STIKES NGUDI WALUYO
PENGARUH MUSIK INSTRUMENTAL
KITARO TERHADAP
KUALITAS TIDUR PASIEN RAWAT INAP YANG MENGALAMI GANGGUAN TIDUR DI RSUD UNGARAN
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Keperawatan
Oleh : EDI ASTRIAWAN NIM : 010111a025
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016
PENGARUH MUSIK INSTRUMENTAL KITARO TERHADAP KUALITAS TIDUR PASIEN RAWAT INAP YANG MENGALAMI GANGGUAN TIDUR DI RSUD UNGARAN
Edi Astriawan*) Dwi Novitasari., S.Kep., Ns., M.Sc**) Mona Saparwati, S.Kp., Ns., M.Kep**) *) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRACT Sleep disorders in patients in long-term fear is the incidence of hypoxia (decreased oxygen levels in the blood) chronic. Instrumental music (Kitaro) can be calming down and relaxing so as to improve the quality of sleep. The purpose of this study was to determine the influence of instrumental music of Kitaro on the quality of sleep of hospitalized patients who experience sleep disturbances in hospitals Ungaran The design of this study is a quasi experimental pre and post control group design. The population was hospitalized patients in hospitals Ungaran as many as 135 people with a sample of 36 respondents using purposive sampling techniques and data retrieval tool does not use standard questionnaires. Univariate analysis using the minimum, maximum, mean and standard deviation, while the bivariate analysis using the paired t test and independent t test The results showed that the amount of sleep quality scores in the control group before the study average of 13,1667, while the intervention group average of 13,2222. The amount of sleep quality scores in the control group after the study average of 13,333, while the intervention group after being given the instrumental music of Kitaro average of 14,3333. There is a difference in the quality of sleep of hospitalized patients who experience sleep disturbances before and after the instrumental music of Kitaro in the intervention group, with p-value 0,000 (α = 0,05). No difference in the quality of sleep of hospitalized patients who experience sleep disturbances before and after the instrumental music of Kitaro in the control group, with p-value 0,083 (α = 0,05). There Kitaro instrumental music influence on the quality of sleep of hospitalized patients who experience sleep disturbances in hospitals Ungaran, with a p-value of 0.041 (α = 0,05). Patients should use instrumental music Kitaro as a complementary intervention to improve the quality of patient's sleep. Keywords : instrumental music Kitaro, patient, quality of sleep Bibliography: 48 (2005-2016)
PENDAHULUAN Pasien merupakan setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung di rumah sakit (UU No 48 Tahun 2009 Pasal 1). Salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Rawat inap merupakan pelayanan kesehatan yang disediakan untuk pasien dalam bentuk rawat inap (hospitalisasi) (Syarudin dan Hamidah, 2009). Pasien rawat inap karena sakit somatis termasuk orang dengan masalah somatis dan kurang perawatan diri dan kurang dukungan sosial untuk tinggal di lingkungan semula. Beberapa faktor yang menyebabkan individu tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan tergantung pada orang lain adalah kondisi cedera serebrovaskuler, sklerosis multiple, reuma kronis dan artrosis deformitas. Perhatian yang perlu diberikan pada pasien ini meliputi perawatan diri sehari-hari dan kebutuhan istirahat (Stevens, Bordui dan Weyde, 2009). Penyebab gangguan tidur pada pasien diantaranya disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik atau masalah suasana hati seperti kecemasan atau depresi dapat menyebabkan masalah tidur. Pasien dengan perubahan seperti itu mempunyai masalah kesulitan tidur atau tetap tertidur. Penyakit juga dapat memaksa pasien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa (Perry dan Potter, 2007). Gangguan tidur yang terjadi pada pasien diantaranya gangguan pada saat menjelang tidur dan sering terbangun dari tidurnya yang terkadang disertai dengan nyeri (Dewanto, et.,al., 2009). Gangguan tidur lain yang
dialami oleh pasien diantaranya adalah serangan tidur pada siang hari (narkolepsi) yang biasanya berlangsung selama 10-20 menit, dimana pasien akan bangun dan segar kembali. Serangan ini tidak dapat ditahan dan dapat terjadi pada keadaan yang tidak tepat misalnya saat percakapan, makan dan sebagainya (Ginsberg, 2008). Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Seringkali faktor tunggal tidak hanya menjadi masalah tidur. Faktor fisiologis, psikologis dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tidur diantaranya penyakit fisik yang dialami, obat-obatan dan substansi, gaya hidup, stres emosional lingkungan, kelelahan serta asupan makanan dan kalori (Perry & Potter, 2007). Intervensi keperawatan untuk memperbaiki kualitas tidur sangat berfokus pada promosi kesehatan. Pendekatan farmakologi untuk meningkatkan tidur diantaranya penggunaan obat-obatan. Satu kelompok obat yang dianggap relatif aman adalah benzodiazepine karena tidak menyebabkan depresi umum seperti sedatif dan hipnotik. Upaya non farmakologi yang dapat dilakukan dengan kontrol lingkungan, meningkatkan rutinitas menjelang tidur, meningkatkan kenyamanan, menetapkan periode istirahat dan tidur, pengendalian gangguan fisiologis dan pengurangan stres (Perry dan Potter, 2007). Penelitian di University of Taiwan menunjukkan bahwa mendengarkan musik santai (lembut) sebelum tidur menurunkan denyut jantung dan memperbaiki tidur 26% diakhir minggu pertama. Musik yang ideal adalah musik lembut dan perlahan sekitar enam puluh sampai delapan puluh denyut per mnit seperti Mozart,
Chants atau White Noise (Borba, 2009). upaya yang dilakukan untuk Mendengarkan musik selama 1,5 jam mendukung ditur mereka dengan sama efeknya dengan memperoleh membaca koran atau majalah yang suntikan 10 ml gram valium (sejenis dibeli, menggunakan kipas tangan obat tidur) (Djohan, 2009). supaya nyaman dan lain-lain. Melatonin merupakan suatu METODE PENELITIAN hormon yang disekresi oleh kelenjar Penelitian ini dilakukan dengan pineal. Meltonin disintesis dari cara quasi experiment pre dan post serotonin oleh dua enzim yaitu Ncontrol group design, rancangan asetiltrasnferase (NAT) dan Hidroksipenelitian ini mengkuesioner sebanyak indol-o-metiltransferase (HIOMT). dua kali yaitu sebelum dan sesudah, Lingkungan yang gelap mengativasi peneliti membagi responden menjadi sekresi melatonin dan sebaliknya dua kelompok yaitu kelompok yang cahaya menghambat sekresi tersebut. diberi terapi musik instrumental kitaro Sinyal cahaya disampaikan ke kelenjar sebagai kelompok perlakuan dan pineal melalui jalur syaraf. Jalur ini kelompok yang tidak diberi terapi berjalan melalui osilator sirkadian di musik instrumental kitaro sebagai hipotalamus, menuruni medulla spinalis kelompok kontrol. dan melalui ganglion servikar superior Populasi dalam penelitian ini menuju kelenjar pineal. Pelepasan adalah seluruh pasien rawat inap yang nerepinefrin ke pinealosit yang di RSUD Ungaran di mana dalam bulan diinduksi oleh gelap megnaktivasi Juni 2015 sebanyak 135 orang dengan reseptor β adrenaegik ini menstimulasi sampel sebanyak 30 responden yang sekresi melatonin. Sekresi melatonin dibagi menjadi du akelompok yaitu noktural menyebabkan rasa kantuk control dan intervensi. Penelitian ini (Heffer dan Schust, 2006). dilakukan dengan cara purposive Berdasarkan studi pendahuluan sampling atau sampel yang dipilih yang dilakukan oleh peneliti pada dengan pertimbangan tertentu. tanggal 26 Juni 2015 di Rumah Sakit Alat yang digunakan untuk Umum Daerah (RSUD) Ungaran mengumpulkan data yaitu lembar terdapat 143 pasien rawat inap. Hasil kuesioner tidak baku dan telah wawancara dari 10 orang pasien yang dilakukan pengujian validitas dan menjalani rawat inap di ruang Mawar reliabilitas. Analisis data menggunakan dimana terdapat 7 pasien mengalami uji paired t test dan independen t test. gangguan tidur yaitu mengeluh tidak bisa tidur, sering terbangun 3 sampai 5 HASIL PENELITIAN kali pada malam hari dan sulit untuk 1. Gambaran Kualitas Tidur Pasien memulai tidur kembali. Diperoleh pula Rawat Inap yang Mengalami 3 pasien tidak mengalami gangguan Gangguan Tidur di RSUD Ungaran tidur yaitu mengeluh bisa tidur, jarang Sebelum Diberikan Musik terbangun pada malam hari dan mudah Instrumental Kitaro Pada Kelompok untuk memulai tidur kembali. Salah satu Intervensi dan Kontrol Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Pasien Rawat Inap yang Mengalami Gangguan Tidur di RSUD Ungaran sebelum Diberikan Musik Instrumental Kitaro pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Kelompok N Min Maks Mean SD Kontrol 18 11,00 16,00 13,1667 1,38267 Intervensi 18 11,00 16,00 13,2222 1,43714
Berdasarkan tabel 1 Jumlah skor kualitas tidur pada menunjukkan bahwa jumlah skor kelompok intervensi sebelum diberikan kualitas tidur pada kelompok kontrol musik instrumental kitaro paling rendah sebelum penelitian paling rendah 11,00 11,00 dan paling tinggi 16,00 dengan dan paling tinggi 16,00 dengan rata-rata rata-rata 13,2222 serta standar deviasi 13,1667 serta standar deviasi 1,38267. 1,43714. 2. Gambaran kualitas tidur pasien rawat inap yang mengalami gangguan tidur di RSUD Ungaran sesudah diberikan musik instrumental kitaro pada kelompok intervensi dan kontrol Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Pasien Rawat Inap yang Mengalami Gangguan Tidur di RSUD Ungaran Setelah Diberikan Musik Instrumental Kitaro pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Kelompok Kontrol Intervensi
N 18 18
Min 11,00 12,00
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah skor kualitas tidur pada kelompok kontrol setelah penelitian paling rendah 11,00 dan paling tinggi 16,00 dengan rata-rata 13,333 serta standar deviasi 1,37199.
Maks 16,00 17,00
Mean 13,3333 14,3333
SD 1,37199 1,45521
Jumlah skor kualitas tidur pada kelompok intervensi setelah diberikan musik instrumental kitaro paling rendah 11,00 dan paling tinggi 17,00 dengan rata-rata 14,3333 serta standar deviasi 1,45521.
3. Perbedaan Kualitas Tidur Pasien Rawat Inap yang Mengalami Gangguan Tidur di RSUD Ungaran Sebelum dan Sesudah Diberikan Musik Instrumental Kitaro pada Kelompok Intervensi Tabel 3 Perbedaan Kualitas Tidur Pasien Rawat Inap yang Mengalami Gangguan Tidur di RSUD Ungaran Sebelum dan Sesudah Diberikan Musik Instrumental Kitaro pada Kelompok Intervensi Intervensi Sebelum Sesudah
N 18 18
Mean 13,2222 14,3333
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata skor kualitas tidur responden kelompok intervensi sebelum diberikan musik instrumental kitaro sebesar 13,2222 dan setelah diberikan musik instrumental kitaro sebesar 14,3333. Hasil uji paired t test didapatkan nilai t hitung sebesar -6,216 dengan p-value
SD 2,15362 2,29907
t hitung -6,216
p-value 0,000
sebesar 0,000. Oleh karena p-value sebesar 0,000 < (0,05), maka dapat dikatakan bahwa ada perbedaan kualitas tidur pasien rawat inap yang mengalami gangguan tidur di RSUD Ungaran sebelum dan sesudah diberikan musik instrumental kitaro pada kelompok intervensi.
4. Perbedaan Kualitas Tidur Pasien Rawat Inap Yang Mengalami Gangguan Tidur di RSUD Ungaran Sebelum dan Sesudah Penelitian pada Kelompok Kontrol Tabel 4 Perbedaan Kualitas Tidur Pasien Rawat Inap yang Mengalami Gangguan Tidur di RSUD Ungaran Sebelum dan Sesudah Diberikan Musik Instrumental Kitaro pada Kelompok Kontrol Kontrol Sebelum Sesudah
N 18 18
Mean 13,1667 13,3333
SD 1,38267 1,37199
t hitung -1,844
p-value 0,083
Berdasarkan Tabel 4, dapat value sebesar 0,083 > (0,05), maka diketahui bahwa rata-rata skor kualitas dapat dikatakan bahwa tidak perbedaan tidur responden kelompok kontrol kualitas tidur pasien rawat inap yang sebelum penelitian sebesar 13,1667 dan mengalami gangguan tidur di RSUD setelah penelitian sebesar 13,3333. Ungaran sebelum dan sesudah diberikan Hasil uji paired t test didapatkan nilai musik instrumental kitaro pada t hitung sebesar -1,844 dengan p-value kelompok kontrol. sebesar 0,083. Oleh karena p5. Pengaruh Musik Instrumental Kitaro terhadap Kualitas Tidur Pasien Rawat Inap yang Mengalami Gangguan Tidur di RSUD Ungaran Tabel 5 Pengaruh Musik Instrumental Kitaro terhadap Kualitas Tidur Pasien Rawat Inap yang Mengalami Gangguan Tidur di RSUD Ungaran N
Mean
18
13,3333
Std. Deviasi 1,37199
intervensi 18
14,3333
1,45521
Kelompok Postest kontrol
t p hitung value -2,121 0,041
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa rata-rata jumlah skor kualitas tidur pada pasien pada kelompok kontrol setelah penelitian sebesar 13,3333, sedangkan rata-rata jumlah skor kualitas tidur pada pasien pada kelompok intervensi setelah penelitian sebesar 14,333. Diperoleh pula bahwa
hasil uji independen t-test menunjukkan nilai t hitung sebesar -2,121 dan nilai p-value sebesar 0,041 (α=0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh musik instrumental kitaro terhadap kualitas tidur pasien rawat inap yang mengalami gangguan tidur di RSUD Ungaran.
PEMBAHASAN 1. Gambaran Kualitas Tidur Pasien Rawat Inap yang Mengalami Gangguan Tidur di RSUD Ungaran Sebelum Diberikan Musik Instrumental Kitaro pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah skor kualitas tidur pada kelompok kontrol sebelum penelitian paling rendah 11,00 dan paling tinggi 16,00 dengan rata-rata 13,17 serta standar deviasi 1,38.
Pasien rawat inap di RSUD Ungaran mengalami gangguan tidur menyatakan bahwa mereka tidur di malam hari kurang dari 5 jam (55,6%). Pasien umumnya dapat mulai tidur setelah kondisi ruang perawatan mulai tenang. Pasien yang berada di kelas 3 ataupun kelas 2 sering mengalami kesulitan tidur jika ruangan masih dipenuhi oleh orang yang menjenguk baik dari keluarga sendiri atau pasien yang berada pada satu ruangan. Mereka
juga mudah terbangun di malam hari baik karena tindakan intervensi oleh tenaga perawat atau lingkungan yang tidak tenang karena pasien lain yang ada pada satu ruangan. Kualitas tidur pasien rawat inap di RSUD Ungaran yang mengalami gangguan tidur diantaranya dipengaruhi oleh faktor nyeri yang dialami. Nyeri pada pasien yang dirawat di ruang rawat inap berhubungan dengan nyeri akibat proses penyakit, tindakan intervensi maupun pembedahan. Salah satu penyakit yang menyebabkan keluhan nyeri pada penderitanya adalan jantung koroner. Tanda gejala penyakit jantung koroner salah satunya yang bisa dirasakan oleh para pasien adalah rasa nyeri di dada sebelah kiri. Sensasi sakit dada ini bisa bermacam-macam. Bisa dirasakan seperti terbakar, teriris pisau, tertindih beban yang berat dan menjalar sampai ke lengan kiri. Akan tetapi tidak semua sakit dan nyeri pada dada (angina pektoris) pasti adalah penyakit jantung. Pembedahan misalnya sectio caesaria atau pembedahan lainnya juga menyebabkan rasa nyeri yang dipicu dari luka yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah skor kualitas tidur pada kelompok intervensi sebelum diberikan musik instrumental kitaro paling rendah 11,00 dan paling tinggi 16,00 dengan rata-rata 13,22 serta standar deviasi 1,44. Pasien rawat inap di RSUD Ungaran mengalami gangguan tidur menyatakan bahwa mereka membutuhkan untuk tidur di malam hari kurang dari 5 jam sebanyak 9 orang (50,0%), 5-6 jam sebanyak 7 orang (38,9%), 6-7 jam sebanyak 2 orang (11,1%).
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk tertidur. Suara, tingkat pencahayaan, suhu ruangan kamar dapat mempengaruhi kualitas tidur. Tingkat cahaya dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Beberapa klien menyukai lingkungan yang gelap, sementara yang lain seperti anak-anak dan lansia menyukai cahaya remang yang tetap menyala selama tidur. Klien juga bermasalah tidur jika ruangan yang terlalu hangat dan ruangan terlalu dingin yang menyebabkan klien gelisah (Potter & Perry, 2006). 2. Gambaran Kualitas Tidur Pasien Rawat Inap Yang Mengalami Gangguan Tidur di RSUD Ungaran Sesudah Diberikan Musik Instrumental Kitaro pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah skor kualitas tidur pada kelompok kontrol setelah penelitian paling rendah 11,00 dan paling tinggi 16,00 dengan rata-rata 13,333 serta standar deviasi 1,37199. Pasien rawat inap di RSUD Ungaran mengalami gangguan tidur menyatakan bahwa mereka membutuhkan waktu untuk memulai tidur di malam hari lebih dari 60 menit sebanyak 9 orang (50,0%), 31-60 menit sebanyak 7 orang (38,9%) dan 16-30 menit sebanyak 2 orang (11,1%). Pasien rawat inap di RSUD Ungaran yang mengalami gangguan tidur dimana mereka membutuhkan waktu untuk memulai tidur di malam hari lebih dari 60 menit dimungkinkan disebabkan oleh faktor kecemasan yang dialami.
Umumnya kecemasan/ketidaknyamanan dari responden pasien yang diteliti adalah adanya perasaan homesick yaitu perasaan rindu suasana rumah atau kecemasan akan keluarga dirumah yang lebih dirasakan oleh orangtua. Kecemasan karena dirawat di rumah sakit, kecemasan tidak masuk sekolah dan ketidaknyamanan karena tempat tidurnya. Menurut perawat di ruang bedah rata-rata pasien yang telah menjalani pembedahan mengalami gangguan tidur, walaupun telah diberi obat penenang/obat tidur. Banyak pasien yang di rawat di rumah sakit mengalami stres emosional yang berujung pada kecemasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah skor kualitas tidur pada kelompok intervensi setelah diberikan musik instrumental kitaro paling rendah 11,00 dan paling tinggi 17,00 dengan rata-rata 14,3333 serta standar deviasi 1,45521. Pasien rawat inap di RSUD Ungaran mengalami gangguan tidur menyatakan bahwa mereka merasa cukup segar saat bangun tidur di pagi hari yaitu sebanyak 12 orang (66,7%), tidak merasa segar sebanyak 4 orang (22,2%) dan merasa segar sebanyak 2 orang (11,1%). Pasien rawat inap di RSUD Ungaran mengalami gangguan tidur dimana mereka merasa cukup segar saat bangun tidur di pagi hari dimungkinkan didukung oleh faktor mekanisme koping yang dilakukan. Beberapa pasien menyatakan bahwa mereka terbiasa berdoa atau membaca wirid sebelum tidur, dimana ternyata pemberian terapi
berdoa (wirid) membantu dalam memenuhi kualitas tidur. Terapi berdoa (wirid) pasien dapat meningkatkan rasa keimanan dan meningkatkan kualitas tidur dengan menurunkan kecemasan dan mengurangi nyeri. Terapi berdoa (wirid) yang dilakukan secara benar dan ikhlas ternyata dapat diperoleh manfaat yang maksimal diantaranya meningkatkan rasa keimanan dan rileks sebelum menjalani tidur. 3. Perbedaan Kualitas Tidur Pasien Rawat Inap yang Mengalami Gangguan Tidur di RSUD Ungaran Sebelum dan Sesudah Diberikan Musik Instrumental Kitaro pada Kelompok Intervensi Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor kualitas tidur responden kelompok intervensi sebelum diberikan musik instrumental kitaro sebesar 13,2222 dan setelah diberikan musik instrumental kitaro sebesar 14,3333. Hasil uji paired t test didapatkan nilai t hitung sebesar -6,216 dengan p-value sebesar 0,000. Oleh karena p-value sebesar 0,000 < (0,05), maka dapat dikatakan bahwa ada perbedaan kualitas tidur pasien rawat inap yang mengalami gangguan tidur di RSUD Ungaran sebelum dan sesudah diberikan musik instrumental kitaro pada kelompok intervensi. Terapi musik instrumental kitaro dapat menenangkan dan mempunyai tempo teratur yang dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi kecemasandan menimbulkan kondisi rileks pada seseorang (Mucci, 2004). Terapi musik dapat memberikan perasaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF
merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga produksi enkephalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar pituitary juga menghasilkan endorphin sebagai neurotransmitter yang mempengaruhi suasana hati menjadi rileks. Dengan meningkatnya enkephalin dan endorphin, maka lansia akan tertidur dan merasa lebih rileks dan nyaman dalam tidurnya (Potter & Perry, 2006; Purwanto & Zulaekah, 2007; Guyton, 2008). 4. Perbedaan Kualitas Tidur Pasien Rawat Inap yang Mengalami Gangguan Tidur di RSUD Ungaran Sebelum dan Sesudah Penelitian pada Kelompok Kontrol Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor kualitas tidur responden kelompok kontrol sebelum penelitian sebesar 13,1667 dan setelah penelitian sebesar 13,3333. Hasil uji paired t test didapatkan nilai t hitung sebesar 1,844 dengan p-value sebesar 0,083. Oleh karena p-value sebesar 0,083 > (0,05), maka dapat dikatakan bahwa tidak perbedaan yang signifikan kualitas tidur pasien rawat inap yang mengalami gangguan tidur di RSUD Ungaran sebelum dan sesudah penelitian pada kelompok kontrol. Menurut Morton (2013), pasien-pasien yang mengalami keadaan kritis tidak hanya mengalami masalah dalam fisiologisnya, tetapi juga psikososial, perkembangan dan proses spiritualnya. Cemas adalah ketakutan mengenai sesuatu yang akan terjadi dan diikuti oleh
perasaan tidak jelas, tak berdaya, isolasi dan perasaan tak aman (Stuart, 2012). Stuart menambahkan bahwa cemas adalah suatu emosi tanpa obyek spesifik dan pengalaman individu yang sifatnya subyektif. Cemas sering sulit dibedakan dengan takut. Perasaan takut pada situasi yang mengancam akan membuat seseorang secara otomatis menghindar. Namun pada saat kondisi tersebut tidak dapat dihindari, maka muncul perasaan cemas (Chen, 2006).Sumber kecemasan pada pasien yang dirawat di ruang intensif dapat berupa penyakit yang diderita, perasaan kesepian, rasa takut mengenai ajal, lingkungan yang asing (Morton dkk, 2013). Penyakit kardiovaskular sering menimbulkan gejala yang dating tiba-tiba seperti nyeri dada hebat, sesak dan sinkop. Intervensi keperawatan pada shift malam diduga telah banyak mempengaruhi kualitas tidur pasien. Interupsi pada tidur tahap tertentu akan membuat pasien yang terjaga memulai kembali tidurnya dari tahap I bahkan pada beberapa pasien tidak mudah untuk dapat segera tidur kembali setelah terjaga. Menurut Bihari et.,al. (2012) intervensi keperawatan merupakan aktivitas perawat yang paling banyak mengganggu kualitas tidur. Pada pasien dengan endotracheal tube (ETT) prosedur keperawatan yang paling mengganggu adalah tracheal suctioning (Hofhui, 2008). 5. Pengaruh Musik Instrumental Kitaro terhadap Kualitas Tidur Pasien Rawat Inap yang Mengalami Gangguan Tidur di RSUD Ungaran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah skor kualitas tidur pada pasien pada kelompok kontrol setelah penelitian sebesar 13,3333, sedangkan rata-rata jumlah skor kualitas tidur pada pasien pada kelompok intervensi setelah penelitian sebesar 14,333. Diperoleh pula nilai mean difference jumlah skor kualitas tidur sebelum penelitian sebesar 0,05556, dengan standart error difference sebesar 0,470, sedangkan nilai mean difference jumlah skor kualitas tidur setelah diberikan music instrumental kitaro 1,000, dengan standart error difference sebesar 0,471. Hasil uji independen t-test menunjukkan nilai t hitung sebesar -2,121 dan nilai pvalue sebesar 0,041 (α=0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh musik instrumental kitaro terhadap kualitas tidur pasien rawat inap yang mengalami gangguan tidur di RSUD Ungaran. Pengalaman musik dapat pula digunakan untuk memenuhi kebutuhan interaksi sosial dan dukungan. Pentingnya bagi seseorang untuk menjadi anggota kelompok pendukung atau keluarga yang menjadi anggota kelompok pendukung atau keluarga yang membantu usaha pemulihan. Terapi musik membei pengalaman interaksi sosial melalui aktivitas kelompok musik yang berorientasi pada kesenangan secara emosional (Djohan, 2006). Salah satu manfaat musik sebagai terapi adalah self-mastery yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri. Musik mengandung vibrasi energi, vibrasi ini juga mengaktifkan selsel didalam diri seseorang, sehingga dengan aktifnya sel-sel
tersebut sistem kekebalan tubuh seseorang lebih berpeluang untuk aktif dan meningkat fungsinya. Selain itu, musik dapat meningkatkan serotonin dan pertumbuhan hormon yang sama baiknya dengan menurunkan hormon ACTH (hormon stres) (Setiadarma, 2009). Musik instrumental memiliki kejernihan, keanggunan dan kebeningan. Musik ini mampu memperbaiki konsentrasi, ingatan, dan persepsi. Semua jenis musik pada dasarnya sebenarnya dapat digunakan dalam usaha meningkatkan kualitas tidur seseorang. Seringkali dianjurkan memilih musik relaksasi dengan tempo sekitar 60 ketukan/menit, sehingga didapatkan keadaan istirahat yang optimal (Setiadarma, 2009).
6. Keterbatasan Penelitian Peneliti dalam penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan penelitian, yaitu masih adanya faktor lain yang mempengaruhi hasil penelitian ini misalnya kemampuan responden dalam mengatasi masalah tidurnya seperti mereka yang terbiasa melakukan wirid sebelum masuk tidur. Dimungkinkan peningkatan kualitas tidur responden disebabkan oleh wirid yang mereka lakukan. KESIMPULAN 1. Jumlah skor kualitas tidur pada kelompok kontrol sebelum penelitian paling rendah 11,00 dan paling tinggi 16,00 dengan rata-rata 13,1667 serta standar deviasi 1,38267. Jumlah skor kualitas tidur pada kelompok intervensi sebelum
2.
3.
4.
5.
diberikan musik instrumental kitaro paling rendah 11,00 dan paling tinggi 16,00 dengan rata-rata 13,2222 serta standar deviasi 1,43714. Jumlah skor kualitas tidur pada kelompok kontrol setelah penelitian paling rendah 11,00 dan paling tinggi 16,00 dengan rata-rata 13,333 serta standar deviasi 1,37199. Jumlah skor kualitas tidur pada kelompok intervensi setelah diberikan musik instrumental kitaro paling rendah 11,00 dan paling tinggi 17,00 dengan rata-rata 14,3333 serta standar deviasi 1,45521. Ada perbedaan kualitas tidur pasien rawat inap yang mengalami gangguan tidur di RSUD Ungaran sebelum dan sesudah diberikan musik instrumental kitaro pada kelompok intervensi, dengan pvalue sebesar 0,000 < (0,05). Tidak perbedaan kualitas tidur pasien rawat inap yang mengalami gangguan tidur di RSUD Ungaran sebelum dan sesudah diberikan musik instrumental kitaro pada kelompok kontrol, dengan p-value sebesar 0,083 > (0,05). Ada pengaruh musik instrumental kitaro terhadap kualitas tidur pasien rawat inap yang mengalami gangguan tidur di RSUD Ungaran, dengan p-value sebesar 0,041 (α=0,05).
SARAN 1. Bagi masyarakat Sebaiknya masyarakat khususnya pasien yang mendapatkan perawatan di rumah sakit agar dapat memanfaatkan musik instrumental kitaro untuk menstimulasi sehingga dapat mendapatkan istirahat dengan cukup diantaranya dengan menggunakan handset.
2. Bagi Keperawatan Sebaiknya tenaga kesehatan khususnya perawat mulai manfaat musik instrumental kitaro khususnya di malam hari untuk meningkatkan kualitas tidur pasien sebagai salah satu upaya mendukung proses penyembuhan secara optimal. 3. Bagi Institusi Sebaiknya pihak STIKES Ngudi Waluyi dapat menjadikan penelitian ini sebagai landasan untuk melanjutkan penelitian sejenis. DAFTAR PUSTAKA Aditia, 2012. Sehat dan Cerdas dengan Terapi Musik. Jogjakarta : Laksana Airey, 2005. Rahasia alami mengobati sakit kepala. Jakarta: Gema Insani. Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC Borba, 2009. The Big Book of Parenting Solution. Jakarta: Gramedia. Buysse, D. J., et al. 2009. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI): A new Instrument for Psychiatric Practice and Research, Pittsburgh: Elsevier Scientific Publishers Ireland Ltd Collins, 2008. Detoksifikasi Hidup Anda, Jakarta: Esensi, Dahlan, 2010. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika. Dewanto, Suwono, Riyanto dan Turana, 2009. Panduan praktis diagnosis dan tatalaksana penyakti syaraf. Jakarta : EGC
Djohan, 2009. Terapi Musik Teori dan Aplikasi.Yogyakarta.Galangp ress Fauzi, 2006. Pengaruh Musik Bagi Kecerdasan Bayi. Jakarta, Harmoni. Ghozali, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan. Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Ginsberg, 2008. Neurologi. Jakarta : EGC Heffer danSchust, 2006 At a Glance Sistem Reproduksi Edisi II. Jakarta: Yaysa Bina Pustaka Hidayat, 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Meriah. Medan. FBS Unimed. Jespersen, et al. 2012. The Effect of Relaxation Music Listening on Sleep Quality in Traumatized Refugees. Journal of Music Therapy Kartajaya, 2006. Marketing Plus 2000 siasat memenangkan persaingan global. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Khasanah & Hidayati, 2012. Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial “MANDIRI” Semarang. Journal Nursing Studies, 1, 189-196. Matthews, 2007. Belajar merawat di bangsal penyakit dalam. Jakarta : EGC Mucci, 2010. Manfaat musik untuk kesembuhan, kesehatan dan kebahagiaan anda. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Najib, 2012. Pengaruh Seduhan Putri Malu terhadap Kualitas Tidur Lansia di Kelurahan Gedang Anak Kabupaten Semarang.
Skripsi PSK Stikes Ngudi Waluyo. Notoatmodjo, 2010. Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Perry dan Potter, 2007. Buku Ajar Fundamental Nursing. Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta : EGC Prasadja, 2009. Ayo Bangun dengan Bugar Karena Tidur Yang Benar. Jakarta: PT. Mizan Utama Putra, 2011. Tips sehat dengan pola tidur tepat dan cerdas. Yogjakarta: Buku biru. Sutra Riwidigdo, 2009. Statistik Kesehatan, Yogyakarta : Mitra Cendika Press Sari, 2009. Musik dan kecerdasan otak bayi. Bogor : Kharisma Buka Aksara Satiadarma, 2009. Cerdas dengan Musik. Jakarta: Pustaka Swara Stevens, Bordui dan Weyde, 2009. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC Subakti dan Anggarani, 2008. Keajaiban pijat bayi dan balita. Jakarta : PT. Wahyu Media Pustaka Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta Supriyadi, 2014. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Syarudin dan Hamidah, 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta, EGC. Wallance dan Grossman, 2008. Diagnosis and Treatment of Symptoms of the Respiratory Tract. New York: Futura Publishing Company Inc