PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEMOSTRASI DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS DISKUSI SISWA KELAS VIII SMPN 10 MALANG
Erisy Syawiril Ammah1, Dawud2, dan Kusubakti Andajani3 Universitas Negeri Malang
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh model pembelajaran demostrasi diskusi terhadap keterampilan menulis teks diskusi siswa kelas VIII SMP. Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan desain nonequivalent control group. Hasil penelitian ini, adalah (1) model pembelajaran demostrasi diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis orientasi isu teks diskusi, (2) model pembelajaran demostrasi diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis pendapat mendukung teks diskusi, (3) model pembelajaran demostrasi diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis pendapat menolak teks diskusi, dan (4) model pembelajaran demostrasi diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis simpulan/saran teks diskusi. Kata Kunci: model pembelajaran demostrasi diskusi, keterampilan menulis teks diskusi.
Model pembelajaran merupakan salah satu hal krusial yang menumpu keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan di sekolah berpengaruh pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ketepatan pemilihan model pembelajaran juga menunjang proses pembelajaran menjadi lancar dan optimal sehingga potensi siswa dalam runtutan pembelajaran terperhatikan. Model pembelajaran adalah sebuah pola pembelajaran yang dirancang guna memperlancar aktivitas pembelajaran. Sesuai pendapat Joyce & Weil (1980:1), bahwa model pembelajaran merupakan suatu pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas. Dari penjabaran tersebut dapat dipahami bahwa model pembelajaran
merupakan sebuah pola yang digunakan untuk pijakan dalam mengelola pembelajaran di kelas. Oleh karena itu pemilihan model pembelajaran yang tepat penting untuk diperhatikan agar pembelajaran yang dilakukan selaras dengan karakteristik dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Salah satu tujuan pembelajaran pada kompetensi keterampilan di SMP kelas VIII adalah siswa dapat menulis teks diskusi sesuai dengan karakteristiknya. Teks diskusi adalah tulisan yang memaparkan diskursus atau perdebatan sebuah isu dari dua pendapat yang berbeda, yakni pendapat yang mendukung dan pendapat yang menolak, dan pada bagian akhir teks terdapat simpulan/saran yang memberikan penjelasan apa yang seharusnya dilakukan. Melalui pembelajaran menulis teks diskusi, siswa belajar memandang permasalahan dari dua sisi yang berbeda sehingga siswa
163
Ammah, Dawud, & Andajani, Pengaruh Model Pembelajaran Demonstrasi Diskusi, 164
diharapkan dapat belajar aktif mulai dari mengidentifikasi, menelaah, menganalisis, serta mencari solusi terhadap suatu masalah tertentu dengan jalan bertukar pikiran antarsiswa satu sama lain. Pembelajaran menulis teks diskusi di sekolah umumnya banyak diwarnai kegiatan-kegiatan individu, antarsiswa satu sama lain kurang aktif berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran. Pada kondisi ini, siswa belajar sendiri dan tidak diizinkan melihat pekerjaan orang lain, padahal dalam kehidupan nyata, siswa cenderung dituntut untuk berinteraksi dengan orang lain. Model pembelajaran konvensional untuk pembelajaran menulis teks diksusi biasanya dilakukan hanya dengan meniru teks model yang sudah ada, kemudian secara langsung siswa membuat sesuai dengan teks model tersebut. Model pembelajaran konvensional seperti ini menjadikan keterampilan menulis teks diskusi siswa tidak dapat berkembang. Pilihan model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis teks diskusi adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama, saling membantu, dan berbagi dengan siswa lain dalam menyelesaikan tugas-tugas terstruktur yang diberikan guru (Lie, 2008:12). Model pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk belajar dalam kelompok dan antar siswa dapat saling mengemukakan pendapatnya masing-masing sehingga melatih untuk mampu berpartisipasi dan berkomunikasi secara aktif dalam pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini dirancang model pembelajaran demonstrasi diskusi sebagai model pembelajaran kooperatif untuk keterampilan menulis teks diskusi. Model pembelajaran demonstrasi diskusi diadaptasi dari model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS).
Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan model pembelajaran TSTS adalah Keefektifan Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Bahasa Jerman Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Seyegan Sleman yang dilakukan oleh Endah Ayu (2012). Berdasarakan analisis statistik diperoleh nilai t-hitung keterampilan menulis bahasa Jerman sebesar 6,282, lebih besar dari nilai t-tabel yakni sebesar 2,000 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Bobot keefektifannya adalah 9,1%. Nilai rata-rata akhir kelas eksperimen sebesar 76,7500 lebih besar dari kelas kontrol yaitu 70,3056. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih efektif dalam pembelajaran keterampilan menulis bahasa Jerman. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tersebut, dapat diidentifikasi bahwa model pembelajaran TSTS berpengaruh signifikan pada keterampilan menulis. Dengan demikian dapat diambil sebuah pemahaman bahwa model pembelajaran TSTS dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran menulis. Agar model pembelajaran TSTS sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan, yakni menulis teks diskusi, maka diadaptasi menjadi model pembelajaran demonstrasi diskusi. Sintak model pembelajaran demonstrasi dirancang khusus untuk pembelajaran menulis teks diskusi. Adaptasi dalam model demonstrasi diskusi dilakukan juga dengan mengintegrasikan tiga teori dasar, yakni (1) pembelajaran kooperatif, (2) pendekatan saintifik, dan (3) pemodelan. Model pembelajaran demonstrasi diskusi berupaya mengorganisasikan dan mengoptimalkan siswa untuk terlibat aktif, berkomunikasi, dan berdiskusi dalam pem-
165, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 2, November 2015
belajaran menulis teks diksusi. Kegiatan diskusi dalam model pembelajaran demonstrasi diskusi dilakukan secara berulangulang, mulai dari kelompok besar di awal pembelajaran, kelompok kecil (tiap-tiap kelompok), dan diskusi saat kegiatan tinggal dan bertamu. Kegiatan tinggal dan bertamu yang dilakukan difokuskan untuk mendapat balikan/masukan dari kelompok yang lain untuk melengkapi informasi dan merevisi teks diskusi yang dibuat. Kegiatan pemodelan diskusi secara nyata melatih siswa melakukan aktivitas diskusi dalam menulis teks diskusi, sedangkan kegiatan pemodelan teks diskusi membantu siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai teks yang baik. Secara lengkap sintak model pembelajaran demostrasi diskusi dirancang sebagai berikut. a. Mengamati 1. Melakukan Praktik Diskusi Praktik diskusi adalah kegiatan diskusi bersama secara nyata dalam satu kelas yang dikondisikan guru untuk memberikan gambaran isu/masalah sebelum siswa menulis teks diskusi. 2. Mencermati Pemodelan Teks Diskusi Pada tahapan ini dibentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang anggota/siswa yang bersifat heterogen. Tiap kelompok diberikan contoh teks diskusi untuk dicermati struktur teks maupun ciri kebahasaannya. b. Menanya Guru mempersilahkan tiap kelompok/siswa untuk bertanya mengenai teks diskusi. Pertanyaan bisa berkaitan dengan struktur teks diskusi dan kaidah penulisanya. Atau juga dapat mengenai isu yang telah dibicarakan sebelumnya, sehingga guru dapat memberikan penjelasan tambahan apabila ada yang belum dipahami. c. Menalar Siswa diberikan isu yang berbeda dari isu sebelumnya. Isu tersebut
didiskusikan bersama oleh masing-masing kelompok. Setiap kelompok yang terdiri dari lima anggota memilih satu orang sebagai pengamat yang bertungas mengamati jalannya diskusi yang dilakukan oleh kelompoknya. Empat anggota yang lain dapat dibagi menjadi dua kubu, antara yang mendukung dan menolak isu. Kemudian, masing-masing kelompok memulai kegiatan diskusi. d. Mencoba Setelah selesai berdiskusi selanjutnya setiap kelompok diminta menulis teks diskusi berdasarkan aktivitas diskusi yang baru dilakukannya. Setelah selesai, setiap kelompok memilih anggota untuk tinggal dan berkunjung. Anggota yang berkunjung, bertugas pergi ke kelompok lain untuk mendapat masukan/umpan balik dari kelompok yang dikunjungi guna melengkapi informasi teks diskusi, sebaliknya anggota yang tinggal bertugas memberi masukan/umpan balik guna melengkapi informasi teks diskusi kelompok lain. Pola perpindahan siswa dalam kelompok pada model pembelajaran demostrasi diskusi lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut ini.
Ammah, Dawud, & Andajani, Pengaruh Model Pembelajaran Demonstrasi Diskusi, 166
e. Mengomunikasikan Setelah semuanya selesai, setiap perwakilan kelompok memaparkan hasil menulis teks diskusi di depan kelas. Hasil penulisan teks diskusi dibahas bersama guru dan siswa. Setelah selesai guru dapat memilih dan memberikan penghargaan pada kelompok terbaik dalam menulis teks diskusi. Model pembelajaran demonstrasi diskusi berupaya mengorganisasikan dan mengoptimalkan siswa untuk terlibat aktif, berkomunikasi, dan berdiskusi dalam pembelajaran menulis teks diksusi. Kegiatan diskusidilakukan secara berulang-ulang, mulai dari kelompok besar di awal pembelajaran, kelompok kecil (tiap-tiap kelompok), dan diskusi saat kegiatan tinggal dan bertamu. Kegiatan tinggal dan bertamu yang dilakukan difokuskan untuk mendapat balikan/masukan dari kelompok yang lain untuk melengkapi informasi dan merevisi teks diskusi. Kegiatan pemodelan diskusi secara nyata melatih siswa melakukan aktivitas diskusi dalam menulis teks diskusi, sedangkan kegiatan pemodelan teks diskusi membantu siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai teks yang baik. METODE Rancangan penelitian ini adalah quasi experiment dengan desain nonequivalent control group. rancangan quasi experimen dipilih dengan pertimbangan bahwa telah terbentuknya kelompok utuh siswa dalam satu kelas. Sampel penelitian ini adalah kelas VIIIA (kelas eksperimen, 33 siswa) dan VIIIB (kelas kontrol, 34 siswa). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Sebelum penentuan sampel dilakukan uji homogenitas kelas menggunakan nilai menulis teks sebelumnya (teks ulasan).
Berdasarkan hasil analisis uji homogenitas diketahui rata-rata siswa kelas VIIIA (75,7576) dan kelas VIIIB (76, 5588) dengan perbedaan rata-rata 8,0125; dan nilai uji t adalah -5,19 (p = 0,606). Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan nlai keterampilan menulis teks ulasan kelas VIII A dan kelas VIII B (p > 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua kelas homogen. Instrumen penelitian terdiri dari dua instrumen yakni, (1) instrumen perlakuan, dan (2) instrumen pengukuran. Validitas instrumen ada tiga yakni, (1) validitas isi, (2) validitas empiris, dan (3) realibilitas. Uji validitas empiris dan reliabilitas dilakukan pada siswa kelas VIII B SMPN 1 Situbondo dengan memberikan tes paralel menulis teks diskusi. Berdasarkan hasil analisis uji validitas diketahui korelasi orientasi isu teks diskusi (r = 0,636) dengan signifikansi (p = 0,024), korelasi pendapat mendukung teks diskusi (r = 0,644) dengan signifikansi (p = 0,022), korelasi pendapat menolak teks diskusi (r = 0,834) dengan signifikansi (p = 0,01), dan korelasi simpulan/saran teks diskusi (r = 0,600) dengan signifikansi (p = 0,033). Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan aspek keterampilan menulis teks diskusi dengan skor total teks diskusi (p < 0,05). Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat dinyatakan bahwa semua aspek keterampilan menulis teks diskusi tersebut valid. Berdasarkan hasil analisis uji realibilitas diketahui rata-rata soal tes pertama (14,1000) dan rata-rata soal tes kedua (13,9000); dan nilai korelasi adalah 0,959 (p = 0,000). Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan skor tes pertama dan tes kedua keterampilan menulis teks
167, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 2, November 2015
diskusi (p < 0,01). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes tersebut reliabel. Teknik analisis data dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni (1) uji prasyarat analisis yang terdiri atas uji normalitas serta uji homogenitas varian data, dan (2) uji hipotesis. Uji normalitas data sering dijadikan pedoman untuk mengolah data dengan uji statistik parametrik atau nonparametrik. Berdasarkan hasil analisis uji normalitas dapat disimpulkan bahwa data pascates semua aspek keterampilan menulis teks diskusi kelas kontrol dan kelas esperimen tersebut normal (p > 0,05). Uji homogenitas varian data dilakukan untuk mengetahui varian data (sama atau berbeda) pada kelas kontrol dan eksperimen. Berdasarkan hasil analisis uji homogenitas varian data dapat disimpulkan bahwa ragam antar kelompok keterampilan menulis teks diskusi tersebut homogen (p > 0,05). Uji hipotesis dilakukan dengan Independent Samples T-test (Uji T). Tek-
nik T-test digunakan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran demostrasi diskusi terhadap keterampilan menulis teks diskusi siswa kelas VIII SMPN 10 Malang. Penentuan uji hipotesis didasarkan pada taraf signifikansi 5%. Jika nilai signifikansi (Sig. (2-tailed)) < 0,05 maka dapat disimpulkan model pembelajaran demonstrasi diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis teks diskusi atau hipotesis alternatif (Ha) diterima. Jika nilai signifikansi (Sig. (2-tailed)) > 0,05 maka dapat disimpulkan model pembelajaran demostrasi diskusi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis teks diskusi atau hipotesis alternatif (Ha) ditolak.
Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui rata-rata pascates orientasi isu teks diskusi kelas eksperimen (20,1515) lebih tinggi dari rata-rata pascates orientasi isu teks diskusi kelas kontrol (15,8824)
dengan perbedaan rata-rata 4,26916; dan nilai uji t skor pascates kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 4,351 (p = 0,000). Berdasarkan analisis tersebut, dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang sig-
HASIL DAN PEMBAHASAN Keterampilan Menulis Orientasi Isu Analisis uji beda Independent Samples Test orientasi isu teks diskusi dipaparkan sebagai berikut ini.
Ammah, Dawud, & Andajani, Pengaruh Model Pembelajaran Demonstrasi Diskusi, 168
nifikan skor pascates orientasi isu teks diskusi kelas eksperimen dan kelas kontrol (p < 0,01). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif 1 (Ha1) yang menyatakan bahwa model pembelajaran demostrasi diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis orientasi isu teks diskusi diterima. Jadi dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran demostrasi diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis orientasi isu teks diskusi. Hasil prates keterampilan menulis orientasi isu teks diskusi kelas kontrol dengan topik Perlukah Anak Smp Memiliki Akun Facebook terlihat belum baik. Siswa belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang penulisan orientasi isu, sehingga orientasi isu yang dihasilkan belum jelas dan tidak terfokus pada masalah yang dibahas. Contoh orientasi isu kelas kontrol tampak pada kutipan berikut.
(Yuniar Qotrunnada)
Pada kutipan tersebut terlihat orientasi isu yang dipaparkan belum terfokus pada masalah yang dibicarakan. Pemaparan isu yang dilakukan siswa mengenai kepemilikan akun facebook belum jelas dan tidak terfokus pada siswa SMP, akan tetapi menyinggung siswa SD dan SMA. Hasil prates orientasi isu kelas eksperimen juga tidak berbeda jauh dengan prates kelas kontrol. Orientasi isu yang ditulis juga belum jelas dan terfokus dalam memapaparkan masalah yang dibahas. Contoh kutipan orientasi isu kelas eksperimen adalah sebagai berikut.
(Auliya Febriyanti)
Pada kutipan tersebut dapat dilihat bahwa pembicaraan isu mengenai penggunaan facebook bagi anak sekolah masih belum terfokus pada masalah yang dibahas atau mendua. Isu yang dibahas seharusnya difokuskan pada keperluan anak SMP untuk memiliki akun Facebook, tetapi masih dipaparkan secara umum tentang Facebook yang digunakan orang dewasa. Berdasarkan ulasan terhadap kedua kutipan prates dimuka dapat diambil suatu pemahaman bahwa keterampilan menulis orientasi isu siswa belum baik. Pemaparan orientasi isu yang dibuat siswa belum jelas dan belum terfokus pada masalah yang dibahas. Isu/masalah harus dinyatakan secara eksplisit, tidak mendua dan, dalam bentuk pernyataan langsung yang menggambarkan bentuk masalah yang dihadapi (Kerlinger, 1973). Secara umum penulisan orientasi isu juga harus tertuju pada hal yang ingin diungkapkan, karena hal ini menentukan permasalahan apa yang ingin dikemukakan dalam tulisan tersebut. Sesuai dengan pendapat Alkaidah, dkk (1997:3), yang mengatakan bahwa kegiatan menentukan atau memaparkan isu/masalah sama halnya dengan menentukan apa yang akan dibahas dalam tulisan. Hasil pascates keterampilan menulis orientasi isu siswa dengan topik Bermain Game Online Bagi Anak Sekolah Baik atau Buruk? di kelas kontrol dan di kelas eksperimen mengalami perbedaan. Orientasi isu yang dikemukakan siswa saat pascates terlihat lebih baik daripada sebelumnya. Berikut ini contoh kutipan hasil pascates orientasi isu kelas kontrol.
169, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 2, November 2015
(Yuniar Qotrunnada)
Pada kutipan tersebut terlihat pemaparan orientasi isu teks diskusi tentang game online cukup jelas, tetapi pemaparan isu kurang mendetail dan belum dilakukan secara kontroversial. Berbeda dengan kelas eksperimen, hasil pascates orientasi isu sudah dipaparkan secara kontroversial, jelas dan terfokus pada masalah yang dibahas. Berikut ini contoh kutipan pascates orientasi isu kelas eksperimen.
(Auliya Febriyanti)
Pada kutipan tersebut terlihat pemaparan orientasi isu tentang game online sudah jelas. Pemaparan isu juga dilakukan secara kontroversial dengan alasan bahwa game online mempunyai dampak positif dan negatif bagi anak sekolah. Ada yang mengatakan game online baik untuk anak sekolah dan juga ada yang mengatakan tidak baik. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran demonstrasi diskusi terdapat perbedaan hasil keterampilan menulis orientasi isu teks diskusi siswa. Hal ini tampak pada hasil pascates orientasi isu teks diskusi lebih baik dibanding sebelumnya. Apabila dibandingkan hasil penulisan orientasi isu antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, terlihat juga penulisan orientasi isu teks diskusi kelas
ekperimen jauh lebih baik daripada kelas kontrol. Penulisan orientasi isu kelas kontrol sebenarnya cukup jelas, tetapi isu yang dibahas belum dipaparkan secara kontroversial. Berbeda dengan kelas eksperimen yang sudah memaparkan isu dengan jelas dan secara kontroversial. Pada model pembelajaran demonstrasi diskusi terdapat kegiatan praktik diskusi yang dilakukan secara berulang-ulang. Dalam kegiatan praktik diskusi antar siswa/kelompok saling berdiskusi, bertukar ide, dan bercurah pendapat mengenai isu yang dibahas, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa untuk memaparkan orientasi isu dengan baik, jelas, dan kontroversial. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mckeachie & Kulik (1975), bahwa pembelajaran diskusi dapat meningkatkan pemahaman konsep bagi siswa. Semakin siswa mengetahui dan memahami dengan jelas isu/masalah yang dibahas maka memudahkan dalam memaparkan dalam tulisan. Penulisan orientasi isu secara kontroversial juga memudahkan pembaca untuk menangkap gagasan yang dikemukakan. Isu kontroversial adalah sesuatu yang mudah diterima oleh seseorang atau kelompok tetapi juga mudah ditolak oleh orang atau kelompok lain (Muessig, 1975:4). Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diambil sebuah pemahaman bahwa kegiatan praktik diskusi yang dilakukan secara berulang-ulang dalam model pembelajaran demonstrasi diskusi melatih siswa untuk memaparkan isu dengan baik. Semakin sering siswa melakukan praktik diskusi maka keterampilan siswa dalam memaparkan isu juga semakin baik Kegiatan praktik diskusi tersebut juga membuat siswa memperolah gambaran yang jelas mengenai isu yang dibahas berdasarkan aktivitas diskusi yang dilakukan. Hal ini terlihat pada penulisan orientasi isu teks diskusi yang dihasilkan siswa kelas eksperimen saat pascates sudah dipaparkan se-
Ammah, Dawud, & Andajani, Pengaruh Model Pembelajaran Demonstrasi Diskusi, 170
cara kontroversial, jelas, lugas, dan terfokus pada masalah yang dibahas.
Keterampilan Menulis Pendapat Mendukung Analisis uji beda Independent Samples Test pendapat mendukung teks diskusi dipaparkan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui rata-rata pascates pendapat mendukung teks diskusi kelas eksperimen (20, 4545) lebih tinggi dari rata-rata pascates kelas kontrol (18,3824) dengan perbedaan rata-rata 2,07219; dan nilai uji t skor pascates kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 2,157 (p = 0,035). Berdasarkan data hasil analisis tersebut, dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan skor pascates pendapat mendukung teks diskusi kelas eksperimen dan kelas kontrol (p < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif 2 (Ha2) yang menyatakan bahwa model pembelajaran demostrasi diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis pendapat mendukung teks diskusi diterima. Jadi dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran demostrasi diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis pendapat mendukung teks diskusi.
Hasil prates keterampilan menulis pendapat mendukung teks diskusi kelas kontrol dan eksperimen tidak berbeda jauh. Pendapat mendukung yang dipaparkan belum jelas dan logis. Berikut ini contoh kutipan pendapat mendukung teks diskusi kelas kontrol.
(Yuniar Qotrunnada)
Pada kutipan tersebut terlihat pendapat mendukung yang dikemukakan belum jelas dan mendetail untuk menguatkan isu yang dibahas. Seperti alasan digunakanya facebook untuk memudahkan dalam menambah teman kurang logis, karena menambah teman melalui facebook juga membutuhkan persetujuan dari pengguna facebook lain yang diajak berteman. Hasil prates pendapat mendukung kelas eksperimen juga belum baik dan
171, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 2, November 2015
alasan yang dikemukakan juga belum logis untuk mendukung masalah yang dibahas. Contoh kutipan penulisan pendapat mendukung kelas eksperimen adalah sebagai berikut.
(Auliya Febriyanti)
Pada kutipan tersebut terlihat bahwa pendapat mendukung yang dipaparkan sudah sesuai dengan isu yang dibahas, tetapi pemaparan pendapat tentang akun facebook yang digunakan untuk menambah banyak teman juga belum kuat dan logis. Menambah teman melalui akun Facebook juga terbatas jumlahnya, pertemanan bisa dilakukan bila orang yang diajak berteman melalui akun facebook mau menyetetujui permintaan pertemanan dari orang yang meminta. Berdasarkan ulasan terhadap kedua kutipan hasil prates di muka dapat diambil suatu pemahaman bahwa siswa masih kesulitan untuk menulis pendapat mendukung teks diskusi yang baik. Pendapat mendukung yang dikemukakan siswa masih belum kuat dan logis untuk mendukung isu yang dibahas. Keterampilan menulis pendapat mendukung berkaitan erat dengan kemampuan siswa berpikir logis. Berpikir logis berarti berpikir dengan menggunakan logika. Logika adalah suatu cara untuk menggali lebih banyak informasi dari apa yang tersedia (De Bono, 1990: 56). Dengan berpikir logis, seseorang akan mampu membedakan dan mengkritisi kejadian-kejadian yang terjadi itu masuk akal dan sesuai dengan ilmu pengetahuan atau tidak. Terlihat juga pendapat mendukung yang dipaparkan siswa juga belum menghadirkan contoh yang konkret untuk mendukung isu. Dasar pemaparan penda-
pat mendukung yang baik seharusnya menghadirkan contoh, alasan, dan bukti yang mendukung pernyataan yang dikemukakan sehingga dapat diterima secara rasional. Sesuai dengan pernyataan Govier (1992:1), bahwa sebuah argumen memaparkan atau menunjukkan pernyataan/ klaim yang dikemukakan dapat diterima secara rasional. Hasil pascates keterampilan menulis pendapat mendukung teks diskusi kelas kontrol dan kelas eksperimen mengalami perbedaan. Keterampilan siswa dalam menulis pendapat mendukung teks diskusi semakin baik. Berikut ini contoh kutipan pendapat mendukung pascates siswa kelas kontrol.
(Yuniar Qotrunnada)
Pada kutipan tersebut terlihat pendapat mendukung dipaparkan cukup jelas dan disertai dengan alasan yang memadai, meskipun belum detail dan logis untuk mendukung isu yang dibahas. Pengemukakan alasan dalam bermain game online untuk menambah semangat dan mempererat hubungan dengan teman kurang mendukung karena bisa saja karena bermain game online mengakibatkan permusuhan. Hasil pascates keterampilan menulis pendapat mendukung kelas eksperimen terlihat lebih baik dari kelas kontrol. Pendapat mendukung dikemukakan dengan jelas dan logis. Berikut ini kutipan pendapat mendukung kelas eksperimen.
(Auliya Febriyanti)
Ammah, Dawud, & Andajani, Pengaruh Model Pembelajaran Demonstrasi Diskusi, 172
Pada kutipan tersebut tampak bahwa pendapat mendukung yang dipaparkan sudah jelas sesuai dengan isu yang dibahas. Pemaparan pendapat mendukung tentang game online sudah disertai dengan alasan yang logis, seperti yang diketahui bahwa game online yang menggunakan bahasa asing (Inggris) dapat membantu siswa untuk belajar, karena di dalam permainan tersebut akan terjadi komunikasi satu sama lain dengan bahasa Inggris. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model demostrasi diskusi terdapat perbedaan hasil keterampilan siswa dalam menulis pendapat mendukung teks diskusi. Hal ini tampak pada pascates pendapat mendukung teks diskusi lebih baik dibanding sebelumnya. Apabila dibandingkan hasil penulisan pendapat mendukung antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, juga terlihat penulisan pendapat mendukung teks diskusi kelas ekperimen jauh lebih baik daripada kelas kontrol. Penulisan pendapat mendukung siswa kelas kontrol sebenarnya cukup jelas, akan tetapi contoh yang dihadirkan untuk belum konkret dan logis untuk menguatkan isu/masalah yang dibahas. Berbeda dengan kelas eksperimen yang sudah memaparkan pendapat mendukung dengan disertai contoh konkret dan alasan yang logis. Penulisan pendapat mendukung yang baik dipengaruhi dengan adanya pemodelan teks diskusi pada dalam kegiatan pembelajaran. Pemodelan adalah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu dengan menggunakan model yang dapat ditiru (Nurhadi, dkk, 2004:49−50). Penggunaan model bukan sekadar sebagai contoh untuk ditiru; bukan semata-mata agar siswa melihat contoh, mengetahui bentuk teknik menulis yang baik, dan dapat mengerjakan sesuatu sesuai dengan model, tetapi juga dapat berperan sebagai pemberi topik bahasan untuk menulis
(Celce-Murcia, 2000). Franklin (dalam Easman, 1978:31), mengatakan bahwa salah satu cara terbaik untuk belajar menulis adalah dengan membaca, menganalisis, dan meniru model tulisan yang baik. Adanya pemodelan teks mengkondisikan siswa untuk mencermati secara detail teks diskusi yang diberikan dan kemudian mampu untuk menulis sesuai dengan karakteristiknya. Seseorang akan mudah menulis setelah mencermati contoh tulisan orang lain. Ketika seseorang mencermati karangan orang lain ia akan berperan juga seperti penulis, ia akan menemukan topik dan tujuan, gagasan, serta mengorganisasikan bacaan dari karangan yang dicermati. Model teks yang disajikan pada siswa dipilihkan teks yang berkualitas atau yang memiliki isi, bentuk (tampilan), dan bahasa yang baik. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diambil sebuah pemahaman bahwa kegiatan pemodelan diskusi secara nyata dan pemodelan teks diskusi melatih siswa untuk mengemukakan pendapat mendukung mengenai isu yang dibahas. Siswa mudah memaparkan pendapat mendukung apabila secara nyata melakukan pemodelan diskusi dengan kelompoknya. Adanya kegiatan pemodelan teks diskusi membantu siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai teks yang baik, tujuan, dan gagasan teks yang dibuat. Terlihat penulisan pendapat mendukung yang dihasilkan siswa kelas eksperimen saat pascates sudah menunjukkan bukti yang baik berupa penguraian pendapat menolak sesuai dengan isu, jelas, lugas, logis dan disertai dengan contoh konkret. Keterampilan Menulis Pendapat Menolak Analisis uji beda Independent Samples Test pendapat menolak teks diskusi dipaparkan sebagai berikut.
173, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 2, November 2015
Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui rata-rata pascates pendapat menolak teks diskusi kelas eksperimen (21, 2121) lebih tinggi dari rata-rata pascates kelas kontrol (16,7647) dengan perbedaan rata-rata 4,44742; dan nilai uji t skor pascates kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 4,538 (p = 0,000). Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan skor pascates keterampilan menulis pendapat menolak teks diskusi kelas eksperimen dan kelas kontrol (p < 0,01). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif 3 (Ha3) yang menyatakan bahwa model pembelajaran demostrasi diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis pendapat menolak teks diskusi diterima. Jadi dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran demostrasi diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis pendapat menolak teks diskusi. Hasil prates keterampilan menulis pendapat menolak teks diskusi kelas kontrol belum jelas dan kuat untuk menolak isu/masalah yang dibahas. Contoh yang diberikan untuk menolak isu juga belum
logis dan mendetail. Berikut ini kutipan prates pendapat menolak kelas kontrol.
(Yuniar Qotrunnada)
Pada kutipan tersebut terlihat pendapat menolak yang dipaparkan belum terlalu kuat untuk menolak isu/masalah yang dibahas. Alasan penggunaan facebook yang membuat lupa waktu kurang logis karena facebook biasanya dibuka jika ingin memperbarui atau melihat pemberitahuan status. Terlebih lagi membuka facebook tidak harus ke warnet, bisa dilakukan melalui telepon seluler yang terkoneksi dengan internet. Hasil prates keterampilan menulis pendapat menolak teks diskusi kelas eksperimen saat prates juga tidak jauh berbeda dengan kelas kontrol. Alasan-alasan yang dikemukan untuk menolak isu juga belum kuat dan logis. Hasil prates penulisan pendapat menolak teks diskusi kelas eksperimen tampak pada kutipan berikut.
Ammah, Dawud, & Andajani, Pengaruh Model Pembelajaran Demonstrasi Diskusi, 174
(Auliya Febriyanti)
Pada kutipan tersebut terlihat bahwa pendapat menolak yang dipaparkan kurang jelas dan belum kuat menolak isu/ masalah yang dibahas. Penjelasan pendapat menolak mengenai penggunaan facebook yang harus membeli paket data internet kurang kuat, karena facebook sekarang ini sudah bisa diakses secara gratis. Berdasarkan ulasan terhadap kedua kutipan hasil prates di muka dapat diambil suatu pemahaman bahwa keterampilan menulis pendapat menolak teks diskusi siswa belum baik. Pendapat mementang yang dipaparkan siswa masih belum kuat dan logis untuk menolak isu yang dibahas. Hasil pascates keterampilan menulis pendapat menolak siswa baik kelas kontrol dan kelas eksperimen mengalami perbedaan. Pendapat menetang yang dikemukakan saat pascates lebih kuat dan logis. Berikut contoh kutipan pendapat menetang pascates kelas kontrol.
(Yuniar Qotrunnada)
Pada kutipan tersebut terlihat pendapat menolak yang dipaparkan sudah jelas dan kuat untuk menolak isu/masalah yang dibahas. Alasan bermain game online hanya membuang waktu secara sia-sia dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang lain sudah baik. Alasan bermain game online di warnet atau di rumah yang menghabiskan uang untuk membeli paket data dan
dapat menyebabkan hidup boros juga sudah sesuai. Hasil keterampilan menulis pendapat menolak kelas eksperimen juga sudah baik karena dipaparkan dengan alasan yang jelas dan logis. Berikut contoh kutipan pendapat menolak siswa kelas eksperimen.
(Auliya Febriyanti)
Pada kutipan tersebut tampak bahwa pendapat menolak yang dipaparkan sudah jelas dan sesuai dengan isu yang dibahas. Pemaparan pendapat menolak tentang game online juga sudah disertai dengan alasan yang logis seperti bahwa jika seseorang sering bermain game online dalam jangka waktu yang lama akan dapat merusak mata. Siswa SMP yang kecanduan bermain game online biasanya memang menjadi malas belajar dan lebih mementingkan bermain game online tersebut. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model demostrasi diskusi terdapat perbedaan keterampilan siswa dalam menulis pendapat menolak. Hal ini tampak pada pascates pendapat menolak teks diskusi lebih baik dibanding sebelum pembelajaran dengan model demostrasi diskusi. Apabila dibandingkan hasil penulisan pendapat menolak antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, terlihat juga penulisan pendapat menolak teks diskusi kelas eksperimen jauh lebih baik daripada kelas kontrol. Penulisan pendapat menolak teks diskusi siswa kelas kontrol cukup baik. Kelas eksperimen juga sudah memaparkan pendapat menolak dengan baik, jelas dan disertai alasan yang logis.
175, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 2, November 2015
Pemaparan pendapat menolak yang yang baik pada kelas eksperimen dikondisikan pada kegiatan balikan dalam model pembelajaran demostrasi diskusi. Balikan tersebut berisi informasi yang digunakan untuk melengkapi informasi teks diskusi kelompok. Menurut Wang (dalam Zeng, 2003:1), bahwa balikan sesama siswa merupakan balikan yang bertujuan untuk memperbaiki tulisan yang dibuat dan memperkuat pengetahuan tentang teks tersebut. Balikan sesama siswa juga terjadi dalam kelas yang mendukung interaksi di antara siswa (Saivanpannah, 2007:3). Interaksi yang terjadi pada balikan sesama siswa memungkinkan siswa mengekspresikan ide yang bermanfaat bagi perkembangan tulisan temannya. Sesuai pendapat Nelson dan Schun (2008:2), bahwa interaksi yang terjadi dalam balikan sesama siswa dapat memotivasi siswa untuk menulis lebih baik, memberikan penguatan pemahaman struktur tulisan, dan membagi informasi yang diketahui tentang tulisan yang dibuat. Pemberian balikan (saat kegiatan tinggal) dalam model pembelajaran demostrasi diskusi memiliki peranan yang besar dalam menulis pendapat menolak teks diskusi. Kegiatan balikan ini dikondisikan dalam model demostrasi diskusi secara terstruktur, dan guru memberikan aba-aba saat kegiatan ini berlangsung. Melalui
pemberian balikan saat tinggal dan menerima kelompok lain, menuntut siswa untuk memaparkan pendapat menolak teks diskusi dengan baik. Pemberian balikan ini juga menuntut siswa untuk berpikir secara logis dan kritis ketika memberikan komentar terhadap tulisan siswa/kelompok yang lain. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diambil sebuah pemahaman bahwa kegiatan balikan khususnya saat tinggal (menerima kelompok lain) yang dilakukan untuk memberikan komentar terhadap tulisan siswa/kelompok lain melatih siswa untuk berpikir logis dan kritis dalam mengemukakan pendapat yang menolak isu/ masalah. Siswa semakin terlatih dalam memberikan umpan balik maka siwa menjadi semakin logis dan kritis dalam menangaapi isu yang dibahas. Hal ini membuat penulisan pendapat menolak teks diskusi semakin baik. Terlihat penulisan pendapat menolak teks diskusi yang dihasilkan siswa kelas eksperimen saat pascates sudah menunjukkan bukti yang baik berupa penguraian pendapat menolak sesuai dengan isu, secara jelas, lugas, logis, dan disertai dengan contoh konkret. Keterampilan Menulis Simpulan/Saran Analisis uji beda Independent Samples Test simpulan/saran teks diskusi dipaparkan sebagai berikut.
Ammah, Dawud, & Andajani, Pengaruh Model Pembelajaran Demonstrasi Diskusi, 176
Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui rata-rata pascates simpulan/saran teks diskusi kelas eksperimen (20,7576) lebih tinggi dari rata-rata pascates kelas kontrol (17,0588) dengan perbedaan rata-rata 3,6975; dan nilai uji t skor pascates kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 3,745 (p = 0,000). Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan skor pascates keterampilan menulis simpulan/saran teks diskusi kelas eksperimen dan kelas kontrol (p < 0,01). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif 4 (Ha4) yang menyatakan bahwa model pembelajaran demostrasi diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis simpulan/saran teks diskusi diterima. Jadi dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran demostrasi diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis simpulan/saran teks diskusi. Hasil prates keterampilan menulis simpulan/saran kelas kontrol belum jelas dan kuat untuk memberikan solusi mengenai isu yang dibahas. Hal ini tampak pada kutipan berikut ini.
(Yuniar Qotrunnada)
Pada kutipan tersebut terlihat penulisan simpulan/saran belum kuat untuk memberikan solusi masalah penggunaan facebook bagi anak SMP karena hanya beralasan pada sering atau tidaknya membuka facebook agar tidak menghabiskan uang jajan ketika pergi ke warnet. Hasil keterampilan menulis simpulan/saran siswa kelas eksperimen saat prates juga belum jelas dan kuat tidak berbeda jauh dengan kelas kontrol. Contoh kutipan
prates simpulan/saran kelas eksperimen tampak sebagai berikut. (Auliya Febriyanti)
Pada kutipan tersebut terlihat simpulan/saran yang dipaparkan sudah memberikan rekomendasi solusi bagi anak sekolah, tetapi belum terlalu mendetail dan jelas. Berdasarkan ulasan terhadap kedua kutipan hasil prates di muka dapat diambil suatu pemahaman bahwa siswa masih kesulitan untuk menulis simpulan/saran teks diskusi yang baik. Simpulan/saran yang dikemukakan siswa masih belum kuat dan jelas untuk memberikan solusi terhadap isu yang dibahas. Pernyataan simpulan/saran yang dipaparkan siswa juga belum menghadirkan penegasan ulang salah satu pendapat yang paling kuat. Menurut Anderson (1997:127), bahwa penegasan ulang pendapat merupakan penguatan kembali atas pendapat yang telah ditunjang oleh fakta-fakta dalam bagian argumen bagian sebelumnya. Pada bagian konklusi atau kesimpulan, penulis membuat semacam sitesis mengenai hal-hal yang substansial dalam pemaparan isu/masalah (Zainurrahman, 2011:68). Hasil pascates keterampilan menulis simpulan/saran siswa mengalami perbedaan. Simpulan/saran yang dikemukakan siswa pada saat pascates lebih jelas dalam memberikan solusi. Berikut ini contoh kutipan simpulan/saran pascates siswa kelas kontrol.
177, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 2, November 2015
(Yuniar Qotrunnada)
Pada kutipan tersebut terlihat simpulan/saran yang dipaparkan sudah mencoba melihat dua pendapat sebelumnya untuk kemudian menemukan solusi tentang masalah yang dibahas. Saran tentang pemilihan game online yang dimainkan anak sekolah dan tentang berhemat agar tidak mengambur-hamburkan uang sudah baik. Hasil pascates kelas eksperimen keterampilan menulis simpulan/saran teks diskusi yang diberikan juga sudah baik dan jelas. Simpulan tersebut juga sudah memberikan rekomendasi solusi masalah. Berikut contoh kutipan simpulan/saran siswa kelas eksperimen.
(Auliya Febriyanti)
Pada kutipan tersebut terlihat bahwa simpulan/saran yang dipaparkan sudah jelas dan lugas. Pemaparan simpulan/saran tentang game online juga sudah memberikan solusi atau rekomendasi bahwa seharusnya anak sekolah dapat mengatur waktu mereka untuk bermain.. Setelah diterapkan model pembelajaran demostrasi diskusi terdapat perbedaan hasil keterampilan siswa menulis simpulan/saran teks diskusi. Hal ini terlihat pada hasil pascates menulis simpulan/saran teks diskusi lebih baik dibanding sebelumnya. Apabila dibandingkan hasil penulisan simpulan/saran antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, juga terlihat penulisan simpulan/saran teks diskusi kelas ekperimen jauh lebih baik daripada kelas kontrol.
Penulisan simpulan/saran teks diskusi yang baik dan logis dipengaruhi pada kegiatan membuat kerangka ide pada model pembelajaran demostrasi diskusi. Menurut Alkaidah dkk, (1997:25), untuk menyusun gagasan secara logis dan teratur dapat dituangkan terlebih dahulu dalam bentuk kerangka ide dengan menjawab pertanyaan pancingan yang diajukan dalam lembar kerja siswa. Pembuatan perangkat visual (kerangka ide) membantu siswa menuliskan dengan baik ide dari suatu teks (Hyerle dan Alper, 2012:87). Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diambil sebuah pemahaman bahwa kegiatan praktik diskusi yang dilakukan pada kelompok besar dan kelompok kecil melatih siswa dalam memberikan saran (solusi pemecahan) suatu masalah. Melalui kegiatan praktik diskusi yang di dalamnya terdapat kegiatan bertukar ide dan bercurah pendapat membuat siswa terlatih dalam mengemukakan saran/simpulan suatu permasalahan. Pemaparan simpulan/saran juga didukung dengan kegiatan pembuatan kerangka ide untuk membantu siswa merangkai gagasan mulai dari tahap awal sampai pada tahap akhir untuk menemukan solusi masalah. Terlihat penulis simpulan/ saran yang dihasilkan siswa kelas eksperimen saat pascates telah menggunakan kalimat penyimpulan yang baik, jelas, lugas, dan tidak menimbulkan masalah baru. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dikemukakan simpulan sebagai berikut. Keterampilan Menulis Orientasi Isu Terdapat perbedaan yang signifikan skor pascates keterampilan menulis orientasi isu teks diskusi kelas eksperimen dan kelas kontrol (p < 0,01). Dengan
Ammah, Dawud, & Andajani, Pengaruh Model Pembelajaran Demonstrasi Diskusi, 178
demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran demostrasi diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis orientasi isu teks diskusi. Kegiatan praktik diskusi yang dilakukan secara berulang-ulang dalam model pembelajaran demonstrasi diskusi melatih siswa untuk memaparkan isu dengan baik. Semakin sering siswa melakukan praktik diskusi maka keterampilan siswa dalam memaparkan isu juga semakin baik. Hal ini terlihat pada penulisan orientasi isu teks diskusi yang dihasilkan siswa kelas eksperimen saat pascates sudah dipaparkan secara kontroversial, jelas, lugas, dan terfokus. Keterampilan Menulis Pendapat Mendukung Terdapat perbedaan signifikan skor pascates keterampilan menulis pendapat mendukung teks diskusi kelas eksperimen dan kelas kontrol (p < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran demostrasi diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis pendapat mendukung teks diskusi. Kegiatan diskusi secara nyata dan pemodelan teks diskusi melatih siswa untuk mengemukakan pendapat mendukung. Siswa mudah memaparkan pendapat mendukung apabila secara nyata melakukan pemodelan diskusi dengan kelompoknya. Adanya pemodelan teks diskusi membantu siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai teks yang baik, tujuan, dan gagasan teks yang dibuat. Terlihat penulisan pendapat mendukung yang dihasilkan siswa kelas eksperimen saat pascates sudah menunjukkan bukti yang baik berupa penguraian pendapat menolak sesuai dengan isu/masalah, jelas, lugas, logis dan disertai dengan contoh konkret.
Keterampilan Menulis Pendapat Menolak Terdapat perbedaan yang signifikan skor pascates keterampilan menulis pendapat menolak teks diskusi kelas eksperimen dan kelas kontrol (p < 0,01). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran demostrasi diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis pendapat menolak teks diskusi. Kegiatan balikan khususnya saat tinggal yang dilakukan untuk memberikan komentar terhadap tulisan siswa/kelompok lain melatih siswa untuk berpikir logis dan kritis dalam mengemukakan pendapat yang menolak. Siswa semakin terlatih dalam memberikan umpan balik maka siwa menjadi semakin logis dan kritis dalam menanggapi isu yang dibahas. Terlihat penulisan pendapat menolak teks diskusi yang dihasilkan siswa kelas eksperimen saat pascates sudah menunjukkan bukti yang baik berupa penguraian pendapat menolak sesuai dengan isu, secara jelas, lugas, logis, dan disertai dengan contoh konkret. Keterampilan Menulis Simpulan/Saran Terdapat perbedaan yang signifikan skor pascates keterampilan menulis simpulan/saran teks diskusi kelas eksperimen dan kelas kontrol (p < 0,01). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran demostrasi diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan menulis simpulan/saran teks diskusi. Kegiatan praktik diskusi yang dilakukan pada kelompok besar dan kelompok kecil melatih siswa dalam memberikan saran (solusi pemecahan) suatu masalah. Melalui kegiatan praktik diskusi yang d terdapat kegiatan bertukar ide dan bercurah pendapat membuat siswa terlatih dalam mengemukakan saran/simpulan. Pemaparan simpulan/saran juga didukung pembuatan kerangka ide untuk membantu siswa merang-
179, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 2, November 2015
kai gagasan mulai mulai awal sampai akhir untuk menemukan solusi masalah. Terlihat penulis simpulan/saran yang dihasilkan siswa kelas eksperimen saat pascates telah menggunakan kalimat penyimpulan yang baik, jelas, lugas, dan tidak menimbulkan masalah baru. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dikemukakan saran pada beberapa pihak antara lain sebagai berikut. Guru bahasa Indonesia Bagi guru bahasa Indonesia, khususnya guru SMPN 10 Malang, diharapkan
DAFTAR RUJUKAN Akhadiah, S., Arsjad, M.G., & Ridwan, S.H. 1997. Menulis I. Jakarta: Depdikbud. Celce-Muria, M., & Olsthain, E. 2000. Discourse and Context in Language Teaching A Guide For Language Teacher. Cambridge: University Press. De Bono, E. 1990. Pelajaran Berpikir de Bono. Jakarta: Penerbit Erlangga. Eastman, R.M. 1978. Style Writing and Reading As The Discovery of Outlook Second Edition. New York: Oxford University Press. Govier, T. 1992. A Practical Study of Argument Edition 3. California: Wadsworth Publishing Company. Hyerle, D.N, & Alper, L. 2012. Peta Pemikiran Edisi Kedua.Jakarta: Indeks. Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. 2009. Model-model Pengajaran. Terjemahan Ahmad Fawaid & Ateila Mirza. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kerlinger. 1973. Metode penelitian. Jakarta: Erlangga.
agar menggunakan model pembelajaran demostrasi diskusi untuk mengoptimalkan pembelajaran menulis teks diskusi siswa kelas VIII. Peneliti lain Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan untuk melakukan penelitian, khususnya terkait dengan model pembelajaran demostrasi diskusi. Peneliti lain yang mengaplikasikan model pembelajaran demostrasi diskusi, dapat melakukan penelitian dengan mengambil data dari beberapa sekolah sehingga diperoleh data yang benarbenar valid.
Lie, A. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo. Mckeachie, W.J. & Kulik, J.A. 1975. Effective College Teaching. In F.N. Kerlinger (ed.) Review of Research in Education. Itaska, Ill. Peacock. Muessig, R.H. 1975. Some Thought on Controversial Issues, dalam Controversial Issues in The Social Studies: a Contemporary Perspective, Washington: National Council for The Social Studies. Nelson, M.M & Schunn, C. D. 2008. The nature of feedback: how different types of peer feedback affect writing performance. New York: Springer Science and Business Media B.V. Nurhadi. 2010. Bagaimana Menulis: Handbook of Writting. Bandung: Penerbit Kaifa.
Ammah, Dawud, & Andajani, Pengaruh Model Pembelajaran Demonstrasi Diskusi, 180
Saivanpannah, S.M.A. 2007. Feedback Expectancy and EFL Learners’ Achievement in English. Journal of Theory and Practice in Education, 3 (2), 181-196. Sulistyorini, E.A.W.2012. Keefektifan Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (Ts-Ts) dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Bahasa Jer-
man Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Seyegan Sleman. Skripsi FPBS UPI: Tidak diterbitkan.. Zainurrahman. 2011. Menulis: Dari Teori Hingga Praktik. Bandung: Alfabeta. Zeng, Y. 2003. Peer Feedback in College SLW Classroom. Sino-US: English Teaching.