PENGARUH GENDER, PENGALAMAN AUDITOR, DAN KOMPLEKSITAS TUGAS TERHADAP AUDIT JUDGEMENT
Sabaruddinsah ABSTRACT
This research was aimed to examine and to complexity task evidents on effects of gender, and task complexity toward audit judgment taken by auditor. This research was carried out at the Jakarta with respondent from auditor at the Jakarta Public Accountant Offices. The sampling was conducted by purposive sampling technique. Data was conducted by questionnaire. Data analysis used dual regression linear method. The result of research showed that gender and task complexity didn’t significantly affect audit judgment, but obedience pressure significantly affect audit judgment. Keywords: gender, task complexity, audit judgment
PENDAHULUAN Latar Belakang Seorang auditor dalam melakukan tugasnya membuat audit judgment dipengaruhi oleh banyak faktor, baik bersifat teknis ataupun non teknis. Aspek perilaku individu sebagai salah satu faktor yang banyak mempengaruhi pembuatan audit judgment, sekarang ini semakin banyak menerima perhatian dari para praktisi akuntansi ataupun dari akademisi. Namun demikian, meningkatnya perhatian tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan penelitian di bidang akuntansi perilaku dimana dalam banyak penelitian tidak menjadi fokus utama (Meyer, 2001). Cara pandang auditor dalam menanggapi informasi berhubungan dengan tanggung jawab dan risiko audit yang akan dihadapi oleh auditor sehubungan dengan judgment yang dibuatnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi auditor dalam menanggapi dan mengevaluasi informasi ini antara lain meliputi faktor pengetahuan, perilaku auditor dalam memperoleh dan mengevaluasi informasi, serta kompleksitas tugas dalam melakukan pemeriksaan. Penelitian ini
1
dimaksudkan untuk mengetahui apakah faktor gender dan tekanan ketaatan juga akan mempengaruhi persepsi auditor. Gender diduga menjadi salah satu faktor level individu yang turut mempengaruhi audit judgment seiring dengan terjadinya perubahan pada kompleksitas tugas dan pengaruh tingkat kepatuhan terhadap etika. Temuan riset literatur psikologis kognitif dan pemasaran juga menyebutkan bahwa wanita diduga lebih efisien dan efektif dalam memproses informasi saat adanya kompleksitas tugas dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan pria. Ruegger dan King (1992) menyatakan wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral yang lebih tinggi dari pada pria. Gilligan (1982) menyatakan pengaruh gender terhadap perbedaan persepsi etika terjadi pada saat proses pengambilan keputusan. Temuan DeZoort dan Lord (dalam Hartanto, 1999) melihat adanya pengaruh tekanan atasan pada konsekuensi yang memerlukan biaya, seperti halnya tuntutan hukum, hilangnya profesionalisme, dan hilangnya kepercayaan publik dan kredibilitas sosial. Hal tersebut mengindikasikan adanya pengaruh dari tekanan atasan pada judgment yang diambil auditor. Ashton (1990) telah mencoba untuk melihat pengaruh tekanan dari atasan pada kinerja auditor dalam hal budget waktu, tenggat waktu, akuntabilitas, dan jastifikasi. Teori ketaatan menyatakan bahwa individu yang memiliki kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain dengan perintah yang diberikannya. Hal ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk dari legitimate power. Paradigma ketaatan pada kekuasaan ini dikembangkan oleh Milgram (1974) dengan mengatakan bahwa bawahan yang mengalami tekanan ketaatan dari atasan akan mengalami perubahan psikologis dari seseorang yang berperilaku autonomis menjadi perilaku agen. Perubahan perilaku ini terjadi karena bawahan tersebut merasa menjadi agen dari sumber kekuasaan dan dirinya terlepas dari tanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Akuntan sering berhadapan dengan keputusan yang hasilnya tidak cukup oleh kode etik maupun oleh standar akuntansi berterima umum. Pertimbangan utama dalam keputusan adalah etika, walaupun seringkali melibatkan berbagai
2
macam konflik kepentingan. Judgment akuntan profesional dapat dirusak oleh konflik kepentingan. Terdapat dua konflik kepentingan, yaitu real conflict dan latent conflict. Real conflict adalah konflik yang mempunyai pengaruh pada masalah judgment yang ada, sedangkan latent conflict adalah konflik yang bisa mempengaruhi judgment di masa mendatang. Contoh konflik yang kedua bisa terjadi pada auditor yang penghasilannya didominasi oleh satu klien yang besar. Meskipun pada saat itu kondisi tersebut tidak menyulitkan, tetapi suatu waktu bisa terjadi diperlukan adanya penyesuaian negatif terhadap laba. Klien dalam kondisi tersebut dapat menolak penyesuaian ini dengan mengancam akan pindah ke auditor lain (Muawanah, 2001) Badan audit research ternama telah mendemonstrasikan bahwa sejumlah faktor level individu terbukti berpengaruh terhadap keputusan seorang auditor (Solomon dan Shields, 1995) dan bahwa pengaruh dari keberadaan faktor-faktor ini berubah-ubah seiring dengan meningkatnya kompleksitas tugas yang dihadapi (Tan dan Kao 1999; Libby 1995). Pengujian pengaruh sejumlah faktor tersebut terhadap kompleksitas tugas juga bersifat penting karena kecenderungan bahwa tugas melakukan audit adalah tugas yang banyak menghadapi persoalan kompleks. Bonner (1994) mengemukakan ada tiga alasan yang cukup mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan. Pertama, kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja seorang auditor. Kedua, sarana dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas tugas audit. Ketiga, pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas dapat membantu tim manajemen audit perusahaan menemukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas audit. Hogarth (1992) mengartikan judgment sebagai proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan. Judgment merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilihan untuk bertindak atau tidak bertindak, penerimaan informasi lebih lanjut. Proses judgment tergantung pada kedatangan informasi sebagai suatu
3
proses unfolds. Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan, tetapi juga mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat.
PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana pengaruh gender terhadap judgment yang diambil oleh auditor?
2.
Bagaimana pengaruh tekanan ketaatan terhadap judgment yang diambil oleh auditor?
3.
Bagaimana pengaruh kompleksitas tugas terhadap judgment yang diambil auditor?
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS Pengaruh Gender terhadap Judgment yang Diambil oleh Auditor Istilah gender dapat diartikan sebagai pembedaan peran antara laki-laki dan
perempuan
yang
biologisnya/seksualnya,
tidak
tetapi
juga
hanya
mengacu
mencakup
pada
nilai-nilai
perbedaan
sosial
budaya
(Berninghausen and Kerstan, 1992). Isu gender mendorong beberapa peneliti mengkaitkannya dengan peran laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, dan dikaitkan dengan kemampuan perempuan dalam menyelesaikan tugas dalam suatu profesi. Riset tentang adanya perbedaan proses informasi yang diakibatkan oleh adanya isu gender disosialisasikan oleh Meyers–Levy (1986). Meyers–Levy
(1986)
mengembangkan
kerangka
teoritis
untuk
menjelaskan kajian tentang perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam memproses informasi. Kerangka teoritis ini mereka sebut dengan “selectivity hypothesis”. Perbedaaan yang didasarkan pada isu gender dalam pemrosesan informasi dan pembuatan keputusan didasarkan atas pendekatan yang berbeda yaitu bahwa laki-laki dan perempuan menggunakan pemrosesan inti informasi dalam memecahkan masalah dan membuat inti keputusan. Laki-laki pada umumnya dalam menyelesaikan masalah tidak menggunakan semua informasi yang tersedia, dan mereka juga tidak memproses informasi secara menyeluruh,
4
sehingga dikatakan bahwa laki-laki cenderung melakukan pemrosesan informasi secara terbatas. Sedangkan perempuan dipandang sebagai pemroses informasi lebih detail yang melakukan proses informasi pada sebagian besar inti informasi untuk pembuatan keputusan atau judgment. Pengambilan keputusan harus didukung oleh informasi yang memadai. Kaum pria dalam pengolahan informasi tersebut biasanya tidak menggunakan seluruh informasi yang tersedia sehingga keputusan yang diambil kurang komprehensif. Lain halnya dengan wanita, mereka dalam mengolah informasi cenderung lebih teliti dengan menggunakan informasi yang lebih lengkap dan mengevaluasi kembali informasi tersebut dan tidak gampang menyerah (Meyer dan Levy, 1986). Kaum wanita relatif lebih efisien dibandingkan kaum pria selagi mendapat akses informasi. Selain itu, kaum wanita juga memiliki daya ingat yang lebih tajam terhadap suatu informasi baru dibandingkan kaum pria dan demikian halnya kemampuan dalam mengolah informasi yang sedikit menjadi lebih tajam. Argumen ini didukung oleh hasil penelitian dari Giligan (1982), Sweeney dan Robert (1997), Barbeau dan Brabeck dalam Hartanto (1999), dan Cohen, et al. (1999). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Gender berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh auditor
Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Judgment yang Diambil oleh Auditor Akuntan secara terus menerus berhadapan dengan dilema etika yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan. Dalam keadaan ini, klien bisa mempengaruhi proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor. Klien bisa menekan auditor untuk mengambil tindakan yang melanggar standar pemeriksaan. Auditor secara umum dianggap termotivasi oleh etika profesi dan standar pemeriksaan, maka auditor akan berada dalam situasi konflik. Memenuhi tuntutan klien berarti melanggar standar. Namun dengan tidak memenuhi tuntutan klien, bisa mendapatkan sanksi oleh klien berupa kemungkinan penghentian penugasan. Karena pertimbangan profesional berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu,
5
kesadaran moral memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan akhir. Penelitian sebelumnya menunjukkan bukti bahwa auditor yang mendapatkan perintah tidak tepat baik itu dari atasan ataupun dari klien cenderung akan berperilaku menyimpang dari standar profesional (Hartanto,1999). Pengalaman sebagai salah satu variabel yang banyak digunakan dalam berbagai penelitian. Marinus (1997) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik. Lebih jauh Kolodner (1983) dalam risetnya
menunjukkan
bagaimana
pengalaman
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan kinerja pengambilan keputusan. Namun, di lain pihak beberapa riset menunjukkan kegagalan temuan tersebut (seperti Ashton, 1991; Blocher et al.1993), hal ini karena menurut Ashton (1991) sering sekali dalam keputusan akuntansi dan audit memiliki sedikit waktu untuk dapat belajar. Selain itu, beberapa badan menghubungkan antara pengalaman dan profesionalitas sebagai hal yang sangat penting didalam menjalankan profesi akuntan publik. AICPA AU section 100-110 mengaitkan profesional dan pengalaman dalam kinerja auditor : The professional qualifications required of the independend auditor are those of person with the education and experience to practice as such. They do not include those of person trained for qualified to engage in another profession or accupation. Menurut The Institute of Chartered Account in Australia (1997:28): Membership of profession means commitment to asset of value that serve to define that professional as specific “moral community”. Tobe a good accountant one not only needs to have insight into one’s profession, but to have accepted and internalized those values. Professional value clarification is an activity both of individual accountants, in identifying and gaining critical insight into the meaning and application of those values, and activity of professional it self.
6
Menurut Jeffrey (dalam Sri Sularso dan Ainun Na’im, 1999:156), memperlihatkan bahwa seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Menurut Butts (ibid), mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat judgment lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. Hal ini dipertegas oleh Haynes et al (1998) yang menemukan bahwa pengalaman audit yang dipunyai auditor ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: Pengalaman Auditor berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh auditor
Pengaruh Kompleksitas Tugas terhadap Judgment yang Diambil oleh Auditor Akuntan selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang kompleks, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya. Kompleksitas tugas dapat didefinisikan sebagai fungsi dari tugas itu sendiri (Wood, 1986). Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, membingungkan dan sulit (Sanusi dan Iskandar, 2007). Beberapa tugas audit dipertimbangkan sebagai tugas dengan kompleksitas yang tinggi dan sulit sementara yang lain memprespsikannya sebagai tugas yang mudah (Jiambalvo dan Pratt, 1982). Kompleksitas tugas pada penelitian ini didefinisikan sebagai tugas yang kompleks, terdiri atas bagianbagian yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain. Dalam pelaksanaan tugasnya yang kompleks, auditor junior sebagai anggota pada suatu tim audit memerlukan keahlian, kemampuan dan tingkat kesabaran yang tinggi. Tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas merupakan dua aspek penyusun dari kompleksitas tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur adalah terkait dengan kejelasan informasi (information clarity). Menurut Bonner (1994), proses pengolahan informasi terdiri dari tiga tahapan, yaitu: input, proses, output. Pada
7
tahap input dan proses, kompleksitas tugas meningkat seiring bertambahnya faktor cues. Terdapat perbedaan antara pengertian banyaknya cues yang diadakan (number of cues available) dengan banyaknya cues yang terolah (number of cues processed). Banyaknya cues yang ada, seorang decision maker harus berusaha melakukan pemilahan terhadap cues-cues tersebut (meliputi upaya penyeleksian dan pertimbangan-pertimbangan) dan kemudian mengintegrasikannya ke dalam suatu judgment (pendapat). Keputusan bisa diberikan segera bila banyak cues yang diamati tidak meninggalkan batas-batas kemampuan dari seorang decision maker (Chung dan Monroe, 2001). Berdasarkan tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: Kompleksitas tugas berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh Auditor
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kausal komparatif (Indriantoro dan Supomo, 1999:29).
Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Direktori Kantor Akuntan Publik yang dikeluarkan oleh IAI pada tahun 2007 Se-Jakarta.
Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik simple random sampling yang didasarkan pada kriteria sebagai berikut: (1) auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Jabotabek; (2) level auditor senior dan yunior, (3) auditor yang bekerja pada KAP Jabotabek yang terdaftar pada Direktori Kantor Akuntan Publik yang dikeluarkan IAI pada tahun 2007. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 47 responden.
8
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan cara melalui mail survey ke Kantor Akuntan Publik yang ada di Jabotabek. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan untuk mendapatkan informasi tentang gender, pengalaman auditor, kompleksitas tugas, dan audit judgment.
Teknik Analisis Data Alat pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Untuk itu diformulasikan model regresi berganda sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e dimana: Y
: Audit judgment
a
: Nilai intersep (konstan)
b1,b2 & b3 : Koefisien arah regresi X1
: Gender
X2
: Tekanan Ketaatan
X3
: Kompleksitas Tugas
e
: error Untuk menganalisis pengaruh variabel kompleksitas tugas (X1), gender
(X2), dan pengalaman auditor (X3) terhadap audit judgment (Y) digunakan metoda statistik dengan tingkat taraf signifikansi α = 0,05 artinya derajat kesalahan sebesar 5 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Bagian ini menguraikan hasil penelitian mengenai pengaruh gender, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment. Bagian pertama yang akan diuraikan adalah karakteristik responden dan gambaran tanggapan responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan peneliti melalui kuesioner. Bagian kedua adalah hasil pengujian alat ukur penelitian,
9
kemudian bagian ketiga membahas tentang pengaruh pengaruh gender, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment.
Pengujian Asumsi Klasik Uji Normalitas Asumsi normalitas merupakan syarat yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan koefisien regresi, apabila data residual dari model regresi tidak berdistribusi normal maka kesimpulan dari hasil uji F dan uji t perlu dipertanyakan, karena statistik uji dalam analisis regresi diturunkan dari distribusi normal. Pada penelitian ini digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas model regresi melalui nilai residual. Dari tabel uji asumsi klasik dapat dilihat bahwa nilai probabilitas (p-value) pada uji Kolmogorov-Smirnov model kedua lebih besar dari 0,05, karena nilai probabilitas model kedua masih lebih besar dari 0,05 (5%), maka disimpulkan bahwa model regresi kedua mengikuti distribusi normal. Sementara untuk model pertama dan ketiga tidak berdistribusi normal, akan tetapi karena jumlah unit analisis (n) pada penelitian ini cukup besar (jumlah sampel = 190), hal ini tidak mejadi masalah yang serius dimana menurut John E. Hanke (1995;271): ”when the sample size is sufficiently large (30 or greater), the central limit theorem provides a rationale for using the statistical tests without the normality assumption”
Uji Non-Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan indikasi bahwa varian antar residual tidak homogen yang mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak lagi efisien. Untuk menguji apakah varian dari residual homogen digunakan uji korelasi rank Spearman, yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error). Apabila koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas ada yang signifikan pada tingkat kekeliruan 5%, mengindikasikan adanya heteroskedastisitas. Pada tabel 4.36 berikut dijabarkan nilai signifikansi untuk masing-masing variabel bebas.
10
Dari uji heteroskedasitas memberikan suatu indikasi bahwa residual (error) yang muncul dari persamaan ketiga model regresi mempunyai varian yang sama (tidak terjadi heteroskedastisitas), dimana nilai korelasi variabel bebas dengan absolut error pada masing-masing model tidak ada yang signifikan pada tingkat kekeliruan 5% (sig. > 0,05).
Karena ketiga asumsi regresi sudah
terpenuhi, selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil estimasi ketiga model regresi untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih eksak atas interpretasi model persamaan regresi.
Uji Non-Kolinieritas Ganda (Multicolinearity) Multikolinieritas berarti adanya hubungan yang kuat di antara beberapa atau
semua
variabel
independen
dalam
model
regresi.
Jika
terdapat
Multikolinieritas maka koefisien regresi menjadi tidak tentu, tingkat kesalahannya menjadi sangat besar. Pada penelitian ini digunakan nilai variance inflation factors (VIF) sebagai indikator ada tidaknya multikolinieritas di antara variabel bebas. Dari uji multikolinilieritas menunjukkan tidak adanya korelasi yang cukup kuat antara sesama variabel bebas, dimana nilai VIF lebih kecil dari 10 dan dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas diantara sesama variabel bebas.
Analisis Data dan Interpretasi Pengolahan data dengan menggunakan regresi linear dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh gender (X1), tekanan ketaatan (X2) dan kompleksitas tugas (X3) terhadap audit judgment (Y). Hasil regresi Variabel tergantung pada regresi ini adalah audit judgment (Y) sedangkan variabel bebasnya adalah variabel gender (X1), tekanan ketaatan (X2), dan kompleksitas tugas (X3). Tampak pada persamaan tersebut menunjukkan angka yang signifikan hanya pada variabel tekanan ketaatan (X2).
11
Pengaruh Gender Terhadap Judgment yang Diambil oleh Auditor Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gender tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin antara pria dan wanita dengan perbedaan berbagai sifat dan karakter individu masing-masing tidak berpengaruh terhadap audit judgment yang diambil oleh auditor pria dan wanita. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartanto (1999) yang mengatakan bahwa gender tidak berpengaruh secara signifikan terhadap judgment auditor yang mendapat tekanan. Hal ini senada dengan hasil penelitian Thoma (1986) yang menemukan bahwa pengaruh gender sangat kecil. Trisnaningsih dan Iswati (2003) mengatakan bahwa tidak ada perbedaan kinerja auditor dilihat dari perbedaan gender antara pria dan wanita jika dilihat dari kesetaraan komitmen organisasional, komitmen profesional, motivasi dan kesempatan kerja, kecuali kepuasan kerja menunjukkan adanya perbedaan antara kinerja auditor pria dan wanita. Penelitian yang dilakukan oleh Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa gender berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment jika berinteraksi dengan kompleksitas tugas. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Gilligan (1982)
yang berhasil
mengindikasikan bahwa
pertimbangan moral dan alasan mendasar dalam etika pada pria dan wanita berbeda. Ruegger dan King (1992) juga mengindikasikan bahwa wanita memiliki pertimbangan moral yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.
Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Judgment yang Diambil oleh Auditor Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman auditor memengang perananan penting dalam hal pengambilan keputusan dalam kondisi adanya perintah dari atasan dan tekanan dari klien untuk berperilaku menyimpang dari standar profesional auditor junior cenderung akan mentaati perintah tersebut. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor maka semakin profesional tindakan yang mereka
12
ambil walaupun kondisi dan tempat mereka bekerja sangat tertekan baik dari atasan maupun dari klien. Tentunya sedikit yang mau mengambil risiko untuk mencari pekerjaan lain dan kehilangan klien sebagai konsekuensi menentang perintah atasan dan keinginan klien yang tidak tepat yang menyimpang dari standar profesional. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartanto (1999).
Pengaruh Kompleksitas Tugas terhadap Judgment yang Diambil oleh Auditor Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. Hal ini menunjukkan bahwa pada situasi tugas yang kompleks tidak berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh auditor dalam menentukan pendapat terhadap hasil auditannya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Cheng, dkk., (2003) yang mengatakan bahwa kompleksitas tugas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keputusan. Penelitian yang bertentangan dengan hasil penelitian ini antara lain, penelitian Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa interaksi antara gender dengan kompleksitas tugas berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. Hal ini juga senada dengan penelitian yang dilakukan Abdolmohammadi dan Wright (1986) menunjukkan bahwa perbedaan judgment yang signifikan ditemukan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1.
Gender tidak berpengaruh terhadap audit judgment, Kondisi ini menunjukkan bahwa perbedaan gender antara auditor pria dan wanita dengan perbedaan karakter dan sifat yang melekat pada individu masing-masing tidak berpengaruh terhadap judgment yang akan diambilnya.
2.
Pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman auditor, yaitu perintah dari atasan dan keinginan klien untuk menyimpang dari standar profesional akan cenderung
13
menaati perintah tersebut walaupun perintah tersebut tidak tepat dan bertentangan dengan standar profesional. 3.
Kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment artinya para auditor mengetahui dengan jelas atas tugas apa yang akan dilakukannya, tidak mengalami kesulitan dalam melakukan tugas dan dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Saran 1. Peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian di propinsi lain, sehingga nantinya hasilnya bisa digeneralisasi untuk lingkup yang lebih luas jadi untuk memperkuat validitas eksternal diperlukan penelitian lebih lanjut.
2. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambah variabel-variabel yang berpengaruh terhadap audit judgment seperti tekanan ketaatan, kemampuan, dan pengetahuan. Komponen pengetahuan yang merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Abdolmohammadi dan Wright (1987) mengatakan
bahwa
adanya
perbedaan
judgment
antara
auditor
yang
berpengalaman dan yang tidak berpengalaman.
DAFTAR PUSTAKA Abdolmohammadi, M dan A. Wright., 1987., An Examination of Effect of Experience and Task Complexcity on Audit judgment., Journal of The Accounting Review., LXII (1) : 1-13. Aliman., 2000., Modul Ekonometrika Terapan., Makalah Tidak Diterbitkan untuk Umum., Yogyakarta. Arief, S., 1993., Metodologi Penelitian Ekonomi., UI Press., Jakarta. Arikunto, S., 1998., Prosedur Penelitian., Rineka Cipta., Jakarta. Ashton, H. R dan J. Jennedy., 2002,, Eliminating Recency with Self Review : Case of Auditor Going Concern Judgment., Journal of behavioral decision making., 3: 221-231. Barbara., 2003., An Examination of The Effect of Consultation Review, Financial Dependence and Moral Development on Auditor Judgment., Journal of American Accounting Association.
14
Bonner, S. E. 1994.. A Model of The Effects of Audit Task Complexity., Accounting, Organizations and Society., 19 (3): 213-234. Bonner, S.E., 1999., Judgment and Decision Making Research in Accounting., Accounting Horizons., 13 (4): 385-398. Cheng, M. M., P. F. Luckett., dan K-D Axel S., 2003., The Effect of Cognitive Style Diversity On Decision Making Dyad: An Empirical Analysis In The Context Of Complex Task., Journal of Behavioral Research in Accounting., 15: 39-62. Chung, J. dan G. S. Monroe., 2001., A Research Note on The Effect of Gender and Task Complexity on Audit judgment., Journal of Behavioral Research., 13: 111-125. Cohen R. J., L. W. Pant dan D. J. Shramp., 1999, The Effect of Gender and Academic Discipline Diversity on The Ethical Evaluation, Ethical Intention and Ethical Orientation of Potential Public Accounting Recruitment, Accounting Horizon., 12 (3) : 250-270. Dajan, A., 1986., Pengantar Metoda Statistik., Jilid 1 & 2. LP3ES., Jakarta. Djaddang, S dan A. Parmono., 2002., Auditor’s Judgement Produk Konsensus antara KAP dan Auditor., Media Akuntansi., Edisi 25: 48-52. Hamilton E. R dan W. F. Fright., 1982., Internal Control Judgments and Effects of Experience : Replication And Extension., Journal Of Accounting Research, 20 (2): 756-765. IAI, 2002., Standar Akuntansi Keuangan, PT Salemba Empat, Jakarta. IAI-Kompartemen Akuntan Publik, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, PT Salemba Empat, Jakarta. Lowe D. J dan P. M. J. Reckers., 2000., The Use of Foresight Decision Aids in Auditor Judgment., Journal of Behavioral research in accounting., 12: 97118. Meyer dan Levy. J., 1986., Gender Differences in Information Processing: A Selectivity Interpretation. In Cognitive and Affective Responses to Advertising., edited by P., Cafferata and M.Tybout., 219-260,. MA: Lexington Books., Lexington. Meyer, M. dan J. T. Rigsby., 2001., Descriptive Analysis of The Content and Contribution of Behavioral Research In Accounting 1989-1998. Accounting Journal. Milgram, S., 1974., Obedience to Authority. Harper and Row., New York. Moleong, L. J., 1997., Metodologi Penelitian Kualitatif., PT. Remaja Rosdakarya., Bandung. Morgan, G., 1991., Images of Organization., Sage Publications Inc., New York.
15
Muawanah, U., 2001., Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Audit: Peran Locus of Control, Komitmen Profesi dan Kesadaran Etis., Jurnal Riset Akuntansi Indonesia., 4 (2): 133-150. Ponemon, L.A., 1990., Ethical Judgments in Accounting: A Cognitive Critical Perspective in Development Perspective., Critical Perspective Accounting 1: 191-215. Puspa, D.F dan B. Riyanto., 1999., Tipe Lingkungan Pengendalian Organisasi, Orientasi Profesional, Konflik Peran, Kepuasan Kerja dan Kinerja: Suatu Penelitian Empiris., Jurnal Riset Akuntansi Indonesia : 117-134. Ruegger, D., dan E.W. King., 1992., A Study of The Effect of Age and Gender Upon Student Business Ethics., Journal of Business Ethics., 11: 179-186. Santoso, S., 2001., Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik., PT. Elex Media Computindo., Jakarta. Santoso, S., 2001., SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional., PT Elex Media Komputindo., Jakarta. Sekaran, U., 2003., Research Methods for Business: A Skill Building Approach., Fourth Edition., John Willey&Sons., Inc., New York. Shelton, S. W., 1999., The Effect of Experience on The Use of Irrelevant Evidence in Auditor Judgment., The Accounting Review., 74 (2): 217-224. Siegel H. P., 1995., Auditor Profesional Performance and Mentor Relationship with Public Accounting Firm., Journal of Accounting Auditing & Accountability., 8 (4): 3-22. Solomon, I., dan M. Shields., 1995., Judgment and Decision Making Research in Auditing. In judgment and Decision-Making Research in Accounting and Auditing, edited by R. Ashton and A. Ashton. NY: Cambridge University Press., New York. Stuart, I., 2001., The Influence of Audit Structure on Auditor Performance in High and Low Complexity Task Setting. Journal of Accounting Behavior., 3-30. Sugiono., 2002., Metoda Penelitian Administrasi., Cetakan Kedelapan., Alfabeta., Bandung. Sweeney, J., dan R. Robert., 1997., Cognitive Moral Development and Auditor Independence., Accounting, Organization and Society, 22: 337-352. Tan, H dan A. Kao., 1999., Accountability Effects on Auditors Performance: Influence of Knowledge, Problem Solving Ability and Task Complexity. Journal of Accounitng Research., 37: 209-223. Trisnaningsih, S dan S. Isnawati., 2003., Perbedaan Kinerja Auditor Dilihat dari Segi Gender., Simposium Nasional Akuntansi VI., 1036-1047.
16