HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN KUALITAS TIDUR PERAWAT DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG Abdul Azis*) Gipta Galih Widodo, S.Kp., M.Kep., Sp. KMB**) Zumrotul Choiriyah, S.Kep., Ns, M.Kes**) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo **) Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Perawat di Indonesia yang mengalami stres kerja, sering merasa pusing, lelah, kurang ramah, kurang istirahat akibat beban kerja terlalu tinggi dan shift kerja yang tidak teratur. Kualitas tidur perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya aktifitas fisik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk studi korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebanyak 106 orang dengan sampel sebanyak 84 responden menggunakan teknik proportionate simple random sampling. serta alat pengambilan data menggunakan kuesioner tidak baku dan PSQI. Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi dan uji chi square Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktifitas fisik perawat sebagian besar dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 52 dari 84 responden (61,9%), kualitas tidur perawat sebagian besar dalam kategori buruk yaitu sebanyak 57 dari 84 responden (67,9%). Ada hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, dengan p value 0,043 (α = 0,05). Sebaiknya pihak rumah sakit dalam hal ini kepala ruangan dapat mendistribusikan beban kerja dengan adil dan merata kepada semua stafnya khususnya perawat pelaksana sehingga tidak menimbulkan kecemburuan dan tingkat kelelahan yang merata pula. Kata Kunci : aktifitas fisik, kualitas tidur , perawat Kepustakaan : 48 (2005-2015) ABSTRACT Active nurses in Indonesia who experience workplace stress, often feel dizzy, tired, less friendly, less rest due to too high and irregular work shifts. The sleep quality of nurses is influenced by several factors, including physical activities. The purpose of this study was to determine the relationship between physical Activities and Sleep Quality of Nurses in Ungaran Hospital Semarang Regency. This type of design in this study was correlational study with cross sectional approach. The study population was nurses in the hospital who were 106 people with the samples of 84 respondents using proportionate simple random sampling. Data collecting tool used not standardized questionnaires and PSQI. The data analysis used frequency distribution and chisquare test.
The results showed that the physical activities of the nurses were mostly in high category as many as 52 of 84 respondents (61.9%), the sleep quality of nurses was mostly in bad category as many as 57 out of 84 respondents (67.9%). There was a relationship between physical activities and sleep quality of nurses in Ungaran hospital Semarang regency, with p value 0.043 (α = 0.05). The hospital should have a head room who can distribute the workload fairly and equally to all staff especially nurses to avoid jealousy and uneven levels of fatigue as well. Keywords : physical activity, quality of sleep, nurse Bibliographies : 48 (2005-2015) PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perawat merupakan sumber daya manusia di rumah sakit yang memegang peranan yang sangat besar dalam pelayanan kesehatan. Rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien sehingga produktivitas dapat meningkat. Perawat memiliki tanggung jawab yang sangat tinggi terhadap keselamatan nyawa manusia (Windayanti dan Prawasti, 2010). Kualitas tidur mengalami perubahan yaitu pada tidur REM mulai memendek. Penurunan progresif pada tahap NREM 3 dan 4 dan hampir tidak memiliki tahap 4. Perubahan kualitas tidur disebabkan perubahan sistem saraf pusat yang mempengaruhi pengaturan tidur (Saryono & Widianti, 2010). Kuantitas dan kualitas tidur seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, stres psikologis (penyakit dan situasi yang menyebabkan stres), motivasi, kebudayaan, diet, konsumsi alkohol, merokok, konsumsi kafein, lingkungan, gaya hidup, penyakit, pengobatan serta aktivitas fisik (Taylor et.,al, 2009). Aktivitas fisik merupakan gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada
(kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (Taylor et.,al, 2009). Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya yang memerlukan pengeluaran energi. Ada tiga jenis aktivitas fisik yaitu aktivitas fisik ringan, aktivitas fisik sedang, aktivitas fisik berat (Nurmalina, 2011). Aktivitas fisik yang berat menyebabkan kelelahan yaitu suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kelelahan diantaranya kesegaran jasmani, kebiasaan merokok, masalah psikologis, status kesehatan, usia, jenis kelamin, status gizi, beban kerja dan masalah lingkungan kerja serta waktu kerja (Rahman, 2008). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ungaran adalah rumah sakit negeri kelas C, yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan menampung pelayanan rujukan dari puskesmas. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ungaran termasuk rumah sakit besar di Provinsi Jawa Tengah yang menyediakan 172 tempat tidur inap, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Jawa Tengah yang tersedia rata-rata 56 tempat tidur inap dengan 35 dokter, lebih
banyak dibanding rata-rata rumah sakit di Jawa Tengah. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 23 Maret 2015 diperoleh data jumlah perawat sebanyak 142 orang yang terbagi dalam ruang Anggrek, Dahlia, Melati, Cempaka, Mawar, Flamboyan, Perynatal, One day care, ICU, IGD dan Hemodialisa. Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner sederhana untuk mengukur aktivitas fisik dan menggunakan kuesioner PSQI untuk mengukur kualitas tidur terhadap 10 orang perawat diperoleh 6 perawat kualitas tidurnya buruk (kesulitan untuk jatuh tertidur, sulit mempertahankan tidur dan sering bangun di malam hari) dimana 4 orang dengan aktivitas fisik ringan (melakukan injeksi dan mengganti infus) dan 2 orang dengan aktivitas fisik berat (perawatan pasien DM dengan luka atau ulkus diabetik). Diperoleh pula 4 perawat kualitas tidurnya baik (tidak mengalami kesulitan untuk jatuh tertidur, dapat mempertahankan tidur dan jarang terbangun di malam hari) dimana 2 orang dengan aktivitas fisik ringan (melakukan injeksi dan mengganti infus) dan 2 orang dengan aktivitas fisik berat (perawatan pasien DM dengan luka tau ulkus diabetik). 2. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah adakah hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang?. 3. Tujuan Penelitian Tujuan umum : mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Tujuan khusus : mengetahui gambaran aktifitas fisik perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, mengetahui gambaran kualitas tidur perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.
4. Manfaat Penelitian Bagi peneliti : mendapatkan pengalaman yang berharga dan mendapatkan tambahan wawasan dalam melakukan penelitian mengenai hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Bagi universitas : dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk mahasiswa serta dapat dijadikan pedoman untuk dilakukan penelitian selanjutnya oleh mahasiswa. Bagi rumah sakit : sebagai informasi dan bahan masukan bagi pimpinan staf rumah sakit sampai sejauh mana para perawat dalam melakukan aktifitas fisik di lingkungan kerja dan kualitas tidur mereka. BAHAN DAN CARA 1. Populasi Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebanyak 106 orang yang terbagi dalam ruang Anggrek, Dahlia, Melati, Cempaka, Mawar, Flamboyan, Perinatal dan Hemodialisa. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari seluruh objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, sebanyak 84 orang. 3. Teknik Sampling Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara proportionate simple random sampling. Peneliti melakukan pengambilan sampel secara proporsi dengan cara mengambil perawat dari setiap ruangan yang ditentukan seimbang dengan banyaknya perawat di ruangan yang dipilih dikalikan dengan kebutuhan sampel. Kemudian dilakukan pengambilan
sampel secara acak sederhana dengan cara mengundi (lottery technique) perawat. Undian berdasarkan daftar nama responden dengan memperhatikan proporsi pada tiap ruangan HASIL A. Gambaran Aktifitas Fisik Perawat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Perawat Aktifitas Fisik n % Rendah 32 38,1 Tinggi 52 61,9 Jumlah 84 100,0 Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa aktifitas fisik perawat sebagian besar dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 52 dari 84 responden (61,9%). B. Gambaran Kualitas Tidur Perawat Tabel 2 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Perawat Kualitas Tidur n % Baik 27 32,1 Buruk 57 67,9 Jumlah 84 100,0 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa kualitas tidur perawat sebagian besar dalam kategori buruk yaitu sebanyak 57 dari 84 responden (67,9%). C. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kualitas Tidur Perawat Tabel 3 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kualitas Tidur Perawat Aktifitas Kualitas Tidur Fisik Baik Buruk Total f % f % f % Rendah 15 46,9 17 53,1 32 100,0 Tinggi 12 23,1 40 76,9 52 100,0
Jumlah 27 32,1 57 67,9 84 100,0 2 χ = 4,110; p value = 0,043 Berdasarkan hasil analisis hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, diperoleh hasil bahwa responden yang mempunyai aktivitas fisik rendah sebanyak 32 orang dimana sebagian besar mempunyai kualitas tidur yang buruk yaitu sebanyak 17 orang (53,1%) lebih banyak dari pada kategori baik yaitu sebanyak 15 orang (46,9%). Responden yang mempunyai aktivitas fisik tinggi sebanyak 52 orang dimana sebagian besar mempunyai kualitas tidur yang buruk yaitu sebanyak 40 orang (76,9%) lebih banyak dari pada kategori baik yaitu sebanyak 12 orang (23,1%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh didapatkan nilai χ2 hitung (4,110) > χ2 tabel (3,84) dan p value 0,043 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN 1. Gambaran Aktifitas Fisik Perawat Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktifitas fisik perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 52 dari 84 responden (61,9%). Aktifitas fisik perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dalam kategori tinggi dimana mereka sering melakukan pengawasan dengan intensif tanda-tanda vital pada pasien (65,0%). Aktifitas pada shift malam yang dilakukan perawat yakni menjaga dan mengecek pasien, observasi keadaan pasien, monitoring tetesan infus serta mengingatkan pasien akan tindakan yang akan dilakukan pasien dipagi hari
(seperti, rencana pembedahan). Aktifitas fisik perawat dalam kategori tinggi diantaranya disebabkan oleh faktor jumlah pasien yang banyak. Aktivitas fisik yang berbeda di Instalasi Rawat Inap RSUD Ungaran Kabupaten Semarang disebabkan karena adanya perbedaan jumlah kegiatan atau aktivitas pada shift kerja, jumlah pasien, jumlah perawat serta perbedaan kelas perawatan. Adanya pelaksanaan patient safety dapat menambah tugas yang dilaksanakan oleh perawat sehingga perlu adanya tanggung jawab dalam menjaga pasien tetap selamat. Tugastugas yang bertambah yakni hand hygiene, ketepatan identifikasi pasien, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert), peningkatan komunikasi yang efektif, pengurangan risiko pasien jatuh dan pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktifitas fisik perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dalam kategori rendah yaitu sebanyak 32 dari 84 responden (38,1%). Aktifitas fisik perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dalam kategori rendah dimana mereka kadang-kadang melakukan pemeriksaan suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan dan tekanan darah semua pasien dalam satu ruang perawatan (57,0%). Pada prinsipnya pemeriksaan tanda vital tidak selalu sama antara pasien satu dengan yang lainnya. Tingkat frekuensi pengukuran akan lebih sering atau lebih ketat pada pasien dengan kegawat-daruratan dibanding dengan pasien yang tidak mengalami kegawat-daruratan/kritis. Aktifitas fisik perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dalam kategori rendah
disebabkan jumlah perawat yang berlebih. Perawat merupakan tenaga penting dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, karena mendampingi pasien selama 24 jam. Jumlah perawat cukup penting untuk keberhasilan penyelenggaraan pelayanan kebutuhan pasien yang dirawat di rumah sakit. Beberapa aktivitas fisik yang menjadi tanggung jawab perawat didelegasikan kepada mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani praktek di rumah sakit sebagai salah satu bagian dari praktek pembelajaran, sehingga menyebabkan aktivitas fisik yang dilakukan menjadi berkurang. 2. Gambaran Kualitas Tidur Perawat Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dalam kategori baik yaitu sebanyak 27 dari 84 responden (32,1%). Kualitas tidur perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dalam kategori baik yaitu pada komponen gangguan tidur dimana berdasarkan jawaban mereka dari kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), responden menyatakan tidak mengalami gangguan tidur yaitu dalam seminggu tidak mengalami bangun tidur di tengah malam atau bangun pagi terlalu cepat (85,7%). Kualitas tidur menunjukkan kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang, dan gelisah, lesu, apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, dan sering menguap atau mengantuk (Aimul, 2006). Perawat mempunyai kualitas tidur dalam kategori baik di dukung oleh faktor kebiasaan olah raga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mempunyai kualitas tidur yang baik sebanyak 27 orang (32,1%) dimana sebagian besar responden melakukan olah raga yaitu sebanyak 15 orang (68,2%) lebih banyak dari pada yang tidak melakukan olah raga yaitu sebanyak 12 orang (19,4%). Tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya berolah raga semakin meningkat, termasuk diantaranya adalah tenaga kesehatan seperti perawat. Ditengah kesibukan dan rutinitas pekerjaan yang dijalani, mereka menyisihkan waktu untuk berolah raga. Hari minggu adalah waktu khusus yang disediakan untuk berolah raga, meskipun ada pula yang menjadwalkan seminggu tiga kali bahkan ada pula setiap pagi hari. Minimal diantara mereka melakukan olah raga ringan seperti jalan sehat di sekitar tempat tinggal, bukutangkis hingga senam erobik ataupun fitness. Upaya yang mereka lakukan diantaranya juga bertujuan meningkatkan kualitas tidur mereka, meskipun dengan intensitas olahraga yang ringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dalam kategori buruk yaitu sebanyak 57 dari 84 responden (67,9%). Kualitas tidur perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dalam kategori buruk yaitu pada komponen kualitas tidur subjektif dimana berdasarkan jawaban mereka dari kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), responden menyatakan dalam satu minggu terakhir rata-rata kualitas tidurnya kurang baik (60,23%). Kualitas tidur perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dalam kategori buruk yaitu pada komponen kualitas latensi tidur dimana berdasarkan
jawaban mereka yang membutuhkan waktu lebih lama untuk menanti sebelum jatuh tertidur (54,39%). Bila seseorang dapat tidur dalam waktu yang cukup, maka ia akan siap melakukan aktivitas-aktivitas yang harus dikerjakannya saat ia tersadar. Waktu tidur yang cukup (minimal enam jam dalam sehari). Setiap orang perlu menyimpan cukup tidur agar dapat menjaga kondisi homeostatis tidur tetap stabil, sehingga akan membuatnya awas sepanjang siang. Setengah dari penduduk dewasa memiliki utang tidur yang cukup besar. Karena setiap jam yang dilewatkan seseorang untuk terjaga menambah kebutuhan akan tidurnya, sehingga mereka harus terus mengganti tidurnya di waktu yang lain (Aimul, 2006). Perawat mempunyai kualitas tidur dalam kategori buruk disebabkan oleh faktor umur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mempunyai kualitas tidur kategori buruk sebanyak 57 orang dimana sebagian besar yang berusia 26-35 tahun yaitu sebanyak 29 orang (50,9%) lebih banyak dari pada yang berusia 36-45 tahun yaitu sebanyak 6 orang (10,5%), berumur 46-55 tahun yaitu sebanyak 1 orang (1,8%) dan yang berusia 18-25 tahun yaitu sebanyak 21 orang (36,8%). Responden yang mempunyai kualitas tidur kurang sebagian berusia 26-35 tahun dimana pada usia tersebut beberapa orang mengalami penurunan kemampuan tubuh untuk mendapatkan tidur yang baik. 3. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kualitas Tidur Perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh didapatkan nilai χ2 hitung (4,110) > χ2 tabel (3,84) dan p value = 0,043 (α = 0,05),
maka dapat disimpulkan ada hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Kemudian dari hasil analisis menggunakan uji chi square diperoleh OR sebesar 2,941 artinya responden yang mempunyai aktifitas fisik yang rendah cenderung 2,941 kali mempunyai kualitas tidur yang baik dibandingkan yang mempunyai aktivitas fisik yang tinggi. Perawat dengan aktivitas fisik yang padat dan mengikuti sistem kerja shift (malam hari) dapat mengalami gangguan tidur. Hal ini dikarenakan setelah melakukan bekerja pada malam hari suhu tubuh akan meningkat dan memerlukan beberapa jam untuk kembali ke dalam keadaan suhu yang normal sehingga pikiran merasa tegang yang menyebabkan tidak bisa tidur, selain itu bekerja pada malam hari akan mengakibatkan ketegangan otot setelah melakukan bekerja dan memerlukan beberapa jam untuk kembali rileks. Bekerja yang berlebihan dapat menyebabkan kelelahan otot, kehilangan tingkat energi dan dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan ketegangan otot, cedera tulang dan juga bisa menyebabkan masalah untuk dapat jatuh tidur, mempertahankan tidur dan bangun lebih awal (Sudarma, 2008).
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Aktifitas fisik perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori tinggi (61,9%). Kualitas tidur perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori buruk (67,9%). Ada Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kualitas Tidur Perawat di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang, dengan p value = 0,043 (α = 0,05). 2. Saran Bagi perawat, sebaiknya perawat meningkatkan kualitas tidur dengan menciptakan lingkungan yang mendukung untuk tidur diantaranya ruangan yang nyaman sehingga kinerja mereka tidak menurun. Bagi RSUD Ungaran, sebaiknya pihak rumah sakit dalam hal ini kepala ruangan dapat mendistribusikan beban kerja dengan adil dan merata kepada semua stafnya khususnya perawat pelaksana sehingga lebih mengefektifkan penyelesaian pekerjaan. DAFTAR PUSTAKA Aimul, 2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia : Aplikasi Konsep dan. Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Alawiyah, 2009. Gambaran Pola Tidur Pada Perawat di Rumah Sakit Syarif. Hidayatullah Jakarta 2009 Skripsi. Fakultas Kedokteran USU Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : RinekaCipta Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC Aviantono, 2009. Pengembangan Sistem Informasi Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan Puskesmas Berdasarkan Beban Kerja Di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Jurnal keperawatan Volume 1 No. 2 tahun 2009 Buchner, 2007. Physical activity. In W.P. Arend: Cecil medicine. 23rd ed. Philadelphia: Saunders Elsevier Ghozali, 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS, Edisi. Keempat, Semarang : Penerbit Universitas Diponegoro. Handayani, 2008.Hubungan Antar Penerapan Shift Kerja dengan Pola Tidur Pekerja di Bagian Produksi. PT. Enka Parahiyangan, Jakarta. Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Hanning, 2009. Changes In Cortisol Secretion During Shiftwork: Implications For Tolerance To Shiftwork? Ergonomics, 41, 610621. Hidayat, 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika ILO 2008. Encyclopedia of Occupational Health and Safety, Geneva. Jansen, N. W. H., Kant, I. J. And Van Den Ilyas, 2009. Perencanaan SDM rumah sakit: Teori, metoda dan formula. Depok: Universitas Indonesia Irwandy, 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan beban kerja perawat di unit rawat inap RSJ Dadi Makassar. Makasar: Universitas Hasanuddin Karim 2007. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Kebiasaan Merokok Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di Poliklinik RS Sanglah Denpasar. Skripsi : Denpasar. Universitas Udayana Khasanah & Hidayati, 2012. Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi. Sosial “MANDIRI” Semarang. Khasanah, 2012. Kualitas Tidur Lansia: Jurnal Nursing Studies Volume 1,. Nomor 1 tahun 2012 Kusnanto, 2004. Pengatar Profesi Dan Praktik Keperawatan Professional. Jakarta : EGC.
Marliani dan Tantan, S, 2007, 100 Question & Answer Hipertensi, Jakarta : PT. Elex Media. Komputindo Mauritz, 2008. Faktor dan Penjadualan Shift Kerja. Jurnal Teknoin Volume 13, Nomor 2. Morton, Hebel & Mc Carter, 2009. Epidemiologi dan Biostatistika: Panduan Studi ed. 5 terj, Jakarta : EGC. Nursalam, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :Nuha Medika Potter & Perry, 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta : EGC.2005 Prasadja, 2009. Ayo Bangun Dengan Bugar Karena Tidur Yang Benar. Jakarta: PT. Mizan Utama. Rahayu, 2008. Hubungan Pijat Bayi Sengan Pola Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan di Bidan Praktek Swasta (BPS) Ny. Nur Musriah Kota Kediri. Poltekkes Depkes Malang : Vol 6 (2) : 79-83. 2006 Rahman 2008. Hubungan Obesitas Dengan Risiko Obstructve Sleep Apnea OSA Pada Remaja. Poltekkes Kemenkes Semarang RSUD: Banyumas Ratnasari, 2009. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Asertivitas pada Remaja di SMA Negeri 1 Gemolong. Naskah Publikasi: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Rukmono, Sudrajat, dan Suzanna, 2009. Sukses Ulangan SD Kelas 3. Jakarta : PT Wahyu Media Saftarina, 2013. Hubungan shift kerja dengan gangguan pola tidur pada perawat instalasi rawat inap di
RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung. [Medula Unila.2014;2(2) : 28-38] Saryono dam Widiyanti, 2010. Metodologi Penelitian kebidanan. Jakarta : Nuha. Medika. Jakarta Siregar, 2011. Mengenal Sebab-Sebab, Akibat-Akibat Dan Cara Terapi Insomnia, Yogyakarta: Flashbooks Sudarma 2008. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alphabeta Suwignyo, 2007. Aplikasi teori Ida Jean Orlando dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit.
Jakarta : PT Media Elex Komputindo Tandra, 2008. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang-. Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Taylor, 2009. Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas, Jakarta: Kencana Windayanti dan Prawasti, 2010. Burnout pada perawat rumah sakit pemerintah dan perawat rumah sakit swasta. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Yulrina, 2014. Panduan lengkap keterampilan dasar kebidanan I. Yogyakarta : Deepublish