Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
1
PENGARUH KOMPETENSI, KEAHLIAN, DAN TINGKAT PENDIDIKAN AUDITOR TERHADAP IMPLEMENTASI IFRS YENNY NURINTA RETTY KASARI
[email protected] WAHIDAHWATI Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out and analyze the impact on the competency and auditor expertise to the IFRS implementation based on the education level. This research is carried out to the several of public accountant offices in Surabaya area. The samples selection has been done by using convenience sampling method, which is the selection of sample is performed freely by the researcher, 69 of 82 questioners has been obtained. Multiple linear regressions analysis with the F test method and t test is used as the analysis technique with the significance level is 5%. The research result shows that the disclosures of competency and expertise variables have significant impact on the IFRS, however the education variable has no significant impact on the IFRS since the education variable is only to categorize auditor who has performed audit. Keywords: IFRS Implementation, Competency, Expertise, Education Level. INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kompetensi dan keahlian auditor terhadap implementasi IFRS berdasarkan tingkat pendidikan. Penelitian ini dilakukan terhadap beberapa kantor akuntan publik yang ada di wilayah Surabaya. Pemilihan sampel di lakukan dengan mengunakan metode convinence sampling, yaitu pengambilan sampel secara nyaman yang dilakukan dengan memilih sampel bebas sekehandak peneliti, dimana berdasarkan pemilihan sampel tersebut diperoleh 69 kuesioner dari 82 kuesioner yang disebar. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan metode uji kesesuain model (uji F) dan uji t dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan variabel kompetensi dan keahlian berpengaruh signifikan terhadap IFRS, namun variabel pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap IFRS hal ini dikarenakan variabel pendidikan didasarkan hanya untuk mengklompokkan auditor dalam melakukan audit yang selama ini dilakukan. Kata kunci : Implementasi IFRS, kompetensi, keahlian, tingkat pendidikan PENDAHULUAN Adanya efek globalisasi membuat Negara menyelaraskan serta mengharmonisasi standar akuntansinya dengan standar akuntansi internasional. Hal ini bertujuan agar dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat diperbandingkan serta mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan hubungan baik dengan stakeholder. Standar keuangan internasional dimulai sejak tahun 1973 oleh International Accounting Standard Committee (IASC), dimana IASC kemudian berubah pada tahun 2001 menjadi International Accouting Standard Board (IASB) yang memiliki tujuan untuk mengembangkan suatu standar akuntansi yang berkualitas tinggi, dapat dipahami, dan diterapkan secara global diseluruh dunia. Namun dalam sebuah Negara yang memiliki perusahaan multinasional dan perusahaan nasional akan memiliki perbedaan dalam hal pelaporan keuangan perusahaan mereka. Hal
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
2 ini akan mempengaruhi harmonisasi informasi antar Negara sehingga dapat menimbulkan ketidakeffektifan informasi yang dibutuhkan perusahaan, oleh sebab itu Negara tersebut akan membuat kesatuan standar akuntansi. Di Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi yang berwenang dalam membuat standar akuntansi telah melakukan langkah-langkah penyeragaman standar akuntansi keuangan. Pada Desember 2008, IAI akan merencanakan konvergensi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dengan International Financial Reporting Standards (IFRS), yang dimana IFRS produk dari IASB dan FASB. Hal ini akan direalisasikan pada tahun 2012. Perusahaan selaku pemakai laporan keuangan akan menerapkan standar tersebut. Para pemakai laporan keuangan akan selalu melakukan pemeriksaan dan mencari informasi tentang kehandalan laporan keuangan perusahaan. Cara umum yang dapat ditempuh untuk mendapatkan informasi yang handal adalah dengan melakukan audit secara independen agar informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan lengkap, akurat, dan tidak bias. Tanpa menggunakan jasa auditor independen, manajemen perusahaan tidak akan dapat meyakinkan pihak luar bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan berisi informasi yang dapat dipercaya. Oleh sebab itulah, manajemen akan meminta agar auditor memberikan jaminan kepada para pemakai bahwa laporan keuangan bias dihandalkan. Dalam audit atas suatu laporan keuangan, auditor harus berinteraksi dan menjalin hubungan professional. Hubungan tersebut tidak hanya dengan manajemen tetapi juga dengan dewan komisaris dan komite audit, auditor intern, dan pemegang saham. Selama audit berlangsung, auditor harus sering berhubungan atau berinteraksi dengan manajemen untuk mendapatkan bukti yang diperlukan dan biasanya auditor akan meminta data perusahaan yang bersifat rahasia. Sikap auditor adalah mengakui perlunya penilaian yang obyektif atas kondisi yang diselidiki dan bukti yang diperoleh selama audit berlangsung. Hal ini dilakukan auditor agar laporan keuangan perusahaan yang diaudit dapat dihandalkan, manajemen juga akan mendapat keyakinan dan kepercayaan dari pihak luar bahwa manajemen telah melakukan tanggung jawabnya dengan baik. Dari pembahasan diatas, maka permasalahan pada penelitian ini adalah apakah kompentensi auditor berpengaruh terhadap implikasi implementasi IFRS di Indonesia?, apakah keahlian auditor berpengaruh terhadap implikasi implementasi IFRS di Indonesia?, apakah tingkat pendidikan auditor berpengaruh terhadap implikasi implementasi IFRS di Indonesia?. Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan dilakukan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari kompentesi auditor terhadap implikasi implementasi IFRS di Indonesia, mengetahui pengaruh dari keahlian auditor terhadap implikasi implementasi IFRS di Indonesia, dan mengetahui pengaruh tingkat pendidikan auditor terhadap implikasi implementasi IFRS di Indonesia. TINJAUAN TEORETIS Implementasi IFRS Laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan oleh para investor atau pemegang saham yang berkepentingan terhadap nasib investasinya. Laporan keuangan harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan yang diterima secara umum atau generally accepted accounting principles (GAAP). Sifat generally accepted memiliki pengertian diterima oleh suatu kelompok pengguna laporan keuangan yaitu para stakeholder. Namun arus globalisasi semakin deras telah menghilangkan batasbatas geografis dalam melakukan investasi dan perdagangan dan mengarah kepada pembentukan satu sistem keuangan dan pasar modal global.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
3 Standar – standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang digunakan pada setiap negara belum tentu sama karena itu dibutuhkan standar akuntan keuangan yang seragam secara internasional maupun global. Sehingga GAAP bukan lagi kepanjangan dari generally accepted accounting principles,melainkan atau globally accepted accounting principles. Harmonisasi atas standar – standar akuntansi dan pelaporan keuangan di seluruh dunia mutlak dilakukan sebelum membentuk standar akuntansi keuangan global. Ide pembentukan atau menyusun standar akuntansi dan pelaporan keuangan global ada sejak dekade 70-an dengan membentuk standard setter. Pada akhir dekade 60-an perwakilan lembaga – lembaga profesional akuntansi membentuk accountants International Study Group (AISG). Lembaga ini bertujuan melakukan kajian terhadap kemungkinan melakukan harmonisasi standar akuntansi dan auditing. Pada tahun 1972 perwakilan AISG bertemu kembali untuk membahas proposal pembentukan international Accounting Standard Committee (IASC). Pada tahun 1973, lahirlah IASC dengan International Accounting Standard (IAS) sebagai produknya. Pada tahun 2000, IASC melakukan restrukturisasi kelembagaan dengan dibentuknya IASC Foundation (IASCF) yang membawahi International Financial Reporting Interpretation Committee (IFRIC). IASB kemudian mengeluarkan International Financial Reporting Standards (IFRS) sebagai standar akuntansi dan pelaporan keuangan baru yang diberlakukan di samping IAS yang sudah ada. Harmonisasi standar akuntasi dan pelaporan keuangan telah dianggap sebagai suatu hal yang mendesak yang harus dilakukan oleh setiap negara termasuk Indonesia sebagai negara berkembang. Manfaat utama yang diperoleh dari harmonisasi standar akuntasi dan pelaporan keuangan adalah adanya pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan yang berasal dari berbagai negara. Hal ini tentunya memudahkan suatu perusahaan menjual sahamnya secara lintas negara atau lintas pasar modal. Menurut Ketua Tim Implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dudi M Kurniawan dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus, yaitu : meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK), mengurangi biaya standar akuntansi keuangan, meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan, meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan, meningkatkan transparansi keuangan, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal, dan meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan. Adapun tujuan dari implementasi IFRS adalah untuk memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunanaan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikenal secara internasional, Untuk meningkatkan arus investasi global melalui transparansi serta menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan, memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan standar akutansi keuangan yang dikenal secara internasional, dan efektif menurunkan biaya modal dengan membuka “fund raising” melalui pasar modal secara global. Ada beberapa kendala yang menjadi penghambat penerapan IFRS sebagai standar akuntansi dan pelaporan keuangan di dunia hingga saat ini. Kendala – kendala tersebut berkaitan dengan faktor – faktor yaitu : sistem hukum dan politik, sistem perpajakan, nilai – nilai budaya korporasi, sistem pasar modal dan peraturan terkait dengan kepemilikan korporasi, kondisi ekonomi dan aktivitas bisnis, dan teknologi. Dari faktor di atas, faktor penghambat yang paling sering ditemukan adalah system perpajakan dan hukum yang belum tentu sinkron antara suatu Negara dengan Negara – Negara pengapdosi IFRS lainnya. Sebagai contoh, adopsi IFRS sangat sulit dilakukan bagi Negara-negara yang menerapkan system ekonomi syariah dan ekonomi komunis. Indonesia sebagai Negara yang menerapkan system perbankan ganda, yaitu system ekonomi syariah dan system ekonomi kapitalis juga dapat dipastikan akan mengalami kesulitan dalam mengadopsi secara penuh IFRS pada masa yang akan datang.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
4 Berdasarkan pengalaman Negara – Negara pengadopsi penuh IFRS, adopsi dilakukan dengna dua cara, yaitu dengan cara sekaligus atau dengan pendekatan ‘big bang’ dan dengan cara gradual. Adopsi penuh dengan cara sekaligus berdampak drastik terhadap laba dan system akuntansi perusahaan. Perusahaan – perusahaan di Singapura, Australia dan Selandia Baru yang memilih pendekatan ‘big bang’ menghadapi koreksi laba besar – besaran pada tahun pertama penerapan IFRS. Teori Auditing Menurut Arens and loebbecke alih bahasa Ilham Tjakrakusuma (2000:1), auditing adalah proses pengumpulan dan pengawasan bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten. Secara umum auditing merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataanpernyataan tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002) Definisi auditing secara umum tersebut memiliki unsur-unsur penting yang diuraikan sebagai berikut (Mulyadi, 2002) : 1. Suatu proses sitematik 2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif 3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi 4. Menetapkan tingkat kesesuaian 5. Kriteria yang telah ditetapkan 6. Penyampain hasil 7. Pemakaian berkepentingan Pengertian Auditor Dari sudut pandang profesi akuntan publik, auditing adalah pemerikasaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut. (Mulyadi, 2002). Menurut Mulyadi (2002), dalam memberikan jasa audit, seorang auditor harus taat pada Prinsip Etika Profesi Akuntan Indonesia, yaitu : tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian professional, kerahasiaan, perilaku professional, dan standar teknis Selain itu, akuntan publik juga harus berpedoman pada standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporna yang telah disahkan oleh Institut Akuntan Publik dan tertera pada Standar Profesional Akuntan Pulik (SPAP, 2011) S A Seksi 150, yaitu sebagai berikut : standar umum, standar pekerjaan lapangan, dans tandar pelaporan. Menurut De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (probability) di mana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien. Adapun kemampuan untuk menemukan salah saji yang material dalam laporan keuangan perusahaan tergantung dari kompetensi auditor sedangkan kemauan untuk melaporkan temuan salah saji tersebut tergantung pada independensinya. Menurut Agoes. S (2004:1) mengklasifikasikan aspek independensi seorang auditor menjadi 3 aspek : independensi senyatanya (independent in fact), yaitu suatu keadaan di mana
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
5 auditor memiliki kejujuran yang tinggi dan melakukan audit secara obyektif, independensi dalam penampilan (independent in appeareance), yaitu pandangan pihak luar terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit, independensi dari sudut keahlian atau kompetensi (independent in competence), hal ini berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya. Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP 2001) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama (due professional care). Menurut Tetclock (1984) dalam Mardisar. D dan R. Nelly Sari (2007) mendefinisikan akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat sesorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannnya. Pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor. Hasil penelitian membuktikan akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil kerja auditor jika pengetahuan audit yang dimiliki tinggi. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa kompleksitas pekerjaan yang dihadapi tinggi. Motivasi kerja adalah sesuatu yang memulai gerakan, sesuatu yang membuat orang bertindak atau berprilaku dalam cara-cara tertentu. Memotivasi orang adalah menunjukkan arah tertentu kepada mereka dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk memastikan bahwa mereka sampai ke suatu tujuan. Bermotivasi adalah keinginan pergi ke suatu tempat berdasarkan keinginan sendiri atau terdorong oleh apa saja yang ada agar dapat pergi dengan sengaja dan untuk mencapai keberhasilan setelah tiba di sana (Michael Armstrong, 1994 dalam Sri lastanti, 2005). Menurut Agung (2007), keahlian adalah kemampuan seseorang dalam mengerjakan sebuah pekerjaan tertentu yang menjadi bidang kerjanya. American Accounting Association dalam Guy, Alderman dan Winters (2002), mendefenisikan audit sebagai suatu proses sistematis yang secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Perumusan Hipotesis Penelitian ini akan meneliti beberapa variabel dari penelitian sebelumnya untuk mengungkapkan bahwa di tahun 2012 akan dilaksanakan standar IFRS yang dimana akan mempengaruhi kompetensi auditor, keahlian auditor dan tingkat pendidikan auditor yang ada di Indonesia. Maka hipotesis yang akan diujikan dalam penelitian ini adalah : H1
: Kompentensi auditor berpengaruh signifikan positif terhadap implikasi implementasi IFRS di Indonesia Menurut Nanang Shondji (2009) kesiapan auditor dalam melaksanakan IFRS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi auditor. Auditor perlu meningkatkan pengetahuan mereka dengan mengadiri seminar atau pelatihan tentang pelaksanaan IFRS. Pelatihan juga perlu diadakan untuk meningkatkan kemampuan auditor dalam mengetahui bagian dari proses audit IFRS yang masih lemah dan perlu dikembangkan. Auditor perlu memiliki pengetahuan tentang lingkungan kontrol perusahaan yang akan mengimplementasi IFRS karena di tahun 2012 seluruh perusahaan harus menggunakan IFRS dalam mengungkapkan laporan keuangan perusahaan melalui prinsip transparansi dan penilaian professional.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
6 Menurut Lilis Ardiani (2010) kompetensi, independensi, akuntabilitas dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa naik turunnya kualitas audit dipengaruhi oleh tingkat kompetensi, independensi, akuntabilitas dan motivasi yang dimiliki oleh auditor. Kompetensi memiliki pengaruh yang lebih besar dari independensi, akuntabilitas dan motivasi ini dikarenakan kemampuan dan ketrampilan yang ditunjang dengan pengalaman yang dimiliki auditor merupakan dasar yang dibutuhkan seorang auditor dalam proses audit. H2 : Keahlian auditor berpengaruh signifikan negatif terhadap implikasi implementasi IFRS di Indonesia Menurut Arief Setiawan (2012) keahlian audit, independensi dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit pada kantor akuntan publik di Surabaya. Sama halnya dengan Lilis Ardiani (2010) bahwa seorang auditor selain ahli di bidang auditing juga harus punya kompetensi yang memadai sehingga ia mampu melaksanakan audit dan dapat mengumpulkan bukti kompeten yang akan digunakan auditor sebagai dasar dalam pemberian opini audit yang sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, sehingga dapat memberikan kualitas audit yang dapat dipercaya sesuai dengan harapan para pemakai laporan keuangan. H3 : Tingkat pendidikan auditor berpengaruh signifikan negatif terhadap implikasi implementasi IFRS di Indonesia Menurut Aulia Irdiani Putri (2011) tidak semua kesiapan auditor memiliki pengaruh terhadap implementasi IFRS di Indonesia tahun 2012. Kesiapan auditor memiliki pengaruh terhadap implementasi IFRS adalah kompetensi. Hal ini dimungkinkan pada kompetensi menujukkan bahwa auditor yang memiliki pengetahuan yang luas apalagi pengetahuan tentang IFRS dan tingkat pendidikan formal yang cukup maka auditor dapat mengimplementasi IFRS di Indonesia tahun 2012. Sedang yang tidak berpengaruh adalah keahlian audit. Hal ini dikarenakan seorang auditor adalah seseorang yang mempunyai pengalaman dan ahli dalam bidang auditing dan akuntansi. Semakin tinggi keahlian audit didalam menerapkan IFRS maka semakin tinggi pula auditor tersebut mengimplementasikan IFRS. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2008:8), metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Dalam bentuk studi kasus yang dilakukan di Kantor Akuntan Publik. Gambaran Dari Populasi (Obyek) Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah auditor yang bekerja di kantor akuntan publik (KAP) yang telah melaksanakan implementasi IFRS di tahun 2012 dalam meyelesaikan tugas – tugasnya. Responden dari penelitian ini adalah semua auditor yang bekerja di kantor akuntan publik baik yang berstatus sebagai akuntan junior, senior, maupun manager. Peneliti hanya mengambil wilayah Surabaya dikarenakan ruang lingkup dapat di jangkau oleh peneliti dan juga dapat mempercepat penelitian ini, peneliti juga tidak berkeberatan dengan dengan jumlah kuesioner yang dilakukan. Teknik Pengambilan Sampel
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
7 Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:81). Teknik pengambilan sampel yang cocok menggunakan teknik sampel nonprobabilitas. Teknik sampel nonprobabilitas merupakan teknik penarikan sampel yang tidak mengikuti panduan probabilitas sistematis. Teknik sampling nonprobabilitas sangat cocok digunakan dalam penelitian jenis korelasional, atau instrument pengukuran. Teknik sampling nonprobabilitas yan sesuai untuk penelitian ini yaitu teknik pengambilan sampel dengan convinence sampling. Convinence sampling yang merupakan pengambilan sampel secara nyaman yang dilakukan dengan memilih sampel bebas sekehendak perisetnya (Jogiyanto, 2004). Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut : auditor yang bekerja pada KAP di Surabaya, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia per tahun 2012 dan IAPI tahun 2013, dan auditor yang mempunyai pengalaman kerja minimal dua tahun. Dipilih telah bekerja dua tahun, karena telah memiliki waktu dan pengalaman. Tabel 1 Kriteria Pengambilan Sampel Auditor No
KAP
JUMLAH KARYAWAN
LAMA KERJA < 2 THN > 2 THN
1
Chatim, Atjeng, Sugeng & rekan
4
1
3
2
Supoyo, Sutjahjo, Subyantara & rekan
13
4
9
3
Hadori Sugiarto Adi & rekan
46
5
41
4
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & rekan
14
2
12
5
Drs. Bambang Siswanto
5
1
4
Jumlah sampel
82
Jumlah sampel yang tidak memenuhi kriteria Jumlah sampel yang memenuhi kriteria
13 69
Sumber : Data Intern Perusahaan Yang Diolah Penulis Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Sumber data yang digunakan oleh penelitian adalah data primer. Menurut Indriantoro (1999: 146), data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Data dikumpulkan dari sumber Kantor Akuntan Publik dengan melakukan mengisi kuesioner berdasarkan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan IAPI dengan lingkup kawasan di Surabaya. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data, maka teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, atau disebut juga angket yang diberikan pada para auditor yang bekerja di
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
8 Kantor Akuntan Publik (KAP) kota Surabaya berdasarkan Bursa Efek Indonesia dan IAPI. Kuesioner berbentuk rangkaian atau kumpulan pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner atau angket ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai keahlian auditor dan kompensasi auditor dalam penerapan implementasi IFRS di tahun 2012. Responden adalah auditor yang bekerja di kantor akuntan publik sebagai junior, senior, maupun manager yang memahami tentang implementasi IFRS yang sudah diterapkan di tahun 2012. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan terutama oleh peneliti sendiri secara pribadi dengan memasuki lapangan. Sumber data yang dihimpun berupa data primer yang diperoleh langsung dari informan yang bersangkutan dan dapat berupa kalimat tertulis atau lisan, perilaku, pengetahuan, dan statistik. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel 1. Variabel Independen (Variabel Bebas) Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen atau variabel tergantung. Jadi bisa dikatakan variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi. Dalam penelitian ini, variabel independennya adalah Kompetensi auditor (komp), Keahlian auditor (kea), Tingkat pendidikan (pend). 2. Variabel Dependen (Variabel Tergantung) Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Dengan kata lain, variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel independennya adalah Implementasi IFRS. Definisi Operasional Variabel Penelitian ini menggunakan tiga jenis variabel bebas dan satu variabel terikat. Kompetensi auditor, Keahlian auditor, dan Tingkat Pendidikan sebagai variabel bebas dan Implementasi IFRS sebagai variabel terikat. Variabel ini akan diukur dengan menggunakan skala likert lima poin. Angka satu menunjukkan sangat tidak setuju dan angka lima menunjukkan sangat setuju, dengan menggunakan beberapa pertanyaan. Teknik Analisis Data Dalam upaya mengolah data guna menarik kesimpulan penelitian. Peneliti menggunakan data yang juga diperoleh disusun kembali, dikelompokkan dan diolah dengan menggunakan analisis faktor regresi linier berganda dengan teknik analisis SPSS Statistik. Adapun tahap-tahap penelitian ini sebagai berikut : a. Analisis Deskriptif b. Uji Instrumen c. Uji Asumsi Klasik d. Uji Korelasi dan Regresi Hasil Penelitian Hasil Sampel Penelitian Hasil akhir sampel yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada lampiran 3, jumlah sampel sebanyak 69 auditor di Kantor Akuntan Publik Surabaya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
9
Hasil Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan karakteristik auditor menggunakan frekuensi implementasi IFRS dengan kompetensi dan keahlian auditor. Untuk mendapatkan hasil rata – rata dari setiap variabel, maka dilakukan beberapa proses tahapan penghitungan, yaitu : melakukan uji instrument, uji asumsi klasik, uji korelasi dan regresi dengan data 69 responden auditor di Surabaya dengan 23 pernyataan kuesioner, melakukan entry data hasil 69 responden dan kemudian dihitung melalui SPSS 17 sesuai dengan variabel, melakukan perhitungan dimensi setiap variabel dan skor totalnya dari setiap nomor responden, dan menghitung rataaan skor dimensi IFRS, kompetensi dan keahlian. Hasil Uji Instrumen Uji Instrument pengolahan data ini meliputi uji validitas dan uji reabilitas. Hasil Uji Validitas Kuesioner Hasil uji validitas untuk variabel X (kompetensi, keahlian dan tingkat pendidikan) dan Y (Implementasi IFRS). Table uji validitas variabel X dan Y didapat dari uji kuesioner 69 auditor di Surabaya Pada program SPSS teknik pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson) dan Corrected Item-Total Correlation. Bivariate Pearson (Korelasi Produk Momen Pearson) Tabel 3 Hasil Pengujian Validitas Menggunakan Bivariate Pearson Auditor Terhadap Implementasi IFRS No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Indikator ifrs_1 ifrs_2 ifrs_3 ifrs_4 ifrs_5 ifrs_6 ifrs_7 ifrs_8 ifrs_9 ifrs_10 komp_11 komp_12 komp_13 komp_14 komp_15 komp_16 komp_17 kea_18 kea_19 kea_20 kea_21
r Hitung 0.531 0.606 0.643 0.576 0.708 0.486 0.508 0.367 0.549 -0.124 0.507 0.32 -0.017 0.308 0.397 0.649 0.646 0.347 0.618 0.309 0.599
r Tabel 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid tidak valid Valid Valid tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
10 No Indikator r Hitung 22 kea_22 0.339 23 pend_23 0.254 Sumber : Olah data primer
r Tabel 0.2335 0.2335
Keterangan Valid Valid
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dua puluh satu (21) butir dinyatakan yang valid dari dua puluh tiga (23) pernyataan, serta dapat dikatakan layak sebagai instrument untuk mengukur data penelitian. Butir pernyataan yang valid didasarkan nilai r hitung diatas r tabel = 0.2335. r tabel diambil berdasarkan nilai product moment pada populasi responden 69 orang dengan taraf signifikan 5%. Corrected Item-Total Correlation Tabel 4 Hasil Pengujian Validitas menggunakan Corrected Item – Total Correlation Auditor Terhadap Implementasi IFRS No Indikator r Hitung 1 ifrs_1 0.445 2 ifrs_2 0.53 3 ifrs_3 0.575 4 ifrs_4 0.495 5 ifrs_5 0.657 6 ifrs_6 0.405 7 ifrs_7 0.442 8 ifrs_8 0.271 9 ifrs_9 0.474 10 ifrs_10 -0.253 11 komp_11 0.449 12 komp_12 0.208 13 komp_13 -0.151 14 komp_14 0.181 15 komp_15 0.288 16 komp_16 0.58 17 komp_17 0.582 18 kea_18 0.256 19 kea_19 0.555 20 kea_20 0.208 21 kea_21 0.542 22 kea_22 0.246 23 pend_23 0.217 Sumber : Olah data primer
r Tabel 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335 0.2335
Keterangan valid valid valid valid valid valid valid valid Valid tidak valid Valid tidak valid tidak valid tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid tidak valid Valid Valid tidak valid
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tujuh belas (17) butir dinyatakan yang valid dari dua puluh tiga (23) pernyataan, serta dapat dikatakan layak sebagai instrument untuk mengukur data penelitian. Butir pernyataan yang valid didasarkan nilai r hitung diatas r tabel = 0.2335. r tabel diambil berdasarkan nilai product moment pada populasi responden 69 orang dengan taraf signifikan 5%.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
11 Uji Realiabilitas Kuesioner Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05, artinya instrumen dapat dikatakan reliabel bila nilai alpha lebih besar dari r kritis product moment. Atau kita bisa menggunakan batasan tertentu seperti 0,6. Menurut Sekaran (1992), reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. Adapun hasil uji realibilitas dalam penelitian ini dalam tabel dibawah ini : Tabel 5 Hasil Uji Realibilitas Auditor Terhadap Implementasi IFRS Cronbach's Alpha
N of Items
.709 4 Sumber : Output SPSS versi 17 Hasil tersebut menunjukkan bahwa Cronbach Alpha yang cukup besar yaitu 0,709 sehingga dapat dikatakan reliabel dan dapat diterima sehingga untuk selanjutnya item – item pada masing – masing konsep variabel tersebut layak digunakan. Hasil Uji Asumsi Klasik Normalitas Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik statistika pada SPSS yaitu one sample kolomogorov smirnov test atau sering juga disebut uji 1 sampel kolomogorov. Tabel 6 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Auditor Terhadap Implementasi IFRS
Normal Parametersa,,b
Ifrs
Komp
kea
pend
N
69
69
69
69
Mean
3.746 3.84679089026 91E0
3.884
2.90
Std. Deviation
.4265 .422448445876 654
.4079
.304
Most Extreme Absolute Differences Positive
.098
.163
.134
.529
.098
.120
.134
.369
Negative
-.090
-.163
-.105
-.529
KolmogorovSmirnov Z
.818
1.357
1.111
4.396
Asymp. Sig. (2tailed)
.515
.050
.169
.000
a. Test distribution is Normal. Sumber : Output SPPS versi 17
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
12 Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak semua variabel mempunyai nilai signifikansi yang memenuhi asumsi normalitas yaitu nilai signifikansi (Asym.Sig) > 0,05 dinyatakan normal, ini dikarenakan variabel pendidikan hanya sebagai penggelompokkan data untuk mendapatkan data yang diinginkan. Multikolinieritas Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen, jika terjadi korelasi maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas (Santoso, 2006:25). Model regresi yang baik yang seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independennya (Santoso, 2006:35). Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF>10 (Ghozali, 2006:92). Sehingga asumsi yang harus dipenuhi agar terbebas dari multikolinieritas adalah nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF<10. Adapun nilai VIF dapat dilihat pada tabel dibawah ini . Tabel 7 Hasil Uji Multikolinearitas Auditor Terhadap Implementasi IFRS Collinearity Statistics
Model
Tolerance Komp 1
Kea Pend Sumber : Output SPSS versi 17
VIF .735
1.361
.708 .944
1.431 1.059
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang menunjukkan nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai tolerance yang lebih dari 10%, yang berarti bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi. Heterokedestisitas Hasil Uji heterokedestisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika varians residual berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi heterokedestisitas. Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
13
Grafik 1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Auditor Terhadap Implentasi IFRS
Sumber : Output SPSS versi 17 Hasil pengujian heteroskedasitas menunjukkan bahwa titik – titik tidak membentuk pola tertentu atau tidak ada pola yang jelas serta titik – titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Autokorelasi Uji autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Autokorelasi dideteksi dengan melihat tabel Durbin-Watson (Santoso, 2006:218): Tabel 8 Hasil uji autokorelasi Auditor Terhadap Implementasi IFRS
Model 1
R .637a
Adjusted R Square Square .406
R
DurbinStd. Error of the Estimate Watson
.379
.3362
1.882
a. Predictors: (Constant), pend, kea, komp b. Dependent Variable: ifrs Sumber : Output SPSS 17 Berdasarkan hasil tabel diatas bahwa nilai Durbin-Watson 1.882 menunjukkan angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi positif dan negatif.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
14 Uji Kesesuaian Model (Uji F) Uji Kesesuaian Model atau lebih dikenal dengan Uji F digunakan untuk menguji sekumpulan data terhadap pembentukan garis linier yang akan digunakan untuk memprediksi variable independen terhadap variabel dependen. Dalam pengambilan keputusan, dilihat dari F hitung < F tabel hasil regresi atau F hitung > F tabel hasil regresi. Tabel 9 Hasil Uji Kesesuaian Model (Uji F) Auditor Terhadap Implementasi IFRS Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
5.023
3
1.674
Residual
7.348
65
.113
12.372
68
Total
F
Sig.
14.811
.000a
a. Predictors: (Constant), pend, kea, komp b. Dependent Variable: ifrs Sumber : Output SPSS 17 Dalam pengambilan keputusan uji f, bisa dilakukan dengan cara melihat nilai signifikansi. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka variabel independen mempengaruhi variabel dependen, jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak berpengaruh. Dengan kata lain, antara variabel independen dan variabel dependen tidak linier. Diketahui dalam tabel diatas, signifikansi yaitu 0,00 sehingga mengartikan angka tersebut ≤ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan, keahlian, kompetensi berpengaruh terhadap variabel IFRS, serta mengartikan bahwa data kedua variabel tersebut linier. Dalam uji f ini membuktikan bahwa dalam data yang didapatkan tidak terdapat masalah dalam linieritas. Sehingga analisa regresi linier sederhana bisa digunakan dalam penelitian ini. Hasil Uji Korelasi dan Regresi Uji koefisien korelasi Uji koefisien korelasi pada penelitian ini akan menggunakan teknik analisa korelasi pearson. Analisa korelasi pearson adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan secara linear antara dua variabel. Diketahui pula hubungan secara linear positif atau negatif, apakah hubungan signifikan atau tidak. Dalam teknik SPSS, analisa korelasi pearson yaitu dengan Bivariate Correlation. Tabel 10 Hasil Uji Bivariate Correlation Variabel Auditor Terhadap Implementasi IFRS Ifrs Ifrs
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
komp
Pearson Correlation
komp 1
69 .477**
kea
pend
.477**
.606**
.184
.000
.000
.130
69
69
69
1
.515**
.139
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
15 Ifrs Sig. (2-tailed) N Kea
Pend
komp
kea
.000
pend .000
.255
69
69
69
69
.606**
.515**
1
.236
Sig. (2-tailed) N
.000 69
.000 69
69
.051 69
Pearson Correlation
.184
.139
.236
1
Sig. (2-tailed)
.130
.255
.051
69
69
69
Pearson Correlation
N Sumber : Output SPSS 17
69
Dari hasil analisis tabel diatas analisis korelasi sederhana (r) didapat korelasi antara IFRS dengan kompetensi adalah 0,477. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang antara kompetensi dengan IFRS. Karena nilai signifikan < 0,05, maka terjadi hubungan yang signifikan antara IFRS dengan kompetensi berarti pemahaman IFRS yang dimiliki oleh auditor sebanding dengan kompetensi yang dimiliki oleh auditor tersebut. Korelasi antara IFRS dengan keahlian adalah 0.606. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang bernilai kuat antara IFRS dengan keahlian. Karena nilai signifikan < 0,05, maka terjadi hubungan yang signifikan antara IFRS dengan keahlian berarti pemahaman IFRS yang dimiliki oleh auditor sebanding dengan keahlian yang dimiliki oleh auditor tersebut. Korelasi antara IFRS dengan pendidikan adalah 0.184. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang bernilai sangat rendah antara IFRS dengan pendidikan. Karena nilai signifikan > 0.05, maka terjadi hubungan yang tidak signifikan antara IFRS dengan pendidikan berarti semakin tinggi pendidikan auditor tidak sebanding dengan pemahaman auditor tentang IFRS. Korelasi antara keahlian dengan kompetensi adalah 0.515. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang bernilai sedang antara keahlian dengan kompetensi. Karena nilai signifikan < 0.05, maka terjadi hubungan yang signifikan antara keahlian dengan kompetensi berarti semakin tinggi keahlian yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula kompetensi yang di miliki auditor tersebut. Korelasi antara keahlian dengan pendidikan adalah 0.236. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang bernilai rendah antara keahlian dengan pendidikan. Karena nilai signifikan > 0.05, maka terjadi hubungan yang tidak signifikan antara keahlian dengan pendidikan berarti semakin tinggi pendidikan yang dimiliki auditor tidak sebanding dengan keahlian yang dimiliki oleh auditor tersebut. Korelasi antara kompetensi dengan pendidikan adalah 0.139. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang bernilai sangat rendah antara kompetensi dengan tingkat pendidikan. Karena nilai signifikan > 0.05, maka terjadi hubungan yang tidak signifikan antara kompetensi dengan pendidikan berarti semakin tinggi pendidikan yang dimiliki auditor tidak sebanding dengan kompetensi yang dimiliki oleh auditor tersebut. Analisa Regresi Linear Analisa regresi linear adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan persamaan linear dan untuk meramalkan suatu nilai variabel dependen dengan adanya perubahan dari
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
16 variabel independen. Dalam penelitian ini, menggunakan analisa regresi berganda. Adapun tahapannya yang harus di analisa yaitu : Uji t Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Pengambilan keputusan mengenai uji t akan digunakan perbandingan dengan hasil t tabel. Tabel 11 Hasil Uji t Auditor Terhadapa Implementasi IFRS Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.760
.532
Komp
.226
.113
Kea
.504
Pend .055 a. Dependent Variable: ifrs Sumber : Ouput SPSS 17
Standardized Coefficients Beta
t
Sig. 1.428
.158
.224
2.007
.049
.119
.482
4.238
.000
.138
.040
.402
.689
Dalam menentukan signifikansi dari output tabel di atas hasil diperoleh kompetensi (X1) t hitung sebesar 2,007 memiliki signifikansi 0,049 maka Ho diterima, secara parsial kompetensi berpengaruh terhadap IFRS, keahlian (X2) t hitung sebesar 4.238 memiliki signifikansi 0,000 maka Ho diterima, secara parsial keahlian berpengaruh terhadap IFRS, pendidikan (X3) t hitung 0.402 memiliki signifikansi 0,689 maka Ho ditolak, secara parsial pendidikan tidak berpengaruh terhadap IFRS. Sedangkan jika untuk melihat pengaruhnya bersifat positif atau negatif, maka bisa dilihat melalui hasil olah data dibawah ini Correlations Ifrs komp Ifrs
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) Komp
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Kea
pend
.477**
.606**
.184
.000
.000
.130
69 1
69 .515**
69 .139
.000
.255
.000 69
69
69
69
.606**
.515**
1
.236
.000
.000
69
69
69
69
Pearson Correlation
.184
.139
.236
1
Sig. (2-tailed)
.130
.255
.051
69
69
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pend
69 .477**
Kea
N 69 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.051
69
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
17 Dari hasil olah diatas, nilai koefisien korelasi bernilai positif semua. Pada variabel IFRS dengan variabel kompetensi, keahlian dan tingkat pendidikan di atas memiliki nilai positif. Hal tersebut mengartikan bahwa semakin tinggi nilai variabel IFRS maka semakin tinggi pula nilai variabel kompetensi, keahlian dan tinggkat pendidikan. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah nilai pemahaman IFRS maka semakin rendah pula kompetensi, keahlian dan tingkat pendidikan seorang auditor. Hasil di atas tidak menunjukkan nilai negatif dikarenakan tiap variabel saling mempengaruhi walaupun hanya sedikit. Analisa kooefisien determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar prosentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam output tabel 9 Modal Summary pada SPSS, dapat dilihat pada nilai R 2 (Adjust R Square) sebesar 0,379 atau 37,9%. Hal ini menunjukkan bahwa prosentase pengaruh variabel independen (komp, kea, pend) terhadap dependen (IFRS) sebesar 37,9%. Sehingga dalam studi kasus yang sedang diteliti ini, kualitas atau pengaruh IFRS terhadap kompetensi, keahlian dan pendidikan adalah relatif rendah. Adjusted R Square adalah nilai R Square yang telah disesuaikan, nilai ini selalu lebih kecil dari R Square dan angka ini bisa memiliki harga negatif. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh kompetensi, keahlian terhadap implementasi IFRS menurut tingkat pendidikan yang dilaporkan auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya. Ada beberapa observasi perwakilan Kantor Akuntan Publik di Surabaya. Penelitian ini secara umum menggambarkan bahwa kompetensi, keahlian menurut tingkat pendidikan menjelaskan tentang implementasi IFRS. Tiga hipotesis tersebut antara lain : Pengaruh kompentensi auditor terhadap implikasi implementasi IFRS di Indonesia Berdasarkan hasil uji t untuk variabel kompetensi menujukkan bahwa tingkat signifikansi t lebih kecil dari 0.05 atau 5 persen yaitu sig.t = 0.049. sehingga Ho diterima, yang artinya variabel kompetensi secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi IFRS. Dalam penelitian ini kompetensi ditinjau dari segi pengetahuan dan tingkat pendidikan. Jika dilihat dari faktor pengetahuan, disini pengetahuan dilihat dari banyaknya pelatihan dan kursus yang pernah diikuti oleh auditor. Sekitar 75 persen responden sudah pernah mengikuti pelatihan dan kursus. Semakin banyak kursus dan pelatihan yang pernah diikuti maka wawasan dan pengetahuan auditor mengenai implementasi IFRS akan semakin baik. Disini peneliti tidak memperoleh data, kursus atau pelatihan apa saja yang telah dilakukan oleh responden untuk meningkatkan pengetahuan auditor. Disini kualitas pengetahuan auditor juga dilihat dari tingkat pendidikan formal yang ditempuh auditor. Dalam penelitian ini responden berpendidikan akademi D3 sebanyak 12%, dan responden berpendidikan sarjana S1 sebanyak 88%. Sehingga dapat dikatakan kualitas baik. Dari segi kualitas dilihat dari tingkat pendidikan auditor sama dengan kualitas pengetahuan dan wawasan yang luas dalam hal audit dan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bidang auditing terutama penerapan IFRS yang terjadi di tahun 2012. Pelatihan secara rutin yang dilakukan oleh responden bermanfaat dalam pengetahuan yang dimiliki auditor mengenai IFRS secara signifikan berpengaruh terhadap implementasi IFRS. Dengan ini dapat diartikan rata – rata responden menyatakan KAP sebaiknya mematok kualifikasi dan pedoman dalam mengevaluasi auditor yang potensial disetiap bagian berdasarkan intelegensi, integritas, kejujuran, motivasi bakat, keahlian dan pengetahuan auditor. Selain itu juga bagian dari kompetensi auditor mempunyai
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
18 kemampuan dan pengetahuan dalam mendeteksi kekeliruan mengaudit perusahaan yang menerapkan standar IFRS. Pengaruh keahlian auditor terhadap implikasi implementasi IFRS di Indonesia Berdasarkan hasil uji t untuk variabel keahlian menujukkan bahwa tingkat signifikansi t lebih kecil dari 0.05 atau 5 persen yaitu sig.t = 0.000. Sehingga Ho diterima, yang artinya variabel keahlian auditor secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi IFRS. Keahlian audit disini dilihat atas dasar pengalaman auditor dalam mengaudit, jumlah perusahaan yang diaudit, lamanya pengalaman kerja, serta jenjang jabatan. Dilihat dari jumlah audit yang dilakukan auditor dalam setahun sekitar 28% auditor mengaudit 4 kasus audit, 35% auditor mengaudit 4 – 6 kasus audit dan 38% auditor mengaudit lebih dari 6 kasus dalam setahuanya. Dari lamanya responden bekerja, 57% responden telah bekerja selama kurang lebih dua tahun, 20% responden telah bekerja selama tiga tahun, dan 23% responden telah bekerja selama kurang lebih empat tahun. Dilihat dari jabatannya sekitar 33% responden berjabatan senior auditor dan lebih dari 67% responden berjabatan sebagai junior auditor. Sehingga dapat disebutkan rata – rata responden adalah auditor yang sudah pengalaman. Jadi bahwa responden yang telah berpartisipasi dalam pengisian kuesioner ini termasuk responden yang sudah berpengalaman karenan pelaksanaan IFRS sudah dilaksanakan di tahun 2012. Hal ini, berkaitan dengan hasil penelitian bahwa keahlian audit secara signifikan terhadap implementasi IFRS di Indonesia. Penelitian ini terdapat pengaruh dikarenakan pengalaman yang dimiliki responden sudah signifikan terhadap implementasi IFRS yang terjadi di Indonesia sekarang ini. Penelitian ini membutuhkan responden yang sudah memiliki banyak pengalaman seperti manajer atau partner yang bisa menghasilkan penelitian yang memiliki data yang lebih signifikan. Bahwa rata – rata responden menyatakan KAP mengharuskan auditor untuk memiliki kemampuan dan pengalaman dalam mendeteksi kekeliruan mengaudit perusahaan yang menerapkan standar IFRS, serta KAP mengharuskan untuk mengaudit perusahaan yang menerapkan IFRS maka dapata meningkatkan pengetahuan auditor dalam menjalankan sistem IFRS. Keahlian khusus yang dapat mendukung proses audit juga harus dimiliki oleh seorang auditor. Semakin banyak kasus audit yang ditangani oleh auditor dalam menjalankan sistem IFRS maka akan semakin banyak pula pengalaman yang didapat dalam pekerjaan auditnya. Pengaruh tingkat pendidikan auditor terhadap implikasi implementasi IFRS di Indonesia Berdasarkan hasil uji t untuk variabel keahlian menujukkan bahwa tingkat signifikansi t lebih besar dari 0.05 atau 5 persen yaitu sig.t = 0.689. Sehingga Ho ditolak, yang artinya variabel tingkat pendidikan secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi IFRS. Hal ini dikarenakan pendidikan yang dimiliki oleh responden berbedabeda, peneliti hanya mendapatkan pendidikan D3 dan S1 saja, setelah dilakukan analisis ternyata pendidikan D3 yang dimiliki auditor dengan lama kerja 2 tahun setelah dilakukan implementasi IFRS dan mengikuti seminar itu lebih baik atau lebih kompeten dan ahli daripada seorang auditor yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun tetapi tidak mengkuti seminar dalam perkembangan implementasi IFRS. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa bukan dilihat dari tingkat pendidikan yang tinggi atau rendah seorang auditor dapat melakukan audit dengan baik sesuai dengan standar IFRS menurut kemampuan dan keahlian auditor sendiri. Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana pengaruh kompetensi dan keahlian audit terhadap implementasi IFRS berdasarkan tingkat pendidikan, dengan menggunakan pengambilan sampel convinence sampling. Peneliti menyebar sembilan puluh tujuh (97) kuesioner ke delapan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar di BEI dan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
19 IAPI, kuesioner yang kembali sekitar delapan puluh dua (82) kuesioner dari lima Kantor Akuntan Publik yang disebar. Dari delapan puluh dua (82) kuesioner yang kembali yang memenuhi syarat hanya enam puluh sembilan (69) kuesioner, setelah dilakukan analisis regresi linier berganda maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil instrument, dilakukan uji validitas dan reabilitas diperoleh lebih dari tujuh belas pernyataan valid dari dua puluh tiga pernyataan yang tersedia dan hasil cronbach alpha menunjukkan 0,709 yang dapat dikatakan reliabel. 2. Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan teknik statistika pada SPSS one sample kolomogrov smirnov test diatas angka signifikansi yang terlihat (Asymp.sig) yaitu 0.000. dengan angka standar signifikansi 0.05, maka distribusi data bersifat normal dan tidak ada masalah dalam kenormalan data. 3. Berdasarkan hasil uji multikolinieritas menunjukkan nilai VIF variabel kompetensi sebesar 1.361, keahlian sebesar 1.431, dan pendidikan sebesar 1.059, maka menunjukkan tidak terdapat multikonieritas. Hal ini mengartikan bahwa variabel kompetensi, keahlian dan pendidikan terjadi hubungan linier yang sempurna. 4. Berdasarkan hasi uji heterokedestisitas menunjukkan bahwa titik – titik tidak membentuk pola tertentu, maka tidak terjadi heterokedestisitas. 5. Berdasarkan hasil uji autokorelasi menunjukkan bahwa nilai Durbin – Watson sebesar 1.882. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada autokoreasi. 6. Berdasarkan hasil uji kesesuaian model (uji F) dilakukan antara variabel independen yakni kompetensi, keahlian, dan pendidikan terhadap variabel dependen yakni IFRS dan menghasilkan nilai sig.F sebesar 0.000, sehingga variabel independen kompetensi, keahlian, dan pendidikan berpengaruh terhadap variabel IFRS, serta kedua variabel tersebut linier. 7. Berdasarkan hasi uji koefisensi korelasi ini peneliti menggunakan teknik analisa korelasi pearson. Korelasi antara IFRS dengan kompetensi sebesar 0.477, korelasi antara IFRS dengan keahlian sebesar 0.606, korelasi antara IFRS dengan pendidikan sebesar 0.184, korelasi antara kompetensi dengan keahlian sebesar 0.515, korelasi antara kompetensi dengan pendidikan sebesar 0.139, dan korelasi antara keahlian dengan pendidikan sebesar 0.236. Berdasarkan tabel pedoman dalam menggambil keputusan koefisien korelasi bahwa hubungan antar IFRS dengan kompetensi menunjukkan hubungan yang bernilai sedang, korelasi antara IFRS dengan keahlian menunjukkan hubungan yang bernilai kuat, korelasi antara IFRS dengan pendidikan menunjukkan hubungan yang bernilai sangat rendah, korelasi antara kompetensi dengan keahlian menunjukkan hubungan yang bernilai sedang, korelasi antara kompetensi dengan pendidikan menunjukkan hubungan yang bernilai sangat rendah, dan korelasi antara keahlian dengan pendidikan menunjukkan hubungan yang bernilai sangat rendah. 8. Berdasarkan hasil pengujian regresi linier (uji t) dilakukan antara masing – masing variabel independen yakni komp, kea dan pend terhadap variabel dependen IFRS dan hasilnya sebagai berikut : a. variabel kompetensi menghasilkan nilai signifikansi 0,049, sehingga variabel independen kompetensi berpengaruh terhadap IFRS. b. variabel keahlian menghasilkan nilai signifikansi 0,000, sehingga variabel independen keahlian berpengaruh terhadap IFRS. c. variabel pendidikan menghasilkan nilai signifikansi 0,689, sehingga variabel independen pendidikan tidak berpengaruh terhadap IFRS. 9. Berdasarkan hasil uji analisis koefisensi determinasi (R2) ditunjukkan dengan nilai Adjusted R2 sebesar 0,379 atau 37,9%, hal ini menunjukkan bahwa sebesar 37,9% variabel dependen IFRS dapat dijelaskan oleh variabel independen komp, kea dan pend, sedangkan sisanya yakni 62,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
20
Saran 1. Penelitian selanjutnya hendaknya melakukan penelitian dengan pengambilan sampel yang lebih luas dan melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak. Pengambilan sampel yang dilakukan peneliti hanya meliputi daerah Surabaya, sehingga belum mencerminkan sikap auditor di seluruh Jawa Timur. 2. Analisis regresi dalam penelitian ini menghasilakn Adjusted R Square yang cukup rendah. Mengingat 62.1 % penelitian ini dijelaksan oleh variabel lain diluar penelitian ini dengan demikian penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain untuk menjelaskan faktor – faktor lain yang berpengaruh terhadap implementasi ifrs seperti perbedaan budaya antar wilayah, pengaruh tekanan politik atau kerjasama antar ekonomi. DAFTAR PUSTAKA Ardini, L. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit. Majalah Ekonomi , tahun XX, No. 3 Desember 2010. Christiawan, Y. J. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4. No. 2. pp. 79-92 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 1999. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat. Jakarta. Margaretta, S. (2011). Pengaruh Penerapan IFRS Terhadap Keterlambatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008 - 2010. BINUS UNIVERSITY. Jakarta. Mulyadi. 2002. Auditing I. Edisi Keenam. Salemba Empat. Jakarta. Pratama, F. 2009. Pengaruh Karakteristik Budaya Terhadap Kinerja Akuntan Publik. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas. Surabaya Purba, M. P. 2010. International Financial Reporting Standards. Surabaya: Graha Ilmu. . 2001). Profesi Akuntan Publik di Indonesia. Surabaya: Graha Ilmu. Putri, A. I. 2011. Kesiapan Auditor Atas Kompetensi, Dan Keahlian Audit Terhadap Implementasi IFRS Di Indonesia Tahun 2012. Journal Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi PERBANAS. Surabaya Setiawan, A. 2012. Pengaruh Keahlian Audit, Independensi Dan Kompetensi Terhadap Kualiats Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Surabaya. Journal Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional "Veteran". Jawa Timur. Shonhadji, N. 2009. Factors Of Auditor’s Readiness. Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura 15(1) : 133 - 144. Singgih, E. M., dan I. Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care Dan Akuntanbilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi pada Auditor di KAP "Big Four" di Indonesia). Prosiding Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.