PENGARUH TINGKAT KEAHLIAN DAN MOTIVASI AUDITOR INTERNAL TERHADAP RISK MANAGEMENT BANK SYARI’AH
OLEH: MARYATI NIM. 204082002324
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/ 2008 M
1
Jika Kita Selalu Berusaha Meraih Yang Tidak Bisa Kita Raih, Maka Kita Tidak Pernah Akan Bahagia. Memaksa Untuk Mendapatkan Segala Yang Diinginkan, Tidak Mau Menerima Dan Mensyukuri Apa Yang Ada, Atau Selalu Mementingkan Sesuatu Yang Sebenarnya Tidak Perlu Bahkan Hanya Membuat Kita Jadi Egois, Tetapi Juga Tamak Dan Keras Hati. Kebagiaan Tentu Saja Bukan Bersumber Dari Apa Yang Kita Raih. Bahagia Dan Rasa Puas Yang Utama Diraih Dari Proses Dan Perjuangan Dalam Menggapai Sesuatu. Proses Dan Perjuangan Tentu Saja Bukan Sesuatu Yang Mudah, Tapi Akan Membuat Kita Dewasa, Penuh Rasa Syukur, Tidak Cengeng Dan Tidak Percaya Pada Kehebatan Sesuatu Yang Serba Instan.
2
SUNDAY, MAY 13, 2007
MEMBANGUN PROFESIONALISME AUDITOR INTERN BANK Profesional merupakan tuntutan terhadap suatu profesi yang akan sangat menentukan keberhasilan suatu pekerjaan. Sebagai suatu fungsi yang harus dilakukan bank dalam membangun bank yang sehat, maka para auditor intern bank harus mengacu pada Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB) yang telah wajib dilaksanakan sejak 1 Januari 1996 serta kemudian dilakukan pemutakhirannya oleh Bank Indonesia dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/99 tanggal 20 September 1999. Dalam kaitan ini Bank yang secara organisatoris atau karena hal lain harus mengikuti standar dari lembaga lain atau dari organisasi induknya, baik di dalam maupun di luar negeri, seperti Norma Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern BUMN/BUMD, atau Standards For The Professional Practice of Internal Auditing (The Institute of Internal Auditors), dalam pelaksanaan fungsi Audit Internnya minimal harus memenuhi ukuran-ukuran yang telah ditetapkan dalam SPFAIB. Kesemua standar tersebut ternyata menuntut para auditor intern untuk profesional dalam melaksnakan tugas-tugasnya. PROFESIONALISME. Profesionalisme harus menjadi acuan dalam pelaksanaan fungsi Audit Intern oleh satuan kerja audit intern bank Sifat profesional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui dengan pengetahuan yang dimilikinya disertai latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan dengan rekan sejawatnya. Kita mengenal sifat profesional ini dituntut selalu ada misalnya pada ahli hukum, dokter, akuntan publik, termasuk juga atlet. Untuk dapat mewujudkan profesionalisme-nya, Khusus Auditor Intern bank secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama harus mempunyai: a. Pengetahuan yang memadai dalam bidang tugasnya yaitu pengetahuan mengenai teknis audit dan disiplin ilmu lain yang relevan dengan spesialisasinya; b. Perilaku yang independen, jujur, obyektif, tekun dan loyal, c. Kemampuan mempertahankan kualitas profesionalnya melalui pendidikan profesi lanjutan yang berkesinambungan, d. Kemampuan melaksanakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama, e. Kecakapan dalam berinteraksi dan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis secara efektif. KEMAHIRAN PROFESIONAL. Kemahiran profesional dapat diperoleh Auditor Intern melalui pendidikan dan pengalaman kerja yang memadai dalam bidang Audit Intern, kegiatan operasional perbankan serta disiplin ilmu lain yang relevan dengan spesialisasinya. Latar Belakang Pendidikan. Persyaratan minimal pendidikan bagi Auditor Intern ditetapkan oleh masing-masing bank sesuai dengan ukuran organisasi 3
maupun tingkat kerumitan kegiatan banknya. Meskipun demikian agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, latar belakang pendidikan Auditor Intern seharusnya dapat menunjang untuk:. a. memahami penerapan SPFAIB; b. memahami standar akuntansi keuangan; c. memahami peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan operasional perbankan; d. memahami prinsip-prinsip manajemen khususnya manajemen perbankan, e. memiliki pengetahuan mengenai ilmu yang berkaitan dengna kegiatan perbankan seperti ilmu ekonomi, ilmu hukum, perpajakan dan masalah-masalah keuangan, metode kuantitatif/statistik dan memahami prinsip-prinsip Pengolahan Data Elektronik. Dalam penerapannya, masing-masing Auditor Intern tidak perlu memahami seluruh bidang di atas, akan tetapi SKAI secara keseluruhan harus mempunyai personil yang memahami disiplin ilmu di atas. Pengalaman Kerja. Pengalaman kerja yang memadai dalam bidang operasional perbankan akan menambah atau membantu memberikan kemahiran profesional bagi Auditor Intern, SIKAP MENTAL DAN ETIKA. Auditor Intern harus memiliki sikap mental dan etika serta tanggung jawab profesi yang tinggi, sehingga kualitas hasil kerjanya dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan untuk membantu terwujudnya perkembangan bank yang wajar dan sehat. Sikap Mental Auditor Intern. Auditor Intern harus memiliki sikap mental yang baik yang tercermin dari kejujuran, obyektivitas, ketekunan dan loyalitasnya kepada profesi. Kejujuran. Auditor Intern harus mampu mengemukakan pendapat secara jujur dan bijaksana, sesuai dengan hasil temuannya. Obyektivitas. Auditor Intern harus selalu mempertahankan sikap obyektif, sehingga dapat mengemukakan temuan berdasarkan bukti-bukti atau fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian laporan atas hasil temuan harus lengkap dan didasarkan pada analisis yang obyektif. Ketekunan. Auditor Intern harus memiliki ketekunan dan keuletan di dalam menelusuri masalah/indikasi yang dihadapi guna memperoleh bukti-bukti yang akan mendukung temuannya. Loyalitas. Auditor Intern harus menunjukkan loyalitas kepada tanggung jawab profesinya Etika Auditor Intern. Auditor Intern harus memiliki Kode Etik Profesi yang antara lain mengacu kepada Code of Ethics dari The Institute of Internal Auditors. kode etik tersebut sekurang-kurangnya memuat keharusan untuk: a. berperilaku jujur, santun, tidak tercela, obyektif dan bertanggung jawab; b. memiliki dedikasi tinggi; c. tidak akan menerima apapun yang akan dapat mempengaruhi pendapat profesionalnya; d. menjaga prinsip kerahasiaan sesuai dengan ketentuan dan perundangan yang berlaku; 4
e. terus meningkatkan kemampuan profesionalnya.. Tanggung Jawab Terhadap Profesi. Auditor Intern harus menunjukkan tanggung jawab terhadap profesi dengan selalu menerapkan prinsip kerja yang cermat dan seksama serta terus memelihara kemampuan teknisnya, sehingga dapat menghasilkan kualitas kerja yang optimal. Bekerja secara cermat dan seksama. Auditor Intern harus bekerja secara cermat dan seksama dalam batas yang layak serta menerapkan kemahiran profesionalnya secara optimal. Untuk itu perlu diperhatikan: i. Ruang lingkup ataupun tingkat kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas; ii. Kewaspadaan terhadap kemungkinan adanya penyimpangan, kesalahan, penggelapan, inefisiensi, pemborosan serta pertentangan kepentingan dan pelaporannya kepada atasan pejabat yang bersangkutan; iii. Kecermatan dalam mengidentifikasi keadaan dan kegiatan yang rawan penyimpangan, kelemahan struktur pengendalian intern dan ketepatan dalam memberikan saran guna meningkatkan ketaatan terhadap prosedur yang ditetapkan bank; iv. Kesungguhan dan tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas; v. Kemungkinan dilakukannya pemeriksaan lanjutan atau pemeriksaan khusus yang lebih mendalam. Upaya peningkatan pengetahuan melalui pendidikan profesi berkelanjutan. Auditor Intern harus selalu memelihara kemampuan teknisnya melalui upaya:. i. Mengikuti perkembangan terakhir tentang teknik Audit Intern melalui seminar, kursus atau pendidikan lanjutan lainnya. ii. Mengikuti perkembangan produk-produk baru dari perbankan; iii. Mengikuti serta memahami ketentuan-ketentuan yang berlaku yang berkaitan dengan aktivitas operasional perbankan. KEMAMPUAN KOMUNIKASI. Auditor Intern harus memiliki kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis secara efektif karena Auditor Intern harus senantiasa berhubungan dengan berbagai pihak, baik intern maupun ekstern. Komunikasi Dengan Auditee a. Auditor Intern harus senantiasa menjaga komunikasi dan interaksi yang baik dan wajar dengan Auditee sehingga pelaksanaan tugasnya dapat berjalan dengan lancar; b. Auditor Intern harus mampu melaksanakan komunikasi lisan atau tertulis sehingga dapat menyampaikan masalah-masalah audit, seperti tujuan, penilaian, kesimpulan audit dan rekomendasi hasil audit, yang diberikan secara jelas dan efektif. Komunikasi Dengan Auditor Ekstern Auditor Intern harus mampu melakukan komunikasi lisan atau tertulis dengan 5
auditor ekstern sesuai dengan batas kewenangan masing-masing auditor ekstern tersebut.. Ciri-ciri profesional Wilensky mengatakan bahwa, banyak pekerjaan yang dengan gigih berusaha untuk mencapai identifikasi profesi. Beberapa diantaranya telah mencapai sukses. Untuk itu suatu pekerjaan harus memenuhi dua kriteria. Pertama, pekerjaan tersebut secara teknis sulit. Hal tersebut harus berasal dari perpaduan pengetahuan yang relevan melalui belajar secara sistematis dan pelatihan yang memadai serta kompetensi yang harus dibuktikan kepada pemerintah, perusahaan yang menyewa atau konsumen. Selain itu, profesional harus memiliki standar kinerja yang disahkan oleh badan-badan profesional. Kedua, profesional dalam posisinya sebagai profesi yang dipelajari harus mencapai keahlian teknis yang memadai. Profesi harus memiliki nilai-nilai moral tertentu. Perhatian mereka tidak hanya kepada keuntungan semata, melainkan harus memahami benar apa yang diinginkan klien. Pelayanan merupakan atribut yang penting dalam profesi. Pengembangan standar yang diciptakan oleh Wilensky merupakan suatu kriteria yang sering digunakan untuk pertimbangan kualitas profesional untuk semua pekerjaan, yakni: 1. Pelayanan kepada masyarakat 2. Pelatihan khusus yang lama bagi peserta 3. Memegang teguh kode etik 4. Anggota asosiasi dan hadir dalam setiap pertemuan 5. Menerbitkan jurnal-jurnal yang berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan 6. Mengikuti ujian 7. Memiliki lisensi dari Dewan Sertifikasi Nasional. Profesional yang sejati harus menghentikan pelayanannya ketika permintaan klien telah melewati batas-batas yang ditetapkan. Hanya dengan ini profesional dapat mempertahankan integrasinya. Para dokter menolak untuk menggugurkan kandungan atau mengakhiri hidup pasiennya, walaupun diminta oleh si pasien. Akuntan publik menarik diri dari perjanjian ketika integritas manajemen diragukan. Pengacara menolak untuk mewakili klien ketika disadari bahwa mewakili klien tersebut dapat menimbulkan konflik kepentingan. Profesionalisme dan Auditor Internal Apakah auditor internal dapat profesional?. Untuk menjadi profesional, auditor internal harus memenuhi kriteria profesional tersebut, antara lain: a. Pelayanan kepada masyarakat. Auditor internal memiliki kewajiban yang lebih besar kepada pemimpin perusahaannya daripada pelayanan kepada masyarakat. Kode etik auditor internal memang belum mengatur mengenai hal-hal di luar penugasan dari pimpinan perusahaannya. Namun demikian bukan berarti auditor harus selalu memihak kepada pimpinan perusahaan. Sikap integritas dan independensinya merupakan suatu bentuk pelayanan kepada masyarakat. b. Calon anggota harus mengikuti pelatihan spesialisasi yang lama. Pemberian 6
gelar Auditor internal kepada seseorang tidak secara otomatis menjadikan orang tersebut profesional. Untuk memenuhi kriteria ini, internal auditor harus mengikuti pelatihan-pelatihan, lulus test khusus, dan memperoleh sertifikat. Jadi hanya auditor internal yang telah mengikuti ujian dan menerima pengukuhan sebagai Certified Internal Auditor yang dapat mengaku sebagai auditor internal profesional. c. Sumbangan untuk Kode Etik. Lembaga Auditor internal telah membuat dua kode etik, yang pertama untuk seluruh anggota lembaga, dan yang kedua untuk auditor internal bersertifikat, baik anggota maupun tidak. Sebagai tambahan, lembaga telah menerbitkan Statement of Responsibilities of Internal Auditing dan Standards for the Professional Practice of internal Auditing. Yang pertama berlaku bagi anggota lembaga. Yang kedua mengatur kriteria profesianal bagi seluruh auditor internal. d. Asosiasi Profesi. Institute of Internal Auditor (IIA) merupakan asosiasi profesi. Anggaran Dasarnya mengatur pertemuan berkala dan menyebarkan informasi mengenai audit internal. Lembaga masih menerima seseorang sebagai anggota yang telah melakukan praktik auditor internal yang telah memiliki sertifikasi. Lembaga memiliki dewan sertifikasi dan telah mengembangkan program pendidikan berkesinambungan selama 100 jam pendidikan selama periode tiga tahun. Di Indonesia asosiasi profesi auditor bernama Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII). e. Publikasi. Lembaga Auditor Internal menerbitkan jurnal Internal Auditor, bukubuku teknis, studi riset, monograf, presentasi audio visual, dan lain-lain. Sumbangan bagi publikasi ini datang bukan saja dari praktisi, tetapi juga dari akademisi yang terenal. f. Ujian. IIA telah memulai program sertifikasinya pada tahun 1974. calon anggota harus mengikuti ujian selama dua hari yang mencukup subyek yang luas. calon yang berhasil menerma Certified Internal Auditor (Auditor Internalbersertifikat). Sebagai dasar untuk mengikuti ujian, Institut menerbitkan Commom Body of Knowledge untuk perserta yang ingin mempersiapkan menghadapi ujian. g. Pembatasan. Praktek untuk tujuan lisensi. Setiap orang dapat diangkat sebagai Internal Auditor. Yang terpenting adalah dapat menyakinkan pimpinan perusahaannya. Tidak ada hukum jika tidak memiliki sertifikat. Seseorang yang bekerja sebagagai Internal Auditor dapat menenda tangani laporan internal audit dan memberikan opini atas audit tanpa khawatir akan tindakan hukum. Akan tetapi mulai terjadi perubahan secara perlahan-lahan. Beberapa departemen Internal Audit mengharuskan seluruh anggotanya memiliki sertifikat. Dengan demikian, unsur-unsur profesional yang diterapkan dalam auditor internal adalah : landasan umum ilmu pengetahuan, program sertifikasi, program pengembangan profesi yang berkesinambungan, kode etik pernyataan tanggung jawab, sekumpulan standar untuk praktik profesional, jurnal profesi, dan literaturliteratur. Jadi sementara kepribadian auditor internal, dengan kebaikan sikap, penghargaan, pendidikan, pelatihan, pengalaman, sertifikasi, dan penampilannya akan di pandang sebagai profesional yang sempurna. Audit internal sebagai suatu disiplin tersendiri tetap memilik peluang untuk diperhatikan dengan luas sebagai 7
suatu profesi yang di pelajari. Suatu isyarat menunjukan telah tercapainya tujuan tersebut, walau pengembangannya harus diupayakan dengan sungguh-sungguh. Ketika auditor internal menjadi lebih diterima, mereka harus menghadapi resiko yang semakin besar, kemungkinan dituduh lalai dalam tindakan-tindakannya, kegagalan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan, atau toleransi terhadap sistem pengendalian yang tidak memadai. Auditor internal (yang mungkin dipandang oleh masyarakat sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk menentukan tingkat resiko) termasuk sebagai salah seorang pembela dalam proses penuntutan terhadap organisasi. Oleh karena itu dibutuhkan sikap yang sesuai dengan standar profesionalisme yang tinggi. Pada akhirnya, dewan direksi dan manajer senior mungkin akan mengharuskan, dengan berjalannya waktu, profesionalisme yang sempurna dari para staf auditor internalnya. Auditor internal perusahaan yang tidak memiliki sertifikat mungkin kemudian akan dipertimbangkan hanya sebagai auditor internal cadangan. Bagaimana di Indonesia? Organisasi profesi auditor internal sedang berbenah untuk menghadapi tantangan globalisasi. Para auditor internal di Indonesia harus profesional agar dapat menghadapi persangingan global. Dilema Profesional Mencapai sifat-sifat profesional ibarat memegang seikat bunga mawar. Bunga mawar memiliki duri, sedangkan profesionalisme memiliki penyimpangan prilaku. Bukanlah pekerjaan yang menjadikan seseorang menjadi profesional, melainkan semangat dalam melakukan pekerjaan tersebut. Profesional sejati dihadapkan pada situasi pengambilan keputusan yang sulit antara yang benar dan yang salah yang tidak selalu jelas perbedaannya. Auditor internal perlu bekerja lebih keras dalam memilih antara benar dan salah dibandingkan profesi lain. Seseorang pengacara mungkin menolak menangani suatu kasus yang melibatkan pertentangan kepentingan, dan itu akan dapat mengakibatkan dia kehilangan klien. Seorang dokter mungkin tidak mau memberikan obat yang mematikan walaupun diminta pasiennya dan akan kehilangan pasien tersebut karena lari ke dokter lain. Seorang Akuntan Publik mungkin menolak melakukan pemeriksaan untuk memberi opini atas laporan keuangan yang mengandung kecurangan, dan klienpun akan mencari Akuntan Publik lain. Inilah profesionalisme. Hal ini bukanlah akhir dari karir atau hidup seseorang. Auditor internal yang profesional menghadapi sekumpulan alternatif yang berbeda. Mereka mempunyai satu klien yakni manajemen senior dari perusahaan atau perwakilan mereka. Dan jika para auditor internal diminta untuk melanggar kode etik, pilihan mereka dapat merupakan sesuatu yang tentu saja tidak menyenangkan. Apa jawabannya? Apa yang harus dilakukan oleh para auditor internal ketika mereka menemukan pelanggaran di tingkat tinggi? Jawabannya tidak selalu jelas. Memang pilihannya sulit jika para auditor internal tidak memiliki sifat profesional yang utama yaitu independensi. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya. 8
|Wed n e sd a y, Ma r ch 2 8 , 20 0 7 RISIKO INTERMEDIASI KEUANGAN DALAM PEMBENTUKAN PORTOPOLIO PINJAMAN RISIKO INTERMEDIASI KEUANGAN DALAM PEMBENTUKAN PORTOFOLIO PINJAMAN OLEH : AMIRUDDIN PRISETYADI Pengertian risiko Ada dua istilah yang sering dicampur adukkan : ketidakpastian dan risiko. Sebagian orang menganggapnya sama. Sebagian lagi menganggapnya berbeda. Disini membedakan kedua istilah tersebut karena pengelolaannya berbeda. Ketidakpastian mengacu pada pengertian risiko yang tidak diperkirakan (unexpected risk), sedangkan istilah risiko itu sendiri mengacu kepada risiko yang diperkirakan (expected risk). (Djohanputro, 2006) Risiko menurut dampaknya Risiko sistematik (systematic risk) disebut risiko yang tidak dapat didiversifikasi. Ciri dari risiko sistematik adalah tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dengan cara penggabungan berbagai risiko. Risiko spesifik (specific risk) atau risiko yang dapat didiversifikasi atau dapat dihilangkan melalui penggabungan. Masalah dalam identifikasi dan klasifikasi risiko Pada dasarnya risiko merupakan ketidakpastian akibat dari keputusan dan kondisi saat ini. Karena keputusan dalam perusahaan dibuat oleh semua lapisan manajemen, bahkan oleh semua karyawan sesuai dengan wewenang masing-masing, risiko bisa muncul di seluruh lapisan manajemen. Keragaman tersebut menyebabkan sulitnya mengidentifikasi seluruh risiko dalam suatu perusahaan, apalagi mengklasifikasikannya. Manajemen risiko yang paling dianggap maju adalah pada industri perbankan, umumnya pada lembaga intermediasi keuangan. Namun, kesulitan masih muncul di sana sini dalam mengidentifikasinya. Sampai saat ini masih belum ada penelitian yang benar-benar komprehensif dan mampu menghasilkan rumuskan ragam risiko yang berlaku secara umum. Terdapat risiko-risiko yang berlaku hampir di semua industri. Ragam dan klasifikasi yang disampaikan disini meruapkan salah satu model. Perlu diakui, klasifikasi berikut lebih cocok untuk industri nonperbankan. Namun, semua risiko perbankan merupakan bagian dari risiko perusahaan pada umumnya. Surat edaran bank Indonesia perihal penerapan manajemen risiko bagi bank umum hanya mencantumkan delapan jenis risiko. Sementara model berikut ini mencantumkan 13 jenis risiko, dimana delapan risiko bank umum menurut versi bank Indonesia menjadi bagian dari risiko yang ada dalam model ini. . Pada bulan Mei 2003, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan No. 5/8/PBI/2003 mengenai Penerapan Pengelolaan Risiko untuk Bank Umum di Indonesia. Sesuai kebijakan Bank Indonesia, pengelolaan risiko di lingkungan BCA telah dilakukan mencakup delapan jenis risiko spesifik, termasuk risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko fidusia, risiko reputasi dan risiko persaingan.
9
Risiko-risiko usaha yang dihadapi oleh intermediasi keuangan 1. Risiko Kredit, Risiko kredit secara garis besar didefinisikan sebagai kemungkinan kerugian yang timbul akibat kegagalan debitur ataupun counter-party untuk memenuhi kewajibannya terhadap Bank. Risiko kredit timbul dalam pelaksanaan fungsi intermediasi keuangan dan merupakan bagian dari aktivitas Bank sehari-hari. 2. Risiko Pasar, Risiko pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar dari portofolio yang dimiliki Bank, yang dapat merugikan Bank. Variabel pasar mencakup suku bunga dan nilai tukar, termasuk derivasi dari kedua jenis risiko pasar tersebut. Risiko pasar antara lain terdapat pada aktivitas tresuri serta investasi, kegiatan pembiayaan dan pendanaan, serta kegiatan pembiayaan perdagangan. 3. Risiko operasional adalah risiko yang timbul antara lain akibat ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau problem eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Risiko operasional dapat berdampak pada kerugian keuangan secara langsung, ataupun secara tidak langsung berupa kerugian potensial atau hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan. 4. Risiko likuiditas adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi pembayaran jangka pendek atau pengeluaran tak terduga. 5. Risiko hukum adalah kemungkinan penyimpangan hasil karena perusahaan tidak mematuhi peraturan dan norma yang berlaku. Di lingkungan perbankan dikenal dengan resiko kepatuhan. 6. Risiko reputasi berkaitan dengan potensi hancurnya nama baik perusahaan karena ketidakmampuan perusahaan mengelola kinerja dan komunikasi dengan pihak eksternal. 7. risiko fidusia akan timbul apabila intermediasi keuangan dalam usahanya memberikan jasa dengan bertindak sebagai wali amanat, baik individu badan usaha. 8. risiko persaingan, persaingan antar intermediasi keuangan lebih terfokus pada kemampuannya dalam memberikan layanan kepada nasabah secara baik dan profesional dikarenakan produk-produk yang ditawarkan oleh intermediasi keuangan hamper seluruhnya bersifat homogen. Pemetaan Resiko Dalam arti luas, pemetaan resiko pada prinsipnya merupakan penyusunan risiko berdasarkan kelompok-kelompok tertentu sehingga manajemen dapat mengidentifikasi karakter dari masing-masing risiko dan menetapkan tindakan yang sesuai terhadap masing-masing risiko. Sejalan dengan prinsip ekonomi yaitu terbatasnya sumber daya perusahaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan, pemetaan risiko selalu dikaitkan dengan prioritas. Dengan demikian, penetapan risiko berarti proses penetapan prioritas dalam penanganan risiko dari keseluruhan risiko yang berhasil diidentifikasi. Bisa saja ternyata ada risiko yang mestinya masuk ke dalam skala prioritas, namun tidak masuk dalam peta risiko karena manajemen tidak mampu mengidentifikasi risiko tersebut. Bagaimana cara menetapkan prioritas? Dasar utamanya adalah tujuan perusahaan. Semakin tinggi kontribusi risiko yang bersangkutan terhadap tujuan perusahaan, semakin tinggi prioritas penanganan risiko yang bersangkutan. Tujuan perusahaan kemudian dinyatakan dalam target yang merupakan besaran-besaran terukur. Sebagian besar target berkaitan dengan nilai uang atau rupiah. Ada juga target yang dinyatakan bukan dalam rupiah
10
tetapi dalam besaran lain. Manajemen musti mampu mengaitkan setiap resiko terhadap target perusahaan. Teknik pemetaan risiko Risiko selalu terkait dengan dua dimensi, pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Kedua dimensi yang dimaksud adalah probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi. Dimensi pertama, probabilitas, menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko akan terjadi. Semakin tinggi kemungkinan suatu risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan suatu risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya, probabilitas dibagi dalam tiga kategori : tinggi, sedang, rendah. Dimensi kedua berupa dampak yaitu tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi kalau risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi kemungkinan suatu risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan suatu risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersankutan. Umumnya, dampak dibagi dalam tiga tingkati : tinggi, sedang, rendah. Pengukuran dimensi Ada dua dimensi : probabilitas dan dampak. Pengukuran probabilitas sudah dilakukan pada tahap pengukuran risiko. Pada umumnya, pengukuran probablitas bersumber pada dua jenis data : data histories dan data prediksi. Suatu probabilitas dapat diukur dengan menggunakan data historis selama perusahaan mampu mengumpulkan data untuk penghitungan risiko keuangan. Kalaupun perusahan tidak memiliki, banyak lembaga menyimpan data yang diperlukan. Misalnya bank Indonesia menyimpan dan mempublikasikan data mengenai nilai tukar, suku bunga, laju inflasi, IHSG dan berbagai data makro lainnya. Dimensi kedua : dampak. Dampak berarti beserta akibat bila risiko benar-benar terjadi. Pertanyaannya, apa ukurannya? Untuk risiko keuangan, ukuran dari dampak sudah jelas : rupiah atau nilai uang. Maksudnya, bila risiko keuangan jenis X terjadi, besarnya dampak bias diukur dalam rupiah. Bagaimana dengan ukuran dampak bagi risiko yang bukan keuangan? Saat ini banyak upaya untuk mengukur dampak risiko non keuangan dengan ukuran unit rupiah. Salah satunya adalah dengan ukuran VaR (value at risk). Risiko operasional misalnya, bias diukur dengan VaR. demikian juga dengan risiko yang lain seperti risiko strategis dan risiko eksternalitas. Pengelolaan Risiko Kerangka pengelolaan risiko di bank mencakup keseluruhan lingkup aktivitas usaha bank, berdasarkan kebutuhan akan keseimbangan antara fungsi pengawasan usaha yang efektif dan tata cara yang jelas dalam pengelolaan risiko. Tujuan pengelolaan risiko di bank adalah untuk meminimalkan risiko yang dihadapi serta mengantisipasi kerugian yang diperkirakan maupun kemungkinan kerugian yang tidak diperkirakan dari berbagai risiko tersebut. Kerangka pengelolaan risiko di bank didasarkan kepada prinsip-prinsip dasar pengelolaan risiko yang berlaku di seluruh lingkup aktivitas usaha. Prinsipprinsip tersebut dievaluasi secara berkala dan, apabila diperlukan, direvisi sejalan dengan perkembangan usaha dan perubahan parameter risiko.
11
Prinsip-prinsip dasar kerangka pengelolaan risiko bank dapat disarikan sebagai berikut: •Keterpaduan Risiko dan Pengelolaan Usaha. Strategi pengelolaan risiko yang baik merupakan bagian tak terpisahkan dari pengelolaan usaha dan merupakan pertimbangan utama dalam setiap rencana usaha, strategi dan produk yang ditawarkan oleh bank. •Pengawasan dan Pengendalian Independen. Penilaian risiko dilakukan baik oleh unit operasional maupun unit pengelolaan risiko yang independen untuk menjaga integritas proses pengambilan keputusan. •Kejelasan Kebijakan. Seluruh kebijakan pengelolaan risiko dijabarkan dengan jelas dan dikomunikasikan ke seluruh jajaran organisasi. •Identifikasi dan Pengukuran. Risiko diukur secara kuantitatif dan kualitatif menggunakan metode-metode teruji termasuk stress testing dan back testing, serta dikelola dalam kerangka kerja yang jelas. •Pelaporan. Seluruh risiko dipantau dan dilaporkan melalui struktur organisasi pengelolaan risiko yang diketuai oleh Direktur Risk Management. Organisasi pengelolaan risiko beserta komite-komite khusus pengelolaan risiko dan audit, memberikan laporan pengelolaan risiko baik yang bersifat rutin maupun khusus, kepada Direksi, Dewan Komisaris dan Bank Indonesia, sesuai dengan ketentuan kebijakan Bank Indonesia. Fungsi pengelolaan risiko Fungsi pengelolaan risiko berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pada tahap awal manajemen risiko, organisasi bersifat tradisional atau konvensional. Model ini merupakan perkembangan dari cara klasik pengelolaan yang sekedar membeli produk asuransi. Dalam pandangan ini, pengelolaan risiko membutuhkan keahlian lintas disiplin. Bukan saja mereka yang memiliki keahlian lain, seperti statistic dan disiplin yang terkait dengan risiko. Namun, pengelolaan risiko secara tradisional masih tetap berfokus pada pengelolaan risiko murni, yaitu risiko yang dapat menimbulkan kerugian, tetapi tidak ada kemungkinan memunculkan keuntungan. Oleh karena itu pengelolaan risiko secara tradisional masih tetap berorientasi pada pembelian produk asuransi. Karena fokus pada minimalisasi risiko tidak selalu sejalan dengan maksimalisasi hasil, pengelolaan risiko secara tradisional sering tidak selalu sejalan dengan maksimalisai nilai perusahaan. Misalnya perusahaan mengidentifikasi adanya risiko kebakaran yang besar. Yang penting perusahaan meminimalisasi akibat kebakaran dengan asuransi, berapapun premi yang harus dibayar. Tindakan gegabah ini justru bisa berdampak pada turunnya nilai perusahaan. Berbeda dengan model manajemen risiko total. Penerapan model ini menuntut banyaknya disiplin yang terlibat. termasuk di dalamnya ahli statistic. Manajemen risiko total diterapkan secara sistimatis dan holistic. Sistimatis artinya bukan adhoc ataupun reaktif. Holistic berarti penerapan dilakukan secar menyeluruh perusahaan. Model manajemen risiko total biasanya melakukan pendekatan structural. Artinya, manajemen memilah-milah risiko dan dan sumber risiko berdasarkan risikonya. biasanya mereka memilah sumber risiko ke dalam empat komponen: perangkat lunak, organisasi dan sumber daya manusia. Bisa saja mereka mengembangkan jenis sumber lain seperti lingkungan makro Dalam model manajemen risiko terintergasi fokus keputusan berupa maksimalisasi nilai perusahaan. Oleh karena itu perusahaan yang menerapkan model ini berusaha menguantifikasi setiap jenis risiko. Dengan demikian, setiap
12
keputusan pengelolaan risiko selalu dikaitkan dengan maksimalisasi nilai perusahaan. Kesimpulan Berdasarkan pada penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa risiko usaha dari sebuah intermediasi keuangan merupakan tingkat ketidakpastian mengenai pendapatan yang akan diterima. Semakin tinggi ketidakpastian pendapatan yang diperoleh suatu intermediasi keuangan, semakin besar kemungkinan risiko yang dihadapi dan semakin tinggi pula premi risiko atau bunga yang diinginkan. Sebagai lembaga intermediasi keuangan berbasis kepercayaan sudah seharusnya bank dan lembaga keuangan lainnya menerapkan sistem manajemen risiko. Baik untuk menekan kemungkinan terjadi kerugian akibat risiko maupun memperkuat struktur kelembagaan, misalnya kecukupan modal untuk meningkatkan kapasitas, posisi tawar, dan reputasinya dalam menggaet nasabah,. kewajiban penerapan manajemen risiko oleh Bank Indonesia (BI) akan disusul oleh ketentuan kecukupan modal yang memasukkan unsur risiko operasional dan risiko pasar yang mengoreksi kecukupan modal dan menambah beban penghitungannya yang sejauh ini dinilai cukup kompleks. penerapan risiko manajemen pada perbankan mempunyai sasaran agar setiap potensi kerugian mendatang dapat diidentifikasi oleh manajemen sebelum transaksi atau pemberian kredit dilakukan. Dengan demikian keputusan melakukan suatu transaksi benar-benar sudah mempertimbangkan potensi kerugian yang mungkin timbul serta rencana pengendalian dan mitigasi atas risikonya. berbagai faktor baik internal maupun eksternal dapat memengaruhi besar risiko suatu bank sehingga pengendalian atas risiko tersebut bersifat dinamis. Daftar putaka Cornet, MM dan A saunders. 1999. Fundamental of Financial Institutions Management. First edition. Singapore: Mc graw hill companies. Djohanputro, bramantyo. 2006. Manajemen Resiko Korporat. Jakarta : penerbit PPM. Fabozzi, frank. Franco Modigliani dan Michael G ferry. 1999. pasar dan lembaga keuangan. Edisi pertama. Jakarta: salemba empat. Husnan, suad. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritasnya. Yogyakarta : AMP YKPN Kasmir. 1998. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya. Jakarta: Radja Grafindo Persada. Manurung, Mandala. 2004. Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter. Jakarta: FEUI Madura, Jeff. 2001. Financial Market and Institutions. America: South Western Siamat, Dahlan. 2002. Manajemen Lembaga Keuangan, edisi ketiga. Jakarta: lembaga penerbit FEUI. Simorangkir. 2000. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan non Bank. Jakarta: Ghalia Indonesia www.kompas.com. 2006. Manajemen Risiko dan Tata Kelola Masih Rendah
13
Penerapan Manajemen Resiko di Perbankan Nasional Kamis, 20 September 2007 07.50 WIB Oleh: Palimirma BCA telah menerapkan struktur pengelolaan resiko di seluruh organisasi, berupa kebijakan umum serta perangkat pengendalian guna memastikan konsistensi praktek pengelolaan resiko secara menyeluruh. Tiap unit bisnis didukung oleh satu grup pengelola resiko yang beranggung jawab atas penilaian dan pengelolaan resiko yang berkaitan dengan bisnis tersebut. Tim pengelola resiko juga bertanggung jawab dalam melakukan pengembangan dan pengimplementasian kebijakan, prosedur serta pengawasan. Pengkajian dan pemantauan proses ini dilakukan oleh Satuan Kerja Manajemen Resiko, sedangkan konsistensi pelaksanaannya dimonitor oleh Satuan Kerja Audit Internal. Fungsi penting lainnya dari Satuan Kerja Manajemen Resiko adalah memantau dan menilai secara sistematik profil resiko Bank., mengkaji dampak resiko dari suatu produk atau jasa baru, menyusun prosedur dan metode manajemen portfolio, serta membantu unit bisnis dalam mengembangkan kepedulian dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip pengelolaan resiko yang dimaksud. Resiko Likuiditas Komite Asset dan Liabilitas (ALCO) bertanggung jawab atas pengelolaan resiko likuiditas terutama terkait dengan potensi terjadinya ketidaksesuaian atas struktur pasiva dan aktiva Bank. Bersama dengan Divisi Treasury yang merupakan unit operasional, Satuan kerja Manajemen Resiko memantau dan mengevalusi paparan resiko likuiditas yang dihadapi Bank, serta mengkaji peluang penyempurnaan kebijakan dan prosedur yang mungkin dilakukan. Resiko Pasar Sebagai institusi intermediasi keuangan, BCA menghadapi resiko kurs valuta asing dan suku bunga. Resiko Kurs valuta asing timbul karena fluktuasi nilai rupiah terhadap valuta asing, terutama Dolar AS. Untuk mengurangi resiko tersebut, BCA melaksanakan kebijakan pengelolaan resiko dengan menjaga posisi devisa netto (PDN) pada level relatif rendah sesuai dengan peraturan BI di bawah maks 20% dari total modal Bank. Di sisi lain resiko suku bunga adalah perubahan atas tingkat suku bunga yang dapat mempengaruhi nilai dari aktiva berbunga tetap. Dalam mengelola resiko yang terkait dengan portfolio surat berharga untuk diperdagangkan, BCA membentuk prosedur pengelolaan resiko berdasarkan pendekatan model internal dengan menerapkan Value at Risk (VaR) untuk mengukur, memantau dan mengkaji resiko suku bunga pada portofolio. Resiko Kredit Resiko Kredit mencerminkan potensi Kerugian yang timbul akibat kegagalan bayar debitur terkait atau counter partynya. BCA secara aktif melakukan upaya analisa dan pengelolaan untuk mengendalikan resiko tsb, baik pada tingkat transaksi, atau penyaluran kredit maupun portofolio. Praktek pengelolaan resiko kredit disusun untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam bisnis kredit., serta menjamin independensi dan intregritas proses pengelolaan resiko. Resiko Operasional Kebijakan dan prosedur operasional disusun untuk meminimalisasi dan memantau faktor resiko terkait dengan aspek operasional, termasuk back office, fasilitas fisik, kejahatan dan resiko penanggulangan bencana. BCA menerapkan Risk Control Self Assessment yang memungkinkan unit operasional untuk mengidentifikasi dan mengukur secara independen resiko operasional dan mewaspadai sumber-sumber resiko tersebut. Bank juga telah memperbarui Loss Event Database yang dirancang untuk mendapatkan data pada saat terjadi kegagalan operasional atau kehilangan data., sehingga BCA dapat mengetahui penyebab kegagalan tersebut dan mencegahnya terulang kembali. Resiko Kepatuhan BCA terus memonitor tingkat resiko yang dapat timbul karena penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan di Indonesia. Parameter yang digunakan dalam penilaian
14
resiko kepatuhan adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan akibat faktor internal maupun eksternal. Sebagai akibatnya Bank tidka mampu mematuhi peraturan yang berlaku. Resiko Hukum Resiko Hukum didefinisikan sebai resiko yang disebabkan oleh kelemahan pada dokumentasi kredit dan surat berharga atau dokumen hukum lainnya. Parameter yang digunakan dalam penilaian resiko hukum adalah potensi kerugian yang diakibatkan oleh adanya tuntutan terhadap BCA. Resiko Reputasi Reputasi dan kepercayaan merupakan fondasi penting di dalam industri perbankan. BCA secara aktif mengelola Resiko reputasi yang didefinisikan sebagai resiko yang berkaitan dengan persepsi negatif masyarakat, terutama yang berhubungan dengan kegiatan bisnis dan tingkat pelayanan Bank. Untuk memperkecil kemungkinan timbulnya resiko ini, kebijakan utama yang diterapkan adalah melalui prosedur Komunikasi dan Panduan Penyelesaian Pengaduan. Resiko Strategis Pengelolaan Resiko strategis mengharuskan BCA mengidentifikasi dan mengelola resiko yang terkait pada pengembilan keputusan yang kurang efektif dan kurang daya tanggap terhadap perubahan eksternal. BCA mengelola resiko tersebut melalui penggunaan data internal dan eksternal yang berintegritas dalam pengambilan keputusan serta meningkatkan kualitas analisa yang dilakukan dalam pengambilan keputusan bisnis strategis.
Manajemen Resiko Selasa, 18 September 2007 18:05 WIB Oleh: Palimirma (Vibiznews – Risk Management) - Definisi Resiko Definisi dari resiko (risk) adalah peluang adanya bencana atau kerugian. Apabila dihubungkan dengan sertifikasi dalam dunia perbankan maka definisi resiko adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan situasi dimana terjadi kejadian-kejadian (risk event) yang buruk yang menciptakan kerugian finansial / non finansial secara langsung maupun tidak langsung. Ketentuan Bank Indonesia Seiring dengan perkembangan ekonomi global, tentunya membawa peluang dan resiko yang makin besar pula dalam dunia perbankan. Untuk itu setiap perbankan harus meningkatkan fungsi pengendalian internal serta pengelolaan resiko yang komprehensif. dengan sasaran agar setiap resiko yang berpotensi terhadap kerugian dapat diidentifikasi oleh manajemen sebelum transaksi atau pemberian kredit dilakukan. Mulai tahun 2004 Bank Indonesia dalam hubungannya dengan pengembangan pengelolaan resiko telah memiliki ketentuan-ketentuan yang harus diikuti oleh perbankan nasional. Diantaranya adalah pembentukan Komite Manajemen Resiko dan Satuan kerja Manajemen Resiko. Dimana Satuan Kerja manajemen Resiko berfungsi untuk memastikan pelaksanaan proses manajemen resiko berjalan lancar dan memberikan gambaran profil resiko kepada manajemen. Selain itu bank (dengan jumlah asset besar) diwajibkan pula untuk melakukan identifikasi dan membuat profil resiko terhadap 8 resiko utama yaitu: 1. Resiko Kredit 2. Resiko Operasional 3. Resiko Pasar 4. Resiko Likuiditas 5. Resiko Hukum 6. Resiko Strategik 7. Resiko Reputasi
15
8. Resiko Kepatuhan Ketentuan dari Bank Indonesia juga mewajibkan perbankan nasional harus memiliki manual atau pedoman manajemen risiko yang dapat mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko.
Manajemen Risiko Bagaimana Hal itu Dilaksanakan Dalam Sebuah Bank? Sabtu, 15 September 2007 08:05 WIB Oleh: Fadjar Ari Dewanto
(Vibiznews - Risk Management) Kerangka Manajemen Risiko Bank meliputi identifikasi yang mendalam terhadap Risk Management Objective dan Risk Appetite, berlangsungnya Risk Management Process yang berkesinambungan dan tersedianya Risk Infrastructure yang memadai serta terciptanya Risk Environment yang mendukung. Mari kita bahas satu persatu. Yang pertama, Risk management Objective, tujuan Bank adalah pengalokasian modal secara efisien guna mendapatkan keuntungan yang optimal dan mengurangi kejutan kejutan ( surprises). Metode yang Bank gunakan adalah memilih aktiva produktif maupun kegiatankegiatan bank yang dapat terukur secara efektif dalam kerangka risiko risk and return yang disesuaikan dengan kultur perusahaan, kemampuan modal, organisasi dan infrastrukturnya. Sangat penting bagi Bank untuk memahami masalah-masalah bisnis dan investasi di mana Bank melakukan investasi sehingga Bank dapat mengumpulkan data dan informasi serta melakukan sensitivity analysis, baik atas faktor faktor internal dan eksternal terhadap pendapatan sebelum memutuskan melakukan investasi. Yang kedua istilah Risk Appetite bergantung pada kemampuan kita untuk mengantisipasi dan mengukur besaran risiko. Dengan menggunakan batasan-batasan ( limits), Bank dapat memastikan seluruh risiko telah terdiversifikasi dengan baik dan seluruh portofolio tersebar dengan baik pula, sesuai dengan target pasar kita dan memenuhi seluruh proses transaksi, kebijakan serta prosedur. Yang ketiga untuk Risk Management Process Bank memenuhi arahan Basel II Accord, Manajemen Risiko dikelola berdasarkan tahapan-tahapan yang sistematis sebagai berikut: - Risk awareness - Risk identification - Risk monitoring - Risk mitigation Bank harus mempunyai risk library, Control Risk Self Assessment (CRSA) maupun business self-assessment, metode metode pengukuran risiko, scenario analysis, sistem deteksi dini, contingency plan serta sistem pelaporan manajemen yang memadai. Risk awareness dilakukan melalui sosialisasi yang intensif, lokakarya dan pelatihan yang berkesinambungan untuk membangun risk culture bagi seluruh karyawan. Keempat , Risk Management Infrastructure menggambarkan dengan jelas peranan masingmasing dalam organisasi guna menjalankan fungsi Manajemen Risiko, kebijakan dan prosedur untuk mengkomunikasikan aspek-aspek penting dari proses-proses, metodologi untuk memperkirakan besarnya potensi kerugian, sistem analisis serta laporan yang tepat waktu. Kelima adalah Risk Environment meliputi pengembangan kultur yang sesuai yang mendukung pendekatan risiko yang tepat, komunikasi yang tepat mengenai manfaat manajemen risiko, pelatihan untuk memastikan bahwa organisasi mengikuti teknik yang terbaru dan hubungan antara pengambilan risiko, penilaian kinerja dan kompensasi untuk menekankan tanggung jawab pada tingkat perorangan.
16
PENGARUH TINGKAT KEAHLIAN DAN MOTIVASI AUDITOR INTERNAL TERHADAP RISK MANAGEMENT BANK SYARI’AH
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh MARYATI NIM: 204082002324
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembinbing II
Yahya Hamja, Dr., MM
Abdul Hamid Cebba, Drs. Ak., MBA
NIP. 150 676 334
NIP. 132 055 044
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/ 2008 M 17
Hari ini Jum’at, Tanggal 30 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Maryati NIM: 204082002324 dengan judul Skripsi ”PENGARUH TINGKAT KEAHLIAN DAN MOTIVASI AUDITOR INTERNAL TERHADAP RISK MANAGEMENT BANK SYARI’AH”. Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 Mei 2008
TIM PENGUJI UJIAN SKRIPSI
Yahya Hamja, Dr., MM Ak., MBA
Abdul Hamid Cebba, Drs.
Pembimbing I
Pembimbing II
Amilin, SE, Ak., M.Si 18
Penguji Ahli
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: MARYATI
2. Tempat & Tgl. Lahir
: Solo, 22 Juli 1985
3. Jenis kelamin
: Perempuan
4. Status
: Belum Menikah
5. Kewarganegaraaan
: Indonesia
6. Alamat
: Jl. Mujair III No. 34 003/ 04 Bambu Apus, Pamulang-Tangerang 15415
II.
7. Agama
: Islam
8. Telepon
: 0856-71-83-071
9. E-mail
:
[email protected]
10. Motto Hidup
: “DO THE BEST PRAY THE REST”
PENDIDIKAN 1. Pendidikan Formal a.
b.
c.
d.
TK
: TK Islam AL-Hurriyah
Jakarta
Tahun 1991
SD
: SDN Bampu Apus II
Tangerang
Tahun 1997
SMP
:
Tangerang
Tahun 2000
SMA
: SMUN 1 Pamulang
Tangerang
Tahun 2003
19
SMP
Djojoredjo
e.
S1
: UIN Syarif Hidayatullah
(FEIS) Jakarta
Tahun 2008
2. Pendidikan Informal a.
Lembaga Bahasa & Pendidikan Profesional (LBPP) “LIA”, Jakarta 1) General English
: Basic Levels
Tahun 2002
2) General English
: Intermediate Levels
Tahun 2003
3) General English
: Advanced Levels
Tahun 2004
b.
Lembaga Pendidikan Komputer Terapan “PHITAGORAS”, Jakarta 1) Administrasi Perkantoran
Tahun 2004
III. PENGALAMAN ORGANISASI DAN MAGANG 1.
BEM UIN Syahid
Anggota
Divisi Kemahasiswaan Tahun 2004 2.
NDI (LSM)
Volunteer
Tahun 2005 3.
DPMF UIN Syahid DPMF
4.
Tahun 2005 CV.Bangun Kharisma
administrasi 5.
6.
Staff
Tahun 2005 BEM UIN Syahid
Kerohanian
Ketua
Divisi
Tahun 2006 Temu BEM Nusantara
Panitia
Peserta Wilayah Jakarta Tahun 2007 7.
PT. Bank Mandiri Tbk Magang
Tahun 2007
20
Peserta
&
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1
Certificate of Achievement for Participation in
Executive
The Legislative Exchange Program with
Club Hotel
Indonesia of The National Conference of State
Hilton Jakarta
2005
Legislative 2
3
4
Certificate of Achievement for Outstanding
Gedung
Contribution to DPR Civic Info Fair :
MPR/ DPR
“BERSAMA DENGAN NAD & NIAS”
Jakarta
Workshop Perbankan Syari’ah In Cooperation
UIN Syahid
with Bank Muamalat
Jakarta
Workshop Fraud Indication & Technique
UIN Syahid
Audit Forensic In Cooperation with KAP,
Jakarta
KPK dan BPK/ BPKP
21
2005
2006
2007
ABSTRACT
Maryati. Title “The Influence of Expertise Level And Motivation of Internal Auditor With Islamic Risk Management Bank”. Strata One (S1) Auditing Concentration, Accounting Major in Economics And Social Science Faculty of Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta 1429 H/ 2008 M. This research purpose is to explain the influence of internal auditor’s expertise level with Islamic risk management bank, the influence of internal auditor’s motivation with Islamic risk management bank and the influence of both expertise level and motivation of internal auditor with Islamic risk management bank. The focus variable of this research are internal auditor’s expertise level (X1), internal auditor’s motivation (X2) as an independent variable and Islamic risk management bank (Y) as an dependent variable. This research instrument used questionnaires which consist of 30 respondents of internal auditor on Islamic bank at Jakarta with standard error 5%. To analyze data researcher used SPSS 12 Version. The result of this research shows that expertise level and motivation of internal auditor have significant influence to Islamic risk management bank for about 0.000 which is less than 0.05. Based on R2 value expertise level and motivation of internal auditor can explain Islamic risk management bank for about 47.8%.
Keywords: Internal Auditor, Expertise Level, Motivation, Risk Management, Islamic Bank.
22
ABSTRAK
Maryati. Judul “Pengaruh Tingkat Keahlian dan Motivasi Auditor Internal Terhadap Risk Management Bank Syari’ah”. Strata Satu (S1) Konsentrasi Auditing, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Syarif Hidayatullah Jakarta 1429 H/ 2008 M. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat keahlian auditor internal terhadap risk management bank syari’ah, pengaruh motivasi auditor internal terhadap risk management bank syari’ah dan pengaruh tingkat keahlian dan motivasi auditor internal secara simultan terhadap risk management bank syari’ah. Variabel yang menjadi fokus penelitian adalah tingkat keahlian auditor internal (X1), motivasi auditor internal (X2) sebagai variabel bebas dan risk management bank syari’ah (Y) sebagai variabel terikat. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner dengan objek penelitian auditor internal bank syari’ah di wilayah Jakarta sebanyak 30 responden, dengan tingkat kesalahan 5%. Sedangkan untuk metode analisis data dan uji hipotesis penulis menggunakan regresi berganda, dan penghitungannya menggunakan program SPSS versi 12. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa tingkat keahlian dan motivasi auditor internal berpengaruh signifikan dengan risk management bank syari’ah sebesar 0.000 dimana kurang dari 0.05. Berdasarkan koefisien determinasi dapat diketahui bahwa pengaruh tingkat keahlian dan motivasi auditor internal dapat menjelaskan sebesar 47.8% risk management bank syari’ah.
Kata kunci: Auditor Internal, Tingkat Keahlian, Motivasi, Risk Management, Bank Syariah.
23
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim. Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Ilaahi Rabbi, Tuhan semesta alam yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu, pun ketika penulis diberikan kekuatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat
Keahlian
Dan
Motivasi
Auditor
Internal
Terhadap
Risk
Management Bank Syari’ah”, semua itu adalah berdasarkan izin-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap dan akan terus tercurahkan untuk Nabi Muhammad SAW, manusia pilihan yang pribadinya adalah uswah bagi kita semua. Dalam realisasinya, penulis sadar sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas kekuatan yang telah Allah SWT anugerahkan. Dan selain itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. My parents and brothers and also my extended family. (I know how much you love me, so do I to you……! Thanks for your help and take care of me…...!!!) 2. Dr. Yahya Hamja., MM, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi. 3. Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya membantu penulis. 4. Drs. M. Faisal Badroen, MBA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. 5. Bapak Amilin SE, Ak., M.Si selaku sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. 6. Segenap dosen, karyawan,
petugas perpustakaan, petugas keamanan dan
petugas kebersihan FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas semua ilmu, bantuan, kemudahan, perhatian dan pelayanan yang telah diberikan. 7. Mba Mila selaku Corporate secretary PT. Bank Mega Syari’ah Indonesia atas segala bantuan, kemudahan dan pelayanan penulis dalam memperoleh data. 24
yang telah diberikan kepada
8. Bapak Tanjung Nasution PT. Permata Bank Syari’ah atas waktu dan bantuannya bagi penulis. 9. Saudara-saudaraku Kelas Akuntansi A angkatan 2004 (you are too beautiful to forget !!!………with u I know what happiness means is………) 10. Sahabat-sahabat seperjuangan yang sedang menyusun skirpsi (thanks for all support and believe you have gave that I can through this!!! tetap semangat!) 11. Teman-teman penulis, anak-anak Akuntansi dan Manajemen angkatan 2004 beserta semua pihak yang telah membantu sehingga tersusunnya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 12. Junior-junior dari Akuntansi dan Manajemen (nikmati hidup mu sebaik mungkin and be ready to face this!!) Akhirnya, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pelaksanaan dan penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan konstruktif dari berbagai pihak agar dapat lebih memberikan manfaat dikemudian hari. Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Jakarta,
Mei 2008
Wassalam
Maryati
25
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .....................................i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................................ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI..................................................iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP..........................................................................iv ABSTRACT ......................................................................................................vi ABSTRAK........................................................................................................vii KATA PENGANTAR.....................................................................................viii DAFTAR ISI ......................................................................................................x DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xiii DAFTAR TABEL ...........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian .............................................................1 B. Perumusan Masalah ......................................................................7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Keahlian Auditor ...........................................................10 1. Definisi Keahlian ..................................................................10 2. Komponen-Komponen Keahlian Auditor ..............................11 B. Motivasi Auditor Internal............................................................18 1. Definisi Motivasi ..................................................................18 2. Situasi yang Memotivasi .......................................................20 3. Faktor-Faktor Motivasi Kerja ................................................21 C. Manajemen Risiko (Risk Management).......................................27 1. Pengertian Manajemen Risiko ...............................................27 2. Komparasi Risiko Bank Syariah Versus Bank Konvensional.28 3. Klasifikasi Management Risk Bank .......................................30 26
D. Hubungan Risk Management Dengan Perusahaan .......................33 E. Hubungan Risk Management Dengan Auditor Internal................36 F. Fungsi Pengelolaan Risiko ..........................................................38 G. Kadar Pengawasan Risiko...........................................................40 H. Pengelolaan Risiko .....................................................................41 I. Kerangka Pemikiran ...................................................................45 J. Hipotesis.....................................................................................47
BAB III
METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian...........................................................49 B. Metode Penentuan Sampel ..........................................................49 C. Metode Pengumpulan Data .........................................................50 D. Metode Analisis ..........................................................................52 1. Deskriptif Data......................................................................52 2. Uji Kualitas Data ..................................................................52 a. Uji Validitas ....................................................................52 b. Uji Reliabilitas ................................................................53 3. Uji Asumsi Klasik.................................................................53 a. Uji Normalitas.................................................................53 b. Heteroskedastisitas ..........................................................54 c. Multikoliniearitas ............................................................55 4. Uji Hipotesis .........................................................................55 a. Uji t-statistik (Uji Parsial)................................................55 b. Uji F (Uji Simultas).........................................................56 c. Uji R2 (Koefisien Determinasi)........................................56 d. Analisis Regresi Berganda...............................................57 E. Operasional Variabel Penelitian ..................................................57
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. ................................................................................................. G ambaran Umum Objek Penelitian................................................61 27
B. ................................................................................................. D eskripsi Data ...............................................................................63 C. ................................................................................................. H asil dan Pembahasan ..................................................................65 1.............................................................................................. U ji Kualitas Data .....................................................................65 a......................................................................................... U ji Validitas....................................................................... 65 b. ....................................................................................... U ji Reliabilitas ...................................................................68 2.............................................................................................. U ji Asumsi Klasik....................................................................70 a......................................................................................... U ji Normalitas ...................................................................70 b. ....................................................................................... H eteroskedastisitas.............................................................71 c......................................................................................... M ultikoliniearitas ...............................................................72 3.............................................................................................. U ji Hipotesis............................................................................72 a......................................................................................... U ji t-Statistik (Uji Parsial)..................................................72 b. ....................................................................................... U ji F (Uji Simultan) ...........................................................75 c......................................................................................... U ji R2 (Koefisien Determinasi) ..........................................76 d. ....................................................................................... A nalisis Regresi Berganda .................................................77
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
28
A. ................................................................................................. K esimpulan ...................................................................................79 B. ................................................................................................. I mplikasi ......................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................xvi
29
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Keterangan
Halaman
2. 1
Situasi yang Memotivsi
20
2. 2
Sistem Pengawasan/ Pengelolaan Bank Syari’ah
44
2. 3
Model Penelitian
47
4. 1
Normal P-P Plot
70
4. 2
Scatterplot
71
30
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Keterangan
Halaman
2. 1
Ranking Komponen Pembentuk Keahlian Auditor
16
2. 2
Kerangka Keahlian
46
2. 3
Kerangka Risk Management
46
3. 1
Kriteria Pengaruh Tingkat Keahlian dan Motivasi Auditor
50
3. 2
Kriteria Korelasi
51
3. 3
Operasional Variabel Penelitian
59
4. 1
Data Populasi Penelitian
62
4. 2
Rekapitulasi Sampel Responden
62
4. 3
Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
63
4. 4
Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
63
4. 5
Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
64
4. 6
Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
64
4. 7
Deskripsi Responden Berdasarkan Golongan
65
4. 8
Uji Validitas Tingkat Keahlian Auditor Internal (Variabel X1)
66
4. 9
Uji Validitas Motivasi Auditor Internal (Variabel X2)
66
4. 10
Uji Validitas Risk Management Bank (Variabel Y)
67
4. 11
Uji Reliabilitas Tingkat Keahlian Auditor Internal (Variabel X1) 68
4. 12
Uji Reliabilitas Motivasi Auditor Internal (Variabel X2)
69
4. 13
Uji Reliabilitas Risk Management Bank (Variabel Y)
69
4. 14
Multikoliniearitas
72
4. 15
a
Coefficients
72
b
4. 16
ANOVA
75
4. 17
Model Summaryb
76
4. 18
Coefficientsa
77
31
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Keterangan
Halaman
1
Daftar Kuesioner
1
2
Daftar Jawaban Responden
6
3
Uji Kualitas Data Tingkat Keahlian Auditor (Variabel X1)
9
4
Uji Kualitas Data Motivasi Auditor Internal (Variabel X2)
11
5
Uji Kualitas Data Risk ManagementBankSyari’ah(Variabel Y)12
6
Hasil Uji Hipotesis
13
7
Tabel r Product Momoent
15
8
Surat Keterangan Bimbingan Skripsi
16
32
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Mencuatnya konsep manajemen risiko (risk management) tidak hanya menjadi sebuah antiklimaks dari perjalanan panjang dunia bisnis, namun sesungguhnya juga titik balik kesadaran akan pentingnya mengelola risiko, agar terhindar dari hal-hal yang bisa merusak tujuan yang ingin dicapai. Meski, sesungguhnya secara substansial manajemen risiko adalah juga substansi manajemen bisnis yang umum. Hanya saja, terjadi pergeseran dan penekanan fokus. Yakni, fokus pada mengenali risiko dan kemudian mengelolanya, itulah yang menjadi titik utama. (Dewanto Fadjar Ari, 2003). Konsep manajemen risiko mestinya tidak terkait dengan profil karakter manajer. Ada tiga profil karakter manajer utama: risk seeker, risk averter, risk taker. Apapun dan bagaimanapun profilnya, manajer harus melihat dan memperlakukan risiko sebagai urat nadi dan denyut jantung dalam suatu organisasi bisnis. Identifikasi risiko sebagai tahap awal manajemen risiko adalah tahap krusial, karena dilakukan penilaian risiko yang potensial, secara mutlak harus ditindaklanjuti dengan mengelola atau mengendalikan risiko yang teridentifikasi melalui pengurangan kemungkinan terjadinya risiko sampai
titik
terendah
(residual
risk).
Mengingat
setiap
tindakan
mengendalikan risiko akan berhadapan dengan risiko lain, oleh karena itu,
33
tahap ini memerlukan kajian intensif dan intranspeksi sejujurnya untuk setiap kemungkinan terburuk yang mungkin timbul. (Dewanto Fadjar Ari, 2003). Selain itu, pengalaman dan pelajaran selama masa krisis telah menyadarkan industri perbankan terhadap kebutuhan perubahan yang mendasar dalam penerapan prinsip kehati-hatian melalui pengelolaan risiko secara menyeluruh. Selanjutnya, dalam rangka menyempurnakan pengelolaan risiko secara lebih menyeluruh dan mendalam, kemudian dibentuk satuan kerja manajemen risiko yang tidak hanya bertujuan terhadap pengelolaan, namun juga bertanggung jawab terhadap pengelolaan risiko yang ada. (Bank Mandiri, 2004). Mengingat betapa pentingnya peranan internal auditor dalam manajemen risiko maka, pendekatan risk based internal auditing ini penting pula yaitu bahwa internal auditor sepatutnya memiliki pemahaman yang baik terhadap proses manajemen risiko, teknik dan perangkat kerja, dan keahlian dasar internal auditing dalam hal komunikasi, wawancara dan analisa. Peranan internal auditor dalam suatu organisasi terhadap manajemen risiko berubah sepanjang waktu, dan peranan internal auditor antara satu organisasi dengan organisasi lainnya bisa berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena tidak semua organisasi atau institusi memandang risiko dengan cara yang sama atau tidak semua organisasi memiliki kompleksitas manajemen risiko pada level yang sama. Karena kondisi perusahaan yang satu dengan yang lainnya juga berbeda-beda. (Dewanto Fadjar Ari, 2003).
34
Oleh karena itu, agar manajemen risiko yang dimiliki oleh organisasi dapat berjalan secara efektif maka auditor internal harus menentukan peranan yang sesuai dengan kondisi manajemen risiko yang ada pada organisasinya. Internal auditor harus memperhatikan persyaratan profesi agar tetap independen dan objektif, dan internal auditor harus juga merasa yakin bahwa mereka memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan peranan tersebut. (Dewanto Fadjar Ari, 2003). Di sisi lain, suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya baik perusahaan yang bergerak dibidang industri bisnis maupun jasa akan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Satu hal yang harus diperhatikan bersama yaitu bahwa keberhasilan berbagai aktivitas didalam perusahaan dalam mencapai tujuan bukan hanya tergantung pada keunggulan teknologi, dana operasi yang tersedia, sarana ataupun prasarana yang dimiliki, melainkan juga tergantung pada aspek sumber daya manusia. Manusia sebagai salah satu sumber daya dalam perusahaan mempunyai peranan penting dibandingkan dengan sumber daya lainnya, karena faktor penggerak utama dari seluruh kegiatan perusahaan. Jadi manusia dapat dipandang sebagai faktor penentu karena ditangan manusialah segala inovasi akan direalisir dalam upaya mewujudkan tujuan perusahaan. (Grand Textile, 2007) Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan menyalurkan dan memelihara perilaku manusia. Motivasi bukan hanya satu-satunya faktor yang memperngaruhi tingkat prestasi seseorang. Dua faktor lainnya yang terlibat adalah kemampuan individu dan pemahaman tentang perilaku yang diperlukan
35
untuk mencapai prestasi yang tinggi atau disebut persepsi peranan. Motivasi, kemampuan, dan persepsi peranan adalah saling berhubungan. Jadi, bila salah satu faktor rendah, maka tingkat prestasi akan rendah. Walaupun faktor-faktor lainnya tinggi. (Handoko Hani T, 2003: 251). Seseorang
yang
sangat
termotivasi,
yaitu
orang-orang
yang
melaksanakan upaya substansial guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya dan organisasi di mana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi hanya akan memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi merupakan sebuah konsep penting dalam studi tentang kinerja kerja individual. Karena motivasi berkaitan erat dengan perilalu, maka dapat dikatakan bahwa terdapat macam-macam faktor yang berbeda dan yang mempengaruhinya. (Winardi, 2004: 2). Motivasi merupakan hal penting pula untuk diperhatikan karena dengan motivasi, seseorang akan memiliki semangat yang tinggi dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Tanpa motivasi, seseorang tidak dapat memenuhi tugasnya sesuai standar atau bahkan melampaui standar karena apa yang menjadi motif dan motivasinya dalam bekerja tidak terpenuhi. Sekalipun orang tersebut memiliki kemampuan operasional yang baik bila tidak memiliki motivasi dalam bekerja, hasil akhir dari pekerjaannya tidak akan memuaskan. (Kusumawati Arie, 2007). Penelitian yang berkaitan dengan judul penulis telah beberapa kali dilaksanakan. Penelitian mengenai tingkat keahlian auditor diantaranya dilakukan oleh Muhammad Sodik (2007), meneliti tentang pengaruh keahlian
36
dan independensi audit internal terhadap kemampuan mendeteksi indikasi fraud.
Hasil
penelitian
tersebut
menerangkan
bahwa
keahlian
dan
independensi internal auditor ketika mendeteksi indikasi fraud memiliki pengaruh yang signifikan. Penelitian lain mengenai motivasi auditor internal diantaranya dilakukan oleh Arie Kusumawati (2006) meneliti tentang pengaruh faktor-faktor motivasi terhadap prestasi kerja karyawan wajik kletik dibungkus klobot Blitar. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa faktor motivasi sangat berpengaruh dengan prestasi kerja seseorang. Penelitian lain yang ikut mendukung judul diatas dilakukan oleh Departemen R&D PT. Grand Textile untuk kepentingan perusahaan yakni mengenai peranan motivasi dalam upaya meningkatkan disiplin kerja karyawan pada PT. Grand Textile. Dari hasil penelitian tersebut terlahir indikator-indikator motivasi karyawan terhadap disiplin kerja dan semakin memperkuat teori bahwa motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil kerja seseorang. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Siti Khairul Bariyyah (2007). Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah: 1. Ruang lingkup peneliltian Ruang lingkup penelitian sebelumnya menggunakan seluruh perusahaan perbankan konvensional yang memiliki auditor internal dan manajemen
37
risiko. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan perusahaan perbankan syari’ah yang memiliki auditor internal dan risk management. 2. Metode penentuan sampel Metode penentuan sampel penelitian sebelumnya menggunakan sampel populasi. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. 3. Variabel yang digunakan Variabel penelitian sebelumnya menggunakan satu variabel independen yaitu auditor internal. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu tingkat keahlian dan motivasi auditor internal. 4. Uji hipotesis Uji hipotesis penelitian sebelumnya tidak menggunakan uji normalitas, heteroskedastisitas, dan multikoliniearitas tetapi langsung menggunakan motode statistik. Sedangkan dalam penelitian ini dilakukan uji normalitas, heteroskedastisitas, dan multikoliniearitas terlebih dahulu baru dilakukan pengujian analisis statistik. 5. Pengujian analisis statistik Pengujian analisis statistik penelitian sebelumya menggunakan regresi linier sederhana. Sedangkan dalam peneltian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan penambahan uji t (uji parsial) yang tidak terdapat pada penelitian sebelumnya.
38
6. Operasional variabel penelitian Operasional variabel penelitian sebelumnya dalam mengukur efektivitas manajemen risiko menggunakan sub variabel strategi pengelolaan risiko dan minimalisasi biaya. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan sub variabel risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional.
Atas dasar landasan diatas, penulis merasa tertarik untuk mengajukan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat Keahlian dan Motivasi Auditor Internal Terhadap Risk Management Bank Syari’ah”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang serta pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas maka perumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Apakah tingkat keahlian auditor internal berpengaruh terhadap risk management bank syari’ah? 2. Apakah motivasi audior internal berpengaruh terhadap risk management bank syari’ah? 3. Apakah tingkat keahlian dan motivasi auditor internal secara bersamasama berpengaruh terhadap risk management bank syari’ah?
39
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan a. Untuk mengetahui pengaruh tingkat keahlian auditor internal terhadap risk management bank syari’ah. b. Untuk mengetahui pengaruh motivasi auditor internal terhadap risk management bank syari’ah. c. Untuk mengetahui secara bersama-sama pengaruh tingkat keahlian dan motivasi auditor internal terhadap risk management bank syari’ah.
2. Manfaat a. Bagi auditor Setelah penelitian ini selesai penulis mengharapkan kepada auditor untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan keahlian-keahlian yang dimiliki dan terus memotivasi dirinya agar pekerjaan yang ditugaskan kepada auditor akan lebih maksimal. b. Bagi perusahaan Perusahaan juga memiliki peranan untuk menciptakan suasana bekerja yang kondusif baik bagi karyawan maupun bagi auditor sendiri dengan selalu memberikan pelatihan dan training untuk meningkatkan potensipotensi yang dimiliki oleh perusahaan. c. Bagi pembaca Penulis juga berharap melalui penelitian ini dapat memberikan gambaran bagaimana tingkat keahlian dan motivasi auditor akan
40
sangat berpengaruh terhadap lingkup pekerjaannya dan mudahmudahan bisa dijadikan referensi bagi teman-teman yang sedang menyusun skripsi. d. Bagi penulis Penulis
berharap agar penelitian ini dapat dijadikan refleksi atas
aplikasi ilmu yang telah diperoleh selama berada dibangku kuliah khususnya dengan konsentrasi auditing. Dan juga akan semakin menambah wawasan serta informasi bagi penulis mengenai subjek yang diteliti.
41
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tingkat Keahlian Auditor Internal 1. Definisi Keahlian Sampai saat ini masih belum terdapat definisi operasional yang tepat untuk menguraikan pengertian keahlian. Webster’s Ninth New Collegiate Dictionay (1983) mendefinisikan keahlian (expertise) adalah keterampilan dari seorang ahli. Ahli (experts) didefinisikan seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman. Trotter (1986) mendefinisikan ahli adalah orang
yang dengan
keterampilannya
mengerjakan pekerjaan lapangan dengan cara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Hayes-Roth, et al (1983) mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, dan keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut. (Gudono dan Murtanto, 1999). Waller dan Felix (1984) menambahkan bahwa di dalam beberapa studi auditing juga belum terdapat kesepakatan dalam mendefinisikan keahlian dan masih sering menggunakan variabel pengalaman sebagai surrogate keahlian. Tentunya variabel ini tidak memadai bagi seseorang untuk membuat pertimbangan-pertimbangan keputusan yang baik dan
42
menjadi lebih ahli, karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain disamping pengalaman. (Gudono dan Murtanto, 1999). Pengertian keahlian menurut Bedard (1986) adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Beberapa peneliti selanjutnya telah memasukkan unsur kemampuan (ability), pengetahuan (knowledge), dan pengalaman (experience) kedalam penelitian mereka (Bonner dan Lewis, 1990; Libby dan Luft, 1993; Libby dan Tan, 1994; Libby, 1995). Dalam praktek, definisi keahlian sering ditunjukkan dengan pengakuan resmi (official recognition) seperti pengakuan terhadap seorang spesialis pada industri tertentu, tanpa adanya suatu daftar resmi dari atribut-atribut keahlian. Dalam hal ini, Shanteau (1987) memberikan definisi operasional seorang ahli adalah seseorang yang telah diakui dalam profesinya sebagai orang yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang penting untuk menilai pada derajat yang tinggi. (Gudono dan Murtanto, 1999). Metode indentifikasi keahlian dari praktek memberi suatu pengantar untuk menyelidiki berbagai karakteristik keahlian. Hal ini merupakan suatu konsekuensi karena belum terdapat deskripsi yang jelas tentang keahlian. Akibatnya konsep keahlian harus dioperasionalisasikan dengan melihat beberapa variabel. (Gudono dan Murtanto, 1999). 2. Komponen-Komponen Keahlian Auditor Dalam Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi (2005) keahlian seorang auditor terdiri dari lima komponen sebagai berikut:
43
a. Ciri-ciri psikologis (Psychological Traits) Komponen ini meliputi kemampuan di dalam berkomunikasi, kreativitas,
kemampuan bekerjasama dengan orang lain, dan
kepercayaan kepada keahlian. Pentingnya kemampuan ini dalam membentuk keahlian audit ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Larocque’ pada tahun 1990. 1) Kemampuan komunikasi Auditor internal harus memiliki kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis secara efektif karena auditor internal harus senantiasa berhubungan dengan berbagai pihak, baik internal maupun eksternal. (Prima Consulting Group, 2000). a) Komunikasi dengan auditee Auditor internal harus senantiasa menjaga komunikasi dan interaksi yang baik dan wajar dengan auditee sehingga pelaksanaan tugasnya dapat berjalan dengan lancar, selain itu audior internal juga harus mampu melaksanakan komunikasi lisan dan tertulis sehingga dapat menyampaikan masalahmasalah audit, seperti tujuan, penilaian, kesimpulan audit dan rekomendasi hasil audit, yang diberikan secara jelas dan efektif.
44
b) Komunikasi dengan auditor eksternal Auditor internal harus mampu melakukan komunikasi lisan atau tertulis dengan auditor eksternal sesuai dengan batas kewenangan masing-masing auditor eksternal tersebut.
2) Kreativitas Menurut Lawrence B. Sawyers, et al (2005) kreativitas auditor internal dapat dipupuk melalui: a) Skeptimisme. Menolak untuk menerima praktik-praktik yang berjalan saat ini sebagai cara yang paling baik dan selalu mencoba untuk meraih sesuatu yang baik. b) Analisis. Menganalisis aktivitas dan operasi untuk menentukan komponen-komponen dan dinamika yang terdapat didalamnya. c) Penyatuan.
Mengkombinasikan
mentranformasikan
informasi
untuk
konsep-konsep yang terpisah menjadi
sesuatu yang baru dan lebih baik.
3) Kemitraan
(kemampuan
bekerjasama)
dalam
pemecahan
permasalahan Kemitraan akan sangat efektif dalam menjadikan auditor internal sebagai seorang mitra kerja dan sumber daya yang berharga, dan bukan sebagai seorang musuh atau kritikus. Saling menghargai,
45
mempercayai, dan kerjasama tim adalah suatu keharusan. (Lawrence B. Sawyers et al, 2005: 47). 4) Keahlilan auditor internal profesional Audit internal profesional membutuhkan seorang staf yang profesional. Lingkup yang luas dari audit internal moderen mensyaratkan pengetahuan yang luas mengenai metode dan teknik audit. Persyaratan ini menetapkan standar yang tinggi pula dalam audit internal – standar yang sudah tidak bisa dikompromikan lagi. Oleh karena itu, direktur audit internal harus mempertimbangkan beberapa atribut tertentu, seperti pengetahuan professional, kemampuan, dan kualitas karakter, dalam melakukan pengambilan keputusan
pemilihan
karyawan
dan
mempertahankannya.
Pendidikan mampu mengembangkan kemampuan professional; pengalaman di dunia nyata kemudian masalahnya. Pendidikan akan mengembangkan pengetahuan, keahlian, dan disiplin yang penting dalam kinerja audit internal professional. (Lawrence B. Sawyers et al, 2005: 48-49).
b. Strategi penentuan keputusan (Decision Strategies) Kemampuan seorang auditor dalam membuat keputusan secara sistematis baik formal maupun informal akan membantu dalam mengatasi keterbatasan manusia, begitu pula dengan membuat
46
keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain turut serta dalam membentuk keahlian audit. c. Komponen pengetahuan (Knowledge Component) Komponen pengetahuan meliputi pengetahuan terhadap fakta, prosedur, dan pengalaman. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1998) komponen ini menempati urutan terpenting dalam membentuk keahlian seorang auditor. d. Kemampuan berfikir (Cognitive Abilities) Kemampuan
berfikir
merupakan
kemampuan
untuk
mengakumulasi dan mengolah informasi beberapa karakter yang dapat dimasukkan ke dalam mengolah informasi. Beberapa karakter yang dapat dimasukkan ke dalam komponen ini antara lain kemampuan beradaptasi pada situasi yang baru, kemampuan untuk memfokuskan pada fakta yang relevan dan kemampuan untuk mengabaikan fakta yang tidak relevan, serta kemampuan untuk dapat menghindari tekanan yang menganggu objektivitas hasil audit. e. Analisis tugas (Task Analysis) Kemampuan dalam melakukan analisis tugas akan berpengaruh terhadap penentuan keputusan yang dipengaruhi oleh tingkat pengalaman auditor.
Penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1999) menunjukkan rangking kelima komponen keahlian auditor. Dari tabel 2. 1 di bawah ini
47
dapat dilihat bahwa ciri-ciri psikologis menempati urutan pertama dalam komponen keahlian, stategi penentuan keputusan, komponen pengetahuan, kemampuan berfikir, dan analisa tugas menempati urutan berikutnya. Tabel 2. 1 Rangking Komponen Pembentuk Keahlian Auditor Penelitian Sekarang Komponen Keahlian
Factor Loading
Ranking
Penelitin Terdahulu Factor Loading
Rangking
Ciri-ciri psikologis
4,234
1
4,501
1
Strategi Penentuan Keputusan
3,663
2
4,499
2
Komponen Pengetahuan
2,576
3
1,167
3
Kemampuan Berfikir
2,474
4
2,589
4
0,4
5
0,365
5
Analisa Tugas
(Sumber: Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, “Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik”, Vol. 5 No. 1, April, 2005). Sumber lain yang terdapat pada buku Sawyer’s, Internal auditing: 2003, mengatakan bahwa: a. Setiap auditor internal hendaknya memiliki pengetahuan dan keahlian tertentu sebagai berikut: 1) Kecakapan dalam menerapkan standar, prosedur, dan teknik audit internal diperlukan dalam setiap penugasan. Kecakapan berarti kemampuan untuk menetapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam situasi yang memungkinkan akan dihadapi dan mengatasi
48
situasi tersebut tanpa membutuhkan bantuan dan riset teknis yang mendalam. 2) Kecakapan dalam prinsip dan teknik akuntansi diperlukan bagi seorang auditor yang banyak bekerja dengan laporan dan catatan keuangan. 3) Pemahaman akan prinsip manajemen juga diperlukan untuk mengenali dan mengevaluasi besarnya materialitas dan signifikansi dari penyimpangan yang terjadi dan praktik bisnis yang baik. Pemahaman
ini
berarti
kemampuan
untuk
pengetahuan yang dimilikinya pada situasi yang
menetapkan kemungkinan
akan dihadapi, mengenali penyimpangan yang signifikan, dan kemudian mampu melaksanakan riset yang diperlukan untuk mencapai solusi yang masuk akal atas penyimpangan.
b. Auditor internal hendaknya memiliki keahlian dalam berhubungan dengan orang lain dan mampu berkomunikasi dengan efektif. Disamping mengerti hubungan antarmanusia dan mampu membina hubungan yang memuaskan dengan klien.
Melihat betapa beratnya tugas seorang auditor baik ditinjau secara moril maupun materil, maka sebaiknya untuk menjabat sebagai auditor khususnya di perusahaan perbankan perlu dituntut suatu kualifikasi yang tinggi, baik mengenai kecakapan teknisnya maupun moralitasnya. Secara
49
konkrit auditor dituntut harus mempunyai pengetahuan yang lengkap dan up to date mengenai Banking Operation yang berlaku. Ia juga dituntut pengetahuan yang memadai tentang accounting dan hukum, begitu pula pengetahuan tentang ekonomi moneter dan pegetahuan manajemen serta pengetahuan-pengetahuan teknis lainnya yang erat hubungannya dengan kegiatan perbankan. Sedangkan syarat-syarat moralitas yang diperlukan auditor harus mempunyai dedikasi dan loyalitas pada profesinya yang cukup tinggi, disamping itu juga dituntut sifat-sifat kritis, supel tetapi dapat memegang prinsip. (Teguh Pudjo Muljono, 1987: 32).
B. Motivasi Auditor Internal 1. Definisi Motivasi Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa Latin, yakni movere, yang berarti “menggerakkan” (to move). (Winardi, 2004:1). Ada macam-macam rumusan untuk istilah motivasi, seperti: “……...motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunteer) yang diarahkan ke arah tujuan tertentu”. (Mitchell, 1982: 81). Definisi lain tentang motivasi menyatakan bahwa: “……..motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu yang menyebabkan tumbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatankegiaan tertentu”. (Gray et al, 1984: 69). Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001) menyatakan bahwa motivasi merupakan hasrat di dalam diri seseorang yang menyebabkan
50
orang tersebut melakukan tindakan. Seseorang sering melakukan tindakan untuk suatu hal: mencapai tujuan. Maka, motivasi merupakan penggerak yang mengarahkan pada tujuan tersebut.
Winardi (2004) berpendapat bahwa motivasi adalah: “Suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan imbalan nonmoneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan”. Dari pandangan seorang manajer, seseorang yang termotivasi akan: a. Bekerja keras b. Mempertahankan langkah kerja keras c. Memiliki perilaku yang dikendalikan sendiri ke arah sasaran-sasaran penting
Jadi, motivasi mencakup upaya pantang mundur dan sasaran. Motivasi melibatkan keinginan seseorang untuk menunjukkan kinerja. Kinerja aktual adalah apa yang dinilai oleh para manajer untuk tidak secara langsung menentukan keinginan orang tersebut. (Gibson et al, 1997: 340). Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut motivasi atau motif. Antara lain: kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish) dan dorongan (drive). Dalam hal ini akan digunakan istilah motivasi, yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
51
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya. (Handoko Hani. T, 2003: 251). 2. Situasi yang Memotivasi Hubungan antara motif-motif, tujuan-tujuan dan aktivitas dapat di tunjukkan secara sederhana melalui gambar berikut. (Hersey, 1988: 2528). Aktivitas yang diarahkan kepada tujuan
Motiv Perilaku
Aktivitas tujuan
Tujuan Gambar 2. 1 Situasi yang Memotivasi
(Sumber: J, Winardi. “Motivasi dan Pemotivasi Dalam Manajemen”, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2004). Gambar diatas menunjukkan sebuah situasi yang memotivasi, dimana motif-motif seorang individu diarahkan ke arah pencapaian tujuan. Motiv terkuat, menimbulkan perilaku yang bersifat diarahkan kepada tujuan atau aktivitas tujuan. Mengingat bahwa tidak semua tujuan dapat dicapai, maka para individu tidak selalu mencapai aktivitas tujuan, terlepas dari kekuatan motif yang ada. Jadi, aktivitas tujuan dinyatakan dalam gambar berupa garis putus-putus. (Winardi, 2004: 41-42).
52
Sebagai ilustrasi untuk sebuah tujuan yang tidak berwujud. Andaikata para individu memiliki kebutuhan akan penghargaan – kebutuhan dianggap sebagai manusia yang memberikan kontribusi dan sebagai manusia produktif – maka pujian merupakan sebuah insentif yang dapat memuaskan kebutuhan demikian. (Winardi, 2004: 41-42). 3. Faktor-Faktor Motivasi Kerja Ada macam-macam alasan mengapa manusia bekerja. Apabila kita menerima pandangan yang menyatakan
bahwa orang bekerja untuk
mendapatkan “imbalan” yang dirumuskan secara luas, maka imbalan tersebut dapat kita uraikan menjadi dua macam kelas yang bersifat sangat umum. Motivasi melibatkan faktor-faktor individu (intrinsik) dan faktorfaktor organisasional (ekstrinsik). (Winardi, 2004: 61). a. Motivasi Intrinsik Yang termasuk motivasi intrinsik antara lain: kebutuhankebutuhan fisiologis, tujuan-tujuan (goals), sikap (attitudes), dan kemampuan aktualisasi diri. (Cardoso Faustino Games, 2003: 81). Motivasi intrinsik merupakan bagian integral dari tugas yang dihadapi dan mereka ditentukan oleh individu yang melaksanakan tugas tersebut. Singkatnya, motivasi intrinsik timbul karena imbalanimbalan intrinsik potensial. (Winardi, 2004: 61).
53
1) Kebutuhan fisiologis Menurut Sondang P. Siagian (2006: 281) kebutuhan fisiologis yang dimaksud seperti, kebutuhan sandang, kebutuhan pangan, dan kebutuhan papan. Teori tentang kebutuhan memusatkan perhatian pada apa yang diperlukan orang untuk mencapai kehidupan penuh pemuasan. Dalam praktik, tori kebutuhan berhubungan dengan peranan yang dimainkan oleh pekerjaan dalam hal memenuhi kebutuhannya. Menurut teori kebutuhan, seseorang termotivasi apabila ia belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dengan kehidupannya. Kebutuhan yang terpenuhi bukanlah sebuah motivator. Terdapat berbagai macam teori kebutuhan yang berbeda sehubungan dengan apa tingkatan tersebut bila kepuasan benar terjadi. Ia mulai dengan kebutuhan fisikal (fisik) yang bersifat paling mendasar, dimana masing-masing kebutuhan perlu dipenuhi sebelum
individu
yang
bersangkutan
berkeinginan
untuk
memenuhi sesuatu kebutuhan pada tingkatan berikutnya yang lebih tinggi. (Winardi, 2004: 71-72). 2) Kemampuan aktualisasi diri (abilities) Pada
puncak
hierarki,
terdapat
kebutuhan
untuk
meningkatkan kemampuan atau merealisasikan diri atau aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut berupa kebutuahn individu untuk merealisasi potensi yang ada pada dirinya, yaitu untuk
54
mencapai pengembangan diri secara berkelanjutan dan untuk menjadi kreatif dalam arti kata seluas-luasya. Bentuk khusus kebutuhan demikian akan berbeda-beda dari orang ke orang, seperti halnya terlihat pada kepribadian-kepribadian manusia. (Winardi, 2004: 16). Maslow merumuskan kebutuhan ini sebagai “keinginan untuk menjadi kian lama kian tinggi tentang apa manusia itu, untuk menjadi segalanya manusia sanggup menyesuaikan diri”. Hal ini berarti bahwa individu akan menyadari sepenuhnya potensi bakat dan kemampuannya. Hal ini jelas karena peranan seseorang sangat beragam, demikian juga aspak-aspek eksternal dari aktualisasi diri. (Gibson et al, 1997: 347).
b. Motivasi Ekstrinsik Yang tergolong motivasi ekstrinsik meliputi: pembayaran atau gaji (pay), keamanan pekerjaan (job security), hubungan dengan rekan kerja (co-workers), pengawasan (supervision), penghargaan (reward), kebijakan perusahaan dan pekerjaan itu sendiri (job itself). (Cardoso Faustino Games, 2003: 81). Motivasi
ekstrinsik
tidak
tergantung
pada
tugas
yang
dilaksanakan dan mereka dikendalikan oleh pihak lain. Jadi, dapat dikatakan bahwa motivasi ekstrinsik timbul karena antisipasi akan dicapainya imbalan-imbalan ekstrinsik. (Winardi, 2004: 61).
55
1) Pembayaran atau gaji (pay) Imbalan berupa upah atau gaji merupakan salah satu diantara imbalan ekstrinsik yang dapat dicapai orang melalui kegiatan bekerja. Ia dapat membantu organisasi mencapai pekerja yang sangat capable dan ia dapat membantu memberikan kepuasan serta memotivasi pekerja tersebut untuk bekerja keras dalam upaya meraih kinerja tinggi. Tetapi, andaikata timbul ketidakpuasan dengannya, maka imbalan yang diberikan dapat menyebabkan timbulnya pemogokan, keluhan, tidak masuknya para pekerja, berhentinya pekerja bekerja, dan andakalanya timbul gejala berupa memburuknya kesehatan mental dan fisikal memang harus diakui bahwa imbalan merupakan sebuah hal yang sangat kompleks yang benar-benar perlu diperhatikan oleh setiap manajer. (Winardi, 2004: 155). Upah atau gaji berdasarkan prestasi merupakan sebuah sistem imbalan (a compersation system) yang mendasarkan kenaikan gaji atau
upah.
Seseorang
individu
atas
kinerja
orang
yang
bersangkutan dalam periode waktu tertentu. Maksudnya, upah atau gaji yang didasarkan atas prestasi merupakan suatu upaya untuk mengaitkan upah atau gaji dengan kinerja yang dihasilkan. (Winardi, 2004: 158).
56
2) Keamanan pekerjaan (job security) Kebutuhan akan keamanan (security needs), dinyatakan misalnya dalam wujud keinginan akan proteksi terhadap bahaya fisikal (serangan
kriminal);
keinginan
untuk
mendapatkan
kepastian ekonomi (economic security), preferensi terhadap hal-hal yang dikenal dan menjauhi hal-hal yang tidak dikenal; dan keinginan atau tambahan orang akan dunia yang teratur, serta yang dapat diprediksi. (Winardi, 2004: 14). Kebutuhan-kebutuhan akan keamanan keinginan
untuk
mengetahui
batas-batas
yang mencakup perilaku
yang
diperkenankan (permissible behavior) – maksudnya keinginan akan kebebasan di dalam batas-batas tertentu dari pada kebebasan yang tidak ada batasnya. Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan lengkap tentang batas-batas perilaku yang di terima (acceptable) bagi dirinya sendiri dapat mempunyai peranan yang sangat terancam. Agaknya ia akan berupaya untuk menemukan batas-batas demikian, sekalipun pada saat-saat tertentu ia harus berprilaku dengan cara-cara yang tidak dapat diterima (tidak acceptable). (Winardi, 2004: 14). 3) Hubungan dengan rekan kerja (co-workers) Sewaktu kebutuhan fisiologikal manusia dan kebutuhan akan keamanan relatif terpenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan sosial yakni hubungan dengan rekan kerja merupakan kebutuhan pada
57
tingkatan berikutnya menjadi motivator penting bagi perilakunya. Seorang individu ingin tergolong pada kelompok-kelompok tertentu, ia ingin berasosiasi dengan pihak lain, ia ingin diterima oleh rekan-rekannya, dan ia ingin berbagai dan menerima sikap berkawan dan afeksi. (Winardi, 2004: 15). 4) Penghargaan (reward) Ini adalah keutuhan baik kesadaran akan kepentingan terhadap orang lain (harga diri) maupun penghargaan aktual dari orang lain. Penghargaan dari orang lain juga harus dirasakan benar dan patut diterima. Pemuasan kebutuhan ini mengarah pada perasaan percaya diri dan gensi. (Gibson et al, 1997: 345). Dalam hierarki Maslow, pada tingkatan berikutnya terlihat adanya kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan atau kebutuhankebutuhan egoistik – untuk penghargaan diri maupun untuk penghargaan dari pihak lain. Kebutuhan akan penghargaan diri mencakup kebutuhan untuk mencapai kepercayaan diri, dan kebebasan serta independensi (ketidakketergantungan). Kelompok kedua,
kebutuhan-kebutuhan
akan
penghargaan
mencakup
kebutuhan yang berkaitan dengan reputasi seorang individu, atau penghargaan dari pihak lain; kebutuhan akan satus, pengakuan, apresiasi teradap dirinya, dan respek yang diberikan oleh pihak lain. (Winardi, 2004: 15-16).
58
C. Manajemen Risiko (Risk Management) 1. Pengertian Manajemen Risiko Ada dua istilah yang sering dicampur adukkan: ketidakpastian dan risiko.
Sebagian
orang
menganggapnya
sama
sebagian
lagi
menganggapnya berbeda. Disini yang membedakan kedua istilah tersebut karena pengelolaannya berbeda. Ketidakpastian mengacu pada pengertian risiko yang tidak diperkirakan (unexpected risk), sedangkan istilah risiko itu sendiri mengacu kepada risiko yang diperkirakan (expected risk). (Zulfikar, 2007). Definisi dari risiko (risk) adalah peluang adanya bencana atau kerugian. Apabila dihubungkan dengan sertifikasi dalam dunia perbankan, maka definisi risiko adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan situasi dimana terjadi kejadian-kejadian (risk event) yang buruk yang menciptakan kerugian financial atau nonfinancial secara langsung maupun tidak tidak langsung. (Palimirna, 2007). Dalam konteks perbankan risiko merupakan potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat menimbulkan kerugian Bank. (Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2007). Secara umum Bank Indonesia (BI) mendefinisikan manajemen risiko sebagai serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasikan, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan bank. (Nausution dan Idris, 2007).
59
2. Komparasi Risiko Bank Syari’ah Versus Bank Konvensional Bisnis adalah suatu aktifitas yang selalu berhadapan dengan risiko dan return. Bank syari’ah dan bank konvensional adalah salah satu unit bisnis. Oleh karena itu, bank syari’ah dan bank konvensional juga menghadapi risiko yang ada dalam industri perbankan yaitu risiko pasar, kredit, likuiditas, operasional, hukum, reputasi, strategi dan ekuitas. Komponen risiko pasar dapat di kelompokkan sebagai risiko tingkat suku bunga, risiko nilai tukar dan risiko harga. (Wulandari Permata, 2007). Namun, karena karakteristik yang spesifik dari transaksi bank syari’ah yang kontrak transaksinya tidak didasarkan tingkat suku bunga, maka risiko perubahan tingkat suku bunga bukan merupakan komponen risiko pasar yang dihadapi bank syari’ah. (Wulandari Permata, 2007). Pada Bab II pasal 4 butir 1 PBI No. 5/8/PBI/2003 disebutkan bahwa risiko-risiko yang terdapat pada perbankan, antara lain: (Wulandari Permata, 2007) : a. Risiko Kredit (credit risk) Adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak memenuhi kewajibannya. Pada bank umum, pembiayaan disebut pinjaman, sementara di bank syariah disebut pembiayaan, sedangkan untuk balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank umum berupa bunga (interest loan atau deposit) dalam persentase yang sudah ditentukan sebelumnya. Pada bank syariah, tingkat balas jasa terukur oleh sistem bagi hasil dari usaha. Selain itu, persyaratan pengajuan
60
kredit pada perbankan syariah lebih ketat dari perbankan konvensional sehingga risiko kredit dari perbankan syariah lebih kecil dari perbankan konvensional. Oleh sebab itu pada sisi kredit, dalam aturan syariah, bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli murabahah. Mekanisme seperti itu, akan mencegah kemungkinan dana kredit digunakan untuk transaksi spekulasi, atau untuk jual beli valas. Jika terjadi default, bank mudah mendapatkan dananya kembali karena ada aset yang nilainya jelas berupa sejumlah kredit yang dikucurkan. Dalam bank syariah, karakter nasabah (personal garansi) lebih dinomorsatukan, ketimbang cover guarantee berupa asset. Dengan demikian debitor yang dinilai tidak cacat hukum dan kegiatan usahanya berjalan baik akan mendapat prioritas. Oleh sebab itu, risiko bank syariah sebetulnya lebih kecil dibanding bank konvensional. Bank syariah tidak akan mengalami negative spread, karena dari dana yang dikucurkan untuk pembiayaan akan diperoleh pendapatan, bukan bunga seperti di bank biasa. b. Risiko Pasar Risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat merugikan bank. Variabel pasar antara lain adalah suku bunga dan nilai tukar. Pada
61
perbankan syariah tidak terdapat risiko pasar dikarenakan perbankan syariah tidak melandaskan operasionalnya berdasar risiko pasar. c. Risiko Operasional (operational risk) Menurut definisi Basle Committe, resiko operasional adalah resiko akibat dari kurangnya sistem informasi atau sistem pengawasan internal yang akan menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan. Resiko ini lebih dekat dengan keasalahan manusiawi (human error), adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kegagalan sistem atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah dan bank konvensional terkait dengan risiko operasional.
3. Klasifikasi Management Risk Bank Menurut beberapa sumber, ada tiga macam risiko yang terdapat pada perusahaan perbankan, yaitu: a. Risiko Kredit Dimana resiko yang timbul akibat kegagalan (default) dari pihak lain (nasabah/debitur/mudharib) dalam memenuhi kewajibannya. Menurut Zulfikar (2007) risiko kredit dapat terjadi pada aktivitas: 1) Pembiayaan, treasuri dan investasi, pembiayaan dan perdagangan. 2) Kegagalan client untuk membayar kembali murabahah installment. 3) Kegagalan client untuk membayar kembali (repayment scheduled) ijarah.
62
4) Kegagalan client untuk membayar kembali istishna. 5) Kegagalan client untuk mengirimkan komoditi yang sudah dibeli (salam).
Risiko
kredit
secara
garis
besar
didefinisikan
sebagai
kemungkinan kerugian yang timbul akibat kegagalan debitur ataupun counter-party untuk memenuhi kewajibannya terhadap bank. Risiko kredit timbul dalam pelaksanaan fungsi intermediasi keuangan dan merupakan bagian dari aktivitas bank sehari-hari. (Prisetyadi Amiruddin, 2007).
b. Risiko pasar Risiko pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar dari portofolio yang dimiliki bank, yang dapat merugikan bank. Variabel pasar mencakup suku bunga dan nilai tukar, termasuk derivasi dari kedua jenis risiko pasar tersebut. Risiko pasar antara lain terdapat pada aktivitas tresuri serta investasi, kegiatan pembiayaan dan pendanaan, serta kegiatan pembiayaan perdagangan. (Prisetyadi Amiruddin, 2007). Risiko yang timbul akibat adanya perubahan variabel pasar, seperti : suku bunga, nilai tukar, harga equity dan harga komoditas sehingga
nilai
portofolio/asset
yang
dimiliki
bank
menurun
Berdasarkan bank Indonesia, sebagai bank umum dengan prinsip
63
syariah, maka Bank Syariah hanya perlu mengelola resiko pasar yang terkait dengan perubahan nilai tukar yang dapat menyebabkan kerugian Bank. (Zulfikar, 2007). Bank Syariah tidak berhadapan dengan risiko suku bunga, tetapi berhadapan dengan pricing risk atau dikenal dengan Direct Competitor market rate (DCMR). Bank Syariah juga berhadapan dengan Indirect Competitor Market rate (ICMR) suku bunga konvensional. (Zulfikar, 2007). c. Risiko operasional Menurut Zulfikar (2007) risiko operasional adalah risiko yang timbul akibat tidak berfungsinya: 1) Proses Internal: pelanggaran prosedur dan ketentuan, pelanggran kontrol (proses review produk baru), berkaitan dengan desain dan implementasi produk baru, kontrol terhadap pelaksanaan produk jasa yang sudah ada. 2) Kesalahan manusia: hubungan antar pegawai (Discriminasi, pelecehan seksual), kesalahan pegawai, penyimpangan pegawai, tidak terpenuhinya jumlah pegawai. 3) Kegagalan Sistem: kegagalan hardware, kegagalan software, konfigurasi lemah (tanpa perlindungan virus), komunikasi (saluran telpon tidak berfungsi, kapasitas jaringan tidak mendukung). 4) Problem Eksternal: Kejahatan eksternal (pencurian, penipuan, pemalsuan), faktor bencana alam (gempa Bumi, banjir, topan,
64
tsunami), faktor manusia (perang, terorisme, perampokan), penerobasan sistem teknologi (hacker, penembusan user id) Yang dapat mempengaruhi operasional bank dan merugikan. 5) Melekat pada setiap aktivitas fungsional perbankan: pembiayaan Operaional & jasa, pendanaan & instrumen hutang, teknologi & sistem Informasi, treasury & investasi, pembiayaan perdagangan, sumber daya insani, aktivitas umum.
Risiko operasional adalah risiko yang timbul antara lain akibat ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan
sistem,
atau
problem
eksternal
yang
mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional dapat berdampak pada kerugian keuangan secara langsung, ataupun secara tidak langsung berupa kerugian potensial atau hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan. (Prisetyadi Amiruddin, 2007).
D. Hubungan Risk Management Dengan Perusahaan Risiko dalam dunia perbankan sangat potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak diperkirakan (unanticipated) yang berdampak terhadap pendapatan dan permodalan. (Bank Mega: 2003). Risk Management itu sendiri merupakan bagian integral dari kegiatan manajemen perusahaan dan berperan dalam mengelola risiko yang berkaitan dengan aktivitas perbankan. Tugas utama risk management adalah
65
memastikan bahwa seluruh risiko yang melekat pada produk, jasa, kebijakan, sistem, dan prosedur kerja telah teridentifikasi, terukur, dan terpadu dengan baik melalui sistem organisasi yang memadai. Hasil dari kegiatan utama risk management dapat digunakan untuk membantu manajemen dalam usaha mencapai business plan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan operasional perusahaan, yakni memperoleh return yang optimal setelah memperhitungkan risiko kerugian yang mungkin timbul, sehingga tidak melebihi kemampuan perusahaan dalam menyerap kerugian atau membahayakan kelangsungan hidup perusahaan. (Permata Bank: 2002) Menurut
Mohamad
Hassan
dalam
pelatihan
Enterprice
Risk
Management (ERM) (2007), di lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan cepat berubah, manajemen ditantang untuk mampu memberi semangat kepada para pegawainya agar memanfaatkan kesempatan yang tersedia dalam lingkungan yang semakin kompetitif. Peluang yang prospektif tidak terlepas dari faktor risiko yang melekat di dalamnya. Dalam mengoptimalkan peluang yang ada, tidak selamanya risiko itu harus selalu dihindarkan. Faktor penting yang harus pula menjadi pertimbangan saat ini adalah bagaimana risiko dapat dikelola dengan cara yang paling efektif. Masih menurut Mohamad Hassan, konsep Enterprise Risk Management menggarisbawahi bahwa setiap entitas harus dapat memberikan nilai kepada para stakeholders-nya. Setiap entitas menghadapi ketidakpastian. Tantangan manajemen adalah bagaimana menentukan berapa banyak ketidakpastian yang dapat diterima dalam rangka untuk meningkatkan nilai para stakeholders.
66
Ketidakpastian menghadapkan manajemen kepada dua hal penting, yaitu risiko dan peluang, yang tentunya hal tersebut dapat mengikis atau meningkatkan nilai. Enterprise Risk Management memungkinkan manajemen untuk secara efektif berhubungan dengan ketidakpastian, yaitu berkaitan dengan risiko dan peluang. Mohamad Hassan (2007) manajemen risiko yang berkembang saat ini mengungkapkan bahwa risiko tidak selalu diperlakukan sebagai ancaman, melainkan juga merupakan peluang untuk keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Mengapa auditor juga perlu memahami konsep manajemen risiko? Auditor perlu dan sangat berkepentingan dalam memahami proses manajemen risiko agar ia dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam proses evaluasi aktivitas organisasi dan membantu pencapaian kinerja manajemen. Perhatian manajemen pada manajemen risiko yang efektif telah mencetuskan banyak perubahan organisasional di tahun-tahun terakhir. Akibat tekanan dari pemangku kepentingan, pembuatan aturan, dan lembaga-lembaga penegak hukum maka masalah yang berhubungan dengan manajemen risiko yang efektif telah diangkat sebagai masalah utama dalam organisasi. Penemuan strategi-strategi untuk memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan manajemen risiko yang efektif telah menjadi masalah umum manajemen yang ditekankan. (Lawrence B. Sawyer et al, 2005: 110). Bagaimana memperlakukan resiko (Zulfikar, 2007):
67
1. Dihindari, apabila resiko tersebut masih dalam pertimbangan untuk diambil, misalnya karena tidak masuk kategori risiko yang diinginkan Bank atau karena kemungkinan jauh lebih besar dibandingkan keuntungan yang diharapkan. 2. Diterima dan dipertahankan, apabila risiko berada pada tingkat yang paling ekonomis. 3. Dinaikkan, diturunkan atau dihilangkan, apabila risiko yang ada dapat dikendalikan dengan tata kelola yang baik, atau melalui pengoperasian exit strategi. 4. Dikurangi, misalnya dengan mendiversifikasi portofolio yang ada, atau membagi (share) risiko dengan pihak lain. 5. Dipagari (hedge), apabila resiko dapat dilindungi secara atificial, misalnya resiko dinetralisir sampai batas tertentu dengan instrumen derivatif.
E. Hubungan Risk Management Dengan Auditor Internal Auditor internal moderen telah memastikan diri mereka untuk memberikan dukungan yang penting pada bidang ini. Nyatanya, deskripsi audit internal yang direvisi dan dipublikasikan oleh Institute of Internal Auditors (IIA) menggarisbawahi komitmen ini: “Audit internal........membantu sebuah organisasi mencapai tujuannya melalui pendekatan yang sistematis dan konsisten untuk mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas manajemen risiko”.
68
Ketika auditor internal membantu manajemen dalam menangani hal-hal yang paling penting, seperti yang berhubungan dengan manajemen risiko mereka berarti telah menunjukkan nilai mereka bagi organisasi. Internal audit melaksanakan audit berdasarkan rancangan audit yang telah di-review oleh Komite audit dan disetujui oleh Dewan komisaris dan Direksi. Rancangan audit tersebut meliputi pengecekan terhadap kontrol operasi, manajemen risiko, kepatuhan terhadap peraturan, mutu asset dan tingkat pelaksanaan dari indikator kinerja manajemen. (Bank CIC: 2003). Wewenang dan tanggung jawab oleh manajer dalam audit internal bahwa mengidentifikasikan aktifitas-aktifitas yang menjadi subjek dari cakupan audit, mengevaluasi signifikansinya, serta menentukan tingkat risiko inheren (bawaan) dari aktivitas tersebut, manajemen biaya, skedul, dan kualitasnya. Dan juga oleh supervisor bahwa menetapkan area-area berisiko dan menilai signifikansinya terhadap faktor operasional dari segi biaya, skedul, dan singifikansinya dan menurut frekuensi dari cakupan audit. (Lawrence B. Sawyer et al, 2005: 111). Berbagai inisiatif melengkapi perangkat kerja untuk mengoptimalkan fungsi audit pengelolaan risiko, diantaranya pembentukan komite yang bertujuan atas penetapan kebijakan strategis terkait manajemen risiko yaitu Risk and Capital Committee (RCC). Inisiatif lainnya adalah mengembangkan alat identifikasi, pengukuran, dan pengendalian risiko, baik risiko kredit, risiko pasar, maupun risiko operasional yang dapat mendukung kebutuhan operasional. Penerapan manajemen risiko perusahaan perbankan dilakukan
69
melalui diagnosa atas pengelolaan delapan jenis risiko yaitu risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko opersional, risiko strategik, risiko compliance, risiko hukum dan risiko reputasi. (Bank Mandiri: 2004).
F. Fungsi Pengelolaan Risiko Fungsi pengelolaan risiko berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pada tahap awal manajemen risiko, organisasi bersifat tradisional atau konvensional. Model ini merupakan perkembangan dari cara klasik pengelolaan yang sekedar membeli produk asuransi. Dalam pandangan ini, pengelolaan risiko membutuhkan keahlian lintas disiplin. Bukan saja mereka yang memiliki keahlian lain, seperti statistik dan disiplin yang terkait dengan risiko. Namun, pengelolaan risiko secara tradisional masih tetap berfokus pada pengelolaan risiko murni, yaitu risiko yang dapat menimbulkan kerugian, tetapi tidak ada kemungkinan memunculkan keuntungan. Oleh karena itu pengelolaan risiko secara tradisional masih tetap berorientasi pada pembelian produk asuransi. (Prisetyadi Amiruddin, 2007). Karena fokus pada minimalisasi risiko tidak selalu sejalan dengan maksimalisasi hasil, pengelolaan risiko secara tradisional sering tidak selalu sejalan dengan maksimalisai nilai perusahaan. Misalnya perusahaan mengidentifikasi adanya risiko kebakaran yang besar. Yang penting perusahaan meminimalisasi akibat kebakaran dengan asuransi, berapapun premi yang harus dibayar. Tindakan gegabah ini justru bisa berdampak pada turunnya nilai perusahaan. Berbeda dengan model manajemen risiko total.
70
Penerapan model ini menuntut banyaknya disiplin yang terlibat. termasuk di dalamnya ahli statistik. Manajemen risiko total diterapkan secara sistimatis dan holistik. Sistimatis artinya bukan adhoc ataupun reaktif. Holistik berarti penerapan dilakukan secar menyeluruh perusahaan. (Prisetyadi Amiruddin, 2007). Model manajemen risiko total biasanya melakukan pendekatan struktural. Artinya, manajemen memilah-milah risiko dan dan sumber risiko berdasarkan risikonya. biasanya mereka memilah sumber risiko ke dalam tiga komponen: perangkat lunak, organisasi dan sumber daya manusia. Bisa saja mereka mengembangkan jenis sumber lain seperti lingkungan makro Dalam model manajemen risiko terintergasi fokus keputusan berupa maksimalisasi nilai perusahaan. Oleh karena itu perusahaan yang menerapkan model ini berusaha menguantifikasi setiap jenis risiko. Dengan demikian, setiap keputusan pengelolaan risiko selalu dikaitkan dengan maksimalisasi nilai perusahaan. (Prisetyadi Amiruddin, 2007). Singkatnya, fungsi manajemen risiko menurut Zulfikar (2007) antara lain: 1. Menetapkan arah dan risk appetite dengan mengkaji ulang secara berkala dan menyetujui risk exposure limits yang mengikuti perubahan strategi perusahaan. 2. Menetapkan limit umumnya mencakup pemberian kredit, penempatan non kredit, asset liability management, trading dan kegiatan lain seperti derivatif dan lain-lain.
71
3. Menetapkan kecukupan prosedur atau prosedur pemeriksaan (audit) untuk memastikan adanya integrasi pengukuran resiko, kontrol sistem pelaporan, dan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang berlaku. 4. Menetapkan metodologi untuk mengelola resiko dengan menggunakan sistem pencatatan dan pelaporan yang terintegrasi dengan sistem komputerisasi sehingga dapat diukur dan dipantau sumber resiko utama terhadap organisasi Bank.
G. Kadar Pengawasan Risiko Menurut Zainul Arifin (2006) empat tahap dalam menganalisis kadar pengawasan risiko antara lain: 1. Membangun pengawasan risiko 2. Kadar pengawasan yang harus dibangun untuk mengeliminasi Hazard (kondisi yang potensial menyebabkan terjadinya kerugian atau kerusakan) dan mengurangi risiko. Begitu pengawasan risiko dibangun, maka risiko dievaluasi sampai ia dapat dikurangi hingga ke tingkat dimana manfaatnya lebih banyak dari pada biaya potensial. 3. Mengidentifikasi pengawasan risiko 4. Pembangunan pengawasan risiko diawali dengan pengambilan tingkat risiko yang ditentukan sebelumnya, dan mengidentifikasi sebanyak mungkin pilihan pengawasan risiko yang mungkin diambil bagi semua Hazard yang melampau tingkat risiko yang bisa diterima. 5. Menentukan efektivitas risiko
72
6. Setelah identifikasi pilihan pengawasan risiko, proses berikutnya adalah mentukan efek dari setiap pengawasan yang berkaitan dengan Hazard. 7. Memilih pengawasan risiko Pengawasan terbaik adalah yang konsisten dengan tujuan operasional dan pengawasan sumber daya yang tersedia secara optimal.
Kemudian, level-level risiko atau taksiran risiko operasional dibawah ini akan menjelaskan semua dampak dari semua Hazard yang terkait dengan operasi diatas (Arifin Zainul, 2006: 232), yaitu: 1. Sangat
tinggi
(extremely
high):
kehilangan
kemampuan
untuk
menyelesaikan operasi. 2. Tinggi (high): kehilangan kemampuan untuk memenuhi persyaratan standar operasi. 3. Sedang (medium): turunnya kemampuan dalam pemenuhan persyaratan standar operasi. 4. Rendah (low): tidak (atau sedikit) berdampak pada penyelesaian operasi. 5. Sangat rendah (residual risk): risiko tersisa setelah dilakukan usaha pengurangan risiko.
H. Pengelolaan Risiko Kerangka pengelolaan risiko di bank mencakup keseluruhan lingkup aktivitas usaha bank, berdasarkan kebutuhan akan keseimbangan antara fungsi pengawasan usaha yang efektif dan tata cara yang jelas dalam pengelolaan
73
risiko. Tujuan pengelolaan risiko di bank adalah untuk meminimalkan risiko yang dihadapi serta mengantisipasi kerugian yang diperkirakan maupun kemungkinan kerugian yang tidak diperkirakan dari berbagai risiko tersebut. Kerangka pengelolaan risiko di bank didasarkan kepada prinsip-prinsip dasar pengelolaan risiko yang berlaku di seluruh lingkup aktivitas usaha. Prinsipprinsip tersebut dievaluasi secara berkala dan, apabila diperlukan, direvisi sejalan dengan perkembangan usaha dan perubahan parameter risiko. (Prisetyadi Amiruddin, 2007). Beberapa bank telah menerapkan struktur pengelolaan risiko di seluruh organisasi, berupa kebijakan umum serta perangkat pengendalian guna memastikan konsistensi praktek pengelolaan risiko yang berkaitan dengan bisnis tersebut. Tim pengelola risiko juga bertanggung jawab dalam melakukan pengembangan dan pengimplementasian kebijakan, prosedur serta pengawasan. Pengkajian dan pemantauan proses ini dilakukan oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko, sedangkan konsistensi pelaksanaannya dimonitor oleh Satuan Kerja Audit Internal. (Palimirma, 2007). Pengendalian risiko dilakukan dengan melakukan upaya-upaya yang diperlukan untuk meminimalkan terjadinya risiko tersebut, misalnya dengan menutup asuransi yang relevan, ataupun merancang kontrak sedemikian rupa sehingga secara hukum Perseroan terlindungi dari risiko yang masih dapat diantisipasi. Pengendalian juga dilakukan dengan pemantauan dan pengkajian risiko secara berkala sehingga risiko-risiko tersebut dapat dikendalikan sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi nilai Perseroan secara signifikan.
74
Namun demikian, Perseroan juga menyadari adanya risiko yang berada di luar kendali yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya oleh upaya-upaya internal. (AP Persero, 2007). Menurut Amiruddin Prisetyadi (2007) prinsip-prinsip dasar kerangka pengelolaan risiko bank dapat disarikan sebagai berikut: 1. Keterpaduan risiko dan pengelolaan usaha. Strategi pengelolaan risiko yang baik merupakan bagian tak terpisahkan dari pengelolaan usaha dan merupakan pertimbangan utama dalam setiap rencana usaha, strategi dan produk yang ditawarkan oleh bank. 2. Pengawasan dan pengendalian independen. Penilaian risiko dilakukan baik oleh unit operasional maupun unit pengelolaan risiko yang independen untuk menjaga integritas proses pengambilan keputusan. 3. Kejelasan kebijakan. Seluruh kebijakan pengelolaan risiko dijabarkan dengan jelas dan dikomunikasikan ke seluruh jajaran organisasi. 4. Identifikasi dan pengukuran. Risiko diukur secara kuantitatif dan kualitatif menggunakan metode-metode teruji termasuk stress testing dan back testing, serta dikelola dalam kerangka kerja yang jelas. 5. Pelaporan. Seluruh risiko dipantau dan dilaporkan melalui struktur organisasi
pengelolaan risiko
yang diketuai
oleh Direktur
risk
management. Organisasi pengelolaan risiko beserta komite-komite khusus pengelolaan risiko dan audit, memberikan laporan pengelolaan risiko baik yang bersifat rutin maupun khusus, kepada Direksi, Dewan Komisaris dan Bank Indonesia, sesuai dengan ketentuan kebijakan Bank Indonesia.
75
Gambar 2. 2 Sistem Pengawasan/ Pengelolaan Bank Syari’ah (Sumber: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, “Manajemen Bank Syari’ah”, artikel diakses tanggal 28 Juni 2007, dari http://www.Google/userfile_mulya-bni syariah). Rencana-rencana strategis yang diberlakukan atas risiko-risiko diatas antara lain:
76
1. Risiko kredit Faktor kunci bagi pengendalian risiko kredit adalah diversifikasi dari tipetipe kredit, diversifikasi dalam wilayah geografis dan jenis-jenis industri yang dibiayai, kebijakan aguanan, dan standar pengendalian kredit yang diterapkan. Cara lain yang bisa digunakan antara lain memberi batas wewenang keputusan kredit bagi setiap aparat perkreditan berdasarkan kapabilitasnya (autorize limit) atau batas jumlah (pagu) kredit yang dapat diberikan pada usaha atau perusahaan tertentu (credit line limit). (Arifin Zainul, 2006: 61-62). 2. Risiko pasar Pegelolaan atau pengendalian risiko pasar diantaranya membatasi atau memperkecil posisi, atau bahkan dapat dihindari sama sekali bila bank selalu mengambil posisi squaire. (Arifin Zainul, 2006: 61-62).
I. KERANGKA PEMIKIRAN Abdolmohammadi dan Shateau (1992) mengungkapkan 20 atribut personal keahlian auditor, dan hasil ini telah dikembangkan lagi dengan menyajikan suatu kerangka komprehensif dan memberikan tambahan atribut keahlian menjadi 25 atribut. Kerangka keahlian tersebut dikelompokkan lagi kedalam lima kategori, yaitu:
77
Tabel 2. 2 Kerangka Keahlian Komponen
Kategori Arti
Komponen pengetahauan
Pengetahaun terhadap kenyataan-kenyataan, proses, dan prosedur-prosedur
Ciri-Ciri Psikologis
Ciri-ciri kepribadian diri
Kemampuan Berfikir
Kemampuan
untuk
memperoleh
dan
memproses informasi Strategi Penentuan Keputusan
Strategi
untuk
membantu
pembuatan
keputusan Analisis Tugas
Penilaian teradap kesulitan tugas
(Sumber: Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, “Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Pendidik”, Vol. 2 No. 1, Januari 1999). Tabel 2. 3 Kerangka Risk Management Komponen
Kategori Arti
Risiko Kredit
Risiko akibat kegagalan klien melakukan pelunasan pembiayaan atau kontrak pada waktu yang diperjanjikan dan terjadinya kemacetan pembiayaan (kualifikasi menurun).
Risiko Pasar
Risiko pasar ditentukan oleh kerugian akibat nilai tukar mata uang asing atau fluktuasi harga obligasi, ekuitas dan hargaharga komoditi.
Risiko
Risiko yang timbul antara lain akibat kegagalan sistem
Operasional
informasi, tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia (human error), ketidakcukupan prosedur atau problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank.
(Sumber: Zulfikar, “Manajemen Risiko Bank Syari’ah”, artikel diakses tanggal 18 Juli 2007, dari http://www/Googel/manajemen-bank-syari’ah.html).
78
Dari paparan kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan model penelitiannya sebagai berikut: Gambar 2. 3 Model Penelitian Tingkat Keahlian Auditor Internal Risk Management Bank Syari’ah Motivasi Auditor Internal
J. HIPOTESIS Ha1 = Auditor internal berpengaruh terhadap risk management bank syariah. Ha2 = Motivasi auditor internal berpengaruh terhadap risk management bank syariah. Ha3 = Tingkat keahlian dan motivasi auditor internal berpengaruh secara bersama-sama terhadap risk management bank syariah.
79
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan syari’ah yang memiliki auditor internal dan risk management. Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap pengaruh tingkat keahlian dan motivasi auditor internal terhadap risk management bank syari’ah. Adapun objek penelitian ini adalah auditor internal.
B. Metode Penentuan Sampel Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan simple random sampling. Pemilihan simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara sederhana karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan karena anggota populasi bersifat homogen. (Sugiyono, 2004: 74). Untuk mendapatkan ukuran sampel minimal dipergunakan rumus slovin. (Sevilla dalam Muammar Aditya: 2007). n= Dimana:
N 1N(e) 2
n = Jumlah sampel N = ukuran populasi e = presisi yang diterapkan 80
1 = konstanta
C. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data yang akan dianalisis, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu: 1. Data primer Untuk mendapatkan data primer peneliti mengunakan teknik menyebarkan angket atau kuesioner dengan menggunakan skala likert kepada seluruh auditor internal pada perusahaan perbankan syari’ah untuk mendapatkan data yang diperlukan. Kuesioner tersebut terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat di dasarkan pada indikator yang disarikan dari buku, literatur, dan teori lainnya tentang tingkat keahlian auditor internal, motivasi auditor internal dan risk management bank. Masing-masing indikator disusun dalam butir pernyataan yang diteliti dari pernyataan positif dan negatif. “Kuesioner (questionnaires) adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas. Kuesioner merupakan suatu mekanisme pengumpulan data yang efisien jika peneliti mengetahui dengan tepat apa yang diperlukan dan bagaimana mengukur variabel penelitian”. (Sekaran Uma, 2006: 82). “Skala likert (likert scale) di desain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan pernyataan pada lima titik dengan susunan responden terhadap sejumlah item yang berkaitan dengan konsep atau variabel tertentu kemudian diajukan kepada tiap responden”. (Sekaran Uma, 2006: 31).
81
Dan kelima kategori yang dimaksud diatas adalah “sangat setuju”, “setuju”, “ragu-ragu”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”. Jawaban ini diberi skor 1 sampai 5. Dengan alasan tersebut, maka penulis berkesimpulan untuk menghadapkan responden pada lima alternarif jawaban, seperti yang tercantum pada tabel berikut ini: Tabel 3. 1 Kriteria Pengaruh Tingkat Keahlian dan Motivasi Auditor Internal Alternatif Jawaban
Skor
Sangat berpengaruh
5
Berpengaruh
4
Cukup berpengaruh
3
Kurang berpengaruh
2
Tidak berpengaruh
1
2. Data sekunder Penelitian ini dasar teoritisnya berasal dari buku dan berbagai literatur lain seperti jurnal, majalah, makalah auditing, catatan kuliah, laporan penelitian terdahulu, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan dan sebagainya yang berhubungan dengan tingkat keahlian auditor internal, motivasi auditor internal dan risk management bank syari’ah.
82
D. Metode Analisis 1. Deskriptif Data Sripsi ini disusun dengan
menggunakan
metode
deskriptif
kuantitatif, dengan menggunakan pendekatan analisis regresi berganda untuk menganalisis variabel independen (X) yaitu tingkat keahlian dan motivasi auditor internal terhadap variabel dependen (Y) yaitu risk management bank syari’ah. 2. Uji Kualitas Data a. Uji validitas Validitas (validity) data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Oleh karena itu esensi dari kata validitas adalah akurasi. Suatu intrumen pengukur dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. (Indriantoro dan Supomo, 2002: 180). Pengujian validitas menggunakan teknik pearson coreelation dengan menghitung corrected item – total correlation, yaitu cara mengkorelasikan skor tiap item dengan skor totalnya. Syarat minimum suatu butir pernyataan dikatakan valid apabila koefisien korelasi (r hitung) lebih besar atau sama dengan r tabel (r kritis). Untuk menjamin validitas instrumen dalam penelitian ini, penulis telah mengkonsultasikan isi instrumen tersebut kepada pembimbing yang kami anggap seorang ahli.
83
b. Uji reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan setelah data yang diperoleh telah selesai diuji validitasnya. Konsep reliabilitas (reliability) dapat dipahami melalui ide dasar konsep tersebut yaitu konsistensi, yang berarti instrumen yang bisa digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama pula. (Indriantoro dan Supomo, 2002: 180). Teknik yang digunakan dalam menghitung reliabilitas data adalah dengan mengukur koefisien alpha cronbach, jika secara manual menggunakan rumus dibawah ini: ( Σx ) 2 n n
Σx 2 −
σ= Dimana: n = Jumlah sampel x = nilai/ skor
Tabel 3. 2 Kriteria Korelasi 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80
-
0,200 0,399 0,599 0,799 1,00
= = = = =
Korelasi sangat rendah Korelasi rendah Korelasi sedang Korelasi kuat Korelasi sangat kuat
Sumber: Gulford dalam Wellyando (2000: 63) Suatu butir kuesioner dikatakan reliabel bila nilai r alpha hitung lebih besar dari pada r alpha tabel.
84
3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan: jika data yang menyebar disekitar diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi mengikuti asumsi normalitas, sedangkan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. (Santoso, 2002: 211). b. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas berarti variansi (varians) variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heteroskedastisitas, kesalahan yang terjadi tidak random (acak) tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel bebas. Adanya heteroskedastisitas dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan beberapa cara. Cara yang penulis gunakan adalah dengan melihat grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot
85
dimana sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di Studentized. (Ghozali, 2001: 69). Dasar pengambilan keputusan jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. (Santoso, 2002: 210). c. Multikoliniearitas Multikoliniearitas berarti antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain dalam model regresi saling berkorelasi linear. Biasanya, korelasinya mendekati sempurna atau sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan satu). Deteksi tersebut dapat dilihat dari VIF dan TOL. Jika nilai VIF tidak lebih dari 1,0 dan nilai TOL tidak kurang dari 0.1 maka dapat dikatakan terbebas dari multikoliniearitas.
4. Uji Hipotesis a. Uji t-statistik (uji parsial) Uji t-statistik digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen secara residual terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabelvariabel independen secara individual terhadap variabel dependen digunakan tingkat signifikansi 0.05. Jika nilai probability t lebih besar
86
dari 0.05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika nilai probability t lebih kecil dari 0.05 maka terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi signifikan). (Santoso, 2002: 168). Kemudian rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: t0 =
rs n − 1 1 − rs
2
b. Uji statistik F (uji simultan) Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen secara bersama (simultan) terhadap varibel dependen. Untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama mempengaruhi variabel dependen, maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0.05. Jika nilai probabiliti F lebih besar dari 0.05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel independen secara bersama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. (Ghozali, 2001: 77). c. Uji R2 (koefisien determinasi) Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi (R-square). Jika R-square adalah sebesar 1 berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya
dapat dijelaskan oleh variabel
independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Nilai R-square berkisar hampir 1, berarti semakin 87
kuat kemampuan variable independen dapat menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya jika nilai R-square semakin mendekati angaka 0 berarti semakin lemah kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen. (Ghozali, 2001: 45). d. Analisis regresi berganda Penelitian ini menguji pengaruh tingkat keahlian dan motivasi auditor internal terhadap risk management bank syari’ah dengan menggunakan rumus regresi berganda. “Analisis regrasi berganda dilakukan untuk menguji pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat yang berskala interval. Analisis regresi berganda membantu dalam memahami seberapa banyak varians dalam variabel terikat yang dijelaskan oleh sekelompok prediktor”. (Uma Sekaran, 2006: 299). Persamaan rumus regresi berganda yang digunakan adalah: Y = α + β 1 X 1 + β 2 X2 + e Dimana: Y = risk management bank syair’ah α = Konstanta β1 = Koefisien tingkat keahlian auditor internal β2 = Koefisien motivasi auditor internal X1 = Tingkat keahlian auditor internal X2 = Motivasi auditor internal e = Error
88
E. Operasional Varibel Penelitian Varibel-variabel operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas (Independent variable). Independent variable adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. (Indriantoro dan Supomo, 2002: 63). Dalam penelitian ini yang menjadi independent variable adalah sebagai berikut: a. Tingkat keahlian auditor internal (X1) Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas pertama (X1) adalah tingkat keahlian auditor internal yang mempengaruhi risk management yang menjadi varibel terikat (dependent variable). Tingkat keahliah auditor internal berfokus pada lima jenis keahlian, yaitu: ciri-ciri psikologis, strategi penentuan keputusan, komponen pengetahuan, kemampuan berfikir dan analisis tugas. b. Motivasi auditor internal (X2) Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas kedua (X2) adalah motivasi auditor internal yang mempengaruhi risk management bank yang menjadi variabel terikat (dependent variable). Motivasi auditor internal dibatasi oleh dua sub variabel motivasi, yaitu: motivasi intrinsik (individu) dan motivasi ekstrinsik (organisasional). Masingmasing terdiri dari indikator seperti terlihat pada tabel 3. 2.
89
2. Variabel terikat (Dependent variable). Dependent variable adalah tipe variabel yang dijelaskan atau di pengaruhi oleh variabel independen. (Indriantoro dan Supomo, 2002: 63). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalan risk management bank syari’ah yang dipengaruhi oleh tingkat keahlian dan motivasi auditor internal sebagai variabel bebas (independent variable). Risk management bank syari’ah dibatasi pada tiga jenis risiko, yaitu: risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional. Tabel 3. 3 Operasional Variabel Penelitian Variabel Keahlian auditor internal (X1)
Subvariabel Ciri-ciri psikologis
Strategi penentuan keputusan
Indikator • • • • • •
• • • Komponen Pengetahuan
• • • •
Kemampuan berpikir
• •
Kepercayaan pada keahlian Kemampuan komunikasi Kemampuan bekerjasama Kreatifitas Kemampuan membuat keputusan secara sistematis Kemampuan membuat keputusan sendiri tanpa tekanan pihak lain Latar belakang pendidikan Pengetahuan terhadap metode audit Pengetahuan terhadap teknik audit Pengetahuan terhadap prosedur audit Pengalaman audit Pelatihan teknis yang memadai Kemampuan memfokuskan pada fakta-fakta yang relevan Kemampuan mengabaikan fakta yang tidak relevan Kemampuan untuk 90
Skala Pengukuran Skala Interval
• Analisis Tugas Intrinsik (individu) Motivasi auditor internal (X2)
Ekstrinsik (organisasi)
• • • • • • • • • • • • • •
Risiko Kredit • Risk Mangement Bank Syari’ah (Y)
Risiko Pasar
• • • •
Risiko Operasional
• • •
menghindari tekanan-tekanan yang mengganggu objektivitas hasil audit. Kemampuan beradaptasi pada situasi baru Penilaian terhadap kesulitan tugas Evaluasi tugas Kebutuhan fisiologis Tujuan-tujuan (goals) Kemampuan aktualisasi diri Sikap (attitudes) Gaji (pay) Keamanan pekerjaan Hubungan dengan rekan kerja Penghargaan (reward) Pengawasan (supervision) Pekerjaan itu sendiri Kebijakan perusahaan Kegagalan klien untuk melakukan pelunasan pembiayaan pada waktu yang diperjanjikan Kemacetan pembiayaan (kualifikasi menurun) Kerugian akibat nilai tukar Perubahan-perubahan nilai pasar pada asset yang dikuasai Kegagalan sistem informasi Tidak berfungsinya pengawasan internal Human error Ketidakcukupan prosedur Problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank
91
Skala Interval
Skala Interval
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen angket atau kuesioner yang telah disebar ke beberapa bank syari’ah di wilayah Jakarta dengan objek penelitian adalah auditor internal. Pengumpulan data memakan waktu selama tiga bulan, yaitu antara bulan Februari sampai April. Dalam hal pengumpulan data, Peneliti menyebarkan sebanyak 85 kuesioner ke empat bank syari’ah di wilayah Jakarta yang bersedia dijadikan tempat penelitian, secara langsung yang kemudian didistribusikan ke auditor internal di perusahaan tersebut. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan simple random sampling, dengan ketentuan bahwa teknik ini merupakan cara yang sederhana karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata populasi tersebut dan dengan pertimbangan sifat anggota populasi yang homogen. Mengingat
berbagai
kendala
yang
mungkin
dihadapi
dalam
pengumpulan data, maka peneliti menggunakan rumus slovin untuk mendapatkan ukuran sampel minimal. Data populasi penelitian dapat dilihat secara terperinci pada tabel 4. 1. Perbedaan angka sampel dengan kuesioner yang disebar pada tabel diatas
disebabkan
karena
pada
saat
penyebaran kuesioner
peneliti
mengestimasi kemungkinan terjadinya kesalahan pengisian kuesioner oleh
92
responden, sehingga jumlah sampel yang disebar merupakan penjumlahan antara angka sampel berdasarkan populasi dengan jumlah yang diestimasi agar peneliti memperoleh sampel yang mencukupi. Tabel 4. 1 Data Populasi Penelitian No
Perusahaan
Populasi
Sampel
1
Bank Syari’ah Mandiri
50
48
2
PT. Bank Mega Syari’ah Indonesia
30
14
3
PT. Permata Bank Syari’ah
30
15
4
Bank Internasional Indonesia Syari’ah
25
10
135
87
Jumlah Sumber: Data diolah
Tabel 4. 2 Rekapitulasi Sampel Responden
No
Keterangan
Tidak
Diterima/
kembali
sampel
Disebar
1
Bank Syari’ah Mandiri
48
48
0
2
PT. Bank Mega Syari’ah Indonesia
19
5
14
3
PT. Permata Bank Syari’ah
17
2
15
4
Bank
0
1
Internasional
Indonesia 1
Syari’ah Jumlah
85
55
30
Persentase
100 %
64.71 %
35.29 %
Sumber: Data diolah
93
B. Deskripsi Data Dalam deskripsi data ini peneliti menyajikan identitas responden yaitu auditor internal pada beberapa bank syari’ah wilayah Jakarta. 1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4. 3 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Valid
Laki-Laki Perempuan Total
Frequency 24
Percent 80.0
Valid Percent 80.0
6 30
20.0 100.0
20.0 100.0
Cumulative Percent 80.0 100.0
Sumber: Data diolah Tabel diatas menunjukkan bahwa sebesar 80% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya berjenis kelamin perempuan. Hal ini dapat terlihat di lapangan bahwa auditor internal lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan. 2. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Tabel 4. 4 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Valid
Dibawah 30 Tahun 30-45 Tahun Diatas 45 Tahun Total
Frequency 3 23
Percent 10.0 76.7
Valid Percent 10.0 76.7
Cumulative Percent 10.0 86.7
4
13.3
13.3
100.0
30
100.0
100.0
Sumber: Data diolah Hasil yang diperoleh dari tabel tersebut memperlihatkan sebesar 76.7% karyawan di departemen audit internal mayoritas berusia antara 30 sampai 45 tahun. Sebanyak 10% dan 13.3% berusia dibawah 30 tahun dan diatas 45 tahun. 94
3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tabel 4. 5 mengindikasikan bahwa rata-rata auditor berpendidikan terakhir Sarjana S1 atau yang sederajat, ini ditunjukkan dengan angka 96.7% dan hanya 3.3% berpendidikan akademi. Tabel 4. 5 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Frequency Valid
Akademi (DI/ DII/ DIII) Sarjana (S1)/ Sederajat Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
3.3
3.3
3.3
29
96.7
96.7
100.0
30
100.0
100.0
Sumber: Data diolah 4. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Tabel 4. 6 dibawah ini menjelaskan lama bekerja karyawan di departemen audit internal lebih bervariasi yaitu 23.3% dibawah 3 tahun, 40% 3-5 tahun dan 36.7% diatas 5 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh faktor usia pada tabel 4. 4 yang juga beragam. Tabel 4. 6 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Frequency Valid
Dibawah 3 Tahun 3-5 Tahun Diatas 5 Tahun Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent 23.3
7
23.3
23.3
12
40.0
40.0
63.3
11 30
36.7 100.0
36.7 100.0
100.0
Sumber: Data diolah
95
5. Deskripsi Responden Berdasarkan Golongan Tabel 4. 7 Deskripsi Responden Berdasarkan Golongan
Valid
Auditor Ahli/ Senior Auditor Pemula/ Junior Total
Frequency 19
Percent 63.3
Valid Percent 63.3
Cumulative Percent 63.3
11
36.7
36.7
100.0
30
100.0
100.0
Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel diatas diperoleh informasi bahwa responden mayoritas berasal dari golongan auditor ahli/ senior, yaitu sebesar 63.3%.
C. Hasil Dan Pembahasan 1. Uji Kualitas Data a. Uji validitas Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan teknik pearson coreelation dengan menghitung angka pada kolom Corrected item-Total Correlation atau r hitung dari nilai jawaban responden untuk tiap butir pernyataan, kemudian dibandingkan dengan angka pada tabel r Product Moment atau r tabel. Setiap butir pernyataan dikatakan valid bila r hitung lebih besar atau sama dengan r tabel. Dalam hal ini jumlah sampel try out (N) yang diuji adalah 10 responden dengan taraf signifikansi (α) 5% maka didapat r hitung sebesar 0.632 (dapat dilihat pada lampiran).
96
Tabel 4. 8 Uji Validitas Tingkat Keahlian Auditor Internal (Variabel X1) Item
R hitung
Q_1 .485 Q_2 -.162 Q_3 -.546 Q_4 .014 Q_5 .639 Q_6 .846 Q_7 .659 Q_8 .824 Q_9 .824 Q_10 .793 Q_11 .648 Q_12 .726 Q_13 .639 Q_14 .681 Q_15 .635 Q_16 .190 Q_17 .763 Q_18 .798 Sumber: Data diolah
R tabel 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632
Keterangan Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid
Berdasarkan hasil uji validitas tingkat keahlian auditor internal diperoleh hasil bahwa, terdapat lima item pernyataan tidak valid karena r hitung < r tabel. Pernyataan tersebut antara lain Q_1 dengan r hitung 0.485, Q_2 dengan r hitung -0.162, Q_3 dengan r hitung -0.546, Q_4 dengan r hitung 0.014 dan Q_16 dengan r hitung 0.190.
97
Tabel 4. 9 Uji Validitas Motivasi Auditor Internal (Variabel X2) item
R hitung
Q_19 .830 Q_20 .648 Q_21 .683 Q_22 .670 Q_23 .184 Q_24 .640 Q_25 -.060 Q_26 -.135 Q_27 .690 Q_28 .744 Q_29 .354 Sumber: Data diolah
R tabel
keterangan
0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632
Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid TIdak Valid Valid Valid Tidak Valid
Berdasarkan hasil uji validitas motivasi auditor internal diperoleh hasil bahwa, terdapat empat item pernyataan tidak valid karena r hitung < r tabel. Pernyataan tersebut antara lain Q_23 dengan r hitung 0.184, Q_25 dengan r hitung -0.060, Q_26 dengan r hitung -0.135 dan Q_29 dengan r hitung 0.354. Empat item pernyataan yang tidak valid tersebut nilai r hitungnya kurang dari 0.632. Tabel 4. 10 Uji Validitas Risk Management Bank (Variabel Y) Item
R hitung
Q_30 .676 Q_31 .608 Q_32 -.223 Q_33 -.053 Q_34 .814 Q_35 .647 Q_36 .814 Q_37 .736 Q_38 .725 Sumber: Data diolah 98
R tabel
keterangan
0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632
Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan hasil uji validitas risk management bank syari’ah diperoleh hasil bahwa, terdapat dua item pernyataan tidak valid karena r hitung < r tabel. Pernyataan tersebut antara lain Q_32 dengan r hitung -0.223 dan Q_33 dengan r hitung -0.53. Dua item pernyataan yang tidak valid tersebut nilai r hitungnya kurang dari 0.632. Berdasarkan hasil uji validitas terdapat lima item pernyataan pada variabel tingkat keahlian auditor internal (X1) yang tidak valid (pernyataan no 1, 2, 3, 4, dan 16). Sedangkan variabel motivasi auditor internal (X2) terdapat empat item pernyataan yang tidak valid (pernyataan no 23, 25, 26 dan 29), dan variabel risk management bank syari’ah (Y) terdapat dua pernyataan yang tidak valid (pernyataan no 32 dan 33). Pernyataan-pernyataan tersebut dikatakan tidak valid karena r hitung < 0.632.
b. Uji reliabilitas Setelah instrumen dipastikan akurasinya, kemudian dilakukan pengujian reliabilitas dengan menggunakan cronbanch’s alpha. Reliabilitas suatu intrumen variabel dikatakan baik jika memiliki cronbanch’s alpha > 0.6 (Nunnaly, 1967 dalam Gozali, 2005). Tabel 4. 11 Uji Reliabilitas Tingkat Keahlian Auditor Internal (Variabel X1) Cronbach's Alpha
N of Items .876
Sumber: data diolah
99
18
Terlihat dari hasil analisis bahwa semua butir pernyataan pada kolom Cronbach’s Alpha mempunyai nilai di atas 0.6. Kesimpulannya semua butir pernyataan di atas sudah reliabel. Tabel 4. 12 Uji Reliabilitas Motivasi Auditor Internal (Variabel X2) Cronbach's Alpha
N of Items .784
11
Sumber: data diolah Tabel 4. 13 Uji Reliabilitas Risk Management Bank (Variabel Y) Cronbach's Alpha
N of Items .766
9
Sumber: Data diolah Dari hasil analisis variabel motivasi auditor internal dan risk management bank syari’ah menunjukkan bahwa Cronbach’s Alpha mempunyai nilai di atas 0.6. Kesimpulannya semua butir pernyataan diatas sudah reliabel. Terlihat dari uji validitas pada try out sebelumnya, bahwa ada beberapa item pernyataan yang hasilnya tidak valid. Tetapi pada uji reliabilitas diatas semua variabel menunjukkan Cronbach’s Alpha yang cukup tinggi yaitu > 0.6, sehingga penelitian ini tetap menggunakan item-item pernyataan yang sama dengan memperbaiki kalimat pada pernyataan yang tidak valid. Karena semua butir pernyataan sudah reliabel, kesimpulannya instrumen penelitian ini bisa digunakan beberapa kali untuk mengukur
100
objek yang sama dan akan menghasilkan data yang sama pula (konsisten).
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji normalitas Pengujian
normalitas
bertujuan
untuk
menguji
variabel
independen yaitu tingkat keahlian dan motivasi auditor internal, dan variabel dependen yaitu risk management bank syari’ah dalam sebuah model regresi berdistribusi normal atau tidak.
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Risk_Management 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 4. 1 Grafik diatas memperlihatkan hasil dari uji normalitas dengan menggunakan Normality Probability Plot yang menyebar disekitar
101
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini sudah terdistribusi dengan normal atau sudah memenuhi asumsi normalitas. b. Heteroskedastisitas Grafik
Scatterplot
dibawah
ini
merupakan
hasil
uji
heteroskedastisitas untuk variabel independen yaitu tingkat keahlian dan motivasi auditor internal, dan variabel dependen yaitu risk management bank syari’ah. Berdasarkan uji tersebut menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola, baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini memenuhi asumsi homoskedastisitas.
Scatterplot
Dependent Variable: Risk_Management
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2
-3 -2
-1
0
1
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 4. 2 102
2
c. Multikoliniearitas Deteksi terhadap multikoliniearitas dapat dilihant dari Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance (TOL). Tabel 4. 14 Multikoliniearitas Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Tingkat_Keahlian .505 1.980 Motivasi .505 1.980 a Dependent Variable: Risk_Management Sumber: Data diolah Dari tabel diatas terlihat bahwa VIF 0.1980 dan TOL 0.505, ini berarti
instrumen
penelitian
dapat
dianggap
tidak
terjadi
multikoliniearitas atau tepatnya hanya low collinearity (Stanislaus: 2006). 3. Uji Hipotesis a. Uji t (uji parsial)
Model
1
(Constant) Tingkat_Keahlian Motivasi
Tabel 4. 15 Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta 20.732 3.993 .190 .063 .589 .084 .121 .136
t
Sig.
5.192 3.008 .697
.000 .006 .492
a Dependent Variable: Risk_Management
Sumber: Data diolah Uji secara parsial (individual) dari hasil pengolahan data program SPSS 12 ditunjukan pada tabel Coefficientsa, dasar pengambilan
103
keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis tiap variabel independen adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas 0.05 atau (sig < 0.05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya signifikan (terdapat pengaruh yang nyata). 2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 atau (sig > 0.05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (tidak terdapat pengaruh yang nyata).
a) Hipotesis yang akan diuji untuk variabel tingkat keahlian auditor internal (X1) akan dirumuskan sebagai berikut: Ha 1 = Tingkat keahlian auditor internal berpengaruh terhadap risk management bank syari’ah. Ho1 = Tingkat keahlian auditor tidak berpengaruh internal terhadap risk management bank syari’ah. Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel tingkat keahlian memiliki sig 0.006, ini berarti nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 atau (0.006 < 0.05). Maka, antara tingkat keahlian auditor internal berpengaruh terhadap risk management bank syari’ah sebesar 0.589 atau 58.9%. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Siti Nursyofah (2007) yang menyatakan bahwa keahlian berkontribusi secara signifikan terhadap opini audit. Besarnya pengaruh keahlian
104
terhadap opini audit sebesar 0.217 atau 21.7%. Namun tidak konsisten dengan penelitian Muhammad Sodik (2007) yang menyatakan bahwa keahlian auditor internal tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi indikasi fraud. b) Hipotesis yang akan diuji untuk variabel motivasi auditor internal (X2) akan dirumuskan sebagai berikut: Ha2 = Motivasi auditor internal berpengaruh terhadap risk management bank syari’ah. Ho 2= Motivasi auditor internal tidak berpengaruh terhadap risk management bank syari’ah. Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel motivasi memiliki sig 0.492, ini berarti nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 atau (0.492 > 0.05). Maka, tingkat keahlian auditor internal tidak berpengaruh terhadap risk management bank syari’ah. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya bahwa manajemen risiko merupakan serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengindentifikasikan, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan bank. Sehingga pada tahap perancangan atau penyusunannya tidak dipengaruhi oleh variabel motivasi, karena secara eksplisit risk management bank syari’ah telah menjadi sebuah budaya perusahaan.
105
Namun, bukan berarti motivasi tidak berpengaruh sama sekali dalam penelitian ini, terutama dengan risk management bank. Karena peneliti menggunakan sub variabel motivasi yang disarikan dari berbagai literatur dalam penyusunan kuesioner, sehingga kemungkinannya adalah bahwa untuk melihat pengaruh antara motivasi auditor internal dengan risk management bank ada sub variabel yang tidak dapat menjaring dalam penelitian ini. Dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam prakteknya tingkat keahlian
auditor
internal
yang paling menentukan dalam
meminimalisasi risiko. b. Uji F (uji simultan) Tabel 4. 16 b ANOVA
Model 1
Regression
Sum of Squares 301.536
Residual Total
df 2
Mean Square 150.768
329.430 27 630.967 29 a Predictors: (Constant), Motivasi, Tingkat_Keahlian b Dependent Variable: Risk_Management
F 12.357
Sig. a .000
12.201
sumber: Data diolah Dasar pengambilan keputusan untuk uji simultan antara variabel X dan Y adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas 0.05 atau (sig < 0.05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya signifikan (terdapat pengaruh yang nyata).
106
2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 atau (sig > 0.05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (tidak terdapat pengaruh yang nyata).
Hipotesis untuk uji simultan akan dirumuskan seperti dibawah ini: Ha3 = Tingkat keahlian dan motivasi auditor internal berpengaruh secara simultan terhadap risk management bank syari’ah. Ho 3 = Motivasi auditor internal berpengaruh secara simultan terhadap risk management bank syari’ah. Hasil analisis pada tabel ANOVAb diatas diperoleh F sebesar 12.357 dengan nilai probabilitas (sig) sebesar 0.000, ini berarti nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 atau (0.000 < 0.05) Maka, terdapat pengaruh secara simultan antara tingkat keahlian dan motivasi auditor internal terhadap risk management bank syari’ah. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Siti Khairul Bariyyah (2007) yang menyatakan bahwa pengaruh auditor internal dapat digunakan
untuk
perusahaan. Namun
memprediksi
efektivitas
manajemen
risiko
Namun tidak konsisten dengan penelitian
Muhammad Sodik (2007) yang menyatakan bahwa keahlian dan independensi auditor internal tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi indikasi fraud.
107
c. Uji R2 (koefisien determinasi) Tabel 4. 17
b
Model Summary
Adjusted R R R Square Square a .691 .478 .439 a Predictors: (Constant), Motivasi, Tingkat_Keahlian b Dependent Variable: Risk_Management Model 1
Std. Error of the Estimate 3.493
Sumber: Data diolah Karena jumlah variabel independen tidak lebih dari dua, maka peneliti menggunakan R2 (koefisien determinasi) dan bukan Adjusted R2 (Singgih Santoso, 2000). Berdasarkan tabel Model Summaryb diatas diperoleh hasil bahwa R2 0.478, jika disajikan persentasenya adalah sebesar 47.8%. Angka tersebut mempunyai maksud bahwa variabel tingkat keahlian dan motivasi secara bersama dapat menjelaskan sebesar 47.8% variabel risk management bank syari’ah. Adapun sisanya sebesar 52.2% (100%-47.8%) dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk dalam analisa regresi ini. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keahlian dan motivasi auditor internal dapat memberikan pengaruh positif terhadap risk management bank syari’ah. Standard Error of Estimate (SEE) adalah sebesar 3.493. semakin kecil SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Sodik (2007) menghasilkan nilai R2 15% dengan SEE 2.724. Ini berarti keahlian dan independensi auditor internal hanya dapat menjelaskan sebesar 15% kemampuan mendeteksi indikasi fraud. Penelitian lain oleh Siti 108
Nursyofah (2007) menghasilkan R2 20.7% dengan SEE 6.436. Ini berarti faktor keahlian dan independensi auditor dapat menjelaskan sebesar 20.7% opini audit. d. Analisis regresi berganda Tabel 4. 18 Coefficientsa
Model
1
(Constant) Tingkat_Keahlian Motivasi
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta 20.732 3.993 .190 .063 .589 .084 .121 .136
t
Sig.
5.192 3.008 .697
.000 .006 .492
a Dependent Variable: Risk_Management
Sumber: Data diolah Hasil analisis tabel Coefficientsa diatas memperlihatkan bahwa nilai constant 20.732, tingkat keahlian 0.190 dan motivasi 0.84. Sehingga analisis regresi berganda dapat dirumuskan seperti berikut ini: Y = 20.732 + 0.190 X1 + 0.084 X2 + e Hal ini mengindikasikan bahwa jika tidak ada variabel tingkat keahlian dan motivasi, risk management bank syari’ah bernilai 20.732. Koefisien regresi 0.190 menyatakan bahwa setiap penambahan sejumlah tingkat keahlian auditor internal akan meningkatkan risk management bank syari’ah sebesar 0.190 dan koefisien regresi 0.084 menyatakan bahwa setiap penambahan sejumlah motivasi auditor internal akan meningkatkan risk management bank syari’ah sebesar 0.084.
109
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A.
Kesimpulan 1. Tingkat keahlian auditor internal (variabel X1) yang diukur oleh risk management bank syari’ah (variabel Y) memiliki sig 0.006, ini berarti nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian yang menyatakan tingkat keahlian auditor internal berpengaruh terhadap risk management bank syari’ah dapat diterima yaitu sebesar 0.589 atau 58.9%. 2. Motivasi auditor internal (variabel X2) yang diukur oleh oleh risk management bank syari’ah (variabel Y) memiliki sig 0.492, ini berarti nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian yang menyatakan tingkat keahlian auditor internal berpengaruh terhadap risk management bank syari’ah ditolak 3. Tingkat keahlian (variabel X1) dan motivasi auditor internal (variabel X2) secara simultan diperoleh F sebesar 12.357 dengan nilai probabilitas sig sebesar 0.000, ini berarti nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian yang menyatakan tingkat keahlian dan
110
motivasi auditor internal berpengaruh secara simultan terhadap risk management bank syari’ah diterima. 4. Untuk menentukan besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen diperoleh hasil bahwa R2 0.478. Angka tersebut mempunyai maksud bahwa variabel tingkat keahlian dan motivasi secara bersama dapat menjelaskan sebesar 47.8% variabel risk management bank
syari’ah.
Adapun
sisanya
sebesar
52.2%
(100%-47.8%)
dipengaruhi oleh variabel lain.
B.
Implikasi Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, berikut ini akan diuraikan beberapa implikasi yang dianggap relevan dengan penelitian. 1. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa tingkat keahlian auditor internal memiliki pengaruh sebesar 58.9% terhadap risk management bank syari’ah dirasa sangat wajar. Karena tanggung jawab utama auditor internal terhadap perusahaan adalah mengenali dan mengelola risiko yang ada pada lini bisnis. Dan dalam kenyataannya, rancangan audit tidak hanya dibuat oleh auditor internal tetapi rancangan audit yang telah di-review oleh Komite audit dan disetujui oleh Dewan komisaris serta Direksi, audit internallah yang melaksanakan audit tersebut. Oleh karenanya besar pengaruh tingkat keahlian auditor internal tidak mutlak 100%.
111
2. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa motivasi auditor internal tidak memiliki pengaruh terhadap risk management bank syari’ah dapat diterima. Seperti pada penjelasan sebelumnya bahwa pelaksanaan risk management bank syari’ah merupakan serangkaian prosedur yang telah dibuat oleh Komite audit, Dewan komisaris dan Direksi. Sehingga dalam prakteknya tidak dipengaruhi oleh variabel motivasi, karena risk management bank syari’ah telah menjadi sebuah budaya perusahaan yang pada pelaksanaannya hanya mengarah pada prosedur dan perencanaan yang telah dibuat tersebut. Ini berarti, motivasi auditor internal secara langsung tidak berpengaruh terhadap risk management bank syari’ah. 3. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa tingkat keahlian dan motivasi auditor internal secara simultan memiliki pengaruh terhadap risk management bank syari’ah sebesar 47.8% dirasa kurang. Karena pada analisis sebelumnya diperolah hasil tingkat keahlian auditor internal memiliki pengaruh sebesar 58.9% terhadap risk management bank syari’ah. Namun, pada pengujian motivasi auditor internal terhadap risk management bank syari’ah tidak memiliki pengaruh. Hal tersebutlah yang menyebabkan pengolahan data secara simultan hanya menunjukkan angka 47.8%. Jika pengujian motivasi auditor internal terhadap risk management bank syari’ah memiliki pengaruh maka, dapat dipastikan analisis secara simultan bisa menunjukkan hasil yang lebih baik.
112
C.
Saran 1. Untuk memaksimalkan perencanaan risiko yang tertuang dalam risk management bank, manajemen perusahaan agar lebih fokus pada caracara meningkatkan keahlian melalui komponen pembentuk keahlian auditor, yaitu: ciri-ciri psikologis, strategi penentuan keputusan, komponen pengetahuan, kemampuan berfikir, dan analisis tugas. Selain itu faktor lain seperti: knowledge dan moral hazard auditor internal juga perlu diperhatikan. Hal tersebut tidak lain berguna untuk pengelolaan risiko-risiko yang lebih baik, sehingga dapat memberikan kontribusi yang baik pula bagi stakeholder dan stockholder. 2. Kurangnya
pengetahuan
masyarakat
terhadap
profesi
auditor
menyebabkan anggapan yang salah, yang menyebutkan bahwa auditor adalah orang yang ditakuti dan perlu dihindari keberadaannya. Untuk merubah polemik yang berkembang dimasyarakat tersebut maka auditor perlu melakukan sosialisasi yang lebih baik terhadap dunia luar terutama masyarakat awam yang kurang pengetahuannya terhadap tugas dan profesi auditor. Karena tidak bisa dipungkiri, keberadaannya sangat dibutuhkan dan penting guna memeriksa dan mengevaluasi efektivitas dan efesiensi perusahaan. 3. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata auditor berpendidikan terakhir Sarjana S1 atau yang sederajat, ini ditunjukkan dengan angka 96.7% dan hanya 3.3% berpendidikan akademi. Menurut peneliti tingkatan pendidikan tersebut dirasa kurang karena melihat kompleksnya
113
tugas dan tanggung jawab yang menuntut kualilfikasi tinggi dari seorang auditor. Hal tersebut akan sejalan dengan hasil yang akan diberikan kepada perusahaan, bahwa semakin baik tingkat pengetahuan dan keahlian auditor maka akan memberikan pelaksanaan tugas yang baik pula. 4. Lamanya penelitian yang dilakukan ini disebabkan karena beberapa faktor, dan faktor utama adalah sulitnya akses melakukan penelitian dengan objek auditor internal terutama pada institusi perusahaan perbankan. Oleh karenanya, bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian dengan objek auditor internal sebaiknya memilih perusahaan lain selain yang bergerak di bidang jasa. Hal tersebut dapat dimaklumi karena banyaknya tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh profesi auditor internal. 5. Masih berkaitan dengan keterangan diatas, agar penelitian tidak memerlukan waktu yang terlalu lama maka peneliti sebaiknya menggunakan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan perusahaan namun tetap disesuaikan dengan kebutuhan dan apa yang akan diteliti.
114
DAFTAR PUSTAKA
AP Persero, ”Pedoman Kebijakan Perseroan”, artikel diakses tanggal 20 September 2007, dari http://www.Google/bagian-ketiga.htm.
Arifin, Zainul. “Pola Manajemen Bank Syari’ah”, artikel diakses tanggal 13 Februari 2007, dari http://www.Google/shari’ah life.htm.
Bank Mandiri. “Annual Report Bank Mandiri”, Bank Mandiri, Jakarta, 2004.
Bank Mega. “Annual Report Bank Mega”, Bank Mega, Jakarta, 2003.
Bariyyah, Siti Khairul. “Pengaruh Auditor Internal Terhadap Efektivitas Manajemen Risiko Perusahaan”, Skripsi FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Cardoso, Faustino. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, ANDI, Yogyakarta, 2003.
CIC. “Annual Report Bank CIC”, CIC, Jakarta, 2003.
Dewanto, Fadjar Ari. “Auditor Internal”, Vol 2 No 2, Agustus 2003.
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, “Manajemen Bank Syari’ah”, artikel diakses tanggal 28 Juni 2007, dari http://www.Google/userfile_mulya-bni syariah.
Grand Textile. “Peranan Motivasi Dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Karyawan”, artikel diakses tanggal 13 Desember 2007, dari http://www.Google/PerananMotivasi_Skripsi-tesis.com.htm.
Gudono dan Murtanto. “Jurnal Riset Akuntansi Indonesia” Vol 2 No 1, Januari 1999.
115
Hamid, Abdul. “Pedoan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN, Jakarta, 2007.
Handoko, Hani T. “Manajemen”. Edisi Dua, BPFE, Yogyakarta, 2003.
Hasan, Mohamad. “Enterprise Risk Management”, Pelatihan Enterprise Risk Management Jakarta 19-20 April 2007.
Kusumawati, Arie. “Pengaruh Faktor-Faktor Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan”, artikel diakses tanggal 13 Desember 2007, dari http://www.Google/FaktorMotivasi/go.php.htm.
Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer dan James H. Scheiner. “Internal Auditing.” Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Mathis L, Robert dan Jackson H, John. “Sumber Daya Manusia”, Salemba Empat, Jakarta, 2001.
Media Riset Akuntansi. “Auditing Dan Informasi.” Vol 5 No 1, April 2005.
Nausution dan Idris. “Menuju Bank Syari’ah Yang Berdaya Saing”, artikel diakses tanggal 01 Oktober 2007, dari http://www.Google/Bisnis.Com-Bisnis Indonesia.html.
Nursyofah, Siti. “Analisis Pengaruh Faktor Keahlian Dan Independensi Auditor Terhadap Opini Audit”, Skripsi FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Palimirma. “Penerapan Manajemen Risiko Di Perbankan Nasional.” artikel diakses tanggal 18 September 2007, dari http://www.Google/Journal_last.php.htm.
Permata Bank. “Annual Report Permata Bank”, Permata Bank, Jakarta, 2002.
116
Prima Consulting Group. “Membangun Profesionalisme Auditor Intern Bank”, artikel diakses tanggal 13 Mei 2007, dari http://www.Google/Membangunprofesionalisme-auditor.html.
Prisetyadi, Amiruddin. “Risiko Intermediasi Keuangan Dalam Pembentukan Portopolio Pinjaman”, artikel diakses tanggal 28 Maret 2007, dari http://www.Google/risiko-intermediasi-keuangan-dalam.html.
Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000.
Sekaran, Umar. “Metodologi Penelitian Untuk Bisnis”, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Siagian P, Sondang. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Bumi Aksara, Jakarta, 2006.
Sodik, Muhammad. “Pengaruh Keahlian Dan Independensi Audit Internal Terhadap Kemampuan Mendeteksi Indikasi Fraud”, Skripsi FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Stanislaus dan Uyanto. “Pedoman Analisis Data Dengan SPSS”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
Taufik, Muhammad. “Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Mikro Syariah.” Agustus, 2007.
Winardi. “Motivasi Dan Pemotivasian Dalam Manajemen“, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Wulandari, Permata. “Manajemen Risiko Pada Institusi Keuangan”, artikel diakses tanggal 22 Oktober 2007, dari http://www/Google/journal_last.php.htm.
Zulfikar. “Manajemen Risiko Bank Syari’ah”, artikel diakses tanggal 18 Juli 2007, dari http://www/Googel/manajemen-bank-syari’ah.html. 117
Lampiran 1: Daftar Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN ILMIAH
PENDAHULUAN
Dalam rangka menyelesaikan penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat mencapai Gelar Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan ini peneliti memohon kepada Bapak/ Ibu/ Saudara agar dapat mengisi angket ini di lingkungan perusahaan Bapak/ Ibu/ Saudara. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui pendapat Bapak/ Ibu/ Saudara tentang “Pengaruh Tingkat Keahlian dan Motivasi Auditor Internal Terhadap Risk Management Bank Syari’ah”. Jawaban yang anda berikan merupakan informasi yang sangat berharga bagi penelitian ini, di samping itu kualitas penelitian ini sangat tergantung pada isian Bapak/ Ibu/ Saudara. Maka saya berharap Bapak/ Ibu/ Saudara dapat mengisi dengan sejujurnya. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
Maryati NIM. 204082002324 118
BAGIAN I: KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama Bank
:
Jenis Kelamin*
:
Laki-Laki
Perempuan
Usia*
:
Dibawah 30 Tahun
Diatas 45 Tahun
30 – 45 Tahun Pendidikan Terakhir* :
SLTA/ Sederajat
Pasca Sarjana
Akademi(DI/DII/DIII)
Lainnya……………
Sarjana (S1)/ Sederajat Lama Bekerja*
:
Dibawah 3 tahun
Diatas 5 tahun
3 – 5 tahun Golongan Responden*:
Auditor Ahli/ Senior
AuditorPemula/Junior
* Berilah tanda (√) Pada kotak jawaban yang tersedia
BAGIAN II: PETUNJUK PENGISIAN BERILAH TANDA ( √ ) PADA JAWABAN YANG SESUAI PENDAPAT ANDA! Keterangan:
SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
R
: Ragu-Ragu
TS
: Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
119
BAGIAN III: PENDAPAT RESPONDEN
1. KEAHLIAN AUDITOR INTERNAL (X1) NO
PERNYATAAN
SS
CIRI-CIRI PSIKOLOGIS 1
Keahlian itu sendiri merupakan indikator utama keahlian auditor
2
Kemampuan komunikasi menentukan faktor keahlian
3
Kemampuan bekerjasama menentukan faktor keahlian
4
Kreatifitas menentukan faktor keahlian
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN 5
6
Kemampuan membuat keputusan secara sistematis termasuk suatu keahlian Kemampuan membut keputusan sendiri tanpa tekanan pihak lain termasuk indikator keahlian
KOMPONEN PENGETAHUAN 7
8
9
10 11 12
Keahlian auditor internal ditentukan oleh latar Belakang Pendidikan Keahlian
auditor
ditentukan
oleh
pengetahuan
ditentukan
oleh
pengetahuan
ditentukan
oleh
pengetahuan
terhadap metode audit Keahlian
auditor
terhadap teknik audit Keahlian
auditor
terhadap prosedur audit Keahlian auditor ditentukan oleh pengalaman audit Keahlian auditor ditentukan oleh pelatihan teknis yang memadai
KEMAMPUAN BERPIKIR 13
Keahlian
auditor
didukung
oleh
kemampuan
memfokuskan pada fakta-fakta yang relevan
120
S
R
TS
STS
Keahlian
14
auditor
didukung
oleh
kemampuan
mengabaikan fakta yang tidak relevan Keahlian seorang auditor dapat menghindari tekanan
15
yang menggangu objektivitas hasil audit Keahlian seorang auditor mampu beradaptasi pada
16
situasi baru
ANALISIS TUGAS Penilaian terhadap kesulitan tugas merupakan bagian
17
dari keahlian auditor Evaluasi tugas merupakan bagian dari keahlian
18
auditor
2. MOTIVASI AUDITOR INTERNAL (X2) NO
PERNYATAAN
SS
INTRINSIK (INDIVIDU) 19
20
21
22
Pemenuhan kebutuhan fisiologis dapat mempengaruhi motivasi auditor Pencapaian
tujuan-tujuan
auditor
mempengaruhi
motivasi Kemampuan aktualisasi diri mempengaruhi motivasi auditor Sikap
auditor
mempengaruhi
motivasi
dalam
melaksanakan tugas
EKSTRINSIK (ORGANISASIONAL) 23 24
25 26
Motivasi auditor dipengaruhi oleh gaji yang didapat Motivasi
auditor
dipengaruhi
oleh
keamanan
pekerjaan Hubungan dengan rekan kerja yang baik dapat memotivasi auditor Adanya penghargaan yang sesuai dapat memotivasi
121
S
R
TS
STS
seorang auditor Sistem pengawasan yang baik dapat memotivasi
27
seorang auditor
28
Bidang pekerjaan ikut menentukan motivasi auditor Kebijakan perusahaan ikut menentukan motivasi
29
auditor 3. RISK MANAGEMENT BANK SYARI’AH (Y) PERNYATAAN
NO
SS
RISIKO KREDIT Kegagalan klien melakukan pelunasan pembiayaan 30
pada waktu yang diperjanjikan merupakan penyebab risiko kredit
31
Kemacetan angsuran pinjaman merupakan penyebab risiko kredit
RISIKO PASAR 32
33
Risiko pasar ditentukan oleh kerugian akibat nilai tukar mata uang asing Risiko pasar ditentukan oleh perubahan nilai pasar pada penguasaan asset
RISIKO OPERASIONAL 34
35
36
37
38
Kegagalan sistem informasi merupakan indikator risiko operasional Risiko operasional bisa terjadi bila tidak berfungsinya pengawasan internal Terjadinya human error merupakan indikator risiko operasional Risiko operasional bisa terjadi bila kekurangan prosedur Problem eksternal yang mempengaruhi opersional bank merupakan indikator risiko operasional
122
S
R
TS STS
Lampiran 6: Uji Hipotesis b
Variables Entered/Removed
Model 1
Variables Removed
Variables Entered Motivasi, a Tingkat_Keahlian
Method .
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Risk_Management Model Summary(b)
Model 1
R .691a
Adjusted R Square .439
R Square .478
Std. Error of the Estimate 3.493
a Predictors: (Constant), Motivasi, Tingkat_Keahlian b Dependent Variable: Risk_Management b
ANOVA Model 1
Regression
Sum of Squares 301.536
df 2
Mean Square 150.768
Residual Total
329.430 27 630.967 29 a Predictors: (Constant), Motivasi, Tingkat_Keahlian b Dependent Variable: Risk_Management
F 12.357
Sig. a .000
12.201
a
Coefficients Unstandardized Coefficients
Model
Standardized Coefficients
B 20.732
Std. Error 3.993
.190 Motivasi .084 a Dependent Variable: Risk_Management
.063 .121
1
(Constant) Tingkat_Keahlian
t
Sig.
Beta .589 .136
5.192
.000
3.008 .697
.006 .492
a
Collinearity Diagnostics
Model
Dimension
1
1 2
Eigenvalue
Condition Index
2.971
.021 3 .009 a Dependent Variable: Risk_Management
Variance Proportions
1.000
(Constant) .00
Tingkat_Keahlian .00
Motivasi .00
11.935 18.550
.69 .31
.42 .57
.01 .99
123
Residuals Statisticsa Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value
Minimum 32.15 -1.700
Maximum 42.48 1.504
Mean 37.63 .000
Std. Deviation 3.225 1.000
.706
1.677
1.084
.215
30
31.90 -6.066 -1.737 -1.810 -6.590 -1.895 .219 .000 .008
42.17 6.539 1.872 1.963 7.191 2.081 5.718 .211 .197
37.65 .000 .000 -.002 -.013 -.003 1.933 .039 .067
3.276 3.370 .965 1.018 3.756 1.040 1.236 .047 .043
30 30 30 30 30 30 30 30 30
a. Dependent Variable: Risk_Management
124
N 30 30
Lampiran 3: Uji Kualitas Data Tingkat Keahlian Auditor Internal (Variabel X1)
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
10 0 10
% 100.0 .0 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .878
N of Items 18
125
Item Statistics VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018
Mean 4.9000 4.7000 4.7000 4.3000 4.3000 4.5000 2.7000 3.8000 3.8000 3.7000 4.3000 4.1000 4.3000 3.8000 4.1000 4.0000 3.4000 3.4000
Std. Deviation .31623 .48305 .48305 .48305 .48305 .52705 1.15950 1.03280 1.03280 .94868 .48305 .87560 .48305 1.03280 .56765 .66667 1.17379 .96609
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item-Total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018
Scale Mean if Item Deleted 67.9000 68.1000 68.1000 68.5000 68.5000 68.3000 70.1000 69.0000 69.0000 69.1000 68.5000 68.7000 68.5000 69.0000 68.7000 68.8000 69.4000 69.4000
Scale Variance if Item Deleted 62.322 65.878 68.989 64.500 59.833 57.789 57.211 51.556 51.556 52.989 60.056 54.678 59.833 54.889 60.678 62.400 50.711 52.711
126
Corrected Item-Total Correlation .485 -.162 -.546 .014 .639 .846 .359 .824 .824 .793 .608 .726 .639 .581 .435 .190 .763 .798
Cronbach's Alpha if Item Deleted .876 .888 .896 .884 .870 .864 .882 .856 .856 .859 .871 .862 .870 .869 .874 .882 .859 .858
Scale Statistics Mean 72.8000
Variance 64.844
Std. Deviation 8.05260
N of Items 18
Lampiran 4: Uji Kualitas Data Motivasi Auditor Internal (Variabel X2)
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
10 0 10
% 100.0 .0 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .784
N of Items 11
127
Item Statistics VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011
Mean 4.2000 4.1000 3.9000 3.5000 4.4000 4.0000 4.1000 4.4000 3.8000 4.0000 4.4000
Std. Deviation .42164 .56765 .56765 1.08012 .51640 .66667 .31623 .51640 1.03280 .66667 .51640
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item-Total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011
Scale Mean if Item Deleted 40.6000 40.7000 40.9000 41.3000 40.4000 40.8000 40.7000 40.4000 41.0000 40.8000 40.4000
Scale Variance if Item Deleted 14.044 13.789 13.656 10.900 15.822 13.289 16.900 17.156 12.889 12.844 15.156
Corrected Item-Total Correlation .830 .648 .683 .670 .184 .640 -.060 -.135 .390 .744 .354
Scale Statistics Mean 44.8000
Variance 16.844
Std. Deviation 4.10420
N of Items 11
128
Cronbach's Alpha if Item Deleted .742 .747 .743 .736 .790 .743 .799 .815 .785 .730 .775
Lampiran 5: Uji Kualitas Data Risk Management Bank Syari’ah (Variabel Y) Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
10 0 10
% 100.0 .0 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .766
N of Items 9 Item Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009
Mean 3.9000 3.4000 4.1000 3.8000 4.3000 2.4000 4.3000 2.6000 3.8000
Std. Deviation 1.10050 1.26491 .73786 1.03280 .48305 .69921 .48305 .84327 1.31656
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
129
Item-Total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009
Scale Mean if Item Deleted 28.7000 29.2000 28.5000 28.8000 28.3000 30.2000 28.3000 30.0000 28.8000
Scale Variance if Item Deleted 17.122 17.511 25.611 23.956 20.678 19.956 20.678 18.444 15.289
Corrected Item-Total Correlation .676 .508 -.223 -.053 .814 .647 .814 .736 .725
Scale Statistics Mean 32.6000
Variance 24.489
Std. Deviation 4.94862
N of Items 9
130
Cronbach's Alpha if Item Deleted .702 .737 .818 .821 .723 .723 .723 .702 .688