Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 2 ISSN 2338 3240
Pengaruh Model Pembelajaran Predict, Observe And Explain terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Balaesang Zulaeha, I Wayan Darmadi dan Komang Werdhiana e-mail:
[email protected] Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu – Sulawesi Tengah Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Predict, Observe and Explain (POE) keterampilan proses sains siswa pada materi kalor yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran POE dengan pembelajaran konvensional. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain The Non Equivalen Pretest-Posttest Design dengan menggunakan teknik purposive sampling diperoleh kelas XA sebagai kelas eksperimen dan kelas XB sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan berupa tes keterampilan proses sains dalam bentuk tes esai berjumlah 8 soal. Analisis data dilakukan dengan teknik statistik uji-t satu pihak untuk menguji perbedaan rerata skor keterampilan proses sains siswa dengan signifikansi α = 0,05 dengan kriteria pengujian terima H0 jika thitung < ttabel untuk harga t lainya H0 ditolak. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai hasil thitung = 1,71 > ttabel = 1,66. Ini berarti bahwa nilai thitung berada di luar daerah penerimaan H0. Dengan demikian disimpulkan bahwa, terdapat pengaruh keterampilan proses sains antara kelas yang mendapatkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran POE dengan kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Kata Kunci: Model POE, Keterampilan proses sains
I. PENDAHULUAN Suhu dan kalor merupakan salah satu
dengan objek yang sedang dipelajari dan ada di lingkungan sekitar. Pembelajaran menjadi
konsep fisika yang sering kita jumpai dalam
bermakna
kehidupan sehari-hari. Pada konsep suhu dan
memberikan
kalor siswa dituntut untuk dapat mengamati
tertentu dalam kegiatan pembelajaran fisika.
perubahan suhu pada termometer, membuat
Salah satu keterampilan dalam pembelajaran
hipotesis
kalor,
fisika adalah keterampilan proses sains (KPS).
menginterpretasi data antara suhu dan waktu
Hasil observasi di SMA Negeri 1 Balaesang
yang menyebabkan perubahan wujud dan
menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran
mengkomunikasikan grafik perubahan wujud
fisika
tersebut. Peristiwa-peristiwa tersebut hanya
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan
dapat
keterampilan
mengenai
ditemukan
dan
perpindahan
diselidiki
dengan
menggunakan keterampilan proses siswa. Pembelajaran
yang
melibatkan
siswa
bagi
siswa
jika
guru
bisa
keterampilan-keterampilan
yang
dikarenakan
dilaksanakan
proses guru
belum
sainsya. masih
Hal
bisa
ini
menggunakan
metode ceramah dalam penyampaian materi
melalui kegiatan eksperimen, selain siswa
pembelajaran.
dapat mendengar penjelasan guru siswa juga
fisika masih cenderung berbasis hafalan teori,
dapat melihat dan mengalami fenomena yang
konsep-konsep
sedang dipelajari. Benny [1] mengemukakan
didasarkan
bahwa peristiwa belajar akan berlangsung
menyebabkan rendahnya keterampilan proses
lebih efektif jika siswa berhubungan langsung
sains (KPS) siswa. Pengembangan KPS siswa
Dalam proses
pada
dan
rumus
pengalaman
pembelajaran
serta
tidak
siswa
yang
1
tidak dapat diajarkan dengan menggunakan
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 2 ISSN 2338 3240 mengajukan pertanyaan, mengajukan
metode
hipotesis,
ceramah.
menggunakan
Alasan
metode
guru
masih
ceramah
karena
merencanakan
menggunakan
percobaan,
alat/bahan/sumber,
metode ini mudah untuk dilaksanakan baik
menerapkan konsep, melakukan komunikasi
dari segi persiapan, waktu dan peralatan dan
dan melaksanakan percobaan. Keterampilan
guru beranggapan bahwa siswa hanya bisa
tersebut
mengerti bila dijelaskan secara panjang lebar.
kegiatan praktikum di sekolah. Oleh karena
Selain
itu diperlukan adanya suatu pembelajaran
itu,
dalam
aktifitas
kegiatan
pembelajaran,
percobaan
(eksperimen)
yang
dapat
mampu
dikembangkan
meningkatkan
kemampuan
dilaksanakan hanya pada tiap kenaikan kelas
kognitif
untuk keperluan nilai praktek dan
keterampilan proses sains siswa.
itu hanya
untuk siswa kelas XII. Keterampilan merupakan
Salah
proses
keterampilan
sekaligus
satu
melalui
mengembangkan
model
pembelajaran
yang
sains
(KPS)
mampu mengembangkan keterampilan proses
yang
harus
sains siswa
secara optimal adalah model
dikembangkan pada siswa. Beberapa alasan
pembelajaran Predict, Observe and Explain
mengapa KPS harus dimiliki oleh siswa yaitu
(POE).
(1) sains
pembelajaran POE dapat mencakup cara-cara
(khususnya fisika) terdiri dari tiga
aspek
yaitu
produk,
proses
dan
sikap.
Dengan
mengembangkan KPS siswa akan
Menurut
Restami
[3]
model
yang dapat ditempuh oleh seorang guru untuk membantu
siswa
dalam
meningkatkan
memahami bagaimana terbentuknya hukum,
pemahaman konsepnya, maupun psikomotor.
teori dan rumus yang sudah ada sebelumnya
Model pembelajaran POE
melalui percbaan; (2) sains (fisika)
dalam
berubah
meramalkan
suatu
fenomena,
melalui
demonstrasi
seiring dengan perkembangan jaman. Oleh
melakukan
karena
atau eksperimen, dan akhirnya menjelaskan
itu
guru
tidak
mungkin
lagi
observasi
melibatkan siswa
mengajarkan semua konsep dan fakta pada
hasil
siswa dari sekian mata pelajaran. Siswa perlu
sebelumnya. Dengan melakukan cara seperti
dibekali keterampilan yang dapat membantu
ini
siswa menggali dan menemukan informasi
melekat dalam ingatannya dan keterampilan
dari berbagai sumber bukan dari guru saja;
proses sains siswa meningkat.
(3) siswa akan
lebih memahami konsep-
demonstrasi
pengetahuan
Model
serta
ramalan
mereka
yang diperoleh siswa akan
pembelajaran POE
menghadirkan
konsep yang rumit dan abstrak jika disertai
suatu keadaan konkret dari suatu konsep
dengan contoh-contoh yang konkrit; (4) Siswa
pengetahuan. Seperti yang dikemukakan oleh
akan memiliki pemahaman yang mendalam
Rustaman
terhadap materi pelajaran dan mendorong
pembelajaran
siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
sangat mendasar untuk melakukan eksplorasi
Kinkin Suartini [2] menyatakan bahwa KPS meliputi
keterampilan
mengamati,
mengelompokkan, menafsirkan, meramalkan,
terhadap
[3]
bahwa fisika
dalam
proses
kemampuan observasi
fenomena-fenomena
dan
untuk
menguji gagasan dengan melibatkan semua indera.
2
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 2 ISSN 2338 3240 Tabel 1 Desain Penelitian The Non Ekuivalen PretestPostest Design
Dalam penelitian ini keterampilan proses sain
yang
diteliti
meliputi
ketrampilan
memprediksi,
Group
mengamati,
mengkomunikasikan
dan
Kelas Eksperimen (XA) Kelas Kontrol (XB)
mengkomunikasikan terdapat dalam lingkup model pembelajaran POE. siswa
diharapkan
fenomena
yang
Melalui penelitian
dapat
akan
mengajukan
yag
terjadi
Tes Akhir
O
X1
O
O
X2
O
terjadi
pada
[5] Keterangan : X1 : keterampilan proses sains untuk kelas
pengamatan, menemukan dan mengumpulkan fakta
Variabel Terikat
menginterpretasi.
Keterampilan memprediksi, mengamati dan
ini
Tes Awal
pada
pengamatan,
yang diberi pembelajaran model POE X2 : keterampilan prose sains untuk kelas
menjelaskan hasil percobaan dan membuat
yang diberi pembelajaran metode
grafik
ceramah
serta
menyimpulkan
membaca hasil
grafik
dan
percobaan
dan
menghubungkan hasil pengamatan tersebut.
O: 2)
Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas, penelitian
ini
mengkaji
“pengaruh
model
pembelajaran Predict, Observe and Explain
Tes awal atau Tes Akhir Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri
1 Balaesang. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 25 Februari – 26 Maret 2014.
(POE) terhadap keterampilan proses sains 3)
siswa SMA Negeri 1 Balaesang.
Tehnik Analisis Data
(1) Pengujian Normalitas Data II. METODOLOGI PENELITIAN 1)
Untuk
Jenis dan Design Penelitian
pengujian
normalitas
digunakan rumus Chi-kuadrat
Penelitian ini menggunakan metode kuasi
yaitu seperti
pada persamaan berikut
eksperimen, dengan desain penelitian adalah
=∑
“The Non Equivalen Pretest-Posttest Design”.
(
)
Desain ini menggunakan kelas-kelas yang sudah ada
sebagai kelompoknya, dengan
[6] χ2hitung
: Uji normalits Chi-kuadrat
memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama
k
: interval kelompok
keadaan/kondisinya. dilakukan
dengan
Penarikan
sampel
Oi
:frekwensi pengamatan
menggunakan
tekhnik
E1
:frekwensi yang diharapkan
purposive sampling atau penentuan sampel berdasarkan
tujuan
penelitian.
data,
Kriteria
pengujian
yang
digunakan
Diperoleh
digunakan pada dk = (k-3) dan peluang (1-α )
jumlah sampel kelas eksperimen 40 siswa dan
dengan taraf nyata α = 0,05 adalah jika
kelas kontrol 40 siswa. Bentuk desainnya
χ2hitung < χ2tabel , maka data dilakatakan berasal
disajikan pada Tabel 1.
dari populasi yang berdistribusi normal. (2) Uji Homogenitas Varians
3
Uji homogenitas varians digunakan untuk
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 2 ISSN 2338 3240 hipotesis yang telah dirumuskan didukung
mengetahui apakah varian antara kelompok
oleh data yang dikumpulkan, maka hipotesis
data homogen. Uji ini didasarkan pada uji
tersebut
statistik Uji Fisher (Uji F) seperti tertera pada
berdistribusi normal dan homogen, maka data
persamaan berikut
yang
harus
diuji.
Jika
diperoleh
sebaran
dianalisis
data
dengan
menggunakan uji statistik parametrik (uji “t”)
=
[6]
dengan pasangan hipotesis adalah: H0 : μ1 = μ2 : Tidak ada
Keterangan : F
perbedaan rata-
rata skor KPS antara kelas yang mendapat
: nilai F hitung
S1 2 : varians terbesar
model pembelajaran POE dengan kelas yang
S22 : varians terkecil
mendapat pembelajaran konvensional
>
Jika
, maka data berasal
dari populasi yang tidak <
homogen.
Jika
maka data berasal dari populasi
Peningkatan
Keterampilan
Proses
perbedaan rata-rata skor
KPS antara kelas yang mendapat pembelajaran
POE
dengan
model
kelas
yang
Rumus yang digunakan untuk uji kesamaan dua rata-rata dari dua sampel bebas seperti
Sains Untuk
mengetahui
keterampilan diperoleh
proses
pada
menggunakan dihitung
: Ada
mendapat pembelajaran konvensional.
yang homogen (3) Uji
H 1 : μ1 ˃ μ 2
sains
kelas model
berdasarkan
memperoleh
skor
peningkatan siswa
yang
eksperimen
yang
pembelajaran
POE
skor
N-gain.
N-gain
tertera pada persamaan berikut =
Dimana:
Untuk S=
digunakan
(
)
(
)
persamaan
g=
Dengan:
100
Dengan: Spost : Skor tes akhir Spre
: Skor tes awal
Smaks : skor maksimum
: skor rata-rata kelompok eksperimen
X2
: skor rata-rata kelompok kontrol
n1
:
jumlah siswa kelompok eksperimen
n2
:
jumlah siswa kelompok kontrol
S
:
simpangan baku (standar deviasi)
Dengan kriteria pengujian yakni terima
Tabel 2 Kriteria Skor N-Gain
Skor N-Gain g < 30 30 ≤ g ≥ 70 G > 70
X1:
Kriteria Rendah Sedang Tinggi
H0 jika thitung < ttabel
pada taraf nyata 0,05
dan dk = (n1+n2-2)
serta untuk harga t
lainnya H0 di tolak. Namun, jika sebaran data yang diperoleh tidak normal dan homogen maka digunakan uji statistik non-parametrik.
(4) Uji Hipotesis Untuk
mengetahui
seberapa
jauh 4
1)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 2 ISSN 2338 3240 signifikansi α = 0,05 dan nilai varians kelas
Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir
eksperimen sebesar 32,16 serta kelas kontrol
Adapun data hasil Pretest dan Posstest
sebesar 45,11. Berdasarkan hasil perhitungan,
disajikan pada Gambar 1.
diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,40. Data untuk pengujian homogenitas dapat
35 30 25 20 15 10 5 0
Tabel 5 dan 6 berikut Kelas
Skor rata-rata KPS
Eksperimen 1.02
Kontrol
Eksperimen
Kontrol
Eksperimen
Eksperimen
No. 1 2
Kedua Data Homogen
1,69
Posttest
Uji Normalitas
Dari Tabel 5 dan 6 dapat dilihat bahwa nilai
kriteria
berada pada daerah penerimaan H0
dengan demikian data tersebut menujukan
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Pretest Nilai Nilai Kelas χ2Hitung χ2 Tabel Keputusan (α =0,05) Kelas 0,51 Terdistribusi eksperimen normal 7,81 Kelas 1,37 Terdistribusi kontrol normal Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Posstest Nilai Nilai Kelas χ2Hitung χ2 Tabel Keputusan (α =0,05) Kelas 0,48 Terdistribusi eksperimen normal 7,81 Kelas 1,06 Terdistribusi kontrol normal
Sesuai
1,42
Kontrol
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Chi-kuadrat dengan kriteria penerimaan χ2Hitung < χ2tabel, taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan dk = k-3. Data hasil perhitungan disajikan pada Tabel 3dan 4 berikut
2
Tabel 6 Hasil Uji Homogenitas Tes Akhir Fhitung Ftabel Keputusan
Kelas
Fhitung
1
Kedua Data Homogen
1,80
Kontrol
Gambar 1 Grafik Skor Tes Keterampilan Proses Sains
No.
Tabel 5 Hasil Uji Homogenitas Tes Awal Fhitung Ftabel Keputusan
Standar deviasi
Pretest
2)
dilihat pada
pengambilan
kedua kelas yang dijadika sampel berasal dari populasi yang homogen. 4) Uji Peningkatan Keterampilan Proses Sains Peningkatan
keterampilan
proses
sains
siswa yang diperoleh pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran POE yang dihitung menggunakan persamaan NGain dapat dilihat pada Tabel 7 Tabel 7 Hasil Uji Peningkatan Keterampilan Proses Sains Uraian Sampel Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata
keputusan,
Pretest 40 12 36 22,6
Posstest 40 18 53 32,8
N-Gain 40 2,56 79,49 28,29
maka baik data dari kelas eksperimen maupun
Berdasarkan hasil uji N-Gain pada Tabel 7
kelas kontrol keduanya berasal dari populasi
diperoleh nilai 28,29 dengan kriteria skor N-
yang terdistribusi normal.
Gain, < 30. Disimpulkan bahwa peningkatan KPS rendah. Dengan kata lain, pembelajaran
3) Uji Homogenitas Uji
homogenitas
POE yang diterapkan tidak mempengaruhi KPS pada
penelitian
ini
menggunakan uji statistik F dengan taraf
siswa secara signifikan. 5)
Uji Hipotesis 5
Berdasarkan data yang diperoleh dari skor
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 2 ISSN 2338 3240 Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji
tes awal dan tes akhir dari kelas kontrol dan
pengaruh model pembelajaran POE terhadap
kelas eksperimen, maka dilakukan uji beda
keterampilan proses sains siswa
dua rata-rata (satu pihak) pada taraf nyata α
1 Balaesang pada materi kalor Berdasarkan
= 0,05 dan dk = (n1 + n2 – 2) = 40 + 40 -2.
hasil analisis skor rata-rata KPS
Data
siswa
hasil
perhitungan
tersebut
disajikan
dalam Tabel 8 dan 9.
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
thitung
Nilai X 22,6
pada
Gambar
1
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak
ttabel
0,32
22,3
ditunjukan
tes awal
diketahui bahwa skor rata-rata KPS siswa
Tabel 8 Uji Hipotesis (Tes Awal) Kelas
yang
SMA Negeri
Keputusan H0 Diterima
1,66
berbeda jauh. Skor rata-rata kelas eksperimen adalah 22,6 dan kelas kontrol adalah 22,3. Sementara,
berdasarkan
analisis
uji-t
diperoleh bahwa sebelum diberi perlakuan Berdasarkan
data
Tabel
8
dengan
diperoleh t0,95(78) = 1,66. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui thitung 0,32 < ttabel 1,66, nilai thitung berada pada daerah penerimaan H0. Diperoleh
bahwa
tidak
ada
perbedaan
keterampilan proses sains antara kelas yang mendapatkan
pembelajaran
pembelajaran
POE
mendapatkan
menggunakan
dengan
pembelajaaran
kelas
yang
konvensional.
Artinya sebelum diberi perlakuan, kemampuan awal keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan.
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai X 32,8 28,9
thitung
ttabel
1,71
1,66
H1 Diterima
=1,71 > ttabel =1,66. Dengan demikian, H0 ditolak dan H1 diterima. Disimpulkan bahwa perbedaan
keterampilan
proses
sains
antara kelas yang mendapatkan pembelajaran menggunakan
pembelajaran
POE
kelas
mendapatkan
pembelajaran
Artinya
pembelajaran
yang
konvensional.
pembelajaran,
tidak
ada
perbedaan KPS antara kedua kelas tersebut. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan awal siswa dalam keterampilan proses sains pada kedua kelas ini tidak berbeda. Setelah kedua kelas ini diberi perlakuan yang berbeda yakni pada kelas eksperimen dilakukan pembelajaran POE dan untuk kelas kontrol dilakukan pembelajaran konvensional. Hasil analisis tes akhir menunjukan bahwa perolehan skor rata-rata KPS siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Skor
32,8 dan kelas kontrol adalah 28,9. KPS siswa Keputusan
Berdasarkan data Tabel 9 diketahui thitung
ada
proses
rata-rata KPS siswa kelas eksperimen adalah
Tabel 9 Uji Hipotesis (Tes Akhir) Kelas
dalam
model
POE mempengaruhi KPS siswa.
dengan
yang diberi pembelajaran POE lebih tinggi dari siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Berdasarkan analisis uji-t diperoleh bahwa setelah
diberi
pembelajaran
POE
ada
perbedaan KPS kedua kelas tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa
pada
materi
kalor,
proses pembelajaran di kelas yang dilakukan dengan
pembelajaran
POE
akan
mempengaruhi KPS siswa dibanding proses pembelajaran peningkatan
konvensional KPS-nya
rendah.
walaupun Hal
ini
dikarenakan pada kelas dengan pembelajaran
6
POE, memberikan kesempatan kepada siswa
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 2 ISSN 2338 3240 menyatakan bahwa pembelajaran POE
untuk dapat mengobservasi secara langsung
dengan prosedur metode eksperimen yang
melalui kegiatan eksperimen terhadap materi
dilaksanakan
yang sedang dipelajari sehingga siswa dapat
berlangsung mampu mengakomodasi siswa
berpartisipasi secara aktif dan siswa lebih
dalam memperoleh KPS baik dalam aspek
paham terhadap materi kalor.
kognitif, afektif maupun psikomotor. Dari segi
Peningkatan
KPS
siswa
dalam
selam
penguasaan
proses
pembelajaran
konsep dan sikap ilmiah yang
pembelajaran disebabkan pembelajaran POE
diteliti oleh Restami (2013) diketahui bahwa
merupakan
pembelajaran
pembelajaran
yang
dapat
POE
dapat
meningkatkan
memberikan pengetahuan baru kepada siswa
penguasaan konsep fisika dan kerja ilmiah
secara
siswa.
nyata
serta
partisipasi siswa agar dalam yang
dapat
lebih aktif dan kreatif
pembelajaran. digunakan
melatih
siswa
meningkatkan
Metode
dalam
Berdasarkan
hasil
perhitung
uji
N-Gain
eksperimen
kelas eksperimen nilai pretest dan posstest
pembelajaran POE
pada Tabel 7 diperoleh nilai N-Gain sebesar
mencari
dan
menemukan
28,29
yang
sendiri berbagai jawaban atau persoalan yang
keterampilan
dihadapinya.
peningkatan
berarti
terdapat
peningkatan
proses sains siswa. KPS
siswa
dalam
Namun katergori
Dengan metode eksperimen pada materi
rendah. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor
kalor siswa dituntut untuk dapat mengamati
pada saat menerapkan pembelajaran model
perubahan suhu pada termometer, membuat
POE yaitu pada pertemuan pertama sebagaian
hipotesis
kalor,
siswa terlihat malas untuk ikut terlibat dalam
menginterpretasi data antara suhu dan waktu
kegiatan eksperimen meskipun sebagian siswa
yang menyebabkan perubahan wujud dan
lain
mengkomunikasikan grafik perubahan wujud
eksperimen seperti ini. Pada saat diskusi
tersebut.
banyak siswa terlihat malu untuk terlibat
mengenai
perpindahan
Fenomena
ini
ditemukan
dan
menggunakan
keterampilan
hanya
diselidiki
dapat dengan
proses
sains.
mengaku
menyampaikan
senang
dengan
pendapat
kegiatan
dalam
sebagian siswa terlihat lebih senang
diskusi, dengan
Penerapan pembelajaran POE yang tahapanya
gaya belajar guru yang menerangkan materi
terdiri dari predict, observe and explain dapat
pembelajaran.
membantu
terlalu banyak yaitu 40 orang sehingga guru
siswa
dalam
mencapai
KPS.
Jumlah siswa dalam kelas
Metode eksperimen yang digunakan dalam
kesulitan mengorganisir kelas
pembelajaran POE sangat membantu siswa
melakukan
dalam mengamati fenomena fisika yang ada
pengaruh
dalam materi kalor.
harusnya pertemuan tatap muka diperbayak,
Model
pembelajaran
POE
dalam
proses
pembelajaran dapat meningkatkan KPS siswa, hal
ini
sejalan
dilakukan
oleh
dengan Herni
penelitian Budiati
[7]
yang yang
eksperimen. metode
pada saat
Untuk
dalam
melihat
pembelajaran
namun pada penelitian ini tatap muka hanya tiga kali pertemuan. Model sebuah
pembelajaran observasi
POE
yang
membutuhkan nyata
untuk
7
membuktikan
dugaan
eksperimen
yang
siswa.
Metode
digunakan
[2]
dalam
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 2 ISSN 2338 3240 Suartini, Kinkin. (2007). Pendekatan Dalam proses pembelajaran Matematika
pembelajaran POE memilki kelebihan siswa
dan
lebih aktif dan terampil dalam melakukan
Indonesia Social Equity Project
eksperimen,
namun
membutuhkan
Sains
Dasar.
Jakarta:
IAIN
waktu
yang cukup lama dan jumlah siswa yang tidak
[3]
Restami, M.P. (2013). Pengaruh Model
terlalu banyak. Dalam pembelajaran dengan
pembelajaran POE (Predikct, Observe,
metode ceramah guru dapat lebih mudah
and
mengontrol kelas meskipun dalam jumlah
Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah di Tinjau
siswa yang banyak. Selain itu kebanyakan
dari gaya Belajar Siswa. Dalam e-Journal
siswa ini lebih senang dengan gaya belajar
Program
yang mengandalkan penjelasan dari guru. Hal
Pendidikan Ganesha Program Studi IPA
ini menunjukan
[Online],
bahwa
pembelajaran
POE
Explain
Terhadap
Pasca
Pemahaman
Sarjana
universitas
Vol 3, 10 halaman. Tersedia:
yang diterapkan pada kelas eksperimen tidak
http://www.pasca.undiksha.ac.id.
mempengaruhi KPS siswa secara signifikan.
Juli 2013].
[18
IV. KESIMPULAN Berdasarkan
hasil
analisis
disimpulkan
[5]
Sudjana. (2005). Metode Statistik edisi 6. Bandung: Tarsito
bahwa terdapat pengaruh keterampilan proses sains siswa antara kelas yang mendapatkan model pembelajaran POE dengan kelas yang mendapatkan metode
pembelajaran
konvensional
menggunakan
SMA
Negeri
1
[6]
Sugiyono.
(2010).
Pendidikan
Metode
(Pendekatan
Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Balaesang. Diperoleh bahwa peningkatan KPS siswa rendah atau tidak berpengaruh secara
[7] Budiati, Herni. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran POE (Predict, Observe and
signifikan.
Explain) PUSTAKA RUJUKAN [1]
Rakyat.
Metode
Eksperimen Sederhana dan Eksperimen
Pribadi, A Benny. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Menggunakan
Dian
Terkontrol
Ditinjau
dari
Keterampilan
Metakofnitif dan Gaya Belajar Terhadap Keterampilan
Proses
Sains.
[Online].
Tersedia:http://www.Jurnal.fkip.uns.ac.id. [28 April 2014].
8