Dedi Zulkarnaen Pulungan: Pengaruh Mode Pembelajaran Jigsaw (19-34)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK TEKS DONGENG Dedi Zulkarnain Pulungan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PPs Universitas Negeri Medan e-mail:
[email protected] Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil keterampilan menyimak dalam memahami teks dongeng siswa Kelas XII SMK KESEHATAN SAHATA kota Pematangsiantar dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Penelitian ini dilaksanakan di SMK KESEHATAN SAHATA Pematangsiantar Tahun Pelajaran 2014/ 2015 Jalan Melanthon Siregar No. 100 Kota Pematangsiantar. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran Jigsaw memberikan pengaruh terhadap kemampuan memahami dongeng siswa Kelas XII SMK KESEHATAN SAHATA. Sebelum penggunaan model pembelajaran Jigsaw, pada tes pra tindakan hasil nilai rata-rata kelas siswa adalah 70,15 dengan kriteria ketuntasan belajar sebesar 33,33 % siswa. Setelah penggunan model pembelajaran Jigsaw, pada siklus I hasil nilai rata-rata kelas siswa adalah 75,37 nilai tersebut sudah mengalami peningkatan 5,22 jika dibandingkan dengan nilai pra tindakan, dengan ketuntasan belajar sebesar 54,54 % siswa. Selanjutnya dilakukan siklus II dengan harapan ≥ 70 % siswa mampu mencapai nilai 75, hasilnya nilai rata-rata kelas mencapai 81.25 yang berarti ada peningkatan dari pra tindakan sebesar 11,07 dengan kriteria ketuntasan belajar sebesar 84,84 % siswa. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan dapat diambil kesimpulan bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model Jigsaw, memberikan pengaruh terhadap keterampilan menyimak teks dongeng siswa Kelas XII SMK KESEHATAN SAHATA Tahun Pelajaran 2014/2015. Kata Kunci : Model pembelajaran jigsaw, keterampilan menyimak, teks dongeng
dengan huruf kawi yang dipergunakan
PENDAHULUAN Prosa berkembang
lama setelah
Indonesia ada
baru
pengaruh
dalam sastra Jawa. Setelah kedatangan agama
Islam,
bangsa
Indonesia
kebudayaan luar, terutama pengaruh
menerima pengaruh mulai mengenal
Hindu dan Islam. Bangsa India pada
huruf arab melayu yang kemudian
zaman Hindu telah mengajar bangsa
dikenal sebagai sastra melayu (Surana,
Indonesia
1986: 5).
menulis
Jurnal Edukasi Kutura
dan
membaca
19
Dedi Zulkarnaen Pulungan: Pengaruh Mode Pembelajaran Jigsaw (19-34)
Berhubungan
dengan
sastra,
terkait
dengan
dongeng
seperti
prosa terbagi dua yaitu prosa lama dan
pengertian, pembagian, fungsi dan
prosa baru. Menurut Sugiarto (2009)
model
jenis prosa lama ada sepuluh, yaitu
siswa mampu dan memahami nilai-
dongeng, fabel, legenda, mite, sage,
nilai dalam dongeng.
cerita
jenaka,
hikayat,
cerita
dongeng.
Dengan
harapan
Namun harapan tersebut tidak
berbingkai, cerita pelipur lara, dan
terlepas
epos.
masalah untuk memahami dongeng Dari
identifikasi
tersebut. Dalam pemahaman dongeng
lama di atas, kurikulum tingkat satuan
masalah yang sering ditemukan adalah
pendidikan (KTSP)
kurangnya teks dongeng yang tersedia
diantaranya
jenis
berbagai
prosa
satu
kesepuluh
dari
memuat salah adalah
dongeng.
di perpustakaan, sarana belajar yang
Melalui pengajaran dongeng dapat
tidak mendukung, kemampuan guru
membina dan mendidik anak karena
yang kurang dan metode/cara dalam
salah satu fungsi dongeng adalah
memahami dongeng.
fungsi edukatif.
Masih kurangnya teks dongeng
Oleh karena itu untuk dapat memahami
dongeng
pengetahuan
tentang
yang tersedia disebabkan dari koleksi
dengan
baik
perpustakaan sekolah yang sebagian
sastra
lama
besar
isinya
adalah
buku
untuk
sangat diperlukan, sebab pengetahuan
berbagai mata pelajaran. Sarana yang
tentang sastra sangat penting bagi
tidak
setiap
mempelajari,
minimnya penggunaan media belajar
menyukai, terlebih-lebih bagi mereka
yang berbentuk media audio visual
yang menggeluti atau menekuni dunia
seperti video, VCD dan media audio
kesusastraan khususnya bagi siswa
seperti radio, kaset, CD audio.
orang
yang
mendukung
disebabkan
dari
yang terlibat dalam pelajaran Bahasa
Kemampuan guru yang masih
dan Sastra Indonesia (Damaiyanti,
kurang disebabkan guru lebih banyak
2011 : 3).
menulis dan menjelaskan tata bahasa
Selain
itu
untuk
dapat
daripada
mengajarkan
memahami dongeng, siswa dituntut
Metode/cara
pula menguasai berbagai hal yang
dongeng disebabkan dari guru dalam
Jurnal Edukasi Kutura
dalam
sastra. memahami
20
Dedi Zulkarnaen Pulungan: Pengaruh Mode Pembelajaran Jigsaw (19-34)
mengajarkan sastra khususnya lebih
dalam pembelajaran, (4) permasalahan
suka dengan metode menyimak tanpa
yang diangkat bersifat sederhana, nyata,
mencoba metode lain seperti metode
jelas, dan penting, (5) adanya kolaborasi
membaca
antara praktikan dan peneliti, (6) ada
dalam
hati,
membaca
nyaring, dan sebagainya.
tujuan penting dalam pelaksanaan PTK,
Berdasarkan uraian di atas, penulis
tertarik
untuk
meneliti
yaitu
meningkatkan
guru,
ada
keputusan
kemampuan siswa dalam memahami
bertujuan
dongeng
menambah pengetahuan.
melalui
menyimak
membaca
dengan
dan
menggunakan
model pembelajaran jigsaw.
profesionalisme
untuk
kelompok,
meningkatkan
dan
Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan yang diaplikasikan dalam siklus-siklus yang berkelanjutan. Siklus tersebut digambarkan sebagai
METODE PENELITIAN Penelitian Penelitian
ini
Tindakan
berbentuk
Kelas
(PTK).
suatu proses yang dinamis. Penelitian tindakan
kelas
dalam
pembelajaran
Arikunto (2010) menyatakan bahwa
terdiri dari empat langkah, yaitu :
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu
1. Perencanaan
penelitian dengan
tindakan tujuan
yang
dilakukan
memperbaiki
mutu
praktik pembelajaran di kelas. PTK memiliki ciri khusus yang membedakan dengan jenis penelitian lain.
Berkaitan dengan ciri khusus
(planning),
merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan hasil
kemampuan
memahami
dongeng. 2. Tindakan (action), pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya
tersebut, Arikunto (2010) menjelaskan
peningkatan
hasil
ada beberapa karakteristik PTK tersebut,
memahami dongeng.
kemampuan
antara lain: (1) adanya tindakan yang
3. Pengamatan (observing), pengamatan
nyata yang dilakukan dalam situasi yang
terhadap siswa selama pembelajaran
alami untuk menyelesaikan masalah, (2)
berlangsung.
menambah wawasan keilmiahan dan
4. Refleksi
(reflection),
keilmuan, (3) sumber permasalahan
mengkaji
berasal dari masalah yang dialami guru
hasil yang diperoleh dari pengamatan
Jurnal Edukasi Kutura
dan
kegiatan
mempertimbangkan
21
Dedi Zulkarnaen Pulungan: Pengaruh Mode Pembelajaran Jigsaw (19-34)
sehingga
dapat
dilakukan
terhadap proses belajar
revisi
selanjutnya.
mengajar
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam dua siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Adapun
subjek
penelitian
dalam
elemen
yang
ada
dalam
wilayah
penelitian ini sebagai berikut:
penelitian. Dalam penelitian ini yang
1.
dijadikan populasi adalah seluruh siswa
Populasi
Arikunto
(2010)
populasi
adalah
kelas
XII
SMK
KESEHATAN
keseluruhan subjek penelitian apabila
SAHATA yang berjumlah 63 orang
seseorang
siswa. Dengan perincian sebagai berikut.
ingin
meneliti
semua
Tabel 1 : Jumlah siswa Kelas XII SMK Kesehatan SAHATA No.
Kelas
Jumlah
1
XII-1
30
2
XII-2
33 63
Jumlah 2.
yaitu teknik penarikan sampel dimana
Sampel Sugiyono
menyatakan
bahwa
(2009 sampel
:
91) adalah
setiap
anggota
kesempatan
populasi
yang
sama
diberikan untuk
bagian dari jumlah dan karakteristik
diikutsertakan atau dipilih ke dalam
yang dimiliki oleh populasi. Teknik
sampel.
pengambilan sampel yang digunakan
probabiliti
dalam penelitian ini adalah teknik
sampling.
pernarikan sampel secara probabiliti,
tersebut, maka sampel dalam penelitian
Jurnal Edukasi Kutura
Penarikan dilakukan
sampel
dalam
secara
cluster
Berdasarkan
pendapat
22
Dedi Zulkarnaen Pulungan: Pengaruh Mode Pembelajaran Jigsaw (19-34)
ini adalah kelas XII-2 yang berjumlah 33 orang siswa.
Bahan
dalam penelitian
menggunakan rencana
teks
dongeng
pelaksanaan
ini dan
pembelajaran
(RPP) sedangkan alat yang digunakan
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di
untuk
memeroleh
data
yang
SMK KESEHATAN SAHATA Kota
diperlukan dalam penelitian ini adalah
Pematangsiantar
tes.
Tahun Pelajaran
Tes
yang
digunakan
dalam
2014/2015 Jalan Melanthon Siregar
penelitian ini berupa tes objektif atau
No.100 Pematangsiantar. Penentuan
nilai
lokasi
berhubungan dengan dongeng.
ini
tentunya
berdasarkan
pertimbangan antara lain : 1) Di sekolah
tersebut
berganda
yang
Kisi-kisi soal terdiri dari 20
pernah
soal tes objektif atau nilai pilihan
dilaksanakan penelitian yang sama
berganda. Hasil tes tersebut berupa
sesuai dengan judul penelitian penulis.
angka yang biasa disebut dengan data
2)
kuantitatif.
Disekolah
tempat
belum
pilihan
tersebut
mengajar
merupakan
penulis.
Kisi-kisi
tersebut
Waktu
mencakup dalam tingkat ingatan (C1)
pelaksanaan penelitian ini pada bulan
sebanyak 5 soal, pemahaman (C2)
September 2014.
sebanyak 9 soal, dan penerapan (C3) sebanyak 6 soal. Dengan perincian
3.
sebagai berikut.
Instrumen Penelitian
Aspek
Nomor Soal
Jumlah
Pengetahuan (C1)
1, 7, 10, 12, 13
5
Pemahaman (C2)
2, 4, 9, 11, 14, 15, 17, 18, 20
9
Penerapan (C3)
5, 3, 6, 8, 16 19
6 20
Jumlah
Pelaksanaan
penelitian
ini
adalah
sebagai berikut :
Test dilakukan untuk mengetahui keadaan awal hasil belajar Bahasa Indonesia siswa khususnya pada materi
1.
Melaksanakan test pratindakan
Jurnal Edukasi Kutura
Dongeng. 23
Dedi Zulkarnaen Pulungan: Pengaruh Mode Pembelajaran Jigsaw (19-34)
2.
Perencanaan Penulis
kelompok-kelompok ahli. Para ahli menyusun
rencana
kembali ke dalam kelompok mereka
pembelajaran yang berisi 1) judul, yang
masing-masing untuk mengajari topik-
meliputi jenis mata pelajaran, jenjang
topik
pendidikan,
timnya. Setelah itu guru menugaskan
tema,
kelas,
semester,
mereka
kepada
tiap-tiap
meliputi kegiatan, pendahuluan, kegiatan
mempresentasikan hasil kelompoknya,
inti, penutup, 3) alat dan bahan, 4)
sedangkan kelompok lain mendengarkan
strategi pembelajaran, 5) sarana dan
dan
sumber belajar.
presentasi
3.
pembelajaran,
Langkah awal tahap ini adalah
kelompok
satu
alokasi waktu, 2) skenario pembelajaran,
Tindakan
anggota
teman
memberikan
tanggapan
tersebut.
singkat
4.
berhubungan
dengan
pembelajaran,
bertanya
menyampaikan
tujuan
yang
dan
akhir
merefleksi
Observasi
materi jawab
hasil
pembelajaran bersama siswa dengan memberikan kesimpulan.
menceritakan
Pada
guru
guru mengadakan kegiatan apersepsi dengan
untuk
Peneliti siswa
selama
mengamati proses
perilaku
pembelajaran
pembelajaran
berlangsung, yaitu mengamati sikap
serta memberitahukan kompetensi yang
siswa dalam mengikuti pembelajaran
harus
Kegiatan
dengan pendekatan Jigsaw, keaktifan
selanjutnya guru memberikan materi
siswa dalam bertanya dan menanggapi
tentang
dongeng.
pendapat teman serta keseriusan dalam
meminta
siswa
dicapai
kelompok
kecil.
siswa.
Kemudian untuk
guru
membentuk
Setelah
itu
guru
memberikan teks dongeng, kemudian dibagikan
pada
tiap-tiap
mengikuti
pembelajaran
dari
awal
sampai akhir. 5.
Refleksi
kelompok.
Peneliti
menganalisis
hasil
Selanjutnya para siswa menerima topik
pengamatan dengan berdasarkan atas
ahli dan membaca materi yang diminta
hasil belajar pada membaca dongeng dan
untuk menemukan informasi dalam
perilaku belajar siswa selama mengikuti
dongeng.
proses
Selanjutnya
para
siswa
kegiatan
dengan keahlian yang sama bertemu
Bagaimana
untuk
antara guru dengan siswa atau siswa
mendiskusikannya
Jurnal Edukasi Kutura
dalam
siswa
pembelajaran. aktif
berinteraksi
24
Dedi Zulkarnaen Pulungan: Pengaruh Mode Pembelajaran Jigsaw (19-34)
dengan siswa dan melihat kemampuan
Perhitungan persentase sebagai berikut:
intelektual
memahami
p
memahami
Keterangan :
siswa
dalam
permasalahan yang diberikan. Apabila
kemampuan
dongeng
siswa
melalui
model
F x 100 % N
P = persentase perolehan nilai dalam
pembelajaran Jigsaw belum mencapai
kategori
nilai di atas 75 yaitu sebanyak 75 %,
F = banyak siswa yang memperoleh nilai
maka dilaksanakan siklus II.
dalam kategori N = banyak siswa keseluruhan
1.
Pembelajaran dikatakan berhasil
Teknik Analisis Data data
apabila siswa yang memenuhi kriteria
tersebut dianalisis dengan menggunakan
ketuntasan belajar secara klasikal yaitu ≥
teknik persentase. Kriteria keberhasilan
70% siswa.
Pada
teknik
kuantitatif,
hasil belajar ditentukan dengan cara melihat adanya peningkatan persentase
HASIL DAN PEMBAHASAN
siswa
1.
yang
tuntas
belajar
yaitu
Hasil Pratindakan Sebelum
persentase siswa yang tuntas pada siklus
dilakukan
tindakan,
II lebih dari persentase siswa yang tuntas
peneliti membagikan tes kepada siswa
pada siklus I. Siswa dikatakan tuntas
untuk mengetahui kondisi awal hasil
belajar
75.
kemampuan membaca Dongeng. Hasil
yang
tes pratindakan dapat dilihat pada tabel 2
jika
Perhitungan
mendapatkan skor persentase
siswa
tuntas belajar sebagai berikut :
berikut.
Tabel 2. Nilai Kumulatif Tes Pra tindakan No
Kategori
Skor
Persentase
1
Sangat Baik
91 – 100
0%
2
Baik
81 – 90
3,57 %
3
Cukup
75 – 80
17.86 %
4
Kurang
61 – 74
78,57 %
5
Gagal
0 – 60
0%
Jumlah Jurnal Edukasi Kutura
100 % 25
Dedi Zulkarnaen Pulungan: Pengaruh Mode Pembelajaran Jigsaw (19-
Pada tabel 2 nilai tes pratindakan
Pada tes pratindakan ini, tidak ada siswa
tersebut terlihat bahwa tidak ada siswa
yang mendapatkan nilai kurang dari 0-60
yang mencapai kategori sangat baik.
atau yang termasuk dalam kategori
Siswa yang mencapai kategori baik
gagal. Dari hasil perhitungan pada
dengan rentang 81-90 sebanyak 3,57 %
lampiran 9 dapat diketahui bahwa nilai
dan sebanyak 17.86
% siswa berada
rata-rata kelas adalah 70,15 termasuk
pada rentang nilai 75-80 atau termasuk
kategori kurang. Lebih jelasnya hasil
dalam
Sedangkan
kemampuan membaca dongeng sebelum
sisanya yaitu sebanyak 78,57 % siswa
dilakukan tindakan, dapat dilihat pada
medapatkan nilai pada rentang 61-74
histogram di bawah ini.
kategori
cukup.
atau termasuk dalam kategori kurang.
100%
78.57%
Persentase
80%
60%
40% 17.86 20%
3.57
0%
0%
0%
Sangat Baik Cukup
Baik Kurang
Kategori
Gambar 1. Histogram Nilai Komulatif Tes Pratindakan
Jurnal Edukasi Kultura
26
Dedi Zulkarnaen Pulungan: Pengaruh Mode Pembelajaran Jigsaw (19-
Pada histogram di atas dapat diketahui bahwa hasil tes siswa pada pratindakan
Hasil Siklus I Pada
siklus
I
siswa
telah
tidak ada yang menunjukkan kategori
diberikan tindakan berupa pembelajaran
sangat baik. Untuk kategori baik sebesar
dengan model Jigsaw. Setelah diberikan
3,57% Pada kategori cukup sebanyak
pembelajaran, siswa kembali diberikan
17.86 %. Sedangkan untuk kategori
tes untuk mengetahui tingkat ketuntasan
kurang mencapai 78,57%. Dan siswa
belajar siswa pada siklus I. Hasil tes
yang termasuk dalam kategori gagal
pada siklus I dapat dilihat pada tabel 3
sebanyak 0%, artinya tidak ada siswa
berikut.
yang mendapatkan nilai dalam kategori gagal.
Tabel 3. Nilai Kumulatif Tes Siklus I No
Kategori
Skor
Persentase
1
Sangat Baik
91 - 100
0%
2
Baik
81 – 90
17,86 %
3
Cukup
75 – 80
35.71 %
4
Kurang
61 – 74
46,43 %
5
Gagal
0 – 60
0%
Jumlah
100 %
Pada tabel 3 diketahui bahwa siswa yang
peningkatan,
mencapai
kategori
sebanyak 3,57 % menjadi 17.86 %.
meningkat
dari
sangat
awalnya
hanya
diberikan
Selanjutnya sebanyak 35.71 %
tindakan. Pada siklus I ini, belum ada
siswa berada pada rentang nilai antara
siswa yang mendapatkan nilai untuk
75-80. Dan pada siklus ini masih ada
kategori sangat baik pada rentang 91-100
siswa yang mendapatkan nilai kategori
sebanyak
Sedangkan
kurang pada rentang 61-74 tetapi sudah
pencapaian nilai untuk kategori baik
mengalami penurunan yang awalnya
pada
78,57 % menjadi 46,43 % . Nilai rata-
0
rentang
%
sebelum
baik
yang
siswa.
81-90
Jurnal Edukasi Kultura
mengalami
27
Dedi Zulkarnaen Pulungan: Pengaruh Mode Pembelajaran Jigsaw (19-34)
rata ketuntasan belajar siswa pada siklus
belum dapat dikatakan berhasil, karena
I adalah 75,37 masih dalam kategori
siswa yang mencapai nilai
cukup. Tetapi nilai rata-rata tersebut
sebanyak 18 siswa atau sebesar 54,54 %.
sudah
nilai
Oleh karena itu, peneliti melanjutkan
pratindakan, dimana pada pratindakan
pada siklus II dengan harapan ≥ 75 %
nilai rata-rata siswa secara kumulatif
siswa mampu mencapai nilai 75.
ada
peningkatan
dari
75 hanya
adalah 70.15 dan pada siklus I menjadi
Untuk lebih mudah memahami
75.37, artinya mengalami peningkatan
uraian atau penjelasan di atas, maka
sebanyak 5,22.
penulis menyajikan hasil tes siswa pada
Namun, jika dilihat dari nilai
siklus
I
yang
telah
mendapatkan
yang ditargetkan sesuai dengan standar
tindakan ke dalam bentuk histogram di
KKM atau sebesar 75 yaitu sebanyak 75
bawah ini.
% siswa, maka pembelajaran ini masih 100%
Persentase
80%
60%
46,4% 35.7%
40% 17.86%
20% 0%
0%
0% Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
Kategori
Gambar 2. Histogram Nilai Komulatif Pada Siklus I
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat
bahwa
dari
17.86 %. Untuk kategori cukup juga
pratindakan ke siklus I. Pada kategori
mengalami peningkatan menjadi 35.7 %.
sangat
mencapai
Sedangkan untuk kategori kurang sudah
ketuntasan sebesar 0 %. Untuk kategori
mengalami penurunan sebesar 46,43 %.
baik,
ada
siswa
Jurnal Edukasi Kutura
perubahan
baik mengalami peningkatan menjadi
yang
28
Dedi Zulkarnaen Pulungan: Pengaruh Mode Pembelajaran Jigsaw (19-34)
Untuk kategori gagal sebesar 0 %,
Dengan
artinya
yang
penelitian yang telah dirumuskan dapat
kategori
tercapai. Setelah diberikan pembelajaran
tidak
mendapatkan
ada nilai
siswa dengan
begitu,
diharapkan
tujuan
gagal.
pada siklus II, siswa kembali diberikan
Hasil Siklus II
tes untuk mengetahui tingkat ketuntasan
Pada siklus II, pembelajaran dengan model Jigsaw lebih ditingkatkan.
belajarnya. Hasil tes pada siklus II dapat dilihat
pada
tabel
4
berikut
. Tabel 4. Nilai Kumulatif Tes Siklus II No
Kategori
Skor
Persentase
1
Sangat Baik
91 – 100
10,71 %
2
Baik
81 – 90
25%
3
Cukup
75 – 80
50%
4
Kurang
61 – 74
14,29%
5
Gagal
0 – 60
0%
Jumlah
100 %
Pada tabel 5 diketahui bahwa
rentang 61-74 menjadi 14,29 %. Seperti
siswa yang mencapai kategori sangat
pada siklus sebelumnya, pada siklus ini
baik meningkat dari sebelum diberikan
masih ada siswa yang mendapatkan nilai
tindakan. Pada siklus II ini, siswa yang
rendah dengan kategori kurang, tetapi
mendapatkan nilai pada rentang 91-100
tidak ada siswa yang mendapatkan nilai
mengalami peningkatan jika dibanding
dalam kategori gagal. Nilai rata-rata
pada siklus sebelumnya sebanyak 10,71
ketuntasan belajar siswa pada siklus II
%, pada siklus ini siswa yang mencapai
adalah 81,25 yang termasuk dalam
nilai dengan rentang 81-90 sebanyak 25
kategori baik.
%. Dan siswa yang nilainya berada pada rentang
nilai
75-80
juga
kembali
Dengan nilai rata-rata tersebut maka
ada
peningkatan dari
nilai
mengalami peningkatan yang sangat
pratindakan
memuaskan sebanyak 50 %, pada siklus
dimana pada pratindakan nilai rata-rata
II siswa yang mendapatkan nilai pada
siswa secara kumulatif adalah 70,15,
Jurnal Edukasi Kutura
maupun
dari
siklus
I,
29
Dedi Zulkarnaen Pulungan: Pengaruh Mode Pembelajaran Jigsaw (19-34)
pada siklus I adalah 75,37 dan pada
pembelajaran
siklus II menjadi 81.25, artinya dari
dikatakan berhasil. Oleh karena itu,
pratindakan hingga siklus II mengalami
peneliti tidak melanjutkan penelitian
peningkatan
pada siklus berikutnya.
sebanyak
peningkatan
benar-benar
Untuk lebih mudah memahami
keberhasilan pembelajaran Jigsaw yang
uraian atau penjelasan di atas, maka
telah diterapkan sangat memuaskan, dan
penulis kembali menyajikan hasil tes
dilihat dari nilai yang ditargetkan pada
siswa
siklus II sesuai dengan standar KKM
mendapatkan tindakan ke dalam bentuk
atau sebesar 75 yaitu sebanyak 28 siswa
histogram di bawah ini.
sebesar
terjadi,
Dari
telah
maka
atau
yang
11,10.
ini
84,84
%,
pada
siklus
II
yang
telah
maka
100%
Persentase
80%
60%
50,0%
40% 25,0%
14,3%
20%
10,7%
0%
0% Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
Kategori
Gambar 4. Histogram Nilai Komulatif Pada Siklus II
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat
bahwa
ada
perubahan
dari
pratindakan ke siklus I. Pada kategori Jurnal Edukasi Kutura
sangat
baik,
siswa
ketuntasan sebesar
yang 10,7
mencapai %.
Untuk
kategori baik mengalami peningkatan 30
Dedi Zulkarnaen Pulungan: Pengaruh Mode Pembelajaran Jigsaw (19-34)
menjadi 25 %. Untuk kategori cukup
meskipun belum dapat mencapai nilai
juga mengalami peningkatan menjadi 50
batas
%. Sedangkan untuk kategori kurang
ditentukan. Nilai rata-rata tes hasil
sebanyak 14,29 %. dan untuk kategori
kemampuan siswa memahami dongeng
gagal sebesar 0 %, artinya tidak ada
sebelum diberikan tindakan adalah 70.15
siswa yang mendapatkan nilai dengan
atau termasuk dalam kategori kurang dan
kategori tersebut.
pada siklus I mencapai 75,37 atau
ketuntasan
termasuk
Peningkatan
hasil
kemampuan
memahami dongeng
kategori
cukup.
belajar
siswa
telah
mencapai
81,25
atau
termasuk dalam kategori baik. Hal ini
Pada hasil tes pratindakan, nilai rata-rata hasil
dalam
yang
Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata
PEMBAHAHASAN 1.
minimal
masih
dari pratindakan ke siklus II sebesar
tergolong rendah, karena masih dibawah
11,07. Lebih rinci tentang peningkatan
batas
hasil
kriteria
siswa
menunjukkan peningkatan nilai rata-rata
ketuntasan
yang
kemampuan
siswa
memahami
diharapkan. Selanjutnya pada kegiatan
dongeng setelah mendapat pembelajaran
pembelajaran siklus I nilai rata-rata hasil
melalui model Jigsaw dapat dilihat pada
belajar siswa mengalami peningkatan,
tabel berikut.
Tabel 5. Hasil Tes Pratindakan, Siklus I dan Siklus II Nilai Rata-rata Siklus
Pra
I
70,15
75,37
Siklus II
81,25
Peningkatan Pra-Siklus
Siklus I - Siklus
I
II
Poin
Poin
Poin
5,22
5,08
11,07
Tabel 5 menunjukkan bahwa
meningkatkan hasil kemampuan siswa
hasil pratindakan nilai rata-rata kelas
memahami
baru mencapai 70,15 dan masih berada
pembelajaran
pada kategori cukup. Pada pembelajaran
cukup
siklus
sebelum
I
penulis
Jurnal Edukasi Kutura
bertujuan
untuk
Pra-Siklus II
dongeng
melalui
Jigsaw,
memuaskan diberi
dan
model hasilnya
dibandingkan tindakan
yaitu 31
Dedi Zulkarnaen Pulungan: Pengaruh Mode Pembelajaran Jigsaw (19-34)
mengalami peningkatan sebesar 5,22.
peningkatan secara kumulatif, yaitu pada
Namun pencapaian nilai tersebut belum
saat siswa belum diberikan tindakan
sesuai dengan yang diharapkan, maka
hingga setelah diberikan pembelajaran
penulis kembali melanjutkan penelitian
melalui model Jigsaw, peningkatan yang
dengan memberikan model pembelajaran
terjadi sebesar 11,10. Peningkatan hasil
Jigsaw pada siklus II. Dan pada siklus II
kemampuan siswa memahami dongeng
hasil
tersebut, selanjutnya disajikan dalam
yang
dicapai
siswa
sangat
memuaskan, yakni kembali mengalami peningkatan
sebesar
5,08.
bentuk histogram berikut ini.
Dan
100 75,37
Nilai rata-rata
80
508
81,25
5.22
70,18
Nilai Rata-rata
60
Peningkatan
40
20
0
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
Gambar 6 : Grafik Nilai Rata-rata dan Peningkatannya
Hasil tes siklus I nilai rata-rata
sebesar 11,10. Nilai rata-rata tersebut
kelas mencapai 75,37 dan berada pada
berada pada kategori baik. Bahkan pada
kategori cukup. Nilai tersebut sudah
siklus II ini tidak ada siswa yang
cukup
mendapatkan nilai dalam kategori gagal.
mengalami
peningkatan
jika
dibandingkan dengan siklus sebelumnya,
Peningkatan
namun belum memenuhi target yang
pembelajaran menyimak teks dongeng
ditetapkan.
disebabkan adanya pengetahuan awal
Pada siklus II, nilai rata-rata mencapai
81,25
yang
berarti
ada
peningkatan dari pratindakan sebesar Jurnal Edukasi Kutura
nilai
siswa
dalam
dari siswa serta perbaikan-perbaikan yang
dilakukan.
Dengan
adanya
peningkatan nilai rata-rata tiap siklus 32
Dedi Zulkarnaen Pulungan: Pengaruh Mode Pembelajaran Jigsaw (19-34)
membuktikan melalui
bahwa
model
pembelajaran
Jigsaw
dapat
pratindakan sebesar 70,15 dan pada akhir pembelajaran siklus II menjadi
meningkatkan hasil kemampuan siswa
81,25
yaitu mengalami peningkatan
memahami dongeng. Dengan demikian,
sebesar
permasalahan yang telah dirumuskan
dilaksanakan, peneliti memberikan saran
pada Bab sebelumnya telah terjawab.
sebagai berikut :
Hal ini juga sesuai dengan rumusan
1.
11,10.
Setelah
penelitian
Dalam hal pengajaran membaca
hipotesa yang telah dipaparkan, yaitu
dongeng di sekolah perlu adanya
kemampuan
memahami
penggunaan
siswa
XII
kelas
dongeng
SMK Kesehatan
SAHATA
Pematangsiantar
Tahun
pelajaran
2014-2015
dapat
ditingkatkan dengan model
menggunakan
pembelajaran
model
pembelajaran
yang diaplikasikan khusus dalam pembelajaran membaca. 2.
Perlu penyajian materi pelajaran sastra lebih mengarah pada materi-
jigsaw.
materi yang diminati murid selain
Berdasarkan dari hasil penelitian yang
adanya pesan edukatif dari materi
telah diuraikan di atas, maka rumusan
sastra khususnya dongeng. Hal ini
hipotesa
perlu menjadi perhatian guru, karena
tersebut
dapat
diterima
kebenarannya.
persoalan
minat
dalam
suatu
pembelajaran sangat mempengaruhi hasil pembelajaran.
SIMPULAN DAN SARAN Dari
hasil
penelitian
yang
dilaksanakan dapat diambil kesimpulan bahwa
setelah
dilaksanakan
pembelajaran dengan model Jigsaw, memberikan
pengaruh
peningkatan
hasil
terhadap kemampuan
memahami dongeng siswa kelas XII SMK
Kesehatan
Pematangsiantar
Tahun
SAHATA pelajaran
2014-2015. Hal ini terbukti dari hasil perolehan
nilai
rata-rata
hasil
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Bakar, H. 2007. Mengenal Sastra. Jakarta : CV. Indradjaya. Damayanti, H. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Jigsaw terhadap Kemampuan Memahami Dongeng. Padangsidimpuan : UGN. Kosasih, E. 2009. Mantap Bersastra Indonesia. Bandung : Yramawidya. Sugiarto, E. 2009. Mengenal Dongeng dan Prosa Lama. Yogyakarta : Pustaka Widyatama.
kemampuan memahami dongeng pada Jurnal Edukasi Kutura
33
Dedi Zulkarnaen Pulungan: Pengaruh Mode Pembelajaran Jigsaw (19-34)
Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Suyatno, 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya : SIC.
Jurnal Edukasi Kutura
Tampubolon, D. P. 2000. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Angkasa : Bandung. Tarigan, H. G. 2005. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa
34