perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL DAN LATIHAN KECERDASAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK DAN KECERDASAN EMOSI ANAK
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga
Oleh : Edy Waspada S541302033
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2014
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Tesis yang berjudul : “PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL
DAN
LATIHAN
KECERDASAN
KINESTETIK
TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK DAN KECERDASAN EMOSI ANAK” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalama waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta,
Juli 2014
Edy Waspada S541302033 commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan tesis dengan judul “Perbedaan Pengaruh Permainan Tradisional dan Latihan Kecerdasan Kinestetik Terhadap Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosi Anak Di TK Aisyiyah 22 Reksoniten Surakarta dan TK Aisyiyah Gajahan Pasar Kliwon Surakarta” Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan baik selama proses pendidikan maupun dalam menyelesaikan penelitian tesis ini. 1.
Prof.Dr.Ravik Karsidi,M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Prof.Dr. Ahmad Yunus,Ir., M.S, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian ini.
3.
Dr. Hari Wujoso,dr., SpF,MM, selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4.
dr. Ari Natalia Probandari, MPH, PhD, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret dan Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan petunjuk, perhatian, bimbingan, dorongan serta saran – saran yang sangat berguna selama penyusunan proposal tesis ini. commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
5.
digilib.uns.ac.id
Dr. Nunuk Suryani,M.Pd, selaku Ketua Minat Pendidikan Profesi Kesehatan, Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Dosen Pembimbing Pendamping yang telah banyak memberikan perhatian, semangat, bimbingan, arahan, dan nasehat kepada peneliti.
6.
Suprihatiningsih Amd, selaku Kepala Sekolah TK Aisyiyah 22 Reksoniten Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
7.
Siti Surati selaku Kepala Sekolah TK aisyiyah Gajahan Pasar Kliwon Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
8.
Siti Maimunah S.Pd selaku Kepala Sekolah TK Al Islam 5 Surakarta yang telah memberikan ijin dalam uji coba instrumen penelitian.
9.
Seluruh Dosen Pascasarjana yang telah memberikan bimbingan dan ilmunya untuk kemajuan penulis.
10. Rekan – rekan mahasiswa Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2013 yang telah meberikan semangat dan dukungan. 11. Istri dan Anak-anak kami yang selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Sukoharjo,
2014
commit to user Penulis vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
i ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS......................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................
iv
DAFTAR ISI ...............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK
.............................................................................
x xi
..................................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang ................................................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 10 C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 10 D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 12 A. Kajian Teori ................................................................................... 12 1. Pengertian Bermain .................................................................... 12 2. Pengertian Permainan .................................................................. 13 3. Permainan Tradisional ................................................................ 15 4. Kecerdasan Kinestetik ...............................................................
25
5. Kemampuan Motorik .................................................................
29
6. Emosi ......................................................................................... commit to user
42
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Kecerdasan Emosional .............................................................
46
B. Penelitian Relevan .......................................................................
54
C. Kerangka Pikir .............................................................................. 57 D. Hipotesis ....................................................................................... 58 BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 59 A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 59 B. Desain Penelitian .......................................................................... 59 C. Populasi dan Sampel ....................................................................
62
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ..............................
62
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumentasi .............................. 65 F. Uji Coba Instrumen (Uji Validitas dan Reliabilitas)....................... 69 G. Pengolahan dan Teknik Analisa Data ..........................................
73
H. Hipotesis Statistik ........................................................................
77
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .............................................................................
79
B. Pembahasan
92
...............................................................................
BAB V SIMPULAN,IMPLIKASI,SARAN A. Simpulan
.................................................................................... 106
B. Implikasi
....................................................................................
107
C. Saran
.....................................................................................
109
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
............................................................................. 112 commit to user ........................................................................................... 115 viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Gerakan ...............................................................................
35
Tabel 2.2 Penelitian Relevan ......................................................................
54
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ..................................................................
59
Tabel 3.2 Definisi Operasional ...................................................................
63
Tabel 3.3 Instrumen Observasi Kemampuan Motorik ..............................
66
Tabel 3.4.Intstrumen Observasi Kecerdasan Emosi .................................
67
Tabel 4.1. Deskripsi Karakteristik Sampel ...............................................
79
Tabel 4.2. Data Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Motorik ..............
80
Tabel 4.3. Data Hasil Pretes-Posttes Kecerdasan Emosi............................
81
Tabel 4.4. Uji Normalitas Data Umur, Pretest kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosi ....................................................................
82
Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Umur, Posttest Kemampuan motorik, Kecerdasan Emosi ...................................................................
83
Tabel 4.6. Uji Homogenitas Varian Pretest Kemampuan Motorik Siswa TK dengan Levence Test ..................................................
84
Tabel 4.7. Uji Homogenitas Varian Posttest Kemampuan Motorik Siswa TK dengan Levence Test ...............................................
85
Tabel 4.8. Hasil Uji Paired t test Kelompok Permainan Tradisional..........
86
Tabel 4.9. Hasil Uji Paired t test Kelompok Latihan Kecerdasan Kinestetik......86 Tabel 4.10. Hasil Uji 2 Pihak skor Kemampuan Motorik Siswa ....................... 87 Tabel 4.11. Hasil Uji 2 Pihak Skor Kecerdasan Emosi Siswa ...................... commit to user
ix
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.12. Hasil Uji Kovarian Jenis Kelamin dan Umur terhadap Selisih Kemampuan Motorik Siswa ........................................
89
Tabel 4.11. Hasil Uji Kovarian Jenis Kelamin dan Umur terhadap Kemampuan Emosi Siswa.......................................................
90
Tabel 4.12. Hasil Uji Kovarian Jenis Kelamin terhadap Kecerdasan Emosi Siswa .......................................................
commit to user
x
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Anatomi Otak ..........................................................................
32
Gambar 2.2 Humunculus Cerebri ...............................................................
33
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 ; Instrumen Observasi Kemampuan Motorik Lampiran 2 ; Instrumen Observasi Kecerdasan Emosi Lampiran 3 : Hasil Uji Analisis SPSS.17 Lampiran 4 ; Surat Keterangan Ijin Kesediaan Penelitian Lampiran 5 : Jadwal Kegiatan Penelitian Lampiran 5 ; Gambar/Foto Proses Pembelajaran di Lahan Penelitian
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Edy Waspada. S541302033. 2014. THE DIFFERENCE EFFECT OF TRADITIONAL GAMES AND EXERCISE OF KINESTHETIC INTELLIGENCE TOWARD MOTOR SKILLS AND EMOTIONAL INTELLIGENCE IN CHILDREN . THESIS. Preceptor I: dr. Ari Natalia Probandari, MPH., Ph.D., Preceptor II: Dr. Nunuk Suryani MPd. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRACT Background: Early Childhood is an age group that is in a unique developmental process, because this period is a period of maturation on the level of physical, psychological, and cognitive. This period is known as the golden age of its development. Provision of appropriate stimuli to the child will make the growth process will run optimally. The purpose of this study is to analyze the differences in the influence of traditional games and kinesthetic exercises on motor skills and emotional intelligence in early childhood (kindergarten). Subjects and Research Methods: This is a type of quasi-experimental research. The research design used in this study was a Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design. The Source population was all students of TK Aisyiyah Gajahan and TK Aisyiyah 22 Reksoniten Surakarta each amounted to 33 and 35 students. The data collection technique was questionnaire observation. The data analysis technique used the Independent t-test and ANOVA test with Two SPSS.17 for windows. Results: There were statistically significant differences in motor skills (p = 0.005) and emotional intelligence (p = 0.001) two groups of kindergarten students. There was covariance effect of age on motor skills (p = 0.025), and there was covariance effect of gender towards emotional intelligence (p = 0.004). Conclusion: There were differences in the influence of traditional games and kinesthetic exercises toward increasing motor skills and emotional intelligence of kindergarten children. Keywords: Traditional Games, Exercise of Kinesthetic Intelligence, motor skills, Emotional Intelligence, kindergarten Children
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Edy Waspada. S541302033. 2014. PERBEDAAN PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL DAN LATIHAN KECERDASAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK DAN KECERDASAN EMOSI ANAK TESIS. Pembimbing I: dr. Ari Natalia Probandari, MPH., Ph.D, Pembimbing II: Dr. Nunuk Suryani, MPd. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK
Latar Belakang : Anak Usia Dini merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik, karena pada masa ini merupakan masa pematangan pada tingkat fisik, psikologi, kognitifnya. Pada masa tersebut dikenal sebagai usia emas bagi perkembangannya. Pemberian stimulus-stimulus yang tepat kepada anak sehingga proses tumbuh kembangnya akan berjalan optimal. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan pengaruh permainan tradisional dan latihan kecerdasan kinestetik terhadap kemampuan motorik dan kecerdasan emosi pada anak usia dini (Taman Kanak-kanak). Subyek dan Metode Penelitian : jenis penelitian ini adalah eksperimen semu atau Quasi Experimental. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design. Populasi sumber adalah seluruh siswa TK Aisyiyah Gajahan dan TK Aisyiyah 22 Reksoniten Surakarta masing-masing berjumlah 33 dan 35 siswa. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner observasi.Teknik analisa data menggunakan Independent t test dan uji Two Anova dengan SPSS.17 for windows Hasil : Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik pada kemampuan motorik (p=0,005) dan pada kecerdasan emosi ( p=0,001) dua kelompok siswa Taman Kanak-kanak. Ada pengaruh kovarian umur terhadap kemampuan motorik (p=0,025), dan ada pengaruh kovarian jenis kelamin terhadap kecerdasan emosi ( p=0,004). Kesimpulan : Ada perbedaan pengaruh permainan tradisional dan latihan kecerdasan kinestetik terhadap peningkatan kemampuan motorik dan kecerdasan emosi anak Taman Kanak-kanak. Kata Kunci : Permainan tradisional, Latihan Kecerdasan Kinestetik, Kemampuan motorik Kecerdasan Emosi, Anak T
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Anak-anak pada masa usia dini memerlukan berbagai layanan dan bantuan orang dewasa, dari kebutuhan jasmani dan rohani. Di mana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk memfasilitasi pertumbuhan sebagai peletakan dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya, sehingga anak dapat tumbuh kembang secara optimal sesuai dengan nilai, norma, serta harapan masyarakat (Unicef, 2012) Anak usia dini merupakan tahap penting kehidupan dalam hal fisik, perkembangan intelektual, emosional dan sosial anak. Pertumbuhan kemampuan mental dan fisik kemajuan dengan kecepatan tinggi dan proporsi yang sangat tinggi dari pembelajaran terjadi dari lahir sampai usia enam. Ini adalah saat ketika anak-anak sangat membutuhkan perawatan pribadi dan pembelajaran pengalaman berkualitas tinggi, ada dua pandangan yang berbeda terhadap konsep bermain. Pendidik anak usia dini, dan beberapa orang tua percaya bahwa bermain adalah cara terbaik bagi anak-anak untuk belajar konsep, keterampilan, dan tugas-tugas yang diperlukan untuk peletakkan dasar yang kuat dalam rangka menuju tahapan pendidikan selanjutnya pada anak usia dini (Wardle, 2008). Dalam upaya mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki anak usia dini yang berdasarkan prinsip PAUD, seharusnya setiap pendidikan anak usia dini memahami setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan karena segenap upaya commit to user
112
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dilakukannya harus berdasarkan pada tahapan tumbuh kembang anak agar mencapai hasil yang optimal (Yuliani, 2012). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2003). Keutamaan masa kanak-kanak sering tidak dimengerti oleh kebanyakan orang, tetapi zaman dahulu para orang tua mengerti bahwa peristiwa pada masa kanak-kanak tak akan mudah dilupakan.masa kanak-kanak merupakan masa penting dalam kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan hubungan tersebut maka upaya untuk membangun dan melatih kecerdasan emosional anak patut diperhatikan, karena secara psikologis bukan pikiran rasional saja yang dapat membantu anak mengalami perkembangan, tetapi pikiran emosional juga memberi dampak efektif. Hal ini melihat bahwa masa anak merupakan saat yang tepat untuk menerima dan menyerap informasi baru ( Sutikno, 2008) Pertumbuhan
pendidikan
anak
usia
dini
akhir-akhir
mengalami
perkembangan yang sangat cepat, baik ditinjau dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. Perkembangan ini tidak terlepas dari proses perkembangan jaman serta tingkat pengetahuan masyarakat baik orang tua maupun para penyelenggara pendidikan anak usia dini. Membaiknya tingkat perekonomian bangsa dan negara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
juga menjadi faktor penentu. Para orang tua juga sadar bahwa proses tumbuh kembang anak juga dipengaruhi oleh proses pembelajaran sejak anak dilahirkan di dunia. Proses pembelajaran dengan tepat dan optimal pada usia tersebut akan memberikan cetak biru ( blue print ) pertumbuhan dan perkembangan yang yang optimal. Peluang inilah yang langsung ditangkap oleh para penyelenggara pendidikan anak usia dini dalam menyelenggarakan pendidikan anak usia dini dengan menawarkan berbagai macam metode pembelajaran (Masitoh, 2009). Anak Usia Dini merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik, karena pada masa ini merupakan masa pematangan pada tingkat fisik, psikologi, kognitifnya. Pada masa tersebut dikenal sebagai usia emas bagi perkembangannya. Pemberian stimulus-stimulus yang tepat kepada anak sehingga proses tumbuh kembangnya akan berjalan optimal (Yuliani, 2012). Pendidikan pada usia dini sangat spesifik dan unik, karena seorang pendidik harus benar-benar memahami tahapan–tahapan tumbuh kembang anak. Ketidak hati-hatian dalam proses pembelajaran di usia ini maka akan berakibat terjadinya keterlambatan atau justru gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Seorang pendidik dapat menyiapkan pengalaman yang sesuai untuk setiap anak, oleh karenanya pendidik perlu mengetahui prinsip-prinsip perkembangan fisik dan prinsip perkembangan dalam hal motorik anak sampai dengan usia enam tahun (Sujiyono, 2012). Motorik anak perlu dikembangkan karena tubuh anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, anak lebih berani pada waktu kecil, tanggung jawab dan kewajiban commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
anak kecil. Pendidikan juga perlu mengetahui hal-hal penting sehingga anak dapat mempelajari keterampilan motorik yaitu kesiapan belajar, kesempatan belajar, adanya model yang baik, serta yang tak kalah penting adalah bimbingan motivasi. Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu, keterampilan sebaiknya dipelajari satu persatu (Yuliani, 2012). Perkembangan motorik berarti pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan masa yang ada pada waktu masih dalam kandungan dan setelah lahir dan sampai akhir hayat. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak tidak akan berdaya, kondisi ketidakberdayaan tersebut secara cepat empat atau lima tahun pertama kehidupannya, anak dapat mengendalikan motorik kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian tubuh yang digunakan untuk berjalan, berlari, berenang dan sebagainya. Setelah berusia lima tahun koordinasi otot-otot semakin baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih kecil, melempar, menangkap bola, menulis, dan menggunakan alat (Suyadi, 2009). Upaya untuk mengembangkan keterampilan motorik dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mencakup kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan berpraktek, model yang baik, bimbingan, dan motivasi. Setiap keterampilan harus dipelajari secara individu, dan sebaiknya keterampilan harus dipelajari satu demi satu. Sebagai contoh, bila anak pada awal melakukan aktivitas meloncat dengan penghalang bila tidak ada bimbingan yang diberikan serta kurang atau tidak termotivasi maka keterampilan tersebut akan dipelajari lebih lambat dan kurang efisien bila dibandingkan dengan anak yang sejak awal mendapatkan bimbingan dari guru serta mempunyai motivasi yang tinggi (Suyadi, 2009). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
Pada anak usia dini bermain adalah jendela perkembangan anak. Melalui bermain sebenarnya anak sedang melaksanakan proyek besarnya, yaitu mengembangkan potensi kecerdasan, keterampilan motorik, kemampuan sosial, emosi dan kepribadian anak. Melalui bermain, anak belajar mengembangkan pengetahuannya mengenai sesuatu hal, anak belajar untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan konteksnya, anak juga belajar untuk dapat menjadi dirinya sekaligus empati terhadap orang lain,dan anak juga belajar untuk dapat hidup bersama orang lain. Pada dasarnya bermain adalah kebutuhan dan hak dasar anak. Banyak teori yang mengatakan bahwa bermain dapat mengembangkan kepribadian dan fisik mereka. Anak harus bermain sambil belajar atau sebaliknya. Fenomena pendidikan sekarang lebih mengedepankan sistem pembelajaran secara kognitif. Akibatnya, anak tidak memiliki kesempatan untuk bermain. Hal ini akan menyulitkan anak menyerap ilmu yang dipelajari sehari-hari (Sujiyono, 2012). Untuk mengembangkan potensi dasar anak, dibutuhkan keseimbangan antara perkembangan kognitif, perkembangan emosi, perkembangan sosial dan perkembangan motorik anak. Bila anak terlalu sering bermain dengan alat elektronik maka pondasi perkembangan dasarnya harus seimbang terlebih dahulu.Kemajuan teknologi merupakan bagian dari perkembangan jaman yang tidak bisa dihindari. Pada proses perkembangan anak, stimulasi yang diberikan harus komprehensif. Anak yang terlalu sering bermain dengan komputer maka perkembangan motoriknya hanya terbatas di area tangan saja, karena stimulus yang diterima hanya satu yaitu suara. Jadi anak tidak tertarik untuk merespon. Selain itu, anak jadi tidak konsentrasi di sekolah. Ketika anak belajar mengenal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
warna melalui komputer maka tidak ada proses kreatif disana. Lain halnya ketika anak dihadapkan pada hal berbau tradisional seperti daun suji yang menghasilkan warna hijau, kunyit yang menghasilkan warna kuning dan sebagainya. Ada banyak gerakan yang timbul di sana (gerakan tangan meremas, memijat dan memilih). Ketangkasan ini memacu kemampuan menulis dan menggambar anak. Membiasakan anak bermain dalam kelompok akan meningkatkan perkembangan emosinya. Interaksi yang muncul akan memberi kesempatan bagi anak memahami pola hidup berkelompok secara alami. Ketika anak bermain dakon, ada gerakan motorik halus disana. Gerakan jari yang perlahan dan teratur mengembangkan finger dexterity atau ketangkasan menggerakkan jari tangan, apalagi bermain dakon menggunakan biji sawo, kerikil atau kerang. Permukaan yang tidak rata tersebut justru memberikan impuls sewaktu anak memegangnya berkali-kali. Tidak hanya pada tangan, namun juga memberikan stimulus keseluruh tubuh. Semacam efek pijatan. Selain itu, kemampuan menghitung anak juga akan meningkat. Anak belajar berinteraksi dengan temannya. Yang terpenting adalah anak belajar menerima kekalahan secara adil. Artinya dalam satu permainan ada stimulasi motorik, kognitif dan emosi secara bersamaan dan dalam sebuah permainan tradisional selain melatih kecerdasan intelektual juga dapat mengembangkan kecerdasan emosi seorang anak (Montolalu, 2005). Bermain Engklek juga memberi efek positif yang besar bagi anak. Jaman sekarang banyak orang tua yang mengeluh karena anak mereka tidak ceria, lemah, postur tubuh tidak tegak dan lainnya, dengan hanya bermain engklek, keseimbangan tonus dan postural anak dapat berkembang pesat. selain itu, commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuan jumping mereka juga meningkat dengan emosi yang terkontrol. Bermain Engklek memberikan stimulasi motorik yang luar biasa pada anak. Yang terpenting adalah permainan tradisional itu menggugah rasa, kepekaan dan tenggang rasa. Permainan ini memiliki kapasitas lebih untuk mengajarkan anak tentang banyak hal (Wardani, 2010). Pendidikan pada anak usia dini juga merupakan suatu bentuk penyelenggaraan
pendidikan
yang
menitikberatkan
kepada
arah
dasar
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences). Sehingga berbagai metode pembelajaran pada anak usia dini tidak akan terlepas dari proses pengembangan kecerdasan majemuk tersebut (Asolihin, 2014). Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) menyatakan bahwa kecerdasan seseorang tidak semata-mata dilihat hanya dari sisi IQ (kemampuan bahasa dan logika) saja, setiap individu memiliki delapan kecerdasan (Multiple Intelligences)
seperti
kecerdasan
bahasa,
kecerdasan
logika-matematik,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis (Gardner, 2006). Faktanya di Indonesia masih banyak para orang tua yang ,melihat kecerdasan anak dari kepandaian dalam membaca, menulis, dan berhitung saja. Teori di atas mengatakan bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki kecerdasan majemuk yang berbeda satu dengan yang lainnya. Salah satu dari kecerdasan majemuk yang sangat penting dalam proses pembelajaran pada anak usia dini adalah kecerdasan dalam bidang gerak atau yang disebut dengan kecerdasan kinestetik. Stimulasi yang benar pada komponen kecerdasan ini akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
memberikan optimalisasi perkembangan kecerdasan gerak kinestetik yang akan mempengaruhi kecerdasan lainnya (Dirjen Pendidikan Luar Sekolah, 2002). Gardner (2006) berpendapat bahwa kecerdasan kinestetik adalah kemampuan seseorang untuk memadukan antara kemampuan fisik dengan fikiran sehingga terlahir suatu penampilan fisik motorik yang indah dan terorganisasi dengan rapih. Menurut Lwin (2003), kecerdasan kinestetik memungkinkan individu membangun hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh, dengan demikian memungkinkan tubuh untuk memanipulasi obyek dan menciptakan gerakan. Musfiroh (2004) menyatakan kecerdasan kinestetik berkaitan dengan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta keterampilan mempergunakan tangan untuk mencipta atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang spesifik seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan keakuratan menerima rangsang, sentuhan dan tekstur. Rahmawati dan Kurniati (2010) menegaskan tentang pentingnya pengembangan kecerdasan kinestetik tubuh merupakan keahlian individu dalam mengolah tubuhnya, mengekspresikan gagasan dan emosi melalui gerakan, termasuk di dalamnya kemampuan mengefektifkan gerakannya dalam melakukan atau membuat sesuatu. Menurut Musfirah (2008), latihan-latihan gerakan dasar lebih ditekankan dalam bentuk permainan yang sifatnya informal sesuai prinsip belajar mengajar di Taman Kanak-kanak (TK), yakni bermain sambil belajar atau sebaliknya dengan menggunakan pendekatan integratif. Melihat kenyataan bahwa demikian kompleksnya permasalahan tentang pengembangan motorik kasar pada anak usia commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dini, sudah seharusnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memaksimalkan perannya untuk turut mengembangkan beragam kebutuhan anak didik dalam proses peningkatan motorik. Pada kenyataannya tidak sesederhana apa yang tertuang dalam berbagai teori. Banyak sebab yang menjadikan upaya pengembangan motorik kurang optimal. Pembelajaran tentang kecerdasan kinestetik
serta metode permainan
tradisional yang mulai di terapkan di Taman Kanak-kanak (TK) tersebut sejak lima tahun terakhir, namun dalam kenyataannya masih ditemukan penerapan belum bisa maksimal, seperti yang telah dilakukan studi di dua Taman Kanakkanak khususnya
yaitu Taman Kanak-kanak (TK) ‘Aisyiyah Reksoniten dan
Taman Kanak-kanak (TK) ‘Aisyah Gajahan Surakarta didapatkan data dan informasi bahwa proses pembelajaran dengan proporsi 80 % menekankan pada aspek kognitif, 20 % di aspek motorik dan aspek emosi dalam pembelajaran Taman Kanak-kanak (TK) seluruh di kota Surakarta (data gugus Taman Kanakkanak ‘Aisyiyah Surakarta, 2013, tidak dipublikasikan). Observasi dilakukan ternyata output kemampuan skill motorik pada anak di Taman Kanak-kanak (TK) tersebut setelah menginjak di Sekolah Dasar sangat kurang dalam mata pelajaran Ketrampilan Tangan dan Kesenian, dan Olahraga yang kebetulan para Alumni Taman Kanak-kanak Gajahan
(Data,
SD
tersebut diamati di salah satu Sekolah Dasar wilayah Muhammadiyah
Gajahan
dipublikasikan)
commit to user
Surakarta,
2013,
tidak
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A. Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan pengaruh antara permainan tradisional dan latihan kecerdasan kinestetik terhadap kemampuan motorik dan kecerdasan emosi pada anak usia dini ? B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Mengetahui perbedaan pengaruh antara permainan tradisional dan latihan kecerdasan kinestetik terhadap kemampuan motorik dan kecerdasan emosi anak. 2. Tujuan Khusus : a. Mengetahui pengaruh permainan tradisional terhadap kemampuan motorik dan kecerdasan emosi anak. b. Mengetahui pengaruh latihan kecerdasan kinestetik terhadap kemampuan motorik dan kecerdasan emosi anak. c. Menganalisa perbedaan pengaruh permainan tradisional dan latihan kecerdasan kinestetik terhadap kemampuan motorik dan kecerdasan emosi anak. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah dibidang keilmuan pendidikan anak usia dini dengan cara memberikan data empiris yang sudah teruji secara ilmiah dalam hal metode pembelajaran commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang berkaitan dengan optimalisasi perkembangan motorik kasar dan kecerdasan emosi anak TK. 2. Manfaat Praktisi a. Bagi Pengajar Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wawasan dan masukan dalam penyusunan strategi belajar-mengajar
di
Taman Kanak-Kanak dalam upaya pengembangan potensi secara menyeluruh dalam pemilihan metode pembelajaran yang lebih mengoptimalkan kemampuan motorik dan kecerdasan emosi anak. b. Bagi Institusi c. Menjadi
bahan
pertimbangan
bagi
sekolah
dalam
upaya
menentukan kebijakan dan pengembangan metode pembelajaran untuk
mengoptimalkan kemampuan motorik
emosi anak.
commit to user
dan kecerdasan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Bermain Bermain menurut para ahli memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting. Bagi mereka, bermain bukan hanya menjadi kesenangan tetapi juga suatu kebutuhan yang mau tidak mau harus terpenuhi. Menurut Hurlock dalam Kurnia (2011). Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti hanya makanan, cinta kasih (Soetjiningsih, 1995). Menurut Mulyadi (2004) bermain secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan yang terdapat lima pengertian bermain: (1) Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak, (2) Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik, (3) Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak serta melibatkan peran aktif keikutsertaan anak, (4) Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkem- bangan sosial. commit to user
112
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bermain adalah sebuah fenomena yang berkembang secara menyeluruh di dalam masyarakat. Setiap orang bermain setiap harinya. Meskipun begitu bermain dalam lingkup pembelajaraan di sekolah masih terasa terlarang. Permainan biasanya di lakukan dalam waktu senggang, di Taman Kanak-kanak dan dalam pendidikan dasar. Tapi di sekolah tingkat lanjut siswa di harapkan tidak bermain, melainkan belajar dan bekerja. Bermain sebenarnya mempunyai peranan dalam semua bentuk sekolah, dari tingkat dasar sampai tingkat lanjut. Dengan begitu, permainan bisa memperkaya sistem pembelajaran sehingga menjadi lebih bervariasi. Selain itu, sekolah membutuhkan sarana pemberian materi yang beraneka ragam.
Pendidikan
modern
harus
bertujuan
untuk
membentuk
kemandirian, tanggungjawab, pendalaman materi, kreativitas, kemampuan berkomunikasi, dan kompetensi-kompetensi sosial yang lain. Di sinilah dibutuhkannya permainan sebagai variasi pendidikan dan pemahaman dalam pembelajaran. 2. Pengertian Permainan Menurut Pellegrini dalam
Bennet (1998) bahwa permainan
didefinisikan menurut tiga matra sebagai berikut; (1) permainan sebagai kecenderungan, (2) permainan sebagai konteks, dan (3) permainan sebagai prilaku yang dapat diamati. Menurut Klippert (2006) bahwa permainan memungkinkan terwujudnya pembelajaran mandiri, kelompok dan tim. Hingga saat ini, tidak ada ilmuan yang dapat merumuskan definisi yang tepat dari kata bermain permainan bagi manusia lebih tua dari commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebudayaan, bahkan kebudayaan itu sendiri muncul dari permainanpermainan, seperti yang dikatakan oleh Huizinga dalam bukunya ”Homo Ludens” (manusia yang bermain) yang dikuatkan juga dari sumber-sumber lain (Huizinga, 1958). Dalam setiap kebudayaan, tradisi bermain akan terus dilanjutkan meskipun permainan-permainan tradisional akan tergeser oleh kebudayaan luar.
Permainan
dapat
digunakan
sebagai
media
belajar
untuk
meningkatkan keteram- pilan dan kemampuan tertentu pada anak. Karena dalam kegiatan bermain sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengunakan atau tanpa mengunakan alat yang dapat dapat memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan mengem-bangkan imajinasi anak. Dengan permainan juga memberikan keseempatan pada anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan kreatifnya sebagai kesempatan untuk merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk menemukan sesuatu dengan cara-cara baru, untuk menemukan penggunaan suatu hal secara berbeda, menemukan hubungan yang baru antara satu dengan yang lain. Selain itu bermain memberikan kesempatan pada individu untuk berpikir dan bertindak imajinatif, serta penuh daya khayal yang erat hubungannya dengan perkembangan kreativitas anak (Mulyadi, 2004). Permainan dapat menimbulkan kegiatan belajar yang menarik, dapat menumbuhkan semangat belajar terutama bagi anak pada usia masa perkembangan, dan dapat dijadikan media dalam kegiatan belajar di sekolah. Permainan dalam proses pembelajaran dapat mencapai tujuan commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kognitif, menambah motivasi dan menambah keterampilan siswa dalam belajar, Permainan belajar (learning game) yang menciptakan atmosfer mengembirakan dan membebaskan kecerdasan penuh dan tidak terhalang dapat memberikan banyak sumbangan. Accelerated learning tidak selalu membutuhkan
permainan
dan
permaianan
sendiri
tidak
selalu
mempercepat pembelajaran. Akan tetapi permainan yang dimanfaatkan dengan baik dapat menambah variasi, semangat dan partisipasi sebagai kegiatan belajar siswa (Dave, 2003). Permainan tidak lepas dari pada adanya kegiatan bermain anak, sehingga istilah bermain dapat digunakan secara bebas, yang paling tepat adalah
setiap
kegiatan
yang
dilakukan untuk
kesenangan
yang
ditimbulkan, bermain dilakukan secara suka rela oleh anak tanpa ada pemaksaan atau tekanan dari luar. Menurut Elizabeth (2006), secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu aktif dan pasif. Permainan dianggap sedemikian rupa sebagai suatu proses pendidikan yang hebat sehingga pembelajaran akan berlangsung dengan spontan, dan permainan dalam hal ini, dapat meningkatkan mutu pembelajarandan mempromosikan sikap positif terhadap sekolah sehingga memberikan manfaat yang segera dan berjangka pan- jang bagi anak-anak (Bennet, 1998). 3. Permainan Tradisional Permainan tradisional menurut Danandjaja, (1987) adalah salah satu bentuk yang berupa permainan anak-anak, yang beredar secara lisan commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun
serta
banyak
mempunyai
variasi.
Permainan
tradisonal
merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya, di mana pada prinsipnya permainan anak tetap merupakan permainan anak. Dengan demikian
bentuk
atau
wujudnya
tetap
menyenangkan
dan
menggembirakan anak karena tujuannya sebagai media permainan. Permainan tradisional merupakan warisan antar generasi yang mempunyai makna simbolis di balik gerakan, ucapan, maupun alat-alat yang digunakan. Pesan-pesan tersebut bermanfaat bagi perkembangan motorik, kognitif, emosi dan sosial anak sebagai persiapan atau sarana belajar menuju kehidupan di masa dewasa (Suyadi, 2011). Menurut Sukirman (2008) bahwa permainan tradisional disini adalah permainan anak-anak dari bahan sederhana sesuai aspek budaya dalam
kehidupan
masyarakat.
Pesatnya perkembangan
permainan
elektronik membuat posisi permainan tradisional semakin tergerus dan nyaris tak dikenal. Memperhatikan hal tersebut perlu usaha-usaha dari berbagai pihak untuk mengkaji dan melestarikan keberadaannya melalui pembelajaran ulang pada generasi sekarang melalui proses modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi sekarang. Permainan tradisional juga dikenal sebagai permainan rakyat merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kenyamanan sosial. Dalam hal ini, permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak dia ketahui sampai pada yang dia ketahui dan dari yang tidak
dapat diperbuatnya, sampai mampu
melakukannya. Dengan demikian bermain suatu kebutuhan bagi anak. Dengan merancang pelajaran tertentu untuk dilakukan sambil bermain yang sesui dengan taraf kemampuannya. Jadi bermain bagi anak mempunyai nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari termasuk dalam permainan tradisional (Mulyani, 2013) Menurut Bennet (1998) dengan ini diharapkan bahwa permainan dalam pendidikan untuk anak usia dini ataupun anak sekolah terdapat pandangan yang jelas tentang kualitas belajar, hal ini diindikasikan sebagai berikut (1) Gagasan dan minat anak merupakan sesuatu yang utama dalam permainan, (2) Permainan menyediakan kondisi yang ideal untuk mempelajari dan meningkatkan mutu pembelajaran, (3) Rasa memiliki merupakan hal yang pokok bagi pembelajaran yang diperoleh melalui permainan, (3) Pembelajaran menjadi lebih relevan bila terjadi atas inisiatif sendiri, (4) Anak akan mempelajarai cara belajar dengan permainan serta cara mengingat pelajaran dengan baik, (5) Pembelajaran dengan permainan terjadi dengan gampang, tanpa ketakutan dan permainan memudahkan para guru untuk mengamti pembelajaran yang sesungguhnya dan siswa akan mengalami berkurangnya frustasi belajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
Permainan-permainan tradisional yang dapat mengembangkan aspekaspek yang terdapat pada diri anak usia dini yaitu sebagai berikut: a. Permainan Congklak/Dakon Bermain congklak juga dapat melatih anak-anak pandai dalam berhitung. Selain itu, anak yang bermain congklak harus pandai membuat strategi agar bisa memenangkan permainan. Permainan yang disebut dakon dalam bahasa jawa ini, biasanya di mainkan oleh dua anak perempuan. Permainan congklak menggunakan papan uang yang disebut papan congklak. Ukuran papan terdiri atas 16 lubang untuk menyimpan biji congklak. Keenambelas lubang tersebut saling berhadapan dan 2 lubang besar dikedua sisinya. Kemudian anak-anak pun membutuhkan 98 biji congklak. Biji congklak yang biasanya di gunakan adalah cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan, kelereng atau plastik (Wardani, 2010). Dua lubang besar tersebut merupakan milik masing-masing pemain untuk menyimpan milik masing-masing pemain untuk menyimpan biji congklak yang di kumpulkannya. Dua lubang tersebut biasanya kosong sedangkan 14 lubang yang lain diisi 7 biji congklak. Dari permainan congklak di atas dapat mengembangkan berbagai aspek yang akan di kembangkan pada anak di antaranya adalah melatih kemampuan motorik halus. Saat memegang dan memainkan biji congklak yang paling berperanan adalah motorik halus anak yaitu jari jemari. Bagi individu yang kemampuan motorik halusnya tidak terlalu baik, maka ia tidak dapat menjalankan permainan tersebut dengan cepat dan mungkin saja biji-biji congklak commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut akan tersebar dan terlepas dari genggamannya. Kemampuan motorik halus ini sangat bermanfaat bagi anak untuk memegang dan menggenggam alat tulis. Dengan kemampuan motorik halus yang baik maka anak dapat menulis bahkan mengetik dengan baik dan cepat. a. Lompat Tali Atau Sapintrong Lompat tali atau main karet pernah populer di kalangan anak-anak tahun 70-an hingga 80-an. Permainan lompat tali ini menjadi permainan favorite saat main di sekolah atau dirumah. Biasanya tali yang digunakan untuk permainan lompat tali ini di buat dari ronceaan tali dari karet gelang. Ini mengasah kekereatifan seorang anak dalam menjalin karet yang akan dipergunakan pada permainan tersebut (Yuliani, 2010). Cara melakukan permainan lompat tali secara sendirian yaitu sesuaikan karet tali dengan tinggi badan pemain. Caranya berdiri sambil menginjak bagian tengah tali dan tarik ujung-ujung disamping badan. Panjang tali sudah pas jika ujung tali yang di pegang sampai di ketiak. Karet tali di pegang erat dengan posisi lengan atas rapat dengan tubuh dan siku sejajar dipinggang. Kemudian berdiri dengan posisi agak jinjit dan lutut sedikit di tekuk. Usahakan kepala tetap tegak tapi tetap rileks serta pandangan lurus ke depan. Pergelangan tangan digerakkan untuk memutar tali. Lompatan tidak terlalu tinggi saat tali menyentuh lantai, tinggi lompatan minimal 2,5 centimeter dari lantai. Pertahankan posisi agak jinjit saat mendarat dan tumit jangan menyentuh lantai. Saat melompat harus hati-hati karena bisa commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jadi lompatan gagal. Sebaiknya jika baru memulai permainan ini lakukan secara bertahap baru jika baru pandai biasa melakukan kombinasi gerakan. Adapun aspek yang dapat dikembangkan dalam permainan ini yaitu sebagai berikut : 1). Motorik kasar Dengan bermain lompat tali motorik kasar akan terstimulasi. Secara fisik hal itu akan membuat anak menjadi lebih terampil karena mempelajari cara dan teknik melompat yang dalam permainan ini memerlukan keterampilan tersendiri. Lama-kelamaan tumbuh menjadi anak yang cekatan, tangkas dan dinamis. Otot-ototnya pun padat dan berisi, kuat, tangkas serta terlatih. Lompat tali bisa mengurangi obesitas pada anak. 2). Emosi Lompat tali juga bisa melatih emosi anak. Untuk melakuka suatu lompatan dengan tinggi tertentu dibutuhkan keberanian dari diri anak. Berarti secara emosi ia di tuntut untuk membuat suatu keputusan besar. 3). Ketelitian dan akurasi Seorang anak dengan lompat tali ini juga bisa belajar melihat suatu ketepatan dan ketelitian. Ketika tali di ayunkan ia harus dapat melompat sedemikian lupa sehingga tak dapat terjerat tali dengan berusaha mengikuti ritme ayunan.
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4). Sosialisasi Untuk bermain tali secara berkelompok anak membutuhkan teman dengan berarti memberi kesempatan untuk bersosialisasi. Ia juga dapat belajar berempat, bergiliran, menaati peraturan dan lain-lain. 5). Intelektual Saat melakukan lompatan terkadang anak perlu berhitung secara matematis agar lompatannya sesuai dengan jumlah yang telah di tentukan dalam aturan permainan. Hal-hal yang harus diperhatikan saat memainkan permainan ini yaitu permainan lompat tali di lakukan ditempat terbuka seperti lapangan atau halaman rumah. Permainan masih bisa di lakukan ditempat tertutup asalkan ruangan harus cukup lega dan lapang serta aman dari benda yang dapat membahayakan.Ukuran tali yang di pergunakan harus sesuai dengan ukuran tidak terlalu panjang atau tidak terlalu pendek. Variasi permainan, semakin banyak variasi maka anak akan semakin mahir dan terampil dalam
melakukan
gerakan-gerakan.Waktu
sebaiknya
di
mainkan
pada`waktu senggang atau jam istirahat sekolah karena anak akan biasanya keasyikan
main
sehingga
lupa
melakukan
aktivitas
sebenarnya
(Mandyawati, 2012) b. Permainan kelereng Permainan ini termasuk salah satu permainan rakyat yang sangat populer. Kelereng terbuat dari adonan semen dan kapur bentuknya yang bulat sebesar ibu jari kaki atau terbuat dari batu wali yang dibentuk commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sedemikian rupa sehinnga menyerupai kelereng yang sebenarnya. Permainan ini sangat berpengaruh terhadap keterampilan motorik halus dan kemampuan memproyeksikan suatu gerakan sewaktu membidik kelereng yang mau dituju (Mulyani, 2013) c. Permainan Tradisional Engklek Permainan engklek (dalam bahasa Jawa) merupakan permainan tradisional lompat lompatan pada bidang bidang datar yang digambar diatas
tanah,
dengan
membuat
gambar
kotak-kotak
kemudian
melompatdengan satu kaki dari kotak satu kekotak berikutnya.Permainan engklek biasa dimainkan oleh dua sampai lima anak
perempuan dan
dilakukan di halaman. Namun, sebelum kita memulai permainan ini kita harus mengambar kotak-kotak dipelataran semen, aspal atau tanah, menggambar lima segi empat dempet vertikal kemudian di sebelah kanandan kiri diberi lagi sebuah segi empat. (Montolalu, 2005). Permainan tradisional engklek dalam bahasa daerah Bengkulu berarti Lompek Kodok yang artinya Lompat Kodok (Depdikbud, 2003). Sedangkan menurut Wardani (2010), permaianan engklek disebut juga Somdah. Somdah merupakan permainan yang menggunakan media gambatr persegi empat yangdigambar di lantai ataupun di tanah. Cara bermain permainan radisional Engklek
sederhana saja, cukup
melompat menggunakan satu kaki disetiap petak - petak yang telah digambarkan sebelumnya di tanah. Untuk dapat bermain setiap anak harus mempunyai kereweng atau gacuk yang biasanya berupa pecahan genting, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
keramik lantai atau pun batu yang datar. Kreweng/gacuk dilempar ke salah satu petak yang tergambar di tanah, petak yang ada gacuknya tidak boleh di injak atau di tempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada. Saat melemparkannya tidak boleh melebihi kotak yang telah disediakan jika melebihi makadinyatakan gugur dan diganti dengan pemain selanjutnya. Pemain yang menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu melemparkan gacuk dengan cara membelakangi engkleknya, jika pas pada petak yang dikehendaki maka petak itu akan menjadi “sawah”nya, artinya dipetak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak tersebut dengan dua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan. Peserta yang memiliki “sawah” paling banyak adalah pemenangnya Pemainan ini sangat seru karena bisanya paling sering kesalahan yang dilakukan adalah saat kita melempar gacuk tapi tidak pas dikotaknya atau meleset dari tempatnya (Mulyani, 2013). Keterkaitan permainan tradisional engklek dan kemampuan motorik kasar anak. Kemampuan motorik anak usia dini tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan kontrol motorik,motorik tersebut tidak akan optimal jika tidak diimbangi dengan gerakan anggota tubuh tanpa dengan latihan fisik. Program pengembangan keterampilan motorik anak usia dini sering kali terabaikan atau dilupakan oleh orang tua, pembimbing bahkan guru sendiri. Hal ini lebih dikarenakan mereka belum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
memahami bahwa program pengembangan keterampilan motorik menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pendidikan anak usia dini. Hal ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2005), yang mengatakan bahwa gerakan motorik kasar perlu dikenalkan dan dilatihkan pada masa anak prasekolah dan pada masa sekolah awal melalui permainan,agar anak-anak dapat melakukan gerakan-gerakan dengan benar, dan yang terpenting dalam hal ini adalah menjadi bekal awal untuk mendapatkan keterampilan gerak yang efisien bersifat umum dan selanjutnya akan dipergunakan sebagai dasar untuk perkembangan keterampilan yanglebih khusus. Permainan tradisional engklek merupakan kegiatan bermain yang menyenangkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan indikator yang terdapat pada kurikulum di Taman Kanak-kanak (TK) dapat dicapai. Karena permainan tradisional engklek membuat anak mampu meningkatkan motorik kasarnya dengan baik (Mulyani, 2013) Kemampuan fisik yang ingin dicapai dalam kurikulum Permen RI No.58 Tahun 2009 merupakan kemampuan motorik kasar khususnya kemampuan melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih keseimbangan, kelenturan dan kelincahan dibutuhkan kegiatan yang menarik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa keterkaitan antara permainan tradisional engklek dan kemampuan motorik kasar adalah permainan tradisional engklek merupakan kegiatan yang membantu proses pembelajaran motorik kasar anak. Kemampuan motorik kasar anak commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akan dapat ditingkatkan apabila kegiatan pembelajaranya lebih menarik. Jadi jelas bahwa permainan tradisional engklek memiliki keterkaitan dengan kemampuan motorik kasar (Mulyani, 2013) 4. Kecerdasan Kinestetik Pengertian Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk menggabungkan antara fisik dan pikiran sehingga menghasilkan gerakan yang sempurna. Kecerdasan kinestetik merupakan bagian dari kecerdasan jamak ( Multiple Intelligences ) sesuai dengan teori Multiple Intelligences (Gardner, 2006). Teori ini menjelaskan ada delapan macam kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, yaitu kecerdasan linguistic-verbal, kecerdasan logical-mathematical, kecerdasan visual-spatial, kecerdasan musicalrhytmic,
kecerdasan
bodily-kinesthetic,
kecerdasan
interpersonal,
kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalist. Kecerdasan selalu selalu bekerjasama dan segala peran yang rumit akan melibatkan penggabungan dari beberapa kecerdasan tersebut (Gardner, 2006). Menurut Suyadi (2013), jika gerak sempurna yang bersumber dari gabungan antara pikiran dan fisik tersebut terlatih dengan baik, maka apapun yang dikerjakan orang tersebut akan berhasil dengan baik, bahkan sempurna. Kecerdasan Kinestetik (bodily –kinestetic,) kemampuan dalam menggunakan keseluruhan potensi tubuh untuk mengekspresikan ide-ide dan perasaan. Memiliki kemampuan untuk menggunakan tangan untuk memproduksikan
atau
mentransformasikan commit to user
hal/benda.
Dalam
hal
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
ini,termasuk keterampilan khusus seperti koordinasi, keseimbangan, kekuatan, fleksibilitas, kecepatan,taktil (Gardner, 2013). Adapun ciri-cirinya yang menonjol pada anak adalah sebagai berikut : 1). Berprestasi tinggi dalam olah raga. 2). Sering terlibat dalam kegiatan fisik : olah raga dan permainan. 3). Menikmati gerak melompat, lari, gulat atau kegiatan lainnya yang serupa. 4). Terampil dalam kerajinan tangan: melipat, memotong, menggunting dan mencocok. 5). Pintar dalam menirukan gerakan, kebiasaan dan perilaku orang lain. 6). Senang membongkar pasang barang dan mainan. 7). Senang bekerja dengan tanah liat, melukis dengan jari. Kecerdasan Kinestetik adalah kemampuan menyelaraskan pikiran dengan badan sehingga apa yang dikatakan oleh pikiran akan tertuang dalam bentuk gerakan -gerakan badan yang indah, kreatif, dan mempunyai makna. Definisi ini merujuk pada tulisan yang mengatakan bahwa kecerdasan kinestetik adalah sebuah keselarasan antara pikiran dan tubuh, dimana pikiran dilatih untuk memanfaatkan tubuh sebagaimana mestinya dan tubuh dilatih untuk dapat merespon ekspresi kekuatan dan pikiran (Linda et al dalam Farouq, 2011 ) Kecerdasan kinestetik lebih menekankan pada kemampuan seseorang dalam menangkap informasi dan mengolahnya sedemikian cepat, lalu dikonkritkan dalam wujud gerak, yakni dengan menggunakan commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
badan, kaki, dan tangan. Informasi yang datang diolah di dalam otak dengan kecepatan tertentu lalu disampaikan ke anggota gerak badan yang akhirnya diterjemahkan kedalam suatu gerakan sehingga memunculkan suatu performa. Hal ini merupakan kecerdasan tersendiri yang dimiliki oleh setiap orang, tetapi belum tentu mereka memilikinya secara sama. Keindahan dari masing-masing performa itu akan memberikan dampak berupa apresiasi yang sangat baik dari orang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa orang yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan kemampuan. Misalnya seorang peloncat indah, ketika bergerak ke depan menuju ujung papan tumpu, badan digerakkan mengikuti gerakan papan pantul, yang akhirnya badan terangkat ke atas dan melakukan gerakan yang sangat indah ketika posisinya sedang berada di atas udara, dan ketika mendekati air badan diluruskan untuk bisa masuk ke air dengan aman dan nyaman, ini yang dimaksud kecerdasan kinestetik. Setiap orang memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan atau kemampuannya dalam segala hal termasuk kecerdasan kinestetik. Pengembangan kecerdasan kinestetik anak memang harus ditangani sejak dini dan dengan pendekatan yang baik dan benar. Jika caranya salah maka akan susah sekali untuk mengubah atau mengembalikannya ke cara yang baik dan benar, dalam mengembangkan kecerdasan kinestetik (kecerdasan gerak), perlu lebih mengenal secara mendalam gerak apa saja yang perlu dikembangkan. Gerak terbagi atas tiga macam yakni gerak lokomosi, commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
gerak non lokomosi dan gerak manipulasi. Selain itu, terdapat tiga tahap dalam mempelajari gerak yakni tahap kognisi, fiksasi, dan otomatisasi. 1) Gerak Lokomosi a). Berjalan Menurut George et al dalam Faruq (2007) menjelaskan berjalan adalah proses pergantian hilangnya keseimbangan dan mengembalikan keseimbangan dengan menggerakkan kaki maju ke depan dalam posisi yang benar secara bergantian. b). Berlari Menurut Thompson dalam Faruq (2007) mengemukakan bahwa berlari merupakan gerak dasar yang sangat mudah dilakukan oleh anakanak dan mereka sangat menyukainya. Pada saat berlari ada saat melayang dan ada saat mendarat. d). Melompat Melompat merupakan gerak dasar dengan proses gerak awal menggunakan kaki untuk bisa berpijak kuat sehingga dapat mengangkat badan melayang di udara dengan posisi sedemikian rupa dan mendarat dengan dua kaki, tangan membantu sebagai penyeimbang badan.. e). Meluncur Meluncur adalah gerakan yang berawal dari dorongan yang menyebabkan badan bergerak, atau dari posisi ketinggian tertentu lalu badan bisa tertarik ke bawah sehingga bergerak ke arah yang sudah ditentukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
f). Bergulir Bergulir dilakukan dengan tiga tahap, yaitu pertama diawali dengan berdiri tegak di depan matras, kemudian menurunkan badan dan kedua telapak tangan di atas matras, kedua dagu didekatkan dengan dada kedlua kaki mendorong secara perlahan dibantu dengan tangan untuk keseimbangan, lalu menyentuhkan tengkuk ke atas matras, ketiga badan bergulir dan mendaratkan kaki dengan tepat ke matras. 5. Kemampuan Motorik a. Pengertian Kemampuan Motorik berasal dari bahasa Inggris yaitu Motor Ability, gerak (motor) merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi manusia, karena dengan gerak (motor) manusia dapat meraih sesuatu yang menjadi harapannya. Kemampuan motorik adalah kapasitas seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak (Lutan, 1988) Menurut Sukadiyanto (1997), mengatakan bahwa kemampuan motorik adalah suatu kemampuan seseorang dalam menampilkan keterampilan gerak yang lebih luas serta diperjelas bahwa kemampuan motorik suatu kemampuan umum yang berkaitan dengan penampilan berbagai keterampilan atau tugas gerak. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik adalah suatu kemampuan yang diperoleh dari keterampilan gerak umum, yang menjadi dasar untuk meningkatkan pertum buhan dan perkembangan, keterampilan gerak. commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Seseorang yang memiliki tingkat kemampuan motorik yang tinggi dapat diartikan bahwa orang tersebut memiliki potensi atau kemampuan untuk melakukan keterampilan gerak yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang memiliki kemampuan motorik rendah. Secara anatomi fungsional bahwa pusat motorik hampir meliputi beberapa bagian otak antara lain sebagai berikut : 1). Cerebrum Cereberum merupakan otak besar yang memiliki fungsi yang sangat komplek salah satunya sebagai pusat motorik yang terdiri dari beberapa bagian yaitu : 1. Lobus Frontal Mempunyai tiga bagian: a). Central sulcus (fisura Rolando) b). Lateral sulcul (fisura sylvius) c). Precentral gyrus Merupakan bagian motorik yang penting yag terletak tepat didepan central sulcus. Fungsi Lobus frontal : - Menginisiasi impuls gerak refleks otot rangka - Mengolah sensory experience - Menciptakan respons kepribadian - Memediasi respons terhadap memori, emosi, judgement, perencanaan dan komunikasi verbal commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Lobus Parietal Terletak dibagian posterior dari central sulcus lobus frontal. Fungsi Lobus parietal : mengerti cara bicara (speech) dan artikulasinya; interpretasi emosi di dalam suatu pembicaraan; interpretasi bentuk dan tekstur suatu benda yang di pegang. -
Postcentral gyrus : merupakan bagian sensorik yang sangat penting (dibelakang cenral sulcus), ia bertindak sebagai area somaestetik, karena responnya terhadap semua stimulus reseptor cutaneous dan muscular
3. Lobus Temporal Terletak dibawah lobus parietal dan di bagian posterior lobus frontal. Fungsi Lobus Temporalis adalah : (1) Pusat auditory yang
menerina
serabut
sensoris
Menginterpretasi
sensory
experience,
dari (3)
koklea,
(2)
Menyimpan
memori penglihatan dan pendengaran dalam jangka panjang. 4. Lobus Occipital Fungsi
Utama
ialah
sebagai
pusat
penglihatan:
(1)
Mengintegrasi pergerakan mata dengan mengarahkan dan memfokuskan mata, (2) Mengkorelasikan gambar dengan pengalaman penglihatan sebelumnya.
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Cerebellum Cerebellum merupakan struktur otak kedua yang paling besar, terletak di metencephalon dan rongga otak bagian inferroposterior. Fungsi utama cerebellum ialah mengkoordinasi kontraksi otot rangka. Impuls untuk gerak reflek berasal dari korteks cerebral, dan diatur oleh cerebellum. Cerebellum secara konstan menginisiasi impuls ke unit motorik untuk mempertahankan tonus otot.Otak kecil juga mengolah impuls yang berasal dari proprioreseptor yang berada didalam otot, tendon dan sendi. Proprioreceptor merupakan ujung saraf sensorik yang sensitive terhadap perubahan tegangan otot atau tendon (Chusid, 1985) Gambar 1. Anatomi Otak
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2. Humunculus Cerebri
Berkaitan menyatakan,
dengan
sejalan
kemampuan
dengan
motorik
meningkatnya
Waharsono ukuran
(1999)
tubuh
dan
meningkatnya kemampuan fisik, maka meningkat pulalah kemampuan geraknya. Menurut Mulyono (1994) bahwa, kemampuan motorik atau kemampuan gerak dasar adalah hadirnya kemampuan bawaan dan kemampuan yang diperoleh dalam melakukan keterampilan gerak (motor skill) dari sifat yang umum atau fundamental, di luar kemampuan olahraga spesialisasi tingkat tinggi. Menurut Sukintaka (2004) bahwa kemampuan motorik merupakan kualitas hasil gerak individu dalam melakukan gerak, user dalam olahraga atau kematangan baik gerakan non olahragacommit maupuntogerak
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
penampilan ketrampilan motorik. Berdasarkan pengertian kemampuan motorik yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, kemampuan motorik merupakan kemampuan yang mendasari dari gerak baik gerak olahraga maupun non olahraga di luar teknik khusus atau spesialisasi pada suatu cabang olahraga tertentu. Kemampuan motorik bersifat relatif statis dan permanen yang ditentukan oleh bawaan. Kemampuan gerak berkembang relatif secara otomatis sesuai dengan tingkat perkembangan, pertumbuhan dan kematangan. Hal ini artinya, seorang anak yang tumbuh dan berkembang, secara otomatis kemampuan geraknya juga meningkat. Komponen-Komponen Kemampuan Motorik Secara kodrati setiap anak memiliki kemampuan gerak dasar yang dibawa sejak lahir. Syarifuddin (1992) menyatakan, “Gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat dan lempar”. Pendapat lain dikemukakan Hidayatullah (2002) mengklasifikasikan kemampuan gerak dasar terdiri dari tiga bagian. Secara skematis komponen-komponen kemampuan gerak dasar digambar sebagai berikut berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kemampuan gerak dasar diklasifikasikan ke dalam tiga jenis gerak yaitu gerak stabilitas, gerak lokomotor dan gerak manipulatif. Gerak stabilitas adalah gerakan yang dilakukan ditempat, tidak ada perubahan dari satu titik ke titik lain. Gerakan-gerakan stabilitas adalah gerakan yang dilakukan oleh tubuh tanpa ada perubahan tempat. Gerakan-gerakan stabilitas seperti membungkuk, memutar, mengayun dan jenis-jenis gerakan lainnya yang tidak merubah posisi tubuh pada saat melakukan commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
gerakan. Lokomotor diartikan sebagai gerak berpindah tempat. Hal ini artinya, gerak lokomotor merupakan jenis gerakan yang ditandai dengan pergerakan seluruh tubuh dan anggota badan, dalam proses perpindahan tempat atau titik berat badan dari suatu bidang tumpu ke bidang tumpu lainnya. Gerakan-gerakan lokomotor ini seperti berjalan, berlari , meloncat, melayang dan jenis gerakan lainnya yang ditandai dengan perubahan tempat. Gerakan manipulatif merupakan jenis gerakan yang membutuhkan koordinasi yang cukup baik. Hal ini karena, dalam gerakan manipulatif meliba tkan beberapa unsur gerak yang harus dikoordinasikan menjadi satu pola gerakan yang baik dan harmonis. Tabel 1. Jenis Gerakan
Gerak Stabilisasi Membungkuk
Gerak Dasar Lokomotor Berjalan
Meregang
Berlari
Menangkap
Memutar
Meloncat
Menendang
Mengayun
Melompat
Menjerat/menjebak
Memutar tubuh
Melayang
Menyerang
Mendarat
Meluncur
Melambung
Berhenti
Berjingkrak
Melenting
Mengelak
Memanjat dll
Bergulir
Keseimbangan dll
Gerak Manipulasi Melempar
Menggelinding Menyepak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
Sukintaka (2004) berpendapat, “Berkembangnya kemampuan motorik sangat ditentukan oleh dua faktor yakni pertumbuhan dan perkembangan. Dari kedua faktor penentu ini masih harus didukung dengan latihan sesuai dengan kematangan anak dan gizi yang baik”. Pendapat lain dikemukakan Waharsono (1999) bahwa, “Dalam kehidupan manusia selamanya dipengaruhi oleh sifat-sifat internal dan eksternal, sehingga pertumbuhan dan perkembangan fisiknya terpengaruh juga. Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak yang telah dimiliki sejak lahir akan tumbuh dan berkembang secara wajar, bilamana mendapat rangsangan secara tepat waktu dan lingkungan yang memungkinkan serta tidak ada unsur paksanaan”. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, faktor internal dan eksternal merupakan faktor yang selalu mempengaruhi kondisi seseorang. Faktor internal mencakup perkembangan dan pertumbuhan, jenis kelamin, intelegensi, usia. Di samping itu juga, kemampuan gerak dasar juga dapat ditingkatkan melalui latihan yang baik dan teratur. Pengalaman dan latihan merupakan faktor yang akan menentukan kualitas penampilan gerak seseorang. Berikut ini akan diuraikan secara singkat faktor-faktor internal (faktor pembawaan). Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan gerak dasar adalah 1). Pengaruh Jenis Kelamin dengan Kemampuan Gerak Dasar Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa, antara anak laki-laki dan perempuan memiliki banyak perbedaan baik secara fisik maupun fisiologis. Perbedaan secara fisik maupun fisiologis akan commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berpengaruh pada penampilan geraknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusli (1988) bahwa ada perbedaan gerak antara anak laki-laki dan anak perempuan yang meliputi : bentuk tubuh, struktur anatomis, fungsi fisiologis , dan faktor budaya.. Perbedaan semakin nampak saat masa pubertas. Kemampuan motorik anak laki laki dan anak perempuan relatif sama begitu juga terhadap komposisi dari fisik seperti jumlah lemak dalam tubuh, dan rasio ukuran otot. Anak laki-laki dan anak perempuan akan memiliki kemampuan motorik yang berbeda pada saat anak menjelang pubertas (Baynam, 2006). Dalam hal pembelajaran keterampilan motorik mengacu pada tugas akan dikerjakan untuk mencapai hasil yang diharapkan melalui latihan dan pengalaman.Setelah menginjak masa pubertas, anak laki-laki memiliki ukuran badan (termasuk kemampuan fisiknya) sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan perempuan. Hormon petumbuhan antara pria dan wanita juga berbeda. Pada pria terjadi penambahan jaringan otot, sedangkan pada wanita cenderung menuju pada pengurangan otot dan penambahan jaringan lemak. Dengan keadaan tersebut, maka anak laki-laki rata-rata memiliki kemampuan gerak yang lebih tinggi dari pada anak perempuan. 2). Pengaruh Intelegensi dengan Kemampuan Gerak Dasar Kecerdasan Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan. Pada umumnya, anak yang commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cerdas akan lebih cepat memahami konsep suatu gerakan dan akan lebih cepat untuk menguasainya, jika dibandingkan dengan anak yang bodoh.
Lutan (1988) mengemukakan: Intelegensia pada
dasarnya merupakan (1) kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru, (2) kemampuan untuk berfikir abstrak, (3) pembeda kualitas antara manusia dengan hewan, (4) abilitas untuk berfikir dengan cepat, (5) abilitas untuk memecahkan masalah, dan (6) cara seseorang berperilaku dalam menghadapi masalah yang berubah-ubah. Pendapat tersebut meunjukkan bahwa, dengan kemampuan intelegensi yang baik, anak akan mampu mempelajari suatu jenis gerakan yang rumit dan kompleks. Dengan intelegensi yang tinggi anak akan mudah memecahkan gerakan-gerakan yang sulit dan kompleks, karena anak yang cerdas (intelegensinya tinggi) memiliki kemampuan yang lebih cepat untuk menguasai jenis keterampilan yang
lebih kompleks dari pada anak
yang
intelegensinya rendah. 3). Pengaruh Usia dengan Kemampuan Gerak Dasar Sesuai dengan kondrat alamiah manusia bahwa, pada usia muda mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang konstan. Pada usia
tertentu
setiap
anak
mengalami
perkembangan
dan
pertumbuhan baik fisik, fisiologis maupuan psikologisnya. Seiring dengan bertambahnya usia, maka akan terjadi kematangan baik commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fisik, fisiologis maupun psikologis. Seorang anak mengalami pertumbuhan baik massa otot, ukuran tubuh, ukuran organ jantung dan paru-paru. Dari perkembangan secara simultan baik fisik, fisiologis dan psikologisnya, tentu akan berpengaruh pula terhadap kemampuan geraknya. Seperti dikemukakan Waharsono (1999) bahwa
sejalan
dengan
meningkatnya
ukuran
tubuh
dan
meningkatnya kemampuan fisik, maka meningkat pula kemampuan gerak anak besar. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, semakin bertambahnya usia selalu diikuti meningkatnya kemampuan geraknya. Meningkatnya kemampuan gerak tersebut sesuai dengan tahap perkembangannya. Hal ini karena, setiap periode tertentu kemampuan gerak anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat usia seseorang sampai pada taraf tertentu, maka akan semakin tinggi pula kemampuan gerak dasarnya. Namun demikian, pada usia tertentu akan mengalami penurunan. Seperti dikemukakan Lutan (1988) bahwa salah satu generalisasi yang sederhana mengungkapkan efek usia terhadap keterampilan motorik ialah setelah lewat usia 25 tahun terjadi penurunan yang sistematik dalam perilaku motorik. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, sebelum mencapai usia 25 tahun, berarti kemampuan gerak seseorang dapat meningkat seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Dan setelah mencapai usia 25 tahun, maka akan mengalami penurunan. Di samping faktor pembawaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
(internal) kesegaran fisik juga berpengaruh dengan keterampilan gerak seseorang. Kemampuan gerak tidak terlepas dari keterlibatan dari beberapa unsur kondisi fisik. Kemampuan gerak yang ditampilkan anak dalam kehidupan sehari-hari sangat bergantung pada komponen-komponen kondisi fisik yang dimiliki. Menurut Iskandar et al (1999), unsur-unsur fisik yang mendasari keterampilan gerak anak terdiri atas: (a) kecepatan, (b) power, (c) kelincahan, (d) koordinasi, (e) keseimbangan dan (f) kecepatan". Selain komponen tersebut, unsur daya tahan, kekuatan otot dan kelentukan juga dapat mempengaruhi kemampuan gerak yang ditampilkan. Komponen kondisi fisik tersebut merupakan unsur-unsur yang menunjang pembentukan kemampuan gerak. Kemampuan fisik yang dimiliki seseorang diwujudkan dalam penampilan geraknya. Seseorang yang kondisi fisiknya lemah cenderung memiliki kemampuan gerak yang lemah pula. Sebaliknya jika kondisi fisiknya baik, kemampuan gerak yang ditampilkan juga akan baik.. Perkembangan Kemampuan Motorik Anak Sesuai dengan kodrat alamiah manusia, sejak lahir mengalami perubahanperubahan berupa peningkatan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Perubahan-perubahan tersebut disebut pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan merupakan proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisasi dan terspesialisasi. Manusia dari anak-anak hingga dewasa mengalami berbagai perkembangan antara lain perkembangan fisiologis, psikologis, intelektual, sosial dan kemampuan gerak. commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perkembangan merupakan proses perubahan menuju ke arah yang lebih baik yang merupakan perubahan kualitatif. Berkaitan dengan perkembangan kemampuan motorik, Sukintaka (2004) menyatakan bahwa perkembangan kemampuan motorik merupakan perubahan kualitas hasil gerak individ. Hal ini artinya, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhannya,
maka
kemampuan
motorik
juga
berkembang.
Berkembangan kemampuan motorik ini bersifat kontinyuitas yaitu tidak akan berhenti pada unsur tertentu. Tetapi akan berjalan secara kontinyu dari sebelum lahir hingga mati. Secara kodrati perkembangan dan pertumbuhan
melalui tahapan-tahapan
tertentu.
Secara kronologis
sepanjang hidupnya manusia dapat dibedakan dalam lima tahapan kehidupan yaitu, masa bayi, masa anak kecil, masa anak besar, masa remaja serta masa dewasa dan tua. Setiap masa kehidupan manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan karakteristik tertentu, termasuk di dalamnya yang berhubungan dengan perkembangan geraknya. Sejak lahir, secara bertahap dan berangsur-angsur anak mengalami peningkatan gerak. Peningkatan kemampuan gerak dapat diidentifikasikan melalui penampilan geraknya
sehari-hari.
Waharsono
(1999)
menyatakan peningkatan
kemampuan gerak bisa diidentifikasi dalam bentuk: (1) gerakan dapat dilakukan dengan mekanika tubuh yang makin efisien, (2) gerakan bisa dilakukan semakin lancar dan terkontrol, (3) pola atau bentuk gerakan makin bervariasi, (4) gerakan semakin bertenaga. Perkembangan kemampuan motorik anak dapat dilihat dari kemampuan geraknya yang commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
makin bervariasi. Berbagai macam gerakan dapat dilakukan dengan efisien, halus, lancar dan terkontrol serta bertenaga. Penguasaan terhadap berbagai kemampuan motorik dapat dicapai jika anak memperoleh kesempatan
untuk
melakukannya.
Anak
yang
kurang
mendapat
kesempatan untuk melakukan berbagai aktivitas fisik, akan berakibat terhambatnya perkembangan gerak yang dicapai. 6. Emosi a. Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Goleman (2002)
mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas,
suatu
keadaan
biologis
dan
psikologis
dan
serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Chaplin dalam Safaria (2009) merumuskan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahanperubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku. Emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance) terhadap sesuatu. commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi. Jika seseorang mengalami ketakutan mukanya menjadi pucat, jantungnya berdebar-debar, jadi adanya perubahanperubahan kejasmanian sebagai rangkaian dari emosi yang dialami oleh individu yang bersangkutan, Walgito dalam Safaria (2009). Dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu
keadaan
biologis
dan
psikologis
dan
serangkaian
kecenderungan untuk bertindak terhadap rangsangan dari luar dan dalam
diri
individu
mencakup perubahan-perubahan yang disadari,
yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, Walgito dalam Safaria (2009). b.
Macam-macam Emosi Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates, JB Watson dan Daniel Goleman. Menurut Descrates (2003), emosi terbagi atas : Desire (hasrat), Hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan), sedangkan JB Watson (2000) mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : Fear (ketakutan), Rage (kemarahan), Love (cinta).
Goleman (2002)
mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu. commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mayer dalam Goleman, (2002) menyebutkan bahwa orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia. c. Proses Terjadinya Emosi Proses kemunculan emosi melibatkan faktor psikologis maupun faktor fisiologis. Kebangkitan emosi kita pertama kali muncul akibat adanya stimulus atau sebuah
peristiwa,
yang
bisa
netral,
positif,
ataupun negatif. Stimulus tersebut kemudian ditangkap oleh reseptor kita, kemudian melalui otak. Kita menginterpretasikan kejadian tersebut sesuai
dengan
kondisi
pengalaman
dan
kebiasaan
kita
dalam
mempersepsikan sebuah kejadian. Interpretasi yang kita buat kemudian memunculkan perubahan secara internal dalam tubuh kita. Perubahan tersebut misalnya napas tersengal, mata memerah, keluar air mata, dada menjadi sesak, perubahan raut wajah, intonasi suara, cara menatap dan perubahan tekanan darah kita (Goleman, 2002). Pandangan teori kognitif menyebutkan emosi lebih banyak ditentukan oleh hasil interpretasi kita terhadap sebuah peristiwa. Kita bisa memandang dan menginterpretasikan sebuah peristiwa dalam persepsi atau penilai negatif, tidak menyenangkan, menyengsarakan, menjengkelkan, mengecewakan. Persepsi yang lebih positif
seperti sebuah kewajaran, hal yang indah, sesuatu yang commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengharukan, atau membahagiakan. Interpretasi yang kita buat atas sebuah peristiwa mengkondisikan dan membentuk perubahan fisiologis kita secara internal, ketika kita menilai sebuah peristiwa secara lebih positif maka perubahan
fisiologis kita pun menjadi lebih positif
(Goleman , 2002) d.
Teori Emosi Para ahli mengemukakan beberapa teori dalam upaya menjelaskan timbulnya gejala emosi. Beberapa teori emosi tersebut antara lain : 1) Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer Teori ini dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan. Reaksi fisiologik dapat saja seperti hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah. Jika rangsangannya menyenangkan seperti diterima di perguruan tinggi idaman, emosi yang timbul dinamakan senang, sebaliknya, jika rangsangannya membahayakan misalnya melihat ular berbisa emosi yang timbul dinamakan takut. 2) Teori Emosi James-Lange Teori ini menjelaskan bahwa emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Jika seseorang misalnya melihat harimau, reaksinya adalah peredaran darah makin cepat karena denyut jantung makin cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara. Respons tubuh ini kemudian dipersepsikan dan timbullah rasa takut. commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rasa takut timbul oleh hasil pengalaman dan proses belajar. Orang bersangkutan dari hasil pengalamannya telah mengetahui bahwa harimau adalah makhluk yang berbahaya, karena itu debaran jantung dipersepsikan sebagai rasa takut. 3) Teori Emosi “Emergency” Cannon Teori ini menyatakan emosi timbul bersama-sama dengan reaksi fisiologik. Teori Cannon kemudian diperkuat oleh Philip Bard, sehingga kemudian lebih dikenal dengan teori Cannon-Bard atau teori emergency. Teori ini mengatakan pula bahwa emosi adalah reaksi yang diberikan oleh organisme dalam situasi darurat atau emergency. Teori ini didasarkan pada pendapat bahwa ada antagonisme antara saraf- saraf simpatis dengan cabang-cabang cranial dan sacral daripada susunan saraf otonom. Jadi, kalau saraf-saraf simpatif aktif, saraf otonom nonaktif, dan begitu sebaliknya. 7. Kecerdasan Emosional a.
Pengertian Kecerdasan Emosional Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun
1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional
yang
tampaknya penting bagi keberhasilan. Salovey dan
Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut Emotional Quotion (EQ) sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan (Shapiro, 1998). Goleman (2002) mengatakan bahwa kecerdasan emosional merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional mencakup kemampuankemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi, dengan kecerdasan akademik, yaitu kemampuan-kemampuan kognitif murni yang diukur dengan Inteligence Quotion (IQ). Banyak orang yang cerdas, dalam arti terpelajar, tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosi. Keterampilan
EQ
bukanlah
lawan
keterampilan
IQ
atau
keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan (Shapiro, 1998). Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.Sebuah model pelopor lain tentang kecerdasan emosional diajukan oleh Baron pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan
dan
tekanan lingkungan (Goleman, 2000). Goleman dalam Gardner (2000) dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan spektrum kecerdasan
ada
yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu
linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional. Gardner
dalam Goleman (2000) mengungkapkan bahwa kecerdasan
pribadi terdiri dari: kecerdasan antarpribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja,
bagaimana bekerja bahu membahu dengan kecerdasan,
sedangkan kecerdasan intrapribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif (Goleman, 2002). Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey (1990, dalam Goleman, 2000) memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu. Menurutnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (sosial) dengan orang lain. Goleman (2002) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence), menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Dapat
disimpulkan
bahwa
kecerdasan
emosional
adalah
kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang
lain
(empati) dan
kemampuan untuk membina hubungan (sosial) dengan orang lain. b.
Komponen Kecerdasan Emosional Goleman (2002) memperluas kecerdasan emosional menjadi lima kemmapuan utama, yaitu:
1) Mengenali Emosi Diri Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Hal ini menyebabkan individu menyadari emosi yang sedang dialami serta mengetahui penyebab emosi tersebut terjadi serta memahami kuantitas, intensitas, dan durasi emosi
yang sedang berlangsung. Kesadaran akan intensitas emosi
memberi informasi mengenai besarnya pengaruh kejadian tersebut pada commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
individu. Intensitas yang tinggi cenderung memotivasi individu untuk bereaksi sedangkan intensitas emosi yang
rendah tidak
banyak
mempengaruhi individu secara sadar. Kesadaran akan durasi emosi yang berlangsung membuat individu dapat berpikir dan mengambil keputusan yang selaras dalam mengungkapkan emosinya. Kemampuan mengenali emosi diri merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri (Mutadin, 2002) Mayer dalam Goleman (2002) mengatakan bahwa kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Ketidakmampuan untuk mencermati
perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan., sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.,. 2) Mengelola Emosi Mengelola
emosi
merupakan
kemampuan
individu
dalam
menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Individu dapat commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengungkapkan emosinya dengan kadar yang tepat pada waktu yang tepat dengan cara yang tepat, Aristoteles dalam Goleman (2004). Tujuan pengendalian diri adalah keseimbangan emosi bukan menekan emosi, karena setiap perasaan memiliki nilai dan makna tersendiri. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2002). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri ketika ditimpa kesedihan, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan. Orangorang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terusmenerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan (Goleman, 1996). 3) Memotivasi Diri Sendiri Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti
memiliki
ketekunan
untuk
menahan
diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusiasme, gairah, optimis dan keyakinan
diri.
Keterampilan
memotivasi
diri memungkinkan
terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memiliki keterampilan ini cenderung lebih jauh produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan (Goleman, 1996). 4) Mengenali Emosi Orang Lain (Empati) Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Empati adalah dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang. Empati dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain, sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain (Setrianingsih, 2006). Goleman (2002) mengatakan bahwa kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa- apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orangorang
yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih
mampu menyesuaikan diri secara emosional, lebih populer, lebih commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mudah beraul, dan lebih peka. Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi. Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain. (Goleman, 2002) 5) Membina Hubungan (Sosial) Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial
yang
mendukung
keberhasilan
dalam
pergaulan dengan orang lain. Kemampuan dalam membina hubungan merupakan
suatu
keterampilan
yang
menunjang
popularitas,
kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman,2002). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2002). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
petunjuk positif bagaimana perawat mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian perawat berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya. Apabila individu tidak
memiliki
keterampilan-keterampilan
semacam
ini
dapat
menyebabkan seseorang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengambil komponen-komponen utama dari kecerdasan emosional sebagai faktor untuk mengembangkan instrumen kecerdasan emosional. B. Penelitian Relevan Tabel.2.2 Penelitian Relevan No 1
Penelitian “Peningkatan kemampuan gerak
Metode One Group
Hasil Terdapat pening -
dasar Melompat melalui
Pretest -Postest
katan kemampuan
Permainan Tradisional Engklek”
Design
gerak dasar me-
(Aisyah, 2013)
lompat melalui permainan Engklek ke arah depan
2
“The effect of Tae Bo Exercise
True Experiment
Hasil penelitian
Program on Physical Fitness
Design (Pretest-
bahwa latihan
and some Kinesthetic
posttest Control
Tae-bo
Perceptions for Basket Ball”
Group Design)
meningkatkan ke
Players in Egypt (Roby, 2013)
mampuan kineste tik dan motorik khususnya pada koordinasi dan kecepatan lari.
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3
“The effect Coordianting
True Experiment
Hasil penelitian
Training Program on learning
Design (Pretest-
ini menunjukkan
learning tennis Skill” (Zetor et
Posttest Control
bahwa program
al, 2013).
Group Design)
pelatihan koordinasi pada atlet mampu mening katkan keteram pilan yang lebih baik pada fore hand dan backhand tenis.
4
Testing the effect of Kinesthetic
True Experiment
Berdasarkan temu-
Training on Handwriting
Design (Pretest-
an, efektivitas pe-
Performance in First Grade
Posttest Control
latihan kinestetik
Student ( Sudsawad et al, 2002)
Group Design)
untuk meningkatkan tulisan tangan di kelas satu sekolah dasar.
5
Effects of traditional versus
True Experiment
Bahwa pembela-
tactual/kinesthetic instruction on
Design (Pretest-
jaran taktual / ki-
junior high school learning-
Posttest Control
nestetik memberi-
disabled students (Mitchels et
Group Design)
kan efek lebih po-
all, 2002)
sitif pada aplikasi, dan sikap terhadap tata bahasa siswa LD daripada meto de tradisional. commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6
The effect of Traditional Games
True Experiment
Program permain-
in Fundamental Motor Skill
Design (Pretest-
an tradisional sesu
Development in 7-9 year olds
Posttest Control
ai untuk peningkat
Boy (Akbari et al, 2009)
Group Design)
an keterampilan motorik dasar
7
Kinesthetic Ability in Children
True Experiment
Hasil
With Spastic Hemiplegia
Design (Pretest-
menunjukkan
( Chrysagis,2007)
Posttest Control
bahwa ada
Group Design)
penurunan kemampuan kinestetik pada anak hemiplegi spastik.
8
Age: A determinant of
True Experiment
Hasil
Management’s Emotional
Design (Pretest-
menunjukkan
Intelligence
Posttest Control
bahwa umur tidak
Competency
Group Design)
berpengaruh signifikansi terhadap kecerdasan emosi
9
The Relationship Between
Quasy Experiment
Bahwa jenis
Gender and Emotional
Design
kelamin sangat
Intelligence
berpengaruh terhadap kecerdasan emosi
10
The Effects of Age and Gender
True Experiment
Umur dan Jenis
on Balance Skills
Design (Pretest-
kelamin
in Preschool Children
Posttest Control
berpengaruh pada
(Venetsanou, 2011)
Group Design)
keseimbangan pada anak
commit to user
prasekolah
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A. Kerangka Pikir
Pembelajaran Pada Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini
Pembelajaran metode permainan tradisional
- Interaksi sosial - Makna filosofis - Emosi - Ketelitian dan akurasi - Kreativitas. - Intelektualitas
-Usia anak
-Jenis Kelamin
-Sarana -Pengetahuan orang tua -Lingkungan
A.Kemampuan motorik : 1. Gerak stabilisasi 2. Gerak Lokomosi 3 .Gerak manipulasi
B.Kecerdasan Emosi
commit to user
Pembelajaran Metode Latihan Kecerdasan Kinestetik
- Pemecahan masalah
- non interaksional sosial -pematangan aspek fisik -Koordinasi -Keseimbangan -Fleksibilitas
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A. Hipotesis 1. Ada pengaruh permainan tradisional terhadap kemampuan motorik dan kecerdasan emosional anak usia dini. 2. Ada pengaruh latihan kecerdasan kinestetik terhadap kemampuan motorik dan kecerdasan emosi anak usia dini. 3. Ada perbedaan pengaruh antara permainan tradisional dan latihan kecerdasan kinestetik terhadap kemampuan motorik dan kecerdasan emosi anak usia dini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Taman Kanak-kanak ‘Aisyah 22 Reksoniten Surakarta dan Taman-kanak ‘Aisyiyah Gajahan Pasar Kliwon Surakarta, dengan berdasar dari studi pendahuluan bahwa ada perbedaan metode pembelajaran yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan motorik dasar anak usia dini di masing-masing Taman Kanak-kanak tersebut di atas. Waktu penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2013-2014 kurun waktu bulan AprilMei 2014 B. Desain Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, maka jenis penelitian eksperimen semu atau Quasi Experimental. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design. Desain penelitian disajikan pada gambar berikut ini : Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design Kelompok Eksperimen 1 Eksperimen 2 (kontrol)
Pretest T1
Perlakuan X1
T1
X1
Keterangan : T1 : Pretest T2 : Posttest
commit to user
112
Posttest T2 T2
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
X1 : Pembelajaran metode Permainan Tradisional. X2 : Pembelajaran metode latihan Kecerdasan Kinestetik. 1. Waktu Perlakuan (intervensi) Perlakuan (intervensi) dilakukan dalam rentang waktu satu bulan mulai tanggal 15 Maret – 14 April 2014 di TK ‘Aisyiyah 22 Reksoniten Gajahan dan TK ‘Aisyiyah Gajahan. 2. Protokol Perlakuan (Intervensi) a) Pelaku Intervensi Pelaku intervensi adalah peneliti sendiri dibantu oleh para guru dari TK ‘Aisyiyah 22 Reksoniten Gajahan Surakarta dan TK ‘Aisyiyah Gajahan Surakarta. b) Training Program Program training akan dilakukan oleh peneliti terhadap para guru dari masing-masing TK yang membantu intervensi dalam rangka penyamaan persepsi indikator perlakuan sesuai dengan indikator yang telah di tentukan peneliti sebelum intervensi dilakukan. Training program direncanakan mulai tanggal 14 Maret – 15 April 2014.
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Kerangka Kerja Populasi Siswa TK ‘Aisyiyah 22 Reksoniten sejumlah 35 anak dan siswa TK ‘Aisyiyah Gajahan sejumlah 33 anak
Sampel Siswa TK ‘Aisyiyah 22 Reksoniten sejumlah 35 anak dan siswa TK ‘Aisyiyah Gajahan sejumlah 33 anak
Kelompok Permainan Tradisional sejumlah 33
Pretest Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosional
Pembelajaran Permainan Tradisional
Posttest Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosional
-
Kelompok Latihan Kecerdasan Kinestetik sejumlah 35
Pretest Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosional
Pembelajaran Latihan Kecerdasan Kinestetik
Posttest Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosional
Analisis Univariat Analisis Bivariat dengan Independent T test Kemampuan Motorik Analisis Multivariat dengan dan Kecerdasan ANCOVA, kovarian : Usia Emosional anak dan Jenis kelamin commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Populasi dan Sampel. 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah 22 Reksoniten dan Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah Gajahan Pasar Kliwon Surakarta kelas A dan kelas B. 2. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi yaitu sebanyak 67 siswa, yang dikelompokkan sesuai asal Taman Kanak-kanak yaitu 32 siswa TK ‘Aisyiyah 22 Reksoniten Pasar Kliwon sebagai kelompok eksperimen I dan 35 siswa TK ‘Aisyiyah Gajahan Pasar Kliwon Surakarta sebagai kelompok eksperimen II yang bisa disebut juga kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total Sampling. D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu dua variabel independen dan 2 variabel dependent. a. Variabel bebas ( independent variable ) adalah pembelajaran gerak dengan metode Permainan Tradisional dan pembelajaran gerak dengan metode latihan Kecerdasan Kinestetik. b. Variabel terikat ( dependent variable) adalah kemampuan motorik dan kecerdasan emosi. commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.2. Definisi Operasional variabel adalah sebagai berikut Definisi Operasional Variabel Dimensi
Skor
Skala
Bentuk kegiatan untuk mengisi waktu luang yang telah lama berkembang secara spesifik di daerah atau masyarakat. Meski Permainan sederhana, puritan, Tradisional dan berkesan tak canggih, beberapa permainan Nominal tradisional mampu melatih mereka bersosialisasi dengan lingkungannya. Kecerdasan yang Kecerdasan Gerak Kinestetik
berhubungan dengan anggota tubuh.
Nominal
Memuat kemampuan seorang anak untuk secara aktif
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah Persentase
Mampu penuh : 2
Kemampuan
Mampu sebagian : 1
Motorik yang
Sama sekali tidak mampu
meliputi aktivitas Kemampuan Motorik
:0
yang menggunakan
Rentang skor adalah 0 –
otot-
72, dengan jumlah item
otot besar, meliputi
observasi 35 item dengan
gerak dasar lokomo
skor terendah adalah 0
tor, non lokomotor,
dan tertinggi adalah 70
Interval
dan manipulative
Kemampuan untuk
Sangat Sesuai (SS) : 3
menggunakan emosi
Sesuai (S) : 2
secara efektif dalam
Tidak Sesuai : 1
mengelola diri Kecerdasan Emosi
sendiri dan
Sangat tidak sesuai : 0 Rentang skor adalah
mempengaruhi orang 0-75, dengan jumlah item lain.
observasi 24 item, skor terendah adalah 0 dan skor tertinggi adalah 72
commit to user
Interval
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumentasi 1. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Lembar Observasi Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi partisipasif, artinya peneliti terlibat dengan kegiatan obyek yang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Penelitian ini menuntut peneliti untuk melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah 22 Reksoniten dan Taman Kanakkanak ‘Aisyiyah Gajahan Surakarta. Melalui observasi, peneliti mengumpulkan data dan informasi tentang aktifitas belajar obyek penelitian dalam pembelajaran motorik yang menggunakan pendekatan permainan tradisional dan latihan kecerdasan kinestetik. Proses pengamatan yang dilakukan terdiri atas beberapa tahap, yaitu : 1) Persiapan Sebelum melakukan observasi, peneliti melakukan beberapa persiapan, diantaranya membuat kisi-kisi instrumen penelitian dan menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisinya. Persiapan penelitian pada tanggal : Berikut ini instrumen observasi :
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.3 ; Instrumen Observasi Kemampuan Motorik Anak Variabel
Indikator
Nomor Item
Jumlah
Kemampuan Berdiri
11
1
motorik
Berjalan
1
1
Berjalan jinjit
2
1
Berlari
3, 4
2
Melompat
5, 12,13,14,16,17
6
Membungkuk
6, 18
2
menendang
7, 19,
2
Melempar
8, 9, 21,20,
4
mengayun
33
1
memutar
34
1
mengelak
35
1
Menangkap
21
1
Keseimbangan 10,22 Koordinasi Jumlah
2
23,24,25,26,27,28,29,30,31,32 10 35
Tabel 3.4. Instrumen Observasi Kecerdasan Emosi Anak commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Variabel
Indikator
Kecerdasan Mengenal emosi diri Emosi Anak Mengelola emosi diri
Nomor Item
Jumlah
1,6,16,20
4
2,8,11,21
4
Memotivasi diri
4,7,12,15,24
5
Mengenali emosi orang lain
3,9,14,17,22,23
6
Membina hubungan dengan orang lain
5,10,13,18,19
6
Jumlah
24
2) Proses pengukuran Pengukuran akan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh observer lainnya yaitu para guru TK ‘Aisyiyah 22 Reksoniten Surakarta dan TK ‘Aisyiyah Gajahan Surakarta dengan instrumen yang disediakan oleh peneliti sesuai dengan indikator dan kisi-kisi instrumennya. Para guru akan diminta untuk melakukan observasi kemudian mengisi instrumen observasi tersebut yang sebelumnya telah dilakukan training program sebelum program penelitian dilaksankan. 3) Tahapan Memasuki Lingkungan Pembelajaran Setelah melewati tahap persiapan, peneliti mulai melibatkan diri dalam proses pembelajaran baik di Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah 22 Reksoniten Surakarta maupun di Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah Gajahan Surakarta sebagai pemapar maupun pengamat. Tahap ini bertujuan untuktomebiasakan obyek penelitian bertatap commit user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
muka dengan peneliti sehingga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. selain itu peneliti harus beradaptasi dengan lingkungan penelitian untuk membuat kenyamanan saat observasi. 4) Pengamatan dan Pencatatan Setelah beradaptasi dengan lingkungan penelitian, peneliti melakukan observasi terhadap aktifitas pembelajaran motorik pada obyek penelitian. saat murid-murid Taman Kanak-kanak mengikuti kegiatan belajar mengajar, peneliti dibantu oleh pengamat untuk mengamati dan mencatat terutama yang berakitan dengan pendekatan latihan permainan tradisional dan latihan kecerdasan kinestetik. Peneliti dalam mengumpulkan data melalui observasi akan didampingi oleh rekan pengamat yang merupakan guru Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah 22 Reksoniten Surakarta dengan guru Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah Gajahan Surakarta serta pengamat teman sejawat peneliti. 2. Instrumentasi Penelitian ini memuat 4 variabel, yaitu model pembelajaran latihan permainan tradisonal, latihan kecerdasan kinestetik, kemampuan motorik anak dan kecerdasan emosi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam meneliti keempat variable ada 1 macam yaitu observasi. commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tahapan kegiatan yang dilakukan peneliti dalam mengembangkan instrumen penelitian adalah : a. Menentukan indikator-indikator untuk variabel yang diteliti. b. Menyusun kisi-kisi instrumen pedoman observasi kemampuan motorik dalam kegiatan belajar mengajar. c. Membuat butir-butir pertenyaan instrumen sesuai dengan indikator yang telah ditentukan dan teori yang dirujuk dalam kajian teori. d. Melakukan validasi instrumen. F. Uji Coba Instrumen dan Proses Pembelajaran Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data, maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen. Uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan pada angket observasi kemampuan motorik dan angket observasi kecerdasan emosi anak. Uji coba akan dilakukan di TK Al Islam 5 Grobagan Serengan Surakarta dengan menggunakan sampel uji coba sebanyak 60 siswa dengan dibagi dalam dua kelompok, kelompok A sebanyak 30 siswa untuk uji coba instrumen permainan tradisional dan kelompok B sebanyak 30 siswa untuk uji coba instrumen latihan kecerdasan inestetik. 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk menguji tingkat validitas empirik, penulis menguji coba instrumen angket observasi tersebut. Validitas instrumen itu sendiri terdiri dari validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi dilakukan dengan menyusun tes observasi berdasarkan kisi-kisi dan tujuan pembelajaran pada rancangan pembelajaran kemampuan motorik dan kecerdasan emosi , sedangkan validitas konstruk dilakukan dengan menguji instrumen kepada responden sesuai dengan karakteristik responden. Untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu instrumen yang telah diujikan kepada responden dengan menggunakan sistem komputerisasi program SPPS 17 dan dengan rumus Product Moment. Setelah dilakukan uji coba instrumen terhadap 31 responden dan dilakukan validasi dengan analisa pearson Correlation didapatkan hasil bahwa item observasi kemampuan motorik sejumlah 35 item dinyatakan valid dari 36 item yang diuji, dengan nilai r > r tabel : 0,335. Satu item yang dinyatakan tidak valid adalah item ke 36 di mana item tersebut ternyata pertanyaan sudah terwakili dari item yang lain sehingga kami hapus atau tidak dipakai. Sedangkan pada uji validitas kecerdasan emosi dengan 25 item pertanyaan observasi sejumlah 24 item dinyatakan valid dengan nilai r > r tabel : 0,335, kecuali pada satu item pada item no 16 dan tidak dipakai dalam uji selanjutnya karena item tersebut juga sudah terwakili oleh item yang lain dari 24 item yang valid tersebut. commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Uji Reliabilitas Inter Rater Untuk menguji taraf kepercayaan, penulis akan menguji coba instrumen tes observasi. Penulis melakukan uji reliabilitas inter rater disini dengan alasan bahwa bahwa tes observasi dilakukan oleh dua penilai, dua orang dari rekan peneliti dan penulis sendiri. Sehingga diharapkan hasil dari uji ini diharapkan ada keajegan penilaian dari kedua penilai tersebut. Untuk menghitung tes reliabilitas interrater digunakan rumus koefisien kappa dari Cohhen melalui komputerisasi program SPSS 17. Apabila setelah dilakukan uji reliabilitas interrater ini jika didapatkan koefisien kappa masih dibawah ketentuan sebesar > 0,6 maka akan dilakukan revisi butir tes, kemudian dilakukan uji reliabilitas lagi sampai didapatkan koefisien kappa > 0,6, sehingga instrumen ini sudah dinyatakan reliabel dan siap untuk dipakai dalam pengukuran selanjutnya. Setelah dilakukan uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa koefisien kappa sebesar 0,999 > 0,6 kelompok item kemampuan motorik dan nilai signifikansi 0,000. Sedangkan pada kelompok item kecerdasan emosi didapatkan hasil koefisien kappa sebesar 0,995 > 0,6 dan nilai signifikansi 0,000 sehingga dinyatakan kedua dinyatakan reliabel untuk pengukuran dengan pengukur berbeda.
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Proses Pembelajaran Pengambilan data dimulai tanggal 23 Maret 2014 dengan agenda pengambilan data kemampuan awal
baik kelas eksperimen maupun
pada kelas kontrol dengan menggunakan hasil pengisian soal pretes yang dilakukan oleh para guru TK setempat yang bertindak sebagai penilai sekaligus observer setelah dinyatakan lolos uji validasi instrumen. Adapun pengambilan meliputi data kemampuan motorik dan kecerdasan emosi siswa baik pada kelas eksperimen maupun siswa kelas kontrol. Pada penelitian ini kelompok siswa TK Aisyiyah Reksoniten sebagai kelompok Eksperimen dengan metode pembelajaran Latihan Kecerdasan Kinestetik, sedangkan siswa TK Aisyiyah Gajahan bertindak sebagai kelompok kontrol semu dengan menggunakan metode pembelajaran Permainan Tradisional. Kemudian pengambilan data diakhiri pada tanggal 14 Mei 2014 dengan agenda pengambilan data hasil penelitian posttes dengan menggunakan hasil pengerjaan soal posttes. Pelaksanaan pengambilan data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing dilakukan selama 4 kali pertemuan atau tatap muka dengan rincian 2 hari untuk pemberian pretes dan 2 hari untuk pemberian postes. Sedangkan dalam pemberian perlakuan dilakukan sebanyak 17 kali pertemuan sesuai dengan agenda penelitian dimasingmasing kelompok. Pada setiap pertemuan peneliti dibantu oleh observer untuk
mengamati
dan
memberikan
masukan-masukan
tentang
keterlaksanaan dari metode pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti. commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembelajaran untuk kelas eksperimen dengan dilakukan dengan diupayakan setiap siswa mampu melakukan setiap aspek dari metode pembelajaran Latihan Kecerdasan Kinestetik dan hal yang sama juga dilakukan pada kelas kontrol dengan penerapan metode pembelajaran Permainan Tradisional. Kedua kelas/kelompok baik kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan frekuensi 3 kali seminggu dengan durasi 60 menit selama 17 kali pertemuan dengan menyesuaikan agenda dimasingmasing TK. Dalam penerapan metode pembelajaran mengacu dengan buku acuan pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti dan kemudian diberikan kepada para guru dimasing-masing TK
selaku pemberi
perlakuan atau pembelajaran untuk dipelajari dan diselaraskan dan diterapkan kepada semua siswa baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. G. Pengolahan dan Teknik Analisa Data Berdasarkan data yang telah terkumpul di lapangan selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisa data. 1. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing Proses
editing
kesinambungan
dilakukan dan
untuk
keseragam
memeriksa data.
kelengkapan,
Dilakukan
dengan
mengkoreksi data yang diperoleh apakah jawaban yang ada di commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lembar observasi sudah lengkap, semua pertanyaan terisi jawaban, dan proses editing ini langsung dilakukan setelah penilai mengisi lembar observasi. b. Coding Coding adalah memberikan kode atau simbol tertentu untuk setiap jawaban dengan mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau
bilangan. Coding
dilakukan untuk
memudahkan peneliti dalam melakukan entry data, tabulasi, analisa data. Setelah data dikoreksi dan lengkap kemudian diberi kode untuk setiap variabel sesuai dengan definisi operasional. c. Entry Data Setelah data melewati proses editing dan coding, proses selanjutnya adalah memproses data untuk dianalisis. Proses data dilakukan dengan mengentri data dari lembar observasi ke program komputer. d. Cleaning Cleaning dilakukan untuk mengecek kembali data yang sudah di entry ke dalam program komputer, apakah terdapat keslahan atau tidak. Proses cleaning dilakuak denga tiga tahapan, yaitu mengetahui missing data, mengetahui variasi data, dan mengetahui konsistensi data.
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Analisis Data Setelah dilakukan pengolahan data, langkah selanjutnya adalah analisis
data,
analisis
data
mencakup
seluruh
kegiatan
mengklasifikasikan, menganalisa, memaknai, dan menarik kesimpulan dari semua data yang terkumpul dalam tindakan. Analisis data yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah analisa kuantitatif. Analisa data yang akan dilakukan meliputi analisa data univariat dan analisa bivariat. a. Analisa Univariat Data dianalisa menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan data dalam bentuk tabulasi. Dengan memasukkan seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif yang digunakan untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi ferkuensi dan prosentase (%) dari masing-masing item. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran, sehingga kumpulan data tersebut menjadi informasi yang berguna, peringkasan data dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Analisa univariat dilakukan pada masing-masing variabel yang diteliti. Variabel yang akan diteliti di sini adalah metode pembelajaran dan kemampuan otorik anak. b. Analisis Bivariat Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis bivariat menggunakan Uji Independent T-Test dengan commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
taraf signifikansi α = 0,05. Pemilihan uji ini sesuai dengan kaidah bahwa penelitian dilakukan pada 2 kelompok independen dan data berskala interval. c. Analisis Multivariat Pengujian hipotesis dalam penelitian dengan dilakukan analisis multivariat Ancova yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan tentang nilai rata-rata dari variable tak bebas terkait dengan pengaruh dari variable bebas terkontrol. Variabel bebas yang kategori (nonmetrik: nominal dan ordinal) disebut faktor sedangkan variable bebas yang metric (interval atau rasio). Serta adanya pengaruh yang dikontrol yaitu usia dan jenis kelamin anak yang akan mempengaruhi variabel dependent (kemampuan motorik dan kecerdasan emosi). Signifikansi efek baik gabungan dari kovariat maupun efek dari setiap kovariat sebagai individu, diuji dengan kriteria F yang tepat. Koefisien untuk kovariat memberikan pendalaman (provide insights) tentang efek atau pengaruh yang kovariat digunakan (exert) pada variable tak bebas Y dengan asumsi bahwa jika nilai Sig < 0,05 maka Ho di tolak serta sebaliknya.
commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik yang diajukan adalah : 1. Ho : PT = KM + KE (Tidak Ada Pengaruh terhadap kemampuan motorik dan kecerdasan Emosi pada pembelajaran Permainan Tradisional) 2. Ha : PT > KM + KE (Ada Pengaruh terhadap kemampuan motorik dan kecerdasan emosi pada pembelajaran Tradisional) 3. Ho : LKK = KM + KE (Tidak ada pengaruh terhadap kemampuan motorik dan kecerdasan emosi pada pembelajaran latihan kecerdasan kinestetik) 4. Ha : LKK > KM +KE ( Ada pengaruh terhadap kemampuan motorik dan kecerdasan emosi pada pembelajaran latihan kecerdasan kinestetik) 5. Ho : LKKM = PTM (Tidak ada perbedaan peningkatan kemampuan motorik anak pada pembelajaran
latihan
kecerdasan
kinestetik
latihan
dengan
pembelajaran permainan tradisional). 6. Ha : LKKM > PTM (Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan motorik anak pada pembelajaran latihan kecerdasan kinestetik lebih tinggi dibanding dengan menggunakan pembelajaran latihan permainan tradisional) commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Ho : LKKE = PTE (Tidak terdapat perbedaan peningkatan kecerdasan emosi anak pada pembelajaran latihan kecerdasan kinestetik dibanding dengan dengan menggunakan pembelajaran permainan tradisional). 8. Ha : PTE > LKKE (Terdapat perbedaan peningkatan kecerdasan emosi anak pada pembelajaran permainan tradisional lebih tinggi dibanding dengan pembelajaran latihan kecerdasan kinestetik). Keterangan a. PT
: Model pembelajaran permainan tradisional
b. LKK
: Model pembelajaran latihan kecerdasan kinestetik
c. KM
: Kemampuan Motorik
d. KE
: Kecerdasan Emosi
e. PTM
: Model pembelajaran latihan permainan tradisonal terhadap kemampuan motorik anak.
f. LKKM : Model pembelajaran latihan kecerdasan kinestetik terhadap kemampuan motorik anak. g. PTE
: Model pembelajaran permainan tradisional terhadap kecerdasan emosi anak.
h. LKKE : Model pembelajaran latihan kecerdasan kinestetik terhadap kecerdasan emosi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Karakteristik Sampel Pengolahan data hasil penelitian diawali dengan deskripsi data yang memberikan penjelasan tentang keadaan umum dari materi penelitian. adalah anak TK Obyek penelitian ini yang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok siswa TK ‘Aisyiyah 22 Reksoniten Surakarta sebagai kelompok eksperimen sejumlah 35 anak yang terdiri dari 11 anak laki-laki dan 24 anak perempuan, umur minimal 50 bulan dan maksimal 79 bulan dengan rerata umur 64,14 dan standar deviasi umur 8,41 , sedangkan pada kelompok siswa TK ‘Aisyiyah Gajahan sebagai kelompok kontrol sejumlah 33 anak yang terdiri dari 20 anak pria dan 13 anak perempuan dan umur minimal 50 dan maksimal 78 bulan dengan rerata umur 67,09 serta standar deviasi umur 7,679. Tabel 4.1 Deskripsi Karakteristik Sampel Eksperimen Karakteristik (n=35) Umur Min - Maks 50 – 79 Rerata + SD 64,14 + 8,41 Jenis Kelamin Prop. (%)
L : 11 (31,42 %) P : 24 (68,58 %)
commit to user
112
Kontrol (n=33) 50 -78 67,09 + 7,68 L : 20 (60,6 %) P : 13 (39,4 %)
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Deskripsi Hasil Penelitian a. Deskripsi Data Pretes dan Posttes Kemampuan Motorik Siswa Berdasarkan hasil pretes kemampuan motorik siswa didapatkan hasil bahwa skor tertinggi dan terendah dari kelas eksperimen secara berturut-turut pada hasil pretes adalah 45 dan 66 dengan mean atau ratarata 56,57 , sedangkan untuk kelas kontrol secara berturut-turut 45 dan 66 dengan mean atau rata-rata 56,67. Berdasarkan hasil posttes kemampuan motorik siswa TK didapatkan hasil bahwa skor tertinggi dan terendah dari kelas eksperimen secara berturut-turut pada hasil pretes adalah 51 dan 70 dengan mean 62,40 , sedangkan untuk kelas kontrol secara berturut-turut 44 dan 68 dengan mean atau rata-rata 58,24. Distribusi pretes dan posttes skor kemampuan motorik siswa TK secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.2 Data Hasil Pretes - Posttes Kemampuan Motorik pada Siswa TK. Karakteristik
Eksperimen (n=35)
Kontrol (n=33)
Pretest
Min - Maks Rerata + SD
45 – 66 56,57 + 6,19
45 - 66 56,67 + 6,24
Posttest
Min – Maks Rerata + SD
51 – 70 62,40 – 5,02
44 -68 58,24 + 6,71
Berdasar tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa rerata pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol dari penilaian kemampuan motorik siswa. commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Deskripsi Data Pretes dan posttes Kecerdasan Emosi Pada Siswa TK Berdasarkan hasil pretes kecerdasan emosi siswa didapatkan hasil bahwa skor tertinggi dan terendah dari kelas eksperimen secara berturut-turut pada hasil pretes adalah 46 dan 66 dengan mean atau rata-rata 54,71 sedangkan untuk kelas kontrol secara berturut-turut 46 dan 66 dengan mean atau rata-rata 54,76. Berdasarkan hasil posttes kekecerdasan emosi siswa TK didapatkan hasil bahwa skor tertinggi dan terendah dari kelas eksperimen secara berturut-turut pada hasil pretes adalah 46 dan 68 dengan mean 56,26 sedangkan untuk kelas kontrol secara berturutturut 52 dan 71 dengan mean atau rata-rata 61,06. Distribusi Pretes dan postes dapata pada tebel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.3 Data Hasil Pretes-Posttes Kecerdasan Emosi pada Siswa TK. Karakteristik
Eksperimen (n=35)
Kontrol (n=33)
Pretest
Min - Maks Rerata + SD
46 – 66 54,71 + 5,79
46 - 66 54,76 + 5,77
Posttest
Min – Maks Rerata + SD
46 -68 56,26 + 5,55
52 – 71 61,06 + 5,32
Berdasar tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa rerata pada kelas kontrol lebih tinggi dibanding dengan kelas eksperimen dari penilaian kecerdasan emosi siswa. commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Hasil Uji Prasyarat Analisis a.
Uji Normalitas Data 1). Pretest Uji normalitas data umur, kemampuan motorik, dan kecerdasan emosi pada siswa TK. Hasil pretest dari masing-masing kelompok kelas dengan menggunakan uji normalitas One-Sample KolmogorovSmirnov Test dengan menggunakan SPSS.17 Berdasarkan hasil pretest kemampuan motorik, dan kecerdasan emosi,dan umur siswa TK didapatkan hasil bahwa uji normalitas data pada tiap kelas adalah berdistribusi normal, dengan hasil uji normalitas data untuk masing-masing kelas pada skor pretest adalah > 0,05. Data hasil uji normalitas data pretest dan kemampuan motorik, kecerdasan emosi, dan umur siswa dimasing-masing kelas terlihat pada tabel 4.4 sebagai berikut : Tabel 4.4 Uji Normalitas Data Umur, Pretest Kemampuan motorik, Kecerdasan Emosi
Kategori Pretest Umur Kemampuan Motorik Kecerdasan Emosi
Eksperimen df signifikansi df signifikansi df signifikansi
commit to user
35 0,20 35 0,191 35 0,172
Kontrol 33 0,58 33 0,121 33 0,89
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2). Posttest Uji normalitas data umur, kemampuan motorik, dan kecerdasan emosi pada siswa TK. Hasil posttest dari masing-masing kelompok kelas dengan menggunakan uji normalitas One-Sample KolmogorovSmirnov Test dengan menggunakan SPSS.17 Berdasarkan hasil posttest kemampuan motorik, dan kecerdasan emosi,dan umur siswa TK didapatkan hasil bahwa uji normalitas data pada tiap kelas adalah berdistribusi normal, dengan hasil uji normalitas data untuk masing-masing kelas pada skor posttest adalah > 0,05. Data hasil uji normalitas data posttest dan kemampuan motorik, kecerdasan emosi, dan umur siswa dimasing-masing kelas terlihat pada tabel 4.5 sebagai berikut : Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Umur, Posttest Kemampuan motorik, Kecerdasan Emosi Kategori posttest Umur Kemampuan Motorik Kecerdasan Emosi
Eksperimen df signifikansi df signifikansi df signifikansi
commit to user
35 0,20 35 0,52 35 0,20
Kontrol 33 0,58 33 0,20 33 0,20
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Uji Homogenitas Varian 1) Pretest Berikut ini merupakan deskripsi hasil uji homogenitas varian terhadap hasil pretest siswa TK pada masing-masing kelas dengan menggunakan SPSS.17 a) Hasil Uji Homogenitas Varian Pretest Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosi Siswa TK Berdasarkan hasil pretest dan posttest kemampuan motorik dan
kecerdasan
emosi
anak
didapatkan
hasil
uji
homogenitas data pada tiap kelas adalah berdistribusi normal, di mana nilai hasil uji homogenitas data untuk masing-masing kelas pada pretest adalah > 0,05. Data hasil uji F dengan menggunakan program SPSS.17 terhadap hasil pretest kemampuan motorik siswa Tabel 4.6. Uji Homogenitas Varian Pretest Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosi Siswa TK dengan Levence Test Pretest
Kategori Kemampuan Motorik Kecerdasan Emosi
df1 1 1
df2 66 66
p 0,99 0,92
Kesimpulan Varian Homogen
2) Posttest Berikut ini merupakan deskripsi hasil uji homogenitas varian terhadap hasil posttest siswa TK pada masing-masing kelas dengan menggunakan SPSS.17 commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Hasil Uji Homogenitas Varian Posttest Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosi Siswa TK Berdasarkan hasil posttest kemampuan motorik dan kecerdasan emosi anak didapatkan hasil uji homogenitas data pada tiap kelas adalah berdistribusi normal, di mana nilai hasil uji homogenitas data untuk masing-masing kelas pada posttest adalah > 0,05. Data hasil uji F dengan menggunakan program SPSS.17 terhadap hasil pretest kemampuan motorik siswa Tabel 4.7. Uji Homogenitas Varian Posttest Kemampuan Motorik Siswa TK dengan Levence Test Posttest
Kategori Kemampuan Motorik Kecerdasan Emosi
df1 1 1
df2 66 66
p 0,103 0,605
Kesimpulan Varian Homogen
4. Pengujian Hipotesis Pengaruh dan Perbedaan Pada bagian ini akan diuraikan hasil dari analisis uji-t untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing kelompok dan metode pembelajaran seta membandingkan antara hasil pembelajaran pada kelas eksperimen
yang diberikan perlakuan pembelajaran metode
Latihan Kecerdasan Kinestetik dengan kelas kontrol yang diberikan pembelajaran metode permainan tradisional berdasarkan hasil posttest siswa.
commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Pengaruh
Metode Pembelajaran
Permainan
Tradisional
terhadap Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosi Siswa. Tabel 4.8 Hasil Uji Paired t test Kelompok Permainan Tradisional t hitung df p Kemampuan Motorik -1,421 32 0,165 Kecerdasan Emosi -7,725 32 0,000
Dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 dan df = 32 didapat ttabel = 1,694. Pada tabel 4.8 bahwa pada kemampuan motorik thitung = -1,421 < -ttabel = - 1,694 dan p value = 0,165 > α = 0,05 dan pada kecerdasan emosi didapatkan hasil thitung = -7,725 > - ttabel = -1,694 dan didapatkan p value = 0,000 < α = 0,05 sehingga memberikan arti bahwa permainan tradisional lebih memberikan pengaruh terhadap kecerdasan emosi dibanding kemampuan motorik. 2) Pengaruh
Metode
Pembelajaran
Latihan
Kecerdasan
Kinestetik terhadap Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosi Siswa. Tabel 4.9 Uji Paired t test Kelompok Kinestetik t hitung Kemampuan Motorik -4,928 Kecerdasan Emosi -1,449
Latihan Kecerdasan df
p
34 34
0,000 0,156
Dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 dan df = 34 didapat ttabel = 1,691. Pada tabel 4.8 bahwa pada kemampuan motorik thitung = -4,928 > commit to user -ttabel = - 1,691 dan p value = 0,000 < α = 0,05 dan pada kecerdasan
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
emosi didapatkan hasil thitung = -1,449 < - ttabel = -1,691 dan p value = 0,156 > α = 0,05, artinya bahwa metode pembelajaran latihan kecerdasan
kinestetik
lebih
memberikan
pengaruh
pada
kemampuan motorik anak dibanding pada kecerdasan emosi. 1) Perbedaan Efektivitas Model Pembelajaran Latihan Kecerdasan Kinestetik dengan Model Pembelajaran Permainan Tradisional Terhadap Kemampuan Motorik Siswa Tabel 4.10. Hasil Uji 2 Pihak skor Kemampuan Motorik Siswa t hitung
Df
p
2,904
66
0,005
Dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 dan df = 66 didapat ttabel = 1,997. Pada tabel 4.6 tampak thitung = 2,904 > ttabel = 1,997 dan p value = 0,005 < α = 0,05 maka Ho di tolak, artinya terdapat perbedaan signifikan
pada
metode
pembelajaran
Latihan
Kecerdasan
Kinestetik dengan metode pembelajaran Permainan Tradisional. Di sini memberikan maksud bahwa metode pembelajaran Latihan Kecerdasan
Kinestetik
lebih
efektif
dibanding
metode
pembelajaran Permainan Tradisional dalam dalam meningkatkan kemampuan motorik siswa TK. 2) Perbedaan Efektifitas Model Pembelajaran Latihan Kecerdasan Kinestetik dengan Metode Pembelajaran Permainan Tradisional terhadap Kecerdasan Emosi Siswa TK commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.11. Hasil Uji 2 Pihak Skor Kecerdasan Emosi Siswa TK t hitung Df p -3,640 66 0,001
Dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 dan df = 66 didapatkan ttabel = - 3,640. Pada tabel 4.11. tampak thitung = - 3,640 > - ttabel = - 1,997 dan p value = 0,005 < α = 0,05 maka Ho di tolak, artinya terdapat perbedaan
signifikan
pada
metode
pembelajaran
Latihan
Kecerdasan Kinestetik dengan metode pembelajaran Permainan Tradisional. Tanda negatif pada thitung nya memberikan arti bahwa kelompok kontrol pada kelompok penggunaan pembelajaran Permainan tradisional lebih efektif dibanding kelompok Latihan Kecerdasan Kinestetik dalam meningkatkan kecerdasan emosi. 5. Uji Hipotesis Kovarian Two Way Anova Dalam uji ini untuk menganalisa kekuatan variabel kontrol yang akan mempengaruhi Dependent Variabel (Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosi) selain pengaruh dari Independent Variabel ( Latihan Kecerdasan Kinestetik dan Permainan Tradisional). Dalam penelitian ini ada dua variabel kontrol yaitu umur pada hal ini peneliti mengkonversikan umur dan jenis kelamin siswa. Pengujian menggunakan Two Way Anova sesuai dengan syarat uji bahwa variabel kontrol berbentuk data nominal dan kategorik (ordinal) commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Pengaruh Kovarian Jenis Kelamin dan Umur terhadap Selisih Kemampuan Motorik Siswa TK Dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05, sesuai dengan hasil pada tabel 4.12. bahwa nilai signifikansi intercept = 0,000 < α = 0,05 artinya tanpa pengaruh jenis kelamin dan umur, perlakuan memberikan pengaruh terhadap kemampuan motorik anak, nilai signifikansi Jenis Kelamin = 0,485 > α = 0,05 artinya jenis kelamin tidak memberikan pengaruh terhadap kemampuan motorik dan nilai signifikansi Umur = 0,025 < α = 0,05 artinya memberikan pengaruh pada peningkatan kemampuan motorik, dan nilai signifikansi kelompok 0,003< α = 0,05 memberikan arti bahwa
kelompok
eksperimen dan kontrol memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan motorik. Tabel 4.12 Hasil Uji Kovarian Jenis Kelamin dan Umur terhadap Selisih Kemampuan Motorik Siswa Source Corrected Model Intercept Jenis Kelamin Umur Kelompok
Df 3 1 1 1 1
Nilai F 5,188 1,817 0,226 4,669 12,92
Signifikansi 0,007 0,000 0,485 0,025 0,003
b. Pengaruh Kovarian Jenis Kelamin dan Umur terhadap Kecerdasan Emosi pada Siswa TK Dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05, sesuai dengan hasil pada tabel 4.13. bahwa nilai signifikansi intercept = 0,000 < α commit to user = 0,05 artinya tanpa pengaruh jenis kelamin dan umur, perlakuan
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akan tetap memberikan pengaruh terhadap kecerdasan emosi k, nilai signifikansi Jenis Kelamin = 0,004 < α = 0,05 artinya jenis kelamin memberikan pengaruh terhadap kecerdasan emosi, dan nilai signifikansi Umur = 0,524 > α = 0,05 tidak memberikan pengaruh pada peningkatan kemampuan motorik. Nilai signifikansi kelompok 0,000 < α = 0,05 artinya bahwa kelompok eksperimen dan kontrol memberikan pengaruh terhadap kecerdasan emosi. Tabel 4.13. Hasil Uji Kovarian Jenis Kelamin dan Umur terhadap Kecerdasan Emosi Siswa Source Corrected Model Intercept Jenis Kelamin Umur Kelompok
Df 7 1 1 3 3
Nilai F 4,190 8021,143 4,231 5,353 1,980
Signifikansi 0,074 0,000 0,004 0,524 0,000
c. Pengaruh Kovarian Jenis Kelamin terhadap Kecerdasan Emosi pada Siswa TK Dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05, uji kovarian tanpa menyertakan umur memberikan hasil pada corrected model sebesar 0,000, dan nilai signifikansi intercept = 0,000 < α = 0,05 artinya tanpa pengaruh jenis kelamin dan umur, perlakuan akan tetap memberikan pengaruh terhadap kecerdasan emosi anak, nilai signifikansi Jenis Kelamin =
0,004 < α = 0,05 artinya jenis
kelamin memberikan pengaruh terhadap kecerdasan emosi. Tabel 4.14 Hasil Uji Kovarian Jenis Kelamin terhadap Kemampuan Siswa commitEmosi to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Source Corrected Model Intercept Jenis Kelamin Kelompok
Df 7 1 1 3
Nilai F 4,190 8021,143 4,231 1,980
commit to user
Signifikansi 0,000 0,000 0,004 0,000
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Pembahasan 1. Pembahasan Hasil Pada pembahasan ini akan diuraikan skor dari variabel independent berupa kemampuan motorik dan kecerdasan emosi baik hasil pada skor pretest maupun posttest serta hasil komparasi maupun faktor-faktor variabel kontrol yang mempengaruhi yang dalam penelitian ini adalah bertindak sebagai kovariat berupa jenis kelamin dan umur, kelompok. a. Perbedaan Rerata Pretest dan Posttest antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol terhadap kemampuan motorik. Bahwa dalam hasil penelitian dinyatakan bahwa rerata skor pretest kemampuan motorik ada perbedaan tetapi tidak signifikan secara statistik. Sedangkan rerata (mean) skor posttest kemampuan motorik ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Bahwa dari masing-masing kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol terjadi peningkatan kemampuan motorik maupun pada kecerdasan emosinya seperti yang telah di deskripsikan diatas, hal ini sesuai dengan pendapat Suyadi (2011) bahwa permainan tradisional memberikan pengaruh pada aspek pengembangan motorik, kognitif, emosi dan sosial anak sebagai persiapan atau sarana belajar menuju kehidupan di masa dewasa, sedangkan latihan gerak kecerdasan kinestetik sangat berperan dalam pertumbuhan
dan
perkembangan
anak
terutama
dalam
mengembangkan keterampilan gerak dasar yang difokuskan pada commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
gabungan dari gerak lokomotor dan gerak (Musfiroh, 2005;Sujiono, dkk, 2008). Menurut Arif Rahman (2009) Kecerdasan kinestetik sangat penting bagi merangsang perkembangan pertumbuhan anak sangat
berhubungan
dengan
perkembangan
motorik
sangat
dipengaruhi oleh organ dan fungsi system susunan saraf pusat atau otak. Menurut Howard Gardner dalam Amstrong (2002) bahwa tujuan kecerdasan kinestetik adalah Untuk meningkatkan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta keterampilan mempergunakan tangan untuk mencipta atau mengubah sesuatu serta meningkatkan kemampuan ini meliputi kemampuan fisik
yang spesifik,
seperti koordinasi,
keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan otot.Sehingga dari pendapat para ahli dalam kajian teori telah dibuktka oleh peneliti dalam penelitian ini. b. Pengaruh Metode Pembelajaran Permainan Tradisional dan Latihan Kecerdasan Kinestetik Berdasar Analisa Uji t berpasangan ( Paired ttest) 1) Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosi Anak Dari hasil analisis bahwa permainan tradisional memberikan pengaruh yang signifikan pada kecerdasan emosi anak dan tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada kemampuan motorik anak TK di kelompok permainan tradisional,sesuai dengan fungsi commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang spesifik bahwa permainan tradisional mempunyai pengaruh yang kuat pada aspek sosial emosional, intra dan interpersonal sosial pada individu manusia khususnya pada masa-masa tumbuh kembang anak. 2) Pengaruh Latihan Kecerdasan Kinestetik terhadap Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosi. Bahwa Latihan Kecerdasan Kinestetik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan motorik dan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan kecerdasan emosi pada di kelompok metode pembelajaran latihan kecerdasan kinestetik. Bahwa pada latihan kecerdasan kinestetik lebih menekankan pada fungsi motorik anak baik dalam bentuk gerakan lokomosi, keseimbangan,
maupun gerakan manipulasi dan
berorientasi pada kemampuan individual dan tidak begitu intens dalam kemampuan interaksi sosial. c. Perbedaan Rerata Berdasarkan Analisa Uji-t Independent 1) Perbedaan Posttest pada Kemampuan Motorik Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian perlakuan
latihan
kecerdasan
kinestetik
dan
pembelajaran
permainan tradisional pada dua kelompok antara kelas eksperimen (pembelajaran latihan kecerdasan kinestetik) dengan kelas kontrol (pembelajaran permainan tradisional) siswa TK terdapat perbedaan dalam
peningkatan kemampuan commit to user
motorik
di
mana
latihan
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kecerdasan kinestetik memberikan peningkatan lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran permainan tradisional hal ini sesuai dengan hasil penelitian “Effects of traditional games versus tactual/kinesthetic instruction on junior high school learningdisabled students” di mana dalam penelitian ini memberikan hasil bahwa instruksi kinestetik berpengaruh lebih tinggi dalam keterampilan gerak dibanding dengan permainan tradisional (Mitchels et all, 2002). Hasil penelitian ini juga dikuatkan dengan penelitian “Kinesthetic Learning and Cognition”. Hasil penelitian ini bahwa pembelajaran kinestetik akan lebih memacu pada keahlian motorik anak-anak (Davis, 2007). Perkembangan motorik tergantung pada kematangan otot dan syaraf. Perkembangan bentuk kegiatan motorik yang berbeda sejalan dengan perkembangan daerah (areas) sistem syaraf yang berbeda. Karena perkembangan pusat syaraf yang lebih rendah, yang bertempat dalam urat tulang syaraf belakang, pada waktu lahir berkembangnya lebih baik ketimbang pusat syaraf yang lebih tinggi yang berada dalam otak, maka gerak reflek pada waktu lahir lebih baik
dikembangkan
dengan
sengaja
ketimbang
dibiarkan
berkembang sendiri. Dalam waktu yang singkat sesudah lahir, gerak reflek penting yang diperlukan untuk hidup seperti mengisap, menelan, berkedip, merenggutkan lutut, dan reflek unit daging commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tempurung lutut, bertambah kuat dan terkoordinasi secara lebih baik (Meggytt, 2012). Perkembangan
motorik
beriringan
dengan
proses
pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, motor development comes about through the unfolding of a genetic plan or maturation (Gesell, 1934 dalam Santrock, 2007). Perkembangan motorik anak dipengaruhi oleh proses maturasi otak dan maturasi otak dipengaruhi oleh umur seseorang dan arah perkembangan sesuai dengan perkembangan sistem syaraf (neuro-developmental) (Bobath, 1967). Sehingga dalam penelitian ini telah membuktikan dari penelitian-penelitian sebelumnya dan semakin menguatkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan bahwa pembelajaran dengan latihan kecerdasan kinestetik memberikan hasil lebih tinggi di banding dengan pembelajaran permainan tradisional dalam peningkatan kemampuan motorik siswa TK. Hasil penelitian ini menolak Hipotesis nol (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan peningkatan kemampuan motorik anak pada pembelajaran latihan kecerdasan kinestetik latihan dengan pembelajaran permainan tradisional, dan menerima Hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan
peningkatan
kemampuan
commit to user
motorik
anak
pada
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran latihan kecerdasan kinestetik lebih tinggi dibanding dengan menggunakan pembelajaran latihan permainan tradisional. 2) Perbedaan Posttest pada Kecerdasan Emosi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian perlakuan
latihan
kecerdasan
kinestetik
dan
pembelajaran
permainan tradisional pada dua kelompok antara kelas eksperimen (pembelajaran latihan kecerdasan kinestetik) dengan kelas kontrol (pembelajaran permainan tradisional) siswa TK terdapat perbedaan dalam peningkatan kecerdasan emosi. Dalam penelitian dihasilkan bahwa Permainan Tradisional memberikan pengaruh lebih tinggi dibanding dengan Latihan Kecerdasan Kinestetik. Hal ini sesuai dalam penelitian “Effects of tactual kinesthetic instructional resources and traditional learning on the social studies achievement and attitude test scores and short-and long-term memory of suburban fourth-grade students” (Victoria, 2000),
yang
menunjukkan
bahwa
permainan
tradisional
memberikan efek lebih tinggi dibanding instruksi kinestetik dalam kemampuan intra dan interpersonal emosional anak. Bahwa pada permainan tradisional merupakan suatu konsep bermain dan dilakukan secara spontan dan ada kesepakatan bersama dalam aturan-aturannya, dan merupakan warisan para leluhur yang mengandung nilai-nilai sosial kemanusiaan, memupuk commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kerjasama, dan
memberikan pengaruh pada aspek emosi,
sosialisasi, akurasi, motorik, intelektual (Yuliani, 2010). Kekuatan emosi pada permainan tradisional memang sangat kental sekali karena adanya rasa kompetisi, kekompakan, serta penerapan demokrasi antar anggota tim. Bahwa ada beberapa nilai yang terkandung dalam permainan tradisional yang dapat ditanamkan dalam diri anak antara lain rasa senang, adanya rasa bebas, rasa berteman, rasa demokrasi, penuh tanggung jawab, rasa patuh dan rasa saling membantu, yang kesemuanya merupakan nilai-nilai yang sangat baik dan berguna dalam kehidupan bermasyarakat. (Dharmamulya dalam Ariani, 1998). Pada latihan kecerdasan kinestetik merupakan konsep yang lebih ditekankan pada konteks motorik walaupun aspek lain juga berpengaruh namun kurang begitu intens, sehingga hasil yang didapatkan pun akan lain dan terbukti pada penelitian bahwa aspek emosi kurang berpengaruh pada metode pembelajaran dengan pendekatan latihan kecerdasan kinestetik ( Gardner dalam Sujiyono, 2010). d. Pengaruh Variabel Kovariat Jenis Kelamin dan Umur terhadap Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosi Siswa TK. Bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel kovariat jenis kelamin dan umur siswa ternyata ada yang saling mempengaruhi dan ada yang tidak mempengaruhi terhadap variabel commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
independent baik pada kemampuan motorik dan kecerdasan emosi siswa di luar pengaruh variabel dependent (latihan kecerdasan kinestetik dan permainan tradisional). 1) Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Kemampuan Motorik Siswa TK Dalam penelitian ini jenis kelamin tidak berpengaruhi terhadap
kemampuan motorik siswa. Dan sesuai penelitian
Venetsanou (2010) “The Effects of Age and Gender on Motoric and Balance Skills in preschool children” bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh pada kemampuan motorik pada anak usia dini. Dalam perkembangan motorik, perbedaan jenis kelamin, warna dan sosial ekonomi lebih banyak disebabkan oleh perbedaan motivasi dan pelatihan ketimbang anak karena perbedaan bawaan salah satunya jenis kelamin dan baru ada perbedaan kecepatan perkembangan motorik pada saat pubertas di mana anak laki-laki akan lebih cepat perkembangannya (Elfira, 2009). 2) Pengaruh Umur Terhadap Kemampuan Motorik Siswa TK Pada penelitian ini memberikan hasil bahwa faktor umur memberikan pengaruh pada kemampuan motorik siswa TK baik di kelompok eksperimen maupun di kelompok kontrol. Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Venetsanou (2010) The Effects of Age and Gender on Motoric and Balance Skills in preschool children” ,bahwa umur sangat
mempengaruhi peningkatan
kemampuan motorik anak pra sekolah. commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perkembangan motorik tergantung pada kematangan otot dan syaraf. Perkembangan bentuk kegiatan motorik yang berbeda sejalan dengan perkembangan daerah (areas) sistem syaraf yang berbeda. Karena perkembangan pusat syaraf yang lebih rendah, yang bertempat dalam urat tulang syaraf belakang, pada waktu lahir berkembangnya lebih baik ketimbang pusat syaraf yang lebih tinggi yang berada dalam otak, maka gerak reflek pada waktu lahir lebih baik
dikembangkan
dengan
sengaja
ketimbang
dibiarkan
berkembang sendiri. Dalam waktu yang singkat sesudah lahir, gerak reflek penting yang diperlukan untuk hidup seperti mengisap, menelan, berkedip, merenggutkan lutut, dan reflek unit daging tempurung lutut, bertambah kuat dan terkoordinasi secara lebih baik (Meggytt, 2012). Perkembangan
motorik
beriringan
dengan
proses
pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, motor development comes about through the unfolding of a genetic plan or maturation (Gesell, 1934 dalam Santrock, 2007). Perkembangan motorik anak dipengaruhi oleh proses maturasi otak dan maturasi otak dipengaruhi oleh umur seseorang dan arah perkembangan sesuai dengan perkembangan sistem syaraf (neuro-developmental) (Bobath, 1967). Interaksi antara jenis kelamin dan umur siswa tidak memberikan pengaruh signifikan artinya bahwa kedua variabel commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
selama berinteraksi bersama-sama tidak memberikan perubahan siginifikan pada kemampuan motorik anak. 3) Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kecerdasan Emosi Siswa TK Hasil penelitian menyatakan , bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh terhadap kecerdasan emosi siswa TK baik dikelompok eksperimen
maupun
kelompok
kontrol.
Hal
ini
semakin
menguatkan penelitian Naghavi (2011) dalam The Relationship Between Gender and Emotional Intelligence bahwa kecerdasan emosional anak perempuan lebih baik dibanding anak laki-laki. Pada dasarnya perbedaan hormon antara laki-laki dengan perempuan memberikan kontribusi pada kemampuan pengendalian emosional individu, rasa empati, sosial. 4) Pengaruh Umur terhadap Kecerdasan Emosi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur siswa TK tidak berpengaruh pada kecerdasan emosi pada siswa tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Koskey (2012) bahwa umur memberikan pengaruh terhadap pengelolaan kecerdasan emosi anak, dengan rentang umur yang lebar pada subyek penelitian. Perkembangan kematangan emosi yang dimiliki seseorang sejalan dengan pertambahan usianya. Hal ini dikarenakan kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologis seseorang. Ketika usia semakin tua, kadar commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hormonal dalam tubuh turut berkurang, sehingga mengakibatkan penurunan pengaruhnya terhadap kondisi emosi (Moloney dalam Puspitasari Nuryoto 2001). Pada penelitian yang dilakukan penulis bahwa rentang umur sampel penelitian tidak terlalu lebar hampir seragam sehingga
faktor
umur
tidak
begitu
berpengaruh
terhadap
kecerdasan emosi sampel yaitu siswa TK. e. Implikasi Hasil penelitian tentang Perbedaan Pengaruh Permainan Tradisional
dan
Latihan
Kecerdasan
kinestetik
Terhadap
Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosi di TK Aisyiyah 22 Reksoniten dan TK Aisyiyah Gajahan Pasar Kliwon Surakarta memberikan implikasi sebagai berikut: Penelitian ini menemukan secara keseluruhan kemampuan motorik dan kecerdasan emosi siswa TK Aisyiyah 22 Reksoniten Gajahan Surakarta dan siswa TK Aisyiyah Gajahan Surakarta memberikan hasil yang beragam. Efektifitas dari metode pembelajaran Latihan kecerdasan kinestetik dalam meningkatkan kemampuan motorik yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode pembelajaran Permainan tradisional menunjukkan bahwa metode pembelajaran ini bisa menjadikan rujukan ataupun pertimbangan dalam penyusunan kurikulum dan menjadikan mata pelajaran pengayaan dari mata commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pelajaran dalam aspek motorik lainnya yang diterapkan di lembaga pendidikan PAUD maupun Taman Kanak-kanak. Sedangkan Tradisional
dalam
ternyata
lebih
metode efektif
pembelajaran dalam
Permainan
mengembangkan
kecerdasan emosi siswa TK khususnya di TK Aisyiyah Gajahan Surakarta sehingga metode pembelajaran tersebut dirasa sangat penting dan perlu juga untuk dipertimbangkan dalam penerapannya maupun sebagai rujukan dalam penyusunan kurikulum di lembaga pendidikan PAUD maupun Taman Kanak-kanak yang dari dulu sampai sekarang belum masuk dalam penerapan pembelajaran dan hanyalah merupakan permainan non formal yang sering dilakukan anak di lingkungan rumah jaman dahulu. Ketidaktahuan jenis permainan bagi siswa ternyata dibuktikan oleh peneliti saat melakukan studi pendahuluan, dan melakukan observasi dan interview kepada responden yang hampir belum begitu mengenal jenis-jenis permainan tradisional ini, yang akhirnya peneliti melakukan pembekalan dan training kepada seluruh siswa yang akan dilakukan perlakuan metode pembelajaran permainan tradisional ini. Sehingga bahwa permainan tardisional harus dilestarikan dan sekaligus menjadi referensi bagi instansi terkait khususnya di instansi pendidikan maupun pejabat pengambil kebijakan. commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menyadari masih ada beberapa keterbatasan sebagai berikut : a. Keterbatasan Peneliti Peneliti merupakan peneliti baru dibidang penelitian pendidikan anak usia usia dini atau prasekolah sehingga banyak hal-hal yang baru bagi peneliti yang berkaitan dengan pendidikan pada anak usia dini atau anak prasekolah ( siswa TK) sehingga hal ini sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil penelitian. b. Keterbasan Sampel Sampel yang digunakan peneliti masih terbatas sejumlah 68 sampel dan masih dikelompokkan dalam 2 kelompok antara kelompok eksperimen dan kontrol yang idealnya sampel minimal 50 atau lebih dalam setiap kelompoknya, sehingga diharapkan taraf kepercayaan dari hasil penelitian semakin tinggi. c. Keterbatasan Desain Penelitian dan Analisa Data Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dimana sampel tidak dilakukan randomisasi dan bersifat total sampling dan analisa data hanya yang hanya mencari perbedaan hubungan antara variabel independent dan variabel dependent serta variabel kovarian dan tidak menganalisa seberapa jauh kekuatan hubungan tersebut. Sehingga akan mempengaruhi taraf kepercayaan dari hasil penelitian ini.
commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Keterbatasan Biaya Bahwa penelitian ini dilakukan atas biaya peneliti pribadi dengan berbagai keterbatasan dana tersebut akhirnya mempengaruhi penggunaan jumlah sampel serta area pengambilan sampel dan sangat terbatas dalam randomisasi sampel dari populasi yang sangat terbatas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN Simpulan
penelitian
tentang
Perbedaan
Pengaruh
Permainan Tradisional dan Latihan
Kecerdasan
Kinestetik
Terhadap Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosi Anak di TK ‘Aisyiyah Gajahan Surakarta dan TK ‘Aisyiyah 22 Reksoniten Surakarta adalah sebagai berikut : 1. Model pembelajaran metode Latihan Kecerdasan Kinestetik lebih efektif Surakarta
pada siswa di TK ‘Aisyiyah 22 Reksoniten dibandingkan
dengan
Model
pembelajaran
Permainan Tradisional di TK ‘Aisyiyah Gajahan Surakarta dalam meningkatkan kemampuan motorik, Sehingga menolak Ho (Tidak ada perbedaan peningkatan kemampuan motorik anak pada pembelajaran latihan kecerdasan kinestetik latihan dengan pembelajaran permainan tradisional). Dan menerima Ha (Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan motorik anak pada pembelajaran latihan kecerdasan kinestetik lebih tinggi dibanding
dengan
menggunakan
pembelajaran).latihan
permainan tradisional). 2. Model pembelajaran Permainan Tradisional lebih efektif dalam meningkatkan kecerdasan emosi siswa di TK ‘Aisyiyah commit to user dengan siswa di TK ‘Aisyiyah Gajahan Surakarta dibandingkan
112
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
22 Gajahan Surakarta. Sehingga menolak Ho (Tidak terdapat perbedaan
peningkatan
kecerdasan
emosi
anak
pada
pembelajaran latihan kecerdasan kinestetik dibanding dengan dengan menggunakan pembelajaran permainan tradisional). dan menerima Ha (Terdapat perbedaan peningkatan kecerdasan emosi anak pada pembelajaran permainan tradisional lebih tinggi dibanding dengan pembelajaran latihan kecerdasan kinestetik). 3. Faktor jenis kelamin tidak memberikan pengaruh terhadap kemampuan motorik anak baik siswa di TK ‘Aisyiyah 22 Reksoniten
Surakarta maupun kelompok siswa di TK
‘Aisyiyah Gajahan Surakarta. 4. Faktor umur memberikan pengaruh terhadap kemampuan motorik anak baik siswa di TK ‘Aisyiyah 22 Reksoniten Surakarta maupun kelompok siswa di TK ‘Aisyiyah Gajahan Surakarta. 5. Faktor
jenis
kelamin
memberikan
pengaruh
terhadap
kecerdasan emosi anak baik siswa di TK ‘Aisyiyah 22 Reksoniten Surakarta maupun kelompok siswa di TK ‘Aisyiyah Gajahan Surakarta. B. IMPLIKASI Hasil penelitian tentang Perbedaan Pengaruh Permainan Tradisional
dan
Latihan Kecerdasan commit to user
kinestetik
Terhadap
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kemampuan Motorik dan Kecerdasan Emosi di TK ‘Aisyiyah 22 Reksoniten dan TK ‘Aisyiyah Gajahan Pasar Kliwon Surakarta memberikan implikasi sebagai berikut: Penelitian ini menemukan secara keseluruhan kemampuan motorik dan kecerdasan emosi siswa
TK ‘Aisyiyah 22 Reksoniten
Surakarta dan siswa TK ‘Aisyiyah Gajahan Surakarta memberikan hasil yang beragam. Efektifitas dari metode pembelajaran Latihan kecerdasan kinestetik dalam meningkatkan kemampuan motorik yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode pembelajaran Permainan tradisional menunjukkan bahwa metode pembelajaran ini bisa menjadikan rujukan ataupun pertimbangan dalam penyusunan kurikulum dan menjadikan mata pelajaran pengayaan dari mata pelajaran dalam aspek motorik lainnya yang diterapkan di lembaga pendidikan PAUD maupun Taman Kanak-kanak. Sedangkan Tradisional
dalam
ternyata
lebih
metode efektif
pembelajaran dalam
Permainan
mengembangkan
kecerdasan emosi siswa TK khususnya di TK ‘Aisyiyah Gajahan Surakarta sehingga metode pembelajaran tersebut dirasa sangat penting dan perlu juga untuk dipertimbangkan dalam penerapannya maupun sebagai rujukan dalam penyusunan kurikulum di lembaga pendidikan PAUD maupun Taman Kanak-kanak yang dari dulu sampai sekarang belum masuk dalam penerapan pembelajaran dan commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hanyalah merupakan permainan non formal yang sering dilakukan anak di lingkungan rumah jaman dahulu. Ketidaktahuan jenis permainan bagi siswa ternyata dibuktikan oleh peneliti saat melakukan studi pendahuluan, dan melakukan observasi dan interview kepada responden yang hampir belum begitu mengenal jenis-jenis permainan tradisional ini, yang akhirnya peneliti melakukan pembekalan dan training kepada seluruh siswa yang akan dilakukan perlakuan metode pembelajaran permainan tradisional ini. Sehingga bahwa permainan tardisional harus dilestarikan dan sekaligus menjadi referensi bagi instansi terkait khususnya di instansi pendidikan maupun pejabat pengambil kebijakan. C. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian dan demi perbaikan hasil penelitian berikutnya apabila nantinya ada yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini adalah : 1. Bagi Pengelola Akademik PAUD dan Taman Kanak-kanak Bahwa sesuai dengan hasil penelitian diatas tidak bisa dipungkiri bahwa kedua metode pembelajaran baik metode latihan kecerdasan kinestetik dan permainan tradisional sangat berpengaruh pada peningkatan kemampuan motorik dan kecerdasan emosi para siswa, maka peran pengelola lembaga pendidikan untuk lebih mempersiapkan sarana commit to user
maupun
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
prasarana khususnya dimasukkan metode pembelajaran ini dalam kurikulum di lembaga pendidikan PAUD maupun Taman Kanak-kanak bagi terlaksananya metode pembelajaran tersebut. 2. Bagi Pengajar PAUD maupun Taman Kanak-kanak Perlunya penerapan metode pembelajaran
latihan
keceradasan kinestetik pada siswa dalam mengoptimalkan kemampuan motorik anak sebagai bentuk pengotimalan tumbuh kembang anak di masa-masa emas perkembangan motorik dengan pemberian program pelatihan (training) yang berkaitan dengan penerapan metode pembelajaran tersebut. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Bahwa hasil penelitian diatas bagi peneliti merasa masih ada kekurangan dari metode penelitian yaitu bahwa peneliti menggunakan metode quasi eksperimen atau responden tidak dilakukan random serta jumlah responden yang masih terbatas dibawah 40 setiap kelompoknya. Maka dengan hal ini peneliti
menyarankan
bagi
peneliti
lanjutan
untuk
meningkatkan level penelitian dari quasi eksperimen menjadi true eksperimen alias responden dilakukan randomisasi serta jumlah responden bisa ditingkatkan lebih banyak lagi, sehingga diharapkan hasil penelitian tersebut benar-benar menjadi hasil commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian yang tingkat kepercayaannya semakin tinggi dan mempunyai level of evidence yang lebih tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Akbari, A 2009. The effect of Traditional Games in Fundamental Motor Skill Development in 7-9 year olds Boy diakses http://Iran J Pediatr.org tgl 20 Maret 2014 Amstrong, T. 2013. Kecerdasan Multipled di Dalam Kelas. Jakarta: PT.Indeks Azwar. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. 2013. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Bii, Lucas, 2012. Age determinant of Management’s Emotional Intelligence Competency diakses http://www.Journal of Emergeging Trends in Educational and Polisy Studiesf.org tgl 16 Mei 2014. Chusid, 1985 . Correlative Neuroanatomy and Functional Neurology book. Creswell, JW. 2012. Research Design Pendekatan Kualitatif,Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Darsono, M. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press Dienstman, R. 2013. Permainan Untuk Latihan Motorik. Bandung; Pakar Raya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka.
1999. Kamus
Eliyawati, 2005. Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta. Farouq, 2007. Permainan kecerdasan kinestetik, jakarta, Grasindo Gardner, H. 1993. Multiple Intelligences : The Theory in Practice A Reader. New York. Goleman, D. (2006). Kecerdasan Emosional: Mengapa EI lebih penting dari IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. commit toJakarta: user Gunadarma Press. Kholisoh, 1995. Statistik dan Probabilitas,
112
perpustakaan.uns.ac.id
113 digilib.uns.ac.id
Lutan, R. (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud. Mandyawati, Lilis, 2012 : Permainan dan Bermain 1 (Untuk Anak), Jakarta: Prenada Masitoh, Djoehaeni, H. 2003 Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak- Kanak. Jakarta: Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional. Meggit, C. 2013. Memahami Perkembangan Anak. Jakarta: Indeks. Mulyati, S. 2013. Permainan Tradisional Anak Indonesia, Yogyakarta : Langensari Publising. Musfiroh, 2008. Cerdas Melalui Bermain. Jakarta : PT Grasindo. Naghavi, Redzuan, 2011. The Relation Between Gender and Emotional Intelligence diakses http:// World Applied Science Jourmal.co.org tanggal 16 Mei 2014 ___________ 2005. Pembelajaran Untuk Anak TK. Jakarta: Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional. Priyatno, D. 2009. Mandiri Belajar SPSS Untuk Analisis dan Uji Statistik. Yogyakarta: MediaKom. Solso, Maclin, 2007. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga Solehuddin, 2000. Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Sudsawad, Trombly, 2002. Testing the effect of Kinesthetic Training on Handwriting Performance in First Grade diakses http://www.researchgate.net tanggal 20 juni 2014 Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suyadi, 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia. Suyanto, S. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional. Unicef, 2012. Education & Early Childhood Development (ECD) ,diakses http://www.unicef.org tgl 6 commit Oktoberto2013. user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Waharsono, 1999. Materi Pelatihan Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SD/Pelatih Klub Olahraga Usia Dini. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Pendidikan Dasar. Wardani, 2010. Permainan Tradisional Yang Mendidik.Yogyakarta: Cakrawala Yudhistira, D. 2002. Menulis Penelitian Tindakan Kelas Yang Apik. Jakarta: Grasindo. Yuliani, 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indek. Yuliani, 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks Yulianty, Rani, 2010. Permainan yang meningkatkan kecerdasan anak dalam modern dan tradisisonal. Jakarta: Laskar Aksara.
commit to user