ANALISIS PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN PENGALAMAN TERHADAP KINERJA AUDITOR DALAM PEMBUATAN AUDIT JUDGMENT Rahmi Ayu Puspitasari Daljono, S.E., MSi., Akt.
ABSTRACT Judgment is a central activity in carrying out the audit work. Judgment accuracy taken by auditors in completing the audit work have a significant influence on final conclusion (opinion) that will be generated. Performance of the auditor in making an audit judgment is influenced by various factors. This research aims to test the influence of gender, obedience pressure, task complexity and experience on performance of auditors in making audit judgment. This research done by sending questionaires to auditors working in Public Accounting Firms in Semarang. The instrument of this study is questionnaire which distributed directly to auditors. Data analysis used dual regression linier method with SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) 17. Result of this research showed that obedience pressure, task complexity and experience significantly affect performace of auditors in making audit judgment, but gender didn’t significantly affect performance of auditor in making audit judgment..
Keywords : audit judgment, performance of auditors, gender, obedience pressure, task complexity, experience
1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-36/PM/2003 dan Peraturan Bursa Efek
Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/07-2004 menyebutkan bahwa perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan telah diaudit oleh akuntan publik. Laporan keuangan tersebut digunakan pihak-pihak yang berkepentingan, baik pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah serta pemegang kepentingan lainnya untuk membuat keputusan ekonomi. Sehingga informasi yang ada di dalamnya harus relevan, handal, dan bebas dari salah saji yang material. Oleh sebab itu, akuntan publik diperlukan sebagai jasa penjamin dari pihak ketiga yang independen untuk memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan pihak manajemen bebas dari salah saji yang material dan menyesatkan sehingga dapat dipercaya dan diandalkan sebagai dasar dalam pembuatan keputusan bisnis. Auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan menarik kesimpulan atas kewajaran laporan keuangan. Untuk melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan sebuah audit judgment dimana auditor mengumpulkan bukti dalam waktu yang berbeda dan mengintegrasikan informasi dari bukti tersebut. Audit judgment merupakan suatu pertimbangan yang mempengaruhi dokumentasi bukti dan keputusan pendapat yang dibuat oleh auditor (Taylor, 2000 dalam Pramono, 2007). Karenanya judgment memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesimpulan akhir, sehingga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan. Jika seorang auditor melakukan judgment yang kurang tepat, dan berpengaruh terhadap ketepatan opini akhir mengenai kewajaran laporan keuangan. Dampak merugikan yang menyangkut harga diri, moral organisasi, hubungan bisnis, dan reputasi dalam masyarakat jauh lebih besar dibanding nilai uang yang dikeluarkan dalam pembelaan atas tutuntutan tersebut. Terjadinya kasus kegagalan audit berskala besar di USA seperti Enron, telah menimbulkan skeptisisme masyarakat mengenai ketidakmampuan profesi
akuntansi dalam menjaga independensi. Sorotan tajam diarahkan pada perilaku auditor dalam berhadapan dengan klien yang dipersepsikan gagal menjalankan perannya sebagai auditor independen. Apabila Arthur Andersen sebagai Kantor Akuntan Publik yang sudah termasuk dalam jajaran lima besar dan sangat bisa diandalkan masih dapat melakuakan kesalahan besar, maka kondisi ini akan berdampak buruk terhadap citra profesi akuntan publik dimata masyarakat dan pihak-pihak lainnya. Untuk itu auditor senantiasa dipacu untuk bertindak dengan kemampuan profesionalisme yang tinggi (Jamilah et al, 2007) Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang auditor dalam pembuatan audit judgment. Jamilah et al., (2007) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi auditor dalam menanggapi dan mengevaluasi informasi meliputi
faktor
pengetahuan,
perilaku
auditor
dalam
memperoleh
dan
mengevaluasi informasi, serta kompleksitas tugas dalam melakukan pemeriksaan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah faktor gender, tekanan ketaatan, dan pengalaman juga akan mempengaruhi persepsi auditor. Gender dianggap menjadi salah satu faktor level individu yang turut mempengaruhi audit judgment (Jamilah et al, 2007). Chung and Monroe (2001)
menyatakan bahwa perempuan dapat lebih efisien dan efektif dalam memproses informasi dalam tugas yang kompleks dibanding laki-laki dikarenakan perempuan lebih memiliki kemampuan untuk membedakan dan mengintegrasikan kunci keputusan, dikatakan juga bahwa laki-laki relatif kurang mendalam dalam menganalisis inti dari suatu keputusan. Ruegger dan King (1992) menyatakan wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral yang lebih tinggi dari pada pria. DeZoort dan Lord dalam Hartanto (2001) melihat adanya pengaruh tekanan atasan pada konsekuensi yang memerlukan biaya, seperti halnya tuntutan hukum, hilangnya profesionalisme, dan hilangnya kepercayaan publik dan kredibilitas sosial. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan adanya pengaruh dari tekanan atasan pada judgment yang diambil auditor pemula. Bila terdapat perintah untuk berperilaku yang menyimpang dari norma, tekanan ketaatan (obedience pressure) seperti ini akan menghasilkan variasi pada judgment auditor
dan memperbesar kemungkinan pelanggaran norma atau standar profesional. Teori ketaatan menyatakan bahwa individu yang mempunyai kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain dengan perintah yang diberikannya. Hal ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk dari legitimate power. Kuantitas informasi yang akan diperoleh auditor dalam suatu pekerjaan audit sangatlah kompleks. Banyaknya jumlah informasi yang harus diproses dan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan mengindikasikan tingkat kompleksitas tugas yang sedang dihadapi oleh auditor. Suatu judgement diperlukan untuk menyeleksi informasi. Informasi tersebut agar dapat diproses lebih lanjut secara efektif dan efisien. Hasil penelitian Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil auditor. Bonner (1994) dalam Rahmawati dan Honggowati (2004) mengemukakan ada tiga alasan yang cukup mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan. Pertama, kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja seorang auditor. Kedua, sarana dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas tugas audit. Ketiga,
pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas dapat membantu tim manajemen audit perusahaan menemukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas audit. Banyaknya tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan menambah pengalaman serta pengetahuannya. Pendapat ini didukung oleh Abdolmohammadi dan Wright (1987) yang menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih berpengalaman. Marinus, Wray dalam Koroy (2005) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukan dengan yang terbaik. Lebih jauh
dalam Koroy (2005) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pengalaman auditor terhadap judgment auditor. Penelitian ini dimotivasi oleh beberapa alasan. Pertama, penelitian ini merupakan pengembangan dengan menggabungkan dua penelitian sebelumnya yaitu Jamilah et al., (2007) yang mengamati tentang gender, tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment dan Zulaikha (2006) yang meneliti pengaruh gender, kompleksitas tugas dan pengalaman terhadap audit judgment. Penelitian yang dilakukan Zulaikha (2006) merupakan penelitian eksperimen dan menggunakan mahasiswa sebagai sampel. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk menguji apakah jika penelitian langsung dilakukan terhadap auditor, akan mendapatkan hasil yang berbeda dengan penelitian eksperimen.
Kedua, berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Trisnaningsih dan Iswati (2003) mengatakan bahwa tidak ada perbedaan kinerja auditor dilihat dari segi gender. Demikian pula dengan penilitian yang dilakukan oleh Zulaikha (2006) menunjukkan bahwa gender tidak berpengaruh dalam keakuratan judgment yang dibuat baik oleh laki-laki maupun perempuan. Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa gender berpengaruh secara signifikan terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Hasil penelitian Ruegger dan King (1992) juga membuktikan wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral yang lebih tinggi dari pada pria. Sedangkan penilitian tentang tekanan ketaatan yang dilakukan oleh Hartanto (2001) menunjukkan bahwa auditor yang memperoleh perlakuan tekanan ketaatan dalam bentuk perintah yang tidak tepat dari atasan, berpengaruh secara signifikan terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Rahmawati dan Honggowati (2004)
mengatakan bahwa terdapat perbedaan judgment antara
auditor yang mengalami tekanan ketaatan dan tidak mengalami tekanan ketaatan. Hasil penelitian Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Abdolmohammadi dan Wright (1987) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan judgment yang diambil auditor pada pada kompleksitas tugas tinggi dan kompleksitas tugas rendah. Zulaikha (2006) mengatakan bahwa kompleksitas
tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keakuratan judgment. Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk menguji konsistensi dan dirancang untuk memperoleh bukti empiris tentang analisis pengaruh gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment.
2.
TELAAH TEORI
2.1
Teori Penetapan Tujuan Teori penetapan tujuan merupakan bagian dari teori motivasi yang
dikemukakan oleh Edwin Locke pada tahun 1978. Teori ini menegaskan bahwa individu dengan tujuan yang lebih spesifik dan menantang kinerjanya akan lebih baik dibandingkan dengan tujuan yang tidak jelas, seperti “melakukan apa yang terbaik dari diri kita”, tujuan mudah yang spesifik atau tidak ada tujuan sama sekali. Locke (dalam Locke dan Latham, 1990) mengungkapkan bahwa: (a) tujuan yang cukup sulit, ternyata menghasilkan tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada tujuan yang lebih mudah dan (b) tujuan khusus, cukup sulit akan menghasilkan tingkat output yang lebih tinggi (Latham, 2004 dalam Verbeeten, 2008). Edwin Locke berkesimpulan bahwa penetapan suatu tujuan tidak hanya berpengaruh pada pekerjaan saja, tetapi juga merangsang karyawan untuk mencari atau menggunakan metode pekerjaan yang paling efektif. Begitu pula dia berpendapat bahwa melibatkan karyawan dalam menetapkan tujuan dapat menumbuhkan motivasi kerja, dan pencapaian prestasi kerja maksimal. Teori penetapan tujuan mengasumsikan bahwa ada suatu hubungan langsung antara definisi dari tujuan yang spesifik dan terukur dengan kinerja, jika manajer tahu apa sebenarnya tujuan yang ingin dicapai oleh mereka, maka mereka akan lebih termotivasi untuk mengerahkan usaha yang dapat meningkatkan kinerja mereka dalam melakukan tugas atau pekerjaan (Locke dan Latham, 1990).
2.2
Gender Pandangan terhadap gender seringkali dihubungkan dengan sifat positif
dan negatif. Pria dipandang memiliki sifat kuat dan keras, yang memiliki konotasi
positif, sedangkan wanita dipandang memiliki sifat lemah lembut yang memiliki konotasi negatif di lingkungan pekerjaan (Nelson dan Julie 1992 dalam Hartanto 2001). Dalam perkembangan selanjumya diperoleh bukti bahwa sifat-sifat wanita lebih memiliki psikologis yang baik dan stres positif. Chung dan Monroe (2001) melakukan studi pengaruh gender dan kompleksitas tugas pada akurasi pertimbangan audit. Hasilnya membuktikan bahwa ada interaksi yang signifikan antara gender dengan ketepatan audit judgment. Penelitian gender lain yang hasihya konsisten adalah penelitiannya Johnson dan Kaplan (1998) yang menggambarkan bahwa gender berpengaruh dalam mempertimbangkan evaluasi kinerja manajer audit. Ruegger dan King (1992) menyatakan wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral yang lebih tinggi dari pada pria. Berdasarkan penelitian Hartanto (2001) gender tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap judgment auditor yang mendapat tekanan. Hal ini disebabkan karena respondennya adalah para auditor pemula yang sedikit yang mau untuk tidak mentaati perintah atasan walaupun instruksi tersebut tidak tepat.
2.3
Ketaatan pada Kekuasaan Menurut Choo dan Tan dalam Rahmawati dan Honggowati (2004),
pendekatan timbal balik terjadi bila terdapat hubungan antara dua individu (atasan dan bawahan) yang memainkan peranan dalam evaluasi kinerja. Teori ketaatan pada otoritas Milgram dalam Rahmawati (2004) menyatakan bahwa individu yang memiliki kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain dengan perintah yang diberikannya, sehingga bawahan akan mematuhi instruksi atasan bagaimanapun arahan professional. Hal ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk dari legitimate power. Paradigma ketaatan pada kekuasaan ini dikembangkan oleh Milgram dalam Hartanto (2001), yang dalam teorinya dikatakan bahwa bawahan yang mengalami tekanan ketaatan dari atasan akan mengalami perubahan psikologis dari seseorang yang berperilaku otonomis menjadi perilaku agen. Perubahan perilaku ini terjadi karena bawahan tersebut
merasa menjadi agen dari sumber kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
2.4
Kompleksitas Tugas Auditor selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang banyak, berbeda-beda,
dan saling terkait satu sama lainnya. Kompleksitas tugas dapat diidefinisikan sebagai fungsi dari tugas itu sendiri (Wood, 1986 dalam Engko dan Gudono, 2007).
Kompleksitas
tugas
merupakan
tugas
yang
tidak
terstruktur,
membingungkan, dan sulit (Sanusi dan Iskandar, 2007). Beberapa tugas audit dipertimbangkan sebagai tugas dengan kompleksitas tinggi dan sulit, sementara yang lain mempersepsikannya sebagai tugas yang mudah (Jiambalvo dan Pratt, 1982 dalam Engko dan Gudono, 2007). Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa suatu tugas audit sulit bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi orang lain (Restuningdiah dan Indriantoro, 2000). Lebih lanjut, Restuningdiah dan Indriantoro (2000) menyatakan bahwa kompleksitas muncul dari ambiguitas dan struktur yang lemah, baik dalam tugas-tugas utama maupun tugas-tugas lain. Pada tugas-tugas yang membingungkan (ambigous) dan tidak terstruktur, alternatifalternatif yang ada tidak dapat diidentifikasi, sehingga data tidak dapat diperoleh dan outputnya tidak dapat diprediksi. Restuningdiah dan Indriantoro (2000) menyatakan bahwa peningkatan kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem, akan menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu. Terkait dengan kegiatan pengauditan, tingginya kompleksitas audit ini bisa menyebabkan akuntan berperilaku disfungsional sehingga menyebabkan penurunan kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment.
2.5
Pengalaman Pengalaman mempunyai dampak terbesar terhadap judgment ketika tugas
adalah terstruktur dan kompleks (Abdolmohammadi dan Wright, 1987). Auditor yang berpengalaman membuat judgment yang lebih baik dalam tugas professional
dibanding dengan yang tidak berpengalaman. Auditor berpengalaman juga dapat mengidentifikasi kesalahan dengan lebih baik dalam mereview analitis. Abdolmohammadi dan Wright (1987) memberikan bukti empiris bahwa dampak auditor akan signifikan ketika kompleksitas tugas dipertimbangkan. Mereka melakukan penelitian terhadap auditor berpengalaman (yang telah mencapai tingkatan staff, yang membutuhkan keahlian normatif) dan auditor yang kurang berpengalaman (lebih rendah dari tingkatan staff atau mahasiswa auditing) ketika mereka dihadapkan pada tugas yang terstruktur, semistruktur dan tidak terstruktur. Penelitian ini meberikan bukti empiris bahwa pengalaman akan berpengaruh signifikan ketika tugas yang dilakukan semakin kompleks. Seorang yang memiliki pengetahuan tentang kompleksitas tugas akan lebih ahli dalam melaksanakan tugas-tugas pemeriksaan, sehingga memperkecil tingkat kesalahan, kekeliruan, ketidakberesan, dan pelanggaran dalam melaksanakan tugas. Pengalaman merupakan salah satu variabel yang banyak digunakan dalam berbagai penelitian-penelitian. Marinus, Wray dalam Koroy (2005) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukan dengan yang terbaik. Lebih jauh Kolodner dalam Koroy (2005) dalam risetnya menunjukkan bagaimana pengalaman
dapat
digunakan untuk
meningkatkan kinerja pengambilan
keputusan. Koroy (2005) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pengalaman auditor terhadap pertimbangan auditor.
2.6
Penelitian Terdahulu Sebelum penelitian ini dibuat peneliti-peneliti terdahulu telah membuat
penelitian yang berkaitan dengan gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, pengalaman maupun kinerja dan juga audit judgment. Penelitian tentang hubungan gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan audit judgment dilakukan oleh Jamilah et al., (2007). Hasilnya menunjukkan bahwa tekanan ketaatan berpegaruh secara signifikan terhadap audit judgment, sedangkan gender
dan kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. Penelitian lain oleh Zulaikha (2006) menunukkan bahwa gender dan kompleksitas tugas tidak berpengaruh dalam keakuratan judgment yang dibuat baik oleh laki-laki maupun perempuan, hasilnya juga menunjukkan pengalaman sebagai auditor berpengaruh langsung (main effect) terhadap audit judgment. Hartanto (2001) mengatakan bahwa gender tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. Thoma dalam Hartanto (2001) mengatakan bahwa gender sangat kecil pengaruhnya terhadap judgment yang di ambil oleh auditor. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih dan Iswati (2003) mengatakan bahwa tidak ada perbedaan kinerja auditor dilihat dari segi gender. Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa gender berpengaruh secara signifikan terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Hasil penelitian Ruegger dan King (1992) juga membuktikan wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral yang lebih tinggi dari pada pria. Sedangkan penilitian tentang tekanan ketaatan yang dilakukan oleh Hartanto (2001) menunjukkan bahwa auditor yang memperoleh perlakuan tekanan ketaatan dalam bentuk perintah yang tidak tepat dari atasan, berpengaruh secara signifikan terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Rahmawati dan Honggowati (2004)
mengatakan bahwa terdapat perbedaan judgment antara
auditor yang mengalami tekanan ketaatan dan tidak mengalami tekanan ketaatan. Hasil penelitian Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Stuart (2001) mengatakan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment jika perusahaan audit tidak terstruktur. Abdolmohammadi dan Wright (1987) meneliti pengaruh pengalaman dan kmpleksitas tugas terhadap audit judgment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan judgment yang diambil auditor pada pada kompleksitas tugas tinggi dan kompleksitas tugas rendah, dan auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih berpengalaman. Koroy (2005) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pengalaman auditor terhadap judgment auditor.
2.7
Perumusan Hipotesis dan Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut: H1: Gender berpengaruh terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment. H2: Tekanan ketaatan berpengaruh terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment. H3: Kompleksitas tugas berpengaruh terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment. H4: Pengalaman berpengaruh terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Gender Tekanan Ketaatan
Kinerja Auditor dalam Pembuatan
Kompleksitas Tugas
Audit Judgment
Pengalaman
3.
METODE PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan dua macam variabel penelitian.
1. Variabel Terikat Variabel Terikat (dependent variable) merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti (Sekaran, 2006). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment.
2. Variabel Bebas Variabel
Bebas
(independent
mempengaruhi variabel lain
variable)
merupakan
variabel
yang
baik secara positif maupun secara negatif
(Sekaran, 2006). Variabel bebas dari penelitian ini adalah gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman.
3.2
Penentuan Populasi dan Sampel Populasi penelitian dalam penelitian ini adalah para auditor (junior, senior,
supervisor dan manajer) yang bekerja pada kantor akuntan publik di Kota Semarang yang terdaftar pada direktori kantor akuntan publik yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tahun 2009. Alasan pemilihan Semarang sebagai lokasi penelitian karena posisi Semarang sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah dimana sebagian besar aktivitas bisnis terpusat di kota tersebut dan jumlah Kantor Akuntan Publik (KAP) di Semarang lebih banyak dibandingkan dengan daerah Jawa Tengah lainnya. Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience sampling karena responden yang dapat dilakukan penelitian adalah auditor yang bersedia dan berkenan untuk menjadi sampel (Sekaran, 2006).
3.3
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian survei. Sama halnya dengan penelitian
survei pada umumnya, penelitian ini menggunakan data primer yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama, yaitu auditor. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan variabelvariabel yang diteliti (gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, pengalaman, dan kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment). Data primer dalam penelitian ini dapat diperoleh dari hasil kuesioner yang telah diisi oleh auditor. Sumber data berasal dari skor total yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dikirim kepada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik yang ada di Semarang.
3.4
Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang dilakukan adalah
data primer berupa kuesioner. Kuesioner adalah satu set pertanyaan yang telah dirumuskan untuk mencatat jawaban dari para responden (Sekaran, 2006). Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara mengantar langsung kuesioner ke alamat kantor tempat bekerja para auditor. Masing-masing KAP diberikan waktu pengembalian beberapa minggu terhitung sejak kuesioner diterima oleh responden. Pengembaliannya juga diambil langsung sesuai dengan janji yang disepakati dengan responden. Jumlah kuesioner yang disediakan peneliti sebanyak 75 eksemplar. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan untuk mendapatkan informasi tentang gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment. Petunjuk pengisisan kuesioner dibuat dengan sesederhana dan sejelas mungkin agar mempermudah responden dalam pengisian kuesioner.
3.5
Metode Analisis
3.5.1
Uji Kualitas Data Kualitas data yang di hasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat
dievaluasi melalui uji reliabilitas dan validitas. Uji tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen. Terdapat dua prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk uji kualitas data , yaitu: (1) Uji reliabilitas dengan melihat koefsien (Cronbach) Alpha, dan (2) Uji validitas dengan melakukan korelasi bivariate antara masingmasing skor indikator dengan total skor konstruk. 3.5.2
Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan uji statistik langkah awal yang harus dilakukan adalah
screening terhadap data yang akan diolah. Pada uji regresi biasa dilakukan uji asumsi klasik untuk men-screening data yang ada. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga macam yaitu uji multikolineanritas, ,uji heterokedastisitas dan uji normalitas.
3.5.3
Analisis Regresi Linier Berganda Untuk menguji hipotesis digunakan alat analisis regresi berganda, dengan
alasan bahwa alat ini dapat digunakan sebagai model prediksi terhadap variabel dependen dengan beberapa variabel independen. Uji hipotesis tersebut dilakukan dengan program SPSS 17. Untuk itu diformulasikan model regresi berganda sebagai berikut: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e Di mana:
Y
: Kinerja auditor dalam pembuatan Audit judgment
a
: Konstanta
b1 .. b4 : Koefisien regresi X1
: Gender
X2
: Tekanan Ketaatan
X3
: Kompleksitas Tugas
X4
: Pengalaman
e
: error
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Objek Penelitian Populasi yang digunakan dalam objek penelitian ini adalah KAP-KAP yang
berlokasi di Kota Semarang. Berdasarkan data dari website IAPI (2010-2011) KAP yang terdapat di Kota Semarang berjumlah 18 KAP. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang melaksanakan beberapa aspek audit di KAP. Penyebaran kuesioner ini dilakukan selama 1 bulan yaitu dari tanggal 23 Agustus 2011 sampai tanggal 28 September 2011. Dari 75 kuesioner yang disebarkan hanya 59 kuesioner yang kembali. Kuesioner yang memenuhi syarat untuk diolah sebanyak 54 kuesioner, karena terdapat 5 kuesioner yang tidak dapat diolah karena pengisiannya tidak lengkap. Jadi tingkat pengembalian kuesioner untuk responden adalah sebesar 79%.
4.2
Uji Kualitas Data
4.2.1
Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan (reliable) dalam mengukur gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pada umumnya suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbach alpa lebih besar dari 0.60 (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2006). Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini: Tabel 4.1 Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Statistik Uji Conbrach alpha 0.879 0.830
Tekanan Ketaatan Kompleksitas Tugas Kinerja Auditor dalam Pembuatan Audit Judgment 0.746 Sumber : Data primer yang diolah 2011
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel
Dari tabel 4.1 tersebut dapat diketahui bahwa variabel tekanan ketaatan nilai conbrach alpha sebesar 0,879 > dari nilai standarisasi 0,6. Variabel kompleksitas tugas memiliki tingkat nilai conbrach alpha sebesar 0,830 > dari standarisasi 0,6. Variabel kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment memiliki nilai conbrach alpha sebesar 0,746 > dari standarisasi 0,6. Oleh karena itu variabel tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment dikatakan reliable karena mempunyai nilai conbrach alpha lebih besar dari nilai standarisasi sebesar 0,6.
4.2.2
Uji Validitas Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner.
Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan dengan melihat nilai Correlated ItemTotal Correlation dengan kriteria sebagai berikut: jika nilai r hitung lebih besar
dari r tabel (0,268) dan nilainya positif (pada taraf signifikan 5 persen atau 0,05), maka butir atau pertanyaan atau indikator tersebut dikatakan “valid” (Ghozali, 2006). Namun sebaliknya, jika nilai r hitung lebih kecil dari r tabel, maka pertanyaan tersebut dapat dikatakan “tidak valid”. Hasil uji validitas data dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel
Item
1 2 3 4 Tekanan Ketaatan 5 6 7 8 9 1 2 3 Kompleksitas Tugas 4 5 6 1 2 3 4 Kinerja Auditor dalam 5 Pembuatan Audit 6 Judgment 7 8 9 10 Sumber : Data primer yang diolah 2011
Correlation Nilai Pearson 0,833 0,706 0,659 0,779 0,784 0,750 0,830 0,437 0,599 0,734 0,778 0,677 0,750 0,709 0,770 0,519 0,677 0,478 0,712 0,655 0,379 0,597 0,299 0,778 0,422
Sig.
Keterangan
0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
Dari tabel 4.2 tersebut dapat dilihat bahwa semua indikator yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini dinyatakan sebagai item yang valid. Kevalidan ini ditunjukkan dengan nilai Nilai Correlation Pearson yang lebih besar dari 0,05.
4.3
Hasil Uji Asumsi Klasik
4.3.1
Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas memiliki tujuan untuk menguji apakah ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Pengolahan data uji multikolinieritas ini juga dapat dilakukan dengan menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen, nilai Tolerance, dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umumnya digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance < 0,1 atau Variance Inflation Factor (VIF) > 10 (Imam Ghozali, 2006). Pengujian multikolinieritas dilakukan
dengan
menggunakan
nilai
tolerance
dan
VIF.
Hasil
uji
multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.3:
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Multikolinieritas Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B
(Constant)
Std. Error
45.982
1.792
Gender
-.328
.742
Tekanan Ketaatan
-.239
Kompleksitas Tugas Pengalaman
a
Standardize d Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
25.662
.000
-.037
-.442
.660
.826 1.211
.115
-.288
-2.073
.043
.297 3.369
-.612
.163
-.523
-3.747
.000
.294 3.405
.305
.142
.186
2.151
.036
.764 1.308
a. Dependent Variable: Audit Judgement
Sumber : Data primer yang diolah 2011
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa semua variabel bebas mempunyai nilai VIF yang berada jauh di bawah angka 10. Dan nilai tolerance di ats 0,1 sehingga dapat
dikatakan semua konsep pengukur variabel-variabel yang digunakan tidak mengandung masalah multikolonieritas. Hal ini menunjukkan tidak adanya masalah multikolinieritas dalam model regresi. Maka model regresi yang ada layak untuk dipakai dalam memprediksi kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment.
4.3.2
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regesi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang berjenis homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Uji statistik yang digunakan adalah uji Scatterplot dan uji Park. Uji Park mengemukakan metode bahwa varian merupakan fungsi dari variable-variabel independent yang dinyatakan dalam persamaan. Uji Scatterplot digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dasar analisisnya untuk uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006): 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur
(bergelombang,
melebar
kemudian
menyempit),
maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Grafik Scatterplot pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa titik-titik yang terbentuk menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan grafik Scatterplot tampak pada gambar 4.1 berikut ini:
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik
Sumber : Data primer yang diolah 2011
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Park
Coefficients Unstandardized Coefficients Model
B
1
1.888
1.291
.866
.527
TekananKetaatan
-.036
KompleksitasTugas
-.065
Pengalaman
-.087
(Constant) Gender
Std. Error
a
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
1.463
.150
.244
1.642
.107
.843
1.187
.087
-.104
-.414
.681
.298
3.360
.119
-.140
-.549
.585
.287
3.489
.107
-.128
-.812
.421
.754
1.327
a. Dependent Variable: LnU2i
Sumber : Data primer yang diolah 2011
Hasil tampilan output SPSS memberikan koefisien parameter untuk variable independent tidak ada yang signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat Heteroskedastisitas. Hasil ini konsisten dengan hasi uji Scatterplot.
4.3.3
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel-variabel memiliki distribusi normal. Data yang terdistribusi normal akan memperkecil kemungkinan terjadinya bias. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika kondisi di atas tidak terpenuhi maka data yang tersedia untuk analisis regresi linear berganda tidak memenuhi asumsi normalitas. Hasil untuk uji normalitas dengan Normal Probability Plot dapat dilihat secara rinci pada gambar 4.2 berikut ini: Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal Plot
Sumber : Data primer yang diolah 2011 Dengan melihat tampilan grafik normal probability plot pada gambar di atas maka dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal dan grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Untuk mendukung dan menyakinkan hasil uji normalitas grafik, maka dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang dilakukan yaitu uji statistik non-
parametrik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Nilai signifikansi dari residual yang terdistribusi secara normal adalah jika nilai Asymp Sig (2-tailed) dalam uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test lebih besar dari α = 0,05. Hasil uji statistik non-parametrik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test tampak pada tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas dengan Tabel Kolmogrof Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N a,,b Normal Parameters Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
54 .0000000 2.36670061 .097 .056 -.097 .713 .689
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data primer yang diolah 2011
Jika dilihat dari perhitungan dengan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh hasil bahwa signifikansinya adalah sebesar 0,684 yang berarti signifikansinya di atas 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi asumsi normalitas.
4.4
Hasil Uji Hipotesis
4.4.1
Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.6 Hasil Koefisien Determinasi b
Model Summary Model
R
1
.848
a
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.720
.697
2.461
a. Predictors: (Constant), Pengalaman, Tekanan Ketaatan, Gender, Kompleksitas Tugas b. Dependent Variable: Audit Judgment
Sumber : Data primer yang diolah 2011 Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat besar nilai adjusted R2 sebesar 0,697 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 69,7 %. Hal ini berarti variabel – variabel independen meliputi gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman mempengaruhi kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment sebesar 69,7 % . Sedangkan sisanya sebesar 30.3 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 4.4.2
Uji Simultan (Uji F) Uji signifikansi simultan atau uji statistik F digunakan untuk mengetahui
apakah variabel independen dapat menjadi prediktor bagi variabel dependen atau dengan kata lain untuk mengetahui apakah model regresi dapat memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2006). Hasil uji signifikansi simultan dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik F b
ANOVA Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1 Regression
761.966
4
190.491
31.442
.000
Residual
296.867
49
6.059
Total
1058.833
53
a. Predictors: (Constant), Pengalaman, Tekanan Ketaatan, Gender, Kompleksitas Tugas b. Dependent Variable: Audit Judgement
Sumber : data primer yang diolah 2011
a
Berdasarkan hasil uji ANOVA atau uji F pada tabel 4.7 terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 31,442 dan nilai signifikansi sebesar 0,000, dengan menggunakan tingkat alfa 0,05 atau 5% maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan variabel-variabel independen meliputi gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman mempengaruhi kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment secara bersama-sama.
4.5.3
Uji Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan signifikansi dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan untuk mendeteksi lebih lanjut manakah di antara variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment. Hasil uji regresi parsial (t) secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.8:
Tabel 4.8 Hasil Uji Parsial (t) Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
45.982
1.792
Gender
-.328
.742
Tekanan Ketaatan
-.239
Kompleksitas Tugas Pengalaman
Standardize d Coefficients
Std. Error
B
a
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
25.662
.000
-.037
-.442
.660
.826
1.211
.115
-.288
-2.073
.043
.297
3.369
-.612
.163
-.523
-3.747
.000
.294
3.405
.305
.142
.186
2.151
.036
.764
1.308
a. Dependent Variable: Audit Judgement
Sumber : data primer yang diolah 2011
Hasil uji statistik t pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh pada kinerja auitor dalam pembuatan audit judgment adalah tekanan ketaatan dengan nilai signifikansi sebesar 0,043, kompleksitas tugas dengan nilai signifikansi 0,000 dan variabel pengalaman dengan nilai signifikansi 0,036. Sedangkan variabel independen gender tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment karena memiliki nilai signifikansi di atas 0,05 yaitu 0,660. Dari hasil pengujian analisis regresi linear berganda dan analisis interaksi, pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dapat dikatakan signifikan pada nilai sig. < 0,05. Rangkuman hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Hipotesis H1 H2 H3 H4
Pernyataan Gender berpengaruh terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment Tekanan ketaatan berpengaruh terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment Kompleksitas tugas berpengaruh terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment Pengalaman berpengaruh terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment
5.
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Hasil ditolak diterima diterima diterima
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menginvestigasi dan menguji beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment. Faktor-faktor tersebut meliputi variabel independen gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikumpulkan dan diolah, maka dapat ditarik kesimpulankesimpulan sebagai berikut : 1.
Gender tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment. Kondisi ini menunjukkan bahwa perbedaan gender antara auditor pria dah wanita tidak mempengaruhi kinerjanya dalam membuat audit judgment.
2.
Tekanan Ketaatan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment. Hal ini menunjukkan bahwa jika auditor
dalam keadaan mendapatkan tekanan dari atasan maupun klien, akan cenderung membuat judgment yang kurang tepat. 3.
Kompleksitas Tugas berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment. Kondisi ini memnunjukkan bahwa tugas yang kompleks, akan menyebabkan kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment menurun.
4.
Pengalaman berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama seorang auditor bekerja dan banyak melakukan penugasan, kinerjanya dalam membuat audit judgment akan semakin baik.
5.2
Keterbatasan Penelitian ini, seperti banyak terjadi dengan penelitian lainnya, memiliki
keterbatasan sebagai berikut: 1.
Sampel penelitian ini terbatas pada auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik di wilayah Semarang, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisir untuk mewakili seluruh auditor di Indonesia.
2.
Data penelitian ini dihasilkan dari instrumen berdasarkan persepsi jawaban responden. Hal ini akan menimbulkan masalah jika persepsi responden berbeda dengan keadaan yang sesungguhnya. Penelitian ini hanya menerapkan metode survei melalui kuesioner, peneliti tidak melakukan wawancara karena keterbatasan waktu responden sehingga kesimpulan yang dikemukakan hanya berdasarkan data yang terkumpul.
5.3
Saran Saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian
sertaketerbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Agar hasil penelitian dapat digunakan secara umum, maka cakupan auditor yang digunakan sebagai responden sebaiknya diperluas sebagai contoh seIndonesia.
2.
Penelitian berikutnya sebaiknya tidak hanya menggunakan kuesioner saja, ada baiknya juga melakukan wawancara secara langsung kepada responden untuk menjamin penelitian menghasilkan laporan yang valid.
3.
Pengembangan kuesioner sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan penulisan kata-kata yang mudah dipahami oleh responden untuk dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya.
4.
Penelitian ini tidak mempertimbangkan variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment, hanya mengasumsikan variabel gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambah variabel lain (pengetahuan dan pertimbangan moral) sehingga dapat digeneralisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdolmohammadi, M dan A. Wright., 1987., An Examination of Effect of Experience and Task Complexcity on Audit judgment., Journal of The Accounting Review., LXII (1) : 1-13. Chung, J. dan G. S. Monroe., 2001., A Research Note on The Effect of Gender and Task Complexity on Audit judgment., Journal of Behavioral Research., 13: 111-125. Dan. M, Guy, C. Wayne D, Alan, J.W 2001, Jilid 1,2 Auditing 5. Erlangga, Jakarta. Engko, C. dan Gudono. 2007. Pengaruh Kompleksitas Tugas dan Locus of Control terhadap Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Auditor. JAAI, Vol. 11 No. 2, pp. 105-124 Hartanto, H.Y dan I.W. Kusuma., 2001., Analisis Pengaruh Tekanan Ketaatan terhadap Judgment Auditor., Jurnal Akuntansi dan Manajemen : 1-14. Jamilah, Siti, Zaenal Fanani, dan Grahita Chandrarin, 2007, Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgment. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar. Johnson, Eric, N., dan S.E. Kaplan dan Philip M.J. Reckers, 1998. An Examination of Potential Gender-Based Differences in Audit Managers' Performance Evaluation Judgments. Behavioral research in Accounting, 10: 47-75. Koroy, T.R. 2005., Pengaruh Preferansi Klien dan pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Auditor, Simposium Nasional Akuntansi VIII Universitas Sebelas Maret Surakarta, 15-16 September Locke, E. A. and Latham, G. P. 1990. A Theory of Goal Setting and Task Performance. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi ke-6 Buku 1. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Pramono, R. 2007. “Pengaruh Dimensi Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbanga Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan”. Skripsi UNNES Rahmawati., dan S. Honggowati., 2004., Pengaruh Tekanan Kepatuhan, Gender, Authoritarian, dan Pertimbangan Moral terhadap Judgment Auditor, Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 4 No. 1, Mei:42:63
Restuningdiah, Nurika dan Nur Indriantoro. 2000., Pengaruh Partisipasi terhadap Kepuasan Pemakai dalam Pengembangan Sistem Informasi dengan Kompleksitas Tugas, Kompleksitas Sistem, dan Pengaruh Pemakai sebagai Moderating Variable. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3, No. 2 : 119- 133. Ruegger, D., dan E.W. King., 1992., A Study of The Effect of Age and Gender Upon Student Business Ethics., Journal of Business Ethics., 11: 179-186. Sanusi, ZM, Iskandar, TM dan June M. L. Poon. 2007. Effect of Goal Orientation and Task Complexity on Audit Judgment Performance. Malaysian AccountingReview. pp. 123-139 Sekaran, U., 2003., Research Methods for Business: A Skill Building Approach., Fourth Edition., John Willey&Sons., Inc., New York. Stuart, I., 2001., The Influence of Audit Structure on Auditor Performance in High and Low Complexity Task Setting. Journal of Accounting Behavior., 3-30. Susetyo, Budi. 2009. “Pengaruh Pengalaman Audit tehadap Pertimbangan Auditor dengan Kredibilitas Klien sebagai Variabel Moderating”. Tesis tidak dipublikasikan Universitas Diponegoro. Trisnaningsih, S dan S. Isnawati., 2003., Perbedaan Kinerja Auditor Dilihat dari Segi Gender., Simposium Nasional Akuntansi VI., 1036-1047 Verbeeten, F.H. 2006, Performance management practices in public sector organizations, Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 21 No.3, h. 427 – 454. Www.iapi.or.id Zulaikha, 2006, Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas, dan Pengalaman Auditor terhadap Audit Judgment. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.