PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI DAN MOTIVASI AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM SUATU PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN Anesia Putri Kinanti Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang Email:
[email protected] Abstract The public accountant profession (auditor) has important role in the free economics. The demand to present standard and reliable financial statements are needed by the information users. The audit report users expects that the audited financial statements free from the mis-presented material and reliable to be used as the foundation for business decision. The research aimed at testing the influence of competence, independency and motivation of auditors to the materiality level consideration. The research population is auditor who work at Public Accounting Office in Malang, that include senior auditor, manager and partners. The data was taken through questionnaire that is given to the administrative section of the Public Accounting Office then the section distributed the questionnaire to the auditors. The variables in the research were independent variables that consist of competence (X1), independency (X2) and motivation (X3), while the dependent variable was consideration of materiality level (Y). The data was analyzed by using multiple regression. The results showed that the competence and independency influenced significantly and relate positively to the consideration of materiality level. It was caused by the auditors in the Public Accounting Office in Malang feel that the competence and independency are factors that able to influence the consideration of materiality level. It was caused by the auditors in the Public Accounting Office in Malang feel that the motivation is not factor that able to influence the consideration of materiality level. Without motivation, auditor will determine the materiality level well. Keywords: consideration of materiality level, competence, independency, motivation.
PENDAHULUAN Audit atas laporan keuangan memiliki peran yang sangat penting dalam ekonomi pasar bebas. Tuntutan untuk menyajikan laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku dan juga dapat dipercaya, dibutuhkan oleh pihak-pihak yang menggunakan informasi dalam laporan keuangan.. Manajemen perusahaan membutuhkan jasa pihak ketiga yang independen agar pertanggungjawaban keuangan yang disajikan kepada pihak luar dapat dipercaya. Pihak ketiga tersebut adalah auditor eksternal, yang berperan dalam melakukan pengujian terhadap kewajaran laporan keuangan yang telah dibuat oleh direksi. Hal ini dilakukan oleh auditor eksternal karena pemegang saham tidak berkemampuan untuk menguji secara langsung, apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia. Para pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor eksternal bebas dari salah saji material, dapat dipercaya kebenarannya untuk dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan pada laporan keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif. Sebagai akibat interaksi antara pertimbangan kuantitatif dan kualitatif dalam mempertimbangkan materialitas, salah saji yang jumlahnya relatif kecil ditemukan oleh auditor dapat berdampak material terhadap laporan keuangan (SA Seksi 312, 2011) Dalam membuat kebijakan mengenai tingkat materialitas auditor biasanya menentukan terlebih dahulu mengenai batas nilai materialitas, sehingga hal ini dapat bermanfaat dalam menentukan apakah terdapat kekeliruan atau salah saji yang material atau tidak. Semakin kecil tingkat materialitas yang ditetapkan oleh auditor, maka auditor harus mencari bukti lebih banyak agar auditor memperoleh keyakinan atas audit yang dilakukan. Mengapa auditor harus mempertimbangkan dengan baik penaksiran materialitas pada tahap perencanaan audit, karena seorang auditor harus bisa menentukan berapa jumlah rupiah materialitas suatu laporan keuangan kliennya. Jika auditor dalam menentukan jumlah rupiah materialitas terlalu rendah, auditor akan mengkonsumsi waktu dan usaha yang sebenarnya tidak diperlukan, sehingga akan memunculkan masalah yang akan merugikan auditor itu sendiri maupun Kantor Akuntan Publik tempat dimana dia bekerja (Mulyadi, 2002: 161). Auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar auditing yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yaitu: standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan secara keseluruhan.. Seorang akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak sematamata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya, akuntan publik dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai (Herawaty dan Susanto, 2008: 15). Sesuai dengan tanggungjawab auditor eksternal untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan suatu perusahaan, maka akuntan publik tidak hanya perlu memiliki kompetensi atau keahlian saja tetapi juga harus independen dalam melakukan pengauditan.
Tanpa adanya independensi, auditor tidak berarti apa-apa. Masyarakat tidak percaya akan hasil audit dari auditor eksternal dan tidak akan meminta jasa pengauditan dari auditor. Atau dengan kata lain, keberadaan auditor ditentukan oleh independensinya (Supriyono, 1988: 77). Untuk memiliki independensi yang selalu konsisten bukanlah perkara yang mudah. Dalam praktiknya, banyak godaan yang dapat menggangu independensi auditor. Independensi sendiri diartikan sebagai suatu sikap yang tidak memihak kepada kepentingan siapapun, baik pihak manajemen perusahaan, klien maupun pihak luar yang berkepentingan, seperti investor dan kreditor. Independensi seorang auditor dapat diuji dengan mengamati apakah eksternal auditor yang bersangkutan memiliki kepentingan keuangan atau hubungan usaha dengan klien. Eksternal auditor yang independen dilarang memiliki hubungan khusus dengan kliennya (Rendy Setiawan, 2000 dalam Christiawan, 2002: 23) Untuk mengatasi permasalahan independensi ini, pemerintah telah membuat suatu peraturan yang membatasi hubungan antara kantor akuntan publik atau eksternal auditor dengan kliennya, yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk tiga tahun buku berturut-turut. Kompetensi dan independensi merupakan standar yang harus dipenuhi oleh seorang auditor untuk dapat melakukan audit dengan baik. Namun, belum tentu auditor yang memiliki kedua hal di atas akan memiliki komitmen untuk melakukan audit dengan baik. Sebagaimana dikatakan oleh Goleman (2001: 13), hanya dengan adanya motivasi maka seseorang akan mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada. Dengan kata lain, motivasi akan mendorong seseorang, termasuk auditor, untuk berprestasi, komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme yang tinggi. Penelitian sebelumnya telah menguji pengaruh kompetensi, independensi dan motivasi terhadap kualitas audit. Pada penelitian ini penulis ingin menguji pengaruh dari ketiga variabel tersebut terhadap pertimbangan tingkat materialitas, karena dari penelitian terdahulu yang telah menguji materialitas, variabel yang digunakan adalah profesionalisme. Melalui penelitian yang akan dilakukan, penulis ingin mengetahui dan membuktikan pengaruh dari kompetensi, independensi dan motivasi terhadap pertimbangan auditor dalam menentukan tingkat materialitas. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan yang akan diajukan untuk dipecahkan dalam penelitian ini adalah: (1) apakah kompetensi auditor mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas? (2) apakah independensi auditor mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas? (3) apakah motivasi auditor mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas? TELAAH LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Boynton et al. (2006: 6) mendefinisikan auditing sebagai: “a systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the results to interested users” Pengertian auditing menurut Sukrisno Agoes (2012: 4) adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan buktibukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu pengevaluasian dan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak yang independen mengenai kesesuaian antara pernyataan-pernyataan kegiatan ekonomi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, serta menyampaikan hasil audit kepada pihak yang berkepentingan. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 312, materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Salah saji dapat terjadi akibat dari kekeliruan atau kecurangan. Tujuan penetapan materialitas ini adalah untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup. Menurut Boynton et al. (2006: 322) “materiality is one of the factors that affects the auditor’s judgment about the sufficiency (quantity needed) of evidential matter”. Hal ini berarti semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan. Sehingga dapat dikatakan bahwa diperlukan lebih banyak bukti untuk memperoleh keyakinan yang memadai mengenai salah saji material. Auditor bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan (PSA nomor 02: 110. 1) Selain itu auditor juga harus berpedoman pada Standar Auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam standar umum telah mensyaratkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Kemudian dalam pelaksanaan audit, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama Dalam standar umum juga mengaruskan kepada auditor untuk tetap menjaga independensinya dalam semua kegiatan yang berhubungan dengan perikatan. Menurut Christiawan (2002: 31) independensi berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik. Uzer Usman (dalam Muhammad Taufiq, 2010: 37) motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. Menurut H. Hadari Nawawi (2003: 351), motivasi adalah suatu keadaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar. Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja. Atau dengan kata lain pendorong semangat kerja. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja menurut Ravianto (dalam Muhammad Taufiq, 2010: 40) adalah: atasan, rekan sekerja, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang dan non uang, jenis pekerjaan dan tantangan. Jadi motivasi individu untuk bekerja sangat dipengaruhi oleh sistem kebutuhannya. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H1: Kompetensi auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas
H2: Independensi auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas H3: Motivasi auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatory melalui survey, datanya dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dengan pengukuran menggunakan skala likert. Data yang terkumpul diolah menggunakan SPSS Statistic 17.0 for Windows. Pengujian yang dilakukan adalah uji kualitas data, uji asumsi klasik, dan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Malang-Jawa Timur yang meliput auditor senior, manajer dan partner. Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2009: 84). Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah convenience sampling (sampel kemudahan), yaitu mengumpulkan informasi dari anggota populasi yang mudah didekati dan didapatkan. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik deskriptif Dalam penelitian ini, digunakan data primer yang diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disebarkan kepada Kantor Akuntan Publik yang berada di Malang, yang tercatat di directory IAPI. Penyebaran kuesioner dimulai pada tanggal 14 November 2012 dan batas akhir pengambilan pada tanggal 13 Desember 2012, dari 56 kuesioner yang disebarkan, 46 kuesioner yang kembali dan 10 kuesioner yang tidak kembali. Dengan demikian tingkat respon rate dalam penelitian ini adalah 82%. Dari kuesioner yang kembali, yang dapat diolah sebesar 32 kuesioner. Hal ini dikarenakan 14 kuesioner diisi oleh junior auditor. Statistik deskriptif mengenai sampel dapat ditunjukkan sebagai berikut Tabel 1 Hasil Statistik Deskriptif Variabel
N
Kompetensi (X1) 32 Independensi (X2) 32 Motivasi (X3) 32 Pertimbangan Tingkat 32 Materialitas (Y) Sumber: data primer (diolah)
Kisaran Teoritis 7-42 7-49 7-70
Kisaran Rata-Rata Sesungguhnya 16-41 34.44 23-49 42.19 34-61 54.63
Std. Deviasi 5.162 6.018 6.121
7-119
62-105
12.102
92.06
Uji Kualitas Data Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua pertanyaan dalam kuesioner sudah memenuhi uji validitas karena nilai Pearson Correlation menunjukkan >0.5. Untuk uji realibilitas, nilai Cronbach Alpha dalam penelitian ini >0,6. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua variabel reliabel.
Uji Asumsi Klasik Berdasarkan pengujian Kolmogorov-Smirnov, untuk variabel dependen pertimbangan tingkat materialitas (Y) menghasilkan koefisien Kolmogorov-Smirnov sebesar 1.345 dengan nilai signifikansi > 0.05 yaitu sebesar 0.054. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan untuk pertimbangan tingkat materialitas (Y) telah memenuhi asumsi normalitas. Nilai signifikansi koefisien uji glejser menunjukkan nilai probabilitas >0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi Y memenuhi homokedastisitas (tidak terjadi heteroskedastiditas. Seluruh variabel menghasilkan nilai VIF < 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model Y tidak terdapat gejala multikolinieritas. Pada model regresi didapatkan koefisien Durbin-Watson sebesar 2.041. Dalam tabel Durbin-Watson diketahui dL = 1.244 dan dU = 1.650. Hasil menunjukkan bahwa nilai dU< d< 4-dU (1.650 < 2.041 < 2.350). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi antar residual dan asumsi autokorelasi telah terpenuhi. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen, yaitu variabel kompetensi (X1), independensi (X2), motivasi (X3), berpengaruh terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas (Y). Hasil pengujian hipotesis ditunjukkan sebagai berikut. Tabel 2 Hasil Uji Hipotesis Hipotesis
t-test
Variabel kompetensi (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Y)
t hitung = 2.540
Variabel independensi (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Y)
t hitung = 2.654
Variabel motivasi (X3) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Y)
t
sig t
= 0.017
t tabel
= 2.048
R Square
F-test
F hitung = 18.430 sig t
= 0.013
t tabel
= 2.048
0.628 sig
= 0.000
F tabel = 2.95 hitung
= -0.009
sig t
= 0.993
t tabel
= 2.048
Sumber : Data Primer (diolah)
Tabel 3 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Variabel B (Constant) 17.371 Kompetensi (X1) 1.244 Independensi (X2) 0.760 Motivasi (X3) 0.004 Sumber: data primer (diolah) Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan pada tabel model regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut: Y = 17.371 + 1.244 X1 + 0.760 X2 + 0.004 X3 + e Pembahasan Berdasarkan hasil uji hipotesis, diketahui bahwa kompetensi (X 1) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Y). Variabel independensi (X 2) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Y). Variabel motivasi (X3) tidak memiliki pengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Y). 1. Hipotesis Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Hipotesis pertama menyatakan bahwa kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hasil statistik menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel kompetensi adalah 1.244. Nilai ini signifikansi 0.05 dengan p value 0.017. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan nilai t hitung 2.540 > t tabel 2.048. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan dan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat kompetensi auditor semakin tinggi pula pertimbangan tingkat materialitasnya. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam standar umum telah menjelaskan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Sehingga dapat dipahami bahwa untuk meningkatkan kemampuan auditor dalam mempertimbangkan tingkat materialitas sangat tergantung pada tingkat kompetensinya. Jika auditor memiliki kompetensi yang baik maka auditor dapat dengan mudah melakukan tugas-tugas auditnya, begitu juga sebaliknya, jika kompetensi auditor rendah maka dalam melaksanakan tugasnya auditor akan mendapatkan kesulitan-kesulitan. Pertimbangan mengenai tingkat materialitas merupakan pertimbangan profesional, dimana dalam pelaksanaannya dibutuhkan kompetensi yang memadai dari seorang auditor. Auditor yang memiliki kompetensi tinggi akan memiliki kemampuan lebih dalam melihat pola dan kecenderungan kesalahan yang mungkin muncul dalam laporan keuangan. Keandalan dalam penilaian resiko akan membantu auditor dalam membuat pertimbangan tingkat materialitas 2. Hipotesis Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Hipotesis kedua menyatakan bahwa independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hasil statistik menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel independensi adalah 0.760. Nilai ini signifikansi 0.05 dengan p value 0.013. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan nilai t hitung 2.654 > t tabel 2.048. Hal ini menunjukkan bahwa independensi berpengaruh signifikan dan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat
materialitas. Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat independensi auditor secara signifikan dapat meningkatkan pertimbangan tingkat materialitasnya. Hasil pengujian ini sejalan dengan pendapat De Angelo (dalam Muhammad Taufiq. 2010) bahwa kemungkinan dimana auditor akan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor. Dengan independensi, auditor akan bersikap netral terhadap entitas serta akan bersikap objektif. Publik dapat mempercayai fungsi audit karena auditor bersikap tidak memihak serta mengakui adanya kewajiban untuk bersikap adil 3. Hipotesis Pengaruh Motivasi Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Hipotesis ketiga menyatakan bahwa motivasi auditor tidak memiliki pengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hasil statistik menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel motivasi adalah 0.004. Nilai ini signifikansi 0.05 dengan p value 0.993. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan nilai t hitung -0.009 < t tabel 2.048. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi tidak berpengaruh signifikan dan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Goleman (2001) bahwa hanya motivasi yang akan membuat seseorang mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada. Hal ini mungkin disebabkan karena auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Malang merasa bahwa motivasi bukan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi dalam menentukan tingkat materialitas. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kompetensi auditor berpengaruh signifikan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas pada Kantor Akuntan Publik di Malang, sehingga semakin tinggi kompetensi seorang auditor, maka semakin baik pertimbangan tingkat materialitas yang diambil. 2. Independensi auditor berpengaruh signifikan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas pada Kantor Akuntan Publik di Malang, sehingga semakin tinggi independensi auditor, maka semakin baik pertimbangan tingkat materialitas yang akan diambil. 3. Motivasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas pada Kantor Akuntan Publik di Malang, sehingga motivasi auditor yang dimiliki tidak menjamin apakah pertimbangan tingkat materialitas yang di ambil akan baik. DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno. 2012. Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat Arens, Alvin A., Mark S. Beasley & Randal J. Endar. 2011. Auditing and Assurance Services. England: Pearson Education Limitid Boynton, William C., Johnson, Raymond . 2006. Modern Auditing: Assurance Services and The Integrity of Financial Reporting, 8th ed. United States of Amerika: John Wiley & Sons, Inc Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Akuntansi dan Keuangan Vol.4 No. 2 (Nov) Hal. 79-92 Directory Kantor Akuntan Publik. 2012. Institut Akuntan Publik Indonesia. (online). (http://iapi.or.id). Diakses 5 Oktober 2012 Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Multivarite dengan SPSS. Cetakan Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Goleman, D. 2001. Working White Emotional Intelligence. (terjemahkan Alex Tri Kantjono W). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Herawati dan Susanto. (2009). Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.11 No. 1 Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik 31 Maret 2011. Jakarta: Diperbanyak oleh Salemba Empat Kasidi. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor. Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2002. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Revika Aditama Mardiyah, Ainul., Wahyudi, Hendro. 2006. Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang. Mayangsari, S. 2003. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Suatu Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 6 No. 1. Januari Muhammad, Rifqi. 2008. Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Auditor dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Pengauditan Laporan Keuangan. Jurnal Penelitian dan Pengabdian. (online). (http://www.uii.ac.id). Diakses 5 Juli 2012. Mulyadi & Puradiredja Kanaka. 2002. Auditing (Edisi 6). Jakarta: Salemba Empat Nawawi, H. Hadari. 2003. Perencanaan SDM Untuk Organisasi Profit Yang Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Nur, Siti. 2010. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro ___________. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Jasa Akuntan Publik. (online), diakses tanggal 15 Oktober 2012 Rimawati, Nike. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Saifudin. 2004. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Kuasieksperimen Pada Auditor Dan Mahasiswa). Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Sekaran, Uma. 2010. Research Methods for Business : A Skill Building Approach, Fifth Edition. United Kingdom : John Wiley & Sons Ltd. Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Ed III. Yogyakarta: STIE YKPN Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Supriyono, R.A. 1988. Pemeriksaan Akuntan (Auditing) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik. Yogyakarta: BPFE Taufiq, Muhammad. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Umi, Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi. Bandung : Universitas Komputer Indonesia. ___________. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. (online), diakses tanggal 28 November 2012