Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA CETAK TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD GUGUS V MENGWI Putu Ayu Satya Dewi1, I Wayan Darsana2, Ni Wayan Suniasih3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak dan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Konvensional siswa kelas V SD di Gugus V Mengwi. Penelitian ini menggunakan rancangan “Nonequivalent Control Group Design”. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di Gugus V Mengwi yang banyaknya 112 orang siswa, kemudian untuk menentukan sampel penelitian digunakan teknik Random Sampling, sehingga didapatkan SD No. 3 Abianbase sebagai kelompok eksperimen dan SD No. 2 Abianbase sebagai kelompok kontrol. Data tentang hasil belajar IPS dikumpulkan dengan metode berupa tes jenis objektif bentuk pilihan ganda biasa yang diberikan setelah 6 kali perlakuan di kelompok eksperimen dan di kelompok kontrol. Data hasil belajar IPS di analisis menggunakan ttest. Berdasarkan taraf signifikan 5% dan db = 58 diperoleh t hit = 5,675 dan ttabel = 2,000. Sehingga thit > ttabel, ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui Model Problem Based Learning berbantuan media cetak dan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Konvensional. Rata – rata hasil belajar IPS kelompok eksperimen yaitu 80,77 dan rata– rata hasil belajar IPS kelompok kontrol yaitu 72,13, maka rata–rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi dari hasil belajar kelompok kontrol. Jadi dapat disimpulkan Model Problem Based Learning berbantuan media cetak berpengaruh terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD di Gugus V Mengwi. Kata kunci: Problem Based Learning, media cetak, hasil belajar IPS. Abstract This research aims to determine the significant difference of students' learning outcomes on social science subject between those who learned through printed media assisted problem based learning model compared to those who learned using conventional teaching model on the fifth grade elementary school students in Gugus V Mengwi. This research utilized a "Nonequivalent Control Group Design" approach. The population is all the fifth grade students in Gugus V of Mengwi, comprises 112 students. To determine research’s sample, random sampling techniques was utilized. To this end, the students of SD Number 3 Abianbase was determined as an experimental group and students of SD Number 2 Abianbase as a control group. The data regarding social science subject’s learning outcomes was collected using a regular multiple choice test that given after 6 times treatment in the experimental group and in the control group. Data was analyzed using t - test. Based on the significant level of 5% and db = 58, the calculation of thit = 5,675 and ttable = 2,000. In the case thit > ttable shows that there is a significant difference of students' learning outcomes on social science subject between those who learned
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) through printed media assisted problem based learning model compared to those who learned using conventional teaching model. The average learning outcomes on experimental group was 80,77 and on control group was 72,13, so the average learning outcomes on experimental group is higher than on control group. In conslusiaon the printed media assisted problem based learning model has a significant impact on students' learning outcomes on social science subject on the fifth grade elementary school students in Gugus V Mengwi Keywords : problem based learning, printed media, social science’s learning outcome.
PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) membahas tentang manusia dan dunianya. Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan bantuan dari sesamanya. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, orang dapat berkomunikasi ataupun bersosialisasi dengan mudah dan cepat dimanapun mereka berada melalui telepon maupun internet. Dengan demikian, pembelajaran IPS sangat penting untuk ditanamkan sejak dini agar siswa dapat bersosialisasi dengan baik. Aktivitas sosialisasi tersebut dimulai dari keluarga sebagai lingkungan terdekat dari seorang individu. Suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaikbaiknya untuk melakukan pendidikan seseorang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang sempurna, tidak saja bagi anak-anak kecil tetapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan sebagai pemberi contoh. Sikap sosial pada siswa diawali saat siswa berada di keluarganya masing-masing, misalnya ketika orang tua mengajarkan anak agar berbicara secara sopan dan santun terhadap orang tuanya maupun orang lain di keluarganya. Dengan pelajaran tersebut anak dapat memahami sikap sosial yang baik secara sederhana dan akan dibawanya dalam pergaulan masyarakat di sekitarnya. Setelah siswa mengenyam pendidikan formal, sosialisasi selanjutnya akan berada pada jenjang sekolah. Pada tahap ini peran orang tua untuk sementara
yaitu saat siswa berada di sekolah akan digantikan oleh guru. Pada jenjang pendidikan, melalui pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara yang baik, memiliki keterampilan dalam kehidupan sosial, mampu berkomunikasi serta bekerjasama dalam masyarakat heterogen. Setelah siswa mendapatkan pendidikan dari keluarga maupun sekolah, maka di lingkungan masyarakat yang lebih luas siswa akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan sesamanya dalam hal bersosialisasi. Di sekolah secara khusus dalam pembelajaran IPS diperlukan suasana yang menyenangkan agar tidak timbul suasana yang membosankan karena siswa dituntut lebih banyak membaca serta memahami materi yang diberikan oleh gurunya. Dalam hal ini, guru harus dapat memfasilitasi siswa agar dapat meningkatkan semangat belajar yang dimiliki oleh siswa dan membuat siswa aktif dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran IPS dapat tercapai. Dimana tujuan IPS di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006 (dalam Subroto, 2010) menegaskan bahwa melalui mata pelajaran IPS siswa diarahkan untuk dapat menjadi Warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai. Serta pada KTSP 2006 (dalam Subroto, 2010), tujuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar agar siswa memiliki kemampuan yaitu (1) mengenal konsepkonsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) nilai sosial kemanusiaan dan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk dan ditingkat lokal, nasional dan global. Setiap siswa pasti memiliki cara penerimaan dan pengolahan informasi yang didapat dalam belajar berbeda-beda. Oleh sebab itu, seorang guru harus bijak dalam menentukan atau memilih model yang digunakan ataupun media pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran khususnya dalam pelajaran IPS. Salah satu model yang menuntut aktivitas siswa adalah Model Problem Based Learning. Model Problem Based Learning selain membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, juga berguna untuk membantu siswa menumbuhkan keterampilan kerjasama dalam kelompoknya dan melatih siswa dalam berpikir kritis sehingga kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan dapat meningkat. Adapun manfaat model Problem Based Learning menurut Smith (dalam Amir, 2010 : 27) yaitu : (a) meningkat kecakapan pemecahan masalahnya, (b) lebih mudah mengingat, meningkat pemahamannya, (c) meningkat pengetahuan yang relevan dengan dunia praktik (d) mendorong mereka penuh pemikiran, membangun kemampuan kepemimpinan dan kerja sama, (e) kecakapan belajar, (f) memotivasi siswa. Menurut Tan dkk (dalam Amir, 2010 : 12) Problem Based Learning memiliki ciriciri seperti : (a) pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, (b) siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, (c) mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah sementara guru lebih banyak memfasilitasi, (d) guru merancang sebuah skenario masalah, memberikan clue, indikasi-indikasi tentang sumber bacaan tambahan dan berbagai arahan dan saran yang diperlukan saat siswa menjalankan proses.
Sehingga kedepannya dengan menggunakan model Problem Based Learning, siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis serta dapat bekerjasama dengan baik dalam memecahkan permasalahan pembelajaran. Panen (dalam Rusmono, 2012 : 74) menyatakan bahwa siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah untuk bekerja kelompok, mengidentifikasi suatu permasalahan, mengumpulkan data, serta mencari pemecahan masalah tersebut. Suatu pembelajaran juga didukung oleh penggunaan media dalam pelaksanaan pembelajaran untuk siswa. Beberapa jenis media dalam mendukung pembelajaran yaitu media visual, media audio, dan media audiovisual. Media pembelajaran merupakan alat bantu proses pembelajaran dan segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan pembelajaran sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Leshin (dalam Arsyad, 2010 : 81) menyatakan bahwa media pembelajaran bermacam-macam prinsip penggunaannya, meliputi media berbasis manusia, media berbasis cetakan, media berbasis visual, media berbasis audiovisual, dan media berbasis komputer. Dari berbagai macam prinsip tersebut, prinsip yang digunakan dalam pembelajaran IPS agar lebih bermakna bagi siswa adalah media cetak. Media cetak lebih menekankan pada buku teks maupun lembaran lepas yang lebih memudahkan siswa dalam belajar IPS yang pada pelajaran tersebut lebih banyak membaca untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data yang diperlukan, serta memecahkan masalah yang menjadi kendala dalam materi pelajaran. Media cetak selain terdiri dari buku teks atau buku ajar, termasuk juga brosur, newsletter, majalah, dan lembaran lepas. Penggunaan media media cetak dalam
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) pembelajaran IPS dengan model Problem Based Learning dikarenakan pada pembelajaran IPS mempunyai materi yang banyak sehingga para siswa kadang malas untuk membaca, sehingga digunakan bantuan media cetak yang lain selain buku paket yaitu gambar-gambar untuk mendukung materi pembelajaran, suatu teks atau lembaran informasi yang juga mendukung proses pembelajaran sehingga lebih memadatkan materi yang diberikan saat pembelajaran. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang belajar melalui model Problem Based Learning Berbantuan Media Cetak dan siswa yang belajar melalui pembelajaran Konvensional pada siswa kelas V SD Gugus V Mengwi Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus V Mengwi Kabupaten Badung pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Dalam bidang pendidikan metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan tertentu yang sengaja dilakukan terhadap suatu kondisi tertentu (Sanjaya, 2013 : 87). Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) yang bertujuan untuk mengetahui suatu model pembelajaran dengan menerapkan treatmen pada suatu kelompok subjek penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Rancangan penelitian ini melibatkan satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Kedua kelas mendapat perlakuan yang sama dari segi pemberian materi, tetapi berbeda dalam perlakuan proses pembelajaran. Pada kelas eksperimen proses pembelajaran di kelas menerapkan Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak, sedangkan pada kelas kontrol proses
pembelajaran di kelas menerapkan pembelajaran Konvensional. Pre-test dilakukan untuk menyetarakan kelompok dengan memberikan tes IPS berupa pilihan ganda dengan materi semester ganjil sebelumnya. Populasi adalah keseluruhan yang menjadi target dalam menggeneralisasikan hasil penelitian (Sanjaya, 2013 : 228). Senada dengan hal tersebut, Sugiyono (2013 : 61) menyatakan bahwa populasi adalah adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan yang menjadi target yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas V di SD Gugus V Mengwi Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 112 orang. Menurut Riyanto (dalam Musfiqon, 2012 : 90) sampel adalah bagian dari populasi. Sedangkan Sugiyono (2013 : 62) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Jadi sampel adalah sebagian dari anggota populasi yang dijadikan perwakilan dan memiliki kemampuan yang setara. Sampel dari penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Random Sampling. Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi. Sehingga semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Sampel yang didapat secara acak didapat dua sekolah yaitu SD No. 3 Abianbase dan SD No. 2 Abianbase. Setelah diperoleh dua kelas sebagai sampel penelitian kemudian kedua kelas ini dilakukan uji kesetaraan dengan teknik Matching atau Pemetaan. Teknik Matching adalah suatu teknik untuk menyeragamkan kelompok pada suatu variabel atau lebih yang oleh peneliti
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) sudah diidentifikasi memiliki hubungan yang erat dengan penampilan (performance) variabel tidak bebas (Darmadi, 2011 : 197). Sebelum dilakukan teknik Matching, kedua kelas diberikan tes awal (pre-test) terlebih dahulu. Telah diperoleh bahwa hasil pre-test SD No. 3 Abianbase dan SD No. 2 Abianbase yang setara sebanyak 30 orang siswa dari kedua kelas yang dijadikan penelitian. Untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan teknik Random Sampling. Didapat siswa kelas V SD No. 3 Abianbase sebagai kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak dan kelas V SD No. 2 Abianbase sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran Konvensional. Variabel adalah suatu atribut, sifat, aspek, dari manusia, gejala, objek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya (Darmadi, 2011 : 21). Sedangkan Sugiyono (2013 : 2) mengungkapan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, variabel adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti sehingga diperoleh informasi untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu Model Problem Based Learning berbantuan media cetak dan variabel terikat yaitu hasil belajar IPS. Metode pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar IPS. Menurut Purwanto (2008 : 63) tes merupakan instrumen alat ukur untuk pengumpulan data dimana dalam memberikan respons atas pertanyaan dalam instrumen, peserta didorong untuk menunjukkan penampilan maksimalnya. Metode tes dilakukan dengan memberikan sejumlah tes untuk mengukur hasil belajar IPS. Pemberian post-test adalah suatu teknik pengumpulan data tentang hasil belajar dalam ranah kognitif siswa.
Adapun bentuk tes dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda biasa yang terdiri dari empat pilihan jawaban sebanyak 30 butir soal. Dimana siswa harus memilih salah satu jawaban yang tepat sesuai dengan pertanyaan yang terdapat dalam lembar soal. Rentang skor hasil belajar IPS adalah 0-100. Skor 0 merupakan skor minimal serta skor 100 merupakan skor maksimal ideal tes hasil belajar IPS. Tes tersebut disusun oleh peneliti dan melalui bimbingan dosen pembimbing. Data tentang hasil belajar IPS yaitu nilai post-test siswa. Sebelum tes digunakan untuk mengambil data penelitian, tes tersebut divalidasi untuk memperoleh kelayakan sebagai instrumen penelitian antara lain : (1) Uji Validitas merupakan kemampuan yang dimiliki oleh sebuah alat ukur untuk mengukur secara tepat keadaan yang akan diukur (Purwanto, 2008 : 62). Terdapat validitas isi dan validitas butir. Validitas isi mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Untuk itu diperlukan kisi-kisi (blue print) dalam penyusunan tes hasil belajar. Validitas tes objektif ditentukan melalui analisis butir berdasarkan koefisien korelasi point biserial, karena tes bersifat dikotomi. Dalam uji validitas diperoleh 46 soal valid dari 50 soal yang diujikan (2) Uji daya beda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2012 : 226). Derajat daya pembeda (DP) suatu butir soal dinyatakan dengan indeks diskriminan yang bernilai 1,00 sampai dengan 1,00. Apabila indeks diskriminasi makin mendekati nilai 1,00 ini berarti daya pembeda soal semakin baik, begitu juga sebaliknya, jika indeks diskriminasi suatu soal mendekati nilai 0,00 maka daya pembeda soal tersebut sangat jelek. Untuk menentukan kelompok atas dan kelompok bawah adalah dengan mengambil masing-masing 27% dari jumlah sampel untuk kelompok atas dan kelompok bawah. Proses penentuan kelompok atas dan kelompok bawah dari testi adalah dengan cara mengurutkan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) skor setiap testi, dari skor tertinggi sampai skor terendah. Kemudian diambil 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah. Diambil 27% dari jumlah sampel kelompok atas dan kelompok bawah dikarenakan telah menunjukkan kesensitifannya, atau dengan kata lain cukup dapat diandalkan (Sudijono, 2011 : 387). Sehingga kelompok atas berjumlah 27 testi dan kelompok bawah 27 testi yang menggunakan jumlah testi sebanyak 100 orang. Dalam uji daya beda diperoleh 2 butir soal kurang baik/jelek, 14 butir soal cukup baik, 18 butir soal baik, dan tidak terdapat soal dengan kriteria sangat baik/baik sekali (3) Uji tingkat kesukaran, soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar (Arikunto, 2012 : 222). Tingkat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut dengan indeks kesukaran. Indeks kesukaran berkisar antara nilai 0,0-1,0. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Pada uji tingkat kesukaran diperoleh 7 butir soal mudah, 16 butir soal sedang, dan 7 butir soal sukar (4) Uji reliabilitas adalah tingkatan pada mana suatu tes secara konsisten mengukur berapapun tes itu mengukur. Sanjaya (2013 : 252) menyatakan tes sebagai instrumen atau alat pengumpul data dikatakan reliabel manakala tes tersebut bersifat andal. Tes yang andal adalah tes yang dapat mengumpulkan data sesuai dengan kemampuan subjek yang sesungguhnya, yang tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi termasuk letak geografis. Dimanapun dan kapanpun tes itu diberikan, hasilnya akan tetap sama. Uji reliabilitas tes yang bersifat dikotomi dan heterogen ditentukan dengan rumus Kuder Richadson (KR-20) dengan rtabel = 0,195 dan diperoleh rhitung = 0,735 itu artinya bahwa soal tes pilihan ganda pada penelitian ini tergolong reliabel karena rtabel < rhitung (0,195 < 0,735).
Untuk uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas sebaran data, uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah uji hipotesis dengan statistik parametrik bisa dilakukan atau tidak. Untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar IPS siswa masingmasing kelompok berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis Chi-Square, uji homogenitas varians dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas data dilakukan dengan rumus Uji-F (Anava Havley), dan analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji beda mean (uji-t) kelompok berkorelasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi umum hasil penelitian ini memaparkan tentang rata-rata skor (Mean), varians, serta standar deviasi (SD) hasil belajar IPS siswa kelas V SD No. 2 Abianbase dan SD No. 3 Abianbase, yang diperoleh dari tes pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban. Dari data tes hasil belajar IPS dengan 30 butir soal yang dilakukan setelah 6 kali perlakuan, tes diberikan tanggal 10 Mei 2014. Banyak siswa pada kelompok eksperimen (siswa kelas V SD No. 3 Abianbase) 30 siswa dan kelompok kontrol (siswa kelas V SD No. 2 Abianbase) 30 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPS yang dicapai siswa yang belajar dengan Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak berbeda dengan siswa yang belajar dengan Pembelajaran Konvensional. Hasil analisis data diperoleh rata-rata nilai hasil belajar IPS yang merupakan nilai kognitif siswa yaitu nilai untuk kelas eksperimen yang mengikuti Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak adalah 80,77 dengan varians S2 = 33,56 dan standar deviasinya S = 5,79 sedangkan nilai rata-rata kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran Konvensional adalah 72,13 dengan varians S2 = 34,67 dan standar deviasinya S = 5,88.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Hal ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak memiliki nilai rata-rata hasil belajar IPS lebih dari kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran Konvensional. Adapun uji prasyarat yang dilakukan sebelum uji hipotesis, yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas dilakukan pada dua kelompok data, yakni data kelompok eksperimen dan data kelompok kontrol. Uji normalitas sebaran data menggunakan analisis Chi-Square. Berdasarkan uji normalitas kelompok eksperimen diperoleh X2hit = 3,95 sedangkan untuk taraf signifikan 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (db) = 58 diperoleh X2tabel = X2(0,05;5) = 11,07. Karena X2tabel > X2hit, ini berarti sebaran data nilai post-test siswa kelompok eksperimen berdistribusi normal. Dan uji normalitas kelompok kontrol diperoleh X2hit = 1,34 sedangkan untuk taraf signifikan 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (db) = 58 diperoleh X2tabel = X2(0,05;5) = 11,07. Karena X2tabel > X2hit , ini berarti sebaran data hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dilakukan berdasarkan data hasil belajar IPS yang meliputi data kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak dan kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran Konvensional. Uji homogenitas varians menggunakan uji F. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 1,03 dengan db penyebut (30-1) = 29, db pembilang (30-1) = 29 dan taraf signifikansi 5% diketahui Ftabel = 1,85. Didapatkan Fhitung < Ftabel (1,03 < 1,85) maka kedua data hasil belajar IPS dari SD No. 2 Abianbase dan SD No. 3 Abianbase memiliki varians homogen. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung = 5,675 dengan db =58 (Ʃ n-2 = 60 – 2 = 58) dan taraf signifikansi adalah 5% diperoleh ttabel = 2,000. Karena thitung lebih dari nilai ttabel (5,675 > 2,000). Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang belajar melalui Model Problem Based
Learning berbantuan Media Cetak dan siswa yang belajar melalui pembelajaran Konvensional pada siswa kelas V SD Gugus V Mengwi Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan uji-t yang dilakukan pada data hasil belajar IPS diketahui thitung sebesar 5,675 dengan db =58 (Ʃ n-2 = 60 – 2 = 58) dan taraf signifikansi adalah 5% diperoleh ttabel = 2,000. Dari perhitungan tersebut diperoleh thitung > ttabel (5,675 > 2,000) berarti hipotesis yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak dan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Konvensional siswa kelas V SD di Gugus V Mengwi Kabupaten Badung diterima. Hal ini berarti bahwa siswa yang dibelajarkan menggunakan Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak lebih baik dari pada siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Konvensional. Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak adalah pembelajaran yang secara penuh melibatkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran (student centered), yang menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Dimana di dalam Problem Based Learning peran guru lebih berperan sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa belajar berpikir dan memecahkan masalah mereka sendiri. Menurut Tan (dalam Amir, 2010 : 22) didukung juga oleh karakteristik Model Problem Based Learning yaitu (1) masalah digunakan sebagai awal pembelajaran (2) biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill-structured) (3) masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspective). Solusinya menuntut pemelajar menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bab atau lintas ilmu ke bidang lainnya (4) masalah membuat pemelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru (5) sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning) (6) memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi,
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) tidak dari satu sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci penting serta (7) pembelajaran kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Pebelajar bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi. Hal ini sebenarnya menggambarkan bahwa penyajian sebuah masalah, dapat membantu pemelajar lebih baik dalam belajar. Ini adalah salah satu bedanya Problem Based Learning dengan pembelajaran konvensional. Bahwa yang namanya belajar tidak hanya sekedar mengingat (menghafal), meniru, mencontoh. Pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu model inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa (Ngalimun, 2013 : 89). Dalam Problem Based Learning, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Dan juga dengan adanya bantuan berupa media, yang dalam penelitian ini menggunakan media cetak berperan dalam membantu proses pembelajaran, yang terdiri dari buku teks atau buku ajar, termasuk juga brosur, newsletter, majalah, dan lembaran lepas. Penggunaan media media cetak dalam pembelajaran IPS dengan model Problem Based Learning dikarenakan pada pembelajaran IPS mempunyai materi yang banyak sehingga para siswa kadang malas untuk membaca, sehingga digunakan bantuan media cetak yang lain selain buku paket yaitu gambar-gambar untuk mendukung materi pembelajaran, suatu teks atau lembaran informasi yang juga mendukung proses pembelajaran sehingga lebih memadatkan materi yang diberikan saat pembelajaran. Selain itu, didukung oleh keunggulan dari Model Problem Based Learning (Sanjaya, 2006: 218) adalah (1) pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran (2) pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa (3) pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa (4) pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata (5) pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Selain itu juga dapat mendorong untuk melakukan sendiri baik terhadap hasil maupun belajarnya (6) melalui pemecahan masalah bisa diperlihatkan bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang dimengerti oleh siswa bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku saja (7) pemecahan masalah dipandang lebih mengasyikkan dan disukai siswa (8) pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan pengetahuan baru (9) pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah mereka miliki dalam dunia nyata dan (10) pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. Hal ini terlihat selama proses pembelajaran yang menerapkan Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak. Beberapa temuan di lapangan dari penerapan Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak yaitu (1) siswa yang dibelajarkan melalui Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak siswa terlihat bersemangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran (2) siswa lebih aktif membekali diri dalam mempersiapkan materi untuk dijadikan pedoman saat pembelajaran, seperti mempersiapkan materi/bahan untuk pembelajaran melalui internet yang berbentuk cetakan (3) pembelajaran dengan Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak tampak kondisi pembelajaran student
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) centered dimana peran siswa lebih dominan dalam menjawab ataupun berdiskusi, dan guru condong berperan sebagai fasilitator. Berbeda signifikan dengan pembelajaran yang menerapkan pembelajaran Konvensional, selama proses pembelajaran siswa pasif, karena hanya menjadi objek belajar. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru secara seksama dan mencatat materi yang dipaparkan oleh guru lalu menyelesaikan soal-soal latihan dari guru. Pembelajaran seperti ini membuat siswa cepat bosan dan cenderung malas dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga tidak heran dalam pembelajaran yang menerapkan Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak jauh membuat pembelajaran lebih bermakna yang berujung pada optimalnya hasil belajar IPS kelompok eksperimen. Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran Konvensional siswa kelas V SD Gugus V Mengwi Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2013/2014. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak dan siswa yang dibelajarkan melalui Pembelajaran Konvensional siswa kelas V SD Gugus V Mengwi Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil thitung 5,675 > ttabel 2,000. Terlihat juga pada perolehan nilai rata-rata hasil belajar IPS kelompok eksperimen 80,77 > 72,13 kelompok kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD gugus V Mengwi Kabupaten Badung tahun
pelajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. (1) bagi siswa, Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak dapat memberikan motivasi bagi siswa dalam memperoleh pengetahuan, dan mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran untuk menemukan, mencari, serta memahami suatu pengetahuan. Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar IPS karena materi dikaitkan lingkungan dunia nyata siswa yang didesain melalui lembar kerja siswa berbasis proyek sehingga sangat tepat untuk diterapkan (2) bagi guru, hasil Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk mengatasi masalah pembelajaran yaitu dengan cara melakukan inovasi pembelajaran melalui Model Problem Based Learning berbantuan Media Cetak yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dan (3) bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dengan menyediakan berbagai fasilitas serta lebih mengembangkan proses pembelajaran dengan menerapkan berbagai Model yang bervariasi. DAFTAR PUSTAKA Amir, Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Prestasi Pustakaraya. Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bogor : Ghalia Indonesia.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Sanjaya. 2006. “Keunggulan Problem Based Learning”. Tersedia pada http:// kumpulanmakalah. blogspot.com /2011/05/model pembelajaran-problembased learning.html (diakses pada tanggal 21 Pebruari 2014). Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Subroto, Waspodo Tjipto. 2010. “Pembelajaran IPS di SD”. Tersedia pada http://waspodots.blogspot.com/2010/ 01/publikasi-disertasi.html (diakses pada tanggal 22 Pebruari 2014). Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.