DARUL ILMI Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 1 No 1 Juni 2017 ISSN 2086-6909
Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
Ismarianti * Abstract: This study aims to look at the effect of learning model for the creativity of children dancing in
kindergarten. The sample in this study was 20 child in kindergarten Muhammadiyah Padang. The methodology used in this study is quasi-experimental. The results of the overall study was obtained t t = 3.21. t table = 1.48, at the level of 0.05 because t is greater than t table, then the research hypothesis accepted. Thus it can be stated that children who learn learning model theme of creativity is higher than the child's classroom learning in a conventional manner. This shows the theme equally effective instructional model to improve kreaivitas children in dancing in kindergarten. Keywords: Learning, creativity, and dancing Abstrak: Penellitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh model pembelajaran terhadap kreativitas anak dalam menari di taman kanak-kanak. Sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang ana di TK Muhamadiyah Padang. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Hasil penelitian secara keseluruhan t di peroleh t hitung = 3,21. t tabel =1,48, pada taraf 0,05 karena t hitung lebih besar dari t tabel, maka hipotesis penelitian di terima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa anak yang belajar dengan model pembelajaran tema kreativitasnya lebih tinggi dari pada anak kelas yang belajar dengan cara konvensional. Ini menunjukan model pembelajaran tema efektiv untuk meningkatkan kreaivitas anak dalam menari di taman kanak-kanak.. Kata kunci: Model Pembelajaran, kreativitas, dan menari Pendahuluan Menari di taman kanak-kanak adalah salah satu bidang pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan ranah
motorik halus. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh model
pembelajaran construktivis terhadap kemampuan menari di taman kanak-kanak. Realita menunjukan selama ini pembelajaran konvensional selama ini kurang berdampak terhadap kemampuan menari anak. Dalam pembelajaran mena mendemoonstrasikan gerak yang kurang sesuai dengan umur anak Berdasarkan hasil observasi sejak peneliti menyelesaikan pendidikan seni tari di Universitas Negeri Padang 2000 sampai sekarang menunjukan bahwa belum semua anak mendapatkan kesempatan untuk menarikan gerakan tari yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangnnya. Jenis tarian yang sering di ajarkan untuk anak di taman kanak-kanak adalah: tari indang, tari tempurung, tari piring,dll.. Materi tarian ini tidak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pemberian gerak tari yang tidak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan dapat menyebabkan “splinter skill“
atau
Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
56
DARUL ILMI Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 1 No 1 Juni 2017 ISSN 2086-6909
keterampilan terpecah yang berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Beberapa dampak dari splinter ini adalah; patah tulang, tulang bongkok, tulang, kurang ceria, cepat merasa lelah, kurang semangat dan lainnya. Model pembelajaran menari yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berpengaruh terhadap kecerdasaran kognitif, bakat, kreativitas, emosional dll. Hasil penelitian Erlinda (2012:.223) yang meneliti tentang
pengaruh model
dan kemampuan gerak terhadap kecerdasan
emosional menunjukan bahwa kecerdasan emosional anak yang menggunakan model pembelajaran student centered berbeda dengan anak yang menggunakan model pembelajaran teacher centered. Kecerdasan emosional anak yang belajar dengan model pembelajaran student centered lebih tinggi daripada anak yang belajar dengan model pembelajaran teacher centered. Kecerdasan emosional anak yang belajar dengan model pembelajaran
student centered tidak sela-manya tinggi, karena anak yang memiliki
kemampuan gerak tari rendah lebih baik belajar dengan model pembelajaran teacher centered, karena dengan model pembelajaran teacher centered pembelajaran difokuskan untuk membantu anak mempelajari berbagai keterampilan dasar yang dapat diajarkan secara langkah demi langkah. Pengalaman gerak adalah salah satu bentuk dari pembelajaran konstruktivis yang menekankan bahwa pengetahuan gerak tari yang baik diangkat dari pengetahuan yang ada pada anak. Anak-anak dapat diarahkan untuk mengembangkan gerak sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya. Pengalaman dan kemampuan gerak tari anak pada saat pembelajaran dapat dijadikan sebagai modal dasar dalam mengembangkan kreativitas. Gerak yang dikembangkan berdasarkan pengalaman anak akan lebih lama tersimpan di dalam memori panjang “long term memory” anak.
pembelajaran gerak tari yang
baik dan benar akan dapat
menjadikan anak menjadi lebih kreatif dan dapat mempengaruhi pengembangan lainnya. Berdasarkan permasalahan di atas penelitian ini dibatasi pada pengaruh model pembelajaran terhadap kreativitas anak dalam menari di taman kanak-kanak. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) apakah terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap kreativitas anak dalam menari di taman kanak-kanak ?, (2) Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran bagi anak dengan kreativitas tinggi ?, (3) Apakah terdapat pengaruh model bagi anak dengan kreativitas rendah ?. Pembelajaran menari di taman kanak-kanak selama ini cendrung mengunakan model pembelajaran yang konvensional. Model pembelajaran konvensional
lebih dominan dilakukan
oleh guru, Guru
memberikan gerak dan anak mengikuti dari belakang. Guru kurang mengembangkan kemampuan kreatif anak. Kemampuan kreatif yang dikembangkan sejak usia dini akan berdampak positif
terhadap
perkembangan anak yang lainnya. Sehubungan dengan itu maka menari di taman kanak-kanak sebaiknya mengedepankan unsur kreativitas. Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
57
DARUL ILMI Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 1 No 1 Juni 2017 ISSN 2086-6909
Kreativitas dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional merupakan salah satu misi yang harus dikembangkan dalam lingkungan pendidikan.
Craft, Jefyer dan Leibling (2007:38) mendefenisikan
Creativity is a state of mind in wich all of our intelligences are working together. Although it is often found in the creative arts, creativity can be demonstrated in any subject at school or in any aspect of life. Kreativitas adalah kecerdasan pikiran yang bekerja secara bersama-sama yang melibatkan penglihatan, kemampuan berpikir, dan melakukan inovasi. Menari
identik dengan kreativitas. (2005:1)
menjelaskan “creativity is experience a global
revolution”. Cony Semiawan (2004:31-32) menjelaskan kreativitas yang dikaitkan dengan kemampuan individu untuk mengatasi masalah berkenaan dengan tugas manusia, salah. Berdasarkan teori dan pendapat yang dikemukakan oleh Guilford (2000:1), Treffinger dalam Semiawan (2004:173), dan Clark (2014:2) dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah berperan aktifnya kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor pada setiap tingkat dan menunjukan saling keterhubungan. Kreativitas sebagai
ekspresi
tertinggi keberbakatan dan yang bersifat terintegrasikan, yaitu sintesa dari semua fungsi dasar manusia, intuisi, rasio, perasaan, dan kemampuan mencipta. Harrison dan Auty (2001:74) dan Smith (2002:182) menjelaskan anak akan belajar meningkatkan akurasi sensitivitas kualitas kinerja dalam menari bila didasarkan pada pengalaman anak sendiri sesuai dengan usianya. Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 rentang anak usia dini adalah 0-6 tahun. Prinsip pertumbuhan dan perkembangan anak di mana usia 6-8 tahun merupakan usia transisi dari masa anak-anak yang masih memerlukan bantuan (dependen) ke masa anak-anak yang mulai mampu mandiri (in-dependen), baik dari segi fisik, mental, so-sial, emosional maupun intelektual. Sehubungan dengan ini guru dalam pembelajaran di taman kanak-kanak harus memperhatikan bagaimana pertumbuhan dan perkembangan yang selaras dengan model pembelajaran yang dilaksanakan. Pembelajaran menari di taman kanak-kanak tidak dapat dipisahkan dari belajar sambil bermain. Artinya melalui kegiatan bermain anak-anak di arahkan untuk mendapatkan pengetahuan. Guru mengembangkan pengetahuan berdasarkan pengetahuan anak sebelumnya. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran yang disertai dengan perangkat pembelajaran yang sesuai. Model-model pembelajaran menari yang dilaksanakan guru selama ini adalah model pembelajaran yang konvensional. Guru mendemontstrasikan gerak anak menirukan gerak yang dilakukan oleh guru. Model pembelajaran seperti ini adalah model pembelajaran yang lebih banyak mengaktifkan guru daripada anak. Anak menjadi lebih pasif, tidak diberi kebebasan dalam mengembangkan pengetahuan. Sementara itu kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan sendiri adalah modal bagi kehidupan anak. Kreativitas identik dengan kemampuan untuk menemukan baik yang baru atau memodifikasi yang telah ada. Menari bagi anak-anak idealnya tidak dapat dipisahkan dari tema tari. Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
58
DARUL ILMI Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 1 No 1 Juni 2017 ISSN 2086-6909
Tema tari adalah pokok masalah yang akan dikembangkan dalam tari. Sehubungan dengan ini maka dalam pembelajaran tari sebaiknya mengunakan pendekatan tema untuk mengembangkan tari. Sehubungan dengan ini Dasim, Suparlan, dan Meirawan (2009:45) menjelaskan secara mendasar ada tiga perspektif utama dalam teori belajar yakni, behaviorism, cognitivism, dan constructivism. Teori-teori ini dapat digunakan sebagai dasar dalam pembelajaran menari bagi anak-anak di taman kanak-kanak. Dalam teori belajar behaviorism prilaku anak ditekankan sebagai bentukan dari hasil stimulus dan respon. Oleh karena itu lingkungan pendidikan perlu memfasilitasi bagaimana stimulus-respon dapat berkembang dengan baik. Sedangkan dalam teori cognitivis setiap anak dapat mengembangkan pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang ada didalam dirinya. Sesuai dengan teori constructivism anak adalah pembangun pengetahuan yang aktif. Anak dapat mengembangkan pengatahuan berdasarkan pengetahuan yang dalam dirrinya. Setiap anak adalah pembangun pengetahuan yang aktif, fungsi guru disini adalah menfasilitasi bagaimana pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada sebelumnya dapat berkembang dengan baik. Ketika seorang guru mampu mengembangkan pengetahuan yang ada dalam diri anak berarti guru telah mengarahkan anak untuk mengembangkan kreativitas. Oleh karena itu dalam pembelajaran sudah sewajarnya kreativitas perlu diperhatikan dan dikembangkan dalam pembelajaran. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan kreativitas harus dikembangkan dalam pendidikan. Craft, Jefyer dan Leibling (2007:38) mendefenisikan Creativity is a state of mind in wich all of our intelligences are working together. Although it is often found in the creative arts, creativity can be demonstrated in any subject at school or in any aspect of life. Kreativitas adalah kecerdasan pikiran yang bekerja secara bersama-sama. Melibatkan penglihatan, berpikir dan inovasi. Meskipun sering ditemukan dalam seni kreatif, kreativitas dapat ditunjukkan dalam setiap mata pelajaran di sekolah atau dalam setiap aspek kehidupan. Craft (2005:1) menjelaskan “creativity is experience a global revolution”. Semiawan (2004:31-32) menjelaskan kreativitas yang dikaitkan dengan kemampuan individu untuk mengatasi masalah berkenaan dengan tugas manusia, salah satunya gerakan baru dalam bidang seni. Berdasarkan teori dan pendapat yang dikemukakan oleh Guilford (2000:1), Treffinger dalam Semiawan (2004:173), dan Clark (2014:2) dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah berperan aktifnya kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor pada setiap tingkat dan menunjukan saling keterhubungan. Kreativitas sebagai ekspresi tertinggi keberbakatan dan yang bersifat terintegrasikan, yaitu sintesa dari semua fungsi dasar anak untuk mengembangkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Pengetahuan dapat berkembang dengan baik jika anak difasilitasi dengan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Metodologi Penelitian Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
59
DARUL ILMI Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 1 No 1 Juni 2017 ISSN 2086-6909
Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan tujuan untuk melihat pengaruh model pembelajaran terhadap kreativitas anak dalam menari di TK Muhamadiyah Marapalam Padang.. Kreativitas dalam penelitian ini dikelompokkan atas dua yaitu kreativitas tinggi dan rendah yang diambil dari hasil tes kreativitas yang diurutkan dari yang tertinggi-terendah dan dibagi dua.
Populasi dalam
penelitian ini adalah semua anakdi taman kanak-kanak Muhamadiyah Padang dengan jumlah 25 anak. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang anak yang diambil dengan cara acak sederhana. Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran menari adalah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan tema. Komponen landasan model tema ini adalah : constructivism, Inquiry, Questioning, learning Community, Modelling. 2. Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh guru yaitu mendemonstrasikan gerak anak mengikuti. 3. Kreativitas adalah kemampuan anak untuk mendemonstrasikan gerakan sederhana sesuai dengan pengetahuannya. Fungsi guru adalah menata gerak yang dilahirkan anak sesuai dengan komposisi tari.. 4. Pembelajaran menari adalah pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan ranah motorik halus. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument dalam bentuk format penilaian pengukuran kreativitas yang disesuaikan dengan teori belajar, pembelajaran dan kreativitas. Uji validitas instrumen dilakukan dengan expert jusdment yaitu meminta pakar atau ahli untuk menilai dan memberikan masukan atas instrumen kreativitas yang dibuat. Saran dan masukan ahli digunakan untuk merevisi instrumen. Uji reliabilitas dilakukan dengan uji panel yaitu membandingkan hasil uji ahli 1 dengan ahli 2. Dari hasil uji panel ini didapat nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda yaitu; 85 dan 87. Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas ini maka dapat disimpulkan bahwa kuisioner kreativitas layak digunakan. Hasil kuisioner setelah validasi ahli ini adalah sebagai berikut: Tabel 1. Kuisioner Kreativitas Anak dalam Menari Variabel
Aspek Kreativitas Kelancaran
Orisinalitas
Indikator
Deskripsi
1. Cepat dalam merespon tema 2. Punya banyak ide 1. Dapat meragakan gerak kupu-kupu terbang 2. Dapat menyesuaikan gerak sesuai dengan nyanyi kupu-kupu yang lucu 3. Bergerak dengan membuat pola
Anak dapat mengemukakan ide tari sesuai tema Anak dapat meragakan gerak sesuai dengan imajinasinya. Bergerak sesuai dengan irama musik Membentuk pola lantai sederhana, lingkaran,
Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
60
DARUL ILMI Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 1 No 1 Juni 2017 ISSN 2086-6909
Fleksibilitas Kreativitas
Elaborasi
Sensitivitas
lantai sederhana 1. Luwes dalam bergerak 2. mampu bekerjasama 1. Menyebutkan gerak lain selain gerak kupu-kupu 2. Mengkombinas ikan gerak kupu-kupu dengan gerak lainnya seperti daun, air, katak, dll. 1. Rapi dalam komposisi lantai 2. Tekun 3. Menghargai teman
segitiga dll. Mempunyai daya respon yang cepat terhadap gerak Berlatih menemukan gerak hewan lainnya, tumbuhan dll.
Mampu menata diri dalam komposisi, rapi, dan sabar menghadapi teman.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan dalam enam kali pertemuan ini adalah treatment by block dengan desain factorial 2x2. Rancangan penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 2: Rancangan Penelitian Kreativitas
Model Tema (A 1)
Model Konvensional (A2)
Tinggi (B1)
A1 B1
A2 B1
Rendah (B2)
A1 B2
A2 B2
Keterangan: A1B1 : Hasil kreativitas anak dengan kreativitas tinggi yang belajar dengan model tema. A1B2
: Hasil kreativitas anak dengan kreativitas
A2B1
:
A2B2
:
rendah yang belajar dengan model tema. Hasil kreativitas anak dengan kreativitas tinggi yang belajar dengan model konvensional. Hasil kreativitas anak dengan kreativitas rendah yang belajar dengan model konvensional.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji t. Sebelum uji hipotesis dilakukan uji normalitas dengan uji lilliefors. dan uji homogenitas dengan f. Proses penghitungannya dilakukan secara manual dengan bantuan excel dan Program SPSS versi 21. Aturan pengambilan keputusan pada taraf Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
61
DARUL ILMI Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 1 No 1 Juni 2017 ISSN 2086-6909
signifikan 0, 05 apabila t hitung > t tabel dan Ho di tolak H1 di terima dan bila t hitung < t tabel dan Ho di terima H1 di tolak. Rumusan hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut: Hipotesis Pertama Ho : Anak yang belajar dengan model pembelajaran pendekatan tema memiliki kreativitas yang sama dengan anak yang belajar dengan model konvensional. H1 : Anak yang belajar dengan model pendekatan tema yang memiliki kreativas yang lebih tinggi daripada anak yang belajar dengan model konvensional Dengan simbol: Ho : A1 = A2 H1 : A1 > A2 Hipotesis Kedua Ho : Anak dengan kreativitas tinggi yang belajar dengan pendekatan tema memiliki kreativitas yang sama dengan anak yang belajar dengan model konvensional. H1 : Anak dengan kreativitas tinggi yang belajar dengan pendekatan tema memiliki kreativitas yang lebih tinggi daripada anak yang belajar dengan model konvensional Dengan simbol: Ho : A1B1 = A2 B1 H1 : A1 B1 >A2 B1 Hipotesis Ketiga Ho
H1
: Anak dengan kreativitas rendah yang belajar dengan model tema memiliki kreativitas yang sama dengan anak yang belajar dengan model konvensional. : Anak dengan kreativitas rendah yang belajar dengan model pendekatan tema memiliki kreativitas yang lebih tinggi daripada anak yang belajar dengan model konvensional
Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
62
DARUL ILMI Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 1 No 1 Juni 2017 ISSN 2086-6909
Dengan simbol: Ho : A1B2 = A2 B2 H1 : A1 B2 >A2 B2
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Deskripsi data dari hasil penelitian mengenai kreativitas anak dalam menari dari kelas eksperimen dan kelas kontrol yang di laksanakan 7 kali pertemuan akan di uraikan sebagaimana hal berikut ini: 1. Hasil Tes Kreativitas Model Tema a. Hasil Tes Kreativitas Total Data hasil tes kreativitas anak yang belajar dengan model tema adalah sebagai berikut: nilai ratarata 82,88, Nilai tertinggi 93,33 nilai terendah 66,67, standar deviasi 7,16, dan variansinya 51,33. b. Hasil Tes Kreativitas Tinggi Data hasil tes akhir kemampuan anak kelompok kemampuan akhir kelompok anak yang mempunyai kemampuan tinggi kelas eksperimen adalah sebagai berikut: nilai rata-rata 89, Nilai tertinggi 93,33, nilai terendah 83,33, standar deviasi 3,16, dan variansinya 9,99. c. Hasil Tes Kreativitas Rendah Data hasil tes akhir kemampuan anak kelompok kemampuan rendah kelas eksperimen adalah sebagai berikut: nilai rata-rata 76,34, Nilai tertinggi 86,76, nilai terendah 66,67, standar deviasi 7,29, dan variansinya 53,16. 2. Hasil Tes Kreativitas Model Konvensional a. Hasil Tes Kreativitas Total Data hasil tes akhir anak kelas kelas kontrol adalah sebagai berikut: nilai rata-rata 70,37, Nilai tertinggi 86,67, nilai terendah 50, standar deviasi 12,10, dan variansinya 146,54. b. Hasil Tes Kreativitas Kel.Tinggi Data hasil tes akhir anak kelompok kemampuan tinggi kelas kontrol adalah sebagai berikut: nilai rata-rata 78,67, Nilai tertinggi 83,33, nilai terendah 73,33, standar deviasi 3,91, dan variansinya 15,30. c. Hasil Tes Kreativitas Kel. Rendah
Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
63
DARUL ILMI Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 1 No 1 Juni 2017 ISSN 2086-6909
Data hasil tes akhir anak kelompok kemampuan rendah kelas kontrol adalah sebagai berikut: nilai rata-rata 54,33, Nilai tertinggi 60, nilai terendah 50, standar deviasi 3,16, dan variansinya 10. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Pengujian hipotesis dalam penelitian ini di lakukan dengan uji t. hasil dari pengujian hipotesisi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis Pertama Tabel. 1.2. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis 1
Data
T hitung T table Kesimpulan
Kelas Eksperimen N1= 37 yA1=82,88 S2y A1=51,33 3,21 1,48 Berbeda secara signifikan
Kontrol N2=36 yA1=70,37 S2y A1=146,54
Berdasarkan perhitungan dengan mengunakan uji t di peroleh t hitung = 3,21. t tabel =1,48, pada taraf 0,05 karena t hitung lebih besar dari t tabel, maka hipotesis penelitian di terima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa anak yang belajar dengan model tema kreativitasnya lebih tinggi dari pada anak kelas yang belajar dengan cara konvensional.
2. Hipotesis Kedua Tabel 2. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis 2
Kelas
Data
Eksperimen
Kontrol
N1=10
N2=10
yA1B2=89,00
yA1
S2y
B2=78,67
B2A1=9,99
S2y B2A2=15,8
T hitung
6,54
T table
0,258
Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
64
DARUL ILMI Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 1 No 1 Juni 2017 ISSN 2086-6909
Kesimpulan Berbeda secara signifikan
Berdasarkan perhitungan dengan mengunakan uji t sebagaimana terlampir pada lampiran 7 di peroleh t hitung =6,54. t tabel = 0,258pada taraf 0,05 karena t hitung lebih besar dari t tabel, maka hipotesis penelitian di terima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa anak yang mempunyai kemampuan tinggi yang di ajar dengan pendekatan tema lebih tinggi kreativitasnya dari pada anak yang di ajar dengan konvensional.
3. Hipotesis Ketiga Tabel 3. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis 3
Kelas Eksperimen Kontrol Data
N1= 10
N2=10
yA1B2=63,9
yA1
S2y
B2=48,88
B2A1=152,9
S2y B2A2=105,03
T hitung
8,76
T table
0,258
Kesimpulan Berbeda secara signifikan
Berdasarkan perhitungan dengan mengunakan uji t di peroleh t hitung = 8,76. t tabel =0,258, pada taraf 0,05 karena t hitung lebih besar dari t tabel, maka hipotesis penelitian di terima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa anak yang mempunyai kemampuan rendah yang di belajar dengan model tema kreativitasnya lebih tinggi dari pada anak yang di ajar dengan model konvensional. Hasil penelitian menunjukan pelaksanaan pembelajaran menari bagi anak-anak di taman kanakkanak selama ini kurang relevan untuk mengembangan meningkatkan kreativitas anak.. Pendapat anak setelah belajar dengan model tema adalah menyenangkan, menarik, dan mudah untuk diikuti berlainan
Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
65
DARUL ILMI Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 1 No 1 Juni 2017 ISSN 2086-6909
dengan model model konvensional seperti ceramah, demontrasi kurang memfasilitasi
minat dan
kreativitas anak dalam menari. Model pembelajaran menari dalam bentuk pendekatan tema merupakan perwujudan dari konseptualisasi teori-teori, prinsip-prinsip, dan fakta-fakta yang melatarbelakangi terbentuknya pembelajaran model tema. Efektivitas model pembelajaran yang dikembangkan dilihat dari serangkaian uji coba yang telah dilakukan. Hasil validasi produk dari ahli desain 80,5% dalam kategori baik, ahli media 78% baik, dan ahli materi 77,5% baik. Untuk evaluasi one to one yaitu tampilan cukup menarik, materi mudah dibaca dan dipahami. Uji kelompok kecil menunjukan hasil 80% baik. 3) Pelaksanaan model bertema berdampak terhadap kreativitas anak. Nilai rata-rata kreativitas anak adalah 79 atau telah mencapai nilai ketuntasan minimun 75. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model tema efektif untuk meningkatkan kreativitas anak. Implementasi model pembelajaran tema k ini dilihat setelah pelaksanaan pembelajaran model tema dilaksanakan memberikan dampak yang positif terhadap kreativitas anak dalam menari anak. anak menjadi lebih percaya diri, kreatif, berani mengembangkan ide, mengemukakan pendapat, lebih mudah dalam menginterpretasikan pengalamannya, mengembangkan pengetahuan tari yang dikaitkan dengan fakta yang real seperti gerak kupu-kupu, gerak elang terbang, daun bergoyang ditiup angin dsb. Berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Anak juga lebih terarah dalam mengembangkan tema tari. Model Pembelajaran Tema adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru dalam tatap muka dikelas. Penerapan model pembelajaran tema kreatif ini dijelaskan sebagai berikut: Pertama guru harus memahami prinsip – prinsip dalam model pembelajaran tema untuk mata pelajaran menari. Beberapa prinsip yang harus dipelajari oleh guru diantaranya: (1) memahami perbedaan dan karakteristik anak yang
belajar menari
baik dari minat, dari mana anak berasal dsb. (2)
membelajarkan anak dalam situasi aman dan nyaman artinya anak harus dibuat untuk merasa nyaman dulu dengan gerakan menari dan membuat pembelajaran aman. (3) setiap anak mempunyai potensi untuk mengembangkan pengetahuan tentang tari berdasarkan pengalamannya. (4) aktivitas pembelajaran menghubungkan pengetahuan anak dengan pengetahuan yang akan dikembangkan. contoh: guru meminta anak untuk menemukan gerak hewan, tumbuhan dan mengikuti gerakan sesuai dengan pengetahuannya. Setiap anak mengembangkan pengetahuan unsur tari berdasarkan pemahaman dan pengalamannya. Persiapan pembelajaran yang ditata guru adalah: Silabus, RPP, Bahan ajar (buku guru) dan buku anak. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Pelaksanaan model pembelajaran tema dalam pembelajaran menari i ini sebagai berikut:
Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
66
DARUL ILMI Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 1 No 1 Juni 2017 ISSN 2086-6909
Pendekatan
pembelajaran.
Pendekatan
pembelajaran
yang
digunakan
dalam
model
pembelajaran tema kreatif ini adalah student center dan inquiry. Pembelajaran dengan student center menekankan bahwa anak adalah subjek dari pembelajaran. Anak belajar mengembangkan pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang dimilikinya (direct experience). Anak dapat mengembangkan pengetahuan dimana saja
dan kapan saja. Hal ini sesuai dengan prinsip kebebasan belajar. Anak dapat belajar
mengembangkan tari salah satunya dari alam
Alam bisa dijadikan tempat untuk membangun atau
mengkonstruksi pengetahuan anak tentang menari. Alam itu tidak hanya lingkungan tetapi juga alam pikiran dari anak itu sendiri. Pengalaman anak dijadikan dasar untuk mengembangkan pengetahuan, pengalaman adalah gerbang dari ilmu pengetahuan dan melihat anak pada dasarnya adalah unik sebagaimana yang dikemukakan dalam teori konstruktivisme dan humanistik. Anak dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk menemukan sendiri berbagai pengetahuan tentang menari dan mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Model pembelajaran tema kreatif dalam pembelajaran menari ini juga bertitik tolak dari psikologi Gestal. Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan anak. Anak adalah “subjek matter”, kunci pembelajaran menari ada pada kemampuan anak untuk mengembangkan kreativitasnya. Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada anak untuk belajar dan mengembangkan kreativitas. Strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan dalam model pembelajaran ini adalah Contextual teaching learning, Problem Solving, Cooperative Learning. Pembelajaran menari menggunakan model tema membangun dan mengembangkan pengetahuan anak tentang menari seperti dalam menemukan pengertian tari, unsur dalam seni tari, mengemukakan pendapat tentang tari, musik, tatarias dan busana, dan unsur matemaan dalam menari. Sebelum melaksanakan pembelajaran guru mengidentifikasi pengetahuan dasar yang ada pada anak. Berdasarkan pengetahuan awal ini guru mengemas menjadikan sktivitas kontekstual sebagai pembangun pengetahuan menari yang selanjutnya dikembangkan untuk membuat konsep garapan tari yang diawali dengan merumuskan suatu permasalahan tentang tema tari dan bagaimana mengembangkan konsep garapan dalam kerjasama kelompok atau bekerja secara cooperative. Kerjasama kelompok adalah satu keharusan dalam menari. Masing-masing anak akan bekerjasama untuk menyelesaikan masalahnya dalam kelompoknya masing-masing. Pengetahuan juga dikembangkan melalui kegiatan eksplorasi dimana anak melakukan eksperimen untuk menjelajahi kemungkinan-kemungkinan gerak yang dapat dikembangkan sesuai dengan konsep garapan berdasarkan pengetahuan anak. Sehubungan dengan ini guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dalam pembelajaran. Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
67
DARUL ILMI Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 1 No 1 Juni 2017 ISSN 2086-6909
Lingkungan berdampak positif untuk mengembangkan pengetahuan anak melalui pembelajaran yang utuh. Pembelajaran diberikan secara utuh sesuai dengan pembelajaran dalam teori Gestalt. Dalam teori Gestalt pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan bagian-bagian. Aplikasi teori Gestalt dalam pembelajaran adalah: pengalaman insight/ tilikan, dalam proses pembelajaran anak hendaknya memiliki kemampuan insight yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek. Pengajar hendaknya mengembangkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah dengan insight. Pembelajaran yang bermakna. Content yang dipelajari anak hendaknya memiliki makna yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi kehidupannya di masa yang akan datang. Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan. Perilaku disamping adanya kaitan dengan SR-bond, terkait erat dengan tujuan. Prinsip ruang hidup (life space). Materi yang disampaikan hendaknya memiliki kaitan dengan situasi lingkungan berada (CTL). Model interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut: Kerja kelompok, bertujuan mengembangkan keterampilan proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan discovery skills dalam bidang akademik. Pertemuan kelas, bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri Pemecahan
masalah
sosial atau inquiry social bertujuan untuk mengambangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara berpikir logis. Model laboratorium, bertujuan untuk mengembangkan kesadaran pribadi dan keluwesan dalam kelompok. Bermain peran, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada anak menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan, simulasi sosial, membantu anak serta menguji reaksi anak terhadap pembelajaran. Model pembelajaran tema memfasilitasi setiap proses pembelajaran yang diidentifikasi dari berbagai teori seperti teori belajar, pembelajaran dan teori model pembelajaran. Komponen utama dalam pengembangan model pembelajaran tema ini adalah : (a) menstrukturisasi kerangka belajar anak; (b) memfasilitasi perhatian pemelajar secara terfokus; (c) memfasilitasi pengkodean informasi; dan (d) mengajari anak strategi mengkonstruksi makna. Dengan demikian anak dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Teknik Pembelajaran. Model pembelajaran tema ini memiliki spesifik diantaranya mengunakan pendekatan tema dan integrated. Model pembelajaran tema adalah pembelajaran terpadu yang mengunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran yang menekankan pada kreativitas anak. Tema dalam model pembelajaran tema kreatif ini adalah ide atau gagasan pokok yang dikembangkan Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
68
DARUL ILMI Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 1 No 1 Juni 2017 ISSN 2086-6909
dalam pembelajaran yang menekankan pada teori progresivisme yang menekankan perlunya kreativitas dalam setiap pembelajaran. Dalam pendekatan integrated guru mengarahkan anak untuk kreatif dalam membuat konsep garapan. Kreativitas anak dalam pembelajaran menari dilakukan dengan memberikan kebebasan mengembangkan
dan mengekspresikan kemampuan imajinasi. Peran guru dalam model
pembelajaran tema hanya sebagai fasilitator, motivator dan mendorong anak untuk mampu memecahkan masalahnya
sendiri dan masalah
kelompok
dalam menari dengan demikian kreativitas.
Kegan
menjelaskan bahwa constructive developmental theory looks at the process it calls development as the gradual process by which what was subject in our knowing becomes object. Inti dari teori construktivis ini adalah bagaimana subjek diluar pengetahuan di jadikan objek sesuai dengan prinsip dasar bahwa anak adalah pembangun yang aktif. Teori konstruktivis merupakan pendekatan yang berkeyakinan bahwa anak dapat membangun pemahaman dan pengetahuannya
dari pengalamannya sendiri melalui berbagai
pengalamannya. Jamaris menjelaskan ada dua teori belajar dalam teori konstruktivis ini yaitu teori genetic epistemology dari Piaget dan social development dari Vygotsky. Engestrom menjelaskan Vygotsky’s idea of cultural mediation of actions is commonly expressed as the triad of subject, object, and mediating artifact. Penjelasan ini dapat diartikan bahwa budaya mediasi dapat dikembang dari uji coba subjek, objek dan mediasi artifak. Teori belajar konstruktivis menjelaskan bahwa struktur kognitif merupakan pola perkembangan fisiologis dan pola kegiatan mental yang mendasari aktivitas khusus yang terjadi dalam pikiran. Anak adalah pembelajar dan pemikir aktif, hal ini dapat dilihat pada waktu anak membangun pengetahuannya sendiri melalui berbagai kegiatan untuk memahami objek. Sementara itu Vygotsky melihat bahwa interaksi sosial dan konteks sosial yang telah terjadi sejak hari pertama kelahiran manusia, merupakan hal yang penting dalam perkembangan kognitif. Menurut Vygotsky perkembangan fungsi kebudayaan pada anak terjadi dalam dua fase, yaitu fase sosial dan fase individual. Berdasarkan teori konstruktivis anak dapat merespon pengalaman-pengalaman pancaindera dengan mengkonstruksi suatu skema atau struktur kognitif dalam otak. Struktur kognitif merupakan suatu pikiran (keyakinan, pengertian) yang juga merupakan pengetahuan subyektif seseorang tentang dunia. Selanjutnya Piaget menjelaskan bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi pengalaman-pengalaman yang terus menerus, diatur, disusun , ditata kembali sehingga struktur kognitif tersebut sedikit demi sedikit di modifikasi dan dikembangkan. Berdasarkan teori dan pendapat yang dikemukakan ahli diatas dapat disimpulkan bahwa teori belajar mempengarui pola guru dalam membelajarkan anak. Belajar adalah proses-proses psikologis yang berlangsung dalam diri anak. Anak dapat mengembangkan pengetahuan sesuai dengan kemampuan dasar yang ada dalam diri anak. Setiap anak adalah pembangun yang aktih. Hasil dari proses mengkonstruksi pengetahuan ini terwujud sebagai hasil belajar. Anak yang anak dengan Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
69
DARUL ILMI Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 1 No 1 Juni 2017 ISSN 2086-6909
proses–proses psikologis dalam diri anak. Dalam teori behaviorisme dijelaskan bahwa kemampuan seseorang dalam belajar sebagai hasil dari bentukan lingkungan. Seseorang dapat merespon kemampuan dengan adanya dukungan yang positif dari lingkungan tempat belajar, oleh karena itu lingkungan pendidikan perlu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Peran pendidik adalah bagaimana merangsang kecerdasan yang ada dalam diri anak, mengembangkan dan memfasilitasi bagaimana lingkungan belajar dibentuk sesuai dengan empat prinsip belajar reward, stimulus-respon, transfer, dan intelegensi. Menurut teori konstruktivis anak merespon pengalaman-pengalaman pancaindera dengan mengkonstruksi suatu skema atau struktur kognitif dalam otak. Struktur kognitif merupakan suatu pikiran (keyakinan, pengertian) yang juga merupakan pengetahuan subyektif seseorang tentang dunia. Pengetahuan adalah hasil dari konstruksi pengalaman-pengalaman yang terus menerus, diatur, disusun , ditata kembali sehingga struktur kognitif tersebut sedikit demi sedikit di modifikasi dan dikembangkan. Simpulan dan Rekomendasi Berdasarkan rumusan tujuan dan paparan hasil yang diperoleh dalam penelitian pengembangan pembelajaran model tema untuk berdampak terhadap peningkatan hasil belajar menari anak kelas X di SMKN 7 Padang maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, berdasarkan hasil penelitian pendahuluan tentang pelaksanaan pembelajaran menari yang telah berlangsung selama ini adalah model ceramah, diskusi, demontrasi dan mengunakan buku teks menari karangan Salmurgianto dan I Putut Gede. Pengunaan model pembelajaran yang konvensional berdampak terhadap rendahnya hasil belajar anak. Dalam proses pembelajaran jarang menekankan pembelajaran yang memungkinkan anak untuk aktif dan kreatif. Kedua, pengembangan perangkat pembelajaran menari
telah dilakukan dengan langkah
pengembangan model Dick dan Carey. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap mengembangkan adalah perumusan tujuan instruksional khusus (TIK), menyusun tes acuan, mengembangkan strategi instruksional, dan mengembangkan bahan ajar untuk guru dan anak. Ketiga, pengembangan pembelajaran model tema telah berdampak terhadap peningkatan hasil belajar anak. Hal ini ditunjukan dari hasil pengukuran hasil belajar Berdasarkan nilai rata-rata kelas untuk anak menunjukan rata-rata 79,9 atau lebih dari 89% (19 orang anak) telah tuntas belajarnya atau mencapai nilai standar ketuntasan minimun yaitu 78. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lainnya. Model
Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
70
DARUL ILMI Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 1 No 1 Juni 2017 ISSN 2086-6909
pembelajaran tema yang dikembangkan memberi dampak yang positih terhadap ketuntasan dan peningkatkan hasil belajar anak. Keempat, implementasi model pembelajaran model Tema pada pembelajaran menari dilaksanakan setelah dinyatakan efektif, ini terlihat dari peningkatan hasil belajar anak dan pendapat anak terhadap model pembelajaran tema dalam pembelajaran menari. Implementasi model merupakan tahapan dimana model telah siap digunakan. Tahap implementasi model terdiri dari beberapa langkah yaitu; a) menerapkan rencana implementasi, b) melakukan kegiatan implementasi, dan c) tindak lanjut implementasi. Sehubungan dengan hasil yang telah didapat dari pengembangan perangkat pembelajaran dalam model tema ini peneliti dapat merekomendasikan sebagai berikut: 1.
Guru dapat mengunakan model tema ini sebagai bagian dari pelaksanaan proses pembelajaran menari. Model pembelajaran tema adalah model pembelajaran yang menjadi tema sebagai pokok masalah yang akan dikembangkan guru dalam pembelajaran.
2.
Anak sebaiknya diberikan kebebasan untuk mengembangkan pengetahuan. Dengan memberikan kebebasan anak akan lebih mandiri, berani mengembangkan ide dan menkonstruksi pengetahuan berdasarkan kemampuannya. Fungsi guru dalam hal ini adalah mengarahkan dan membimbing anak selama pelaksanaan proses pembelajaran.
3.
Pelaksanaan pembelajaran diarahkan untuk membantu anak mengembangkan materi dengan pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
4. Guru dan anak perlu memahami dengan baik tentang model pembelajaran tema, lantaran model pembelajaran tema ini adalah merupakan model pembelajaran yang dapat dikatakan komprehensif, karena disamping memberikan wawasan pengetahuan kepada anak, juga merangsang segi afektif anak itu sendiri. 5. Guru juga dapat mengembangkan pembelajaran atau memodifikasi pembelajaran dengan pengembangan media yang lainnya. Jadi guru tidak hanya semata-mata berfokus pada pengunaan media tubuh dalam pembelajaran. 6. Guru menyiapkan kemampuan kompetensi untuk mengabungkan tidak hanya satu materi pembelajaran saja, tetapi juga harus mampu mengabungan berbagi mata pelajaran yang lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
DAFTAR RUJUKAN Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta:BSNP, 2007. Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
71
DARUL ILMI Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini Volume 1 No 1 Juni 2017 ISSN 2086-6909
Bolck, Jack. Personality as an Affect-Processing System. London: Lawrence, 2002. Clark, Barbara. Integrative Education. http//www.education.jhu (diakses 2 Desember 2014). Craft, Anna. Creativity in School. New York: Taylor dan Prancis, 2005. Craft, Anna, Bob Jefrey, dan Mike Leibling. Creativity in Education. London: Bidles Ltd, 2007. Dasim Budimansyah,. Suparlan, dan Danny Meirawan. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Bandung: Genesindo, 2009. Departmen of Education. Taylor’s Multiple Talent Model.http//:det.wa.edu.au. (diakses 1 Oktober 2014). Dick, Walter., Lou Carey, dan James O Carey. The Systematic Design of Instructional. Amerika: Pearson, 2009. Direktorat Jendral Pendidikan dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kebijakan Program Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. http://www. dikdas. kemendiknas.go.id (diakses 1 September 2014). Djaali dan Pudji Muljono. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2008. Yrjo Engestrom, Expansive Learning Toward & Activity-Theoretical Reconceptualization. Boston: Allyn and Bacon. 2005. Fogarty, Robin. Integrate the Curricula. Amerika: IRI/Sky Light Training, 2001. Gall, M.D. Gall dan Borg, W.R. &, Educational Research: An Introduction, Fifth Edition. New York: Longman, 1989. Gultom, Syawal, Hasil Uji Kompetensi Guru Masih di Bawah Harapan, http:// www.tempo.co/read/news, (diakses,1 September 2014). Gustafson, Kent L. dan Robert Maribe Branch. Survey of Instructional Development Models. USA: Eric, 2002. Kegan, Robert. A Constuktivis-Developmental Aprroach to Transformative Learning. New York: Holt, Rinehart, 2007. Suryatri, Darmiatun, Menyusun Model Bahan Ajar untuk Persiapan Guru dalam Mengajar. .Yogyakarta: Gava Media, 2013 Smith Jacqueline, The Art of Dance in Education. London: A& C.Black, 2002. Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran, Prinsip Teknik dan Prosedur. Bandung: Rosdakarya,2009.
Pengaruh Model Pembelajaran Tema Terhadap Kreativitas Anak dalam Menari di Taman Kanak-Kanak
72