HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KUALITAS TIDUR PADA SISWA SMA N 2 UNGARAN Hendra Julianto*), Priyanto**), Puji Lestari***) *) Alumnus Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Kopi, minuman beralkohol, obat penurun demam, obat asma serta rokok juga memicu munculnya gangguan sulit tidur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kualitas tidur pada siswa SMA N 2 Ungaran. Jenis penelitian ini deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa laki-laki yang merokok dengan usia 16-18 tahun di SMA N 2 Ungaran yang berjumlah 229 anak. Tehnik sampling yang digunakan adalah proportionate random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 70 orang. Data univariat dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dan proporsi serta bivariat menggunakan Chi Square(X2). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar kebiasaan merokok pada responden dalam kategori berat yaitu sebanyak 29 responden (41,4 %) dan sebagian besar responden mempunyai kualitas tidur dalam kategori buruk yaitu sebanyak 45 responden (64.3 %) Dari hasil uji statistik menggunakan chi square diketahui hubungan kebiasaan merokok dengan kualitas tidur pada siswa SMA N 2 Ungaran dengan nilai (p value 0,013). Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat menjadi bahan masukan untuk memilih upaya yang tepat dan praktis dalam memperbaiki kualitas tidur yaitu dengan mengendalikan kebiasaan merokok. Kata kunci : Kebiasaan Merokok dan Kualitas Tidur
ABSTRACT
Coffee, alcohol, fever-lowering drugs, asthma drugs and cigarettes also trigger difficulty sleeping disorders. The purpose of this study was to determine the relationship of smoking and sleep quality in high school N 2 Ungaran. Type a descriptive correlational study using cross sectional approach and using a questionnaire as a data collection tool. The population in this study were all male students who smoked at age 16-18 years in high school N 2 Ungaran totaling 229 children. The sampling technique used is proportionate random sampling with a sample size of 70 people. Data were analyzed using univariate frequency distributions and proportions as well as bivariate using Chi Square (X2). Based on this research, it is known that the majority of respondents in the habit of smoking on weight category as many as 29 respondents (41.4%) and the majority of respondents have a poor quality of sleep in the category is 45 respondents (64.3%) of test results using the chi-square statistic known relationship with the smoking habits of high school students sleep quality on N 2 Ungaran with the value (p value 0.013). Hopefully with this study, can be input to choose the appropriate and practical efforts in improving the quality of sleep is to control the smoking habit. Keywords: Smoking Habit and Sleep Quality
PENDAHULUAN Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu di mana terjadi eksplorasi psikologi untuk menemukan identitas diri. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia jumlah dan persentase penduduk Indonesia golongan usia 10-24 tahun (definisi WHO untuk young people) adalah 64 juta atau sekitar 31% dari total seluruh populasi, sedangkan khusus untuk remaja usia 10-19 tahun berjumlah 44 juta atau 21% (Effendi & Makhfudli, 2009: 223). Masalah yang dialami oleh remaja diantaranya pola makan, kesehatan gigi, eliminasi dan pola tidur. Pola tidur pada usia remaja dan dewasa tentu berbeda dengan anak-anak. Usia 13-28 tahun terjadi perubahan hormonal yang terjadi pada masa pubertas. Pada masa ini mereka mengalami pergeseran irama sirkadian sehingga jam tidur pun bergeser. Secara umum kebutuhan tidur orang dewasa muda berkisar 8,5-9,25 jam per hari. Namun, biasanya pola tidur orang dewasa muda mulai berubah alias tidak menentu. Saat
2
orang lain mulai mengatuk pada pukul 21.00 atau 22.00 orang dewasa muda justru bersemangat untuk belajar atau menyelesaikan tugas (Prasadja, 2009:36). Kurang tidur dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Selain itu, kurang tidur juga mengakibatkan penurunan kemampuan mental, kemampuan otak dan kreativitas. Penurunan kemampuan otak tersebut secara otomatis akan menurunkan produktivitas. Secara psikologis, seseorang yang kurang tidur cenderung mengalami gangguan stabilitas emosional, mudah marah, kecewa, sedih, serta tidak bergairah (lemah, letih dan lesu) (Prasadja, 2009:40). Kebiasaan merokok sudah sangat terang berdampak negatif bagi jantung. Setiap tahun, WHO mengajak untuk memperingati hari bebas tembakau sedunia pada 31 Mei. Ajakan WHO sejak 1983 mencerminkan keprihatinan mendalam terhadap dampak buruk kebiasaan merokok bagi kesehatan dunia (Yahya, 2010:7). Kopi, minuman beralkohol, obat penurun demam, obat asma serta rokok
Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kualitas Tidur Pada Siswa SMA N 2 Ungaran
juga memicu munculnya gangguan sulit tidur. Diantaranya memperlama rentang waktu hingga jatuh terdidur, mencetuskan bangun tidur di tengah malam atau tidur terputus-putus akibat sering bangun. Nikotin rokok bersifat neurostimulan yang justru membangkitkan semangat (Apriadji, 2007:44). Kebiasaan merokok dikaji dengan menanyakan kebiasaan merokok sudah berapa lama, berapa batang perhari dan jenis rokok (Muttaqin, 2012:77). Peningkatan faktor resiko ini berkaitan dengan riwayat jumlah merokok dalam setahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah tahun merokok) serta factor saat mulai merokok (semakin muda individu memulai merokok, semakin besar resiko terjadinya kanker paru). Faktor lain yang juga dipertimbangkan termasuk di dalamnya jenis rokok yang dihisap (kandungan tar, rokok filter dan kretek). Merokok dan insomnia mempunyai keterkaitan yang erat. Meskipun merokok bukan satu-satunya prediktor bagi insomnia, akan tetapi nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan ketegangan pada syaraf simpatik dan syaraf parasimpatik, sehingga menyebabkan orang tersebut akan tetap terjaga. Padahal ketika orang dalam keadaan tidur, semua syaraf dan organ manusia berelaksasi, bahkan detak jantung pun berdenyut lambat. Nikotin di dalam rokok akan memacu hormon dopamin di dalam tubuh manusia. Dimana hormon dopamin tersebut berfungsi untuk memberikan sensasi rasa senang, bahagia, merasa segar dan tidak mengantuk, meningkatkan konsentrasi, daya pikir, dan daya ingat. Oleh sebab itu, ketika hormon ini terpacu untuk meningkatkan fungsinya, maka syaraf-syaraf di dalam tubuh manusia, baik syaraf simpatik maupun parasimpatik, akan menegang atau berkontraksi tergantung dari dosis stimulus yang di berikan untuk memicu hormon dopamin tersebut. Dalam saat
yang sama, hormon serotonin (kebalikan dari hormon dopamin) akan sedikit bekerja atau bahkan tidak bekerja sama sekali (Hurlock, 2006:210). Berdasarkan hasil studi awal yang dilakukan di SMA N 2 Ungaran diperoleh 8 siswa laki-laki mengkonsumsi rokok sepulang dari sekolah di tepi jalan ataupun di warung makan. Hasil wawancara singkat dengan siswa yang merokok di peroleh data bahwa mereka merokok sudah sejak tingkat SMP dengan jumlah rata-rata 6 batang setiap harinya. Mereka mengkonsumsi pagi hari setelah sarapan atau ketika berangkat ke sekolah, siang hari pulang sekolah, sore hari ketika beraktivitas dengan teman-teman dan malam hari sebelum tidur. Perilaku merokok mereka dilakukan dengan sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan orang tua. Terkait dengan kualitas tidur, 5 siswa menyatakan sering terbangun namun 3 siswa tidak merokok dan 3 siswa tidak terbangun namun 2 siswa tidak merokok. Siswa perokok merasa ingin terus merokok karena dipengaruhi oleh kebiasaan mereka merokok. dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa 3 siswa yang tidak merokok mereka terbangun dimalam hari sedangkan 2 siswa yang tidak merokok tidak terbangun dimalam hari. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah, adakah hubungan kebiasaan merokok dengan kualitas tidur pada siswa SMA N 2 Ungaran? Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kualitas tidur pada siswa SMA N 2 Ungaran Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk memilih upaya yang tepat dan praktis dalam memperbaiki kualitas tidur yaitu dengan mengendalikan kebiasaan merokok.
Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kualitas Tidur Pada Siswa SMA N 2 Ungaran
3
BAHAN DAN CARA Desain Penelitian Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dan menggunakan pendekatan cross sectional. Pengukuran variabel kebiasaan merokok dan kualitas tidur pada siswa SMA N 2 Ungaran hanya diobservasi sekali saja. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SMA N 2 Ungaran pada bulan febuari 2015. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa laki-laki yang merokok dengan usia 16-18 tahun di SMA N 2 Ungaran yang berjumlah 229 anak. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah siswa laki-laki SMA N 2 Ungaran sebanyak 70 responden dengan metode proportionate random sampling. Penentuan sampel untuk masingmasing kelas dilakukan dengan cara undian berdasarkan daftar nama responden dengan memperhatikan proporsi pada masing-masing kelas. Analisis Data Analisis Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan kebiasaan merokok dan kualitas tidur siswa SMA N 2 Ungaran.
Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program pengolahan data Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 17.0, dengan metode Chi Kuadrat (χ2) satu sampel. HASIL PENELITIAN Analisa univariat Gambaran kebiasaan merokok siswa SMA N 2 Ungaran Tabel 1. Distribusi frekuensi kebiasaan merokok siswa SMA N 2 Ungaran Kebiasaan Frekuensi Persentase merokok (%) Ringan 19 27.1 Sedang 22 31.5 Berat 29 41.4 Total 70 100,0 Gambaran kualitas tidur siswa SMA N 2 Ungaran Tabel 2. Distribusi frekuensi kualitas tidur siswa SMA N 2 Ungaran Kualitas Frekuensi Persentase tidur (%) Baik 25 35.7 Buruk 45 64.3 Total 70 100,0 Analisa Bivariat Hubungan kebiasaan merokok dengan kualitas tidur pada siswa SMA N 2 Ungaran
Tabel 3. Tabulasi silang hubungan kebiasaan merokok dengan kualitas tidur pada siswa SMA N 2 Ungaran Kualitas tidur Kebiasaan merokok Buruk Baik Total p value n % n % n % Ringan 8 42.1 11 57.9 19 100.0 Sedang 13 59.1 9 40.9 22 100.0 0,013 Berat 24 82.8 5 17.2 29 100.0 Total 45 64.3 25 35.7 70 100,0
4
Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kualitas Tidur Pada Siswa SMA N 2 Ungaran
PEMBAHASAN Analisa Univariat Gambaran kebiasaan merokok siswa SMA N 2 Ungaran Menurut Muttaqin (2012), menyatakan bahwa kebiasaan merokok dikaji dengan menanyakan kebiasaan merokok sudah berapa lama, berapa batang perhari dan jenis rokok. Peningkatan faktor resiko ini berkaitan dengan riwayat jumlah merokok dalam setahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah tahun merokok) serta factor saat mulai merokok (semakin muda individu memulai merokok, semakin besar resiko terjadinya kanker paru). Faktor lain yang juga dipertimbangkan termasuk di dalamnya jenis rokok yang dihisap (kandungan tar, rokok filter dan kretek). Sebagian besar remaja yang merokok tersebut juga mengatakan bahwa mereka dengan merokok akan merasa lebih dewasa dan lebih percaya diri saat bergaul dengan teman-temannya maupun dengan lingkungan pergaulannya. Beberapa hal tersebut merupakan salah satu penyebab sebagian besar remaja mengkonsumsi rokok dalam kehidupan sosialnya. Kebiasaan yang sering dilakukan pada sebagian besar responden tersebut akan menjadi kebiasaan yang susah dihilangkan sehingga menjadikan konsumsi rokok menjadi suatu ketergantungan yang sulit dihilangkan sehingga menyebabkan sebagian besar responden menjadi pengkonsumsi rokok dalam kategori berat. Selain itu faktor nikotin yang terkandung dalam rokok juga sangat berpengaruh terhadap ketergantungan untuk selalu merokok. Kebiasaan merokok yang dalam kategori ringan dan hanya sebatas apabila sedang bergaul dengan teman-temannya dan hanya sesekali tersebut menunjukkan bahwa mereka dalam mengkonsumsi rokok dipengaruhi oleh faktor teman dan lingkungannya tempat bergaul sehingga apabila sedang tidak bersama teman maupun lingkungan yang tidak merokok
mereka hanya merokok apabila sedang stress atau menghilangkan kepenatan pikirannya. Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor penguat untuk mendorong perilaku merokok. Lingkungan sosial yang mungkin sangat berpengaruh dalam perilaku merokok siswa adalah orang tua dan teman sebaya. Menurut beberapa penelitian teman sebaya mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam tahapan seseorang menjadi perokok, dalam penelitian itu juga disebutkan bahwa sebagian besar siswa sekolah dasar mulai merokok karena ajakan teman sebayanya. Selain teman sebaya, orang tua juga memmiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku merokok anak. Seorang anak memiliki kecenderungan untuk meniru perilaku orang tuanya, anak yang merokok biasanya juga memiliki orang tua yang merokok juga. Anak menjadi tidak asing dengan rokok, bau rokok, dan perilaku merokok keluarganya (Helmi, Komasari, 2005). Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil penelitian Aulia (2010), yang menunjukkan bahwa umur subyek penelitian 16-17 tahun dan semua telah memulai merokok pada umur dibawah 15 tahun. Seluruh subyek dalam penelitian memiliki aktivitas rutin sekolah dan berkumpul bersama teman.. Semua subyek pernah terpapar iklan rokok, namun tidak merasa terpengaruh dengan iklan tersbut. Sebagian besar subyek memiliki anggota keluarga yang juga merokok, teman sebaya memiliki pengaruh yang kuat terhadap subyek dalam perilaku merokok, dan sebagian besar subyek membeli rokok secara ecer di warung pinggir jalan. Sikap seluruh subyek penelitian menunjukkan respon yang positif terhadap perilaku merokok yang dinilai sudah umum dan memilih untuk tidak menyembunyikan status sebagai perokok. Dalam prakteknya, subyek penelitian mengkonsumsi satu hingga sepuluh batang rokok setiap hari, semua subyek masih berganti-ganti merk
Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kualitas Tidur Pada Siswa SMA N 2 Ungaran
5
rokok dan menggunakan uang saku atau meminta teman untuk mendapatkan rokok. Gambaran kualitas tidur siswa SMA N 2 Ungaran Kualitas tidur menunjukan kemampuan individu untuk dapat tetap tidur, tidak hanya mencapai jumlah atau lamanya tidur, tetapi dapat memperoleh jumlah istirahat yang sesuai dengan kebutuhannya. Secara fisiologis, kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan individu, mudah letih, secara psikologis dapat mengakibatkan ketidakstabilan emosional, kurang percaya diri, impulsif yang berlebihan dan kecerobohan. Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa sebagian kecil responden mempunyai kualitas tidur dalam kategori baik yaitu sebanyak 25 responden (35,7 %). Kualitas tidur yang baik pada sebagian kecil responden tersebut dapat dilihat dari hasil kuesioner yang diberikan oleh peneliti kepada responden yang sebagian menyatakan bahwa saat tidur mereka jarang bangun pada tengah malam dan tidak pernah mengalami mimpi buruk serta mempunyai waktu tidur malam yang normal karena tidak pernah tidur sampai larut malam atau dini hari. Selain itu pada saat bangun tidur badan tidak merasa nyeri atau pegal-pegal. Analisa Bivariat Hubungan kebiasaan merokok dengan kualitas tidur pada siswa SMA N 2 Ungaran Merokok biasanya dimulai saat anak memasuki Sekolah Menengah Pertama, biasanya terjadi karena rasa ingin tahu, ajakan teman, dan lingkungan bergaul. Rokok sangat mudah di dapatkan, sehingga dengan mudah anak dapat membeli rokok. Sementara saat mulai menyandang status sebagai siswa SMA, Merokok menjadi gaya tersendiri bagi Remaja. Semakin sering menghisap rokok, ternyata rokok kini menjadi kebutuhan Remaja. Sering kita melihat anak Remaja
6
membeli sebungkus rokok untuk di konsumsi sendiri. Alasannya pun bervariasi, mereka merokok agar lebih percaya diri, menghilangkan stress, dan mencari inspirasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden yang mengalami kualitas tidur buruk adalah responden dengan kebiasaan merokok dalam kategori berat. Hal tersebut menunjukkan bahwa merokok sangat erat kaitannya dengan berkurangnya kualitas tidur responden yang ditandai dengan adanya kejadian insomia dan beberapa gangguan tidur lainnya. Penelitian mengenai risiko terjadinya insomnia akibat merokok pernah dilakukan oleh Annahri (2010). Penelitian yang dilakukan oleh Annahri (2010) mengenai risiko terjadinya insomnia akibat merokok menyebutkan bahwa mahasiswa perokok yang mengalami insomnia sebanyak 5 orang (15,15%), mahasiswa perokok tanpa insomnia 28 orang (84,85%), mahasiswa nonperokok dengan insomnia 2 orang (2,67%), dan mahasiswa nonperokok tanpa insomnia 73 orang (97,33%). Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan risiko terjadinya insomnia pada mahasiswa perokok Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan data bahwa terdapat beberapa responden dengan perilaku kebiasaan merokok buruk akan tetapi mempunyai kualitas tidur dalam kategori baik. Hal tersebut merupakan salah satu kesenjangan antara teori yang ada dengan hasil yang didapatkan di lahan penelitian. Berdasarkan teori yang ada menyebutkan bahwa kebiasaan merokok dalam kategori berat sangat berpengaruh terhadap buruknya kualitas tidur seseroang akan tetapi dari hasil penelitian ini didapatkan responden dengan kebiasaan merokok dalam kategori berat mempunyai kualitas tidur dalam kategori baik. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tidur seseorang diantaranya adalah lingkungan, pola makan, tingkat kelelahan dan stress emosional seseorang.
Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kualitas Tidur Pada Siswa SMA N 2 Ungaran
Selain itu berdasarkan hasil wawancara terhadap responden juga didapatkan data bahwa responden tersebut bertempat btinggal di daerah pedesaan yang jauh dari lingkungan perkotaan yang bising dengan berbagai suara motor dan kendaraan sehingga tempat tinggalnya lebih asri dan jauh dari kebisingan. Hal tersebut menjadikan responden lebih nyeyak dalam tidur karena jauh dari berbagai gangguan yang dapat menyebabkan kualitas tidur berkurang. Hal tersebut seusai dengan Perry and Potter (2006), yang menyatakan bahwa lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. Tempat tidur rumah sakit seringkali lebih keras daripada di rumah. Jika seseorang biasanya tidur dengan individu lain, maka tidur sendiri menyebabkan ia terjaga. Sebaliknya, tidur tanpa ketenangan atau teman tidur yang mengorok juga mengganggu tidur. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas menunjukkan bahwa kebiasaan merokok sangat berpengaruh terhadap kualitas tidur seseoarng. Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara normal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal (Asmadi, 2008:33). KESIMPULAN Sebagian besar kebiasaan merokok pada responden dalam kategori berat yaitu sebanyak 29 responden (41,4 %). Sebagian besar responden mempunyai kualitas tidur dalam kategori buruk yaitu sebanyak 45 responden (64.3 %).
Ada hubungan yang bermakna kebiasaan merokok dengan kualitas tidur pada siswa SMA N 2 Ungaran dengan nilai (p value 0,013). SARAN Bagi responden, hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan untuk memilih upaya yang tepat dan praktis dalam memperbaiki kualitas tidur yaitu dengan mengendalikan kebiasaan merokok Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat merangsang peneliti lainnya untuk melakukan penelitian lain tentang akibat dan bahaya mengkonsumsi rokok sehingga diharapkan remaja dapat terhindar dari konsumsi rokok dan dapat memperbaiki kualitas tidur mereka akibat merokok. DAFTAR PUSTAKA [1] Amrih. P., 2008. The 7 Habits of highly effective people. Jakarta : Pinus [2] Apriadji, 2007. Good Mood Food: Makanan Sehat Alami. Jakarta: Gramedia http://books.google.co.id/books?id=80 6o0JV3Ae4C&pg=PA44&dq=rokok+ menyebabkan+gangguan+tidur&hl=id &sa=X&ei=l9oaVLuSKoS2uAS5koG QAQ&redir_esc=y#v=onepage&q=ro kok&f=false [3] Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta. [4] Asmadi, 2008. Tehnik prosedural keperawatan: Konsep dan Aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika. http://books.google.co.id/books?id=IJ 3P1qiHKMYC&pg=PA134&dq=tidur +adalah&hl=id&sa=X&ei=auAaVNn RBsyeugTM2YDYBg&ved=0CBcQ6 wEwAQ#v=onepage&q=tidur%20ada lah&f=false [5] Az za’Balawi, 2007. Pendidikan remaja antara islam dan ilmu jiwa. Jakarta : Gema Insani
Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kualitas Tidur Pada Siswa SMA N 2 Ungaran
7
[6] Cahyono, B. S. 2008. Gaya hidup dan penyakit modern. Yogyakarta: Kanisius [7] Dariyo, A., 2003. Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta : Grasindo [8] Effendi dan Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika http://books.google.co.id/books?id=L Kpz4vwQyT8C&pg=PT271&dq=pop ulasi+remaja&hl=en&sa=X&ei=_N1 AVOapJeXUmgXbqILwCA&redir_es c=y#v=onepage&q=populasi%20rema ja&f=false [9] Hidayat, 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi I. Jakarta: Salemba Medika. [10] Mahendra dan Rachmawati, E., 2005. Atasi stroke dengan tanaman obat. Jakarta : PS [11] Malahayati, 2010. Super teens. Yogyakarta : Penerbit Jogja Bangkit Publisher. [12] Muttaqin, A., 2012. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan kardiovaskular dan hematologi. Jakarta : Salemba Medika http://books.google.co.id/books?id=no WFt_QVOUMC&pg=PA77&dq=kebi asaan+merokok+jenis+rokok&hl=id& sa=X&ei=aQaVKGAH4KfugSEwYHoCw&ved=
8
0CBsQ6wEwAg#v=onepage&q=kebi asaan%20merokok%20jenis%20rokok &f=false [13] Notoadmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta. [14] Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika [15] Prasadja, 2009. Ayo bangun. Jakarta : Mizan Publika http://books.google.co.id/books?id=O KtvxXpVHukC&printsec=frontcover &hl=id#v=onepage&q&f=false [16] Sarwono, 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. [17] Sugiono, 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta [18] Wong, 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 1 Wong. Jakarta : EGC. http://books.google.co.id/books?id=H HjThPtweDsC&pg=PA115&dq=kuali tas+tidur+remaja&hl=en&sa=X&ei=0 9xAVLjONuLDmQWD54KIAw&red ir_esc=y#v=onepage&q=kualitas%20t idur%20remaja&f=false [19] Yahya. 2010. Menaklukkan Pembunuh No 1. Bandung: PT Mizan Pustaka. http://books.google.co.id/books?id=Py uTO7OmYpYC&printsec=frontcover &hl=id#v=onepage&q&f=false
Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kualitas Tidur Pada Siswa SMA N 2 Ungaran