Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Kemampuan Menyimak Bahasa Inggris Unpris Yastanti STIBA Nusa Mandiri Jl. Ir Juanda No. 39 Ciputat Tangerang
[email protected] ABSTRACT The objective of this research is to know the effects of of learning media towards student’s listening skill. The research methodology that is used eksperimen methodology. The subject of this research is taken from the whole population students of at Private Universities in Jakarta and sampel is taken from fourth term. From this research shown that the result of SPSS Fo=105,959 and sig=0,000(0,000<0,05), it can be concluded that the learning media give significant effect towards student’s listening skill.
Keyword : Learning Media, Listening Skill, and Teaching
I.
PENDAHULUAN Menyimak merupakan salah satu empat kemampuan utama didalam pembelajaran bahasa Inggris. Dan menyimaklah merupakan kemampuan awal didal kegiatan tersebut. Rost pun menyatakan bahwa kemampuan menyimak berperan penting dalam proses pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua karena dapat memberikan input yang berarti bagi orang yang sedang mempelajari bahasa tersebut. Ia kemudian menekankan bahwa tanpa pemahaman akan input dalam tingkatan yang tepat maka proses pembelajaran tidak dapat terlaksana. Oleh karena itu ia meyakini bahwa kemampuan menyimak sama pentingnya dengan berbicara (Rost, 1994: 141-142). Pengenalan Bahasa Inggris sejak dini sejalan dengan teori pemerolehan bahasa pertama (First Language Acquisition) yang menyebutkan bahwa proses pemahaman bahasa lisan di lingkungan sekeliling anak terjadi lebih dahulu sebelum anak dapat menghasilkan bahasa tersebut (Steinberg, 1993). Paul (2003) juga menambahkan bahwa semakin banyak seorang anak mendapatkan input bahasa lisan akan semakin cepat mereka terkondisikan untuk mendengar bahasa lisan menuju proses pemahaman. Dengan demikian, kemampuan menyimak (listening skill), sebagai salah satu bentuk keahlian berbahasa Inggris, sudah selayaknya mendapatkan perhatian dalam mengajarkan
ISSN 2086-6151
bahasa asing, khususnya pada anak-anak usia muda (young learners). Untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada siswa sangat diperlukan media pembelajaran yang sangat berperan aktif. Pemilihan media pembelajaran pun sangat mempengaruhi hasil dari kemampuan menyimak. Dengan adanya media pembelajaran yang sesuai akan terlihat hasil yang sangat positif begitupun sebaliknya. Sehingga seorang pendidik harus mampu memilih media pembelajaran yang sesuai dan mampu memaksimalkan penggunaan media pembelajaran tersebut. Penulis tertarik melakukan penelitian mengenai pengaruh media pembelajaran terhadap kemampuan menyimak yang dimiliki oleh peserta didik pada tingkatan mahasiswa jurusan bahasa Inggris yang berada di perguruan tinggi swasta yang ada di Jakarta. Maka dari itu penulis memberi judul jurnal ini yaitu ” Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Kemampuan Menyimak Bahasa Inggris. Berdasarkan latar belakang masalah yang timbul dan seperti yang sudah dijelaskan diatas, maka penulis menemukan beberapa rumusan masalah terkait dengan penelitian yang penulis akan teliti. Identifikasi masalah tersebut yaitu: 1. Apakah terdapat pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran terhadap kemampuan menyimak bahasa Inggris pada mahasiswa diperguruan tinggi swasta di Jakarta?
87
Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
2.
Apakah Penggunaan Media pembeljaran dapat meningkatkan kemampuan menyimak bahasa Inggris pada mahasiswa?
II.
TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Menyimak 1. Pengertian Menyimak Rogers and Richard (1987:20) menyatakan bahwa, “Classified these skills into two types; oral skill (listening and speaking), reading, and writing skill. Some methods focus primarily on oral skills and say that reading and writing skills are secondary and derive from transfer of oral skills”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa menyimak merupakan kemampuan yang utama dalam berkomunikasi selain berbicara. Karena dengan menyimak, akan terjadi komunikasi yang baik diantara pembicara. Mereka dapat menerima pesan juga bisa menyampaikan pesan yang mereka dapatkan, sehingga akan terjadi respon yang baik. Dan Carter dan Nunan (2001:324) menambahkan bahwa “Listening is the process of understanding speech in a first or second language”. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa menyimak adalah proses dalam memahami suatu bahasa baik dalam bahasa keseharian maupun dalam kedua. Sehingga dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan suatu kegiatan yang sangat utama hal ini karena kepahaman antara pembicara dengan pembicara lainnya terjadi, pesan dalam berkomunikasi telah dapat dimengerti diantara kedua belah pihak. Berdasarkan beberapa teori yang telah disampaikan, dapat diambil kesimpulan bahwa menyimak merupakan kegiatan yang utama didalam berkomunikasi. Hal ini terjadi karena dengan menyimak seorang pendengar mendapatkan pesan dari pembicara. Pesan tersebut harus diolah untuk mendapatkan respon sehingga sang pendengar akan mampu merespon apa yang pembicara maksudkan, apabila hal ini berkesinambungan maka komunikasi pun akan berjalan dengan baik.
2. Tahap-tahap Menyimak Stricland dalam kutipan Tarigan (1987:75) menyimpulkan ada sembilan tahapan menyimak, mulai dari yang tidak ketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh, yaitu sebagai berikut:
88
a. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya. b. Menyimak dengan perhatian dangkal, karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan. c. Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati anak. d. Menyimak serapan karena anak keasikan menyerap hal-hal yang kurang penting, jadi merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya. e. Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang di simak, karena perhatiannya terganggu oleh keasikan lain dan hanya mendengarkan hal-hal yang menarik saja. f. Menyimak asosiatif; hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan, yang mengakibatkan penyimak benar-benar tidak memberi reaksi terhadap pesan yang di sampaikan pembicara. g. Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan memberi komentar maupun pertanyaan. h. Menyimak secara seksama, mengikuti jalan pikiran pembicara dengan sungguhsungguh. secara aktif untuk i. Menyimak mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan pembicara. Berdasarkan pendapat tersebut, menyimak mempunyai beberapa tahapan. Tahapan- tahapan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal. Tahapan- tahapan tersebut harus mampu membuat penyimak menerima gagasan atau ide atau pesan yang disampaikan oleh pembicara. Gottlieb (2003:15), There are also four levels of listening: acknowledging, sympathizing, paraphrasing, and empathizing. The four levels of listening range from passive to interactive when considered separately. However, the most effective listeners are able to project all four levels at the same time. That is, they demonstrate that they are paying attention and making an effort to understand and evaluate what it is they are hearing, and they complete the process by demonstrating through their responses their level of
ISSN 2086-6151
Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
comprehension and interest in what the speaker is saying. Dalam pendapat tersebut, Gottlieb membagi tahapan menyimak kedalam beberapa tahapan: yaitu mengakui, bersimpati, parafrase, dan berempati. Empat tingkat jangkauan mendengarkan dari pasif menjadi interaktif bila dianggap secara terpisah. Dan seorang penyimak yang paling efektif mampu memproyeksikan keempat tingkat pada waktu yang sama.. Dapat disimpulkan bahwa didalam menyimak terdapat beberapa tahapan. Tahapan ini dipengaruhi oleh kegiatan yang terjadi ketika pendengar mendapatkan ide dari pembicara, yaitu proses pemahaman, penganalisaan dan merespon pembicara. Dalam tahapan tersebut, mereka menunjukkan bahwa mereka memberikan perhatian dan memahami, dan mengevaluasi apa yang mereka dengar serta menyelesaikan proses dengan menunjukkan tanggapan/respon melalui tingkat pemahaman mereka dan minat pada apa yang dikatakan oleh pembicara. 3 . Tipe-Tipe Menyimak Dalam pendapatnya, Brown (2004:56) menyakatan,” Divided the type of listening into four types; intensive, responsive, selective, and extensive. a. Intensive is listening for perception of the component (phonemes, words, intonation, discourse markers, etc) of a larger stretch of the language. b. Responsive is listening to a relatively short stretch of language ( a greeting, question, command, comprehension check, etc ) in order to make an equality short response. c. Selective is listening to the short monologs for several minutes in order to scan certain information (e.g. classroom direction for a teacher, TV, or radio news item, or story) d. Extensive is listening to develop a topdown, global understanding of long speech or conversation and it has comprehensive purposes. e. g. listening to get the main idea, making inference from all of part of listening. Dalam pendapat tersebut, dapat diartikan bahwa menyimak terdiri dari empat tipe, tipe yang pertama ada Intensif, insentif merupakan menyimak persepsi komponen (fonem, kata-kata, intonasi,
ISSN 2086-6151
penanda wacana, dll) dari bentangan besar bahasa. Tipe yang kedua adalah Responsif, responsif merupakan kegiatan menyimak bentangan bahasa yang relatif singkat misalnya (salam, pertanyaan, perintah, pemahaman,dll) untuk membuat respon singkat yang tepat. Dan tipe yang ketiga adalah Selektif, didalam kegiatan selektif terjadi menyimak monolog singkat selama beberapa menit untuk memindai informasi tertentu (misalnya cerita pendek, tentang suatu ide cerita), dan yang terakhir adalah tipe ekstensif. Ekstensif ini merupakan kegiatan menyimak yang mengembangkan top-down, misalnya pemahaman umum pidato panjang atau percakapan dan memiliki tujuan yang komprehensif. Pendapat berbeda disampaikan oleh Buck (2003:120 ), dalam hal ini Buck membedakan tipe menyimak dalam dua hal berikut ini: a. Bottom-up, it seem like listening to directions from friend on how to get to his/her house. This kind of listening comprehension is achieved by dividing and decoding the sounds - bit by bit. The ability to separate the stream of speech into individual words becomes more important here, if we recognize, for example, the name of a street or instructions on how to take a particular bus. b. Top-down listening, listening to a friend tell a story about a terrible vacation in Thailand during rainy season with a mutual friend. This kind of listening requires the use of background knowledge in understanding the meaning of the message. Background knowledge consists of context. Dalam pendapat Buck tersebut, dapat dikatakan bahwa terdapat dua tipe dalam menyimak, yaitu Bottom-up dan Topdown. Kedua tipe tersebut dibedakan dalam hal pemahaman suatu ide atau gagasan. Dalam bottom-up, pemahaman ide tersebut diperoleh dari terbaginya ide tersebut dalam beberapa penjelasan bagian yang mendukung. Sedangkan top-down, menekankan bahwa pemahaman suatu ide diperolah dengan bantuan dari pemahaman ide yang telah didapat sebelumnya. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa tipe dalam menyimak, hal ini tergantung dari ide-gagasan yang disampaikan, juga
89
Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
dari panjang atau pendeknya suatu ide tersebut untuk dipahami dan dihasikan gagasan utamanya. 4.
Teknik Pembelajaran Menyimak Heinich, dkk. (2002: 384). Berpendapat tentang teknik-teknik untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak, seorang guru dapat menggunakan tenik dibawah ini: a) Memandu menyimak, yaitu dengan memberi siswa beberapa tujuan dan pertanyaan sebelumnya. b) Memberikan arahan, yaitu memberi arahan secara individual atau kelompok melalui rekaman audio. c) Meminta siswa menyimak gagasan utama, detail, atau kesimpulan. d) Gunakan konteks dalam menyimak, yaitu membedakan makna dalam konteks auditori dengan menyimak kalimat yang kata-katanya hilang dan kemudian melengkapinya dengan tepat. e) Menganalisis struktur sebuah presentasi, yaitu dengan meminta siswa untuk menyaringkan sebuah presentasi lisan. f) Membedakan antara informasi yang relevan dengan yang tidak relevan, yaitu meminta siswa mengidentifikasi kata-kata yang relevan atau kata yang tidak relevan dari sebuah presentasi lisan Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran menyimak dapat dilaksanakan dengan beberapa teknik pembelajaran diantaranya: parafrase, merangkum, menjawab pertanyaan, melanjutkan cerita, menceritakan ulang ide/gagasan yang didapat, dan lain-lain, pada intinya teknik tersebut mengajak murid/anak didik agar fokus terhadap apa yang mereka dengar sehingga akan mendapatkan ide/gagasan yang diharapkan dan mampu merespon secara langsung/tidak langsung. Teknik pembelajaran menyimak ini harud dipilih oleh pengajar/pendidik berdasarkan dengan latar belakang siswa yang diajarnya. B.Hakikat Media Pembelajaran 1.Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa Indonesia, media adalah perantara atau pengantar
90
pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut Gerlach dan Ely (1971:86), media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sehingga guru, buku teks dan lingkungan sekolah marupakan media. Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan. Sedangkan menurut Briggs (1977:70) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara maksimal. Jenis-jenis media pembelajaran menurut Riyana (2012: 25), diantaranya : 1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik 2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya 3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya 4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. Didalam pendapat tersebut, Riyana membagi jenis-jenis media kedalam beberapa hal. Media-media tersebut mempunyai jenis dan fungsi yang berbeda. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu baik sarana/alat yang dapat menyalurkan pesan, isi/ materi yang dapat merangsang fikiran,
ISSN 2086-6151
Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik sehingga akan tercipta kondisi pembelajaran yang lebih kondusif, efisien dan efektif. Dan diharapkan, dengan terciptanya komunikasi yang baik akan memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil belajar peserta didik.
kontrol dan kelas eksperimen. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan penyekoran dengan memberikan nilai untuk jawaban yang telah didapatkan dan menganalisanya.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengertian Media Audio Riyana (2012: 133) mengemukakan bahwa, “Media audio dalam dunia pembelajaran diartikan sebagai bahan pembelajaran yang dapat disajikan dalam bentuk auditif yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar”. Dengan kata lain, media audio membantu siswa dalam memahami proses kegiatan menyimak pelajaran sehingga akan mampu meningkakan hasil dalam kegitan tersebut. “Pesan yang disampaikan melalui media audio berupa lambang-lambang auditif baik verbal maupun non verbal (Sadiman, dkk. 2002: 49). Dalam hal ini, Sadiman menyatakan bahwa dari media audio tersebut, bisa berupa lambing-lambang yang berupa verbal maupun non verbal. Anderson (1987: 127) menambahkan bahwa berdasarkan pengembangan pembelajaran, media audio dianggap sebagai bahan ajar yang ekonomis, menyenangkan, dan mudah disiapkan dan digunakan oleh guru dan siswa. Materi pelajaran dapat diurutkan penyajiannya, serta bersifat tetap, pasti, dan juga dapat digunakan untuk media instruksional belajar secara mandiri. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa media audio akan sangat membantu siswa dalam mempelajari kegiatan menyimaknya. Dalam hal ini, siswa akan lebih mudah memahami materi, dan mampu mendapatkan idea tau gagasan yang terdapat didalam materi tersebut.
Hasil Belajar Menyimak Bahasa Inggris di Kelas Konvensional Dari data hasil tes peserta didik yang dilakukan terhadap 20 responden dari kelas konvensional, rentangan nilai terletak pada angka minimum 50 dan maksimum 90. Selanjutnya, nilai rata-rata atau mean dari jawaban responden adalah 68,60. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar dalam kemampuan menyimak bahasa inggris peserta didik masuk dalam kategori yang cukup. Untuk lebiih detailnya bisa dilihat dalam tabel berikut:
III.
Sementara itu, nilai tengah (median) sebesar 71 dan modus 60 dengan standar deviasi 11,399. Untuk memperjelas gambaran rentangan data yang ada mengenai variabel hasil belajar dalam menyimak bahasa Inggris, dapat dilihat pada chart diberikut:
2.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara eksperimen ke lapangan, yaitu mendatangi secara langsung obyek penelitian, melakukann pre-test, melaksanakan treatment selama beberapa pertemuan, dan mengambil post-test yang dilakukan di kelas
ISSN 2086-6151
1.
Tabel 4.1. Hasil Belajar Menyimak Bahasa Inggris di Kelas Konvensional
Sumber: (SPSS output, 2014)
91
Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
kemampuan menyimak bahasa Inggris peserta didik masuk dalam kategori yang bagus. Sedangkan, nilai tengah (median) sebesar 88 dan modus 100 dengan standar deviasi 11,221. Untuk memperjelas gambaran rentangan data yang ada mengenai variabel hasil belajar dalam menyimak bahasa Inggris, dapat dilihat pada chart dibawah ini:
Gambar 4.1 Histogram Hasil Belajar Menyimak Bahasa Inggris Konvensional Sumber: (SPSS output, 2014) 1. Hasil Belajar Menyimak Bahasa Inggris di Kelas Eksperimen Tabel 4.2. Hasil Belajar Tata Bahasa Bahasa Inggris di Kelas Eksperimen
Gambar 4.2 Histogram Hasil Belajar Menyimak Bahasa Inggris Kelas Eksperimen Sumber: (SPSS output, 2014)
Sumber: (SPSS output, 2014) Dari data hasil tes peserta didik yang dilakukan terhadap 20 responden dalam penelitian ini, rentangan nilai terletak pada angka minimum 70 dan maksimum 100. Selanjutnya, nilai rata-rata atau mean dari jawaban responden adalah 86, 30. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar dalam
92
Pengujian Hipotesis Penelitian Data dalam penelitian ini telah diketahui berdistribusi normal dan varian antar kelompok homogen. Selajutnya pengolahan data dilakukan dengan pengujian hipotesis untuk mengetahui apakah ada pengaruh dengan penggunaan media pembelajaran bahasa Inggris. Untuk mengetahui hal tersebut maka perhitungan hipotesis penelitian dilakukan dengan ANOVA dua jalur melalui SPSS 20.
ISSN 2086-6151
Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
V.
Tabel 4.3. Hasil Test Uji Hipotesis ANOVA Dua Arah
Sumber: (SPSS output, 2014) Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan: H0 : Tidak ada pengaruh Media Pembelajaran terhadap Kemampuan Menyimak Bahasa Inggris H1 : Ada pengaruh Media Pembelajaran terhadap Kemampuan Menyimak Bahasa Inggris Terdapat pengaruh media pembelajaran terhadap menyimak. Hipotesis diuji dengan melihat koefisian signifikan. Karena jika nilai sig >0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak. Jika nilai sig<0,05;maka H1 diterima dan Ho ditolak dan H1 diterima. Dari pengujian dengan SPSS 20 diatas didapat Fh=105,959 dan sig untuk media pembelajaran adalah 0,000(0,000<0,05 ) sehingga H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara media pembelajaran terhadap kemampuan menyimak. Dan karena sig media pembelajaran adalah 0,00 (sig<0,01) maka terdapat pengaruh yang sangat signifikan Media Pembelajaran terhadap Kemampuan Menyimak Bahasa Inggris.
ISSN 2086-6151
KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian terhadap hasil penelitian mengenai pengaruh pengunaan media pembelajaran terhadap kemampuan menyimak bahasa Inggris, diperoleh kesimpulan bahawa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaaan media pembelajaran terhadap kemampuan menyimak bahasa Inggris. Hal tersebut terbukti dengan penghitungan SPSS 20 hasil ANOVA yang didapat Fh=105,959 dan sig=0,000(0,000<0,05). Hal ini pun terlihat dari hasil belajar yang menunjukkan rentangan nilai terletak pada angka minimum 70 dan maksimum 100. Selanjutnya, nilai rata-rata atau mean adalah 86, 30. nilai tengah (median) sebesar 88 dan modus 100 dengan standar deviasi 11,221. Sedangkan kelas konvensional mempunyai hasil belajar rentangan nilai terletak pada angka minimum 50 dan maksimum 90, nilai ratarata atau mean adalah 68,60, nilai tengah (median) sebesar 71 dan modus 60 dengan standar deviasi 11,399. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara media pembelajaran dan konvensioanal terhadap kemampuan menyimak dan hasil belajar dalam kemampuan menyimak bahasa inggris kelas eksperimen (penggunaan media pembelajaran) lebih bagus hasilnya dibanding kelas konvensional Sehingga dapat disimpulkan, penggunaan media pembelajaran memberikan pengaruh positif dan sangat signifikan terhadap kemampuan menyimak. Hal ini terlihat pun terlihat dari nilai peserta didik yang diajar dengan media pembelajaran lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang diajarkan dengan konvensionl.
DAFTAR PUSTAKA Anderson, R.H. (1987). Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Andreopoulou, Paraskevi. (2009).“Focus on Listening: Why Do Beginner Find Listening Is Difficult?”.Language
93
Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
Skill Assignment, Cambridge Delta Course, Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.Edisi Revisi VI. Jakarta. Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. (2006). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada Brown, H Douglass. (2004). Language Assessment .New York: Pearson Education Incorporation Buck,
Gary. (2003). Listening.Cambridge: University Press,
Assessing Cambridge
Carter, Ronald and David Nunan. (2001). The Cambridge Guide to Teaching English to Speakers of Other Language(Cambridge:Cambridge University Press. Cohen, Louis., et al. (2004). A Guide to Teaching Practice. Fifth Edition. Routledge Falmer. New York. Flavell,
H Roger. (1985), Developing English with Young Learners. London: MacMillan Publishers Limited.
Finnochiaro dan Michael Bonomo, (1973). The Foreign Language Learner A Guide For Teachers. New York: Regents Publishing Company. Finnochiaro, Mary. (1974). English as a Second Language: From Theory To Practice. New York: Regents Publishing Company. Freeman, David., and Jack C. Richards. (1991). Teacher Learning In Language Teaching. Cambridge University Press. Freeman, Diane Larsen. (1986). Techniques and Principles in Language Learning. Oxford University Press. New York. Gibb,
94
Jack R. (1961). “Defensive Communication” The Journal of Communication.
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J.D., dan Smaldino, S.E. (2002). Instructional Media and Technologies for Learning. New Jersey: Merrill Prentice Hall. I.A, Suparman. (2012). Aplikasi Komputer Dalam Penyusunan Karya Ilmiah (SPSS, Minitab, dan Lisrel). Tangerang: PT. Pustaka Mandiri. 2012. Revell.1979.Teaching Technique For Communicative English. Cambridge.Cambridge University Press. Richards, Jack C. (2006). Communicative Language Teaching Today. Cambridge University Press. Cambridge. Riyana, C. (2012). Media Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama Republik Indonesia Rivers, Wilga M. (1981). Teaching Foreign Language Skills. Chicago: University of Chicago Press Rogers, Carl and Richard E. Farson. (1987). Active Listening. Chicago:University of Chicago Industrial Relations Center Rost,
Michael. (2002). Teaching and Researching Listening.Great Britain:Longman
Rost,
Michael. (1994). Introducing Listening. London : Penguin
Sadiman, Arief, dkk. (2003). Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers Setiyadi,
Bambang. (2006). Teaching English as a Foreign Language. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Setyosari, P dan Sihkubaden. (2005). Media Pembelajaran. Elang Mas Smaldino, S.E. , Lowther, D. L. and Russel, J.D. (2008). Instructional Technology and Media for
ISSN 2086-6151
Wanastra Vol IX No. 2 September 2016
Learning. Ninth edition. Merill Prentice Hall Steinberg, Sheila. (2007). An Introduction to Communication Studies.Claremont: Juta and Company Ltd Sudirman, dkk (1991). Ilmu Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Tarigan, Henry Guntur. (1994). Menyimak Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Walter,
Elizabeth. (2005). Cambridge Advanced Learner’s Dictionary. Third Edition. Cambridge University Press. Cambridge.
Zainil. (2003). Language Teaching Methods. Universitas Negeri Padang Press. Padang.
ISSN 2086-6151
95