PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam perencanaan, persiapan dan pelasksanaan kegiatan ”Annual Outcome Survey dan District Market Study di Kota Kupang dan Kabupaten Lombok Barat” Tahun 2013”. Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Satker Pembangunan Masyarakat Pesisir (CCDP-IFAD), Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta sesuai dengan SPK: CCDP-IFAD.31/KP3K/PMP/PTN/X/2013 Tanggal 29 Oktober 2013. Kegiatan Annual Outcome Survey ditujukan untuk menilai partisipasi, manfaat dan dampak terhadap penerima manfaat program PMP (Pembangunan Masyarakat Pesisir) - CCDP IFAD yang telah dilaksanakan di Kota Kupang dan Kabupaten Lombok Barat. Secara umum, masyarakat berperan dan mempunyai harapan yang cukup besar terhadap kelangsungan dan keberhasilan kegiatan pemberdayaan. Sedangkan kegiatan District Market Study bertujuan untuk identifikasi dan penentuan komoditas perikanan potensial/unggulan, menentukan rantai pasok dan pemasaran, serta intervensi pengembangan. Penentuan komoditas unggulan dilakukan melalui perpaduan metode analisis data sekunder, Analytical Hierarchical Process (AHP) dan Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan pelaku usaha perikanan. Komoditas perikanan unggulan yang ditemukan berbeda dan spesifik di setiap kabupaten oleh karena itu perlu penyesuaian intervensi dan program pengembangan yang akan dilakukan. Akhir kata, semoga hasil kegiatan ini memberi manfaat bagi semua dan dapat dijadikan informasi untuk pengembangan perikanan dan kelautan, sehingga kesejahteraan masyarakat pesisir dapat tercipta.
Yogyakarta, Desember 2013. Dekan Fakultas Pertanian UGM,
Dr. Jamhari, S.P., M.P.
ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. PENGANTAR ................................................................................................................ DAFTAR ISI ................................................................................................................ DAFTAR TABEL ................................................................................................................ DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. I RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................ II PENDAHULUAN ....................................................................................................... III AKTIVITAS DAN METODOLOGI.............................................................................. 3.1. Tujuan Studi .............................................................................................. 3.2. Pendekatan Umum ................................................................................... 3.3. Metodologi dan Tata Laksana .................................................................. 3.4. Implementasi............................................................................................. 3.5. Keadaan Umum Lokasi Kajian ................................................................. IV PROFIL RESPONDEN (BENEFICIARIES DAN NON-BENEFICIARIES) ............... V ANALISIS KOMPARATIF (BENEFICIARIES DAN NON-BENEFICIARIES) ........... 5.1. Mata Pencaharian ..................................................................................... 5.2. Pendapatan Utama ................................................................................... 5.3. Ketahanan Pangan ................................................................................... 5.4. Produksi Kelautan dan Perikanan ............................................................ 5.5. Akses Terhadap Pasar ............................................................................. 5.6. Akses Terhadap Jasa Keuangan Pedesan .............................................. 5.7. Pengembangan Usaha dan Ketenagakerjaan ......................................... 5.8. Akses Terhadap Sumberdaya Alam......................................................... 5.9. Pemberdayaan Wanita ............................................................................. VI KESIMPULAN ........................................................................................................... VII REKOMENDASI ........................................................................................................
iii
i ii iii iv v 1 3 5 5 5 5 8 9 12 14 14 15 15 16 18 19 20 21 22 25 27
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan dan Jumlaha Penduduk di Kabupaten Lombok Barat ....................................................................
10
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di kabupaten Lombok Barat ............
11
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Konsep pelaksanaan survai ........................................................
7
Gambar 2.
Peta Wilayah Kabupaten Lombok Barat .........................................
9
Gambar 3.
Jenis Kelmin Kepala Rumah Tangga (kiri) dan katagori rumah tangga responden (kanan) ..............................................................
12
Gambar 4.
Tingkat Partisipatif responden terhadap kegiatan CCDP ...............
13
Gambar 5.
Tingkat kepuasan responden terhadap kegiatan CCDP (kanan) dan tingkat hubungan responden dan staf proyek (kiri) .................
13
Gambar 6.
Grafik perbandingan pendapatan dibandingkan 1 tahun yang lalu
14
Gambar 7.
Grafik perbandingan sumber pendapatan utama rumah tangga desa penerima manfaat dan desa bukan penerima manfaat .................. 15
Gambar 8.
Grafik kemampuan rumah tangga menyediakan makan 3 kali sehari (kanan) dan grafik perbandingan dengan tahun sebelumnya (kanan) ............................................................................................. 16
Gambar 9. Tujuan menghasilkan produk perikanan (kanan) Sumber produksi (kiri) ...................................................................................................
17
Gambar 10. Perubahan produktivitas produk (kanan) dan bentuk perubahan di bandingkan dengan tahun sebelumnya (kiri)...................................
17
Gambar 11. Keterkaitan dengan proyek CCDP (atas) dan Adopsi teknologi dari proyek CCDP (bawah)Konsep pelaksanaan survai ....................
18
Gambar 12. Pendapatan dari penjualan (kiri) Bentuk perubahan terhadap penjualan hasil perikanan (kanan) ...................................................
19
Gambar 13. Sumber pinjaman (kiri) Bentuk penggunaan pinjaman (kanan) . ....
20
Gambar 14. Kepemilikan usaha non perikanan (kiri) dan jumlah pekerja yang dimiliki (kanan) . ...............................................................................
21
Gambar 15. Akses terhadap sumberdaya dan fasilitas perikanan. .....................
22
Gambar 16. Partisipatif perempuan dalam kelompok kerja CCDP . ...................
22
Gambar 17. Keterlibatan Wanita dalam pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga . ............................................................................................
23
Gambar 18. Akses kredit dan sumber pinjaman . ................................................
24
. v
I. RINGKASAN EKSEKUTIF CCDP (Proyek PMP) merupakan proyek kerjasama pemerintah pusat dan daerah dengan IFAD, yang bertujuan untuk peningkatan kegiatan ekonomi di lokasi sasaran dan penurunan kasus kekurangan nutrisi pada anak-anak (malnutrition), khususnya di wilayah timur Indonesia, salah satunya di Kabupaten Lombok Barat. Penerima manfaat proyek CCDP di Lombok Barat meliputi kelompok perempuan dan laki-laki, namun kelompok laki-laki menempati proporsi terbesar. Kelompok penerima manfaat mengidentikikasikan dirinya (persepsi) dari kelompok masyarakat dengan kategori rumah tangga rata-rata atau berkecukupan di desa. Kelompok yang mempersepsikan dirinya dengan kelompok miskin sebesar kurang dari 30% total responden penerima manfaat (beneficiaries).
Kelompok penerima manfaat memiliki tingkat partisipasi yang cukup baik dalam proyek CCDP. Keterlibatan tertinggi terutama dalam pengelolaan finansial dan pelatihan bisnis. Terkait keterlibatan dalam proyek tersebut, responden memiliki tingkat kepuasan pada tingkat cukup. Responden memiliki persepsi dan ekpektasi yang baik terhadap proyek CCDP.
Dalam satu tahun (12 bulan) terakhir, Desa penerima manfaat maupun yang bukan penerima manfaat secara umum (44-61%) melaporkan belum terdapat perubahan pendatapan (pendapatan sama dengan tahun sebelumnya), dan sekitar 33% melaporkan
terjadi peningkatan
pendapatan
dengan
persentase
beragam.
Perubahan pendapatan pada kelompok penerima manfaat dilaporkan belum berasal dari CCDP, kecuali untuk sebagian kecil responden.
Dari aspek ketahanan pangan, yang diukur dengan ada atau tidaknya waktu dalam satu bulan tidak memenuhi kebutuhan pangan, responden pada dua kelompok memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Kelompok penerima manfaat memiliki tingkat pemenuhan kebutuhan pangan yang sedikit lebih baik dibandingkan kelompok bukan penerima manfaat.
Kegiatan produksi yang dilakukan oleh responden telah memiliki orientasi pasar yang cukup baik yang ditunjukkan oleh sebagian besar responden berproduksi untuk dijual atau hanya sebagian kecil untuk dikonsumsi sendiri. Kegiatan terkait
1
perikanan terutama penangkapan dan pengolahan hasil perikanan menjadi aktivitas utama. Akses pasar hasil produksi tersedia dan belum optimal dimanfaatkan.
Responden penerima manfaat dan bukan penerima manfaat memiliki dan dapat mengakses berbagai sumber keuangan baik dari lembaga keuangan informal maupun formal. Pinjaman dialokasikan untuk kegiatan produktif maupun konsumtif. Responden penerima manfaat melaporkan mengalokasikan pinjaman semuanya untuk investasi atau pengembangan usaha.
Perempuan di desa penerima manfaat maupun bukan penerima manfaat telah terlibat dalam kegiatan produktif sehingga memiliki sumber-sumber pendapatan. Kelompok perempuan di desa penerima manfaat proyek CCDP umumnya terlibat pada kegiatan kelompok usaha, dan sangat kecil proporsinya pada kelompok kerja desa, kelompok sarana prasarana, dan kelompok pengelola sumberdaya. Dalam pengambilan keputusan penting baik rumah tangga maupun kegiatan usaha, kelompok perempuan selalu mendiskusikan dengan suami (kepala rumah tangga).
Berdasarkan persepsi, partisipasi dan ekpektasi atas proyek, responden memiliki pandangan yang positif atau tingkat kepuasaan yang cukup, sehingga manajemen proyek perlu dioptimalkan untuk meningkat hasil dan kemanfaatan. Dua aspek yang perlu diperkuat adalah: (1) kelembagaan dan manajemen usaha pada kelompok penerima manfaat dan (2) pendampingan yang lebih intensif. Usaha produktif yang dikembangkan juga telah memiliki potensi pasar, sehingga peningkatan skala usaha melalui penguatan sarana prasarana produksi, manajemen usaha, kelembagaan dan jaringan, serta permodalan perlu dilakukan untuk meningkatkan dampak positif proyek.
2
II. PENDAHULUAN Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan lnternational Fund for Agricultural Development (IFAD) melaksanakan Coastal Community Development (CCD) atau juga disebut Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (PMP), yang ditetapkan melalui Financing Agreement pada tanggal 23 Oktober 2012. Proyek tersebut merupakan respon pemerintah untuk pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan yang berkelanjutan (pro-poor, pro-job, pro-growth and prosustainability), yang juga sejalan dengan kebijakan dan program IFAD. Proyek ini melibatkan
kerjasama
pemerintah,
baik
pada
tingkat
nasional
maupun
kabupaten/kota. Dalam hal pendanaan, proyek mendapat pinjaman dan hibah dari IFAD, APBN, APBD, serta kontribusi masyarakat pesisir terkait, yang kesemuanya berjumlah total US$ 43,219 juta. Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir mendapat prioritas pendanaan, terutama dari IFAD karena: (i) masyarakat yang tinggal di pesisir dan pulau kecil pada umumnya termasuk kelompok masyarakat miskin sampai sangat miskin; (ii) banyak masyarakat yang memiliki motivasi dan berkomitmen untuk memperbaiki tingkat ekonomi mereka dan bertanggungjawab dalam pembangunan; (iii) adanya peluang-peluang ekonomi yang baik dengan potensi pasar yang kuat dari kelautan dan perikanan; dan (iv) sejalan dengan kebijakan dan prioritas pemerintah. Proyek ini juga merespon pentingnya mengatasi masalah degradasi sumberdaya alam dan perubahan iklim serta memberi pengalaman kepada pemerintah dalam mereplikasi dan merencanakan kegiatan yang lebih baik lagi (scaling up). Karena itu, kawasan timur Indonesia yang memiliki isu dan tingkat kemiskinan yang tinggi, namun memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang besar menjadi lokus Proyek CCD. Melalui Proyek PMP diharapkan akan terjadi berbagai peningkatan kegiatan ekonomi di lokasi sasaran. Secara rinci, indikator keberhasilan program diantaranya adalah tingkat pendapatan masyarakat pesisir sasaran Proyek meningkat 10% net; nilai penjualan produk proyek rata-rata naik 30% di banding sebelum PMP; dan penurunan sebesar 40% dari kasus kekurangan nutrisi pada anak-anak (malnutrition).
3
Lombok Barat menjadi salah satu lokasi kegiatan CCDP. Sampai tahun 2010, menurut data TNP2K, Kabupaten Lombok Barat masih memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi (di atas rata-sata nasional), yaitu dengan tingkat kemiskinan sebesar 21,6%. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lombok Barat adalah sebesar 129.485 jiwa pada garis kemiskinan Rp 247.177 per kapita/bulan. Adapun total desa dalam rencana proyek berjumlah 8 desa, yaitu masing -masing: 5 desa di Kecamatan Sekotong, yang meliputi desa: Pelangan, Sekotong Barat, Sekotong Tengah, Batu Putih, dan Buwun Mas; dan 3 d esa di Kecamatan Lembar, yaitu: Sekotong Timur, Lembar, dan Labuan Tereng. Kegiatan survei ini secara umum bertujuan untuk menjelaskan capaian proyek CCDP
pada
tahun
pertama
dan
mengidentifikasi
strategi
serta
pogram
pengembangan ke depan. Survei ini merupakan bagian dari upaya memonitor secara reguler proyek yang dilakukan (annual outcome).
4
III. AKTIVITAS DAN METODOLOGI 3.1. 1.
Tujuan Studi Untuk mengukur secara regular perubahan/dampak positif atau negatif dari pelaksanaan PMP pada tingkat rumah tangga.
2.
Untuk mengkaji data awal tentang kegagalan dan keberhasilan proyek serta faktor-faktor penyebabnya.
3.
3.2.
Untuk mengetahui berbagai kondisi bagai tercapai berbagai tujuan proyek.
Pendekatan Umum
Tujuan utama Annual Outcome Survey adalah mengukur secara regular perubahan positif atau negatif di tingkat rumah tangga untuk menilai keberhasilan atau kegagalan proyek dalam jangka waktu yang ditetapkan serta menentukan langkahlangkah antisipatif maupun tindakan perbaikan. Secara umum pendekatan monitoring adalah melalui survei rumah tangga yang dilakukan secara reguler setiap akhir tahun untuk mengumpulkan berbagai data secara kualitatif dan kuantitatif terkait dampak proyek.
Secara total, pada tingkat nasional, sampel
rumah tangga yang menjadi target berjumlah
216 rumah tangga untuk
mengestimasi berbagai perubahan pada rumah tangga penerima manfaat (benefeciasiaries group). Selain itu, juga dilakukan analisis terhadap 216 rumah tangga sebagai control group households, yaitu rumah tangga yang tidak mendapat manfaat dari proyek (non-benefeciasiaries group). Melalui survei pada dua kelompok tersebut akan diperoleh data perubahan dan perbandingan pada tingkat rumah tangga maupun antar rumah tangga.
Sampel dalam hal ini, dipilih dan
ditentukan dengan perpaduan teknik stratified and clustered random sampling. Stratified random sampling ditujukan untuk memilih sampel yang tersebar diberbagai pulau dan dilanjutkan dengan clustered sampling untuk memilih kelompok proyek atau desa dan dilanjutkan dengan pemilihan rumah tangga sebagai responden. 3.3. 1.
Metodologi dan Tata Laksana Pengambilan Sampel Seperti
telah
dijelaskan
sebelumnya
total
desa
dalam
rencana
pengembangan proyek ini berjumlah 8 desa, yaitu masing -masing: 5 desa di Kecamatan Sekotong, yang meliputi desa: Pelangan, Sekotong
5
Barat, Sekotong Tengah, Batu Putih, dan Buwun Mas; dan 3 desa di Kecamatan Lembar, yaitu: Sekotong Timur, Lembar, dan Labuan Tereng. Survei ini dilakukan pada desa terpilih, yaitu dua desa yang telah menjalani program PMP (penerima manfaat proyek tahun pertama , atau benefeciaries group). Desa yang terpilih adalah Desa Sekotong Timur (Eyat Mayang) dan Desa Lembar Selatan Kecatatan Lembar. Dari dua desa tersebut, masing-masing dipilih responden sebanyak 9 orang responden per desa, sehingga dari dua desa penerima manfaat tersebut terpilih sebanyak 18 orang responden. Selain dua desa terpilih, yaitu desa yang telah mendapat manfaat dari proyek PMP (benefeciaries group), juga dipilih dua desa lain di luar desa target pengembangan proyek (desa yang tidak/belum secara langsung mendapat manfaat proyek atau didalam penelitian disebut non-benefeciaries group sebagai control group). Adapun desa yang terpilih pada kelompok ini adalah Desa Cendi Manik (Sekotong tengah) dan Desa Sekotong Barat Kecamatan Sekotong. Pada desa terpilih tersebut juga
dipilih
masing-masing 9
responden, atau
total 18
responden. Secara sederhana desain sampling lokasi dan responden tersaji pada Gambar 1.
6
Lokasi Proyek
Kecamatan Lembar
Kecamatan Sekotong
Desa: Pelangan Sekotong Barat Sekotong Tengah Batu Putih Buwun Mas
Desa: Sekotong Timur Lembar Labuan Tereng
Lokasi sampel
Annual Outcome Survey and Marketing Survey
Annual Outcome Survey and Marketing Survey
Desa Sekotong Timur (Eyat Mayang)
Desa Lembar Selatan
Desa Cendi Manik (Sekotong Tengah)
Desa Sekotong Barat
9 responden
9 responden
9 responden
9 responden
Gambar 1. Konsep pelaksanaan survai
2.
Tata Cara dan Pelaksanaan Survei a.
Pengumpulan data Annual outcome survey dilaksanakan dengan
pendekatan wawancara secara langsung pada responden terpilih, dengan menggunakan kuesioner terstruktur (sesuai dengan desain dan standar kuesioner IFAD), yang telah dipersiapkan. Data-data yang diperoleh melalui survey ini umumnya berupa data kualitatif dan beberapa bagian data kuantitatif terkait dengan hasil/capaian dari proyek pada akhir tahun pertama. b.
Sampel, sesuai jumlah yang telah ditentukan, dipilih dengan teknik simple random sampling. Teknik ini dilakukan dengan mendata semua penerima
7
manfaat proyek pada desa terpilih, lalu dilanjutkan dengan membuat daftar nama dan nomor responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan arisan, yaitu masing-masing nama yang telah diberi nama dan nomor dimasukan dalam kaleng untuk dikocok (arisan). Nama-nama hasil pengocokkan (arisan) akan dipilih menjadi responden. Jika nama hasil kocokan tidak memenuhi ketentuan, karena alasan tertentu maka akan dilakukan pengocokan ulang untuk memilih responden selanjutnya. Wawancara dilakukan pada sampel terpilih. Data hasil wawancara selanjutnya ditabulasi untuk dianalisis lebih lanjut.
3.4.
Implementation
Pelaksanaan Annual Outcome Survey di lapangan lakukan selama 7-10 hari di empat desa terpilih. Desa penerima manfaat yang ditentukan sebelumnya adalah Desa Sekotong Barat dan Desa Pelangan. Namun kedua desa tersebut adalah desa yang belum mendapatkan manfaat CCDP, sehingga dilakukan penentuan desa baru, dan terpilih Desa Sekotong Timur (Eyat Mayang) dan Desa Lembar Selatan. Penentuan sample survey ditentukan dengan memperhatikan komposisi pelaku usaha dan kelompok kerja lain yang menerima manfaat dari CCDP maupun yang tidak menerima manfaat dari proyek. Pelaksanaan survei dilakukan dengan mengajukan pertanyaan sesuai dengan instrumen kuisioner Annual Outcome Survey dengan pengayaan yang sifatnya informatif (data deskprisi kualitatif) untuk mengumpulkan informasi yang lebih detail mengenai pelaksanaan proyek CCDP dan dampaknya terhadap kelompok masyarakat. Secara teknis di lapangan, penelitian didukung oleh
tenaga
pendamping desa maupun konsultan manajemen proyek CCDP.
8
3.5.
Keadaan Umum Lokasi Kajian
Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis, Kabupaten Lombok Barat terletak diantara 8º25’ LS – 8º 55’ LS dan 115º46’ BT – 116º20’ BT, dengan luas wilayah sebesar 1.053,92 km². Secara administrasi, Kabupaten Lombok Barat terbagi menjadi 10 kecamatan dan 123 desa. Kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan Sekotong dengan luas mencapai 529,38 km² (50,23%), sedangkan kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Kuripan yaitu seluas 21,56 km² (2,05%). Batas wilayah administrasi Kabupaten Lombok Barat adalah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lombok Utara, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lombok Tengah, dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Lombok dan Kota Mataram.
Gambar 2. Peta Wilayah Kabupaten Lombok Barat (http://lombokbarat.go.id) Jumlah penduduk Kabupaten Lombok Barat berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 sebanyak 600.327 jiwa yang terdiri atas 293.528 laki-laki dan 306.799 perempuan. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Narmada yaitu sebanyak 87.897 jiwa (42.797 laki-laki dan 45.100 perempuan), sedangkan kecamatan yang memilik jumlah penduduk paling sedikit
9
adalah Kecamatan Kuripan yaitu sebanyak 34.020 jiwa (16.752 laki-laki dan 17.268 perempuan). Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, dan jumlah penduduk di Kabupaten Lombok Barat ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan dan Jumlaha Penduduk di Kabupaten Lombok Barat No.
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
Sekotong Lembar Gerung Labuapi Kediri Kuripan Narmada Lingsar Gunungsari Batu Layar Total
Luas Wilayah 529,38 62,66 62,30 28,33 21,64 21,56 107,62 96,58 89,74 34,11 1.053,92
Desa /Kelurahan 11 9 14 12 10 6 21 15 16 9 123
Jumlah Penduduk L 28.005 21.743 35.220 29.602 26.460
P 28.225 22.683 39.107 31.154 27.744
16.752 42.797
17.268 45.100
31.004 38.925 23.020 293,528
32.405 39.708 23.405 306.799
Pendudu k (Jiwa) 56.230 44.426 74.327 60.756 54.204 34.020 87.897 63.409 78.633 46.425 600.327
Sumber: Lombok Barat dalam Angka, 2011
Berdasarkan struktur ekonomi Kabupaten Lombok Barat tahun 2010, diketahui bahwa sektor yang dominan dalam perekonomian adalah sektor pertanian; perdagangan, restoran, dan hotel; bangunan dan konstruksi. Rerata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Barat pada periode tahun 2007-2009 sebesar 5,40%. Tiga sektor yang memiliki pertumbuhan paling tinggi di Kabupaten Lombok Barat adalah sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor pertambangan dan penggalian; dan Industri Pengolahan. Walaupun sektor pertanian masih merupakan penyumbang terbesar dalam perekonomian Kabupaten Lombok Barat, tetapi rerata pertumbuhan sektor pertanian merupakan yang paling rendah dibandingkan sektor yang lain yaitu sebesar 1.79%/tahun. Produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha di Kabupaten Lombok Barat tersaji pada Tabel 2. Salah satu permasalahan pembangunan ekonomi di Lombok Barat adalah penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan sumberdaya potensial di di daerah. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa sampai pada tahun 2010, Kabupaten Lombok Barat memiliki tingkat kemiskinan yang cukup parah yaitu dengan tingkat kemiskinan sebesar 21,6% (rata-rata nasional pada tingkat 10
kabupaten sebesar 15,5% ) dan penduduk miskin mencapai 129.485 jiwa. Penduduk miskin tersebut adalah penduduk yang bergantung pada sumberdaya alam (sektor pertanian secara umum) dan diantaranya yang cukup besar adalah masyarakat pesisir.
Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di kabupaten Lombok Barat No.
Lapangan Usaha
1.
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9.
Total
2007
2008
2009
399.842,41
405.179,36
414.312,99
58.040,31 78.860,76
60.988,76 83.753,23
68.380,60 90.654,49
7.823,72 173.939,54
8.451,66 184.706,40
9.253,80 198.817,97
360.315,58
381.106,57
410.878,56
165.662,99
171.894,20
178.867,07
65.965,93 210.894,44
69.768,01 224.61037
74.694,08 243.962,81
1.521.345,68
1.590.458,56
1.689.822,37
Sumber: Lombok Barat Dalam Angka, 2011
11
IV. PROFIL RESPONDEN (BENEFICIARIES DAN NON- BENEFICIARIES) 1. Identifikasi Rumah Tangga Rumah tangga yang menjadi responden sebagian besar adalah rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki laki. Di desa penerima manfaat, kepala rumah tangga perempuan adalah 11,11%. Kategori rumah tangga responden di desa penerima manfaat lebih baik di bandingkan dengan katagori rumah tangga di desa non penerima manfaat. Terdapat 38,89% rumah tangga mengidentifikasikan kondisi rumah tangga mereka berkecukupan, dan 27,78% menyatakan miskin. Terdapat 44,44% responden yang mengkatagorikan diri mereka dalam kondisi rumah tanngga miskin dan 5,56% dalam kondisi sangat miskin di desa bukan penerima manfaat, dan hanya 11,11% dalam kondisi berkecukupan. Secara garis besar kondisi kesejahteraan rumah tangga di desa non penerima manfaat lebih baik dari desa non penerima manfaat.
Gambar 3. Jenis Kelmin Kepala Rumah Tangga (kiri) dan katagori rumah tangga responden (kanan)
2. Partisipasi dalam Kegiatan Proyek CCDP Seluruh responden (kelompok beneficiaries) menyatakan mengetahui/mengikuti kegiatan yang diadakan oleh CCDP. Namun tidak semua kegiatan CCDP diikuti oleh responden. Sebagian besar responden terlibat dalam kegiatan perencanaan desa dan pelatihan lain yaitu pengelolaan finansial sebanyak 77,78%, pelatihan
12
bisnis 61,11%, dan pelatihan pengolahan hasil perikanan 11,11%. Grafik berikut menggambarkan tingkat partisipatif responden terhadap kegiatan yang diadakan
Partisipatif (%)
oleh CCDP IFAD.
80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
77.78 61.11
22.22 0.00
0.00
0.000.000.005.56 11.11 0.00 0.00 5.56 0.00 5.56
Gambar 4. Tingkat Partisipatif responden terhadap kegiatan CCDP
Secara umum penelitian juga menunjukkan 72,73% responden menyatakan cukup puas dengan kegiatan yang diadakan oleh CCDP dan 27,27% menyatakan sangat puas terhadap jalannya kegiatan CCDP. Terkait dengan hubungan responden dan staff project 54,58% menyatakan sering berkomunikasi dengan staf proyek, dan 36,4% menyatakan jarang.
Gambar 5. Tingkat kepuasan responden terhadap kegiatan CCDP (kanan) dan tingkat hubungan responden dan staf proyek (kiri)
13
V. ANALISIS KOMPARATIF (BENEFICIARIES VS NON BENEFICIARIES)
5.1
Mata Pencaharian
Rumah tangga responden di desa penerima manfaat menyatakan 94,12% memiliki sumber pendapatan tunai, sedangkan di desa bukan penerima manfaat 100% menyatakan memiliki pendapatan tunai. Dari total responden yang memiliki pendapatan tunai, di desa penerima manfaat ditemukan 44,44% rumah tangga yang mengalami
peningkatan
pendapatan.
Responden
mengalami
peningkatan
pendapatan 50% atau lebih diketahui sebesar 11,11%, 22,22% mengalami peningkatan pendapatan 25-50% dan 11,11% pendapatan eningkat 5-25%. Sementara di desa bukan penerima manfaat terdapat 33,33% rumah tangga yang mengalami peningkatan pendapatan 5-25% dan 61,11% menyatakan tdak terdapat peningkatan pendapatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Gambar 6. Grafik perbandingan pendapatan dibandingkan 1 tahun yang lalu
14
5.2.
Pendapatan Utama
Penelitian mengidentifikasi untuk desa penerima manfaat 72,22% rumah tangga yang memiliki sumber pendapatan utama berasal dari sektor perikanan, 33,33% diantaranya berasal dari sektor perikanan tangkap, 27,78% di sektor pengolahan hasil perikanan dan 11,11% di sektor pemasaran. Sedangkan di desa bukan penerima manfaat, 94,44% pendapatan utama berasal di sektor perikanan di mana 50% rumah tangga bergerak di sektor penangkapan ikan, 5,56% di bidang budidaya, 22,22% di pengolahan hasil perikanan dan 16,67% di sektor pemasaran perikanan.
Gambar 7. Grafik perbandingan sumber pendapatan utama rumah tangga desa penerima manfaat dan desa bukan penerima manfaat. 5.3.
Ketahanan Pangan
Desa penerima manfaat memiliki tingkat ketahanan pangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan desa non penerima manfaat. Terdapat 88,89% rumah tangga yang mampu menyediakan makan 3 kali sehari di desa penerima manfaat dan di desa non penerima manfaat hanya 66,67%. Kondisi perbaikan tingkat pemenuhan kebutuhan pangan dirasakan oleh 16,67% rumah tangga responden di desa penerima manfaat mengalami peningkatan dan di desa non penerima manfaat 27,78% menyatakan terdapat beberapa peningkatan dalam upaya mememnuhi makan 3 kali dalam sehari.
15
Gambar 8. Grafik kemampuan rumah tangga menyediakan makan 3 kali sehari (kanan) dan grafik perbandingan dengan tahun sebelumnya (kanan) 5.4.
Produksi Kelautan Dan Perikanan
Rumah tangga desa penerima manfaat menghasilkan produk perikanan untuk dijual dan rumah tangga desa bukan penerima manfaat untuk di konsumsi dan di jual. Rumah tangga di desa penerima manfaat sebanyak 52, 94% menyatakan produksi hanya untuk di jual dan 41,18% menyatakan dikonsumsi dan dijual. Di desa bukan penerima manfaat komposisi tujuan produksi diketahui 64,6% digunakan untuk dikonsumsi sendiri dan di jual. Sumber produksi dari kegiatan produksi perikanan di desa penerima manfaat berasal dari perikanan tangkap 50%, pengolahan perikanan 22,22% dan di desa bukan penerima manfaat yang menjadi sumber produksi perikanan adalah berasal dari perikanan budidaya 43,35% dan perikanan tangkap 18,75%.
16
Gambar 9. Tujuan menghasilkan produk perikanan (kanan) Sumber produksi (kiri)
Gambar 10. Perubahan produktivitas produk (kanan) dan bentuk perubahan di bandingkan dengan tahun sebelumnya (kiri) Perubahan produktivitas dirasakan oleh responden di dua desa, baik desa penerima manfaat dan desa bukan penerima manfaat CCDP. Perubahan produktivitas lebih tinggi di desa penerima manfaat yaitu 41,18% rumah tangga reponden dan di desa bukan penerima manfaat yaitu 38,89%. Perubahan yang terjadi di desa penerima manfaat 27,78% menyatakan perubahan tersebut di atas 25%, dan di desa bukan penerima manfaat 27,78% menyatakan perubahan yang terjadi antara 5-25%.
17
Perubahan produktivitas yang terjadi di desa penerima manfaat dikatakan tidak terkait dengan program
CCDP karena mayoritas responden
(82,89%) menyatakan perubahan produktivitas bukan karena proyek CCDP atau hanya 17,14% rumah tangga penerima manfaat menyatakan perubahan
tersebut
terjaid
karena
program
CCDP.Hal ini terkait juga dengan adopsi teknologi yang dilakukan oleh rumah tangga desa penerima manfaat.
Sebanyak
27,78%
rumahtangga
menyatakan mereka mengadopsi teknologi dari proyek CCDP, sedangkan 72,22% menyatakan tidak/belum mengadopsi teknologi dari program CCDP
Gambar 11. Keterkaitan dengan proyek CCDP (atas) dan Adopsi teknologi dari proyek CCDP (bawah)
5.5.
Akses Terhadap Pasar
Sejumlah 88,89% rumah tangga responden di desa penerima manfaat menyatakan pendapatan mereka berasal dari penjualan hasil perikanan. Sedangkan di desa bukan penerima manfaat sedikit lebih rendahyaitu 72,22%. Pendapatan dari hasil penjualan
perikanan
dilaporan
mengalami
perubahan.
Bentuk
perubahan
pendapatan dari penjualan hasil perikanan di desa penerima manfaat yaitu 5,56% responden menyatakan lebih tingi dari 50% 11,11% lebih tinggi 25-50% dan 22,22% menyatakan lebih tinggi 5-25%, namun 5,56% menyatakan terjadi penurunan pendapatan dari hasil penjualan. Desa bukan penerima manfaat juga menyatakan terdapat peningkatan namun 61,11 % menyatakan kondisi sama saja.
18
Gambar 12. Pendapatan dari penjualan (kiri) Bentuk perubahan terhadap penjualan hasil perikanan (kanan)
5.6.
Akses Terhadap Jasa Keuangan Pedesaan
Akses terhadap jasa keuangan pedesaan di desa penerima dan bukan penerima manfaat dapat dikatagorikan memiliki tingkat kemudahan dalam hal akses meminjam uang. Di desa penerima manfaat terdapat 33,33% rumahtanga yang meminjam uang dalam 1 tahun terakhir. Sedangkan di desa bukan penerima manfaat lebih tinggi yaitu 38,89%. Sumber pinjaman yang diakses oleh rumah tangga di desa penerima manfaat yaitu 83,33% berasal dari lembaga formal seperti bank dan untuk desa bukan penerima manfaat 100% responden menyatakan sumber pinjaman mereka berasal dari lembaga informal.
19
Gambar 13. Sumber pinjaman (kiri) Bentuk penggunaan pinjaman (kanan)
Desa penerima manfaat 100% responden yang melakukan usaha peminjaman uang dengan tujuan untuk kegiatan yang menghasilkan pendapatan, sedangkandi desa bukan penerima manfaat tujuan melakukan pinjaman lebih beragam yaitu 14,2% untuk meningkatkan tabungan, 42,88% untuk konsumsi, 28,52% untuk usaha mendapatkan pendapatan, dan 14,25% untuk investasi lainnya.
5.7.
Pengembangan Usaha dan Ketenagakerjaan
Responden di desa penerima manfaat diketahui 44,44% diantaranya menyatakan memiliki usaha non perikanan. Sementara di desa bukan penerima manfaat 50% responden memiliki usaha non perikanan. Ukuran usaha kedua kelompok tersebut pun bervariasi. Di desa penerima manfaat 50% tidak memiliki pekerja ada 50% memiliki 1 atau 2 pekerja. Di desa bukan penerima manfaat 57,78% usaha non perikanan tersebut tidak memiliki pekerja namun terdapat 14,25% memiliki pekerja lebih dari 5 orang.
20
Gambar 14. Kepemilikan usaha non perikanan (kiri) dan jumlah pekerja yang dimiliki (kanan)
5.8.
Akses Terhadap Sumberdaya Alam
Terkait akses terhadap sumberdaya perikanan dan fasilitas perikanan yang mendukung kegiatan produksi perikanan di desa penerima manfaat dan desa bukan penerima manfaat menunjukkan sedikit perbedaan. Responden di desa penerima manfaat memiliki akses perikanan tangkap, fasilitas pengolahan perikanan yang sedikit lebih baik dari desa bukan penerima manfaat. Di desa bukan penerima manfaat akses pemasaran lebih mudah di jangkau di bandingkan di desa penerima manfaat.
21
60
Responden (%)
50 40 30 Beneficiaries 20
Non-beneficiaries
10 0 Budidaya
Perikanan Pengolahan Pemasaran tangkap Sumberdaya
Gambar 15. Akses terhadap sumberdaya dan fasilitas perikanan.
5.9.
Pemberdayaan Wanita
Tingkat partisipasi wanita dalam kegiatan CCDP dapat dilihat dalam gambar 16. Wanita banyak berperan dalam kelompok usaha terutama kelompok usaha pengolahan dan pemasaran. Berdasarkan data lapngan diketahui bahwa di desa terdapat kecenderungan pembagian kerja yang cukup jelas, yaitu perempuan mengelola usaha pasca panen dan pemasaran hasil produksi, sedangkan laki-laki
Jumlah
yang mengelola usaha produksi, seperti kegiatan penangkapan ikan.
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Ya Tidak
Kelompok
Gambar 16. Partisipatif perempuan dalam kelompok kerja CCDP
22
Hasil survei juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden wanita menyatakan mereka selalu membicarakan hal-hal penting dalam rumah tangga dengan suami, termasuk dalam hal pendidikan anak. Isteri umumnya tidak mengambil keputusan sendiri, atau selalu membicarakan denga suami.
Gambar 17. Keterlibatan Wanita dalam pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga
Terkait akses terhadap pinjaman kredit, kelompok perempuan memiliki akses terhadap kredit atau permodalan. Di desa penerima manfaat, seluruh responden menyatakan meminjam dari bank atau instiitusi formal lainnya. Sedangkan di desa bukan penerima manfaat sebagian besar sumber pinjaman berasal dari anggota keluarga, institusi formal seperti koperasi dan institusi informal seperti “Bank Subuh” atau renternir.
23
Sumber Pinjaman 12 10 8 6 4 2 0
Beneficiaries Non-Beneficiaries
Gambar 18. Akses kredit dan sumber pinjaman
Peran wanita di desa penerima manfaat dan bukan penerima manfaat memiliki ciri yang kurang lebih sama, yaitu sebagian besar brgerak di bidang pengolahan dan pemasaran. Dalam pengelolaan pasar lokal, peran wanita sangat penting dalam menjajakan hasil perikanan ke masyarakat lokal. Berdasarkan pada potensi tersebut, di desa penerima manfaat sebagian besar kelompok pemasaran beranggotakan perempuan. Keterlibatan perempuan dalam kelompok produktif tersebut merupakan strategi perempuan menambah penghasilan dan pendapatan rumah tangga. Gambaran ini juga menunjukkan bahwa perempuan di desa kajian, tidak saja berperan penting dalam kegiatan domestik (peran reproduktif, terkait dengan mengurus anak, suami dan rumah), tetapi juga dalam kegiatan produktif, yaitu mendukung perekonomian keluarga.
24
VI. KESIMPULAN 1. Penerima manfaat proyek CCDP meliputi kelompok perempuan dan laki-laki dengan proporsi terbedsar adalah kelompok laki-laki. Kelompok penerima manfaat mengidentikikasikan dirinya (persepsi) dari kelompok masyarakat dengan kategori rumah tangga rata-rata atau berkecukupan di desa. Kelompok yang mempersepsikan dirinya dengan kelompok miskin sebesar kurang dari 30% total responden penerima manfaat (beneficiaries). 2. Kelompok penerima manfaat memiliki tingkat partisipasi yang cukup baik dalam proyek CCDP. Keterlibatan tertinggi terutama dalam pengelolaan finansial dan pelatihan bisnis. Terkait keterlibatan dalam proyek tersebut, responden memiliki tingkat kepuasan pada tingkat cukup. Responden memiliki persepsi dan ekpektasi yang baik terhadap proyek CCDP. 3. Dalam satu tahun (12 bulan) terakhir, Desa penerima manfaat maupun yang bukan penerima manfaat secara umum (44-61%) melaporkan belum terdapat perubahan pendapatan (pendapatan sama dengan tahun sebelumnya), dan sekitar 33% melaporkan terjadi peningkatan pendapatan dengan persentase beragam. Perubahan pendapatan pada kelompok penerima manfaat dilaporkan belum berasal dari CCDP, kecuali untuk sebagian kecil responden. 4. Dari aspek ketahanan pangan, yang diukur dengan ada atau tidaknya waktu dalam satu bulan tidak memenuhi kebutuhan pangan, responden pada dua kelompok memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Kelompok penerima manfaat memiliki tingkat pemenuhan kebutuhan pangan yang sedikit lebih baik dibandingkan kelompok bukan penerima manfaat. 5. Kegiatan produksi yang dilakukan oleh responden telah memiliki orientasi pasar yang cukup baik yang ditunjukkan oleh sebagian besar responden berproduksi untuk dijual atau hanya sebagian kecil untuk dikonsumsi sendiri. Kegiatan terkait perikanan terutama penangkapan dan pengolahan hasil perikanan menjadi aktivitas utama. Akses pasar hasil produksi tersedia dan belum optimal dimanfaatkan. 6. Responden penerima manfaat dan bukan penerima manfaat memiliki dapat mengakses berbagai sumber keuangan baik dari lembaga keuangan informal maupun formal. Pinjaman dialokasikan untuk kegiatan produktif maupun konsumtif. Responden penerima manfaat melaporkan mengalokasikan pinjaman semuanya untuk investasi (pengembangan usaha).
25
7. Perempuan di desa penerima manfaat maupun bukan penerima manfaat telah terlibat dalam kegiatan produktif sehingga memiliki sumber-sumber pendapatan. Kelompok perempuan di desa penerima manfaat proyek CCDP umumnya terlibat pada kegiatan kelompok usaha, dan sangat kecil proporsinya pada kelompok kerja desa, kelompok sarana prasarana, dan kelompok pengelola sumberdaya. Dalam pengambilan keputusan penting baik rumah tangga maupun kegiatan usaha, kelompok perempuan selalu mendiskusikan dengan suami (kepala rumah tangga).
26
VIII. REKOMENDASI 1. Berdasarkan persepsi, partisipasi dan ekpektasi atas proyek, responden memiliki pandangan yang positif atau tingkat kepuasaan yang cukup, sehingga manajemen proyek perlu dioptimalkan untuk meningkat hasil dan kemanfaatan. Dua aspek yang perlu diperkuat adalah: (1) kelembagaan dan manajemen usaha pada kelompok penerima manfaat dan (2) pendampingan yang lebih intensif (data interaksi pengelola dan masyarakat penerima manfaat masih dikatakan belum optimal). 2. Usaha produktif yang dikembangkan telah memiliki potensi pasar, sehingga peningkatan skala usaha melalui penguatan sarana prasarana produksi, manajemen usaha, kelembagaan dan jaringan,
serta permodalan perlu
dilakukan untuk meningkatkan dampak positif proyek. 3. Selain optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan, terdapat banyak potensi sumberdaya pesisir di desa untuk pengembangan ekonomi masyarakat seperti pariwisata bahari dan sumberdaya lainnya di daratan. 4. Sumber-sumber pembiayaan di desa tersedia dan beragam. Masyarakat telah menggunakan
sumber-sumber
pembiayaan
tersebut
untuk
berbagai
kepentingan baik konsumtif maupun produktif. Pengelolaan keuangan yang lebih baik perlu diintroduksi untuk menghindari ketergantungan pada hutang yang lebih besar. 5. Perempuan memiliki peran produktif dalam perekonomian dan kegiatan di desa. Kelompok laki-laki juga mendukung aktualisasi peran produktif perempuan di desa. Penguatan kelompok perempuan melalui proyek CCDP telah memberikan ruang bagi peningkatan peran produktif kelompok perempuan. Namun demikian penguatan kelompok usaha dari aspek kelembagaan, permodalan, teknologi, manajerial dan pasar masih sangat dibutuhkan.
27