KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DAN KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MEMAHAMI AZAS, TUJUAN, DAN JENIS TATA RUANG KANTOR MATA PELAJARAN PENGANTAR ADMINISTRASI PERKANTORAN (Studi pada Kelas X Pemasaran 1 SMK Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015)
Pradimas Sigit Permadi, Sutaryadi, Anton Subarno Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Email:
ABSTRAK Pradimas Sigit Permadi. KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DAN KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MEMAHAMI AZAS, TUJUAN, DAN JENIS TATA RUANG KANTOR MATA PELAJARAN PENGANTAR ADMINISTRASI PERKANTORAN Studi pada Kelas X Pemasaran 1 SMK Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Agustus 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan kolaborasi model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan Kancing Gemerincing dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar memahami azas, tujuan, dan jenis tata ruang kantor mata pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran pada siswa kelas X Pemaaran 1 SMK Negeri 6 Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus penelitian, dimana pada setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X Pemasaran 1 SMK Negeri 6 Surakarta yang berjumlah 32 siswa. Sumber data berasal
dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, analisis dokumen, dan tes. Validitas data menggunakan teknik triangulasi data dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dan analisis kritis. Hasil penelitian menunjukan bahwa melalui penerapan kolaborasi model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan Kancing Gemerincing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, pada aspek pengetahuan tingkat ketuntasannya meningkat sebanyak 40,55% dengan rincian pada prasiklus penelitian tingkat ketuntasan siswa sebanyak 43,75% meningkat menjadi 68,75% pada siklus I dan meningkat menjadi 84,30% pada siklus II. Pada aspek sikap tingkat ketuntasannya meningkat sebanyak 34,40% dengan rincian pada prasiklus penelitian tingkat ketuntasan siswa sebanyak 53,10% meningkat menjadi 71,90% pada siklus I dan meningkat menjadi 87,50% pada siklus II. Pada aspek keterampilan tingkat ketuntasannya meningkat sebanyak 29% dengan rincian pada prasiklus penelitian tingkat ketuntasan siswa sebanyak 59,40% meningkat menjadi 78,10% pada siklus I dan meningkat menjadi 87,50% pada siklus II.
Kata Kunci Jigsaw, Kancing Gemerincing, hasil belajar
ABSTRACT Pradimas Sigit Permadi. THE COLLABORATION OF JIGSAW COOPERATIVE LEARNING MODEL AND TALKING CHIPS TO IMPROVE STUDENT LEARNING RESULT ON BASIC COMPETENCE UNDERSTAND PRINCIPLE, OBJECTIVE AND TYPE OF OFFICE LAYOUT IN THE SUBJECT OF INTRODUCTION OF OFFICE ADMINISTRATION. Research is conducted in Grade X Departement of Marketing 1 in Vocational High School 6 Surakarta Academic Year 2014/2015. Skripsi. Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta. August 2015. The objective of research is to know the implementation collaboration of Jigsaw cooperative learning model with Talking Chips in improving the student learning result on basic competence understand principle, objective and type of office layout in subject of Introduction Office Administration in the Grade X Departement of Marketing 1 in Vocational High School 6 Surakarta. This research is a kind of classroom action research. This research was conducted in two cycles, where on each cycle consisting of planning, implementation, observation, and reflection. The subject of research was the Grade X Departement of Marketing 1 in Vocational High School 6 Surakarta consisted of 32 students. The data source derived from teachers and students. Data collection technique used are the technique of
observation, interview, test and analysis of documents. The validity of the data use data triangulation and method triangulation techniques. Data analysis use descriptive comparative and critical analysis techniques. The result of research show that the application of Jigsaw cooperative learning model and Talking Chips could improve the student learning result. The learning result increase. On knowledge aspects, the graduation rate increase of 40,55 percent with the following details; At first only 43,75 percent of students who graduate, become 68,75 percent in the first cycle, then 84,30 percent in second cycle. On attitude aspects, the graduation rate increased of 34,40 percent with the following details; At first only 53,10 percent of students who graduated, become 71,90 percent in the first cycle, then 87,50 percent in second cycle. On the aspects of skill, the graduation rate increase of 28,10 percent with the following details; At first only 59,40 percent of students who graduated, become 78,10 percent in the first cycle, then 87,50 percent in second cycle.
Keywords: Jigsaw, Talking Chips, learning result
1.
PENDAHULUAN
pembelajaran yang dijalankan. Strategi
Perkembangan ilmu pengetahuan
dan tujuan pendidikan harus diarahkan
yang
semakin
pesat,
menimbulkan
kepada pembentukan dan penguasaan
perubahan–perubahan di segala bidang
kompetensi
kehidupan.
adalah
peserta didik agar kualitas yang baik
kerja.
dapat tercapai dan mampu bersaing
Tuntutan dunia kerja agar sumber daya
didalam dunia kerja. Hal yang perlu
manusia
dan
diperhatikan adalah bagaimana cara
mempunyai keterampilan yang baik,
menciptakan proses pembelajaran yang
harus mendapat perhatian dari banyak
berkualitas.
pihak, salah satunya adalah dari lembaga
berkualitas merupakan suatu proses
pendidikan
yang
penyampaian ilmu pengetahuan dari
berperan dalam mengembangkan potensi
guru, yang meliputi segala usaha yang
sumber
Tingkat
mengarah pada pengertian membimbing
keberhasilan dari pendidikan di lembaga
peserta didik ke arah perubahan yang
formal tersebut ditentukan oleh kualitas
positif serta menciptakan lingkungan
perubahan
Salah di
satunya
dalam
berpendidikan
formal
daya
dunia
tinggi
(sekolah)
manusia.
yang
dibutuhkan
Pembelajaran
oleh
yang
belajar yang nyaman, menggairahkan,
minimal (KKM) yaitu sebesar ≥75, dari
menyenangkan
memberikan
data tersebut diperoleh sebesar 37,5%
kebebasan kepada peserta didik dalam
dari jumlah siswa di kelas yang sudah
berpendapat sehingga peserta didik dapat
mencapai kriteria ketuntasan minimal
mengembangkan
(KKM). Sisanya yaitu sebesar 62,5%
serta
pengetahuan
yang
dimilikinya.
belum mencapai kriteria ketuntasan
Hasil pengamatan yang dilakukan
minimal (KKM), dengan kata lain masih
oleh peneliti pada waktu melaksanakan
belum
program Praktek Pengalaman Lapangan
memperlihatkan bahwa hasil belajar
(PPL) terlihat bahwa pada saat proses
siswa tidak memuaskan karena lebih dari
kegiatan belajar mengajar berlangsung
setengah dari jumlah siswa masih belum
masih terdapat siswa yang memiliki
tuntas.
sikap pasif, kurang percaya diri, bahkan
pembelajaran dimana guru sebagai pusat
tidak berani mengemukakan pendapat
pembelajaran (teacher learning center)
dalam mengikuti pembelajaran. Siswa
bukan siswa sebagai pusat pembelajaran
juga cenderung bosan dengan model
(student
pembelajaran yang menggunakan model
ditimbulkan yaitu siswa kurang bisa
pembelajaran ceramah. Hal ini dialami
memahami materi secara maksimal.
peneliti pada saat mengampu mata pelajaran
Pengantar
Administrasi
tuntas.
Guru
Data
masih
center).
tersebut
menggunakan
Akibat
yang
Mengatasi permasalahan yang ada didalam proses pembelajaran tersebut,
Perkantoran untuk siswa kelas X jurusan
maka
salah
Pemasaran di SMK Negeri 6 Surakarta.
menggunakan model pembelajaran yang
Data penilaian mata pelajaran Pengantar
efektif. Penggunaan model pembelajaran
Administrasi Perkantoran di ulangan
yang efektif ini diharapkan tidak hanya
akhir semester 1 juga menunjukkan
menciptakan suasana pembelajaran yang
bahwa masih ada 20 siswa dari 32 siswa
menarik
di kelas X Pemasaran 1 yang nilainya
membuat siswa untuk aktif berpartisipasi
belum bisa mencapai kriteria ketuntasan
dalam kegiatan belajar mengajar. Salah
dan
satu
solusiya
kondusif
tetapi
adalah
juga
satu model pembelajaran yang dapat
kelompok asal. Hal tersebut didukung
digunakan dalam mendukung kegiatan
oleh hasil penelitian Musthofa (2013)
belajar mengajar yaitu pembelajaran
yang menunjukan bahwa penerapan
kooperatif, karena didalam pembelajaran
model pembelajaran kooperatif tipe
kooperatif ini siswa lebih didorong untuk
jigsaw dapat meningkatkan aktivitas
berkembang secara mandiri dan mampu
belajar dan keterampilan kognitif siswa.
berkomunikasi secara efektif dengan
Hambatan yang sering terjadi dan
teman-temannya. Model pembelajaran
menjadi kelemahan dalam pelaksanaan
kooperatif yang akan digunakan peneliti
model pembelajaran tipe jigsaw adalah,
ditujukan untuk meningkatkan hasil
bahwa terdapat beberapa siswa yang
belajar siswa adalah dengan kolaborasi
mendominasi pada saat mempelajari
model pembelajaran tipe jigsaw dan
materi didalam kelompok ahli, yang
model
mengakibatkan tidak ada pemerataan
pembelajaran
tipe
kancing
gemerincing.
dalam menyampaikan pendapat maupun
Model pembelajaran kooperatif tipe
informasi di dalam kelompok tersebut.
jigsaw adalah pembelajaran yang terdiri
Peneliti mencoba mengkolaborasikan
dari kelompok asal dan kelompok ahli.
model pembelajaran jigsaw dengan
Kelompok asal merupakan kelompok
model
induk yang beranggotakan siswa dengan
gemerincing untuk mengatasi kelemahan
kemampuan serta latar belakang yang
dalam pelaksanaan model pembelajaran
beragam, sedangkan kelompok ahli
kooperatif tipe Jigsaw.
adalah kelompok siswa yang terdiri dari
pembelajaran
Kolaborasi
dari
tipe
kedua
kancing
model
anggota kelompok asal yang berbeda
pembelajaran kooperatif ini bertujuan
yang mempunyai tugas dan bertanggung
untuk saling melengkapi dan mendukung
jawab mempelajari dan mendalami topik
dalam
tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas
secara maksimal. Model pembelajaran
yang berhubungan dengan topik tersebut
kooperatif tipe kancing gemerincing
untuk
membuat siswa mendapat kesempatan
kemudian
dijelaskan
kepada
pelaksaananya
agar
berjalan
untuk memberikan kontribusi mereka
SMK Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran
dan
2014/2015.
mendengarkan
pandangan
dan
pemikiran siswa lain. Hal ini didukung
2.
oleh hasil penelitian Permatasari (2014)
Pembelajaran
KAJIAN LITERATUR
yang menunjukan bahwa prestasi belajar
Gagne menyatakan pembelajaran
siswa setelah dilakukan penerapan model
merupakan “An active process and
pembelajaran kooperatif teknik kancing
suggest
gemerincing mengalami peningkatan.
facilitating active mental process by
Rumusan
masalah
pada
that
teaching
involves
students” (Isjoni, 2009:50). Hal tersebut
penelitian ini adalah Apakah kolaborasi
dimaksudkan
model pembelajaran kooperatif Jigsaw
pembelajaran siswa berada dalam posisi
dengan Kancing Kemerincing dapat
proses mental aktif dan guru berfungsi
meningkatkan hasil belajar siswa pada
mengkondisikan
kompetensi
pembelajaran,
dasar
memahami
azas,
bahwa
dalam
proses
terjadinya dalam
penerapannya
tujuan, dan jenis tata ruang kantor mata
model pembelajaran yang digunakan
pelajaran
administrasi
harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
perkantoran kelas X Pemasaran 1 di
Hal serupa juga diungkapkan oleh
SMK Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran
Aunurrahman (2013:34) bmenyatakan
2014/2015. Tujuan penelitian ini adalah
bahwa,
untuk mengetahui penerapan kolaborasi
mengubah masukan siswa yang belum
model pembelajaran kooperatif Jigsaw
terdidik, menjadi siswa yang terdidik,
dengan Kancing Gemerincing dalam
siswa yang belum memiliki pengetahuan
meningkatkan hasil belajar siswa pada
tentang sesuatu, menjadi siswa yang
kompetensi
memiliki pengetahuan.”
pengantar
dasar
memahami
azas,
tujuan, dan jenis tata ruang kantor mata pelajaran
pengantar
“Pembelajaran
berupaya
Penjelasan dari para ahli di atas
administrasi
dapat di ambil satu pengertian bahwa
perkantoran kelas X Pemasaran 1 di
pembelajaran adalah proses mengatur lingkungan agar terjadi interaksi aktif
antara guru dan peserta didik, dengan mengoptimalkan faktor eksternal dan internal yang datang dari lingkungan individu. Model Pembelajaran Menurut Arends (1997) “Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tentorial” (Suprijono, Menurut
2012:46). Dahlan
Sedangkan
(1990)
dari tim-tim heretogen beranggotakan 4 sampai 5 orang, materi pelajaran yang diberikan kepada siswa dalam bentuk teks, setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan itu, dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim lain menurut Aronson dkk dalam Sugiyanto (2009:45-46). Sedangkan menurut Yuzar (2005) menyatakan,
“Dalam
pembelajaran
“Model
kooperatif Jigsaw siswa belajar dalam
pembelajaran dapat diartikan sebagai
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6
suatu rencana atau pola yang digunakan
orang heterogen dan bekerjasama saling
dalam menyusun kurikulum, mengatur
ketergantungan positif dan bertanggung
materi pelajaran, dan memberi petunjuk
jawab atas ketuntasan bagian bahan
kepada pengajar di kelas” (dalam Isjoni,
pelajaran yang mesti dipelajari dan
2009:49).
menyampaikan bahan tersebut kepada
Dari penjelasan para ahli di atas maka dapat diambil satu pengertian
anggota
kelompok
asal”
(Isjoni,
2008:79).
adalah
Berdasarkan definisi diatas dapat
kerangka konsep dimana didalamnya
ditarik kesimpulan bahwa Jigsaw adalah
terdapat
suatu model pembelajaran kooperatif
bahwa
model
pembelajaran
pengaturan
mengenai dalam
yang terdiri dari kelompok asal dan
menyampaikan materi dalam kegiatan
kelompok ahli. Kelompok asal yaitu
pembelajaran di kelas.
kelompok
bentuk-bentuk
Model
serta
Pembelajaran
teknis
Kooperatif
Tipe Jigsaw Jigsaw adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri
beranggotakan
induk
siswa siswa
yang dengan
kemampuan dan latar belakang yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok
ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari
anggota
berbeda
kelompok
yang
mempelajari
dan
asal
yang
ditugaskan
untuk
mendalami
topik
tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk
kemudian
dijelaskan
kepada
anggota kelompok asal.
5) Setelah dilakukan pertemuan dan diskusi dalam “home teams”, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Dalam metode Jigsaw versi Slavin, pemberian skor dilakukan seperti dalam metode STAD. Individu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan tertentu oleh guru (Sugiyanto, 2009:45).
Langkah-langkah Model Pembelajran
Model
Kooperatif Jigsaw
Tipe Kancing Gemerincing
Langkah-langkah model kooperatif tipe Jigsaw menurut Slavin, yaitu: 1) Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen. 2) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. 3) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut “kelompok pakar” (expert group). 4) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain dalam kelompok pakar.
Pembelajaran
Kooperatif
Pengertian Kegiatan pembelajaraan kooperatif kancing
gemerincing
masing-masing
anggota
mendapatkan
membuat kelompok
kesempatan
untuk
memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing memastikan
bahwa
mendapatkan berperan
serta
setiap
kesempatan (Sugiyanto,
siswa untuk 2009).
Menurut Lie (2008:63) “Kancing Gemerincing adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang masing-masing anggota kelompoknya mendapat kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan
pandangan
serta
pemikiran anggota kelompok lain.” Peneliti
menarik
kesimpulan
berdasarkan definisi di atas, bahwa model pembelajaran kooperatif tipe kancing
gemerincing
adalah
tipe
pembelajaran kooperatif yang setiap anggota mendapatkan kancing-kancing atau benda-benda yang harus digunakan setiap kali mereka ingin berbicara. Siswa mendapat
kesempatan
untuk
memberikan kontribusi mereka dan
3) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya di tengah-tengah. 4) Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka. 5) Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.
mendengarkan pandangan dan pemikiran
Mata
siswa lain.
Administrasi Perkantoran
Langkah-langkah Model Kooperatif Kancing Gemerincing Adapun tata cara pelaksanaan model
Pelajaran
Mata
Pengantar
pelajaran
Pengantar
Administrasi Perkantoran merupakan salah satu mata pelajaran diterapkan
pembelajaran kooperatif tipe kancing
pada
gemerincing menurut Lie (2010:64)
Administrasi Perkantoran, Pemasaran,
adalah sebagai berikut:
dan Akuntansi di SMK Negeri 6
1) Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (bisa juga benda-benda kecil lainnya, seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok eskrim, dan sebagainya). 2) Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
kelas
X
program
keahlian
Surakarta. Mata pelajaran ini membahas banyak materi pembelajaran yang terkait dengan administrasi. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada kompetensi dasar memahami azas, tujuan, dan jenis tata ruang kantor. Hasil Belajar Menurut menjelaskan
Kunandar bahwa
(2013:68)
“Fungsi
dari
penilaian hasil belajar peserta didik yang
bahwa penerapan model Cooperative
dilakukan guru adalah menggambarkan
Learning teknik Kancing Gemerincing
seberapa dalam peserta didik telah
dapat meningkatkan keaktifan siswa.
menguasai suatu kompetensi tertentu.” Jihad
dan
Haris
(2012:14)
Selain itu, ada juga penelitian yang dilakukan
Musthofa
(2013)
yang
mengemukakan bahwa “hasil belajar
berjudul “Pembelajaran Fisika dengan
merupakan
Cooperative Learning Tipe Jigsaw untuk
pencapaian
bentuk
perubahan perilaku yang cenderung
Mengoptimalkan
menetap di ranah kognitif, afektif, dan
Kemampuan Kognitif Siswa Kelas X-6
psikomotoris dari proses belajar yang
SMA MTA Surakarta.” Hasil penelitian
dilakukan dalam waktu tertentu.”
tersebut, menunjukan bahwa penerapan
Peneliti
mengambil
Aktivitas
dan
kesimpulan
model pembelajaran kooperatif tipe
berdasarkan definisi diatas, bahwa hasil
Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas
belajar merupakan tindak lanjut dari
belajar dan keterampilan kognitif siswa.
evaluasi pembelajaran yang merupakan
3.
hasil dari proses pembelajaran yang telah
Tempat dan Waktu Penelitian
METODE PENELITIAN
dilakukan dalam waktu tertentu, untuk
Penelitian ini dilaksanakan di SMK
merubah perilaku peserta didik dalam
Negeri 6 Surakarta yang beralamat di Jl.
memperoleh kopetensi dalam ranah
L.U. Adi Sucipto No. 38, Laweyan,
kognitif, afektif, maupun psikomotoris.
Surakarta, Jawa Tengah Kode Pos
Penelitian yang Relevan
57143. Waktu penelitian ini dilakukan
Penelitian
yang dilakukan oleh
selama delapan bulan terhitung mulai
Puspaningtyas (2012) yang berjudul
bulan November 2014 sampai dengan
“Penerapan Model Cooperative Learning
Juni 2015.
Teknik kancing Gemerincing dalam
Subjek Penelitian
pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Subjek dalam penelitian tindakan
Keaktifan Siswa kelas VII A SMP N 2
kelas ini adalah siswa kelas X Program
Depok.” Hasil penelitian menunjukan
Keahlian Pemasaran 1 SMK Negeri 6
Surakarta semester genap tahun ajaran
Perkantoran
2014/2015 yang berjumlah 32 orang dan
2014/2015.
guru
mata
pelajaran
pengantar
tahun
pelajaran
Teknik Pengumpulan Data
administrasi perkantoran
Teknik pengumpulan data dalam
Data dan Sumber Data
penelitian tindakan kelas ini meliputi
Data
empat teknik, yaitu sebagai berikut: a.
Data
yang
dikumpulkan
dalam
Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi
penelitian ini meliputi data informasi
d. Tes
tentang keadaan siswa dilihat dari aspek
Uji Validitas Data
kuantitatif kuantitatif
dan
kualitatif.
diperoleh
dari
Aspek
Adapun
triangulasi
yang
rata-rata,
digunakan dalam penelitian tindakan
jumlah, presentase, dan sebagainya. Data
kelas ini yaitu: a. Triangulasi data b.
ini memberikan hasil akhir tentang
Triangulasi metodelogis.
perbandingan hasil belajar siswa antar
Analisis Data
siklus yang diambil di akhir siklus.
Pada penelitian ini, teknik deskriptif
Aspek kualitatif berupa data hasil
komparatif
digunakan
untuk
observasi dan wawancara.
membandingkan hasil sebelum tindakan dengan hasil akhir setelah tindakan tiap
Sumber Data Sementara sumber data dalam penelitian
siklus.
ini ada dua, yaitu sebagai berikut:
digunakan untuk mengungkapkan dan
a. Siswa Kelas X Program Keahlian
Sedangkan
mengidentifikasi
analisis
kelemahan
kritis
dan
Pemasaran 1 SMK Negeri 6
kelebihan kinerja siswa dan guru selama
Surakarta,
proses pembelajaran.
b. Guru Mata Pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran SMK
pengelolaan
Adapun
indikator
pencapaian
kinerja yang di targetkan peneliti,
Negeri 6 Surakarta. c. Data
Indikator Ketercapaian
nilai
mata
pelajaran Pengantar Administrasi
sebagai berikut:
Tabel 3.1. Indikator Ketercapaian Hasil Belajar
Hasil belajar diukur melalui 3 aspek yaitu
Pengetahuan,
Keterampilan Aspek Penelitian
Perse ntase
Cara Pengukuran
Sikap,
melalui
dan
dua
siklus
penelitian. Pada aspek pengetahuan diketahui bahwa jumlah siswa yang
1. Aspek Pengeta huan
2. Aspek Sikap
3. Aspek Ketera mpilan
80%
80%
80%
Diukur melalui hasil tes tertulis pada setiap akhir siklus dan dihitung dari siswa yang telah mencapai indikator nilai yang ditentukan yaitu > 3 Diukur melalui pengamatan dengan instrumen penelitian dan dihitung dari siswa yang telah mencapai indikator nilai yang ditentukan yaitu > 3 Diukur melalui penilaian tugas/praktik pada setiap akhir siklus dan dihitung dari siswa yang telah mencapai indikator nilai yang ditentukan yaitu > 3
tuntas
mengalami
dari
43,75% bertambah
sebanyak 40,55%
menjadi
84,30%
sehingga
dikatakan
indikator
dapat
penelitian
dari
peneliti pada hasil belajar siswa dalam aspek pengetahuan siswa tercapai. Pada aspek sikap diketahui bahwa jumlah siswa
yang
tuntas
mengalami
peningkatan dari 53,10% bertambah sebanyak
4.
peningkatan
menjadi
34,40%
Hasil Tindakan dan Pembahasan
sehingga
Tabel
penelitian dari peneliti pada hasil belajar
4.13
Peningkatan
Hasil
Perbandingan tiap siklus
Pada Peningka tan Akhir
Pra Siklus
Siklus 1
Pengetahu an
43, 75%
68,75 %
84,30 %
Sikap
53,10 %
71,90 %
87,50 %
34,40%
Keterampi lan
59,40 %
78,10 %
87,50 %
28,10%
Siklus 2
indikator
bahwa
aspek
keterampilan
jumlah
siswa
diketahui
yang
tuntas
mengalami peningkatan dari 59,40% 40,55%
bertambah sebanyak 28,10% menjadi sehingga
87,50%
Sumber: Peningkatan Presentase Hasil Belajar Siswa
dikatakan
siswa dalam aspek sikap siswa tercapai.
Belajar Siswa
Aspek
dapat
87,50%
dapat
dikatakan
indikator penelitian dari peneliti pada hasil
belajar
siswa
dalam
aspek
keterampilan siswa tercapai. Hasil
temuan
pada
siklus
I
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
yang mencakup aspek pengetahuan,
pencapaian yang baik dalam belajar.
sikap, dan keterampilan masih belum
Hasil penelitian ini sejalan dengan
optimal dan belum mencapai indikator
penelitian
ketercapaian yang sudah ditentukan
Puspitaningtyas
peneliti. Hasil belajar siswa belum
menyimpulkan bahwa penerapan model
optimal
dikarenakan
terbiasa
dengan
siswa
belum
cooperatif
kolaborasi
model
gemerincing
pembelajaran kooperatif jigsaw dengan kancing gemerincing. Siswa cenderung pasif
dalam
yang
melakukan
diskusi
learning dapat
dilakukan
oleh
(2012)
yang
teknik
kancing
meningkatkan
keaktifan siswa. Pada aspek pengetahuan terjadi peningkatan ketuntasan siswa, yaitu dari
kelompok. Sedangkan hasil temuan pada
43,75%
siklus II menunjukan peningkatan yang
menjadi 68,75% pada siklus I, kemudian
signifikan dibandingkan dengan siklus I,
menjadi 84,30% pada siklus II sehingga
hasil belajar siswa pada ketiga aspek
mencapai target ketercapaian yang telah
sudah
yang
ditentukan oleh peneliti yaitu 80% siswa
ditetapkan peneliti. Proses pembelajaran
yang tuntas dalam kelas. Kolaborasi
pada siklus II sudah sesuai dengan
model pembelajaran yang diganakan
prosedur pembelajaran, siswa dan guru
dalam
sudah
mencapai
indikator
memahami
menerapkan
pada
prasiklus,
penelitian
ini
meningkat
mampu
dan
terbiasa
meningkatkan pemahaman siswa karena
kolaborasi
model
dapat membuat siswa untuk bekerjasama
pembelajaran jigsaw dengan kancing
aktif
gemerincing. Hal tersebut sesuai dengan
pembelajaran dan memastikan siswa
pernyataan Kagan dalam Warsono dan
mendapat kesempatan yang sama dalam
Hariyanto
(2013:243-245)
berpartisipasi dalam kerja kelompok.
kelebihan
dari
model
mengenai
dalam
memahami
materi
pembelajaran
Pada aspek sikap terjadi peningkatan
kooperatif yaitu salah satunya adalah
ketuntasan siswa, yaitu dari 53,10%
dapat meningkatkan inisiatif siswa dan
pada
tanggung jawab untuk memperoleh
71,90% pada siklus I, kemudian menjadi
prasiklus,
meningkat
menjadi
87,50%
pada
siklus
II
sehingga
dasar memahami azas, tujuan, dan jenis
mencapai target ketercapaian yang telah
tata
ditentukan oleh peneliti yaitu 80% siswa
pengantar
yang tuntas dalam kelas. Kolaborasi
melalui penerapan kolaborasi model
model pembelajaran yang diganakan
pembelajaran kooperatif Jigsaw dan
dalam penelitian ini mampu melatih
Kancing Gemerincing. Hal ini dapat
siswa bersosialisasi dengan siswa lain
dilihat dari adanya peningkatan hasil
yang berbeda kelompok.
belajar siswa , yaitu sebagai berikut:
Pada aspek keterampilan terjadi
ruang
kantor
mata
administrasi
pelajaran perkantoran
a. Hasil belajar siswa dalam aspek
peningkatan ketuntasan siswa, yaitu dari
pengetahuan
59,40%
meningkat
mencapai 43,75% meningkat menjadi
menjadi 78,10% pada siklus I, kemudian
68,75% pada siklus I dan meningkat
menjadi 87,50% pada siklus II sehingga
menjadi 84,30% pada siklus II.
pada
prasiklus,
pada
pra
siklus
mencapai target ketercapaian yang telah
b. Hasil belajar siswa dalam aspek sikap
ditentukan oleh peneliti yaitu 80% siswa
pada pra siklus mencapai 53,10%
yang tuntas dalam kelas. Kolaborasi
meningkat menjadi 71,90% pada
model pembelajaran yang diganakan
siklus I dan meningkat menjadi
dalam
87,50% pada siklus II.
penelitian
ini
mampu
meningkatkan ketrampilan siswa dalam
c. Hasil belajar siswa dalam aspek
mendesain tata ruang kantor dengan
keterampilan
benar.
mencapai 59,40% meningkat menjadi
5.
78,10% pada siklus I dan meningkat
Penutup
pra
siklus
menjadi 87,50% pada siklus II.
Simpulan Simpulan dari hasil penelitian dapat dikemukakan
pada
bahwa
terdapat
Saran 1.
Kepada Kepala Sekolah
peningkatan hasil belajar siswa yang
Kepala sekolah hendaknya memberikan
meliputi 3 aspek yaitu pengetahuan,
motivasi dan dorongan bagi semua guru
sikap dan keterampilan pada kompetensi
agar mampu menerapkan pembelajaran
inovatif dan menyiapkan fasilitas sebagai penunjang pembelajaran inovatif. 2.
Kepada Guru
Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran yang cocok dengan materi yang
disampaikan,
memberikan menyenangkan
sehingga
akan
suasana
yang
dalam
proses
pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 3.
Kepada Siswa
Siswa diharapkan membiasakan diri untuk tertib dan dapat mengendalikan diri agar tetap fokus dalam kegiatan pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Isjoni. 2008. Model-Model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Kunandar. 2013. Penilaian Auntentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Musthofa, Khoirul. 2013. Pembelajaran Fisika dengan Cooperative Learning Tipe Jigsaw untuk Mengoptimalkan Aktivitas dan Kemampuan Kognitif Siswa Kelas X-6 SMA MTA Surakarta. Jurnal Pendidikan Fisika, 1(1), 55-63. Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT.Gransindo. Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: UNS Press. Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Puspaningtyas, Kurniati. 2012. Penerapan Model Cooperative Learning Teknik kancing Gemerincing dalam pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa kelas VII A SMP N 2 Depok. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Warsono & Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif (Teori dan Asesmen). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.