e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR DEKORATIF MEDIA KRAYON UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS Ni Made Ayu Aristyadewi 1, I Nyoman Wirya 2, Putu Rahayu Ujianti 3 1,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan motorik halus anak kelompok B TK Darma Kumala Penatahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak setelah diterapkan metode pemberian tugas melalui kegiatan menggambar dekoratif berbantuan media krayon di kelompok B TK Darma Kumala Penatahan tahun ajaran 2014/2015. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian berjumlah 30 orang anak kelompok B TK Darma Kumala Penatahan. Data kemampuan motorik halus anak dikumpulkan dengan metode observasi dan dicatat menggunakan lembar observasi. Analisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik kuantitatif. Hasil analisis data menunjukan bahwa terjadi peningkatan kemampuan motorik halus dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan menggambar dekoratif berbantuan media krayon pada siklus I sebesar 66,00% berada pada kategori sedang kemudian meningkat pada siklus II sebesar 89,00% berada pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan kemampuan motorik halus sebesar 23,00%.Simpulan dari penelitian ini sudah dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Kata-kata kunci: metode pemberian tugas, kemampuan motorik halus Abstract The problem in this research is the lack of fine motor skills of children in group B TK Darma Kumala Penatahan. This research aims to determine the increase fine motor skills of children after the applied method of administration tasks through media-aided drawing decorative crayons in group B TK Dharma Kumala Penatahan academic year 2014/2015. This type of research is classroom action research conducted in two cycles. Research subjects were 30 kindergarten children in group B Dharma Kumala Penatahan. Data collected fine motor skills of children with methods of observation and recorded using instruments such as observation sheet. Analysis using descriptive statistical analysis and quantitative statistical analysis methods. Results of the data showed that there was an increase fine motor skills with the application of the method of administration tasks through media-aided drawing decorative crayons on the first cycle of 66.00% in the medium category and then increased in the second cycle of 89.00% in the high category. So an increase in fine motor skills by 23.00%. The conclusions of this study has been able to increase the fine motor skills of children. Keywords: method of assignment, fine motor skills
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting karena berpengaruh dalam kehidupannya kelak. Pendidikan hendaknya dimulai dari sejak anak usia dini, dimana pada masa ini penyerapan anak tentang segala hal yang baru sangatlah besar. Masa penyerapan yang besar akan mempengaruhi kemampuan dasar anak. Maka dari itu, dengan pendidikan yang terarah kepada anak dari sejak usia dini akan mampu menghasilkan anak yang berkualitas sehingga akan menjadi anak yang berguna untuk bangsa. Sesuai undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa “Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak (permendiknas tahun 2009:1). Pemberian rangsangan yang tepat kepada anak akan mengembangkan aspek dasar kemampuan anak seperti agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Perkembangan fisik pada anak usia dini terbagi menjadi dua yaitu, motorik kasar dan motorik halus. Kemampuan Motorik halus merupakan hal yang penting pada aspek dasar perkembangan anak. Kemampuan motorik halus adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot halus. “Perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil dan detail”. (Suyadi, 2010). Kemampuan motorik halus merupakan kegiatan yang melibatkan koordinasi antara mata dan tangan. Kemampuan motorik halus adalah “pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil serta koordinasi antara mata dan tangan” (Decaprio, 2013;21). Kemampuan motorik halus anak dapat dikembangkan melalui kegiatan seperti melipat kertas, menyusun balok, bermain puzzle, membuat garis, dan menulis dengan huruf. Kemampuan motorik
halus anak antara satu dengan yang lain tentunya berbeda, tergantung dari pembawaan anak dan stimulasi yang diperolehnya. Dari hal tersebut, guru harus mampu memilih metode atau model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, tentunya metode dan model pembelajaran yang akan digunakan harus menyesuaikan dengan keadaan, kebutuhan dan kemampuan anak. Dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat “dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama akan lebih unggul. (Hurlock, 1978;157). Metode pemberian tugas adalah “pemberian pengalaman belajar dengan memberikan tugas yang secara sengaja diberikan kepada anak taman KanakKanak” (Yulianti, 2010:39). Metode pemberian tugas ini melatih anak untuk untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya. Sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Kegiatan menggambar dekoratif adalah suatu kegiatan menghias gambar. Kegiatan menggambar dekoratif merupakan salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Prawira (dalam Ngadi 2011:7) menyebutkan menggambar dekoratif “merupakan kegiatan menggambar hiasan (ornamen) pada kertas gambar atau pada benda-benda tertentu”. Kegiatan dekoratif merupakan kegiatan yang mampu melatih atau meningkatkan kemampuan motorik halus anak, karena melibatkan unsur otot syaraf, otak, dan jari tangan anak. Media adalah alat bantu yang dapat mempermudah komunikasi antara guru dengan anak. Menurut Sukiman (2012) media merupakan sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan ke penerima sehingga merangsang pikiran, perhatian dan minat anak sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang efektif.Media krayon merupakan media yang sering digunakan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak TK. Media krayon merupakan salah satu media yang digemari anak karena pilihan warna-warnanya yang menarik.
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) Pemberian rangsangan yang tepat kepada anak akan mengembangkan aspek dasar kemampuan anak seperti agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Pamadhi (dalam Ratreni, 2013:3) “pelaksanaan pendidikan perlu memperhatikan penggunaan metode dan media pembelajaran penunjang agar tujuan pembelajaran dapat tercapai”. Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan rangsangan kepada anak usia dini diperlukan suatu metode dan media yang tepat sehingga aspek dasar anak dapat berkembang. Disinilah peranan guru sebagai fasilitator sehingga perkembangan anak pada usia dini dapat berkembang secara optimal. Guru harus mempersiapkan diri dalam memberikan metode yang sesuai dan menggunakan media yang tepat untuk digunakan pada saat pembelajaran, sehingga terjadi komunikasi yang baik antar guru dan anak. Rangsangan yang tepat akan memberikan dampak positif bagi perkembangan anak. Hasil pengamatan yang sudah dilakukan di TK Darma Kumala Penatahan, kemampuan motorik halus anak masih kurang berkembang dilihat dari hasil karya anak. Saat memegang pensil anak masih kesulitan dalam memegang pensil dengan baik. Saat observasi, terkadang guru kurang memperhatikan anak yang kemampuannya masih kurang pada saat menggambar atau meniru huruf, akibatnya anak masih belum bisa menggenggam pensil dengan benar. Dari hasil pengamatan pada saat jam istirahat, beberapa anak pada saat makan masih disuapi oleh orang tuanya hal ini akan mempengaruhi kemampuan motorik halus anak. Disamping itu, beberapa anak yang masuk di TK Darma Kumala tidak melalui kelompok bermain atau TK kelompok A sehingga berpengaruh terhadap kemampuan motorik halus anak. Hasil observasi yang dilakukan terhadap 30 orang anak, ditemukan 12 orang anak kemampuan motorik halusnya masih dalam kategori (*). Hal ini disebabkan karena masih rendahnya kemampuan anak dalam kegiatan yang berkaitan dengan motorik halus seperti menarik garis dan meniru garis lengkung.
Berdasarkan uraian diatas, maka untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada kelompok B TK Darma Kumala Penatahan, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Pemberian Tugas Melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif Berbantuan Media Krayon untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok B TK Darma Kumala Penatahan Tahun Ajaran 2014/2015”. Dengan adanya penelitian tersebut diharapkan kemampuan motorik halus anak meningkat. Pemilihan metode yang diberikan hendaknya dikuasai secara matang oleh guru sebelum diberikan kepada anak. beberapa metode pembelajaran yang bisa diberikan diataranya, “metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi, metode permainan, metode cerita, team teaching, peer teaching, metode karyawisata, metode pemberian tugas” (Sutikno, 2014:40). Dari jenis-jenis metode yang telah disebutkan diatas, maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode pemberian tugas. Pemilihan metode pemberian tugas disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai salah satunya dengan cara menggunakan metode pemberian tugas. Metode pemberian tugas merupakan salah satu metode yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Moeslichatoen (dalam Ratreni, 2013:3), menjelaskan “Metode pemberian tugas adalah tugas atau pekerjaan yang sengaja diberikan kepada anak TK yang harus dilaksanakan dengan baik”. Metode pemberian tugas adalah “metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.” (Djamarah, & Aswan Zain, 2006:85). Kemudian menurut Yulianti metode pemberian tugas adalah “cara pemberian pengalaman belajar dengan memberikan tugas yang secara sengaja diberikan kepada anak Taman Kanak-Kanak”. (Yulianti, 2010:39) Sedangkan menurut Sutikno metode pemberian tugas adalah “suatu cara penyajian pelajaran dengan cara memberi tugas tertentu kepada peserta didik dalam
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) waktu yang telah ditentukan dan peserta didik mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya. (Sutikno,2014:49). Umumnya setiap metode bertujuan untuk membantu guru untuk mencapai tujuan yang diinginkan Tujuan metode pemberian tugas adalah “memotivasi anak agar aktif belajar baik secara individual atau kelompok.” (Sutikno, 2014: 50). Dalam metode pemberian tugas pekerjaan yang dilaksanakan tidak harus terikat dengan tempat tertentu. Kelebihan metode pemberian tugas adalah, a) lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok, b) dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru, c) dapat membina tanggung jawab dan displin siswa, d) dapat mengembangkan kreativitas siswa. (Djamarah & Aswan Zain, 2006:87). Metode pemberian tugas selain memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan, adapun kekurangan dari metode pemberian tugas sebagai berikut. kekurangan metode pemberian tugas adalah.1) Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia mengerjakan tugas ataukah orang lain, 2) khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik, 3) tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa, 4) sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa” (Djamarah, 2006: 87). Setiap metode pembelajaran mempunyai langkah-langkah dalam pelaksanaan metodenya seperti mempersiapkan tema yang akan diajarkan atau menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Menurut Moeslichatoen (1999) (dalam Ertamini 2013:4) ada beberapa langkah dalam menerapkan metode pemberian tugas di lembaga Taman Kanakkanak. “1)Membuat persiapan mengajar sesuai dengan tema yang akan diajarkan, 2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam pembelajaran, 3) Memberikan penjelasan khusus tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, 4)
Membagikan alat dan bahan yang akan dipakai dalam pembelajaran, 5) Mengamati proses kerja anak individu maupun kelompok, 6) Merangkum hasil kegiatan anak dan menilai perkembangan kemampuan anak.” Menggambar merupakan suatu kegiatan membuat gambar dengan cara menggoreskan benda atau media seperti pensil, krayon, spidol, dll. Menurut Sumanto (dalam Aprilena, 2014:33) “menggambar merupakan suatu perbuatan seseorang dalam usahanya untuk mengungkapkan buah pikiran, sehingga bermakna visual pada suatu bidang dan hasilnya disebut gambar”. kegiatan menggambar dekoratif merupakan kegiatan menggambar yang memberikan hiasan atau tambahan pada kertas gambar dimana sudah dibuat sketsa untuk memudahkan kegiatan menggambar bebas. Kegiatan menggambarnya dapat menggunakan berbagai media. Dalam kegiatan menggambar dekoratif, diperlukan adanya koordinasi antara syaraf, otot halus, otak dan jari anak. Pada kegiatan menggambar dekoratif “Anak dilatih memegang pensil dengan benar ketika membuat suatu gambar, mewarnai atau memulas dengan menggunakan krayon atau kuas, sehingga dapat meningkatkan kelenturan jari jemari anak. Disinilah unsur-unsur tersebut akan terkoordinasi jika dilakukan dengan intensif”. (Erlita, Nani 2014:3) Adapun hal yang perlu disiapkan dalam kegiatan menggambar dekoratif adalah, “1) menentukan bidang yang akan dihias yaitu bisa berupa bidang tepi atau pinggir, bidang tengah, dan bidang bentuk khusus, 2) menentukan motif hias yang akan dibuat dan diteruskan dengan merancang bentuk atau desain komposisi dan penataannya. 3) menggambar motif hias pada bidang yang direncanakan, 4) penyelesaian atau pewarnaan dengan menerapkan teknik arsir, sapuan, atau yang lainnya. Media merupakan merupakan pendukung dari metode pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Media berperan sebagai alat komunikasi antara guru dan anak. apalagi pada anak usia dini pikiran anak masih bersifat konkret. Media merupakan sarana yang mendukung
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) dalam penggunaan metode pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih menarik. “Media pembelajaran merupakan saluran komunikasi. Berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari medium” (Zaman, 2008:4.4) Menurut pendapat lain media adalah “segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada si pembelajar” (Aqib, 2013: 50) Krayon merupakan media yang murah dan bagus untuk membuat gambargambar tebal dan gambar-gambar berwarnai yang sulit dihapus (dalam Robins, 2004:4). Media krayon merupakan media yang sering digunakan di TK. Media krayon. Bahan dari media krayon adalah lilin berwarna, air, dan kapur. Media krayon merupakan media yang digunakan untuk kegiatan menggambar dan melukis. Cara menggunakannya yaitu dengan menggosokannya ke kertas. Media krayon biasanya disenangi oleh anak karena warnanya yang menarik. langkah-langkah penggunaan media krayon dalam kegiatan menggambar. Menurut Aprilena (2014:44) langkahlangkah penggunaan media krayon adalah sebagai berikut.1) Guru menyampaikan tujuan dan tema kegiatan secara jelas.2) Guru mengatur tempat duduk anak. 3) Guru melaksanakan kegiatan mulai dari pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 4) Guru menciptakan suasana yang akrab dan menyenangkan. 5) Guru mampu mengembangkan keterampilan pembelajaran dan menetapkan bentuk gambar yang dipilih. Sedangkan menurut Wahyumedia, (2007:1) langkah-langkah penggunaan media krayon dalam kegiatan menggambar dekoratif adalah sebagai berikut. 1) Pastikan krayon berkualitas baik, tidak mudah patah, tidak rapuh dan tidak mengandung zat-zat berbahaya yang bersifat racun. 2) Pastikan krayon yang akan digunakan memiliki variasi warna yang beragam seperti 24 warna, 36 warna atau lebih. 3) Pastikan bentuk batang krayon yang digunakan memiliki sudut agar tangan atau jari-jari dapat memegang dengan kuat Kemampuan motorik halus adalah kemampuan menggunakan otot-otot halus
dan memerlukan adanya koordinasi antara tangan dan mata. Setiap anak tentu memiliki kemampuan motorik halus yang berbeda. Ketika anak tumbuh dan berkembang, terjadi peningkatan motorik halus anak. Sehingga secara bertahap kemampuan motorik anak berkembang dari anak mulai belajar membuat goresan hingga bisa menjadi sebuah bentuk yang lebih nyata dengan bentuk aslinya. Kemampuan motorik halus adalah suatu gerakan yang melibatkan otot-otot halus dan membutuhkan koordinasi antra mata dengan tangan. “Gerakan motorik halus apabila gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat” Sujiono, dkk. (2008:1.14) Menurut pendapat lain, kemampuan Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Aisyah, dkk. (2008:4.42). Sedangkan menurut Decaprio kemampuan motorik halus adalah “pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil serta koordinasi antara mata dan tangan” (dalam Decaprio, 2013:20). Kemampuan motorik halus menurut Olvista (dalam Sudarsih, 2014:6) adalah “kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Endang (dalam Ratreni, 2013:4) mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak yang menyebabkan perbedaan individual antara anak yang satu dan lainnya yaitu ” sifat dasar genetik, keaktifan janin dalam kandungan, kondisi pranatal yang menyenangkan, khususnya kondisi ibu dan gizi makanan sang ibu, proses kelahiran, apabila ada kerusakan pada otak akan memperlambat kemampuan motoriknya, kondisi pasca lahir, berkaitan dengan kondisi lingkungan sekitar yang dapat menghambat/mempercepat laju perkembangan motoriknya, ada tidaknya rangsangan, dorongan,dan kesempatan untuk menggerakkan semua anggota
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) tubuh, cacat fisik, akan memperlambat kemampuan motorik anak. Faktor lainnya adalah motivasi, hendaknya dalam mempelajari kemampuan motorik anak diberikan motivasi sehingga lebih bersemangat dalam mengasah kemampuan motoriknya. Saat mempelajari keterampilan baru, hendaknya dilakukan secara individu. Permendiknas no. 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini, menjabarkan mengenai tingkat pencapaian perkembangan (tumbuh kembang anak yang diharapkan pada usia tertentu). Diusia 5-6 tahun tingkat pencapaian motorik halus anak adalah, menggunakan alat tulis dengan benar, menggambar sesuai gagasannya, mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail. Penelitian menggunakan metode pemberian tugas telah banyak memberikan hasil bahwa terjadi peningkatan dalam kemampuan motorik halus anak. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Ami Yustiari yang berjudul “penerapan metode pemberian tugas kegiatan mencocok berbantuan media gambar untuk meningkatkan motorik halus”. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, terjadi peningkatan motorik halus dari siklus I ke siklus II Sedangkan penelitian yang menggunakan kegiatan menggambar dekoratif yang dilakukan oleh Disti Purwasih dan Tin Rustini yang berjudul “meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menggambar dekoratif”. Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh peningkatan pada kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menggambar dekoratif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Ami Yustari, bahwa penggunaan metode pemberian tugas efektif untuk meningkatkan motorik halus. Penggunaan suatu metode agar lebih menarik diperlukan adanya kegiatan untuk menarik minat anak. dalam penelitian yang dilakukan oleh Disti Purwasih dan Tin Rustini tentang kegiatan menggambar dekoratif dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pada kemampuan motorik halus. Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang
disebutkan diatas, maka peneliti memprediksi bahwa penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan menggambar dekoratif berbantuan media krayon dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B TK Darma Kumala Penatahan tahun ajaran 2014/2015. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2014/2015 di TK Darma Kumala Penatahan. Waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan kalender pendidikan di TK Darma Kumala Penatahan. Subjek penelitian ini adalah 30 orang anak, 17 anak laki-laki dan 13 anak perempuan kelompok TK B Darma Kumala Penatahan. Objek yang dijadikan penelitian adalah kemampuan motorik halus anak. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Karena memecahkan masalah pembelajaran yang ada dikelas. Penelitian tindakan kelas yaitu “untuk mencari suatu dasar pengetahuan praktis dalam rangka memperbaiki keadaan yang dilakukan secara terbatas, dan biasanya dilakukan terhadap suatu keadaan atau program yang sedang berlangsung” (Agung, 2014:27) Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi. Perencanaan dilakukan dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan menggambar dekoratif berbantuan media krayon. Tindakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Dalam pelaksanaannya disusun sesuai dengan tahap pelaksanaan metode pemberian tugas. Langkah langkahnya, (1) Membuat persiapan mengajar sesuai dengan tema yang akan diajarkan, (2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam pembelajaran, (3) Memberikan penjelasan khusus tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, (4) Membagikan alat dan bahan yang akan dipakai dalam pembelajaran, (5)Menyiapkan instrumen penelitian. Dilanjutkan dengan Langkah-langkah pelaksanaan tindakan antara lain: menjelaskan kegiatan yang akan diajarkan.
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) Pelaksanaan tindakan sesuai dengan RKH. Saat pembelajran dilakukan pengamatan atau observasi. Tahap yang terakhir adalah refleksi. Ini dilakukan untuk mengkaji hasil tindakan pada siklus I mengenai metode pemberian tugas dan kemampuan motorik halus anak. berdasarkan hasil refleksi ini peneliti dan guru bersama-sama dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. selanjutnya dicarikan dan ditetapkan alternatif pada siklus II. Model PTK ini menggunakan empat tahapan pada satu siklus penelitian. Terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, observasi/pengamatan dan refleksi. Pelaksanaannya ditetapkan dalam dua siklus. Adapun rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) ini digambarkan sebagai berikut. Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan ?
Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan motorik halus anak pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode pemberian tugas melalui kegiatan menggambar dekoratif berbantuan media krayon. Setelah data terkumpul maka dilanjutkan dengan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Kedua jenis
metode analisis data ini dijelaskan sebagai berikut. Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen kemampuan motorik halus Capaian Indikator Perkembangan Menggunakan alat Membuat berbagai tulis dengan benar macam coretan Meniru bentuk Meniru membuat garis tegak, datar, miring, lengkung, dan lingkaran Menggambar sesuai Menggambar gagasannya bebas dari bentuk dasar titik, garis, lingkaran, segitiga, segiempat, menggambar bebas dengan berbagai media Mengekspresikan diri Mewarnai bentuk melalui gerakan gambar sederhana menggambar secara detail Metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumusrumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi, untuk menggambarkan suatu objek/variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67).Hasil data dianalisis kedalam statistik deskriptif. Hasil penelitian disajikan kedalam tabel distribusi frekuensi, menghitung rata-rata atau mean, menghitung modus (Mo), menghitung median menyajikan kedalam grafik polygon. Tingkat kemampuan motorik halus anak dikonversikan kedalam PAP skala lima sebagai berikut. Tabel 2. Pedoman PAP Skala Lima Presentase skor Kriteria kemampuan (%) motorik halus 90-100 80-89 65-79 55-64 0-54
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Data yang dikumpulkan adalah kemampuan motorik halus anak. 10 5
Column1
refleksi tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini perlu dilanjutkan ke siklus untuk peningkatan dan penyempurnaan selanjutnya. Adapun temuan-temuan yang diperoleh pada siklus II adalah sebagai berikut. 10 5
0
Column1
10 11 12 13 14 15 0
Gambar 2. Grafik Kemampuan Motorik Halus Anak siklus I Nilai rata-rata M%= 66,00% dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat 65-79. Tingkat kemampuan motorik halus anak kelompok B TK Darma Kumala Penatahan pada siklus I berada pada kriteria sedang. Penelitian pada siklus I masih ditemukan beberapa kendala Adapun kendala-kendala yang diemukan pada siklus I adalah sebagai berikut: (1) Masih ada beberapa anak yang belum bisa membuat garis lengkung atau meniru dengan baik,(2) beberapa anak masih ada yang belum paham mengenai teknik mewarnai dengan benar,(3) Anak hanya mau mengerjakan tugas ketika sudah dilihat oleh gurunya. jadi ketika diperhatikan oleh guru baru anak mau mengerjakan tugasnya. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, maka usaha yang dilakukan penulis dengan guru adalah. lebih memperhatikan anak yang belum bisa membuat garis lengkung dengan baik dan memberi arahan atau semangat seperti “ayo nak pasti bisa ya, Pada kegiatan yang menggunakan krayon guru akan memberi contoh terlebih dahulu bagaimana teknik menggunakan krayon sehingga hasil warna anak lebih baik, untuk mengatasinya guru memberikan sebuah permainan selesai kegiatan atau memberikan permainan seperti tepuk tangan, karena anak lebih bersemangat ketika diberikan permainan atau tepuk yang baru. Berdasarkan hasil
15 16 17 18 19 20
Gambar 3. Grafik kemampuan motorik halus anak siklus II Berdasarkan analisis statistik deskriptif kuantitatif pada siklus II diperoleh rata-rata sebesar 89,00%. Jika dikonversikan kedalam Pedoman acuan patokan (PAP) skala lima, kemampuan motorik halus anak terletak pada presentase 80-89% yaitu pada kriteria tinggi. Hal ini menunjukan terjadinya peningkatan kemampuan motorik halus anak dari siklus I ke siklus II sebesar 23,00%. Pembahasan Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan, terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok B TK Darma Kumala Penatahan setelah diterapkan metode pemberian tugas melalui kegiatan menggambar dekoratif berbantuan media krayon. Hasil observasi yang dilakukan pada siklus I, menunjukan rata-rata presentase kemampuan motorik halus anak sebesar 66,00%, jika dikonversikan pada pedoman acuan patokan (PAP), maka kemampuan motorik halus anak berada pada kriteria 6579 yaitu kriteria sedang. Dilihat dari refleksi siklus I, terdapat beberapa kendala yang terjadi, seperti: (1) Masih ada beberapa anak yang belum bisa membuat garis lengkung atau meniru membuat garis setengah lingkaran atau zigzag dengan
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) baik. Pada saat membuat garis anak terlihat ragu dalam membuatnya. (2) Cara anak dalam menggunakan krayon sudah baik tetapi masih ada anak yang belum paham mengenai teknik mewarnai dengan benar agar tidak lewat garis sketsa. Pada saat kegiatan beberapa krayon yang digunakan patah dan anak hanya mau menggunakan warna yang disukainya seperti warna merah dan warna biru. (3) Anak hanya mau mengerjakan tugas ketika sudah dilihat oleh gurunya. ketika diperhatikan oleh guru baru anak mau mengerjakan tugasnya. Beberapa anak juga kurang berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Selain hal tersebut, anak juga masih ribut di dalam kelas. Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I, dilakukan beberapa perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus II, diantaranya: (1) Lebih memperhatikan anak yang belum bisa membuat garis lengkung dengan baik dan memberi arahan atau motivasi seperti “ayo nak kamu bisa, ini sudah bagus ayo dilanjutkan lagi” sehingga anak tidak ragu dalam membuat ataupun meniru garis lengkung. (2) Pada kegiatan yang menggunakan krayon guru akan memberi contoh terlebih dahulu bagaimana teknik menggunakan krayon sehingga hasil warna anak lebih baik. Guru juga melakukan antisipasi dengan menyiapkan krayon cadangan jika ada krayon pada saat anak mengerjakan tugas patah. (3) Untuk mengatasinya agar suasana lebih menarik minat anak, guru memberikan sebuah permainan seperti tepuk tangan, tebak-tebakan pada awal kegiatan atau selesai kegiatan inti. Tepuk yang diberikan seperti tepuk diam, tepuk mengikuti apa yang diperintahkan oleh guru. Penggunaan tepuk tangan yang dipimpin oleh guru ini agar anak lebih bersemangat ketika akan mengerjakan tugas ataupun setelah mengerjakan tugas yang diberikan, mencoba mencari dan memberikan permainan tepuk tangan yang baru kepada anak sehingga anak tidak cepat bosan. Berdasarkan analisis statistik deskriptif kuantitatif pada siklus II diperoleh rata-rata sebesar 89,00%. Jika dikonversikan kedalam Pedoman acuan patokan (PAP) skala lima, kemampuan
motorik halus anak terletak pada presentase 80-89% yaitu pada kriteria tinggi. Hal ini menunjukan terjadinya peningkatan kemampuan motorik halus anak dari siklus I ke siklus II sebesar 23,00%. Penelitian dengan metode pemberian tugas melalui kegiatan menggambar dekoratif berbantuan media krayon ini hanya dilanjutkan sampai dengan siklus II karena sudah terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak. hal ini sesuai dengan kriteria yang sudah diajukan, dimana penelitian dianggap berhasil jika terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Metode pemberian tugas merupakan suatu cara dengan menyajikan tugas-tugas tertentu kepada anak dan anak dapat bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. Terjadinya peningkatan kemampuan motorik halus anak pada penelitian ini sesuai dengan kajian teori salah satunya Tujuan metode pemberian tugas adalah “memotivasi anak agar aktif belajar baik secara individual atau kelompok”. (Sutikno, 2014:50). Menutupi kekurangan dari metode pemberian tugas seperti yang sudah dipaparkan pada pembahasan, sudah dilakukan hal seperti memberikan kegiatan tepuk tangan, lebih memperhatikan anak, pada saat kegiatan pun anak sudah mengerjakan tugasnya tanpa dibantu (dikerjakan oleh orang lain) karena tugas yang diberikan langsung diberikan pada saat pembelajaran didalam kelas. Penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan menggambar dekoratif anak akan diberikan tugas-tugas menggunakan jari-jarinya. Mulai dari menggunakan pensil dengan benar, hingga mewarnai dengan krayon. Kegiatan yang dilakukan dimulai dari tahap memegang pensil dengan benar penggunaan pensil disini sebagai alat bantu sebelum menggunakan krayon. Secara bertahap dilanjutkan ketahap mewarnai gambar sederhana. Kegiatan pada penelitian ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan arahan agar kemampuan motorik halus anak dapat meningkat. Pada awalnya, beberapa anak saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru masih raguragu, ada anak yang lebih cepat atau
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) lambat mengerjakan tugas yang diberikan karena saat mengerjakan anak sempat terdiam sebentar dan mengerjakan kembali setelah didekati oleh guru. Hal ini berhubungan dengan teori yang dikemukakan Hurlock (1978:5) “setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu tidak ada hal-hal yang sifatnya umum perihal keterampilan tangan dan keterampilan kaki. Melainkan, setiap jenis keterampilan mempunyai perbedaan tertentu, sehingga setiap keterampilan harus dipelajari secara individu”. Dari paparan yang sudah disebutkan, secara umum telah mampu menyelesaikan permasalahan pada penelitian ini. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan menggambar dekoratif berbantuan media krayon mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B TK Darma Kumala Penatahan tahun ajaran 2014/2015. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan menggambar dekoratif menggunakan media krayon dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Hal ini ini dibuktikan dengan terjadinya peningkatan kemampuan motorik halus anak dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I presentase kemampuan motorik halus anak sebesar 66,00% dan pada siklus II presentasenya meningkat menjadi 89,00%. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 23,00%. Simpulan dari penelitian ini sudah dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Saran Berdasarkan hasil dan simpulan dari penelitian ini, maka dapat diuraikan beberapa saran yang nantinya dapat berguna untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan menggambar dekoratif berbantuan media krayon, diantaranya. Bagi guru, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
informasi yang berharga terutama dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan menerapkan metode pemberian tugas melalui kegiatan menggambar dekoratif berbantuan median krayon.Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi para peneliti terutama di bidang pendidikan terutama dalam mengembangkan strategi pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan agar mampu meningkatkan presentase kemampuan motorik halus anak. Bagi anak, diharapkan melalui penelitian ini kemampuan motorik halus anak lebih meningkat. DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A. Gede.,2010. “Penenelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK)”. Makalah Disajikan pada Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP UNDIKSHA. Singaraja 27 September 2010 ------,
2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: UNDIKSHA Singaraja.
-------,
2014. Metodologi Penenelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publishing
Aprilena, 2014. Meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menggambar dengan menggunakan aneka warna krayon pada kelompok B2 RA IPKB Curup Timur. Skripsi. FKIP Universitas Bengkulu Aqib, Zainal. 2013. Model-model media, dan strategi pembelajaran kontekstual. Bandung: Yrama Widya Decaprio,
Richard. 2013.Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) Djamarah, Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Adi Mahasatya
Sukiman,
Erlita,
Nani. 2014. Peningkatan kemampuan menggambar anak melalui jari-jari Kreatif pada kelompok B di TK Al-Ikhlas Lamlhom. STKIP Getsempena
Elizabeth
B. Hurlock. (1978). Perkembangan Anak (Jilid 1 Edisi keenam). Jakarta : Erlangga.
Sudarsih, 2013. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Media Bermain Menggambar Dekoratif Pada Kelompok B3 TK Bhayangkari Kota Curup Kabupaten Rejang Lebong. Skripsi. Kependidikan bagi guru dalam jabatan, Universitas Bengkulu.
Koyan, Wayan. 2012. Statistik Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press. Ngadi, I. 2011, Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif pada Anak Di Tk Marhamah Hasanah”. Skripsi (tidak diterbitkan) FIP UPI Bandung. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD.
Ratreni, L. Ni.2013. “Penerapan Metode Pemberian Tugas dan Kegiatan 3m Untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Anak Kelompok B TK Widya Kumara Sari Tunjung”. e-Journal UNDIKSHA Robins, Dery. 2004. Menggambar dan membuat sketsa. Solo: Tiga Serangkai Sujiono,
Bambang. 2008. Pengembangan Fisik. Universitas Terbuka.
Metode Jakarta:
2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia
Sutikno, M. 2014. Metode dan Model-model Pembelajaran. Lombok: Holistica Wahyumedia.2007. “Ayo Berkreasi dengan Crayon”. Tersedia pada http://www.wahyumedia.com/artik el/55-asyik-berkreasi-dengancrayon (diakses tangga 10 maret 2014)