PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP SIKAP SOSIAL KEAGAMAAN SISWA DI SEKOLAH KELAS VIII SLTPN 253 CIPEDAK JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam (S,Pd.I)
oleh :
Marhasan 103011026642 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP SIKAP SOSIAL KEAGAMAAN SISWA DI SEKOLAH KELAS VIII SLTPN 253 CIPEDAK JAKARTA SELATAN
Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam (S,Pd.I)
oleh :
Marhasan 103011026642
Di bawah bimbingan :
Dra. Hj. Nur`aini Ahmad, M.Fil Nip : 150218681
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Marhasan Nim : 103011026642 Fak / Jur : Tarbiyah / Pendidikan agama Islam Menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 – 04 – 2008
(Marhasan)
i
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul : “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Sikap Sosial Keagamaan Siswa di Sekolah Kelas VIII SLTPN 253 Cipedak Jakarta Selatan” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 14 bulan April 2008 dihadapan dewan penguji, karena itu penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S, Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam. Jakarta, 14-04-2008 Panitia Ujian Munaqasah Ketua panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Drs. H. Abd. Fattah Wibisono, M.A. NIP. 150 236 009
Tanggal
Tanda tangan
………….
………………
……………
……………...
……………
……………..
……………
……………..
Sekretaris (Sekretaris Jurusan) Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag. NIP. 150 299 477
Penguji I Prof. Dr. H. Muhammad Ardani, M.A. NIP. 150 011 680
Penguji II Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag. NIP. 150 299 477 Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A NIP. 150 231 356
ii
ABSTRAK (A) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (B) Jurusan Pendidikan Agama Islam (C) April 2008 (D) Marhasan (E) Halaman i + 93 Halaman (F) Pengaruh pendidikan agama Islam terhadap sikap sosial keagamaan siswa di sekolah kelas VIII SLTPN 253 Cipedak Jakarta Selatan. (G) Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar kelak setelah pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup. Pendidikan Agama Islam ini bertujuan membina manusia beragama yaitu manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah laku tindakan keseluruhan hidupnya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan hidup di dunia dan akhirat. Penelitian ini ingin mengetahui apakah pendidikan agama Islam dapat mempengaruhi sikap sosial keagamaan siswa di sekolah kelas VIII SLTPN 253 Cipedak Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan di SMPN 253 Cipedak dengan mengambil sampel 42 siswa, 15% dari siswa kelas VIII yang berjumlah 280 siswa, adapun tekhnik pengambilan sampel dilakukan dengan acak sederhana (sampel random sampling). Setelah memperhatikan besarnya hasil perhitungan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus product moment yaitu sebesar 0,499. Angka korelasi 0,499 berada antara 0,40-0,70. Dengan demikian maka antara variabel X dan Y terdapat pengaruh positif meskipun sedang dan cukup. Setelah mengkonsultasikan hasil penelitian dengan harga ”r” Product Moment, ternyata rxy lebih besar dari pada r
iii
tabel,
baik pada taraf
signifikansi 1% (0,499>0,393), maupun pada taraf 5% (0,499>0,304). Dengan demikian hipotesis alternative yang menyatakan bahwa pendidikan agama Islam dapat mempengaruhi secara signifikan dalam pembentukan sikap sosial keagamaan siswa.
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur selalu penulis panjatkan lewat lisan dan hati yang terdalam kehadirat Allah Swt, yang telah menyukurkan rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga penulis dapat meyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat beriring salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai pembawa cahaya kehidupan dan sekaligus menjadi figur yang baik bagi penulis dalam mengarungi cakrawala kehidupan, dan tak lupa pula kepada keluarga beserta pengikutnya yang setia dan senantiasa memperjuangkan ajaran agama Islam. Tulisan ini dan semua ilmu yang penulis dapatkan selama masa perkuliahan jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, maupun dalam kesempatan-kesempatan lainnya, merupakan hasil dari kontribusi yang tidak ternilai harganya dari orang-orang yang sangat berjasa terhadap penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Ketua dan sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dra. Hj. Nur`aini Ahmad, M. Fil
Selaku pembimbing skripsi, yang
dengan sabar membimbing penulis dan memberikan masukan-masukan yang sangat berarti, serta selalu memberikan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Dra. Hj. Djunaidatul Munawwarah, MA. Sebagai dosen penasihat akademik jurusan pendidikan Agama Islam angkatan 2003. 5. Para dosen pengajar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kaguruan khususnya jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Pimpinan dan staf perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dengan baik selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 7. Pihak Sekolah Drs. Boniran, BN sebagai kepala sekolah dan Ibu Nani Sumiyati, S. Ag sebagai guru bidang studi Pendidikan Agama Islam yang v telah banyak membantu penulis dalam memcari informasi-informasi dan data yang diperlukan untuk memyelesaikan skripsi ini. 8. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai dan sayangi Ayahanda Bapak H. Saidan dan Ibunda Hj. Fatimah, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas segala kasih sayang, perhatian, serta doa tulusnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Yang tersayang kepada kakak Maryati Almarhumah yang telah membantu penulis dalam belajar baik moril maupun materil dari sejak penulis duduk di bangku Tk sampai kuliah, namun sayang sekali Allah tidak mengizinkan beliau menyaksikan penulis menyandang gelar strata I, apapun yang telah terjadi penulis hanya berdoa mudah-mudahan Allah menempatkan berliau di sisi Nya dengan penuh mahligai cinta yang Allah berikan kepdanya. Amin. 10. Yang tercinta kepada kakak dan adikku Mariyam, Sumiyati, Mardiyah Fitri Fatmayanti, Iksan Lisumardi, Jaka Marta Wijaya, dan abang-abang iparku terima kasih atas segala motivasi dan bantuan baik moril maupun materil, mudah-mudahan Amal ibadah kalian diterima oleh Allah Swt dan semoga Allah memberikan kekuatan Islam, Iman dan Ihsan untuk hidup yang lebih baik lagi. 11. Kepada Bapak Hendra Zon yang telah membantu penulis baik moril maupun materil dan sarana komputernya demi meringankan penulis dalam pengetikan skripsi penulis 12. Teman-teman seperjuangan di kelas A, Abang Su`aib, Ridho, Arul, Deden, Furkon Mahbub, Barok, Ade Fuad dll, dan teman-teman di jurusan PAI angkatan 2003, semoga kita semua dapat mengamalkan ilmu
yang telah kita pelajari, agar menjadi manusia yang berguna bagi diri, keluarga, Agama, bangsa dan Negara. 13. Teman-teman di rumah uda David, Bang Kiting, Cmell, anak-anak steam bali hot, Boneng, Kubil, Emon Boleng, Bowo, Vetrik, Agiel, Yogay, Team Hajir Marawis Al-Amin, Team Foot Ball Andark, yang selalu vi memberikan semangat hidup lewat senda gurau dengan penuh rasa solideritas antar sesama, semoga Allah menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba yang selalu menegakkan kalimat Allah. 14. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih, semoga mereka diridhoi Allah Swt, dan mendapatkan pahala dari-Nya. Sebagai kata terakhir, penulis hanya dapat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis dan juga bagi para pembaca pada umumnya. Jakarta, 14-April 2008
Marhasan
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN.............................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii ABSTRAK........................................................................................................ iii KATA PENGANTAR ......................................................................................v DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .............................................................................................x BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................1 B. Identifikasi ..................................................................................5 C. Pembatasan Masalah ..................................................................5 D. Perumusan Masalah....................................................................6 E. Tujuan dan Manfaat Penulisan ...................................................6
BAB II
KERANGKA TEORI A. Konsep Pendidikan Agama Islam ..............................................8 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam....................................8 2. Dasar Pendidikan Agama Islam ..........................................11 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ........................................16 4. Materi Pendidikan Agama Islam .........................................17 B. Sikap Sosial 1. Pengertian Sikap ..................................................................19 2. Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap .........................20 3. Aspek-aspek sikap ...............................................................20
C. Konsep Sosialisasi 1. Pengertian Sosialisasi ..........................................................30 2. Sikap Keagamaan ................................................................33 D. Kerangka Berfikir ......................................................................40 E. Pengajuan Hipotesis ..................................................................41 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................42 B. Variabel Penelitian ....................................................................42 viii C. Populasi dan sampel ..................................................................43 D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................44 E. Teknik Pengolahan dan Analisa data.........................................47
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Profil umum SLTP Negeri 253 Jakarta Selatan ........................51 B. Pimpinan dan Tenaga Pengajar .................................................52 C. Keadaan Siswa SMPN 253 Cipedak Jakarta Selatan ................54 D. Fasilitas SMPN 253 Cipedak Jakarta Selatan ...........................54 E. Kegiatan Kurikulum SMPN 253 ...............................................55 B. Pengolahan dan Analisa data ....................................................57 C. Interpretasi data.........................................................................84
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................89 B. Saran-Saran .................................................................................89 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................91 LAMPIRAN .....................................................................................................93
DAFTAR TABEL Tabel 1
Kisi-kisi kuesioner.....................................................................45
Tabel 2
Interpretasi Data ........................................................................49
Tabel 3
Daftar Personil Guru .................................................................53
Tabel 4
Keadaan Siswa SMPN 253........................................................54
Tabel 5
Fasilitas Siswa SMPN 253 ........................................................54
Tabel 6
Alat Kegiatan Siswa SMPN 253 ...............................................55
Tabel 7
Guru mengucapkan salam sebelum dan sesudah memberikan pengajaran............................................................57
Tabel 8
Guru dan siswa bersama-sama membaca doa sebelum memulai pelajaran......................................................................58
Tabel 9
Siswa berdiskusi jika terdapat kesulitan dalam menjawab pertanyaan ................................................................59
Tabel 10
Para siswa hadir di kelas mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam ............................................................59
Tabel 11
Ketertarikan mengikuti materi pendidikan agama Islam...........60
Tabel 12
Memahami materi pelajaran yang disampaikan guru................61
Tabel 13
Bertanya ketika terdapat pelajaran yang belum dapat difahami .....................................................................................62
Tabel 14
Memperhatikan guru keetika sedang memberikan materi.........62
Tabel 15
Mengulangi materi pelajaran pendidikan agama Islam.............63
Tabel 16
Mengerjakan tugas pendidikan agama Islam di rumah .............64
Tabel 17
Membawa buku pelajaran pendidikan agama Islam x pada harinya...............................................................................65
Tabel 18
Guru menjelaskan materi pelajaran dengan baik.......................65
Tabel 19
Guru memerintahkan siswa untuk melaksakan shalat lima waktu .................................................................................66
Tabel 20
Guru mengajarkan tata cara ibadah kepada siswa.....................67
Tabel 21
Orang tua memotifasi siswa untuk mempelajari pendidikan Agama Islam..............................................................................67
Tabel 22 Tabel 23
Menolong terman yang sedang mendapatkan musibah.............68 x kepada teman-teman Memberikan contoh yang baik di sekolah...................................................................................69
Tabel 24
Mengucapkan salam jika bertemu guru di sekolah ...................69
Tabel 25
Tersenyum ketika berpapasan dengan guru dan teman-teman ..............................................................................70
Tabel 26
Berkomunikasi dengan mengucapkan perkataan yang baik......71
Tabel 27
Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih kecil..........................................................................71
Tabel 28
Bersikap sopan santun kepada guru ..........................................72
Tabel 29
Pesan guru untuk saling menyayangi sesama teman.................73
Tabel 30
Guru menasihati siswa yang melanggar peraturan sekolah.......73
Tabel 31
Menegur teman yang melakukan perbuatan yang tidak baik ....74
Tabel 32
Melaksanakan perintah guru di sekolah ....................................75
Tabel 33
Pesan orang tua agar berprilaku dengan baik ............................76
Tabel 34
Bertingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam...............................................................................76
Tabel 35
Mengucapkan salam dan mencium kedua tangan orang tua sesampainya di rumah ...............................................77
Tabel 36
Patuh kepada orang tua di rumah ..............................................78
Tabel 37
Data tentang pendidikan agama Islam (variabel X)
berdasarkan skoring..................................................................79 Tabel 38
Data tentang sikap sosial keagamaan siswa (variabel Y) berdasarkan skoring ..............................................80
Tabel 39
Indeks korelasi antara variabel X (Pendidikan agama Islam) dengan variabel Y (Sikap sosial keagamaan siswa) ......................................................................81
BAB I PENDAHULUAN xi A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai sumber institusi pendidikan dinilai sangat berperan dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, disamping institusi pendidikan lainya, bahkan sekolah dinilai lebih efektif dibandingkan dengan institusi pendidikan lainnya. Pendidikan agama pada jenjang sekolah menengah ini memungkinkan untuk mewujudkan kepribadian yang didasari oleh jiwa agama kepada mereka, dan pada masa ini cocok sekali untuk ditanamkan kepada mereka ajaran-ajaran agama yang akan menjadi pedoman hidup mereka kelak pada masa dewasa. Dengan kata lain pendidikan agama yang telah mereka terima pada masa ini sangat menentukan kehidupan mereka pada masa yang akan datang, dan menjadi bekal hidupnya dalam masyarakat. Ajaran-ajaran agama yang mengatur hubungan antara manusia dengan sesamanya, serta sifat-sifatnya yang baik harus pula ditanamkan melalui praktekpraktek dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Islam sejauh menyangkut fungsinya, pendidikan Islam jelas mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas SDM. Sesuai dengan cirinya sebagai pendidikan agama, secara ideal pendidikan Islam berfungsi dalam penyiapan SDM yang berkualitas tinggi, baik dalam penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam hal karakter, sikap, moral, penghayatan dan pengamalan ajaran agama. Singkatnya, pendidikan Islam secara ideal berfungsi membina dan menyiapkan anak didik yang berilmu, berteknologi, berketerampilan tinggi dan sekaligus beriman dan beramal shaleh.1
1
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000), Cet II, hal 56-57.
Pendidikan agama Islam sebagai sebuah materi pelajaran yang terstruktur (sebagai ilmu pengetahuan), disatu sisi memliki kedudukan yang sama dengan ilmu pengetahuan yang lain, akan tetapi disisi lain sebagai sebuah doktrin agama, dan pendidikan agama Islam tidak terbatas hanya mengandalkan kemampuan intelektual anak dalam mencari materi pelajaran, akan tetapi juga menyangkut masalah perasaan dan lebih menitik beratkan pada pembentukan akhlak, baik 1 terhadap khalik (Allah), sesama manusia maupun terhadap alam sekitar. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang membentuk watak dan prilaku secara sistematis, terencana dan terarah. Sedangkan sosial, secara ensiklopedis berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan masyarakat atau secara abstraktif berarti masalah-masalah kemasyarakatan yang menyangkut pelbagai fenomena hidup dan kehidupan orang banyak, baik dilihat dari sisi mikro individual maupun makro kolektif. Dengan demikian, sosial keagamaan berarti masalah-masalah sosial yang mempunyai implikasi dengan ajaran Islam atau sekurang-kurangnya mempunyai nilai Islamiyah.2 Melihat pengertian pendidikan di atas yaitu yang betujuan mendewasakan dan membentuk peserta didik untuk dapat bersikap dan berprilaku sosial keagamaan yang bersumber dari proses belajar-mengajar yang tentunya ini semua harus adanya campur tangan dari para guru di sekolah. Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab dari tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan negara. Tanggung jawab dari orang tua diterima guru atas dasar kepercayaan, bahwa guru mampu memberikan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perkembangan peserta didik dan diharapkan pula dari pribadi guru memancar sikap-sikap dan sifat-sifat normatif baik sebagai kelanjutan dari sikap dan sifat orang tua pada umumnya, antara lain: 1. Kasih sayang pada peserta didik 2. Tanggung jawab kepada tugas pendidik3 2 3
hal 8.
Mahfud Sahal, Nuansa Fiqih Islam, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 1994), hal 126. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), Cet ke III,
Guru sebagai pendidik tidak hanya memiliki tugas memberikan pelajaran ilmu pengetahuan semata kepada anak didik, melainkan memiliki tugas sebagai pembimbing belajar terhadap anak didik yang memerlukan bantuan. Bimbingan guru terhadap anak didik tersebut dimaksudkan sebagai bagian dari bantuan guru dalam mencapai tujuan pendidikan. Bimbingan guru terhadap anak didik, dimaksudkan sebagai bagian dari bantuan guru dalam mencapai tujuan pendidikan, untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, maka tugas guru sebagai pembimbing memiliki peran sangat penting dalam membantu usaha anak didik mencapai tujuan tersebut. Tanpa adanya peran guru sebagai pendidik, besar kemungkinan hasil yang diharapkan tidak akan tercapai. Ketika peserta didik masih berada pada tingkatan sekolah dasar, sikap hidup sosial yang ada pada dirinya baru mulai tumbuh kepada sesema temannya, akan tetapi pada masa ini belum tumbuh seutuhnya, namun ketika ia telah memasuki jenjang pendidikan sekolah menengah pertama, seorang anak sudah mulai tumbuh dan berkembang sikap hidup sosial diantara komunitas lingkungannya walaupun sedikit demi sedikit, disinilah peran guru sangat penting sekali dalam menumbuhkan rasa saling menyayangi diantara teman dan sesama manusia. Hubungan yang terjadi di sekolah baik sesama teman atau guru di sekolah sudah pasti akan dijumpai oleh setiap siswa, namun semua itu kembali kepada siswa itu sendiri apakah sikap sosial yang ada pada dirinya baik atau tidak baik tergantung pada diri siswa itu sendiri, akan tetapi pendidikan agama Islam yang telah diajarkan guru kepada siswa di sekolah, diharapkan dapat mengantisifasi siswa dari sikap yang buruk yang terjadi ketika proses sosialisasi itu berlangsung. Perkembangan di zaman globalisasi seperti sekarang ini dapat dengan mudah mempengaruhi manusia untuk bertindak yang tidak sesuai dengan dasar pancasila yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradab dan tidak pula yang selaras dengan ajaran agama. Dekadensi moralitas di zaman seperti sekarang ini sudah tidak dapat terelakkan lagi, apalagi dimasa anak yang baru mulai tumbuh
dan berkembang yang memliki perasaan selalu ingin tahu atas apa yang ia inginkan seperti halnya ingin bergaul dengan teman sebayanya, bahkan dengan orang yang lebih tua darinya. Untuk mengantisipasi hal ini, maka seorang anak harus membutuhkan dasar agama dalam dirinya, dengan harapan ketika seorang anak sedang bergaul dengan orang lain, maka perkataan yang keluar dari mulutnya adalah perkataan yang baik, sopan santun yang diiringi dengan perbuatan yang terpuji. SMPN 253 cipedak adalah salah satu sekolah lanjutan pertama yang ada di kecamatan jagakarsa kelurahan cipedak. Seperti lembaga lain, SMPN 253 cipedak melakukan berbagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal, sehingga manghasilkan lulusan (anak didik) yang berkualitas, baik dibidang IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) maupun IMTAQ (iman dan taqwa). Untuk kualitas dibidang imtaq, Pendidikan Agama Islam dijadikan jalan khusus untuk mencapainya. Melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat meningkatkan imtaq siswa dan sekaligus agar mereka dapat merealisasikan dalam sikap dan prilaku hidupnya yang sesuai dengan tujuan pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam. Untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, dalam arti manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta iman dan takwa (IMTAQ) yang tinggi, maka Pendidikan Agama Islam di sekolah sangat dibutuhkan terutama dalam meningkatkan iman dan takwa. Pendidikan Agama Islam perlu diberikan kepada anak didik sejak dini. Dalam institusi sekolah terutama sekolah menengah, Pendidikan Agama Islam memiliki peranan penting karena sebagai pengontrol bagi diri anak yang sedang dalam puberitas atau masuk pada masa remaja awal dimana jiwanya masih labil karena sikap dan pendirian anak sering mudah terpengaruh oleh angan-angan yang bersifat khayali yang tidak sesuai dengan kenyataan. Keagamaan/religiusitas merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku yang berkaitan
dengan agama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keagamaan adalah kondisi keimanan dan keyakinan terdalam seseorang terhadap ajaran agamanya dan kemudian diaktualisasikan dalam sikap dan tingkah laku hidupnya sehari-hari.. Oleh karena itu, dengan melihat betapa besarnya pengaruh pendidikan agama terhadap sikap sosial keagamaan siswa, maka penulis ingin meneliti betapa besar pengaruh pendidikan agama Islam terhadap sikap sosial keagamaan siswa dengan judul “PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP SIKAP SOSIAL KEAGAMAAN SISWA DI SEKOLAH KELAS VIII SLTPN 253 CIPEDAK JAKARTA SELATAN“. Dengan didasarkan atas pemikiran sebagai berikut : a. Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari pengontrol dalam diri seorang anak terutama dalam masa puberitas. b. Pendidikan Agama Islam akan menjadi bekal dan pegangan hidup siswa dikehidupannya yang akan datang. c. Pendidikan Agama Islam dapat menumbuhkan dan memberikan arahan kepada seorang anak dalam bersosialisasi yang sesuai dengan ajaran agama dengan baik di dalam sekolah. B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah. 1. Identifikasi masalah a. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama Islam dengan sikap sosial keagamaan siswa b. Pengaruh pendidikan agama Islam dalam menciptakan sikap sosial keagamaan siswa c. Konsep sikap sosial keagamaan menurut ajaran agama Islam d. Fungsi pendidikan agama Islam terhadap sikap sosial keagamaan siswa e. Proses pembentukan dan perubahan sikap f. Aspek-aspek sikap g. Usaha yang dilakukan guru dalam menciptakan sikap sosial keagamaan pada siswa
h. Sikap sosial keagamaan yang dapat membawa pada kesuksesan siswa dalam menghadapi rutinitasnya di sekolah 2. Pembatasan Masalah Masalah yang saya batasi adalah : a. Pendidikan Agama Islam 1). Materi pelajaran yang diajarkan di kelas VIII SLTPN 253 Cipedak Jakarta Selatan a). Keimanan
e). Muamalah
b). Ibadah
f). Syari’ah, dan
c). Al-Qur’an
g). Tarikh
d). Akhlak b. Sikap sosial keagamaan yang meliputi hubungan antara : 1). Murid dengan guru di sekolah dan 2). Murid dengan murid di sekolah 3. Perumusan Masalah Dengan melihat latar belakang dan batasan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di SLTP Negeri 253 Jakarta Selatan ? b. Apakah pendidikan agama Islam mempengaruhi secara positif terhadap sikap sosial keagamaan siswa kelas VIII SLTP Negeri 253 Jakarta Selatan di sekolah ? C. Tujuan dan manfaat penelitian 1. Tujuan penelitian Tujuan yang ingin penulis capai dari kegiatan penelitian ini adalah : a. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di SLTP Negeri 253 Jakarta Selatan b. Mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan agama Islam dalam meningkatkan sikap sosial keagamaan siswa.
2. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengharapkan adanya manfaat yang dapat diambil, antara lain adalah: a. Sebagai wacana pendidikan para mahasiswa khususnya peneliti, untuk memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai pendidikan agama Islam dalam rangka meningkatkan sikap sosial keagamaan siswa dengan baik.
b. Peneliti dapat mendalami kajian ilmu pendidikan agama Islam c. Peneliti dapat mengetahui secara langsung bagaimana sikap sosial keagamaan itu terjadi pada diri siswa di sekolah
BAB II KERANGKA TEORITIS A. Konsep Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Dalam kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua, menjelaskan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang/kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, perbuatan, cara mendidik4. Dictionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.5
4
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka), Edisi keII. h. 232 5 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar…., hal 4.
Di dalam GBHN tahun 1973 disebutkan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup6 Kata mendidik sudah digunakan pada zaman nabi Muhammad SAW seperti yang telah dituliskan dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 24 sebagai berikut:
☺ ☺ ☺⌧
☺
⌧
7
Artinya : Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". Melihat pernyatakaan di atas, sehingga penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan teratur secara sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab untuk menyampaikan nilai-nilai untuk dipakai si anak sehingga terbentuk kepribadian yang baik, mampu hidup tanpa bergantung kepada orang lain, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, sehat jasmani dan rohani serta berguna bagi masyarakat, negara dan agama. Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dikarang oleh Badudu bahwa agama adalah (Sans) kepercayaan kepada tuhan/dewa serta dengan ajaran dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaannya itu.8 menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua, bahwa agama adalah system, prinsip kepercayaan
6
Fuad Ihsan, Dasar-dasar…., hal 5. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Bandung Gema Risalah Press, 1989), hal. 428 8 J.S. Badudu dan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia ,(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001), Cet ke-IV, hal 11. 7
kepada tuhan (dewa dsb) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban–kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.9 Sebagaimana kita ketahui, bahwa agama disamping merupakan sebagai pandangan hidup, sekaligus agama adalah merupakan tuntunan hidup. Ajaranajaran agama memberikan tuntunan hidup kepada manusia untuk dapat mencapai kebahagiaan, baik kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Ajaran agama memberikan tuntunan hidup kepada manusia agar menempuh jalan hidup yang diperbolehkan dan dianjurkan, serta menjauhi jalan hidup yang dilarang. Menurut kamus besar bahasa Indonesia mengatakan bahwa Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, yang berpedoman kepada kitab suci Al-Qur`an, yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT10. Atau dapat dikatakan pula Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah SWT.11 Berkenaan dengan pengertian Islam di atas, hal ini dipertegas olah Allah SWT dalam surat Al-Imran ayat 83 yang berbunyi:
☺ 12
Artinya: Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. Setelah menjelaskan pengertian pendidikan, agama dan Islam secara etimologi, maka dapatlah penulis simpulkan bahwa pengertian agama Islam adalah ajaran-ajaran yang diwahyukan Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada umatnya yang bertujuan untuk keselamatan hidup di dunia
9
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar..., hal 10. 10 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar..., hal 388. 11 J.S. Badudu dan Mohammad Zain, Kamus Umum ..., hal 539. 12 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan ..., hal 89.
agar mampu memiliki sikap sosial secara baik dengan sesama makhluk-Nya dan agar mendapatkan kebahagiaan diakhirat kelak. Syahmina Zaini merumuskan bahwa pendidikan Islam ialah usaha mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran agama, agar terwujud (tercapai) kehidupan manusia yang makmur dan bahagia.13 Sedangkan pengertian pendidikan agama Islam menurut Prof. Dr. Zakiyah Daradjat adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar kelak setelah pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.14 Drs. Usman Said menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam ialah segala usaha untuk terbentuknya/membimbing/menuntun rohani jasmani seseorang menurut ajaran Islam. Drs. Abd. Rahman Shaleh menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam ialah segala usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam.15 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang berlangsung dalam kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dalam membentuk kepribadian serta menemukan dan mengembangkan fitrah yang dibawa sejak lahir, guna kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya. 2. Dasar Pendidikan Agama Islam Dasar dari suatu bangunan adalah bahagian dari bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan sekaligus sebagai landasan untuk tetap berdiri bangunan itu. Demikian pula halnya dengan dasar suatu pendidikan, yaitu sesuatu dari pendidikan yang diharapkan dengan itu menjadi dasar tersebut.
13
Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), Cet ke-I, hal 22. 14 Zakiyah Daradjat , Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1989), Cet ke-II, hal 86. 15 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), Cet Ke-II, hal110-111.
Dengan dasar tersebut setiap aktivitas yang dilakukan manusia lebih terarah dan jelas sasaranya. Pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia mempunyai dasar-dasar yang cukup kuat. Dasar-dasar tersebut dapat ditinjau dari segi: a. Dasar Yuridis Hukum Yakni dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung ataupun secara tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama, di sekolah-sekolah ataupun dilembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia. Adapun dasar dari yuridis formal tersebut ada 3 macam, yakni: 1). Dasar Ideal Yakni dasar dari falsafah negara: Pancasila, di mana sila yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya harus beragama. Untuk merealisir hal tersebut, maka diperlukan adanya pendidikan agama kepada anak-anak, karena tanpa adanya pendidikan agama, akan sulit untuk mewujudkan sila pertama dari pancasila tersebut. 2). Dasar Struktural Yakni dasar dari UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: -
Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
-
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. Bunyi dari pada UUD tersebut diatas adalah mengandung pengertian
bahwa bangsa Indonesia harus beragama. Dalam arti orang-orang atheis dilarang hidup dinegara Indonesia. Meskipun, negara Indonesia bukanlah negara agama. Namun, negara melindungi umat beragama, untuk menunaikan ajaran agamanya dan beribadah menurut agama masing-masing. Karena itu, agar supaya umat
beragama tersebut dapat menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing diperlukan adanya pendidikan agama.16 3). Dasar Operasional Yang dimaksud dasar operasional ialah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia seperti yang disebutkan pada undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 sisdiknas tentang sistem pendidikan nasional, pada bab I tentang ketentuan umum pasal 1 yang berbunyi: bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.17 Begitu pula dalam pasal 30 ayat 1 sampai 5 yang menjelaskan tentang pelaksanaan pendidikan keagamaan yang berbunyi: 1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah, dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama. 3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. 4) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja, samanera, dan bentuk lain yang sejenis. 5) Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan (4), diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.18 16
Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, 25-26. Anggota IKAPI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sisdiknas Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokusmedia, 2006), hal 2. 18 Anggota IKAPI, Undang-Undang…, hal 16. 17
b. Dasar Religius Yang dimaksud dengan religius dalam uraian ini adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam ayat Al-Qur`an maupun Al-Hadits. Dalam ajaran Islam, melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya19. Dalam AlQur`an banyak ayat-ayat yang menunjukan adanya perintah tersebut, antara lain: 1). Dalam Surat Al-Alaq: ayat 1-5, yang berbunyi:
20
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya Al-Qur`an
sebagai
dasar
pendidikan
agama
Islam,
memiliki
pembendaharaan luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat manusia. Ia merupakan sumber pendidikan yang lengkap, baik pendidikan masyarakat (sosial), moral (akhlak), maupun spiritual (kerohanian), serta material (kejasmanian) dan alam semesta. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam harus senantiasa mengacu pada sumber yang termuat dalam Al-Qur`an. Dengan berpegang pada nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur`an, maka dalam pelaksanaan pendidikan Islam mampu mengarahkan dan
19
Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, 26. Departeman agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya, (Penerbit: PT. Karya Toha Putra Semarang), juz 30, hal 1079. 20
mengantarkan manusia menjadi insan yang berakhlak mulia, serta mampu mencapai esensi-esensi nilai ubudiyah pada khaliknya.21 Dari penjelasan-penjelasan di atas tidak lah berlebihan kalau kitab AlQur`an sebagai sumber utama bagi pendidikan Islam. 2). Hadits Nabi
اﺧﺒﺮﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻳﻮﺳﻒ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﺛﺎﺑﺖ ﺑﻦ,ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻳﺤﻲ ﻋﻦ اﺑﻲ آﺒﺸﺔ اﻟﺴﻠﻮﻟﻲ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ, ﻋﻦ ﺣﺴﺎن ﺑﻦ ﻋﻄﻴﺔ,ﺛﻮﺑﺎن اﻟﻌﺎﺑﺪ اﻟﺸﺎﻣﻲ ﺑﻦ ﻋﻤﺮو ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻲ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﺑﻠﻐﻮا ﻋﻨﻲ وﻟﻮ اﻳﺔ وﺣﺪﺛﻮا ﻋﻦ ﺑﻨﻲ اﺳﺮاﺋﻴﻞ وﻻﺣﺮج وﻣﻦ آﺬب ﻋﻠﻲ ﻣﺘﻌﻤﺪا ﻓﻠﻴﺘﺒﻮ ْا ﻣﻘﻌﺪﻩ ﻣﻦ اﻟﻨﺎر هﺬا ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ ﺻﺤﻴﺢ Artinya: Muhammad bin Yahya menceritakan kepada kami, Muhammad bin Yusuf memberitahukan kepada kami dari Abdurrahman Tsabit bin Tsauban Al-Abid Asy Syami, dari Hasan bin Athiyah, dari Abu Kabsyah As-Saluli dari Abdullah bin Amr berkata:” Rasulullah Saw bersabda: ‘sampaikanlah dariku walaupun satu ayat, dan ceritakanlah apa yang datang dari bani israil dan tidak ada dosa, dan barang siapa berdosa atasku dengan sengaja, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di dalam neraka” Hadits ini adalah hasan shahih.22 Dalam dunia pendidikan, peran As-Sunnah memliki dua peranan pokok: a). As-Sunnah, mampu menjelaskan konsep pendidikan Islam sebagaimana terdapat dalam Al-Qur`an dan menerangkan hal-hal yang rinci yang tidak terdapat di dalamnya. b). As-Sunnah dapat menjadi contoh yang tepat dalam menentukan metode pendidikan. Misalnya kita dapat menjadikan kehidupan rasulullah dengan para sahabatnya sebagai sarana penanaman keimanan Ayat dan hadits diatas memberikan penjelasan kepada kita bahwa dalam ajaran Islam memang ada perintah untuk mendidik manusia dan mengajarkan
21
Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, 27. Mohammad Zuhri. Dipl, Tafl dkk, Terjamah Sunan At-Tirmidzi (Semarang:: CV, Asy Syifa), Juz 4, hal 294. 22
agama, baik pada keluarga maupun kepada orang lain sesuai dengan kemampuannya (walaupun hanya sedikit). c. Dasar Sosial Psikologis Semua manusia selama hidup di dunia ini selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. Mereka akan merasa tenang dan tenteram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Zat Yang Maha Kuasa23. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT surat Ar-Ra`d(13):28, yang berbunyi :
☺ Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.24 Karena itu, maka manusia akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada tuhan, hanya saja cara mereka mengabdi dan mendekatkan diri kepada tuhan itu berbeda-beda sesuai dengan agama yang dianutnya. Itulah sebabnya bagi orang-orang muslim diperlukan adanya Pendidikan Agama Islam, agar dapat mengarahkan fitrah meraka ke arah yang benar sehingga mereka akan dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran agama Islam.25 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam Segala usaha yang dilakukan tentu saja mempunyai tujuan, sebab tujuan merupakan salah satu yang diharapkan setelah usaha atau kegiatan selesai dilakukan. Tujuan merupakan faktor yang penting dalam suatu kegiatan/usaha.
23
Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, 28. Departeman agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya..., hal 373. 25 Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran..., hal 28-29. 24
Demikian pula dalam proses pendidikan, tanpa adanya suatu tujuan maka akan menimbulkan ketidaktentuan dalam prosesnya. Pendidikan agama Islam adalah bagian yang integral dari pendidikan nasional pendidikan agama merupakan suatu segi dari pada keseluruhan pendidikan anak didalam GBHN tujuan umum dari pendidikan agama sebagaimana dikutip oleh Zakiah Darajat dikatakan bahwa tujuan pengajaran agama yaitu membina manusia beragama, berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah laku tindakan keseluruhan hidupnya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan hidup di dunia dan akhirat.26 Tujuan pendidikan agama Islam dapat dirumuskan pula oleh para ahli, antara lain: a.
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, mengemukakan pendapat bahwa tujuan
pendidikan agama Islam yaitu: 1). Membina murid-murid untuk beriman kepada Allah, mencintai, mentaatiNya dan berkepribadian yang mulia. 2) Mengembangkan pengetahuan agama mereka dan mengenalkan adab sopan santun Islam, serta membimbing kecenderungan mereka untuk mengembangkan pengetahuan sampai mereka terbiasa bersikap patuh menjalankan ajaraan agama atas dasar cinta dan senang hati. 3). Memantapkan rasa keagamaan pada siswa-siswa, membiasakan diri berpegang pada akhlak mulia, dan membenci akhlak yang rendah 4). Membimbing siswa ke arah sikap yang sehat yang dapat membantu mereka berinteraksi sosial yang baik dan memiliki hubungan baik dengan anggota masyarakat lainnya, mencintai kebaikan untuk orang lain dan memeliahara hak milik pribadi, negara, dan kepentingan umum. b. H. Mahmud Yunus menjelaskan tujuan pendidikan agama Islam sebagai berikut: 26
Zakiyah Daradjat ,Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Bumi Aksara,
1995), hal 177.
1). Menanamkan rasa cinta dan taat kepada Allah SWT dalam hati anak-anak, yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya. 2). Mendidik anak-anak dari kecil, supaya membiasakan akhlak yang mulia dan adat kebiasaan yang baik. 3). Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik, budi luhur, dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh dengan ajaran agama c.
Masaruddin Siregar mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam
bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT 27 Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tujuan akhir pendidikan agama Islam adalah membentuk kepribadian muslim yang bermoral, budi luhur, bertakwa kepada tuhan agar memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat. 4. Materi Pendidikan Agama Islam di SLTP Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara: a. Hubungan manusia dengan Allah SWT. Hubungan manusia dengan Allah Swt merupakan hubungan yang vertikal antara manusia dengan khalik, menempati prioritas utama dalam pendidikan agma Islam, isi ajarannya meliputi segi iman, islam dan ihsan. b. Hubungan manusia dengan sesama manusia. Merupakan hubungan yang bersifat horizontal, yaitu antara manusia dengan manusia dalam kehidupan, ruang lingkup pengajarannya berkisar pada pengaturan hak dan kewajiban antara manusia dengan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri Ini merupakan suatu hal yang amat penting, yaitu dengan memiliki rasa tanggung jawab, menjaga dan memelihara yang terdapat dalam diri manusia 27
Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, hal 29-33.
agar nantinya dapat menjaga diri dari hal-hal yang sifatnya dapat menjerumuskan kedalam suatu kehancuran, maka hanya dengan diri sendiri lah yang dapat melakukan ini semua. d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Hubungan manusia dengan alam sekitar, sekurang-kurangnya memiliki 3 arti bagi kehidupan anak didik, yaitu: 1). Mendorong anak didik mengenal dan memahami alam, sehingga ia menyadari kedudukannya sebagai manusia yang memiliki, dan dengan kemampuan untuk mengambil sebanyak-banyknya dari alam sekitar. 2). Dari pengenalan itu akan tumbuh rasa cinta dengan alam yang melahirkan kekaguman baik karena keindahan, maupun keanekaragaman kehidupan yang terdapat di dalamnya. 3). Pengenalan, pemahaman dan cinta alam. Ini mendorong anak melakukan penelitian
dan
eksperimen
dan
mengeksplorasi
alam,
sehingga
menyadarkan dirinya akan sunatullah dan kemampuan akan menciptakan suatu bentuk baru dan bahan-bahan yang ada disekitarnya. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) secara umum meliputi tujuh unsur pokok, yaitu: a). Keimanan
e). Muamalah
b). Ibadah
f). Syari’ah, dan
c). Al-Qur’an
g). Tarikh28
d). Akhlak Keimanan bersifat i`tijad, mengajarkan keesaan kepad Allah Swt, sebagai tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini. Ibadah yaitu mengerjakan semua rukun Islam, membicarakan hal-hal yang wajib dan sunah, yang membuat ibadah itu sah/batal, rukun, syarat dan lain-lain. Al-Qur`an adalah yang mengajarkan tentang cara membaca, memahami, menyalin, mengartikan dan menghayati isi kandungan al-Qur`an. Muamalah adalah yang mengajarkan 28
Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, hal 23-24.
tentang tata cara dalam menjalani kehidupan dalam masyarakat, seperti hukum jual beli, sewa-menyewa serta hak dan kewajiban dalam kehidupan sehari-hari. Syari`ah adalah mengajarkan tentang hal-hal yang berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukumnya guna mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan dan manusia dengan manusia. Akhlak adalah mengajarkan siswa untuk selalu berbuat baik kepada semua makhluk dan selalu memiliki sifat-sifat kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan tarikh adalah yang mengajarkan siswa untuk mampu mengambil hikmah/manfaat dari sejarah perkembangan Islam sejak masa kenabian, masa khulafaur rasyidin, sampai pada sahabat-sahabat nabi yang lain serta mampu meneladaninya. B. Pengertian sikap Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa objek. Hal ini sesuai dengan pengertian sikap yang dikemukakan oleh Dr. Sarlito Wirawan Sarwono bahwa sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.29 G.W.Allport (1935) mengemukakan bahwa “sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya.30 Ngalim purwanto mendefinisikan sikap sebagai suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang.31 Pengertian sikap juga dikemukakan oleh Dra, Zikri Neni Iska, M.Psi, yang menjelaskan bahwa sikap adalah kesiapan seseorang untuk beritndak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu, atau sikap juga dapat diartikan kecendrungan untuk bereaksi secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.32
29
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet Ke-II, hal 103. 30 Michael Adryanto, Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1994), Cet Ke III, hal 137. 31 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet Ke XVI, hal 141. 32 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Diri Dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother`s, 2006), Cet Ke-I, hal 109.
Dari pengertian sikap diatas sehingga penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa sikap ialah respon atau bentuk tubuh seseorang ketika melihat suatu objek yang dilihatnya yang akan menimbulkan suatu prilaku tertentu. 1. Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap Proses pembentukan dan perubahan sikap antara lain: a. Adopsi: Kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap. b. Diferensiasi: Hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, berkembang sejalan dengan berkembangnya inteligensi, pengalaman dan usia yang kemudian dipandang tersendiri terlepas dari jenisnya. Misalnya, balita yang mulanya takut dengan dengan orang dewasa yang bukan ibunya, maka lama
kelamaan
sesuai
dengan
perkembanganya
si-balita
dapat
membedakan antara bapaknya, bibinya, pamannya, dan kakanya, yang disukai dengan orang tidak disukainya. c. Integrasi: Pembentukan sikap terjadi secara bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan hal tertentu sehingga terbentuknya sikap mengenai hal tersebut. d. Trauma: Pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalamanpengalaman yang traumatis dapat menyebabkan terbentuknya sikap. Misalnya, orang yang pernah kecopetan di bis kota tidak mau dia naiki/gunakan.33 2. Aspek-aspek Sikap : a. Aspek Kognitif : yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal fikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang obyek atau kelompok obyek tertentu.
33
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar..., hal 109-111.
b. Aspek Afektif : Berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, dan sebagainya yang ditujukan kepada obyek-obyek tertentu. c. Aspek Konatif : Berwujud proses tendensi/kecederungan untuk berbuat suatu obyek, misalnya : kecenderungan memberikan pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya.34 Membahas mengenai sikap, maka secara tidak langsung mengajak penulis untuk membahas hal-hal yang masih ada kaitanya dengan masalah sikap itu sendiri, yang diantaranya adalah: akhlaq, Etika, Moral, Adat Kebiasaan, Kepribadian 1). Akhlak Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yang berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama. Secara linguistik (kebahasaan) kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghairu mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlaq adalah jama dari kata khuluqun atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlaq sebagaimana telah disebutkan di atas. Kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai pemakaiannya di dalam hadits sebagai terlihat berikut ini :
ﻋﻦ اﺑﻲ هﺮﻳﺮة ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ اآﻤﻞ اﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ اﻳﻤﺎﻧﺎ (اﺣﺴﻨﻬﻢ ﺧﻠﻘﺎ )رواﻩ اﺑﻮداود Artinya: Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Swa bersabda: Orang mu`min yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.(HR. Abu Daud) 35
اﻧﻤﺎ: اﻧﻪ ﻗﺪ ﺑﻠﻐﻪ ان رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل:ﺣﺪﺛﻨﻲ ﻋﻦ ﻣﺎﻟﻚ (ﺑﻌﺜﺖ ﻻﺗﻤﻢ ﻣﻜﺎرم اﻻﺧﻼق )روﻩ ﻣﺎﻟﻚ 34
Abu Ahmadi dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta), hal 162.
35
Imam Sulaiman As-Sajastani, Shahih Sunan Abu Daud, (Riyad: Al-Ma`rifat, t,t,p), Juz
3, hal 141.
Artinya: “Diberitahukan dari Malik, sesungguhnya telah sampai kepadanya (imam Malik), sesungguhnya rasulullah Saw bersabda: Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik” (HR. Malik).36 Hadits pertama menggunakan khuluq dengan arti budipekerti, dan hadits yang kedua menggunakan kata akhlaq untuk arti budipekerti. Dengan demikian kata
akhlaq
dan
khuluq
secara
kebahasaan
berarti
budipekerti,
adat
kebiasaan,perangai, atau segala sesuatu yang sudah menjadi suatu tabiat atau tradisi 37 Di dalam da`iratul ma`arif dikatakan
ن اﻻ َد ِﺑ ﱠﻴﺔ ِ ﺴﺎ َ ت اﻻ ْﻧ ُ ﺻ َﻔﺎ ِ ﻲ َ ق ِه ُ ﺧﻼ ْ َاﻻ Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik. Prof.Dr.Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak, contohnya bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan. Di dalam ensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan, (kesadaran etika dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia. Al-Mu`jam al-wasit menyebutkan definisi akhlak sebagai berikut:
ﺟ ٍﺔ َ ﺣﺎ َ ﻏ ْﻴ ِﺮ َ ﻦ ْ ﺷ ﱟﺮ ِﻣ َ ﺧ ْﻴ ٍﺮ َا ْو ِ ﻦ ْ ﻋ َﻤﺎ ُل ِﻣ ْ ﻋ ْﻨ َﻬﺎ ْا َﻻ َ ﺼ ُﺪ ُر ْ ﺨﺔ َﺗ َﺳ ِ ﺲ َرا ِ ﺣﺎ ُل ِﻟﻠ ﱠﻨ ْﻔ َ ﻖ ُ ﺨ ْﻠ ُ َ ْاﻟ ِا َﻟﻰ ِﻓ ْﻜ ٍﺮ َو ُر ْؤ َﻳ ٍﺔ Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahir macam-macam perbutan baik dan buruk, tanpa, membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. 38 Ibnu Miskawih dalam kitabnya Tahdzibul Akhlaq, mengatakan bahwa akhkaq adalah :
ﻏ ْﻴ ِﺮ ِﻓ ْﻜ ٍﺮ َو ُر ْو َﻳ ٍﺔ َ ﻦ ْ ﻋ َﻴﺔ َﻟ َﻬﺎ ِا َﻟﻲ ِا ْﻓ َﻌﺎ ِﻟ َﻬﺎ ِﻣ ِ ﺲ َدا ِ ﺣﺎل ِﻟﻠ ﱠﻨ ْﻔ َ 36
Imam Malik, Muwatha, Husnul Khuluk, (Madinah: Darul Harits, 1993), Juz I, hal 686. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak atau Budipekerti dalam Ibadah dan Tasawuf, (Jakarta : CV. Karya Mulia, 2005), hal 25-26. 38 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), Cet II, hal 2. 37
Artinya :”Sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (lagi)”. Sementara itu imam Al-Ghazali yang bergelar sebagai Hujjatul Islam (Pembela Islam), karena kepiawannya membela Islam dari berbagai paham yang menyesatkan, dengan agak lebih luas lagi yang dikemukakkan ibnu Miskawih di atas. Akhlak dalam konsepsi Al-Ghazali, sebagaimana yang telah dikutif oleh Muhamad Ardani, bahwa akhlak tidak hanya terbatas pada apa yang dikenal dengan ”teori menengah” dalam keutamaan seperti yang disebut oleh Aristoteles, dan pada sejumlah sifat keutamaan yang bersifat pribadi, tapi juga menjangkau sejumlah sifat keutamaan akali dan amali, perorangan dan masyarakat. Semua sifat ini berkerja dalam suatu kerangka umum yang mengarah kepada suatu sasaran dan tujuan yang telah ditentukan. Akhlak menurut Al-Ghazali, sebagaimana yang telah dikutif oleh Muhamad Ardani, bahwa akhlak mempunyai tiga dimensi: •
Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan tuhannya, seperti ibadah dan shalat.
•
Dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulannya dengan sesamanya.
•
Dimensi metafisis, yakni akidah dan pegangan dasarnya.39
Al-Ghazali memberi definisi akhlak sebagai berikut:
ﻋﻨﻬﺎ ﺗﺼﺪر اﻻﻓﻌﺎل ﺑﺴﻬﻮﻟﺔ وﻳﺴﺮﻣﻦ ﻏﻴﺮ,ﻋﺒﺎرة ﻋﻦ هﻴﺌﺔ ﻓﻰ اﻟﻨﻔﺲ راﺳﺨﺔ ﻓﺎن آﺎﻧﺖ اﻟﻬﻴﺌﺔ ﺑﺤﻴﺚ ﺗﺼﺪر ﻋﻨﻬﺎ اﻻﻓﻌﺎل اﻟﺠﻤﻴﻠﺔ,ﺣﺎﺟﺔ اﻟﻰ ﻓﻜﺮ وروﻳﺔ اﻟﻤﺤﻤﻮدة ﻋﻘﻼ وﺷﺮﻋﺎ ﺳﻤﻴﺖ ﺗﻠﻚ اﻟﻬﻴﺌﺔ ﺧﻠﻘﺎ ﺣﺴﻨﺎ وان آﺎن اﻟﺼﺎدر ﻋﻨﻬﺎ اﻻﻓﻌﺎل اﻟﻘﺒﻴﺤﺔ ﺳﻤﻴﺖ اﻟﻬﻴﺌﺔ اﻟﺘﻲ هﻲ اﻟﻤﺼﺪر ﺧﻠﻘﺎ ﺳﻴﺌﺎ Artinya: Akhlak adalah suatu sikap (bay`ah) yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya 39
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…, hal 27-28.
lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara, maka ia disebut akal yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbutan tercela, maka sikap tersebut di sebut akhlak yang buruk. Dengan demikian akhlak itu mempunyai empat syariat : a. Perbuatan baik dan buruk b. Kesanggupan melakukanya c. Mengetahuinya d. Sikap mental yang membuat jiwa cenderung kepada salah satu dua sifat tersebut, sehingga mudah melakukan yang baik atau yang buruk.40 Ibnu sina lebih menekankan akhlak pada hubungan yang sepantasnya terjadi antara individu dengan orang lain. Dalam kaitanya dengan filsafat akhlaknya ini Ibnu sina mengatakan bahwa manusia merupakan sasaran pengaruh materi, sehingga ia banyak melakukan kesalahan dan dosa, keadaan ini merupakan sebab utama yang menghambat manusia dalam memperoleh kebahagiaan sebagai tujuan hidupnya, oleh sebab itu, manusia harus mengetahui keburukan dan kekurangannya itu, lalu memperbaikinya. Untuk mengetahui akhlak diri sendiri itu, Ibnu sina mengemukakan dua cara, yaitu dengan cara mengenal akhlak diri sendiri melalui orang lain, setelah cara yang pertama ini ditempuh, dan masih terasa belum memiliki akhlak yang terpuji, maka hendaknya ia menempuh cara perbuatan yang terpuji dan mendatangkan pahala, serta menjauhi perbuatan tercela, yang mendatangkan siksa, dalam hal akhlak ini, Ibnu sina juga berbicara mengenai sifat-sifat terpuji dan tercela, keutamaan dan keburukan daya keinginan dan keutamaan yang tinggi dalam pembinaan akhlak.41 Dalam konsepnya akhlaq adalah suatu sikap mental (halun lin nafs) yang mendorong untuk berbuat tanpa pikir dan pertimbangan. Keadaan atau sikap jiwa
40
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…, hal 28-29. Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf (Dirasah Islamiyah IV), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001)Cet V, hal 94-95. 41
ini terbagi dua: ada yang berasal dari watak (tempramen) dan ada yang berasal kebiasaan dan latihan. Dengan kata lain tingkah laku manusia mengandung dua unsur: unsur watak naluri dan unsur usaha lewat kebiasaan dan latihan. Sedangkan menurut Al-Farabi, sebagaimana yang telah dikutif oleh Muhamad Ardani, ia menjelaskan bahwa akhlaq itu bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan oleh setiap orang.42 Jadi, pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran 43 Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tetanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya, sifat itu dapat terlahir berupa perbuatan baik disebut akhlak yang mulia atau perbuatan buruk, yang disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. Ruang lingkup akhlak mencakup hal-hal sebagai berikut: a). Pola hubungan manusia dengan Allah, seperti mentauhidkan Allah dan menghindari syirik, bertaqwa kepadanya, memohon pertolongan kepadanya dan lain-lain. b). Pola hubungan manusia dengan rasulullah saw, yaitu menegakkan sunah rasul, menziarahi kuburannya di madinah dan membacakan shalawat. c). Pola hubungan manusia dengan dirinya, seperti menjaga kesucian diri dari sifat rakus dan mengumbar nafsu, mengembangkan keberanian dalam menyampaikan yang hak dan memberantas kedzaliman. d). Pola hubungan dengan masyarakat, dalam konteks kepemimpinan, seperti menegakkan keadilan, berbuat ihsan, menjunjung tinggi musyawarah, 42 43
hal 1-3.
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf …,hal 29. Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), Cet II,
memandang kesederajatan manusia dan membela orang-orang yang lemah, mentaati
pemimpin,
dan
berperan
serta
dalam
kegiatan-kegiatan
kepemimpinan.44 2). Etika Perkataan etika berasal dari perkataan yunani etos yang berarti adat kebiasaan, di dalam ensiklopedi pendidikan diterangkan bahwa etika adalah sifat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Di dalam kamus istilah pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk). Pengertian etika dilihat dari suatu terminologi (bahwa etika ialah ilmu tentang sifat moral, tidak mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai tidak mengenai sifat tindakan manusia, tetapi tentang idenya. Di dalam dictionary education dikatakan bahwa etika adalah studi tentang tingkah laku manusia, tidak hanya menentukan kebenaranya, sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau kebaikan dari seluruh tingkah laku manusia. Etika sebagai salah satu dari cabang dari filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan tersebut, baik atau buruk, maka ukuran untuk menentukan nilai itu adalah akal fikiran atau dengan kata lain, dengan akallah orang dapat menentukan baik buruknya perbuatan manusia. Hamzah Ya`qub menyimpulkan/merumuskan sebagaimana yang telah di kutif oleh Franz Magnis Suseno : “Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal fikiran.45 Menurut Aristoteles bahwa etika adalah tindakan betul sejauh mengarah kepada kebahagiaan, salah sejauh mencegah kebahagiaan, etika Aristoteles bukan 44
Muslim Nurdin dkk, Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: CV ALVABETA, 1993), hal 205-209. 45 Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika Sejak Zaman Yunani Sampai Abad Ke-19, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), Cet 14, hal 40.
universalistic karena yang diperhatikan bukan akibatnya pada umumnya, melainkan akibat bagi si pelaku,. Karena itu, etika Aristoteles sering dikatakan termasuk etika EGOIS dalam arti bahwa yang menentukan adalah bagi si pelaku. Menurut Aristoteles orang hendaknya bertindak sedemikian rupa sehingga ia diarahkan kepada kebahagiaan. Etika Aristoteles juga disebut EUDEMONISME karena nilai tinggi adalah kebahagiaan. Cita-citanya adalah “HIDUP YANG BAIK”, euzen. Etika Aristoteles mau mengantar kepada cara hidup yang terasa bermakna, positif, bermutu, memuaskan.46 Pemakaian istilah etika sering disamakan dengan pengertian ilmu akhlak, namun antara keduanya mempunyai segi-segi perbedaaan dan persamaan, persamaannya antara lain terletak pada objeknya yaitu sama-sama membahas buruk baik tingkah laku manusia, sedangkan perbedaanya, etika menentukan buruk baik perbuatan manusia dengan tolak ukur akal fikiran, ilmu akhlak menentukannya dengan tolak ukur ajaran agama (Al-Qur`an dan Al-Hadits) 47 3). Moral Moral berasal dari bahasa latin mores yaitu jama dari mos yang berarti adat kebiasaan, di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah baik buruk perbuatan dan kelakuan. Dictionary education dijelaskan bahwa moral ialah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, buruk. Di dalam The Advenced learler`s Dictionary of Current English dikemukakan beberapa pengertian moral sebagai berikut: a). Prinsif-prinsif yang berkenaan dengan benar dan salah b). Baik dan buruk c). Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah d). Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik 46 47
Franz Magnis Suseno..., hal 41. Asmaran, Pengantar Studi...,hal 7.
Dengan melihat keterangan di atas, moral merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai/hukum baik dan buruk benar atau salah. Dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk dengan tolak ukur akal fikiran, dalam pembahasan moral tolak ukurnya adalah norma-norma yang hidup di masyarakat. Pengertian moral yang disebutkan di dalam Ensiklopedi Pendidikan adalah nilai dasar dalam masyarakat untuk memilih nilai hidup (moral), juga adat istiadat yang menjadi dasar untuk menentukan baik/buruk, maka untuk mengukur tingkah laku manusia baik atau buruk dapat dilihat dari persesuaiannya dengan adat istiadat yang umum diterima yang meliputi kesatuan sosial lingkungan tertentu, karena itu dapat dikatakan baik atau buruk yang diberikan secara moral hanya bersifat lokal.48 Sekarang dapat dilihat persamaan antara ilmu akhlak, etika dan moral, yaitu menentukan hukum atau nilai perbuatan manusia dengan keputusan baik atau buruk, perbedaan terletak pada tolak ukurnya masing-masing, ilmu akhlak dalam menilai perbuatan manusia dengan tolak ukur ajaran Al-Qur`an dan Sunnah, etika dengan pertimbangan akal fikiran dan moral dengan adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat. 49 4. Adat Kebiasaan Tiap suku atau bangsa mempunyai adat istiadat tertentu yang diwariskan dari nenek moyangnya, dipandang baik bagi orang yang megikutinya, dan dipandang buruk bagi siapa yang melanggarnya. Oleh karena itu, orang berusaha mendidik anak-anaknya agar dapat mengikuti adat istiadat yang ada dan jangan sampai melanggarnya. Menurut pendapat ini, suatu perbuatan dapat dikatakan baik bila ia sesuai dengan adat istiadat yang ada dimasyarakat dan dikatakan buruk bila ia menyalahinya. 48 49
Asmaran, Pengantar Studi…, hal 8. Asmaran, Pengantar Studi…, hal 9.
Jika diselidiki secara seksama adat istiadat itu tidak dapat sepenuhnya digunakan sebagai ukuran untuk menetapkan buruk baiknya perbuatan manusia, karena ada perintah atau larangan yang berdasarkan adat kebiasaan tidak dapat diterima oleh akal yang sehat. Pada orang jahiliyah (bangsa Arab) umpamanya, kebiasaan meguburkan anak perempuan yang masih bernyawa dianggap perbuatan yang mulia, tetapi bagi kita, perbuatan itu adalah perbuatan yang tercela50. 5. Kepribadian Gw Allport berpendapat bahwa personality atau kepribadian adalah suatu organisasi psikhopysis yang dinamis dari pada seseorang yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. May berpendapat bahwa personality itu merupakan perangsang bagi orang lain jadi bagaimana cara orang lain itu bereaksi terhadap kita itu lah kepribadian kita. Menurut prience, disamping disposisi yang dibawa sejak lahir berperan pula disposisi-disposisi psykhis lainya yang diperoleh dari pengalaman Akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa: a). Personality itu merupakan suatu kebulatan b). Kebulatan itu bersifat kompleks c). Kompleksnya itu disebabkan oleh karena banyaknya faktor-faktor dalam dan faktor-faktor luar yang ikut menentukan kepribadian itu. 51 Menurut Wetherington bahwa kepribadian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a). Manusia karena keturunannya mula sekali hanya merupakan individu dan kemudian barulah merupakan suatu pribadi karena pengaruh belajar dan lingkungan sosialnya.
50 51
Asmaran, Pengantar Studi…, hal 27 Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), Cet VII, hal 11.
b). Kepribadian adalah istilah untuk menyebutkan tingkah laku seseorang secara terintegrasikan dan bukan hanya beberapa aspek saja dari keseluruhan itu. c). Kata kepribadian menyatakan pengertian tertentu saja yang ada pada fikiran orang lain dan isi fikiran itu ditentukan oleh nilai perangsang sosial seseorang. d). Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis, seperti bentuk badan atau ras tetapi menyertakan keseluruhan dan kesatuan dari tingkah laku seseorang. e). Kepribadian tidak
berkembang secara pasif saja, setiap orang
mempergunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada lingkungan sosial.52 Dari keenam konsep di atas menentukan yang sangat erat sekali dengan sikap, akan tetapi konsep sikap yang apabila masuk kepada salah satu dari enam konsep di atas dapat berbeda-beda dalam hal penilaiannya terhadap sikap itu sendiri, misalnya baik buruknya perbuatan seseorang bila dinilai dari segi moral maka dapat di tentukan dengan nilai yang ada di dalam masyarakat, lain halnya dengan akhlak, baik buruknya perbuatan seseorang bila dinilai dari segi akhlak maka dapat ditentukan dengan nilai yang ada di dalam Al-Qur`an dan Sunnah, akan tetapi persamaannya adalah pada letak obyeknya yaitu sama-sama menilai baik buruk/benar salah tingkah laku manusia, dengan kata lain tingkah laku yang timbul dari diri seorang manusia, yang diawali dengan adanya sikap yang lahir akibat respon terhadap obyek/orang terlebih dahulu C. Konsep sosialisasi 1. Pengertian sosialisasi Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a participant member of socienty” proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. 52
Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), Cet IV, hal 88-89.
George herbert mead menguraikan tahap pengembangan diri (self) manusia. Manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. Pengembangan manusia ini berlangsung melalui beberapa tahap, tahap play stage, tahap game stage, tahap generalizez other. Menurut Mead play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang yang berada di sekitarnya. Pada tahap ini sang anak belum sepenuhnya memahami isi peran-peran yang ditirunya. Pada tahap game stage, seorang tidak hanya telah mengetahui peran yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Pada tahap ketiga sosialisas (generalized other), seorang anak dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat. Ia telah mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah memahami perananya sendiri serta peran orang lain dengan siapa ia berinteraksi.53 Sedangkan yang dimaksud dengan sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap obyek sosial.misalnya: sikap masyarakat terhadap bendera kebangsaan. Mereka selalu menghormatinya dengan secara khidmat dan berulang-ulang pada hari nasional di negara-negara tersebut.54 Bagi Islam bentuk disiplin sosial adalah kesadaran menghayati dan melakukan hak dan kewajiban bagi para pemeluknya, baik dalam sikap, prilaku, perkataan, perbuatan maupun pemikiran. Bila hak dan kewajiban masing-masing bisa dipenuhi, maka tentu akan timbul sikap-sikap solideritas sosial, toleransi, kerjasama dan lain-lain Sikap-sikap itu merupkan disiplin sosial yang sangat erat hubungannya dengan ajaran Islam yang mempunyai cakupan luas, seluas aspek kehidupan yang berarti, bahwa Islam sebenarnya mampu menjadi sumber referensi nilai bagi
53
Kamanto sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002), hal 23-28. 54 Abu Ahmadi dkk, Psikologi Sosial..., hal 163.
bentuk-bentuk kehidupan sosial. Lebih dari itu, mengaktualisasikan sikap-sikap itu dengan motivasi ajaran dan perintah agama, berarti melakukan ibadah.55 Sejalan dengan semangat Al-Qur`an yang bersifat sosiologis kemanusiaan yang berbunyi :
☺ ☺
⌧
☺ ☯ ⌧
⌧ ⌧ ⌧ ⌧ 56
Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dalam al-hadits pun banyak menyinggung betapa penting pendidikan dan ilmu pengetahuan dalam hubungannya dengan mengangkat status soaial masyarakat, untuk mewujudukan misi pendidikan Islam itu, seluruh komponen yang terdapat dalam pendidikan, seperti kurikulum, guru, metode, pendekatan, sarana
prasarana,
waktu,
dan
sebagainya
harus
dirancang
mempertimbangkan kepentingan sosial. 55 56
Mahfud Sahal, Nuansa Fiqih…,hal 260. Departeman agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya…, juz 4, hal 93.
dengan
Kurikulum yang biasanya berisi sejumlah mata pelajaran yang akan diajarkan, misalnya harus didasarkan pada asas manfaat, kepentingan anak didik, dan kepentingan sosial pada umumnya. Sejauh mungkin setiap mata pelajaran yang diajarkan tidak hanya berhenti pada segi kognitif dan keterampilan semata, tetapi harus pula memunculkan aspek pendidikan. Seorang guru yang mengajarkan matematika misalnya mengemban misi pengajaran dan pendidikan. Misi pengajaran adalah melatih agar anak didik menguasai teori dan rumus matematika serta menerapkannya dalam hitung-menghitung secara cepat, tepat dan benar sedangkan misi pendidikannya adalah membentuk pribadi anak agar memiliki kepribadian yang teliti, cermat, bekerja secara sistematis dan jujur. Sikap-sikap ini selanjutnya dijabarkan dan diterapkan di dalam kehidupan seharihari. Demikian pula pelajaran agama yang diberikan di sekolah-sekolah seharusnya tidak berhenti hanya sekedar menjadi pengetahuan dan keahlian, tetapi juga dapat membentuk perilaku. Dengan kata lain, pelajaran agama tersebut memiliki nilai taransformatif bagi kehidupan jika dalam pelajaran fiqih seorang anak diajarkan shalat, maka bagaimana shalat tersebut tidak hanya berhenti sekedar formalitas tanpa makna transformatif bagi kehidupan sosial. Padahal dalam ayat Al-Qur`an sudah dengan jelas bahwa shalat yang dikerjakan seseorang seharusnya dapat membentengi dirinya dari perbuatan yang keji dan munkar. Demikian pula dalam hadits qudsi dijelaskan bahwa shalat yang diterima oleh Allah adalah shalat yang menbuat pelakunya merendah diri terhadap kebesaran Allah, tidak bersikap sombong terhadap makhluk Allah, tidak berkeras menentang perintah Allah, tetapi senantiasa ingat kepada Allah dan menaruh perhatian dan kasih sayang kepada orang miskin, orang yang terlantar dalam perjalanan dan orang yang ditimpa kesusahan. Dengan demikian dalam konteks sosiologis, kurikulum pendidikan Islam harus dirancang untuk mewujudkan mata pelajaran yang diajarakan memiliki nilai transformatif bagi perbaikan sosial. hal ini perlu dilakukan, mengingat pendidikan Islam dengan kurikulum yang dibuatnya baru dapat menghasilkan
orang-orang yang pandai menguasai seperangkat ilmu agama dan umum, namun belum berhasil mentransformasikan nilai-nilai sosial kemanusiaan dari ilmu-ilmu tersebut.57 D. Sikap Keagamaan Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku yang berkaitan dengan agama. Sikap keagamaan terbentuk karena adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif persamaan terhadap agama sebagai komponen aktif dan perilaku terhadap agama sebagai komponen konatif, di dalam sikap keagamaan antara komponen kognitif, afektif dan konatif saling berintegrasi sesamanya secara kompleks. Pendidikan agama yang bersikap drissur, dan menggugah akal serta perasaan memegang peranan penting dalam pembentukan sikap keagamaan. Mc. Nair dan Brown (1983) dalam penelitiannya menemukan bahwa dukungan orang tua berhubungan secara signifikan dengan sikap siswa. Begitu juga Zakiah Daradjat (1988) mengatakan bahwa sikap keagamaan merupakan perolehan dan bukan bawaan. Ia terbentuk melalui pengalaman langsung yang terjadi dalam hubungannya dengan unsur-unsur lingkungan materi dan sosial, misalnya rumah yang tenteram, orang tertentu, teman orang tua, jamaah dan sebagainya. Walaupun sikap terbentuk karena pengaruh lingkungan, namun faktor individu itu sendiri ikut pula menentukan. Menurut siti partini pembentukan dan perubahan sikap dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1. Faktor internal, berupa kemampuan menyeleksi dan mengolah atau menganalisis pengaruh yang datang dari luar, termasuk di sini minat dan perhatian. 57
Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam Kapita Selekta Pendidikan Islam. (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001), h. 101-102.
2. Faktor eksternal, berupa faktor di luar diri individu yaitu pengaruh lingkungan yang di terima. Dengan demikian walaupun sikap keagamaan bukan merupakan bawaaan akan tetapi dalam pembentukan dan perubahannya ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal individu 58. Bila penulis dapat simpulkan,
antara sikap sosial keagamaan yang
penulis maksud di sini adalah bagaimana proses sosial yang lahir dari seorang siswa yang mereka dapatkan di sekolah, dapat bercorakkan dan bernilai sesuai dengan sikap keagamaan yang siswa peroleh dari pengalamannya, baik dari faktor internal maupun eksternal. Dalam proses pendidkan tidaklah tercapai suatu keberhasilan yang ingin dicapai, kalau tidak dibantu oleh faktor lain, yaitu kepala sekolah dan guru. Menurut penulis kedua faktor inilah yang dapat menentukan keberhasilan suatu proses pendidikan di sekolah.
1. Kepala sekolah Kepala sekolah adalah sebagai pemimpin di lingkungan sekolahnya tidak hanya wajib melaksankan tugas-tugas bagaimana harus mengatur seluruh program sekolah. Dia harus mampu memimpin dan mengarahkan aspek-aspek baik administratif maupun proses kependidikan disekolahnya, sehingga sekolah yang dipimpinnya menjadi dinamis dan dialektis dalam usaha inovasi. Peranan kepemimpinannya di sekolah harus digerakan sedemikian rupa sehingga pengaruhnya dapat dirasakan di kalangan staf dan guru-guru langsung atau tidak langsung. Oleh karena itu perilakunya sebagai orang yang memegang kunci dalam perbaikan administrasi dan pengajaran harus mampu menggerakkan kegiatan-kegiatan dalam rangka inovasi dibidang metode pengajaran, teknik
58
Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu..., hal 131-132.
mengajar, dalam mencobakan ide-ide baru dan mencobakan praktek baru, serta dalam bentuk manajmen kelas yang lebih efektif dan sebaginya. 59 Manajemen dapat dilihat sebagai proses kegiatan, sehingga ada kegiatan pimpinan (sebagai manajer) dan kegiatan pelaksana. Proses kegiatan pimpinan berjalan melalui lima tahap: a. Perencanaan (planning) b. Pengorganisasian (organizing) c. Pengarahan (direction) d. Pengkoordinasian (coordinating) e. Pengawasan (controling) Dalam menjalankan fungsinya sebagai manajer ini kepala sekolah perlu berpedoman pada prinsip-prinsip manajemen pendidikan di sekolah. Pada buku pedoman penyelenggaraan SPG yang diterbitkan oleh departemen pendidikan dan kebudayaan (1977:218) diketengahkan bahwa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penyelanggaraan manajemen sekolah antara lain ialah: 1) Perencanaan secara jelas, sederhana, fleksibel dan seimbang. 2) Organisasi tegas dan memiliki asas-asas: a) adanya kesatuan komando. b) adanya pengawasan yang terus menerus. c) adanya pembagian tanggung jawab yang seimbang d) adanya pembagian tugas yang logis dengan memperhatikan usia, masa kerja, pangkat dan kemampan. 3) Staffing secara tepat: the right man on the right place. 4) Pengarahan secara terus menerus oleh setiap unsur pimpinan kepada bawahan. 5) Koordinasi yang menimbulkan suasana kerja dan kerja sama secara harmonis. 6) Pengawasan secara cermat sehingga terhindar dari penyimpanganpenyimpangan kegiatan. 7) Pelaporan yang dapat dimanfaatkan untuk memelihara dan mengembangkan hal-hal yang baik dan mungkin dari terhalangnya kegagalan. 8) Pembiayaan yang hemat merata dan dapat dipertanggung jawabkan. 9) Pelaksanaannya berlangsung secara tertib, lengkap, tepat, dan cepat sehingga cepat dipakai. 10) Peka terhadap pembaruan agar dapat melayani proses pembaruan pendidikan. Menurut buku “Pedoman Administrasi dan supervisi“ (1978: 4-5) disebutkan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai manajer adalah: 1) Menguasai garis-garis besar program pengajaran (GBPP) 2) Bersama-sama guru menyusun program sekolah untuk satu tahun kegiatan. 59
H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam Dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),Cet I, hal 156.
3) Menyusun jadwal pelajaran 4) Mengkoordinasi kegiatan penyusunan model satuan pelajaran. 5) Mengatur pelaksanaan evaluasi belajar dengan memperhatikan syarat-syarat dan norma-norma penilaian. 6) Mencatat dan melaporkan hasil-hasil kemajuan kepada instansi atasan (Kanwil Dinas P dan K). 7) Melaksanakan penerimaan murid baru berdasar ketentuan dari dep P dan K. 8) Mengatur kegiatan program bimbingan penyuluhan (BP). 9) Meneliti dan mencatat kehadiran murid. 10) Mengatur program-program ke-kurikuler seperti UKS, Kepramukaan dan sebagainya. 11) Merencanakan pembagian tugas guru. 12) Mengusulkan formasi pengangkatan, kenaikan tingkat dan mutasi guru. 13) Mengatur usaha-usaha kesejahteraan personal sekolah. 14) Memelihara pencatatan buku sekolah. 15) Merencanakan, mengembangkan dan memelihara alat pelajaran peraga. 16) Mengatur pemeliharaan gedung dan halaman sekolah. 17) Memelihara perlengkapan sekolah. 18) Mengatur dan bertanggung jawab dalam pengelolaan keuangan sekolah. 19) Memelihara dan mengembangkan hubungan sekolah dengan masyarakat 20) Memelihara dan mengatur penyimpangan arsip kegiatan sekolah. 60 2. Guru Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, terdiri dari guru (pendidik) dan murid-murid/anak-anak didik. Antara mereka sudah barang tentu terjadi adanya saling hubungan, baik antara guru/pendidik dengan murud-muridnya maupun antara murid dengan murid. Para guru sebagai pendidik dengan wibawanya dalam pergaulan membawa 60
murid
sebagai
anak
didik
kearah
kedewasaan.
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet I, hal 182-185.
Memanfaatkan/menggunakan pergaulan sehari-hari dalam pendidikan adalah cara yang paling baik dan efektif dalam pembentukan pribadi dan dengan cara ini pula maka hilanglah jurang pemisah antara guru dengan murid. Sisa-sisa warisan penjajah berupa jurang pemisah antara guru dengan murid memang harus tidak ada lagi yaitu sikap guru yang memperlakukan murid seperti sikap seseorang terhadap binatang, melainkan sikap guru sebagai pendidik
menunjukan
dekatnya
hubungan
tetapi
tetap
memelihara
kewibawaannya 61 Guru adalah pendidik di sekolah yang menjalankan tugasnya karena suatu jabatan profesional. Profesi guru tidak dapat dipegang oleh sembarang orang yang tidak memenuhi syarat profesi tersebut. Pekerjaan profesi guru adalah pekerjaan yang cukup berat, namun mulia. Berat karena dipercaya dan diserahi tanggung jawab oleh orang tua murid (masyarakat)untuk mendidik anak-anaknya. Luhur dan mulia karena ini adalah tugas kemanusiaan, memanusiakan manusia. Menurut pandangan Islam memiliki ilmu yang diamalkan termasuk amal yang tidak akan putus dan akan mendapat pahala terus menerus dari Allah swt selama ilmu tersebut masih bermanfaat. Begitu juga seorang pendidik (guru).62 Imam Al-Ghazali menyusun sifat-sifat yang harus dimiliki guru sebagai berikut: a. Guru hendaknya memandang murid seperti anaknya sendiri: menyayangi dan memperlakukan mareka seperti layaknya anak sendiri. b. Dalam menjalankan tugasnya, guru hendaknya tidak menghrapkan upah atau pujian, tetapi hendaknya mengharapkan keridhaan Allah dan berorientasi mendekatkan diri kepadanya. c. Guru hendaknya memanfaatkan setiap peluang untuk memberi nasihat dan bimbingan kepada murid bahwa tujaun menuntut ilmu ialah mendekatkan diri kepada Allah, bukan memperolah kedudukan atau kebanggaan duniawi. 61
Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan..., hal 26 Soetinah Soewondo dan Anggota IKAPI, Dasar-Dasar Pendidikan, (Semarang: Effhar Offset, 1990), Cet I, hal 53. 62
d. Terhadap murid yang bertingkah laku buruk, hendaknya guru menegurnya sebisa mungkin dengan cara menyindir dan penuh kasih-sayang. e. Hendaknya guru tidak fanatik terhadap bidang studi yang diasuhnya, lalu mencela bidang studi yang diasuh guru lain. f. Hendaknya guru memperhatikan fase perkembangan berfikir murid agar dapat menyampaikan ilmu sesuai dengan kemampuan berfikir murid. g. Hendaknya guru memperhatikan murid yang lemah dengan memberinya pelajaran yang mudah dan jelas, serta tidak menghantuinya dengan hal-hal yang serba sulit dan dapat membuatnya kehilangan kecintaan terhadap pelajaran. h. Hendaknya guru mengamalkan ilmu, dan tidak sebaliknya perbuatannya bertentangan dengan ilmu yang diajarkannya kepada murid.63 Al-Kanani (w.733 H) dalam bukunya Tadzkirah al-Sami’wa alMutakallimin fi adab al-Alim wa al-muta”allim, mengemukakan persyaratan guru yang berkenaan dengan dirinya sendiri, pelajaran, dan muridnya. Pertama, syarat-syarat guru yang berhubungan dengan dirinya yaitu: a. Hendaknya guru senantiasa insaf akan pengawasan Allah terhadapnya dalam segala perkataan dan perbuatan bahwa ia memegang amanat ilmiah yang diberikan Allah kepadanya. b. Hendaknya guru memelihara kemuliaan ilmu. c. Hendaknya guru berzuhud. d. Hendaknya guru memelihara syiar-syiar Islam, seperti melaksanakan shalat berjamaah di masjid, mengucapkan salam, serta menjalankan amar ma`ruf dan nahi munkar. e. Guru hendaknya rajin melakukan hal-hal yang disunatkan olah agama, baik dengan lisan maupun perbuatan, seperti membaca Al-Qur`an, berdzikir, dan shalat tengah malam. f. Guru hendaknya memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulannya dengan orang banyak dan menghindarkan diri dari akhlak yang buruk. Kedua syarat-syarat yang berhubungan dengan pelajaran, yaitu: a. Sebelum keluar dari rumah untuk mengajar, hendaknya guru bersuci dari hadas dan kotoran serta mengenakan pakaian yang baik dengan maksud mengagungkan ilmu dan syariat. b. Ketika keluar dari rumah hendaknya guru berdoa agar tidak menyesatkan atau disesatkan, dengan terus berdzikir kepada Allah hingga sampai ke majlis pengajaran. 63
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999),Cet I, hal 97-99
c. Hendaknya guru mengambil tempat pada posisi yang membuatnya dapat terlihat oleh semua murid. d. Sebelum mulai mengajar, guru hendaknya membaca dari sebagian dari AlQur`an agar memperolah berkah dalam mengajar, kemudian membaca basmalah. e. Hendaknya guru mengatur volume suaranya agar tidak terlalu keras hingga membisingkan ruangan, tidak pula terlalu rendah hingga tidak terdengar oleh murid. f. Hendaknya guru menjaga ketertiban majlis dengan mengarahkan pembahasan pada objek tertentu. g. Guru hendaknya menegur murid-murid yang tidak menjaga sopan santun di dalam majlis. h. Guru hendaknya bersikap bijak dalam melakukan pembahasan, menyampaikan pelajaran, dan menjawab pertanyaan. i. Guru hendaknya menutup setiap akhir kegiatan belajar mengajar dengan katakata Wallahu a`lam (Allah maha tahu). Ketiga kode etik guru ditengah-tengah para muridnya, antara lain: a. Guru hendaknya mengajarkan dengan niat: mengharapkan ridha Allah. b. Guru hedaknya tidak menolak untuk mengajar murid yang tidak mempunyai niat tulus dalam belajar. c. Guru hendaknya memotifasi murid untuk menuntut ilmu seluas mungkin. d. Guru hendaknya mencintai muridnya seperti ia mencinatai dirinya sendiri. e. Guru hendaknya menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah dan berusaha agar muridnya dapat memahami pelajaran. f. Guru hendaknya bersikap adil terhadap semua muridnya. g. Guru hendaknya terus memantau perkembangan murid, baik intelektual maupun akhlak.64 Selain persyaratan guru di atas, adapula persyaratan lain yang harus di miliki oleh seorang guru, yaitu: a. Berijasah pendidikan guru. Ini merupakan persyaratan profesional. b. Sehat jasmani dan rohani. c. Memiliki knowledge, skill, dan attitude. Knowledge dalam arti guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup yang diperlukan untuk pekerjaan mendidik, skill dalam arti guru harus terampil dalam melaksankan tugasnya sebagai pendidik, Attitude dalam arti guru harus memilki sikap mental yang
64
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan…, hal 97-103.
positip terhadap pendidik, mencintai pekerjaannya, merasa terpanggil dan menyenangi pekerjaannya.65 Dalam buku pedoman Administrasi dan Supervisi yang di terbitkan Dep P dan K (1978): 4) tertulis tugas dan tanggung jawab guru sebagai manajer, sebagai berikut. a. Menguasai program pengajaran (garis-garis besar program) b. Menyusun program kegiatan mengajar. c. Menyusun model satuan pelajaran dan pembagian waktu. d. Melaksanakan tata usaha kelas, antara lain pencatatan data murid.66 D. Kerangka Berfikir Pendidikan agama Islam merupakan salah satu jalan untuk menumbuhkan kesadaran dalam diri seseorang akan pentingnya ajaran agama Islam dalam kehidupan, karena hanya dengan pendidikan agama Islam seseorang dapat menjalankan kehidupannya dengan sempurna sebagai seorang makhluk dimuka bumi. Salah satu tujuan dilaksanakanya pendidikan agama Islam adalah supaya seseorang itu dapat terbentuk menjadi manusia yang sempurna kepribadiannya, berakhlak mulia, bertaqwa kepada sang khalik serta mampu menjalankan hidupnya dengan mandiri tanpa bergantung dengan orang lain. Dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam seseorang dituntut untuk menyampaikan nilai-nilai ataupun norma-norma agama Islam serta mampu merepleksikannya dalam kehidupan sehari-hari melalui sikap sosial keagamaan dengan baik dalam institusi sekolah, keluarga dan masyarakat. Dalam hal diatas, nilai-nilai agama Islam serta pengetahuan dasar tentang sikap sosial keagamaan siswa akan menjadi penentu dalam besarnya kualitas sosial siswa semakin baik pendidkan agama yang diberikan maka akan semakin baik pula sikap sosial keagamaan yang akan dihasilkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendidikan agama Islam itu mempengaruhi sikap sosial 65 66
Soetinah Soewondo dan Anggota IKAPI, Dasar-Dasar Pendidikan…, hal 54. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan…, hal 170.
keagamaan siswa. Jika guru selalu menyalurkan atau memberikan pengajaran yang khusus berkaitan dengan masalah sosial maka akan meningkatkan kualitas bersosialisasi siswa sehingga apa-apa yang dilakukan siswa akan menjadi sempurna. E. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan : Ha :
Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara pendidikan Agama Islam dengan sikap sosial keagamaan siswa kelas II SLTP Negeri 253 Cipedak Jakarta Selatan di sekolah.
Ho :
Tidak ada pengaruh positif yang signifikan antara pendidikan agama Islam dengan sikap sosial keagamaan siswa kelas II SLTP Negeri 253 Cipedak Jakarta Selatan di sekolah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian
yang
dilakukan
dalam
penulisan
skripsi
ini
adalah
menggunakan penelitian lapangan. Data dan informasi dari objek penelitian digali dan diambil melalui pengamatan (observasi), angket (kuesioner) dan wawancara. Melalui ketiga cara ini diharapkan agar hasil yang diperoleh (pengaruh pendidikan agama Islam terhadap sikap sosial keagamaan siswa) mendekati gambaran yang sama dengan keadaan yang sebenarnya. A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SLTPN 253 cipedak jakarta selatan pada tanggal 12 sampai dengan tanggal 13 februari 2008. adapun alasan penulis memilih tempat penelitian di SLTPN 253 cipedak dikarenakan: 1. Letak lokasi SLTPN 253 yang dekat dengan rumah peneliti 2. Kemasyuran nama SLTPN 253 dalam hal kualitas sarana prasarana. sehingga penulis berkeinginan untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam yang ditetapkan di sekolah tersebut, dan pengaruhnya terhadap sikap sosial keagamaan siswa B. Variabel Penelitian Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang tetap dalam suatu kegiatan (points to be noticed), yang menunjukan variasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. 67 Istilah variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis penelitian. F.N.Kerlinger menyebutkan variabel sebagai suatu konsep seperti halnya laki-laki dalam konsep jenis kelamin, insaf dalam kesadaran. Prof. Drs. Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi: laki67
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), hal 12.
42
laki, perempuan, berat badan, karena ada berat 40 kg, 50 kg dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. Variabel dapat dibedakan atas yang kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari dan sebagainya. Contoh variabel kualitatif misalnya kemakmuran, kepandaian.68 Dengan demikian penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu: 1. Variabel
bebas
(independent
variabel)
adalah
variabel
yang
mempengaruhi yaitu pendidikan agama Islam. 2. Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang dipengaruhi yaitu sikap sosial keagamaan siswa. C. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini dilakukan suatu teknik pengambilan yang sangat baik, sehingga data yang diperoleh merupakan representasi data dari populasi yang ada. 3. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, peristiwa sebagai sumber data yang menilai karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.69 Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa yang sedang duduk di kelas VlII SLTPN 253 cipedak, jumlah populasi yang ada mencapai 280 responden dengan komposisi jumlah 40 anak per kelas dari 7 kelas yang ada. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populasi, guna menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data, maka penulis menggunakan teknik sampling. Dalam penelitian yang menjadi sampel sebanyak
68
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, hal 97 Herman Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 1992) hal 49. 69
15% dari jumlah populasi yang ada, dengan perhitungan 15% X 280 = 42 responden, ini berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan: `Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih`70 Sedangkan teknik pengambilan sampelnya dengan menggunakan teknik rendom sampling, yaitu dengan cara mengambil secara acak. D. Teknik pengumpulan data Untuk mendapatkan data yang obyektif dan benar dalam suatu penelitian diperlukan tekhnik dan cara tertentu yang tepat dan sesuai dengan bentuk dan jenis penelitian yang akan dilakukan . Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik: 1. Observasi Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan langsung secara sistematis terhadap objek yang sedang diteliti. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan keadaan lokasi objek penelitian, yaitu keadaan sekolah dan kegiatan pembelajaran PAI di SLTPN 253 cipedak jakarta selatan. 2. Wawancara Wawancara adalah pengumpulan data dan informasi dengan cara me ngajukan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk lisan secara terstruktur dan sistematis yang dilakukan kepada kepala sekolah dan guru agama Islam SLTPN 253 cipedak untuk memperoleh penguatan data yang valid. 3. Angket Angket yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan tertulis kepada siswa yang telah ditetapkan menjadi responden sebagai sampel penelitian dengan memberikan angket pertanyaan sebanyak 70
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta,1998) hal 112.
jumlah yang telah ditentukan. Adapun responden adalah siswa kelas
VIII
SLTPN 253 cipedak jakarta selatan. Angket/tes ini berisi 30 item, yang terdiri dari 15 item untuk variabel x dan 15 item untuk variabel y. Untuk lebih jelasnya dari ke 30 item pertanyaan tersebut dapat dilihat pada kisi-kisi angket pada tebel berikut. Tabel 1 Kisi-kisi Item Pertanyaan Angket Penelitian N0.
Variabel
Indikator
No Soal
Jumlah Item
1.
Pendidikan
Kegiatan yang dilakukan
Agama
guru
Islam
materi pelajaran PAI
sebelum
1, 2
2
4, 5
2
6
1
3, 7, 8,
5
memulai
Ketertarikan siswa untuk mengikuti pelajaran PAI Kemampuan siswa dalam memahami materi PAI Usaha
Siswa
dalam
memahami materi PAI Kemampuan guru dalam
9,10, 11 12
1
mengajar Keteladanan guru dalam
13, 14
memberi contoh yang baik Motifasi orang tua kepada anaknya di dalam belajar
15
2
1
2.
Sikap
Sikap
sosial
Sosial
tertanam di dalam diri
Keagamaan
siswa Usaha
yang
siswa
dalam
16
1
17
1
memberikan contoh yang baik
terhadap
sesama
teman Pengamalan keagamaan didapatkan
sikap 18, 19, 20, yang
telah
siswa
5
21, 22
di
sekolah Usaha
guru
dalam
23
1
24
1
25
1
26
1
27
1
28
1
menanamkan sikap sosial keagamaan kepada siswa Usaha
guru
pencegahan
dalam kenakalan
yang terdapat pada diri siswa Keperdulian terhadap
siswa sesama
temannya Usaha siswa mematuhi perintah guru di sekolah Motifasi orang tua dalam menciptakan
sikap
keagamaan pada diri anak Pengamalan sikap sosial keagamaan
pada
siswa dan orang lain.
diri
Sikap
yang
diamalkan
29, 30
2
siswa ketika sampai di rumah.
F. Teknik Pengolahan dan Analisa data 1. Teknik pengolahan data Dalam pengolahan data, penulis menempuh cara sebagai berikut: a. Editing Mengedit
adalah
memperhatikan
susunan
mempersiapkan
naskah
bagian-bagiannya,
untuk
dicetak
peraturan
dengan
paragrafnya,
perwajahannya, ejaan dan salah-salah titik (tulisan) dan sebagainya.71 Akan tetapi mengedit yang penulis maksud di sini adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan kepada responden dan diserahkan kembali kepada penulis. Kemudian memeriksa satu persatu angket tersebut. Bila ada jawaban yang diragukan atau tidak dijawab, maka penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya. Tujuannya adalah mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang telah diselesaikan. b. Coding Setelah
data-data
tersebut
diedit,
lalu
penulis
mengkode
dan
mengelompokan data-data tersebut berdasarkan kategori pembahasan. c. Tabulating Langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan memindahakan jawaban yang terdapat di dalam angket dan telah dikelompokkan ke dalam 71
J.S. Badudu dan Mohammad Zain, Kamus Umum..., hal 370.
bentuk tabel frekuansi. Ini untuk memudahkan penulis dalam mengolah data yang telah diedit. 2. Teknik analisa data Adapun data yang berasal dari hasil observasi, wawancara, dan angket dianalisa
dengan menggunakan teknik deskriptif analisis. Yang dimaksud
dengan deskriptif analisis adalah menggambarkan apa adanya, kemudian dianalisa. Langkah pertama adalah menentukan skoring semua pertanyaan, data yang diperoleh ditabulasikan berdasarkan skor/nilai dengan cara, jawaban yang berupa hurup akan dirubah menjadi nilai angka, yaitu sebagai berikut a. Untuk jawaban A, diberi nilai 4 b. Untuk jawaban B, diberi nilai 3 c. Untuk jawaban C, diberi nilai 2 d. Untuk jawaban D, diberi nilai 1 Langkah selanjutnya adalah perhitungan terhadap data yang sudah diberi skor. Data yang terkumpul dianalisa secara kuantitatif melalui tabel distribusi frekuensi dengan persentase. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus: P = F x 100 % N P = Angka prosentase/prosentase yang dicari F = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya N = Number of Cases(jumlah frekuensi atau banyaknya individu)72 Serta untuk mengetahui berpengaruh atau tidaknya pendidikan agama Islam terhadap upaya peningkatan sikap sosial keagamaan siswa, selain itu pula penulis juga menggunakan rumus “r” Product Moment untuk mencari titik nilai korelasi antara variabel pendidikan agama Islam(Variabel X), dengan sikap sosial keagamaan siswa (Variabel Y). Adapun rumus product Moment tersebut adalah sebagai berikut: Mencari angka korelasi dengan rumus: 72
ke 9, h.40
Anas Sudijono, Pengantar Statistic Pendidikan, (Jakarta :PT Raja Grafindo,1999), cet
NΣ xy − (Σ x) (Σ y)
rxy
=
r xy
=Angka
N
= Namber of cases
(N Σx
2
− (Σ x) 2 N Σy 2 − (Σ y)2
indeks
korelasi
antara
)
variabel
X
dan
variabel
Y
∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y ∑X
= Jumlah skor X
∑Y
= Jumlah seluruh skor Y Setelah nilai rxy diketahui, maka penulis memberikan interpretasi
terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment melalui interpretsi terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment. Tabel 2
Interpretasi data Besarnya “r”
Interpretasi
Product Moment 0, 00 – 0, 20
Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga pengaruh itu diabaikan
0, 20 – 0, 40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah dan rendah
0, 40 – 0, 70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup
0, 70 – 0, 90
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat dan tinggi
0, 90 – 1, 00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat
Interpretasi terhadap indeks korelasi product moment dengan jalan berkonsultasi pada tabel nilai "r" product moment, apabila cara ini akan ditempuh maka prosedur yang akan dilalui adalah sebagai berikut: a). Merumuskan hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis nihil (Ho).
b).Menguji kebenaran dari hipotesa yang telah dirumuskan dengan jalan membandingkan besarnya "r" product moment dengan "r" yang tercantum dalam tabel (r) baik pada taraf signifikansi 10% maupun 5% namun lebih dahulu mencari derajat besarnya (db) atau degree of freedomnya (df). Rumusnya :
df = N-nr
Keterangan:
df : degree of freedom (derajat bebas) N : Jumlah subjek penelitian (sample) nr : Jumlah variabel
Kerena jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 42, maka df nya adalah (42-2=40), jika r dihitung lebih besar dari tabel maka korelasinya dianggap signifikan atau Ho ditolak dan Ha diterima, namun jika hasil perhitungan lebih kecil dari tebel nilai maka korelasi tidak signifikan atau Ho diterima dan Ha ditolak
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil umum SMP Negeri 253 Cipedak Jakarta Selatan
1. Sejarah berdirinya SMPN 253 SMPN 253 Cipedak Jakarta Selatan didirikan pada tahun 1987, dengan adanya dorongan dari lingkungan masyarakat sekitar, dan dianggap sangat penting pula oleh pemerintah pada saat itu, menurut informasi, sekolah ini dialokasikan untuk SMA, akan tetapi dikarenakan terdapat satu dan dua hal, maka dijadikanlah SMPN 253 yang berdekatan sekali dengan SMPN 131 Cipedak Jakarta Selatan. Adapun keadaan SMPN 253 Cipedak Jakarta Selatan pada saat itu, dengan akses jalan masuk kesekolah SMPN 253 yang sangat sederhana (masih tanah), dan sekolahnya pun berada ditengah-tengah perkebunan. Berkat usaha yang sungguh-sungguh dari pihak guru dan dengan adanya dorongan masyarakat setempat, sekolah SMPN 253 mengalami kemajuan yang sangat berarti, selain sarana dan prasarana yang terus dikembangkan, juga prestasi-prestasi yang dapat dibanggakan, baik dibidang akademik maupun non akademik. 2. Letak MTSN 253 Cipedak Jakarta Selatan SMPN 253, terletak di jalan antariksa kecamatan jagakarsa dan kelurahan ciganjur yang berada diperbatasan kota depok. Bila dilalui dari kawasan jalan Raden Mohamad Kahfi I, dapat ditempuh dengan menaiki mobil angkot m 20, lalu turun naik ojek motor atau dapat dilakukan dengan berjalan kaki, yang menempuh jarak ± 200 km. 3. Visi, Misi, Indikator, dan Tujuan SMPN 253 Cipedak Jakarta Selatan
Visi yang menjadi acuan bagi SMPN 253 yaitu Berprestasi, Trampil, dan Beriman. Misi SMPN 253 Cipedak Jakarta Selatan yaitu: Meningkatkan intensitas dan efektifitas KBM, meningkatkan hasil nilai rata-rata nilai ujian nasional, memotifasi siswa mengikuti ekstrakuriluler, melaksanakan praktek komputer seluruh siswa, melaksanakan muatan lokal keterampilan tata busana, dan yang terakhir adalah meningkatkan bimbingan keagamaan/kerohanian. Adapun indikatornya yaitu: Berprestasi di bidang akademik maupun non 51 akademik, tersedianya sarana dan prasarana yang cukup dan memadai, penguasaan teknologi komputer dan internet, pengembangan keterampilan tata busana, dan terbentuknya sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa.
40
Dan adapun tujuan SMPN 253 Cipedak Jakarta Selatan yang ingin dicapai yaitu: Melaksanakan program pembelajaran yang kreatif dan inovatif sesuai dengan tuntutan mata pelajaran, pencapaian hasil nilai rata-rata ujian nasional (UN) yang semakin meningkat sehingga peringkat sekolah semakin baik, pencapaian prestasi dibidang olah raga, khususnya atletik ditingkat kota madya
dan propinsi, meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai
teknologi tepat guna, penguasaan keterampilan di bidang tata busana bagi siswa secara umum dan keahlian dalam menjahit untuk siswa yang berbakat, peningkatan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur`an bagi siswa yang beragama islam, serta meningkatkan pengetahuan dan pemahaman agama, dan muatan Kurikulum. 4. Mata Pelajaran Adapun mata pelajaran yang diajarkan di SMPN 253 Cipedak Jakarta Selatan yaitu: Pendidikan Agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia,
bahasa
inggris,
matematika,
ilmu
pengetahuan
alam,
ilmu
pengetahuan sosial, seni budaya, pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan,yang terakhir adalah teknologi informasi dan komunikasi. B. Pimpinan, dan Tenga Pengajar.
1. Susunan Kepemimpinan.
Kepala Sekolah
: Bpk. Drs. Boniran, Bn.
Bidang Kurikulum
: Drs. Bambang Sunarta
Bidang Kesiswaan
: Eko Widayatno, S.Pd
2. Daftar Tenaga Pengajar Untuk menunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar, maka perlu didukung tenaga pengajar yang memadai yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Adapun tenaga pengajar yang terdapat di SMPN 253 Cipedak Jakarta Selatan, yaitu: Tabel 3 NO
Nama Guru
NO
Nama Guru
1
Indra Pramana, S.Komp
34
Priyono, S.Pd
2
H.Imam Hadi
35
Saini
3
Hj. Endang Suprihatin
36
Sri Suyamti, S.Pd
4
H. Murdja
37
Dra. Sri Hartati
5
Hj. Titin Restusari
38
Dra. Mujiarno
6
Sri Heru Sulistyowati
39
Dra. Setianingsih
7
Minik, S.Pd
40
Dra. Susi Herawati
8
Saryono, S.Pd
41
Dra. Tursini
9
Emmy Sofiah
42
St Supartini, BA
10
Syaripudin
43
Sri Prihatin,S.Pd
11
Drs. Nurhuda
44
Praptini Suryati
12
Jumbadi
45
Sumartin,S.Pd
13
Oong Sumbono
46
Sri Wahyuni, S.Pd
14
Dwi Sistyanty, S.Pd
47
Drs. Hermawi
15
Drs. Budiarto
48
Retno Asmoro, S.Pd
16
Nani Sumiati, S.Ag
49
Dewi Saribanon, S.Pd
17
Kuntjahya, S.Pd
50
Ambarwati, S.Pd
18
Tri Wisnu Raharjo
51
Mubarus Naibaho
19
Sudarmi
52
Karsiti, S.Pd
20
Jubaedah
53
Dra. Sutini
21
Ahmad
54
Dra. Sumarni
22
Ahmad Masturo
55
Dra. Susilo Madyo
23
Subekti, BA
56
Ari Susnita, S. Pd
24
Lies Nurmawati
57
Yul Mulyawati
25
Rosi Demora
58
Drs. Tajudin
26
Yami, S.Pd
59
Uripto, S.Pd
27
Nurhasanah
60
Sayuti, S.Ag
28
Drs, Suryoto
61
Pamilham, S.Pd
29
Drs. Ahmad Yahya
62
Juniati Hutahaean, S.Th
30
Drs. Anggara
63
Romdhoni, S.Pd
31
Dra. Sri Sutarti
32
Eni Jumartini
33
Sumantri
C. Keadaan Siswa SMPN 253 Cipedak Jakarta Selatan.
Jumlah peserta didik di SMPN 253 Cipedak Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 Kelas
Jumlah Siswa
Jumlah Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
VII
8 Kelas
193 Siswa
127 Siswa
320 Siswa
VIII
7 Kelas
150 Siswa
130 Siswa
280 Siswa
IX
9 Kelas
194 Siswa
166 Siswa
360 Siswa
Jumlah
24 Kelas
537 Siswa
423 Siswa
960 Siswa
D. Fasilitas SMPN 253 Cipedak Jakarta Selatan.
Adapun penunjang dalam kegiatan belajar mengajar sarana dan prasarana yang tersedia di SMPN 253 Cipedak Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5 No.
Sarana
Jumlah
Kondisi
1.
Ruang Belajar
24 Ruang
Layak Pakai
2.
Ruang Kepala Sekolah
1 Ruang
Layak Pakai
3.
Ruang TU
1 Ruang
Layak Pakai
4.
Ruang Guru
1 Ruang
Layak Pakai
5.
Ruang BP
1 Ruang
Layak Pakai
6.
Ruang UKS
1 Ruang
Layak Pakai
7.
Ruang perpustakaan
1 Ruang
Layak Pakai
8.
Ruang Laboratorium IPA
1 Ruang
Layak Pakai
9.
Ruang Laboratorium
1 Ruang
Layak Pakai
Komputer 10.
Ruang Pesona Matematika
1 Ruang
Layak Pakai
11.
Ruang API
1 Ruang
Layak Pakai
12.
Ruang Toilet
3 Ruang
Layak Pakai
Adapun keadaan alat kegiatan di SMPN 253 Cipedak Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6
No. 1.
Uraian
Jumlah
Kondisi
Marawis
1 Set
Layak Pakai
Qosidah
1 Set
Layak Pakai
Kesenian
Gambang Kromong 2.
1 Set
Layak Pakai
Lapangan Futsal
1 Unit
Layak Pakai
Lapangan Basket
1 Unit
Layak Pakai
Olah Raga
E. Kegiatan Kurikuler
Kegiatan kurikuler di SMPN 253 Cipedak Jakarta Selatan terdiri dari kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler, kegiatan intra kurikuler adalah kegiatan belajar mengajar yang mana kegiatan tersebut telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan diluar jam pelajaran yang mana kegiatan tersebut tidak ada kaitannya dengan kegiatan kurikuler dan bertujuan untuk menambah wawasan siswa. Kegiatan ekstra kurikuler tersebut adalah: Palang merah remaja, pramuka, paskibra, tae kwondo ,gambang kromong, kelompok ilmiah remaja (KIR), elektronika, english club (Sunday meeting club), paduan suara, lukis, marawis/qosidah, rohis (yasinan, baca tulis Al-Qur`an) dan rokris, atletik, futsal, basket. Ada beberapa kegiatan kurikuler yang dapat membantu siswa dalam membentuk sikap sosial, diantaranya adalah: 1. Kepramukaan Pramuka sebagai salah satu kegiatan pendidikan non formal, dapat dilaksanakan, dan dikembangkan dalam kegiatan ekstra kurikuler dan bahkan mungkin pula ditingkatkan sebagai kegiatan kurikulum. Kepramukaan disekolah dapat dipergunakan membantu siswa mengisi waktu senggang secara terarah, disamping untuk memberikan berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung yang bersifat praktis. Selain itu jelas bahwa melalui kepramukaan dapat dilakukan usaha menyalurkan bakat, minat dan kemampuan murid dalam suasana kependidikan yang lebih bebas. Sejalan dengan kegiatan organisasi murid, kegiatan kepramukaan dapat dimanfaatkan juga untuk mengembangkan sifat dan sikap serta ketrampilan memimpin dengan perkembangan sikap sosial dan berbagai aspek kepribadian
yang lain, yang memungkinkan murid memanfaatkannya setelah menjadi dewasa. Kegiatan kepramukaan sebagai alat kelengkapan sekolah memerlukan koordinasi yang efektif dalam arti dilakukan secara berencana dan terarah agar tidak menjadi kegiatan musiman yang timbul tenggelam tidak menentu. Untuk itu sekolah perlu ditunjuk seorang guru sebagai koordinator kepramukaan yang berkewajiban membina kegiatannya bekerja sama dengan kwartir daerah pramuka atau kwartir cabang pramuka setempat.73 2. Rohis Rohis (rohani Islam), merupakan salah satu kegiatan ekstrakulikuler (ekskul) siswa di sekolah. Bahkan rohis juga dibantu FKAR (Forum Kerja Sama Alumni Rohis). Rohis bisa menjadi wadah bagi mereka yang ingin mengembangkan bidang agama di sekolah, Dengan mengikuti kegiatan rohis, selain banyak teman, pengalaman berorganisasi, mereka juga mendapatkan tambahan pelajaran dan wawasan yang luas dalam memahami ilmu agama. Dengan tidak mengesampingkan pentingnya pendidikan yang bersifat umum, maka pendidikan agama adalah terpenting bagi seorang anak (generasi muda penerus bangsa). Karena pendidikan agama merupakan dasar dalam membentuk mental anak agar menjadi remaja yang beriman dan berilmu serta berjaya dimasa depan.74 F. Pengolahan dan Analisa Data.
Setelah diperoleh data berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada responden, kemudian data yang telah terkumpul itu diolah oleh penulis kedalam bentuk tabel deskriptif presentase agar dapat mudah dimengerti. Rumus yang digunakan pada deskriptif presentase yaitu: P = _F_ x 100 % N Variabel X (Pendidikan Agama Islam) Tabel 7 73
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta: PT. Tema Baru, 1989), Cet III, hal 150. 74 http://www.lampung post.com/cetak/cetak.php?id=2008022604203977.
Guru pendidikan agama Islam mengucapkan salam sebelum dan sesudah memberikan pengajaran
No.
1.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
33
78,6 %
B. Sering
2
4,7 %
C. Kadang-Kadang
7
16,7 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa guru pendidikan agama Islam selalu mengucapkan salam sebelum dan sesudah memberikan pengajaran, hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang memilih jawaban selalu sebanyak (78,6%), kadang-kadang (16,7%), sering (4,7%) dan tidak pernah (0%). Berdasarkan jawaban responden di atas, menunjukan bahwa, ketika guru pendidikan agama Islam, baik masuk dan keluar ruangan kelas yang hendak mengajar, selalu mengucapkan salam, menurut penulis hal ini dapat dicontoh oleh siswa, dan sekaligus dapat menjadikan sebagai suatu kebiasaan bagi siswa, ketika masuk dan keluar ruangan kelas besar kemungkinan siswa akan mengucapkan salam. Tabel 8 Guru pendidikan agama Islam dan siswa bersama-sama membaca do`a sebelum memulai pelajaran
No.
2.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
23
54,8 %
B. Sering
3
7,1 %
C. Kadang-Kadang
16
38,1 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa guru pendidikan agama Islam dan siswa bersama-sama membaca do`a sebelum memulai pelajaran, hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang memilih jawaban selalu sebanyak (54,8%), kadang-kadang (38,1%), sering (7,1%), dan tidak pernah (0%). Berdasarkan pada jawaban responden di atas, sehingga penulis dapat memberikan suatu kesimpulan, bahwa sebelum dimulainya pelajaran pendidikan agama Islam, guru dan siswa selalu membaca do`a, menurut penulis hal ini dapat mempengaruhi siswa untuk selalu memulai suatu pekerjaan dengan membaca do`a, baik ketika ingin memulai pelajaran ataupun berbagai aktivitas yang lain. Tabel 9 Siswa berdiskusi jika terdapat kesulitan dalam menjawab pertanyaan
No.
3.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
11
26,2 %
B. Sering
14
33,3 %
C. Kadang-Kadang
17
40,5 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa berdiskusi jika terdapat kesulitan dalam menjawab pertanyaan meskipun kadang-kadang, hal
ini dapat dilihat dari jawaban responden yang memilih jawaban kadang-kadang sebanyak (40%), sering (33,3%), selalu (26,2%) dan tidak pernah (0%). Melihat pada jawaban responden di atas, penulis dapat memberikan suatu kesimpulan, bahwa siswa kadang-kadang berdiskusi jika terdapat kesulitan dalam menjawab pertanyaan. Menurut penulis, hal ini dapat terjadi dikarenakan kurang adanya dorongan dari guru itu sendiri, dan apabila siswa selalu berdiskusi terhadap sebuah materi pelajaran, yang dianggap sulit, tentu saja banyak sekali manfaatnya, misalnya siswa dapat mengembangkan pemikiran yang siswa miliki, siswa dapat berfikir kritis, dan tentunya dapat memperoleh wawasan yang luas yang belum siswa dapatkan dari proses belajar mengajar yang berlangsung selama dikelas. Tabel 10 Siswa hadir dikelas mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam
No.
4.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
38
90,5 %
B. Sering
4
9,5 %
C. Kadang-Kadang
0
0%
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa lebih banyak menjawab selalu hadir dikelas untuk mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam, hal ini berdasarkan jawaban responden yang memilih jawaban selalu sebanyak (90,5%), sering (9,5%), kadang-kadang (0%), dan tidak pernah (0%). Berdasarkan pada jawaban responden diatas, sehingga penulis dapat memberikan suatu kesimpulan, bahwa dengan banyaknya jumlah responden sebanyak 90,5% yang hadir untuk mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam,
menunjukan bahwa adanya suatu kesungguhan siswa, untuk mengikuti proses belajar mengajar pendidikan agama Islam di kelas. Tabel 11 Ketertarikan mengikuti materi pendidikan agama Islam di kelas
No.
5.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
26
61,9 %
B. Sering
9
21,4 %
C. Kadang-Kadang
7
16,7 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa tertarik untuk mengikuti materi pendidikan agama Islam di kelas, hal ini berdasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban selalu sebanyak (61,9%), sering (21,4%), kadang-kadang (16,7%), dan tidak pernah (0%). Berdasarkan pada jumlah prosentase di atas, penulis dapat memberikan suatu kesimpulan, bahwa para siswa lebih banyak mengatakan tertarik untuk mengikuti materi pendidikan agama Islam di kelas meskipun masih ada satu dua orang yang belum tertarik. Berdasarkan pada hal tersebut, berarti guru pendidikan agama Islam telah berhasil mempengaruhi siswa untuk memperdalam pengetahuan siswa dalam pendidikan agama Islam. Tabel 12 Memahami materi pelajaran yang disampaikan guru pendidikan agama Islam.
No.
6.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
6
14,3 %
B. Sering
14
33,3 %
C. Kadang-Kadang
22
52,4 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa dalam penyampaian materi pelajaran yang disampaikan guru pendidikan agama Islam, siswa masih banyak yang belum memahami 100% secara langsung. hal ini didasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban kadang-kadang sebanyak (52,4%), sering (33,3%), selalu (14,3%), dan tidak pernah (0%). Berdasarkan nilai prosentase di atas yang hanya mencapai 14,3%, manunjukan bahwa siswa kurang memahami materi yang diberikan guru pendidikan agama Islam, hal ini dapat disebabkan dari berbagai faktor, misalnya dari cara penyampaian guru yang kurang jelas, ataupun memang dari siswa itu sendiri yang kurang memperhatikan pelajaran pada saat guru pendidikan agama Islam sedang menerangkan. Menurut penulis hal ini harus diperhatikan oleh guru yang bersangkutan demi mencapai tujuan pada setiap kali pelajaran pendidikan agama Islam.
Tabel 13 Siswa bertanya ketika terdapat pelajaran pendidikan agama Islam yang belum dapat difahami
No.
7.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
5
11,9 %
B. Sering
8
19,1 %
C. Kadang-Kadang
27
64,3 %
D. Tidak Pernah Jumlah
2
4,7 %
42
100 %
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa bertanya ketika terdapat pelajaran yang belum dapat difahami, hal ini berdasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban kadang-kadang sebanyak (64,3%), sering (19,1%), selalu (11,9%) dan tidak pernah (4,7%). Melihat pernyataan di atas, penulis dapat menyimpulkan, bahwa metode tanya jawab seusai penyampaian materi oleh guru dalam proses belajar mengajar harus diadakan, dikarenakan dengan adanya metode ini, seorang guru dapat mengukur sejauh mana pemahaman siswa dalam memahami materi pelajaran yang telah guru sampaikan. Tabel 14 Siswa memperhatikan guru ketika sedang memberikan materi pelajaran pendidikan agama Islam
No.
8.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
15
35,7 %
B. Sering
16
38,1 %
C. Kadang-Kadang
11
26,2 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa ketika guru sedang memberikan materi pendidikan agama Islam, siswa dapat memperhatikan dengan baik, meskipun masih ada yang kurang memperhatikan, tapi hanya sebagian kecil, hal ini berdasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban sering sebanyak (38,1%), selalu (35,7%), kadang-kadang (26,2%), dan tidak pernah (0%).
Berdasarkan pernyataan di atas, sehingga dapat disimpulkan, bahwa sebagian besar siswa memperhatikan guru ketika sedang memberikan materi pendidikan agama Islam. Adapun yang kurang memperhatikan, setidaknya guru dapat mensiyasatinya lagi, bagaimana caranya guru dapat mengelola keadaan kelas agar seluruh siswa dapat memperhatikan dengan baik. Tabel 15 Siswa mengulang materi pelajaran pendidikan agama Islam
No.
9.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
8
19,1 %
B. Sering
9
21,4 %
C. Kadang-Kadang
25
59,5 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa kadangkadang mengulang materi pelajaran pendidikan agama Islam yang telah diberikan guru di sekolah, hal ini dapat penulis lihat dari jawaban responden yang memilih jawaban kadang-kadang sebanyak (59,5%), sering (21,4%), selalu (19,1%), dan tidak pernah (0%). Berdasarkan pada keterangan di atas, penulis dapat menyimpulkan, bahwa faktor yang menyebabkan kurangnya siswa mengulang materi pelajaran pendidikan agama Islam, berawal dari diri siswa itu sendiri, akan tetapi menurut penulis, solusinya adalah bagaimana caranya orang-orang yang ada didekat siswa, dapat mempengaruhinya, baik guru di sekolah ataupun orang tua di rumah yang harus memperhatikan siswa, baik dengan memberikan pesan guru yang disampaikan setelah proses belajar mengajar pendidikan agama Islam, ataupun orang tua yang berusaha bertanya kepada anaknya sejauh perkembangan ilmu yang siswa dapatkan di sekolah
Tabel 16 Siswa mengerjakan tugas pendidikan agama Islam di rumah
No.
10.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
20
47,6 %
B. Sering
14
33,3 %
C. Kadang-Kadang
7
16, 7 %
D. Tidak Pernah
1
2,4 %
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa mengerjakan tugas pendidikan agama Islam di rumah, hal ini dapat penulis lihat dari jawaban responden yang memilih jawaban selalu sebanyak (47,6%), sering (33,3%), kadang-kadang (16,7%), dan tidak pernah (2,4%). Pernyataan yang dapat penulis simpulkan, bahwa kebanyakan siswa selalu mengerjakan tugas pendidikan agama Islam di rumah, ini menunjukan bahwa siswa bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas dan menjalankan amanat yang diberikan guru di sekolah.
Tabel 17 Siswa membawa buku pelajaran pendidikan agama Islam pada harinya
No.
11.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
38
90,5 %
B. Sering
3
7,1 %
C. Kadang-Kadang
1
2,4 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa membawa buku pelajaran pendidikan agama Islam pada harinya, hal ini dapat penulis lihat dari jawaban responden yang memilih jawaban selalu (90,5%), sering (7,1%), kadang-kadang (2,4%), dan tidak pernah (0%). Dari perolehan nilai prosentase di atas sebanyak 90,5%, manunjukan bahwa, siswa bersungguh-sungguh dan memiliki niat yang kuat untuk mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Tabel 18 Guru menjelaskan materi pelajaran pendidikan agama Islam dengan baik dan dapat di fahami
No.
12.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
14
33,3 %
B. Sering
12
28,6 %
C. Kadang-Kadang
16
38,1 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa guru pendidikan agama Islam masih terdapat sedikit kekurangan dalam menjelaskan materi pelajaran pendidikan agama Islam yang dapat difahami oleh siswa, hal ini di dasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban kadang-kadang (38,1%), selalu (33,3%), sering (28,6%) dan tidak pernah (0%).
Dari penjelasan di atas menunjukan bahwa siswa belum dapat memahami penjelasan guru pendidikan agama Islam dengan baik, dengan demikian guru pendidikan agama Islam masih harus dapat memperbaiki dalam proses mengajar, dan hendaknya guru dapat melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dan telah dijelaskan oleh guru, kemungkinan dapat dilaksanakan dengan suara yang lantang ketika mengajar atau dengan menggunakan metode gambar, dan sebagaiya. Tabel 19 Guru pendidikan agama Islam memerintahkan siswa untuk melaksanakan shalat lima waktu
No.
13.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
21
50 %
B. Sering
12
28,6 %
C. Kadang-Kadang
9
21,4 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa guru selalu memerintahkan siswa untuk dapat melaksanakan shalat lima waktu, hal ini di dasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban selalu sebanyak (50%), sering (28,6%), kadang-kadang (21,4%), dan tidak pernah (0%). Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan, bahwa siswa dapat melaksanakan shalat lima waktu, sekalipun masih ada yang belum mengerjakannya, dan dalam hal ini harus adanya pembiasaan dari dalam diri siswa itu sendiri.
Tabel 20 Guru pendidikan agama Islam mengajarkan tata cara ibadah kepada siswa.
No.
14.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
25
59,5 %
B. Sering
10
23,8 %
C. Kadang-Kadang
6
14,3 %
D. Tidak Pernah
1
2,4 %
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa guru selalu mengajarkan tata cara ibadah kepada siswa, hal ini didasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban selalu sebanyak (59,5%), sering (23,8%), kadang-kadang (14,3%), dan tidak pernah (2,4%). Berdasarkan keterangan di atas besar prosentase sebanyak 59,5%, sehingga dapat dikategorikan baik, maksudnya adalah guru selalu mengajarkan tata cara ibadah kepada siswa, dengan tujuan agar pelaksanaan shalat 5 waktu yang dikerjakan siswa tidak sia-sia, melainkan mendapatkan pahala dari Allah Swt. Tabel 21 Orang tua memotifasi siswa untuk mempelajari pendidikan agama Islam.
No.
15.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
34
80,9 %
B. Sering
8
19,1 %
C. Kadang-Kadang
0
0%
D. Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
42
100 %
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa orang tua selalu memotifasi siswa untuk dapat mempelajari pendidikan agama Islam, hal ini didasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban selalu sebanyak (80,9%), sering (19,1%), kadang-kadang (0%), dan tidak pernah (0%). Dari pernyataan di atas, penulis dapat menyimpulkan, bahwa pengaruh motifasi yang diberikan oleh orang tua kepada siswa sangat besar sekali, sebab keinginan orang tua adalah bagaimana caranya, anak-anak mereka dapat bersikap dan bertingkah laku dengan baik, tentu saja hal ini diperoleh dari proses belajar mengajar pendidikan agama Islam di sekolah. Variabel Y (Sikap Sosial Keagamaan Siswa) Tabel 22 Menolong teman yang sedang mendapatkan musibah
No.
16.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
14
33,3 %
B. Sering
17
40,5 %
C. Kadang-Kadang
10
23,8 %
D. Tidak Pernah
1
2,4 %
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa sering menolong teman yang sedang mendapatkan musibah, hal ini didasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban sering (40,5%), selalu (33,3%), kadang-kadang (23,8%), dan tidak pernah (2,4%). Dari hasil prosentase di atas, menunjukan bahwa, sikap keperdulian sesama teman sangat besar sekali, kesadaran menolong teman yang sedang
mendapatkan musibah, tentunya timbul dari kesadaran dalam diri siswa itu sendiri, tentu saja hal ini dihasilkan dari dasar keagamaan yang diperoleh baik dari sekolah ataupun dari orang tua di rumah. Tabel 23 Siswa memberikan contoh yang baik kepada teman-teman di sekolah
No.
17.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
7
16,7 %
B. Sering
11
26,2 %
C. Kadang-Kadang
24
57,1 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa kadangkadang memberikan contoh yang baik kepada teman-temannya di rumah, hal ini didasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban kadang-kadang sebanyak (57,1%), sering (26,2%), selalu (16,7%), dan tidak pernah (0%). Berdasarkan pernyataan di atas, menunjukan bahwa, siswa sedikit sekali yang perduli terhadap temannya dengan cara memberikan contoh atau suri tauladan yang baik kepada teman-temannya di sekolah, hal ini pula harus adanya pembiasaan dari dalam diri siswa, sekalipun masih ada sebagian kecil siswa yang perduli untuk memberikan contoh yang baik kepada temannya. Tabel 24 Siswa mengucapkan salam ketika bertemu guru di sekolah
No.
18.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
15
35,8 %
B. Sering
13
30,9 %
C. Kadang-Kadang
14
33,3 %
D. Tidak Pernah Jumlah
0
0%
42
100 %
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa selalu mengucapkan salam ketika bertemu guru di sekolah, hal ini didasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban selalu sebanyak (35,8%), kadangkadang (33,3%), sering (30,9%), dan tidak pernah (0%). Berdasarkan
pernyataan
di
atas,
penulis
dapat
menyimpulkan,
bahwasanya megucapkan dan menjawab salam sangat dianjurkan oleh ajaran agama Islam, dengan melihat prosentase di atas, kebanyakan siswa selalu mengucapkan salam ketika bertemu guru di sekolah, hal ini menunjukan bahwa sikap siswa kepada gurunya di sekolah dapat dikategorikan baik. Tabel 25 Tersenyum ketika berpapasan dengan guru dan teman-teman di sekolah
No.
19.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
25
59,6 %
B. Sering
14
33,3 %
C. Kadang-Kadang
3
7,1 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa selalu tersenyum ketika berpapasan dengan guru dan teman-teman di sekolah, hal ini di dasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban selalu (59,6%), sering (33,3%), kadang-kadang (7,1%), dan tidak pernah (0%). Melihat nilai prosentase antara jawaban A dan B sebesar 90%, maka dapat dikategorikan sangat baik, tersenyum adalah anjuran agama, secara tidak langsung berarti siswa telah mengamalkan anjuran agama tersebut, hal ini harus
dibiasakan agar hubungan dan sikap hormat siswa kepada guru menjadi semakin baik. Tabel 26 Siswa berkomunikasi dengan mengucapkan perkataan yang baik
No.
20.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
13
30,9 %
B. Sering
16
38,2 %
C. Kadang-Kadang
13
30,9 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa berkomunikasi dengan mengucapkan perkataan yang baik, hal ini didasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban sering sebanyak (38,2%), selalu (30,9%), kadang-kadang (30,9%), dan tidak pernah (0%). Agama Islam memerintahkan agar berkata dengan baik, sekaligus menjauhi perkataan yang buruk, melihat jawaban responden yang lebih banyak berkomunikasi dengan mengucapkan perkataan yang baik, berarti proses pendidikan agama Islam, di sekolah dapat memberikan pengaruh yang besar, meskipun masih terdapat kata-kata tidak baik yang keluar dari lisan, hal ini pula harus membutuhkan pembiasaan berkata baik dari faktor guru ataupun dari murid.
Tabel 27 Siswa menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih kecil darinya
No.
Alternatif Jawaban
21.
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
25
59,5 %
B. Sering
11
26,2 %
C. Kadang-Kadang
6
14,3 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih kecil, hal ini didasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban selalu sebanyak (59,5%), sering (26,2%), kadang-kadang (14,3%), dan tidak pernah (0%). Berdasarkan pada data di atas, menunjukan bahwa siswa lebih menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih kecil, namun adapula sebagian kecil siswa belum dapat menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih kecil, maka dalam hal ini tugas guru adalah menumbuhkan rasa kasih sayang kepada siswa, dengan demikian sedikit demi sedikit rasa ta`zim akan timbul dari dalam diri siswa kapada orang yang lebih tua darinya Tabel 28 Siswa bersikap sopan santun kepada guru
No.
22.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
16
38,1 %
B. Sering
12
28,6 %
C. Kadang-Kadang
14
33,3 %
D. Tidak Pernah Jumlah
0
0%
42
100 %
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa bersikap sopan santun kepada guru di sekolah, hal ini didasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban selalu sebanyak (38,1%), kadang-kadang (33,3%), sering (28,6%), dan tidak pernah (0%). Berdasarkan hasil jawaban pada responden di atas, menunjukan bahwa siswa selalu bersikap sopan santun kapada guru, baik di dalam atau di luar sekolah, hal ini penulis rasakan sendiri ketika penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut, diantara sikap sopan santun siswa kepada guru adalah dengan memberi salam dan berjabat tangan atau mencium tangan guru ketika bertemu. Tabel 29 Pesan guru untuk saling menyayangi sesama teman
No.
23.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
23
54,8 %
B. Sering
13
30,9 %
C. Kadang-Kadang
6
14,3 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa guru berpesan untuk saling menyayangi sesama teman, hal ini didasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban selalu sebayak (54,8%), sering (30,9%), kadang-kadang (14,3%), dan tidak pernah (0%). Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa, guru selalu berpesan kapada siswa agar saling menyayangi sesama teman, usaha yang guru laksanakan ini, merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan sikap solideritas terhadap teman,
dan harapan guru pula agar sikap solideritas ini akan tumbuh dan berkembang dimasa kehidupan siswa yang akan mendatang. Tabel 30 Guru menasihati siswa yang melanggar peraturan sekolah
No.
24.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
39
92,9 %
B. Sering
3
7,1 %
C. Kadang-Kadang
0
0%
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa guru menasihati siswa yang melanggar peraturan sekolah, hal ini didasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban selalu sebanyak (92,9%), sering (7,1%), kadang-kadang (0%), dan tidak pernah (0%). Berdasarkan pada nilai prosentase yang diperoleh sebesar 92,9%, ini menunjukan bahwa, besar sekali usaha guru dalam pencegahan perbuatan yang tidak baik yang dilakukan siswa di sekolah, dengan harapan agar perbuatan yang tidak baik tersebut tidak membekas di dalam diri siswa, dengan demikian siswa akan menyadari perbuatan mana yang boleh dikerjakan dan perbuatan mana yang harus ditinggalkan. Tabel 31 Menegur teman yang melakukan perbuatan yang tidak baik
No.
25.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
11
26,2 %
B. Sering
7
16,7 %
C. Kadang-Kadang
23
54,7 %
D. Tidak Pernah Jumlah
1
2,4 %
42
100 %
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa kurang perduli kepada teman yang melakukan perbuatan yang tidak baik, hal ini didasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban kadang-kadang sebanyak (54,7%), selalu (26,2%), sering (16,7%), dan tidak pernah (2,4%). Dari pernyataan di atas, penulis dapat menyimpulkan, bahwa keperdulian antara siswa dalam hal menegur teman ketika melakukan suatu perbuatan yang tidak baik masih dianggap kurang, akan tetapi ada beberapa responden yang sudah membiasakan hal tersebut dengan cara menegurnya, hal ini pula harus dikembangkan, dengan alasan sudah menjadi perintah agama, dan berusaha memiliki rasa tanggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain. Tabel 32 Siswa melaksanakan perintah guru di sekolah
No.
26.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
14
33,3 %
B. Sering
15
35,8 %
C. Kadang-Kadang
13
30,9 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa melaksankan perintah guru di sekolah, hal ini didasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban sering sebanyak (35,8%), selalu (33,3%), kadang-kadang (30,9%), dan tidak pernah (0%). Melihat pernyataan di atas, sehingga penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa siswa sering melaksankan perintah guru di sekolah, meskipun
masih ada yang menunda-nunda perintah guru tersebut, meskipun demikian tetap dilaksanakan, hal ini dikarenakan masih kurangnya keikhlasan suatu perbuatan yang dilakukan oleh siswa yang seharusnya lebih mengharapkan ridho Allah Swt. Tabel 33 Pesan orang tua agar berprilaku dengan baik
No.
27.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
39
92,8 %
B. Sering
2
4,8 %
C. Kadang-Kadang
1
2,4 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa orang tua berpesan agar siswa dapat berprilaku dengan baik, hal ini didasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban selalu sebanyak (92,8%), sering (4,8%), kadang-kadang (2,4%), dan tidak pernah (0%). Dari hasil nilai prosentase di atas, sehingga penulis dapat memberikan suatu kesimpulan bahwa, usaha orang tua dalam pembentukan sikap keagamaan siswa sangat besar sekali, dengan berdasarkan jawaban responden di atas yang memilih jawaban A dan B mencapi 90%, ini berarti dapat di kategorikan sangat baik. Tabel 34 Siswa bertingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam
No.
28.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
12
28,6 %
B. Sering
16
38,1 %
C. Kadang-Kadang
14
33,3 %
D. Tidak Pernah Jumlah
0
0%
42
100 %
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam, hal ini didasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban sering sebanyak (38,1%), kadang-kadang (33,3%), selalu (28,6%), dan tidak pernah (0%). Melihat
pernyataan
di
atas,
menunjukan
bahwa
siswa
dapat
bertingkahlaku yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam, menurut penulis hal ini dapat timbul dari pengalaman yang siswa dapatkan di sekolah meskipun masih ada yang menjawab kadang-kadang. Untuk mencarikan solusinya adalah harus adanya pembiasaan diri untuk bertingkah laku yang sesuai dengan ajaran agama Islam, baik yang diperintahkan ataupun yang wajib ditinggalkan. Tabel 35 Siswa mengucapkan salam dan mencium kedua tangan orang tuanya sesampainnya di rumah.
No.
29.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
18
42,9 %
B. Sering
13
30,9 %
C. Kadang-Kadang
11
26,2 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa responden yang memilih jawaban selalu (42,9%), sering (30,9%), kadang-kadang (26,2%), dan tidak pernah (0%).
Melihat hasil perolehan nilai di atas, menunjukan bahwa, ketika siswa pulang sekolah dan sesampainya di rumah siswa selalu mengucapkan salam dan mencium kedua tangan orang tuanya, ini berarti ajaran yang mengajarkan untuk selalu menghormati kedua orang tua sudah dapat diamalkan oleh siswa dalam segi perbuatan, sekalipun masih ada yang kadang-kadang melakukannya. Tabel 36 Siswa patuh kepada orang tua di rumah
No.
30.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
A. Selalu
18
42,9 %
B. Sering
15
35,7 %
C. Kadang-Kadang
9
21,4 %
D. Tidak Pernah
0
0%
42
100 %
Jumlah
Sumber: Penyebaran angket siswa kelas VIII SMPN 253 Cipedak Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukan bahwa siswa patuh kapada orang tua di rumah, hal ini didasarkan atas jawaban responden yang memilih jawaban selalu sebanyak (42,9%), sering (35,7%), kadang-kadang (21,4%), dan tidak pernah (0%). Dari hasil nilai prosentase di atas, menunjukan bahwa siswa selalu patuh kepada orang tua di rumah, rasa patuh yang tertanam dan diaktualisasikan dalam setiap perbuatan pada diri siswa adalah merupakan hasil yang diperoleh dari proses pendidikan agama Islam baik yang diajarkan oleh guru di sekolah ataupun sikap kedisiplinan yang ditanamkan pada diri siswa oleh kedua orang tuanya di rumah. Setelah data yang telah dikumpulkan diteliti, dan telah dijelaskan dalam sebuah tabel, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis terhadap hasil-hasil yang telah diperoleh dengan menggunakan analisis korelasi yaitu suatu tekhnik
untuk menentukan sampai sejauh mana terdapat hubungan atau pengaruh antara dua variabel. Selanjutnya untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Sikap Sosial Keagamaan Siswa Kelas VII SLTPN 253 Cipedak Jakarta Selatan di Sekolah. dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 37
Pendidika Agama Islam Soal
Siswa
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
4
3
3
4
4
3
2
3
2
3
4
4
3
3
4
49
2
2
2
4
4
4
2
2
2
2
3
3
2
3
4
4
43
3
2
2
4
4
3
3
4
2
3
2
4
4
4
4
4
49
4
4
4
2
3
4
4
2
4
3
3
4
4
4
4
4
53
5
4
2
3
4
4
2
3
3
2
3
4
3
2
4
4
47
6
3
2
3
4
3
2
3
2
2
3
4
4
4
3
4
46
7
4
2
3
3
2
2
2
2
4
4
4
2
3
3
4
44
8
2
4
3
3
3
2
2
2
2
1
4
2
3
3
4
40
9
4
2
2
4
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
51
10
2
2
4
4
4
2
2
3
2
3
4
2
4
4
4
46
11
4
2
3
4
4
3
2
4
2
3
4
3
3
2
3
46
12
2
2
2
4
2
2
2
4
2
4
4
3
4
4
4
45
13
4
4
2
4
4
3
3
3
4
4
4
3
4
4
4
54
14
4
4
3
4
4
3
3
3
2
3
4
3
3
3
4
50
15
4
2
4
4
4
3
4
3
3
4
4
2
4
4
4
53
16
4
2
4
3
2
2
2
4
4
4
3
4
3
3
3
47
17
4
2
2
4
4
4
2
4
2
4
2
2
4
2
4
46
18
4
4
4
4
4
3
2
3
2
3
4
4
4
4
4
53
19
4
4
3
4
4
3
2
4
2
4
4
3
3
4
3
50
20
4
4
3
4
4
4
2
4
3
4
4
4
2
4
4
54
21
4
2
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
56
22
4
3
2
4
3
2
1
2
2
2
4
2
4
2
4
41
23
4
4
3
4
4
2
2
2
2
4
4
2
4
4
4
49
24
3
2
2
4
2
2
3
3
2
2
3
2
4
3
4
41
25
4
2
2
4
4
2
2
4
2
4
4
3
4
4
4
49
26
4
4
2
4
4
2
2
3
4
2
4
2
3
4
3
47
27
4
4
4
4
2
3
2
3
2
4
4
3
2
2
3
46
28
4
3
2
4
3
3
2
2
3
2
4
2
2
2
3
41
29
2
4
2
4
4
2
2
4
2
3
4
2
2
4
4
45
30
2
4
3
4
4
2
1
2
3
2
4
2
4
4
3
44
31
4
4
4
4
4
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
51
32
4
4
3
4
3
2
2
3
2
3
4
3
2
2
4
45
33
4
4
2
4
4
2
2
4
2
4
4
4
2
1
4
47
34
4
4
3
4
3
3
2
4
3
4
4
4
3
4
4
53
35
4
4
4
4
4
2
2
4
2
3
4
3
2
3
4
49
36
4
2
2
4
3
4
2
4
3
4
4
3
2
3
4
48
37
4
4
4
4
4
2
2
3
2
2
4
3
4
4
3
49
38
4
4
3
4
4
2
4
2
4
4
4
2
3
4
4
52
39
4
4
2
4
2
3
4
3
4
4
4
2
3
4
4
51
40
4
4
2
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
56
41
4
4
2
4
4
2
4
4
2
4
4
4
4
4
4
54
42
4
4
3
4
2
3
3
3
2
3
4
2
4
3
4
48 ∑ 2028
Tabel 38
Sikap Sosial Keagamaan Soal
Sis
Jumlah
wa
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1
4
2
4
3
2
4
3
4
4
4
3
4
4
3
3
51
2
2
2
2
3
2
2
3
4
4
2
2
4
3
4
3
42
3
4
4
3
4
4
4
2
3
4
2
3
4
3
3
3
50
4
4
3
2
4
3
4
4
4
4
3
4
4
3
3
4
53
5
2
2
3
4
2
2
4
4
3
4
3
3
4
2
3
47
6
3
2
3
4
3
4
2
4
3
3
2
4
3
4
2
46
7
2
2
2
4
2
2
3
4
4
2
2
4
2
2
2
39
8
2
2
2
2
2
3
3
2
4
2
2
4
2
3
3
38
9
3
3
2
4
2
3
3
2
4
3
4
4
3
4
3
47
10
3
2
3
4
2
2
3
2
4
2
2
4
2
4
2
41
11
3
4
2
4
3
4
3
3
4
2
4
4
4
4
3
51
12
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
2
2
53
13
3
2
3
4
3
3
4
4
4
2
3
4
3
3
4
49
14
3
3
3
4
3
3
3
2
4
3
3
4
4
4
3
49
15
3
3
4
3
4
4
3
4
4
2
4
4
3
4
4
53
16
4
2
2
2
4
3
4
3
4
2
2
4
2
4
4
46
17
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
2
4
56
18
3
2
4
4
4
3
2
4
4
1
2
4
3
4
3
47
19
3
2
3
2
3
4
3
4
4
2
4
4
3
4
4
49
20
3
3
3
4
3
4
2
3
4
3
3
4
3
4
4
50
21
4
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
56
22
2
2
2
3
2
3
2
4
4
2
2
4
2
3
3
40
23
4
2
2
4
3
4
2
3
4
2
2
4
2
2
2
42
24
2
3
2
3
3
2
2
3
4
4
2
4
2
3
3
42
25
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
2
3
2
54
26
2
4
4
4
2
4
2
3
4
2
4
4
3
4
4
50
27
3
3
3
3
4
4
2
3
4
2
3
4
2
4
4
48
28
3
2
3
3
4
3
4
3
4
2
3
4
2
3
4
47
29
2
2
4
4
2
4
4
2
4
2
4
4
4
4
4
50
30
4
2
4
3
2
4
2
3
3
2
2
4
2
2
2
41
31
3
2
2
3
3
2
4
4
4
2
3
4
2
4
2
44
32
3
3
4
4
4
4
4
3
4
2
3
4
3
4
4
53
33
2
2
4
4
3
4
2
4
4
2
4
2
4
3
3
47
34
3
2
3
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
2
3
47
35
2
2
4
4
2
4
3
4
4
2
4
4
4
3
4
50
36
4
3
3
4
3
4
2
2
4
4
4
4
3
2
4
50
37
3
3
2
3
3
3
2
4
4
2
4
4
3
2
3
45
38
1
2
4
3
3
4
4
4
4
4
3
4
2
2
2
46
39
4
2
4
3
2
3
2
3
4
4
3
4
2
3
3
46
40
4
3
2
3
3
4
3
4
4
3
4
4
3
3
4
51
41
4
2
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
2
4
54
42
3
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
4
4
4
4
56 ∑ 2016
Tabel 39
X
Y
Pendidikan
Sikap Sosial
Agama Islam
Keagamaan
1.
49
2.
XY
X²
Y²
51
2499
2401
2601
43
42
1806
1849
1764
3.
49
50
2450
2401
2500
4.
53
53
2809
2809
2809
5.
47
47
2209
2209
2209
6.
46
46
2116
2116
2116
7.
44
39
1716
1936
1521
8.
40
38
1520
1600
1444
9.
51
47
2397
2601
2209
10.
46
41
1886
2116
1681
11.
46
51
2346
2116
2601
12.
45
53
2385
2025
2809
13.
54
49
2646
2916
2401
14.
50
49
2450
2500
2401
15.
53
53
2809
2809
2809
16.
47
46
2162
2209
2116
17.
46
56
2576
2116
3136
18.
53
47
2491
2809
2209
19.
50
49
2450
2500
2401
20.
54
50
2700
2916
2500
21.
56
56
3136
3136
3136
22.
41
40
1640
1681
1600
23.
49
42
2058
2401
1764
24.
41
42
1722
1681
1764
No.
25.
49
54
2646
2401
2916
26.
47
50
2350
2209
2500
27.
46
48
2208
2116
2304
28.
41
47
1927
1681
2209
29.
45
50
2250
2025
2500
30.
44
41
1804
1936
1681
31.
51
44
2244
2601
1936
32.
45
53
2385
2025
2809
33.
47
47
2209
2209
2209
34.
53
47
2491
2809
2209
35.
49
50
2450
2401
2500
36.
48
50
2400
2304
2500
37.
49
45
2205
2401
2025
38.
52
46
2392
2704
2116
39.
51
46
2346
2601
2116
40.
56
51
2856
3136
2601
41.
54
54
2916
2916
2916
42.
48
56
2688
2304
3136
∑ 2028
∑ 2016
∑ 97746
∑ 98632
∑ 97684
Selanjutnya hasil perhitungan di atas, akan diuji kebenarannya yaitu dengan cara menggunakan teknik Product Moment guna mengetahui tingkat pengaruhnya antara variabl X (Pendidikan Agama Islam) dan variabl Y (Sikap Sosial Keagamaan Siswa), maka digunakanlah rumus sebagai berikut : Perhitungan melalui rumus “r” Product Moment rxy =
N
NΣxy − (Σx )(Σy ) {N Σx 2 − (Σx) 2 }{N Σy 2 − (Σ y) 2 }
= 42
ΣX = 2028
ΣXY = 97746 ΣX2 = 98632
ΣY2 = 97684
ΣY = 2016 rxy =
(42 x 97746 − (2028) ( 2016) {42 x 98632 - (2028) 2 } {42 x 97684 - (2016) 2 }
=
4105332 − 4088448 (4142544 - 4112784) (4102728 - 4064256)
=
16884 29760 x 38472
=
16884 1144926720
=
16884 33836,7658
= 0, 499
G. Interpretasi Data
Terhadap angka indeks korelasi yang telah diperoleh dari perhitungan di atas, penulis dapat memberikan interpretasi atau penafsiran tertentu. Dalam hal ini ada dua macam cara yang dapat ditempuh, yaitu: 1. Interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment yang dilakukan secara kasar dan sederhana. Dari perhitungan di atas telah berhasil diperolah rxy sebesar 0,499. jika penulis perhatikan, maka angka indeks korelasi yang telah diperoleh itu tidak bertanda negatif, ini berarti korelasi antara variabl X (Pendidikan Agama Islam) dan variabl Y (Sikap Sosial Keagamaan Siswa) terdapat hubungan yang searah, dengan istilah lain. Hubungan yang positif di antara dua variabl tersebut. Artinya Pendidikan agama Islam dapat mempengaruhi sikap sosial keagamaan siswa, demikian sebaliknya. Selanjutnya, apabila penulis lihat besarnya rxy yang diperoleh itu (yaitu 0,499) ternyata terletak antara 0,40-0,70. berdasarkan pedoman yang telah
dikemukakan di atas, penulis dapat menyatakan bahwa korelasi antara variabl X dan variabl Y itu adalah korelasi yang tergolong sedang atau cukup. Dengan demikian, secara sederhana dapat penulis berikan interpretasi terhadap rxy tersebut, yaitu bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel X dan variabel Y, pengaruh ini adalah sedang (pengaruh di antara kedua variabel itu sedang atau cukup. 2. Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai: “r” Product Moment.
Adapun langkah-langkah menginterpretasi dengan menggunakan tabel nilai: “r” Produt Moment sebagai berikut: a. Merumuskan Hipotesa alternatif (Ha) dan Hipotesa nihil (Ho) sebagai berikut: Ha
:Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.
Ho
:Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. b. Mencari df atau db (degrees of freedom / derajat bebas) Adapun untuk mencari df atau db (degrees of freedom / derajat bebas),
maka digunakan rumus, yaitu: df = N-nr. Dimana responden yang penulis teliti atau yang dijadikan sebagai sampel penelitian disini adalah berjumlah 42 orang siswa, dengan demikian N = 42. banyaknya variabel yang dikorelasikan adalah 2 (variabel X dan variabel Y), jadi, nr = 2. Dengan demikian, dapat diperoleh dfnya yaitu: df = 42 – 2 = 40 (konsultasi tabel nilai “r”). Dengan df sebesar 40 diperoleh tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,304. sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh “r” tabel sebesar 0,393. Ternyata rxy atau ro “Product Moment” (yang sebesar = 0,499) adalah lebih besar dari pada “r” tabel, (yang besarnya 0,304 dan 393). Karena ro lebih besar dari pada “r” tabel, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima atau disetujui, dengan hipotesis nihil (Ho), ditolak. Berarti terdapat korelasi atau pengaruh positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.
Jadi, kesimpulan yang dapat penulis ambil adalah bahwa tinggi rendahnya sikap sosial keagamaan siswa dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pembelajaran pendidikan agama Islam itu sendiri, di mana pengaruhnya itu sifatnya searah. Selanjutnya, untuk mengetahui seberapa besar kontribusi (sumbangan) yang di berikan variabel X kepada variabel Y, maka digunakan rumus Koefisien Determinan (KD) sebagai berikut: KD = r² x 100% = (0,49) x 100% = 0,2401 x 100% = 24,01 Dari perhitungan di atas, diperoleh Koefisiensi Determinan (KD) sebesar 24,01%. Dengan demikian, maka dapat diketahui bahwa pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Sikap Sosial Keagamaan Siswa SMPN Cipedak Jakarta Selatan sebesar 24,01%. Dengan ini berarti 75,99% lagi kemungkinan dapat dipengaruhi oleh factor-faktor lain. Berdasarkan atas penelitian yang telah penulis lakukan di SMPN 253 cipedak Jakarta selatan, yang berkenaan dengan pengaruh pendidikan agama Islam terhadap sikap sosial keagamaan siswa, sehingga kesimpulan yang dapat penulis tuliskan adalah, bahwa pendidikan agama Islam dapat mempengaruhi sikap sosial keagamaan siswa. Ada dua faktor yang ikut mempengaruhi sikap sosial keagamaan siswa di SMPN 253 cipedak Jakarta selatan, 2 faktor tersebut adalah kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam, untuk mengetahui sejauh mana kedua faktor ini dapat mempengaruhi hal tersebut, maka penulis akan tuliskan peranan kedua faktor ini selama penelitian penulis berlangsung. 1. Kepala sekolah Sebagaimana yang telah penulis tuliskan di dalam bab dua, bahwa tanggung jawab kepala sekolah dalam rangka memberikan suatu inovasi yang dimulai dari bidang perbaikan administrasi, metode pengajaran, teknih mengajar, menejmen kelas dan lain-lain, ini adalah merupakan suatu tugas dan amanat yang
sangat berat sekali, selama penulis melaksanakan penelitian sudah dapat dibuktikan dengan baik, dari mulai penataan ruang kepala sekolah, ruang administrasi dan ruangan guru sangat teratur dengan rapi, kebetulan pada saat itu penulis sempat memasuki ruangan tersebut, ketika sedang mewawancarai kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam. Apabila dilihat dari penataan kelas yang berjumlah 3 lantai kepala sekolah menempatkan kelas satu menempati lantai bawah, kelas dua menempati lantai dua dan kelas tiga menempati lantai tiga.ini menunjukkan bahwa penataan kelas yang sangat rapi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Berkenaan dengan usaha kepala sekolah yang berkenaan dalam menciptakan sikap sosial keagamaan pada diri siswa, maka kepala sekolah mengambil beberapa langkah sebagai berikut, diantaranya adalah penyediaan sarana, seperti perluasan perkembangan musholla, dengan harapan dapat melaksanakan shalat dhuha dan dzuhur berjamaah, paling tidak dipimpin langsung oleh wali kelas masing-masing, kemudian kegiatan pembacaan yasin yang diadakan setiap hari jum`at, membiasakan tadarus al-Qur`an selama 15 menit dan peringatan hari-hari besar Islam. Dari berbagai kegiatan yang ditetapkan secara terstruktur dengan rapi oleh kepala sekolah, sehingga sikap sosial keagamaan yang ada di dalam diri siswa akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, dalam arti dengan adanya kegiatan shalat dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kewajiban yang harus dilaksanakan, maka akan timbullah rasa disiplin, patuh dan lain sebagainya, dengan adanya perayaan hari besar Islam seperti hari raya Idul adha yang diaktualsasikan dalam penyembelihan hewan kurban, secara tidak langsung dapat melatih siswa untuk dapat saling berbagi satu dengan yang lainnya, maka timbullah sikap sosial diantara sesama. Dengan demikian masih banyak sekali kegiatan keagamaan yang dilakukan di SMPN 253 cipedak Jakarta selatan, demi menumbuhkan sikap sosial keagamaan di dalam diri siswa yang akan mereka amalkan di masa yang akan datang. 2. Guru pendidikan agama Islam
Hubungan guru dengan murid sudah pasti dapat berlangsung setiap hari di sekolah, maka peran guru sangat mempengaruhi sekali dalam menumbuhkan sikap yang ada dalam diri siswa, hubungan ini akan menumbuhkan hasil yang baik, kalau adanya rasa saling memiliki, dalam artian, memang kedudukan guru sebagai pengajar akan tetapi alangkah baiknya seorang guru dapat menyayangi siswanya seperti menyayangi dirinya sendiri. Sebagaimana yang telah penulis saksikan selama kegiatan penelitian, guru pendidikan agama Islam berusaha menumbuhkan sikap sosial keagamaan pada diri siswa. Apabila dilihat dari segi pengajaran, guru pendidikan agama Islam mengajarkan sesuai dengan kurikulum yang ada yang tentu saja disesuaikan dengan situasi dan keadaan siswa pada saat itu, namun apabila terdapat kekurangan-kekurangan di dalam proses belajar mengajar, maka guru pendidikan agama Islam mengadakan kegiatan belajar tulis al-Qur`an yang disingkat dengan nama BTQ. Tidak hanya itu saja, ada juga pelajaran tambahan yang dilaksanakan ketika siswa laki-laki sedang melaksanakan shalat jum`at, maka siswa putri tidak pulang terlebih dahulu, akan tetapi mereka masuk kelas untuk mendapatkan pelajaran tambahan pendidikan agama Islam dengan cara membentuk halaqohhalaqoh yang diawali masalah iman kepada Allah, rasul, dan guru mengajarkan bagaimana caranya siswa dapat bergaul dengan lingkungan sekolah dan masyarakat. Adapun putranya dijadwalkan oleh guru pendidikan agama Islam pada hari selasa yang dimulai dari jam 08.00 sampai 10.00. Apabila dilihat dari segi materi yang ada, guru pendidikan agam Islam mengajarkan keimanan, yang berisi keimanan kepada Allah, malaikat, rasul, kitab-kitab dan sebagainya. Menurut penulis dalam pelajaran keimanan kepada Allah, dapat menjadikan siswa patuh dan taat kepada Allah Swt, dengan adanya keimanan secara tidak langsung siswa akan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi atas apa yang dilarang oleh Allah Swt, dikarenakan siswa percaya bahwa Allah itu ada dan siksaanya pun nyata, tidak itu saja dengan adanya kepercayaan siswa kepada Allah dapat membawa siswa adanya rasa saling menyayangi sesama teman dengan menciptakan hubungan solideritas antara
mereka sebab Islam mengajarkan hablum minallah dan hablum minannas dengan baik. Guru pendidikan agama Islam mengajarkan pula tata cara beribadah dengan baik, kalau penulis dapat perhatikan hikmah dan manfaat yang dapat diambil dari kegiatan ibadah adalah nilai kedisiplinan, yang diawali kedisiplinan tentang waktu, tempat pakaian dan lain-lain, hal ini pula dapat mempengruhi sikap sosial keagamaan yang ada di dalam diri siswa, dalam artian siswa harus disiplin memasuki kelas tepat pada waktunya, melaksankan tugas yang diperintahkan guru dan lain-lain. Begitulah kedua faktor ini dalam mempengaruhi sikap sosial keagamaan yang ada di dalam diri siswa.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data yang dapat penulis uraikan pada bab IV di atas, akhirnya Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Sikap Sosial Keagamaan Siswa Kelas VIII SLTPN 253 Cipedak Jakarta Selatan Di Sekolah penulis dapat memberikan suatu kesimpulan dan saran
sebagai
berikut: 1. Pelaksanaan pendidikan agama Islam di SLTPN 253, sangat efektif sekali di dalam proses pengajaran, guru pendidikan agama Islam menggunakan berbagai macam metode dalam penyampaian materi pelajaran pendidikan agama Islam, yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada, seusai memberikan materi, guru menanyakan materi pelajaran kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami atas materi yang telah disampaikan oleh guru pendidikan agama Islam pada saat proses belajarmengajar selesai. Adapun
diluar
jam
mata
pelajaran
pendidikan
agama
Islam,
diaktualisasikan oleh guru pendidikan agama Islam dengan berbagai macam kegiatan, dari mulai praktek cara mengambil air wudhu dengan baik, cara melaksankan shalat, sampai pada penyembelihan qurban dan lain-lain. Hanya inilah sekelumit pengetahuan penulis tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam di SLTPN 253 Cipedak Jakarta Selatan. 2. Setelah melaksanakan penelitian dan pengolahan data oleh penulis, ternyata Pendidikan Agama Islam mempengaruhi secara positif terhadap sikap sosial keagamaan siswa di SLTPN 253 di sekolah. Adapun besar pengaruhnya sekitar
24,01%, dan 75,99% lagi kemungkinan dapat dipengaruhi oleh faktor lain, seperti organisasi rohis, kepramukaan dan lain-lain. B. Saran-saran
Berdasarkan pada hasil penelitian studi tentang Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Sikap Sosial Keagamaan Siswa Kelas VIII SLTPN 253 Cipedak Jakarta Selatan di Sekolah, Akhirnya penulis dapat memberikan beberapa saran dan masukan penting yang ditujukan kepada guru bidang Pendidikan agama Islam dan guru-guru lain serta pimpinan sekolah. Adapun 89 saran-saran tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Hendaknya guru lebih melakukan inovasi proses pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa untuk belajar. Sebab konsep pendidikan modern menempatkan guru dan murid sama-sama sebagai subyek pembelajaran. 77 Bukan hanya guru saja yang dapat aktif dikelas tetapi murid pun aktif dalam belajar dan tidak dibiarkan murid pasif. 2. Guru hendaknya sebelum mengajar harus mengetahui dan menguasai luas urutan bahan yang akan diajarkan. Dengan demikian, guru dapat menentukan bahan pelajaran yang akan secara selektif serta mempersiapkan berbagai ilustrasi, perbandingan, contoh-contoh, dan lain-lain sehingga pelajaran menjadi hidup. 3. Setidaknya, dalam proses pembelajaran guru selalu melihat pada tujuan yang hendak di capai, yang nantinya akan terdapat manfaat bagi si siswa itu sendiri. 4. Pimpinan sekolah hendaknya dapat mengevaluasi kinerja dari masing-masing guru agar nantinya guru-guru terdorong untuk dapat memperbaiki dengan baik kinerjanya selama mengajar. 5. Kepala sekolah, dan guru-guru hendaknya selalu menanamkan sikap keagamaan pada diri siswa baik di dalam proses belajar mengajar atau pun di luar jam pelajaran, agar nantinya para siswa dapat menerapkan cara hidup sosial yang baik dalam kehidupannya di masa yang akan datang.
Daftar Pustaka Adryanto, Michael, Psikologi Sosial, Jakarta: Erlangga, 1994 Cet Ke III Ahmadi, Abu, dkk, Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta. _____,
dan Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001. Cet Ke-II.
Ardani, Moh, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak atau Budipekerti dalam Ibadah dan Tasawuf, Jakarta : CV. Karya Mulia, 2005.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta,1993, Cet IX. _____, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: PT Rineka
Cipta,1998. Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994, Cet II. Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000, Cet II.
Badudu, JS, dan Zain, Mohammad, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001. Cet ke-IV. Daradjat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1989, Cet keII. _____, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta:Bumi Aksara, 1995. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Bandung Gema Risalah Press, 1989. Ihsan, Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), Cet ke III.
IKAPI Anggota, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sisdiknas Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokusmedia,
2006). Iska, Neni, Zikri Psikologi Pengantar Diri Dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother`s, 2006, Cet Ke-I. Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 1998, Cet VI. Muwatha Malik,, Husnul Khuluk, (Madinah: Darul Harits, 1993), Juz I, hal 686. 91 Namsa, Yunus, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000, Cet ke-I. Nata, Abiddin, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf (Dirasah Islamiyah IV), Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2001. Cet V. _____, Paradigma Pendidikan Islam Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta:
PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001. Nurdin, Muslim, dkk, Moral dan Kognisi Islam, Bandung: CV ALVABETA, 1993. Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet Ke XVI. Sahal, Mahfud, Nuansa Fiqih Islam, Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 1994. Sajastani Sulaiman As, Shahih Sunan Abu Daud, (Riyad: Al-Ma`rifat, t,t,p), Juz 3, hal 141. Sarwono, Wirawan, Sarlito Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1982. Cet Ke-II. Sudijono, Anas, Pengantar Statistic Pendidikan, Jakarta :PT Raja Grafindo,1999, Cet ke 9. Sujanto, Agus, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Bumi Aksara, 1997, Cet VII. Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002. Suseno, Magnis, Franz, 13 Tokoh Etika Sejak Zaman Yunani Sampai Abad Ke19, Yogyakarta: Kanisius, 1997, Cet 14.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka), Edisi ke-II. Warsito, Herman, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 1992). Zuhri Mohammad Dipl, Tafl dkk, Terjamah Sunan At-Tirmidzi (Semarang:: CV, Asy Syifa), Juz 4.
Lampiran-lampiran
93
Lampiran Nukilan Tabel Nilai Korelasi "r" Product Moment dari Pearson untuk Berbagai df.* df. (degrees of freedom) atau:
Banyak variabel yang dikorelasikan:
db. (derajat bebas)
Harga I r' pada taraf siqniflkansi:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
2 5%
1%
0,997 0,950 0,878 0,811 0,754 0,707 0,666 0,632 0,602 0,576 0,553 0,532 0,514 0,497 0,482 0,468 0,456 0,444 0,433 0,423
1,000 0,990 0,959 0,917 0,874 0,834 0,798 0,765 0,735 0,708 0,684 0,661 0,641 0,623 0,606 0,590 0,575 0,561 0,549 0,537
*Dinukil dari: Henry E. Garrett, Slati!lics', Psychology}
gy and Education, (New York: Longmans, Green and co.), hlm. 437-439, dengan penyesuaian seperlunya; sesuai dengan kebutuhan variabel yang dikorelasikan hanya dibatasi 2 bush. 11
df. (degrees of freedom) atau: db. (derajat bebas) V,
21 22 23 24 25 26 27 28 ?9 30 35 40 45 50 60 70 80 90 100 125 150 200 300 400 500 1000
Banyak variabel yang dikorelasikan: 2 Harga 'r'pada taraf signifilkansi. 5%
0,413 0,404 0,396 0,388 0,381 0,374 0,367 0,361 0,355 0,349 0,325 0,304 0,288 0,273 0,250 0,232 0,217 0,205 0,195 0,174 0,159 0,138 0,113 0,098 0,088 0,062
1%
0,526 0,515 0,505 0,496 0,487 0,478 0,470 0,463 0,456 0,449 0,418 0,393 0,372 0,354 0,325 0,302 0,283 0,267 0,254 0,228 0,208 0,181 0,148 0,128 0,115 0,081
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN DASAR SMP NEGERI 253 Jl. Antariksa Kp. Alang-alang Cipedak Jagakarsa Jakarta Selatan Telp.7864572 JAKARTA Kode pos: 12630
SURAT KETERANGAN
Nomor : 14 /1.851.202.1 Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Drs. BONIRAN. BN
NIP
: 130 829 848
Jabatan
Kepala Sekolah
Unit Kerja
SMP Negeri 253 Jakarta
dengan ini menerangkan bahwa Saudara : Nama
: MARHASAN
NIM
:103011026642
Tempat/tanggal Lahir
Jakarta, 09 September 1983
Fakultas / Jurusan
Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Alamat
JL RM Kahfi I Ciganjur Jakarta Selatan
Telah melaksanakan tugas penelitian di SMP Negeri 253 Jakarta pada tanggal 12 dan 13 Februari 2008 Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 13 Februari 2008 Kepala SMP 253 Jakarta 3
Drs.BONIRAN BN NIP.130 829 848
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN Telp. :(62-21)7443328, 7401925, Fax. (62-21)7443328
J1. Ir. H. Juanda Nomor 95, Ciputat 15412, Indonesia
Email :
[email protected]
66
Nomor Lamp.
Un.01/Fl/TL022/ Outline/Proposal
/2008
H a I
Permohonan lzin Penelitian
Jakarta, 6 Januari 2008
Kepada Yth: Kepala SLTPN 253 Cipedak Jakarta Selatan di Tempat Assalania'alaikum wr. Wb . Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Nama
Marhasan
NIM
103011026642
Jurusan
Pendidikan Agama Islam
Semester
IX
Judul Skripsi
Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap S i k a p Sosial Keagamaan Siswa Kelas VIII SLTPN 253 Cipedak Jakarta Selatan.
adalah benar mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian di instansi/sekolah yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud. Atas perhatian dan bantuan Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum wr.wb. Tata Usaha
Drs. Anas darwis Nip. 150 236 356
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
Marhasan
Tempat/Tgl Lahir
Jakarta, 9-September 1983
Agama
Islam
Alamat
Kp. Setu JI. R.M. Kahfi I Ciganjur Jakarta Seletan
Telpon
: (021) 7875071
Pendidikan Formal Tk
Tahun 1988
MI EI-Syifa
Tahun
NITS Daarussalaam
:Tahun 1995-1998
MA Daarussalaam
Tahun
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2003-2008
1989-1995 1998-2001
Pengalaman Berorganisasi Bagian Kesehatan Pon-pes Daarussalaam
Tahun
1999-2000
Bz.gian Keamanan Pon-pes Daarussalaam
Tahun
1999-2000
Ketua Bidang dua Pon-Pes Daarussalaam
Tahun
1999-2000
Ketua Pelajar/Osis Pon-pes Daarussalaam
Tahun
1999-2000
Anggota PMII Cabang Ciputat UIN
Tahun
2002-2004
Wakil ketua karangtaruna Cream 10
Tahun 2002-2008
Prestasi vang pernah diraih Juara I Lomba Adzan sekecamatan Juara
Tahun
1990
I Lomba Adzan sejakarta-selatan Juara II
Tahun
1991
Qori Antar RW
Tahun
2000
Juara Harapan II Hajir Marawis Al-Amin
Tahun
2004
Juara I Hajir Marawis Al-Amin
Tahun 2005