstruktif dan memiliki kemam-
ganda
puan menyimak tinggi (A2 B 1 ).
(multiple
comparation).
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui rerata skor group mana
yang
signifikan. sampel
berbeda
Setiap pada
secara
sel
(group)
penelitian
ini
4. Perbedaan Kemampuan Bercerita Anak yang diberikan Permainan Dramatik dengan Anak yang diberikan Permainan Konstruktif Berdasarkan
berjumlah sama, maka digunakan
data
hasil
uji Tukey. Uji Tukey dilakukan
pengujian lanjut diperoleh pula
terhadap rerata skor group A 1 B 1
Q hitung =2,20
dengan A1 B2, dan A2 B 1 dengan
Q tabel =2,00 pada taraf signifikansi
A2 B2 .
α=0,05, berarti tolak H0 . Dengan demikian
3. Perbedaan Kemampuan Bercerita Anak yang diberikan Permainan Dramatik dengan yang diberikan Permainan Konstruktif Berdasarkan
data
lebih
dapat
tinggi
dari
disimpulkan
bahwa kemampuan bercerita pada kelompok siswa yang diberikan permainan konstruktif lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
hasil
siswa yang diberikan permainan
pengujian lanjut dengan menggu-
dramatik pada kelompok siswa
nakan uji Tukey, diperoleh harga
yang
Q hitung sebesar 5,10 lebih besar
menyimak rendah.
dari Q tabel sebesar 2,00 pada taraf
Pada
memiliki
kemampuan
hipotesis
pertama
signifikansi α=0,05 sehingga H0
ditemukan perbedaan kemampuan
ditolak. Dengan demikian dapat
bercerita antara kelompok siswa
disimpulkan bahwa kemampuan
yang
bercerita siswa yang diberikan
dramatik dengan kelompok siswa
permainan dramatik dan memiliki
yang diberi permainan konstruktif.
kemampuan
Hal ini dibuktikan dengan uji
menyimak
tinggi
diberikan
(A1 B 1 ) lebih tinggi dibandingkan
Anava
dengan
Fhitung =4,35
kemampuan
bercerita
siswa yang diberikan permainan 136
dua
permainan
jalan
diperoleh
yang
ternyata
signifikan.Hal ini terlihat dari
Pengaruh Permainan…… Titi Rachmi
perolehan skor rata-rata siswa
dramatik membuat anak dapat
dengan permainan dramatik yaitu
mengasah
pemahaman
21,60 dan rata-rata skor dengan
mengenai
dunia,
permainan
adalah
kosakata dan perbendaharaan kata,
20,15. Hal ini didukung oleh hasil
serta memiliki keterampilan sosial
analisis yang menyatakan terdapat
terhadap sesama. Dalam hal ini
perbedaan yang signifikan antara
permainan
kemampuan bercerita antara siswa
membuat siswa menjadi lebih
yang
permainan
mudah
permainan
dengan mencerita-kan apa yang
konstruktif
diberikan
dramatik
dengan
mereka
memperluas
dramatik
dalam
dapat
mengungkapkan
ada dalam pikirannya serta dapat
konstruktif. Berdasarkan hasil besarnya
bergaul dengan orang lain.
rata-rata skor yang dihasilkan dari
Pada kelompok siswa yang
kedua jenis permainan tersebut,
memiliki kemampuan menyimak
maka
tinggi,
dapat
dikatakan
bahwa
melalui
pendekatan
permberian permainan dramatik
statistik
menghasilkan skor yang lebih
menunjukkan perbedaan rata-rata
tinggi
dengan
skor kemampuan bercerita antara
pemberian permainan konstruktif.
kelompok siswa yang diberikan
Dengan
permainan
diban-dingkan
demikian,
secara
deskriptif
dramatik
juga
dengan
keseluruhan pemberian permainan
kelompok siswa yang diberikan
dramatik lebih efektif dari pada
permainan konstruktif. Besarnya
pemberian permainan konstruktif
rata-rata skor kedua permainan ini
dalam meningkatkan kemampuan
adalah 24,40 dan 19,30. Berdasar-
berce-rita,
kan
khususnya
yang
kedua
rata-rata
skor
ini
menjadi subjek atau responden
menunjukkan selisih yang cukup
dalam penelitian ini.
besar, dengan demikian secara
Hal ini diperkuat oleh Gestwicki mengatakan
(2007:38) bahwa
yang bermain
deskriptif
keduanya
Berdasarkan hipotesis perbedaan
hasil
berbeda. pengujian
memperkuat
adanya
tersebut,
yaitu 137
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015
diperoleh
bahwa
terdapat
tersebut menggam-barkan bahwa
perbedaan yang sangat signifikan
permainan
kemampuan bercerita siswa yang
efektif
diberikan
dramatik
pemberian permainan dramatik
diberikan
pada
dengan
permainan siswa
yang
konstruk-tif
dibandingkan
kelompok
lebih dengan
siswa
yang
permainan konstruktif. Melalui
memiliki kemampuan menyimak
fakta
rendah.
tersebut
dikatakan
maka
bahwa
dapat
permainan
Berdasarkan hasil anali-sis
dramatik lebih baik dibandingkan
yang
dengan
dikatakan
permainan
konstruktif
telah
diuraikan, bahwa
dapat
penggunaan
dalam meningkatkan kemampuan
pemberian permainan dramatik
bercerita siswa yang memiliki
lebih efektif dalam meningkatkan
kemampuan menyimak tinggi.
kemampuan
Pada kelompok ini skor kemampuan diberikan
bercerita dengan
yang
permainan
bercerita
siswa
dibandingkan dengan pemberian permainan konstruktif. Tentunya dalam
penerapan
permainan
konstruktif lebih tinggi dari pada
dramatik ini terdapat beberapa hal
kelompok siswa yang diberikan
yang perlu diperhatikan, salah
permainan dramatik, yakni skor
satunya
kemampuan bercerita pada kelom-
Karakteristik siswa berdasarkan
pok siswa yang diberi permainan
pada kemampuan menyimak yang
konstruktif dengan kemampuan
mereka miliki, dan permainan ini
menyimak rendah, rata-rata skor
memberikan
adalah
21
karakteristik
hasil
yang
siswa.
lebih
sedangkan
dengan
efektif pada kelompok siswa yang
permainan
dramatik
dengan
memiliki kemampuan menyimak
kemampuan
menyimak
rendah
tinggi.
18,80.
adanya perbedaan yang sangat
Perbedaan kedua rata-rata skor ini
signifikan kemampuan bercerita
dibuktikan oleh hasil pengujian
pada dua kelompok siswa yang
inferensial,
memiliki kemampuan menyimak
rata-rata
skor
yang
adalah
menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Hasil 138
tinggi.
Ini
dibuktikan
dengan
Pengaruh Permainan…… Titi Rachmi
Hipotesis menyatakan
kedua
bahwa
Hipotesis penelitian ketiga
yang terdapat
yang
menyatakan
bahwa
interaksi antara permainan dan
kemampuan bercerita pada siswa
kemampuan menyimak terhadap
yang
kemampuan
terbukti,
menyimak tinggi yang diberikan
secara signifikan yakni dengan
permainan dramatik lebih baik
didapatkan
Fhitung =27,55
dari pada kelompok siswa yang
lebih besar dari Ftabel = 4,11.
diberikan permainan konstruktif
Dengan
menolak
dapat diterima. Hal ini dapat
hipotesis H o pada taraf signifi-
dilihat pada besarnya rata-rata
kansi α=0,05 yang berarti terdapat
skor kemampuan bercerita pada
pengaruh yang signifikan dari
kelompok siswa yang memiliki
interaksi antara permainan dan
kemampuan
kemampuan menyimak terhadap
(A1 B 1 )
kemampuan bercerita siswa. Hal
diberikan
ini
Kemudian
bercerita
nilai
demikian
me-nunjukkan
pengelompokkan
bahwa siswa
berdasarkan
kemampuan
memiliki
kemampuan
menyimak
adalah
tinggi
24,40
permainan
yang
dramatik.
rata-rata
skor
kelompok siswa yang memiliki kemampuan
menyimak
menyimak memberikan efek atau
yang
pengaruh yang berarti terhadap
konstruktif (A2 B 1 ) adalah 19,30.
aktivitas
Hipotesis
permainan
dramatik
diberikan
tinggi
ini
permainan
diperkuat
oleh
konstruktif
penelitian yang telah dilakukan
dalam meningkatkan kemampuan
oleh Rezeki yang bertujuan untuk
bercerita
meningkatkan kemampuan men-
maupun
permainan
siswa.
Hipotesis
ini
diperkuat oleh Zubaidah (2013)
yimak
dalam penelitiannya yang menga-
Indonesia
takan bahwa terjadi peningkatan
bercerita (2013).
menyimak
melalui
siswa
dalam
melalui
bahasa metode
permainan
Hipotesis keempat yang
bisik berantai siswa kelompok A
menyatakan bahwa kemampuan
di Simokerto Surabaya.
bercerita pada kelompok siswa yang
memiliki
kemampuan 139
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015
menyimak rendah yang diberikan
1. Hasil penelitian menjelaskan
permainan dramatik lebih kecil
bahwa
daripada kelompok siswa yang
kemampuan
diberikan permainan konstruktif.
anak
Dengan kata lain kelompok siswa
Kanak-Kanak yang diberikan
yang
permainan dramatik dan anak
diberikan
konstruktif
lebih
permainan baik
untuk
terdapat
bercerita
kelompok
yang
perbedaan
diberikan
B
pada Taman
permainan
kelompok siswa dengan kemam-
konstruktif. Kebutuhan akan
puan menyimak rendah. Hal ini
permainan dapat ditingkatkan
dapat dilihat pada besarnya rerata
setelah
skor kemampuan bercerita pada
penelitian
kelompok siswa yang memiliki
signifikan.
mendapati yang
hasil ternyata
rendah
2. Hasil penelitian menjelaskan
permainan
bahwa terdapat interaksi antara
konstruktif adalah 21 dan 18,80
kemampuan menyimak dengan
pada
permainan
kemampuan yang
menyimak
diberikan
kelompok
diberikan
siswa
permainan
yang
dramatik,
terhadap
kemampuan bercerita. Dalam
(A2 B 2 banding A1 B 2 ) lebih baik
hal
secara
dibandingkan
kemampuan menyimak dengan
dengan kelompok siswa yang
permainan dapat diperlakukan
memiliki kemampuan menyimak
sejajar
rendah yang diberikan permainan
diberikan kepada siswa dalam
dramatik.
meningkatkan
signifikan
ini
menjelaskan
dan
sama
antara
untuk
kemampuan
bercerita. SIMPULAN Hasil penelitian tentang
3. Hasil penelitian menjelaskan bahwa
terdapat
perbedaan
pengaruh kegiatan bermain dan
antara kemampuan bercerita
kemampuan menyimah terhadap
anak yang diberikan permainan
kemampuan bercerita dapat ditarik
dramatik dengan anak yang
beberapa kesimpulan, yaitu:
diberikan
permainan
konstruktif pada kelompok B 140
Pengaruh Permainan…… Titi Rachmi
Taman
Kanak-kanak
memiliki
yang
k-emampuan
menyimak
tinggi.
Pada
kemampuan menyimak tinggi terdapat selisih skor rata-rata dan skor lebih tinggi diperoleh pada
pemberian
permainan
dramatik dibanding-kan dengan pemberian
permain-an
konstruktif. 4. Hasil penelitian menjelaskan bahwa
terdapat
perbedaan
antara kemampuan bercerita anak yang diberikan permainan dramatik dengan anak yang diberikan
permainan
konstruktif pada kelompok B Taman
Kanak-kanak
memiliki menyimak
yang
kemam-puan rendah.
Pada
kemampuan menyimak rendah terdapat selisih skor rata-rata dan
lebih
tinggi
pada
pemberian
permainan
konstruktif
dibandingkan
dengan pemberian dramatik.
DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Thomas. Setiap Anak Cerdas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Bromley, Keren D’Angelo. Language Art: Exploring Connrctions Second Edition. New York: Simon and Schuster, 1992. Direktorat PAUD. “Sosialisasi Pendidikan Anak Usia Dini: Apa, Mengapa, dan Siapa yang Bertanggungjawab Terhadap Program Pendidikan Anak Usia Dini?” 2004. Dockett, Sue, & Fleer, Marilyn. Play and Pedagogy in Early Childhood Bending the Rules. Australia: Thomson Learning, 2003. Eliason, Claudia dan Loa Jenkins, A Practical Guide to Early Childhood Curriculum. Ohio: Pearson, 2008. Gestwicki, Carol. Developmentally Appropriate Practice Curriculum and Development in Early Education. Canada: Thomson Delmar Learning, 2007. Jalongo, Mary Renck. Early childhood Language Arts. USA: Pearson, 2007. Lubis, Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Riany, Yulina Eva. Pentingnya Mengoptimalkan Perkembangan Bahasa Anak Sejak Dalam Kandungan, http://www.ve male.com/ relationship/ibubayi-dan-balita/20642pentingnyamengoptimalkanperkembangan-bahasa-anak141
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015
sejak-dalamkandungan.html (diakses 24 September 2013) Santoso, Soegeng. Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Yayasan Citra Pendidikan, 2002. Santrock, John W. Life Span Development; Perkembangan Masa Hidup, Jakarta: Erlangga, 2002. Sawyer, Walter E. dan Diana E. Comer. Growing up with Literature, Delmar Publisher, 1996. Tarigan, Henry Guntur. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa, 2008. Wright, Andrew. Storytelling with Children, Hongkong: Oxford University Press, 2002. Zubaidah, Siti. Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui Permainan Bisik Berantai Siswa Kelompok A Di TK Mahardika Simokerto Surabaya, e-journal PAUD Teratai, Vol. 2 Nomor 1, 2013, http:ejournal.unesa.ac.id/jur nal/paud-teratai/abstrak/944 (diakses 1 Juli 2014)
142
Pengaruh Permainan…… Titi Rachmi