Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 18(1): 30 -38, 2012
ISSN 0852-0151
PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PEMAHAMAN MEMBACA SISWA Anni Holila Pulungan Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Medan, Jln. Willem Iskandar Pasar V, Medan 20221 Diterima 19 November 2011, disetujui untuk publikasi 28 Januari 2012
Abstract The study deals with the Contextual Teaching and Learning of the students’ reading comprehension at junior high school. Contextual Teaching and Learning is a new alternative for every teachers to relate the materials to the real world. The aims of the research are to analyze the effect of non and CTL method of the students’ reading comprehension. The research method is an experimental method. The data analysis is taken from the two classess. Then, they divided into two groups, the control and experimental group. The major findings of the study shows that the effect of Contextual Teaching and Learning on the students’ reading comprehension is better than the non CTL method-lecture method for the junior high school students.
Pendahuluan Pada saat ini dan masa-masa yang akan datang bahasa Inggris mempunyai peran yang sangat penting. Pemakaian bahasa Inggris pada era globalisasi ini tidak dapat dihindari lagi. Sebagai contoh seorang pengajar, kita dituntut untuk menyiapkan siswa-siswa kita dalam memasuki era kompetitif. Agar kita dapat merealisasikan keinginan tersebut salah satu cara adalah dengan mempersiapkan praktik pengajaran bahasa Inggris. Adanya persiapan dalam mengajar berarti kesuksesan bagi siswa-siswa dalam belajar. Dalam kurikulum dinyatakan bahwa pelajaran bahasa Inggris yang diberikan di sekolah menengah bertujuan mengembangkan ketrampilan siswa dalam membaca, menyimak, berbicara, dan menulis yang disajikan secara terpadu dengan penekanan pada ketrampilan membaca. Siswa-siswa diharapkan mampu memahami teks bacaan yang telah disajikan oleh guru-guru mereka. Komponen bahasa seperti tata bahasa, kosa kata, lafal, dan ejaan disajikan untuk 30
Kata kunci: Contextual Teaching and Learning, Reading Comprehension
menunjang keempat ketrampilan tersebut (Depdikbud, 1993). Sebagai media komunikasi dan alat pembelajaran, membaca menyampaikan fungsi yang sangat diperlukan dalam masyarakat. Membaca merupakan ketrampilan yang sangat penting pada era informasi. Seseorang harus memiliki kemampuan membaca. Kemampuan membaca diperlukan dalam berbagai aktivitas, seperti aktivitas bisnis, pendidikan, sosial, dan lainlain. Peran membaca dalam kehidupan seharihari sangat jelas. Dalam memahami teks bacaan dirasakan masih sulit bagi kita pada umumnya dan juga bagi siswa-siswa sekolah menengah pertama pada khususnya. Membaca menjadi masalah bila berfokus pada ‘memahami bacaan’ (reading comprehension). Selama ini yang kita lihat dalam proses belajar mengajar khususnya reading mempunyai tujuan agar siswa-siswa mampu memahami seluruh informasi yang ada dalam teks bacaan. Agar siswa dapat memahami bacaan yang diberikan oleh guru, maka seorang guru haruslah memperhatikan strategi apa yang Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan
Pengaruh Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Pemahaman Membaca Siswa
akan digunakannya dalam proses pengajaran membaca. Guru harus mampu membuat siswa tertarik terhadap materi bacaan yang akan disajikannya. Sebaliknya, masih banyak guru yang menggunakan pendekatan tradisional yang salah satunya yakni metode ceramah. Alwasilah (2000) menambahkan bahwa pengajaran bahasa secara sempit berfokus pada silabus dan berorientasi pada ujian. Kenyataan menunjukkan bahwa praktikpraktik pengajaran guru di kelas masih tradisional. Guru belum mampu membuat materi ajarnya bermakna bagi siswa-siswanya. Guru harus menyadari bahwa saat ini pembelajaran di kelas harus melibatkan haktor-faktor kontekstual. Sejalan dengan itu Frankl (1959) menegaskan bahwa perhatian utama manusia sebenarnya bukanlah untuk mendapatkan kesenangan atau menghindari kesakitan tetapi sebenarnya untuk mendapatkan makna dalam hidupnya. Menurutnya ada tiga cara untuk mendapatkan makna dalam hidup. Pertama, berbuat atau melakukan sesuatu, kedua merasakan pengalaman perbuatan tersebut dalam multi perspektif, dan ketiga membentuk sikap terhadap penderitaan yang tidak dapat dihindarkan akibat perbuatan dan pengalaman tersebut. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya diarahkan pada pencapaian makna dalam hidup. Makna inilah yang menjadi kata kunci pendekatan Contextual Teaching and Learning (selanjutnya CTL) dalam pendidikan mutakhir. Strategi baru yang akan banyak diterapkan dalam dunia pendidikan kita adalah CTL tersebut. Pendekatan CTL adalah salah satu jawabannya. Contextual Teaching and Learning adalah salah satu pendekatan yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. CTL sudah lama dikembangkan oleh Jhon Dewey padan tahun 1916. Kehadiran CTL dalam dunia pendidikan di Indonesia akan membawa kontribusi yang signifikan terhadap modernisasi dan reformasi pendidikan dan pengajaran guru. Secara umum, CTL akan berdampak positif bagi dunia pendidikan di Indonesia. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Pada dasarnya para guru itu sudah ada yang menerapkan CTL dalam proses belajar mengajarnya. Guru-guru yang selama ini melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengutamakan ‘siswa menemukan sendiri’ pada prinsipnya telah menerapkan CTL (Depdiknas, 2003). Namun, di satu sisi masih banyak guru yang menggunakan pendekatan tradisional dalam proses pembelajarannya. SMP negeri 11 Binjai adalah salah satu sekolah yang masih menggunakan pendekatan tradisional dalam hal ini metode ceramah untuk beberapa mata ajarnya. Sementara untuk mata ajar bahasa Inggris sudah menggunakan pendekatan CTL. Guru bidang studi bahasa Inggrisnya sudah mendapatkan pelatihan ancangan CTL ini. Proses belajar mengajar dalam bidang studi bahasa Inggris sudah memakai pendekatan CTL. Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas dan didasarkan pada sejumlah analisa empirik di lapangan, penelitian ini ingin mengkaji sampai sejauhmana pengaruh metode ceramah dan CTL terhadap pengajaran reading comprehension siswa-siswa di Sekolah Menengah Pertama. Di samping itu, juga mengkaji hasil pemahaman membaca siswa dengan menggunakan kedua ancangan tersebut. Membaca sebagai ketrampilan yang sangat penting dalam pembelajaran mendapat tempat utama dibandingkan dengan ketrampilan bahasa lainnya. Membaca merupakan komunikasi aktif yang sangat bermakna (Otto, 1979:236). Spache dan Spache (1969:421) menegaskan bahwa membaca itu merupakan ketrampilan yang dinamis, sebuah tindakan visual, sebuah tindakan yang perseptual, sebagai sebuah refleksi budaya, dan juga sebagai alat proses berpikir. Dapat disimpulkan bahwa membaca terdiri dari berbagai aspek yang kompleks yang memerlukan ketrampilan untuk menemukan maknanya. Dalam membaca, seseorang tidak hanya membaca saja, tetapi memahami makna yang terkandung di dalam materi bacaan. Membaca merupakan salah satu media komunikasi dan alat pembelajaran dalam menyampaikan fungsi yang sangat diperlukan
Volume 18 Nomor 1 Maret 2012
31
Anni Holila Pulungan
oleh masyarakat pada umumnya, dan para siswa pada khususnya. Memahami sebuah materi bacaan (reading comprehension) itu masih saja menjadi masalah terutama bagi siswa-siswa yang duduk di kelas satu sekolah menengah pertama. Pemahaman secara umum adalah proses di mana seseorang mengerti makna bahasa baik secara lisan maupun tulis. Senada dengan itu Lunzer dan Donland (1970:66) menyatakan bahwa pemahaman adalah keinginan dan kemampuan siswa untuk merefleksikan apa yang sudah mereka baca dan mereka dengar. Burns dan Ross (1984:77) membagi pemahaman membaca ke dalam empat kategori yaitu, pemahaman literal, pemahaman interpretif, kritikal dan kreatif. Pemahaman literal adalah pemahaman yang mengacu pada pemerolehan makna langsung dan ide-ide secara tersirat. Seterusnya, pemahaman kritikal adalah ketrampilan mengevaluasi materi bacaan. Pemahaman kreatif terfokus pada produksi ide-ide baru, pengembangan pandangan-pandangan baru, pendekatan yang baru muncul, dan konstruksi-konstruksi asli. Peran seorang guru dalam hal ini sangat besar. Seorang guru harus mampu menghidupkan situasi kelas dengan menciptakan kondisi pembelajaran yang menarik. Guru harus dapat mewujudkan proses belajar mengajar yang ‘kontekstual’. Namun, kenyataan menunjukkan lain. Bahawa selama ini guru masih berpegang pada metode pembelajaran yang tradisional dalam hal ini metode ceramah, yaitu guru hanya berbicara selama jam pelajaran berlangsung tanpa memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengemukakan pendapatnya ataupun memberikan argumentasinya. Proses belajar mengajar masih didominasi oleh guru sebagai sumber utama ilmu pengetahuan. Guru merupakan fokus utama dalam belajar mengajar. Guru mentransfer ilmu pengetahuan, siswa menerimanya, lalu siswa disuruh menghafal, siswa mematuhi instruksi yang diberikan oleh guru dan guru menyuruh siswa untuk mengerjakan latihan-latihan dengan baik. Guru belum mampu membuat 32
materi ajarnya bermakna bagi siswa-siswanya. Guru harus menyadari bahwa saat ini pembelajaran di kelas harus melibatkan faktor-faktor kontekstual. Ancangan CTL adalah salah satu jawabannya. Jiwa dari CTL adalah menghubungkan kata ‘mengapa’ terhadap dunia nyata seperti yang ditegaskan oleh Parnell (2001) menghubungkan kata ‘mengapa’ dengan realitas konkrit terhadap proses pengajaran yang merupakan sebuah kekuatan motivasi penting bagi pembelajaran. Demikian Parnell menegaskan betapa pentingnya kata hubungan ‘mengapa’ dalam suatu proses pembelajaran. Jiwa dari CTL adalah hubungan yang bermakna, yaitu bagaimana menciptakan lingkungan yang alami. Belajar akan lebih bermakna jika anak ‘mengalami’ apa yang dipelajarinya, bukan ‘mengetahui’nya. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata (Depdiknas, 2003). Pengajaran harus berpusat pada ‘bagaimana cara’ siswa menggunakan pengetahuan mereka, siswa aktif bekerja dan berkarya,’ guru ‘mengarahkan’. Selanjutnya, CTL dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi guru dan siswa. Dari sisi guru, CTL merupakan konsepsi belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran yang diasuhnya dengan situasi hidup yang sesungguhnya. Sementara, dari sisi siswa, CTL mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang diterimanya dan mengaplikasikannya dalam kehidupannya sebagai pribadi, anggota keluarga, dan anggota masyarakat (Berns dan Erickson, 2001). Dengan CTL, siswa-siswa diharapkan tidak hanya mampu membaca tetapi juga mampu memahami pesan-pesan yang terdapat dalam materi bacaan, yang pada akhirnya dapat menerapkannya dalam konteks kehidupan mereka sehari-hari. Pengajaran membaca harus dibuat sedemikian rupa sehingga siswa-siswa tertarik untuk banyak membaca dari berbagai sumber bacaan. Melalui CTL siswa merupakan fokus utama dalam pembelajaran membaca.
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 18 Nomor 1
Maret 2012
Pengaruh Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Pemahaman Membaca Siswa
Beberapa strategi yang digunakan dalam ancangan CTL adalah, 1. Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan bekerja, menemukan dan mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan keahlian mereka. 2. Mampu menemukan berbagai jenis topik pembicaraan 3. Mengembangkan keingintahuan siswa dengan bertanya 4. Menciptakan masyarakat belajar (bekerja kelompok) 5. Menghadirkan sebuah model dalam proses belajar mengajar 6. Melakukan refleksi di akhir pembelajaran 7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dalam berbagai cara. Pada praktiknya CTL dilakukan melalui tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan itu dimulai dengan adanya diskusi antara guru dan siswa. Dalam hal ini guru menggali pengalaman siswa-siswa tentang materi yang akan diberikan pada hari itu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa guru memulai setiap materi dengan mencoba mengembangkan bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka. Ada tujuh komponen utama dalam CTL yaitu konstruktivisme (contructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection) dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Dalam kaitannya dengan membaca dan pemahaman membaca, ketujuh komponen CTL tersebut digunakan dalam proses belajar di kelas. Aktivitas utama adalah melakukan praktik dengan menyampaikan beberapa informasi dan juga bertanya dalam refleksi di akhir pertemuan. Untuk memulai pembelajaran guru dapat melakukan berbagai cara, misalnya dengan bertanya kepada siswa mengenai benda-benda apa saja yang ada di sekitar mereka. Siswa secara langsung dapat memberikan jawabannya dengan memaparkan fungsi dari masing-masing benda yang ditemukannya. Siswa diberi Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
kebebasan untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam memberikan argumen kepada guru. Di satu sisi, guru harus mampu menciptakan sebuah pertemuan yang bermakna dan berkesan bagi para siswanya.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada kajian ini adalah metode eksperimen. Penelitian ini dilakukan di SMPN 11 Binjai. Populasi penelitian adalah siswa-siswa kls 1 SMP yang terdiri dari lima kelas paralel yang berjumlah 200 orang. Berdasarkan keseluruhan populasi dua kelas dipilih secara acak sebagai sampel. Dimana dari kedua kelas tersebut masing-masingnya terdiri dari 15 siswa yang akan dibagi ke dalam kelompok eksperimen dan kontrol. Kedua kelompok diberikan pre-test dan pos-test, lalu kelompok pertama diberikan treatment dengan pendekatan CTL dan kelompok kedua dengan metode ceramah. Sampel penelitian yang digunakan adalah simple random sampling. Setiap subjek penelitian diberi nomor secara teratur, dan siswa-siswa yang diambil sebagai sampel didasarkan pada tabel nomor random yang dikembangkan oleh Kendall dan Smith (dalam Popham dan Sirotnik, 1973). Desain penelitian dan teknik pemilihan sampel ini dapat dilihat pada tabel 1 dan gambar 1 berikut.
Tabel 1. Penelitian dengan pre-test dan post-test desain.
Kelompok
Pretest
Treatment
Posttest
E
0
X
0
C
0
Y
0
Volume 18 Nomor 1 Maret 2012
33
Anni Holila Pulungan
Populasi N = 200
Sampel dengan simple random sampling N = 30
Simple random
N=15
N=15
Kelompok Metode Ceramah
Kelompok C T L
Gambar 1. Teknik Sampel
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil pada kelompok metode ceramah pada rata-rata, standard deviation, median, dan varian yang dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Mean, standard deviation, median dan varian hasil pre-test dan post-test kelompok metode ceramah
No.
Hasil
Pre-test
Post-test
1.
Mean
40,53
50,47
2.
Standard Deviation
14,94
13,45
3.
Median
38,00
50,47
4.
Varian
223,57
180,84
Sementara itu, tabel 3 berikut menunjukkan perhitungan hasil pre-test dan post-test pada kelompok dengan ancangan CTL.
34
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 18 Nomor 1
Maret 2012
Pengaruh Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Pemahaman Membaca Siswa
Tabel 3. Mean, standard deviation, median, dan varian hasil pre-test dan post-test CTL No.
Hasil
Pre-test
Post-test
1.
Mean
46,00
68,53
2.
Standard Deviation
14,29
11,94
3.
Median
45,00
70,00
4.
Varian
204,29
142,55
Untuk mengetahui signifikansi perbedaan peningkatan hasil belajar yang diakibatkan oleh penerapan kedua metode tersebut, uji normalitas data perlu dilakukan. Uji normalitas data tersebut digunakan untuk mengetahui kergaman sebaran data setiap kelompok. Pengujian distribusi normal dilakukan pada tingkat signifikansi α = 0,05
dan df = 4. Sebaran nilai dikatakan berdistribusi normal apabila nilai hasil uji data lebih kecil atau sama dengan ( nilai X dalam tabel distribusi X pengujian distribusi normal tersebut disajikan dalam tabel 4 berikut.
Tabel 4. Hasil pengujian normalitas data No.
Kelompok Data
1.
Pre-test kelompok ceramah
metode
5,81
2.
Post-test ceramah
metode
5,81
kelompok
Nilai Uji X
α = 0,05
Pre-test kelompok CTL
2,57
4.
Post-test kelompok CTL
5,24
Uji homogenitas varian digunakan untuk mengetahui apakah data memang benarbenar berasal dari sampel seragam. Berdasarkan hasil distribusi normal pada bagian sebelumnya, dapat diasumsikan bahwa sampel berasal dari populasi yang seragam dan hasil analisisnya dapat digunakan untuk generalisasi. Data dikatakan memiliki varian yang homogen
Simpulan Sebaran data berdistribusi normal
9,49
3.
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Nilai Tabel X
Sebaran data berdistribusi normal Sebaran data berdistribusi normal
Sebaran data berdistribusi normal apabila nilai uji distribusi F lebih kecil atau sama dengan ( ) nilai dalam tabel distribusi F pada tingkat signifikansi = 0,05 dengan df (15,15). Hasil perhitungan dan simpulannya dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
Volume 18 Nomor 1 Maret 2012
35
Anni Holila Pulungan
Tabel 5. Hasil perhitungan data homogenitas varian No.
Kelompok Data
1.
Pre-test vs post-test metode ceramah
0,15
Data bersifat homogen, berarti sampel berasal dari populasi yang sama
2.
Pre-test vs post-test ancangan CTL
0,45
Data bersifat homogen, berarti sampel berasal dari populasi yang sama
3.
Pre-test metode ceramah vs pre-test ancangan CTL
0,04
Data bersifat homogen, berarti sampel berasal dari populasi yang sama
Post-test metode ceramah vs post-test ancangan CTL
0,06
4.
Nilai Uji F
Nilai F Tabel
2,39
Tampak bahwa masing-masing metode pengajaran memberikan pengaruh positif terhadap sampel yaitu adanya kenaikan mean dari 40,53 menjadi 50,57 dan median dari 38,00 menjadi 50,47 untuk kelompok metode ceramah dan mean dari 46,00 menjadi 68,53 dan median dari 45,00 menjadi 70,00 untuk kelompok pendekatan CTL.
Simpulan
Data bersifat homogen, berarti sampel berasal dari populasi yang sama Sementara itu, nilai standard deviation dari tiap-tiap kelompok data juga menunjukkan bahwa keragaman data relatif sama yaitu berkisar dari 12,03 sampai 14,94. Hasil analisis perbandingan ganda dengan menggunakan analisis Post Hoc Gabriel tampak pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Hasil perbandingan ganda Post Hoc Gabriel No.
Kelompok Data (I)
Kelompok Data (J)
1.
Pre-test ancangan CTL
Pre-test Metode Ceramah
5,47
2.
Post-test Metode Ceramah
Pre-test Metode Ceramah
9,93
3.
Post-test ancangan CTL
Pre-test ancangan CTL
22,53
4.
Post-test ancangan CTL
Post-test Metode Ceramah
18,07
Pembahasan Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok metode ceramah dan 36
Perbedaan Mean (I-J) = 0,05
Keterangan
Perbedaan mean signifikan pada tingkat 0,05
kelompok pendekatan CTL memiliki kemampuan yang relatif sama yang diperlihatkan dengan perbedaan mean pretest yang tidak signifikan. Setelah diajarkan dengan menggunakan metode ceramah,
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 18 Nomor 1
Maret 2012
Pengaruh Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Pemahaman Membaca Siswa
terjadi peningkatan mean dalam kelompok metode ceramah. Akan tetapi, pengaruh metode ceramah terhadap peningkatan mean tersebut tidak signifikan. Sebaliknya, setelah diajarkan dengan menggunakan ancangan CTL, terjadi peningkatan mean dalam kelompok pendekatan CTL. Pengaruh pendekatan CTL terhadap peningkatan mean tersebut signifikan. Perbedaan antara peningkatan
mean dalam kelompok metode ceramah dengan kelompok pendekatan CTL signifikan. Hasil uji perbandingan ganda perbedaan mean dengan menggunakan analisis Post Hoc Gabriel dalam SPSS juga dikuatkan oleh hasil T-test. Nilai T-test dalam tabel distribusi T adalah 2,048 dengan df. 28 pada tingkat 0,05. Sementara itu, nilai hasil uji T-test data disajikan dalam tabel 7 berikut.
Tabel 7. Hasil T-Test No.
T-test
Nilai T-test Data
1.
Pre-test ancangan CTL vs Pre-test Metode Ceramah
1,024
2.
Post-test ancangan CTL vs Post-test Metode Ceramah
1,914
3.
Post-test ancangan CTL vs Pre-test Metode CTL
4,686*
4.
Post-test ancangan CTL vs Post-test Metode Ceramah
3,891*
Berdasarkan hasil T-test tampak bahwa hipotesis nol (H0) untuk pre-test pendekatan CTL vs pre-test metode ceramah dan post-test metode ceramah vs pre-test metode ceramah diterima dan, dengan demikian, hipotesis satu (H1) ditolak. Hal ini bermakna bahwa antara pre-test ancangan CTL dengan pre-test metode ceramah tidak ada perbedaan, begitu pula antara post-test metode ceramah dengan pre-test metode ceramah. Sementara itu, hipotesis nol (H0) untuk post-test ancangan CTL vs pre-test ancangan CTL dan post-test ancangan CTL vs post-test metode ceramah ditolak dan dengan demikian, hipotesis satu (H1) diterima. Itu berarti bahwa antara posttest ancangan CTL dengan pre-test ancangan CTL terdapat perbedaan signifikan pada tingkat 0,05 dengan df = 28, begitu juga dengan antara post-test ancangan CTL dengan post-test metode ceramah.
Nilai T-test Tabel α = 0,05
2,048
Keterangan
*Perbedaan mean signifikan pada tingkat 0,05
Simpulan dan Saran Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan dengan hasil pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Proses belajar mengajar dengan ancangan CTL lebih baik dan lebih efektif dari pada metode ceramah dalam pemahaman membaca siswa sekolah menengah pertama. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai ancangan CTL dengan masalah, sampel, maupun populasi yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk dapat tercapainya hasil yang lebih baik dan lebih menyempurnakan suatu proses belajar mengajar di kemudian hari.
Daftar Pustaka Alwasilah, A. Chaedar. 2000. Perspektif Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia:
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 18 Nomor 1 Maret 2012
37
Anni Holila Pulungan
dalam Konteks Persaingan Global. Bandung: CV. Andira. Berns, R. G. And Ericks P. M. 2001. Contextual Teaching and Learning: Preparing Students for the New Economy. The Highlight Zone
[email protected]. Burns, R. And R. 1984. Teaching Reading Today’sElementary School, 3rd. Ed. New York: Houghton Mifflin. Depdiknas. 2003. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta. Depdikbud. 1994. Kurikulum sekolah Menengah Pertama Mata pelajaran Bahasa Inggris. Jakarta: Yayasan Purnama.
38
Lunzer and Donland. 1970. Reading the Effective Use of Reading. Great Britain: Spottiswooe Ballantyne Ltd. Otto, W. 1979. How to Teach Reading. New York: Addison Wesley. Parnell, Dale. 2001. Contextual Teaching Works (Waco, TX: Center for Occupational Research and Development). P.16. Popham, W. James dan Kenneth A. Sirotnik. 1973. Educational Statistics: Use and Interpretations. New York: Harper and Row Publishers. Spache, E. B. And Spache, G. D. 1969. Reading. Boston: Allyn and Bacon.
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 18 Nomor 1
Maret 2012