PENGARUH LAMA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) TERHADAP KEJADIAN EROSI PORSIO (Di Puskesmas Bangilan Kabupaten Tuban) Mariyatul Qiptiyah STIKES NU TUBAN
ABSTRAK Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan pilihan alat kontrasepsi yang efektif, aman, dan nyaman bagi banyak wanita. Tetapi timbul sejumlah kejadian yang mengakibatkan jumlah akseptor AKDR di Kabupaten Tuban menurun. Hal ini dikaitkan dengan efek samping AKDR dan komplikasinya. Di Kabupaten Tuban prosentase kejadian efek samping AKDR terbesar adalah erosi porsio. Pada tahun 2006 kasus erosi porsio di Kabupaten Tuban mencapai 99 kasus. Dari kasus tersebut 31 kasus (31,31%) erosi porsio terjadi di Puskesmas Bangilan Kabupaten Tuban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pemakaian AKDR terhadap kejadian erosi porsio. Dalam penelitian ini menggunakan metode analitik dengan desain penelitian cross sectional yang pengambilan sampelnya dilakukan secara probability sampling dan tipe yang digunakan adalah systematic random sampling dengan menggunakan data sekunder dari buku register KB. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa dari 297 responden didapatkan 24 akseptor (8,1%) mengalami erosi porsio. Dan didapatkan 219 akseptor (73,3%) yang memakai AKDR lebih dari 1 tahun. Dari hasil penghitungan chi square maka dapat disimpulkan bahwa x2 hitung (3,37) < x2 tabel (3,84) ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan lama pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) terhadap kejadian erosi porsio. Disarankan pada seluruh akseptor AKDR untuk aktif melakukan pemeriksaan sesuai jadwal yang telah ditentukan agar dapat diketahui secara dini adanya efek samping atau komplikasi.
Kata Kunci
: AKDR, Erosi Porsio
PENDAHULUAN Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat meningkatkan kualitas hidup bangsa telah dilaksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana. Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional yang telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Keberhasilan keluarga berencana di Indonesia dengan tingkat prevalensi 57% menyebabkan pergeseran dari pelayanan kontrasepsi mengejar target menuju pelayanan kontrasepsi yang lebih bermutu. Diproyeksikan pada dekade yang akan datang prevalensi kontrasepsi hanya meningkat menjadi 60%70%, tetapi diharapkan pelayanan yang bermutu akan menunjang upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) secara lebih bermakna (DepKes RI, 2001: 01). Tingginya angka kematian ibu di Indonesia yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2002), maka Departemen Kesehatan RI menetapkan kabijakkan dalam penurunan AKI. Dalam upaya mempercepat penurunan AKI pada dasarnya mengacu pada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yang salah satu isinya yaitu program Keluarga Berencana (KB) yang menjadi prioritas pertama. Maka dari itu pemerintah menyediakan berbagai macam kontrasepsi yang dapat digunakan
oleh suami (laki-laki) maupun istri (wanita) untuk mengatur jumlah kehamilan, yang salah satunya adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya tersebut bersifat sementara dapat pula bersifat permanen ( Prawirohardjo, S, 2002: 905). Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan pilihan alat kontrasepsi yang efektif, aman, dan nyaman bagi banyak wanita. Alat ini merupakan metode kontrasepsi reversibel yang paling sering digunakan di seluruh dunia dengan pemakai saat ini mencapai sekitar 100 juta wanita. Generasi terbaru AKDR memiliki efektifitas lebih dari 99% dalam mencegah kehamilan pada pemakaian 1 tahun atau lebih. Tetapi mulai tahun 1982 timbul sejumlah kejadian yang mengakibatkan jumlah akseptor AKDR menurun. Hal ini dikaitkan dengan efek samping AKDR dan komplikasinya, seperti : penyakit radang panggul yang pada akhirnya menyebabkan timbulnya infertilitas, perdarahan, rasa nyeri serta terjadinya erosi porsio (Glaiser, Anna, 2005: 116). Pemakai AKDR di Kabupaten Tuban tahun 2005 sebesar 28.898 orang dan mengalami penurunan pada tahun 2006 sekitar 10% menjadi 25.635 orang yang merupakan akseptor aktif. Dari jumlah keseluruhan akseptor terdapat 282 kasus efek samping yang dialami oleh akseptor AKDR terdiri dari spooting 18%, amenorhoe 10,2%, nyeri perut 34,39%, perubahan libido 3,19%, dan yang paling tinggi adalah efek samping erosi porsio yaitu 35,1% (Data kasus efek samping Kabupaten Tuban).
Erotio portiones atau yang lebih familiar disebut erosi merupakan bentuk perlukaan ujung leher rahim (portio uteri). Erosi porsio adalah pengikisan lapisan mulut rahim yang biasanya disebabkan oleh karena manipulasi atau keterpaparan bagian tersebut oleh suatu benda , misalnya saat pemasangan AKDR, hubungan seksual, dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan terjadinya radang dan semakin lama menjadi infeksi pada daerah tersebut bahkan bisa mengarah pada keganasan (Mansyoer, FAF: 2005). Di Kabupaten Tuban menurut data kasus efek samping bulan Januari sampai Desember tahun 2006 terdapat 99 kasus efek samping erosi porsio yang diakibatkan karena pemakaian AKDR yang tersebar pada berbagai tempat pelayanan KB seperti Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan klinik kesehatan di Kabupaten Tuban. Dari jumlah kasus efek samping tersebut terdapat 31 kasus atau sebesar 31,31% terjadi di Puskesmas Bangilan Kabupaten Tuban. Dari hasil survey awal yang telah dilakukan pada bulan januari 2007 diketahui bahwa dari sebagian kasus efek samping erosi porsio di kabupaten Tuban diketahui telah memakai AKDR lebih dari 1 tahun. Dari register KB diketahui bahwa seluruh akseptor AKDR di Puskesmas Bangilan rutin melakukan pemeriksaan hanya pada tahun pertama pemakaian 1212 akseptor (93,3%). Dan mengalami penurunan pada tahun kedua menjadi 845 akseptor (65%), begitu juga pada tahun-tahun berikutnya. Dari data di atas dapat diketahui bahwa semakin lama memakai AKDR akseptor akan semakin jarang melakukan pemeriksaan, sehingga adanya efek samping atau komplikasi tidak dapat diketahui secara dini karena akseptor hanya melakukan pemeriksaan saat merasakan adanya keluhan. Oleh karena itu penapisan pasien yang efektif, tehnik pemasangan yang benar sangat penting dilakukan, untuk meminimalkan terjadinya efek samping dan mencegah timbulnya komplikasi. Selain itu setelah AKDR dipasang akseptor harus menjaga kebersihan terutama daerah genetalia untuk mencegah infeksi, serta diharuskan tetap memeriksakan diri ke petugas kesehatan secara rutin setiap tahun sesuai jadual kunjungan yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara dini jika ditemukan erosi porsio untuk dilakukan pengobatan atau perawatan sehingga tidak berlanjut pada keganasan yang berbahaya. Yang perlu diperhatikan bahwa keganasan pada leher rahim masih menjadi prioritas utama penyebab kematian pada perempuan. Berdasarkan data dan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh lama pemakaian Alat Kontrasepai Dalam Rahim (AKDR) terhadap kejadian erosi porsio di Puskesmas Bangilan Kabupaten Tuban pada tahun 2006. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah „ Adakah pengaruh lama pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) Terhadap kejadian erosi porsio di Puskesmas Bangilan Kabupaten Tuban Tahun 2006?“
Hasil penelitian tentang pengaruh lama pemakaian AKDR terhadap kejadian erosi porsio ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan semua pihak dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi masyarakat. HASIL PENELITIAN Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian dan analisa hasil penelitian tentang pengaruh lama pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) terhadap kejadian erosi porsio di Wilayah Kerja Puskesmas Bangilan pada Tahun 2006. Penyajian data menggambarkan tentang hubungan antara variabel yang akan diukur dan disajikan dalam bentuk tabel silang. Data khusus tersebut meliputi lama pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), kejadian erosi porsio dan pengaruh lama pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) terhadap kejadian erosi porsio di Puskesmas Bangilan Kabupaten Tuban pada Tahun 2006,. 1.
Lama Pemakaian AKDR
Tabel 1 Distribusi ressponden berdasarkan lama pemakaian AKDR di Puskesmas Bangilan Kabupaten Tuban. Lama pemakaian
Jumlah
Prosentase (%)
≤ 1 tahun > 1 tahun
78 219
26,3 73,7
Total
297
100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 297 akseptor didapatkan mayoritas memakai AKDR lebih dari 1 tahun yaitu 219 orang (73,7%). 2.
Kejadian Erosi Porsio
Tabel 2 Distribusi frekuensi kejadian erosi porsio pada akseptor AKDR di wilayah Puskesmas Bangilan Kabupaten Tuban Kejadian Erosi Erosi Porsio Tidak Erosi Porsio Total
Jumlah
Prosentase (%)
24 273
8,1 91,9
297
100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 297 akseptor, didapatkan 24 akseptor (8,1%) mengalami erosi porsio. 3.
Analisis Data
Tabel 3 Distribusi Silang Pengaruh Lama pemakaian AKDR terhadap kejadian erosi porsio di Puskesmas Bangilan Kabupaten Tuban
Lama Pemakaian AKDR Kejadian Erosi Erosi
≤ 1 tahun
> 1 tahun
Total
%
1.
∑
%
∑
%
3
12,50
21
87,50
24
100
Tidak Erosi
75
27,47
198
72,53
273
100
Jumlah
78
26,26
219
73,74
297
100
Dari tabel silang diatas diketahui bahwa erosi porsio mayoritas terjadi pada akseptor AKDR dengan lama pemakaian AKDR lebih dari 1 tahun yaitu sebanyak 21 akseptor (9,59%). Dan dari seluruh akseptor mayoritas memakai AKDR lebih dari 1 tahun yaitu sebanyak 198 akseptor (90,41%). 4.
PEMBAHASAN
Chi Square
Tabel 4 Lama pemakaian AKDR terhadap kejadian erosi porsio di wilayah kerja Puskesmas Bangilan Kabupaten Tuban berdasarkan chi square.
Lama Pemakaian AKDR Berdasarkan tabel 1 hasil identifikasi lama pemakaian AKDR dari 297 responden didapatkan mayoritas memakai AKDR lebih dari 1 tahun, yaitu 219 akseptor (73,7%). AKDR mempunyai daya kerja efektif sampai dalam jangka waktu 8-10 tahun. Jika daya kerja efektifnya sudah habis, maka AKDR harus dilepas dan diganti dengan AKDR yang baru. Pemakaian AKDR sesuai dengan tujuannya adalah untuk menjarangkan kehamilan hal ini sesuai dengan teori Eddy R. Moeljono (2005). Sesuai Teori Moya J Morison (2004), pada saat tindakan pemasangan AKDR mungkin terdapat sedikit luka atau erosi pada porsio, luka tersebut akan kembali pulih dalam jangka waktu 1 bulan. Sehingga jika erosi terjadi pada pemakaian lebih dari 1 bulan hal itu bukan disebabkan akibat tindakan pemasangan. Apabila terdapat erosi porsio pada akseptor dengan lama pemakaian AKDR lebih dari 1 tahun, hal tersebut mungkin dikarenakan adanya benang AKDR yang lama terdapat pada porsio yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh. 2.
≤ 1 tahun
Kejadian erosi Erosi Tidak erosi
>1 tahun
total
Fe 3
Fh 6,3
Fo 21
Fh 17,7
24
75
71,7
198
201,3
273
78
78
219
219
297
Untuk menghitung nilai chi-square (x2) dengan rumus sebagai berikut χ2 = Σ ( f0 - fh )2 fh (Arikunto, S. 2002: 259) Keterangan : f0 : Frekuensi Observasi / Observed Frequencies fh : Frekuensi Harapan / Expected Frequencies χ2 : Chi-Square α : Tingkat Kemaknaan (0,05) dk : Derajat kebebasan (jumlah baris-1) (jumlah kolom -1) Titik kritis dilihat dari tabel harga kritis chi-square pada tingkat kemaknaan 0,05 dengan df = (2-1) (21) = 1 yaitu x2 = 3,841 Oleh karena x2 hitung (2,55) < dari x2 (3,84) tabel maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama pemakaian AKDR dengan kejadian erosi porsio.
Kejadian Erosi Porsio Berdasarkan tabel 2 hasil identifikasi kejadian erosi porsio dalam karya tulis ilmiah ini dari 297 akseptor didapatkan 24 orang (8,1%) mengalami erosi porsio. Wanita yang mengalami erosi porsio yaitu pada lapisan mulut rahimnya terjadi pengikisan yang disebabkan oleh karena manipulasi atau keterpaparan bagian tersebut oleh suatu benda menurut Mansyoer FAF. (2005). Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sarwono Prawirohardjo (2002) bahwa pada pemeriksaan spekulum tampak porsio yang erosif berwarna merah dan kurang lebih sirkuler. Menurut Sylvia Price (1994) bahwa adanya pemakaian AKDR merupakan faktor resiko yang menyebabkan wanita pemakai Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) mempunyai faktor resiko yang meningkat 2 kali lebih tinggi untuk terjadinya erosi porsio daripada yang tidak memakai AKDR. Hal ini dipengaruhi oleh benang AKDR yang berada pada porsio. Erosi porsio dapat terjadi karena adanya trauma yang mengakibatkan porsio mengalami luka berwarna kemerahan yang kadang mudah berdarah sehingga dapat mengakibatkan infeksi. 3.
Pengaruh Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Terhadap Kejadian Erosi Porsio Berdasarkan Tabel 3 yaitu hasil dari analisis Pengaruh Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) terhadap Kejadian Erosi Porsio., maka didapatkan x2 hitung (2,55) < x2 tabel (3,84) ini berarti H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh antara lama pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dengan kejadian erosi porsio.
Dari 297 responden yang dilakukan penelitian terdapat 21 orang (7,1 %)yang memakai Alat Kontrasepsi Dalam Rahim lebih dari 1 tahun dengan kategori erosi porsio, sedangkan 3 orang akseptor (1 %) lainya yang mengalami erosi porsio memakai Alat Kontrasepsi Dalam Rahim kurang sama dengan 1 tahun. Menurut Sylvia Price (1994) bahwa adanya pemakaian AKDR merupakan faktor resiko yang menyebabkan wanita pemakai Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) mempunyai factor resiko yang meningkat 2 kali lebih tinggi untuk terjadinya erosi porsio daripada yang tidak memakai AKDR. erosi porsio Berdasarkan teori yang dikemukakan Mayes Marry (1993) bahwa resiko terjadinya erosi porsio meningkat seiring dengan lama pemakaian karena durasi keterpaparan benang AKDR dengan porsio semakin lama yang memungkinkan terjadi iritasi apalagi didukung dengan gerakan mekanik dari luar seperti hubungan seksual. Semakin lama AKDR berada di dalam tubuh, maka tubuh akan melakukan perlawanan karena AKDR dianggap sebagai benda asing. Adanya gesekan yang lama dari benang AKDR pada porsio dapat mengakibatkan luka sehingga porsio berwarna merah dan mudah berdarah atau disebut erosi porsio. Namun dari 273 responden yang memakai alat kontrasepsi lebih dari 1 tahun masih ada yang tidak mengalami erosi porsio, hal ini disebabkan karena kejadian erosi porsio tidak murni terjadi akibat pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) saja, tetapi juga sangat bergantung pada kondisi fisiologis umum akseptor, umur, paritas, hubungan seksual dan personal hygiene KESIMPULAN Hasil penelitian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa : 1. Lama Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) mayoritas akseptor memakai AKDR lebih dari 1 tahun yaitu sebanyak 219 orang (73,7%). 2. Kejadian Erosi Porsio pada akseptor AKDR tahun 2006 dalam penelitian ini adalah 24 orang akseptor (8,1%). 3. Tidak ada pengaruh lama pemakaian AKDR terhadap kejadian erosi porsio karena pemakaian AKDR bukan merupakan faktor dominan penyebab erosi porsio.
SARAN 1. Bagi Akseptor Akseptor sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan ke petugas kesehatan sesuai jadwal yang telah ditentukan agar dapat diketahui lebih dini jika terdapat efek samping atau komplikasi. 2. Bagi Petugas dan Institusi Kesehatan Petugas diharapkan melakukan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) secara lengkap bahwa erosi porsio tidak hanya disebabkan karena pemakaian AKDR tetapi juga banyak dipengaruhi oleh faktor lain. Hal ini untuk mencegah akseptor melakukan “drop out”. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengikutsertakan variabel independen lainnya yang belum diteliti. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta ; Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2001. Panduan Buku Klinis Program Pelayanan KB. Jakarta Glaiser, Anna. 2005. Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi. EGC; Jakarta Hartanto, Hanafi. 2003. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan; Jakarta Manuaba, I.B.G. 1998. Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidiksn Bidan. EGC ; Jakarta Mayes’ Mary. 1993. 11th Edition Mayes’ Midwifery A Text Book For Midwives. MC Typeset Limited, Chantam. Kent : Great Britain Morison, Moya J. 2004. Manajemen Luka. EGC : Jakarta Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta; Jakarta Nursallam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Info Medika. Jakarta Nursallam dan Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Sagung Seta; Jakarta Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. YBPSP; Jakarta Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kandungan. YBPSP; Jakarta Price, Sylvia A, & Wilson, Lorraine M, 1994. Patofisiologi Buku 2. EGC: Jakarta Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002 Mansyoer, F.A.F. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. http://www.PdPersi.co.id Indmand, Paul. 2000. The Atypical Pap (ASCUS). http://obgyn.net/women Irwanto, Yahya. 2000. Alternatives In Gynecology (Cervical Dysplasia). http://www. gynalternatives.com/cervical.htm Usmany, Hendry. 2005. Perawatan Paska Pembakaran Leher Rahim. http://www. jawapos.co.id Moeljono, Eddy R. 2005. Alat Dalam Rahim. http://www.geocities.com/klinikobgyn/kontrasepsi/alat rahim.htm