PENENTUAN AWAL WAKTU SHOLAT, ARAH KIBLAT DAN AWAL BULAN QOMARIYAH MENURUT SYARI’AT ISLAM Oleh : Drs. H. Anshoruddin, SH,.MA,.
I.
PENDAHULUAN Diantara syarat-syarat sahnya sholat ialah masuk waktu dan menghadap kiblat. Masuk waktu berarti sholat itu harus dilakukan dalam waktu yang telah ditentukan, apabila sholat itu dilakukan diluar waktu tanpa alasan yang dibenarkan, maka sholat itu dinyatakan tidak sah. Adapun yang dimaksud dengan menghadap kiblat adalah orang yang melakukan sholat harus menghadap arah Kiblat, jadi apabila sholat dilakukan tanpa mengarah ke ka’bah, dengan beberapa pengecualian, maka sholatnya juga dinyatakan tidak sah. Oleh sebab itu sebelum orang melakukan sholat, syarat-syarat sahnya harus dipenuhi terlebih dahulu, antara lain : Orang yang akan melakukan sholat harus mengetahui bahwa Ia melakukan sholat pada waktu yang disediakan secara tepat dan harus menyadari bahwa ia melakukan sholatnya tepat menghadap arah kiblat. Keharusan mengetahui masuknya awal waktu sholat dan ketetapan menghadap arah kiblat ditentukan dalam Syari’at Islam secara nashiyah, artinya ketentuannya ditetapkan berdasarkan teks Al-Qur’an dan Hadits Nabawy, sedang penentuannya secara teknis dikembangkan dengan kemampuan ijtihad insani. Apabila ditelusuri ketentuan Syari’at Islam tentang penentuan awal waktu sholat, arah kiblat dan awal bulan Qomariyah, bukan berarti kita menafikan para pakar pendahulu kita dalam menelusui ayat Al- Qur’an dan Sunnah Rosul dalam kegiatan itu, akan tetapi ,penelusuran terhadap sumber-sumber hukum Islam itu untuk menguatkan keyakinan tentang kepastian hukum dan keinginan untuk mengembangkan penjabarannya dalam kehidupan masyarakat.
II. PENENTUAN WAKTU SHOLAT Sholat lima waktu yang terkenal dengan ash-Sholat al-Maktubah, ditentukan waktu pelaksanaannya dalam Al- Qur ‘an dan diperinci penentuan waktunya dalam Al- Hadits ; 1
Penentuan Waktu Sholat dalam Al – Qur ‘an antara lain terdapat dalam surat-surat sebagai berikut;
ﻓﺎذا ﻗﻀﯿﺘﻢ اﻟﺼﻼة ﻓﺎذﻛﺮوا ﷲ ﻗﯿﺎﻣﺎ وﻗﻌﻮدا وﻋﻠﻰ ﺟﻨﻮﺑﻜﻢ ﻓﺎذا اطﻤﺎﻧﻨﺘﻢ - ﻓﺎﻗﯿﻤﻮا اﻟﺼﻼة ان اﻟﺼﻼة ﻛﺎﻧﺖ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺆﻣﻨﯿﻦ ﻛﺘﺎاﺑﺎ ﻣﻮﻗﻮﺗﺎ “Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat ( mu ), ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring, kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah sholat itu sebagaimana biasa. Sesungguhnya sholat itu adalah fardlu yang ditentukan waktunya atas orang – orang yang beriman .” ( Q.S. An Nisa 103 ).-
واﻗﻢ اﻟﺼﻼت طﺮﻓﻲ اﻟﻨﮭﺎر و زﻟﻔﺎ ﻣﻦ اﻟﻠﯿﻞ ان اﻟﺤﺴﻨﺎت ﯾﺬھﺒﻦ اﻟﺴﯿﺌﺎت – ذاﻟﻚ ذﻛﺮى ﻟﻠﺬاﻛﺮﯾﻦ “ Dan dirikanlah sholat pada kedua tepi siang ( pagi dan petang ) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan –perbuatan yang baik itu, menghapuskan oerbuatan–perbuatan yang buruk ( dosa ) .Itulah peringatan bagi orang – orang yang ingat “= ( Q S. Hud 114 )-
اﻗﻢ اﻟﺼﻼة ﻟﺪﻟﻮك اﻟﺸﻤﺲ اﻟﻰ ﻏﺴﻖ اﻟﻠﯿﻞ وﻗﺮان اﻟﻔﺠﺮ ان ﻗﺮان -اﻟﻔﺠﺮﻛﺎن ﻣﺸﮭﻮدا “ Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan ( dirikanlah pula sholat ) subuh. Sesungguhnya sholat shubuh itu disaksikan ( oleh Malaikat ) “-( QS. Al Isro’ : 78 )-
ﻓﺎﺻﺒﺮ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﯾﻘﻮﻟﻮن وﺳﺒﺢ ﺑﺤﻤﺪ رﺑﻚ ﻗﺒﻞ طﻠﻮع اﻟﺸﻤﺲ وﻗﺒﻞ – ﻏﺮوﺑﮭﺎ وﻣﻦ اﻧﺎء اﻟﻠﯿﻞ ﻓﺴﺒﺢ واطﺮاف اﻟﻨﮭﺎر ﻟﻌﻠﻚ ﺗﺮﺿﻰ
2
“ Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan , dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ,sebelum terbit Matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu- waktu dimalam hari dan pada waktu- waktu disiang hari , supaya kamu merasa senang .” ( QS.Thoha : 130 ) . Bahwa waktu-waktu yang ditentukan dalam ayat tersebut diatas dalam fiqih Islam dikenal dengan : 1- Dhuhur. 2- Ashar 3- Maghrib . 4- Isya ‘ dan 5-Shubuh .- yang penentuannya dengan menggunakan melihat sinar matahari, berdasar rotasi bumi yang melahirkan bayangan dan cahaya yang beraneka ragam Berdasarkan ayat – ayat diatas ,bahwa waktu-waktu sholat yang lima kali itu, adalah : a.
Di dua ujung siang ( ) طﺮﻓﻲ اﻟﻨﮭﺎر,yang selanjutnya dikenal dengan Shubuh/ Fajar dan Ashar ;
b.
Permulaan dari malam ( اﻟﻠﯿﻞ
) زﻟﻔﺎ ﻣﻦ,yang selanjutnya dikenal dengan
Maghrib dan Isya’ ; c.
Tergelincirnya Matahari ( ) دﻟﻮك اﻟﺸﻤﺲ, yang selanjutnya dikenal dengan Dhuhur ;
Itulah waktu – waktu sholat yang harus ditepati . Artinya ; jika sholat itu dikerjakan diluar waktu-waktu tersebut, dinilai Fatal dalam bahasa Fiqih disebut batal atau tidak sah.; Dalam Tafsir Al- Qosimi juz IX halaman 3491, diperoleh penjelasan bahwa Sholat pada penghujung siang adalah Sholat Shubuh, Dhuhur dan Ashar, sedang sholat pada bagian permulaan dari pada malam adalah Sholat Maghrib dan Isya’. Dan pada Juz X halaman 3959 dalam Tafsir tersebut dijelaskan bahwa sholat sesudah tergelincirnya matahari adalah Sholat Dhuhur dan Ashar sedangkan Sholat pada gelap malam adalah Sholat Maghrib dan Isya’ dan yang dimaksud sholat Fajar ialah Sholat Shubuh ; Penentuan Waktu–Waktu Sholat secara terperinci dapat diperoleh dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An Nasa’I dan At Tirmidzi dari Jabir bin Abdullah r.a. sebagai berikut ;
3
ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ اﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﷲ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮫ ﻗﺎل = ان اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ – ﺟﺎءه ﺟﺒﺮﯾﻞ ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻼم ﻓﻘﺎل ﻟﮫ – ﻗﻢ ﻓﺼﻠﮫ ﻓﺼﻠﻰ اﻟﻈﮭﺮ ﺣﺘﻰ زاﻟﺖ اﻟﺸﻤﺲ ﺛﻢ ﺟﺎ ءه اﻟﻌﺼﺮ ﻓﻘﺎل = ﻗﻢ ﻓﺼﻠﮫ ﻓﺼﻠﻰ اﻟﻌﺼﺮﺣﯿﻦ ﺻﺎر ظﻞ ﻛﻞ ﺷﻲءﻣﺜﻠﮫ ﺛﻢ ﺟﺎءه اﻟﻤﻐﺮب ﻓﻘﺎل = ﻗﻢ ﻓﺼﻠﮫ ﻓﺼﻠﻰ اﻟﻤﻐﺮب ﺣﯿﻦ وﺟﺒﺖ اﻟﺸﻤﺲ ﺛﻢ ﺟﺎءه اﻟﻌﺸﺎء ﻓﻘﺎل =ﻗﻢ ﻓﺼﻠﮫ ﻓﺼﻠﻰ اﻟﻌﺸﺎء ﺣﯿﻦ ﻏﺎ ب اﻟﺸﻔﻖ ﺛﻢ ﺟﺎ ءه اﻟﻔﺠﺮﻓﻘﺎل ﻗﻢ ﻓﺼﻠﮫ ﻓﺼﻠﻰ اﻟﻔﺠﺮ ﺣﯿﻦ ﺑﺮق اﻟﻔﺠﺮ او ﻗﺎ ل ﺳﻄﻊ اﻟﻔﺠﺮ – ﺛﻢ ﺟﺎ ءه ﻣﻦ اﻟﻐﺪ ﻟﻠﻈﮭﺮ ﻓﻘﺎل= ﻗﻢ ﻓﺼﻠﮫ ﻓﺼﻠﻰ اﻟﻈﮭﺮ ﺣﯿﻦ ﺻﺎر ظﻞ ﻛﻞ ﺷﻲء ﻣﺜﻠﮫ ﺛﻢ ﺟﺎ ءه اﻟﻌﺼﺮ ﻓﻘﺎ ل = ﻗﻢ ﻓﺼﻠﮫ ﻓﺼﻠﻰ اﻟﻌﺼﺮ ﺣﯿﻦ ﺻﺎر ظﻞ ﻛﻞ ﺷﻲء ﻣﺜﻠﯿﮫ ﺛﻢ ﺟﺎ ء ه اﻟﻤﻐﺮب وﻗﺘﺎ وا ﺣﺪا ﻟﻢ ﯾﺰل ﻋﻨﮫ ﺛﻢ ﺟﺎ ءه اﻟﻌﺸﺎء ﺣﯿﻦ ذھﺐ ﻧﺼﻒ اﻟﻠﯿﻞ او ﻗﺎ ل ﺛﻠﺚ اﻟﻠﯿﻞ ﻓﺼﻠﻰ اﻟﻌﺸﺎء ﺛﻢ ﺟﺎ ء ه ﺣﯿﻦ اﺳﻔﺮ ﺟﺪ ا ﻓﻘﺎل= ﻗﻢ ﻓﺼﻠﮫ ﻓﺼﻠﻰ اﻟﻔﺠﺮ ﺛﻢ ﻗﺎ ل ﻣﺎ ﺑﯿﻦ ھﺬﯾﻦ اﻟﻮﻗﺘﯿﻦ وﻗﺖ ) رواه اﺣﻤﺪ -=( واﻟﻨﺴﺎئ واﻟﺘﺮﻣﯿﺬي Artinya : ‘’ Dari Jabir bin Abdillah r.a. berkata : Telah dating kepada Nabi saw , Jibril as lalu berkata kepadanya, bangunlah ! lalu Sholatlah, kemudian Nabi saw Sholat Dhuhur dikala matahari tergelincir. Kemudian Ia dating lagi diwaktu Ashar lalu berkata : Bangunlah lalu sholatlah ! Kemudian Nabi saw Sholat dikala bayang-bayang sesuatu sama dengannya. Kemudian Ia datang lagi kepadanya diwaktu Maghrib lalu berkata : Bangunlah lalu Sholatlah ! Kemudian Nabi saw Sholat magrib, dikala matahari terbenam. Kemudian Ia datang lagi diwaktu Isya’ lalu berkata ; Bangunlah lalu Sholat ! Kemudian Nabi saw Sholat Isya, dikala mega merah telah terbenam. Kemudian Ia datang lagi diwaktu Fajar, lalu berkata : Bangunlah lalu sholatlah ! Kemudian Nabi saw Sholat Fajar, dikala Fajar menyingsing, atau Ia berkata diwaktu Fajar
4
bersinar. Kemudian Ia datang pula esok harinya pada waktu Dhuhur, kemudian berkata kepadanya ; Bangunlah lalu Sholatlah ! Kemudian Nabi saw Sholat Dhuhur dikala bayang–bayang sesuatu sama dengannya. Kemudian datang lagi diwaktu Ashar dan Ia berkata : Bangunlah lalu Sholatlah ! Kemudian Nabi saw Sholat Ashar dikala bayang- bayang sesuatu ,dua kali sesuatu itu. Kemudian Ia datang lagi kepadanya diwaktu Maghrib dalam waktu yang sama tidak tergeser dari waktu yang sudah. Kemudian Ia datang lagi kepadanya diwaktu Isya ‘ dikala telah lalu separo malam, atau Ia berkata : telah hilang sepertiga malam, kemudian Nabi saw Sholat Isya’. Kemudian Ia datang lagi kepadanya, dikala telah bercahaya benar dan Ia berkata : Bangunlah lalu Sholatlah ! kemudian Nabi saw Sholat Fajar. Kemudian Jibril berkata :Saat diantara dua waktu itu, adalah Waktu Sholat : ( HR. Ahmad, An Nasai’ dan At Tirmidzi ); K e t e r a n g a n: a) Awal Waktu Dhuhur
=ﻓﺼﻠﻰ اﻟﻈﮭﺮ ﺣﯿﻦ زاﻟﺖ اﻟﺸﻤﺲ “ Maka Rosul, sholat dhuhur , ketika matahari tergelincir : b) Awal Waktu Ashar :
= ﻓﺼﻠﻰ اﻟﻌﺼﺮ ﺣﯿﻦ ﺻﺎ ر ظﻞ ﻛﻞ ﺷﻲء ﻣﺜﻠﮫ “ Maka Rosul Sholat Ashar , ketika bayangan setiap benda semisalnya. c).Awal Waktu Maghrib : = ﻓﺼﻠﻰ اﻟﻤﻐﺮب ﺣﯿﻦ وﺟﺒﺖ اﻟﺸﻤﺲ “ Maka Rosul Sholat Maghrib ,ketika Matahari telah terbenam : Secara Astronomi ; Matahari tenggelam adalah bila piringan Matahari sebelah atas bersinggungan dengan ufuk sebelah barat. Jarak dari Zenit sampai ketitik pusat Matahari, pada waktu itu ialah sebesar 91 derajat, dengan perincian sebagai berikut : Jarak dari Zenit ke Horizontal = 90 derajat . Harga R e f r a k s I
= 34 menit .
Semi Diameter Matahari
= 16 menit . 5
Kerendahan Ufuk
= 10 menit
-------------------------------------------------------. Jumlah
= 91 derajat
d). Awal Waktu Isya ‘ : = ﻓﺼﻠﻰ اﻟﻌﺸﺎ ء ﺣﯿﻦ ﻏﺎ ﺑﺖ اﻟﺸﻔﻖ “ Maka Rosul Sholat Isya’, ketika mega merah telah lenyap ;
Jarak dari Zenit sampai titik pusat Matahari pada waktu Isya’ yaitu sinar/ cahaya merah telah hilang dilangit sehingga
betul-betul gelap, berdasarkan
penelitian adalah sebesar ; 108 derajat, dengan kata lain h atau tinggi Matahari pada waktu Isya’ yaitu sebesar : _ 18 derajat ; e) Awal Waktu Shubuh : = ﻓﺼﻠﻰ اﻟﺼﺒﺢ ﺣﯿﻦ ﺑﺮق اﻟﻔﺠﺮ “ Kemudian Rosul Sholat Shubuh , pada saat Fajar telah menyingsing .
Dari hasil penelitian , bahwa jarak dari Zenit ke titik pusat Matahari pada Shubuh sebesar 110 derajat, atau h Shubuh = _ 20 . Waktu Imsak : adalah waktu shubuh dikurangi 10 menit ‘ Waktu Syuruq besarnya sama dengan waktu Maghrib yaitu 91 derajat : Waktu Dhuha besarnya yaitu - 3,5 derajat .; III. PENENTUAN ARAH KIBLAT ; Mengetahui arah Kiblat merupakan salah satu syarat untuk menjalankan Sholat secara sah dan benar , untuk itu mengetahui secara pasti tentang hukum menghadap Qiblat dan cara menentukan arah tersebut adalah sangat perlu ,agar ibadah yang dilakukan dapat secara yakin seyakinnya telah menghadap
ke kiblat untuk itu
penulis sebelum membahas lebih lanjut , maka perlulah mengetahui arti dari Arah Qiblat ; Pengertian Arah Kiblat : Arah menurut bahasa :=- ﻗﺒﻠﺔ-ﺷﻄﺮه- ﺟﮭﺔ: menurut bahasa latin Azimut ; Menurut Ulama Fiqih sebagai berikut : 6
اﻟﻘﺒﻠﺔ ھﻲ ﺟﮭﺔ اﻟﻜﻌﺒﺔ او ﻋﯿﻦ اﻟﻜﻌﺒﺔ – ﻓﻤﻦ ﻛﺎن ﻣﻘﯿﻤﺎ ﺑﻤﻜﺔ او ﻗﺮﯾﺒﺎ ﻣﻨﮭﺎ ﻓﺎن ﺻﻼ ﺗﮫ ﻻ ﺗﺼﺢ اﻻ اذا اﺳﺘﻘﺒﻞ ﻋﯿﻦ اﻟﻜﻌﺒﺔ ﯾﻘﯿﻨﺎ ﻣﺎدام ذا ﻟﻚ ﻣﻤﻜﻨﺎ – ﻓﺎذا ﻟﻢ ﯾﻤﻜﻨﮫ ذاﻟﻚ ﻓﺎن ﻋﻠﯿﮫ ان ﺗﺎﻟﯿﻒ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ-ﯾﺠﺘﮭﺪ ﻓﻲ اﻻﺗﺠﺎه اﻟﻰ ﻋﯿﻦ اﻟﻜﻌﺒﺔ = ) اﻟﻔﻘﮫ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺬاھﺐ اﻻرﺑﻌﺔ (194 ص1 اﻟﺠﺰﯾﺮى= ج Artinya : ”Kiblat adalah arah Ka’bah atau wujud Ka’bah , barang siapa yang berdiam di Makkah atau dekat dengan Makkah , maka sholatnya tidak sah kecuali menghadap wujud Ka’bah , dan orang yang jauh dari Ka’bah ( tidak melihat ) Ka’bah , maka baginya
berijtihad untuk
menghadap kearah wujud Ka’bah .” Dari sini dapat disimpulkan ,bahwa arah Kiblat secara ishtilahi adalah suatu arah yang wajib dituju oleh umat Islam ketika melakukan Ibadah Sholat : Perintah Menghadap Kiblat : Menurut Syari’at Islam ,perintah menghadap Kiblat dalam beribadah ,khususnya dalam mengerjakan sholat terdapat dalam Al- Qur-an dan Al Hadits dan para Ulamapun telah sepakat bahwa orang yang mengerjakan Sholat itu wajib menghadap Kiblat .; Dasar dari Al- Qur-an, antara lain :
ﻗﺪ ﻧﺮى ﺗﻘﻠﺐ وﺟﮭﻚ ﻓﻲ اﻟﺴﻤﺎ ء ﻓﻠﻨﻮﻟﯿﻨﻚ ﻗﺒﻠﺔ ﺗﺮﺿﺎ ھﺎ ﻓﻮل وﺟﮭﻚ ﺷﻄﺮ اﻟﻤﺴﺠﺪ اﻟﺤﺮام وﺣﯿﺚ ﻣﺎ ﻛﻨﺘﻢ ﻓﻮﻟﻮا وﺟﻮھﻜﻢ ﺷﻄﺮه وان اﻟﺬﯾﻦ – اوﺗﻮا اﻟﻜﺘﺎب ﻟﯿﻌﻠﻤﻮن اﻧﮫ اﻟﺤﻖ ﻣﻦ رﺑﮭﻢ وﻣﺎ ﷲ ﺑﻐﺎﻓﻞ ﻋﻤﺎ ﯾﻌﻤﻠﻮن (144- )اﻟﺒﻘﺮة Artinya : “ Sesungguhnya kami sering melihat mukamu menengadah ke langit , maka sesungguhnya kami , akan memalingkan kamu ke Kiblat yang kamu sukai , palingkanlang mukamu ke Masjidil Harom dan dimana saja kamu berada ,palingkanlah mukamu kearahnya dan sesungguhnya ( Orangorang Yahudi dan Nasroni ) yang diberi Al- Kitab ( Taurat dan Injil ) memang mengetahui ,bahwa berpaling ke Masjidil Harom itu, adalah 7
benar dari Tuhannya . Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan .”-:
وﻣﻦ ﺣﯿﺚ ﺧﺮﺟﺖ ﻓﻮل وﺟﮭﻚ ﺷﻄﺮاﻟﻤﺴﺠﺪ اﻟﺤﺮام وﺣﯿﺚ ﻣﺎ ﻛﻨﺘﻢ ﻓﻮﻟﻮا وﺟﻮھﻜﻢ ﺷﻄﺮه ﻟﺌﻼ ﯾﻜﻮن ﻟﻠﻨﺎس ﻋﻠﯿﻜﻢ ﺣﺠﺔ اﻻ اﻟﺬﯾﻦ ظﻠﻤﻮا ﻣﻨﮭﻢ ﻓﻼ 150- ﺗﺨﺸﻮھﻢ واﺧﺸﻮﻧﻰ وﻻﺗﻢ ﻧﻌﻤﺘﻲ ﻋﻠﯿﻜﻢ وﻟﻌﻠﻜﻢ ﺗﮭﺘﺪون =) اﻟﺒﻘﺮة ( Artinya : “ Dan dari mana saja kamu berangkat ,maka palingkanlah wajahmu kearah Masjidil Harom . Dan dimana saja kamu sekalian berada ,maka palingkanlah wajahmu kearahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu kecuali orang-orang yang dholim diantara mereka. maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-KU dan agar kusempurnakan nikmat-Ku atasmu dan supaya kamu mendapat petunjuk.” Dasar dari Al – Hadits antara lain : a) Hadits dari Anas RA :
ﻋﻦ اﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ان اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ – ﻛﺎ ن ﯾﺼﻠﻰ ﻧﺤﻮ ﺑﯿﺖ اﻟﻤﻘﺪ س ﻓﻨﺰﻟﺖ = ﻗﺪ ﻧﺮى ﺗﻘﻠﺐ وﺟﮭﻚ ﻓﻲ اﻟﺴﻤﺎ ء ﻓﻠﻨﻮﻟﯿﻨﻚ ﻗﺒﻠﺔ ﺗﺮﺿﺎھﺎ ﻓﻮل وﺟﮭﻚ ﺷﻄﺮ اﻟﻤﺴﺠﺪ – ﻓﻤﺮ رﺟﻞ ﻣﻦ ﺑﻨﻰ ﺳﻠﻤﺔ وھﻢ رﻛﻮع ﻓﻲ ﺻﻼ ة اﻟﻔﺠﺮ وﻗﺪ ﺻﻠﻮا رﻛﻌﺔ ﻓﻨﺎدى- اﻟﺤﺮام -( اﻻ ان اﻟﻘﺒﻠﺔ ﻗﺪ ﺣﻮﻟﺖ ﻓﻤﺎﻟﻮا ﻛﻤﺎھﻢ ﻧﺤﻮ اﻟﻘﺒﻠﺔ =) رواه ﻣﺴﻠﻢ Artinya : “ Dari Anas RA . Sesungguhnya Rosulullah SAW, pernah Sholat menghadap Baitul Maqdis, lalu turunlah ayat : “ Sesungguhnya kami mengetahui berbolak- baliknya mukamu ke Langit ,oleh karena itu sekarang kami memalingkan kamu kearah Kiblat yang pasti kamu senang ,maka hadapkalah mukamu kearah Masjidil Harom,” kemudian seorang laki-laki dari Bani Salamah lewat, sedang mereka semua dalam keadaan Ruku’ dalam Sholat Shubuh, dan mereka sudah Sholat satu Roka’at, lalu IA menyeru : Ketahuilah,
8
sesungguhnya Kiblat telah dipindahkan, lalu mereka berpaling sebagaimana mereka lakukan kejurusan Ka’bah / Kiblat “ ( HR. Muslim )-= b) Hadits dari Ibnu ‘Umar RA :
ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﷲ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻗﺎل = ﺑﯿﻨﻤﺎ اﻟﻨﺎ س ﺑﻘﺒﺎء ﻓﻲ ﺻﻼة اﻟﺼﺒﺢ اذ ﺟﺎء ھﻢ ا ت ﻓﻘﺎل ان رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻗﺪ اﻧﺰل ﻋﻠﯿﮫ اﻟﻠﯿﻠﺔ ﻗﺮان وﻗﺪ اﻣﺮ ان ﯾﺴﺘﻘﺒﻞ اﻟﻜﻌﺒﺔ -( ﻓﺎﺳﺘﻘﺒﻠﻮھﺎ وﻛﺎﻧﺖ وﺟﻮھﮭﻢ اﻟﻰ اﻟﺸﺎم ﻓﺎﺳﺘﺪرو ا اﻟﻲ اﻟﻜﻌﺒﺔ = ) رواه اﻟﺒﺨﺎ ري Artinya : “ Dari Abdullah Ibn Umar, Ia berkata : Ketika orang – orang berada di Quba, waktu sholat Shubuh, tiba –tiba ada seorang datang kepada mereka, lalu Ia berkata : Sesungguhnya Nabi SAW pada malam hari ini telah diturunkan kepadanya ayat Al Qur-an, dan sesungguhnya Ia diperintahkan untuk menghadap Kiblat, oleh karena itu menghadap ke Kiblatlah ,sedang muka- muka mereka pada waktu itu menghadap ke SYAM, kemudian mereka berputar kejurusan Ka’bah “. ( HR. Bukhori, dalam Kitab Nailul Author, cet. 1983 Juz II, halaman 166 )Ali As- Sayis dalam Kitabnya Tafsir Ayatil Ahkam Juz I halaman 35, menyebutkan bahwa Golongan Syafi’iyah dan Hanabilah menyatakan bahwa ; Kewajiban menghadap Kiblat tidaklah berhasil kecuali bila menghadap ‘ainnya Ka’bah. Berarti harus betul-betul tepat menghadap Ka’bah. Sedangkan Golongan Hanafiyah dan Malikiyah berpandangan bahwa : bagi penduduk Makkah yang dapat menyaksikan Ka’bah, maka yang harus dihadapi ialah ‘ainnya Ka’bah, tetapi bagi yang tidak dapat menyaksikan, cukup arahnya saja : Di Indonesia, pendapat Hanafiyah dan Malikiyah yang diamalkan oleh kaum Muslimin ,mereka melakukan Sholat mencukupkan hanya menghadap kearah Ka’bah yaitu menghadap ke Barat. Sementara Syafi’iyyah dan Hanabillah mewajibkan tepat ke ‘ainnya Ka’bah, yang berarti harus menghadap ke Barat Laut yaitu kearah 24°02´ dari Surabaya sebelah utara barat sejati .
9
Pendapat Syafi’iyyah dan Hanabillah inilah kiranya, pendapat yang lebih kuat, sebagaimana tertulis dalam kitab Tafsir Al –Maroghi juz I halaman 10 waktu menafsirkan surat Al Baqoroh ayat 144, mengenai kalimat :
وﺣﯿﺜﻤﺎ ﻛﻨﺘﻢ ﻓﻮﻟﻮا وﺟﻮھﻜﻢ ﺷﻄﺮه = ﻓﻲ اي ﻣﻜﺎن ﻛﻨﺘﻢ اﺳﺘﻘﺒﻠﻮا ﺟﮭﺘﮫ ﺑﻮﺟﻮھﻜﻢ ﻓﻲ اﻟﺼﻼة وھﺬا ﯾﻘﺘﻀﻲ ان ﯾﺼﻠﻮا ﻓﻲ ﺑﻘﺎع اﻻرض اﻟﻤﺨﺘﻠﻔﺔ اﻟﻰ ﺳﺎﺋﺮاﻟﺠﮭﺎت – ﻻ ﻛﺎﻟﻨﺼﺎرى اﻟﺬﯾﻦ ﯾﻠﺘﻤﺰون ﺟﮭﺔ اﻟﻤﺸﺮق – وﻻ ﻛﺎﻟﯿﮭﻮد اﻟﺬﯾﻦ ﯾﻠﺘﻤﺰون ﺟﮭﺔ اﻟﻤﻐﺮب – وﻗﺪ وﺟﺐ – ﻟﮭﺬا ان ﯾﻌﺮف اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن ﻣﻮﻗﻊ اﻟﺒﯿﺖ اﻟﺤﺮام وﺟﮭﺘﮫ ﺣﯿﺜﻤﺎ ﻛﺎﻧﻮا وﻣﻦ ﺛﻢ ﻋﻨﻮا ﻋﻨﺎﯾﺔ ﻋﻈﯿﻤﺔ ﺑﻌﻠﻢ ﺗﻘﻮﯾﻢ اﻟﺒﻠﺪان ﺑﻘﺴﻤﯿﮫ اﻟﻔﻠﻜﻲ -( واﻻرض ) اﻟﺠﻐﺮﻓﯿﺔ اﻟﻔﻠﻜﯿﺔ واﻻرﺿﯿﺔ Artinya : “ Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu kearah Masjidil Harom : yakni ditempat mana saja kamu berada, dalam melakukan Sholat agar mukamu, mengarah ke Mesjidil Harom, inilah ketentuan orang dalam melaksanakan Sholat disegala penjuru dunia, tidak seperti orang Nashroni mereka dalam bersembahyang menghadap ke Timur, dan juga tidak seperti orang Yahudi, mereka mengharuskan dalam bersembahyang menghadap ke Barat ; Atas dasar hal ini, orang Islam dimana saja mereka berada, wajib mengetahui posisi Al–Baitu Al– Harom / Ka’bah dan arahnya ( Lintang dan Bujurnya serta Arah Kiblatnya ) dengan dukungan Ilmu Falak, Ilmu Geografi dan Ilmu terkait lainnya .” Problim Penentuan Awal Waktu dan Arah Kiblat Apabila Matahari beredar dibelahan langit utara dengan Deklinasi + 23 º 27 ´, maka bagi penduduk yang ada, di Lintang Utara 66 º 34 ´ akan mengalami siang terus, tetapi bila Matahari beredar pada belahan langit selatan, dengan Deklinasi - 23º 26 ´, maka bagi penduduk, pada lintang tersebut, akan mengalami malam terus .
10
Dalam keadaan seperti ini, maka untuk waktu dhuhur masih dapat ditentukan yaitu kapan Matahari itu berkulminasi. Tetapi untuk penentuan waktu-waktu yang lain, sudah tidak mungkin dilakukan, sebab pedoman yang ditetapkan Syara’, sudah tidak terwujud lagi : Saadoeddin Jambek, berpandangan bahwa ; apabila bagi suatu tempat terjadi siang terus atau malam terus, maka yang mungkin ditentukan waktu sholatnya hanyalah waktu dhuhur saja, yaitu pada saat Matahari telah tergelincir dari saat berkulminasi atas, sedang sholat–sholat yang lain dilakukan sesudahnya, secara berurutan, dengan alasan karena waktu-waktunya tidak terwujud, disamakan dengan orang yang tertidur dan lupa Sholat : Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan Hadits dari Anas RA ;
= = ﻣﻦ ﻧﺎم ﻋﻦ ﺻﻼة او ﻧﺴﯿﮭﺎ ﻓﻠﯿﺼﻠﮭﺎ اذا ذﻛﺮھﺎ ﻻ ﻛﻔﺎرة ﻟﮭﺎ اﻻ ذاﻟﻚ Artinya : “ Barang siapa tidur ,meninggalkan Sholat atau lupa Sholat , maka hendaknya Ia Sholat pada waktu ingat , tidak ada kafaroh baginya selain itu. Demikian pula, terjadi problem dalam penentuan Arah Kiblat, bagi tempat yang mempunyai Lintang yang sama besar, tetapi berbeda tanda dengan Kota Makkah, dan mempunyai perbedaan bujur 180º, maka bagi tempat itu, jarak terdekat dengan kota Makkah akan sama saja, meskipun menghadap kearah manapun, sehingga bagi mereka yang ada ditempat itu, boleh menghadap Kiblat kearah manapun juga, Timbul pertanyaan, kemana arah Kiblatnya orang yang berkelana ke angkasa luar ?. Ali As-Sayis dalam Kitabnya Ayatul Ahkam juz I halaman 24, menjawab pertanyaan tersebut diatas dengan menggunakan Hadits Ibnu Abbas, sebagai berikut :
واﻟﺤﺮم ﻗﺒﻠﺔ ﻻھﻞ اﻟﻤﺸﺮق- = اﻟﺒﯿﺖ ﻗﺒﻠﺔ ﻻھﻞ اﻟﻤﺴﺠﺪ – واﻟﻤﺴﺠﺪ ﻗﺒﻠﺔ ﻻھﻞ اﻟﺤﺮم = واﻟﻤﻐﺮب Artinya : “ Ka’bah itu adalah kiblat bagi orang yang ada dalam Masjid , Masjid adalah Kiblat bagi penduduk Makkah dan Makkah adalah kiblat bagi orang –orang yang ada di Barat dan Timur dipermukaan bumi : “ 11
Jika penalaran ini diteruskan, maka bumi adalah Kiblat bagi orang-orang diluar bumi. Dengan demikian, maka bagi orang- orang yang ada di Angkasa luar, kiblatnya adalah Azimut Bumi. Artinya, orang harus membuat koordinat horizon, kemudian dari titik Zenit orang tersebut, ditarik lingkaran Vertikalnya melalui Bumi, sehingga memotong lingkaran horizonnya, maka titik potong lingkaran Vertikal dan Horizon, itulah Kiblatnya : IV. PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIYAH Hisab dan Rukyah adalah alat yang diperlukan bagi setiap Muslim, untuk mewujudkan keyakinan masuknya awal bulan qomariyah dan bagi para penguasa dalam menetapkan awal bulan Qomariyah. Mengenai kekuatan hukumnya telah diatur
baik
dalam
Al–Qur’an
ataupun
Al–Hadits.
Akan
tetapi
dalam
menginterpretasikan teks- teks yang terdapat dalam Al- Qur’an dan Al- Hadits itu, terdapat aneka ragam pola, sehingga menyebabkan perbedaan faham. Maka keikutsertaan perkembangan pikiran sangat diperlukan, justru dalam mencari interpretasi yang paling berimbang dengan perkembangan zaman, terutama disaatsaat memberikan keputusan tentang masuknya awal bulan qomariyah : Sumber Hukum Hisab dan Rukyah : Didalam Al – Qur’an terdapat beberapa bimbingan , yang dijadikan sumber Hukum bagi penentuan awal bulan Qomariyah ; 1.
Bimbingan yang pertama ,menyatakan bahwa Hilal sebagai penentu waktu dan saat pelaksanaan Ibadah Haji ; ----^ واﻟﺤﺞ
ﯾﺴﺌﻠﻮﻧﻚ ﻋﻦ اﻻھﻠﺔ ﻗﻞ ھﻲ ﻣﻮا ﻗﯿﺖ ﻟﻠﻨﺎس
Artinya : “ Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit ; katakanlah Bulan Sabit itu, adalah tanda – tanda waktu bagi manusia dan ( bagi ) Ibadah Haji .” ( QS. Al-Baqoroh : 189 )-
Dari Firman Allah ini, dapat diketahui, bahwa hilal sebagai tanda waktu bagi pelaksanaan Ibadah, seperti penentuan awal Romadlon, ‘Idul Fitri, ‘Idul addha, waktu Sholat dan lain-lain . 12
2.
Bimbingan yang kedua ; menyatakan bahwa : Siapa yang menyaksikan masuknya bulan Romadhon, wajib berpuasa ;
------^ ﻓﻤﻦ ﺷﮭﺪ ﻣﻨﻜﻢ اﻟﺸﮭﺮ ﻓﻠﯿﺼﻤﮫ Artinya : “ Karena itu , barangsiapa diantara kamu menyaksikan ( masuknya ) bulan ( Romadhon ) maka hendaklah Ia berpuasa : ( QS; Al – Baqoroh ; 185 ).-
3.
Bimbingan yang ketiga menyatakan :
Bahwa Allah telah menetapkan
Manzilah bagi peredaran Bulan, dengan tujuan agar kaum Muslimin, dapat mengetahui bilangan tahun dan perhitunyan waktunya ;
ھﻮ اﻟﺬى ﺟﻌﻞ اﻟﺸﻤﺲ ﺿﯿﺎء واﻟﻘﻤﺮ ﻧﻮرا وﻗﺪره ﻣﻨﺎزل ﻟﺘﻌﻠﻤﻮا ﻋﺪد ------^-- اﻟﺴﻨﯿﻦ واﻟﺤﺴﺎب Artinya : “ Dialah yang menjadikan Matahari bersinar dan bulan bercahaya . Dan Allah telah menetapkan Manzilah–Manzilah, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu; (QS. Yunus : 5 ) Dan Firman Allah SWT :
= اﻟﺸﻤﺲ و اﻟﻘﻤﺮ ﺑﺤﺴﺒﺎن Artinya : “Matahari dan Bulan ( beredar ) menurut perhitungan ;(QS: ArRohman ; 5 ) Sebagai penjelas dari ketentuan yang global, yang terkandung dalam Al– Qur’an, Rosulullahpun telah memberikan bagaiman seharusnya bimbingan AlQur’an itu dilaksanakan. Penjelasan–penjelasan Nabi Muhammad Saw tersebut, termuat dalam berbagai Hadits antara lain :
- اذا راﯾﺘﻤﻮه ﻓﺼﻮﻣﻮا واذا راﯾﺘﻤﻮه ﻓﺎﻓﻄﺮوا ﻓﺎن ﻏﻢ ﻋﻠﯿﻜﻢ ﻓﺎﻗﺪروا ﻟﮫ 113
Artinya : “ Apabila kamu melihat Hilal, berpuasalah dan apabila kamu melihatnya, berbukalah, kemudian jika Hilal terhalang oleh mendung, maka perkirakanlah ; ( Muttafaqun ‘alaihi , dari Ibnu ‘Umar )-
- ﻓﺎن اﻏﻤﻲ ﻋﻠﯿﻜﻢ ﻓﺎﻗﺪ روا ﻟﮫ ﺛﻼ ﺛﯿﻦ 2Artinya; Maka apabila Hilal terhalang oleh mendung, maka perkirakanlah 30 hari; ( HR .Bukhori dari Ibnu ‘Umar ) -
3-
– ﺻﻮﻣﻮا ﻟﺮؤﯾﺘﮫ واﻓﻄﺮوا ﻟﺮؤﯾﺘﮫ ﻓﺎن ﻏﺒﻲ ﻋﻠﯿﻜﻢ ﻓﺎ ﻛﻤﻠﻮا ﻋﺪة ﺷﻌﺒﺎن ﺛﻼﺛﯿﻦ Artinya : ”Berpuasalah kamu, karena melihat Hilal dan berbukalah karena melihatnya, apabila terhalang oleh awan, maka sempurnakanlah bilangan bulan Sy’aban 30 hari. ( HR.Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairoh )-
4-
ﺗﺮاءى اﻟﻨﺎ س اﻟﮭﻼ ل ﻓﺎﺧﺒﺮت اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ اﻧﻲ راﯾﺘﮫ ﻓﺼﺎم واﻣﺮ - اﻟﻨﺎس ﺑﺼﯿﺎ ﻣﮫ Artinya
:
“
Manusia
bersama-sama
merukyah
Hilal,
kemudian
saya
memberitahukan kepada Nabi Muhammad Saw, bahwa saya melihatnya . Lalu Nabi Muhammad Saw siap berpuasa , dan menyuruh orang – orang berpuasa ;” ( HR. Abu Dawud dari Ibnu “ Umar
dan
dinyatakan Shohoh oleh Al Hakim dan Ibnu Hibban); Pengamalan Puasa dengan Rukyah dan Hisab : I.
Dengan Rukyah : Dalam Keadaan tertentu ,pada senja hari, posisi hilal dalam batas Imkanur Rukyah, sehingga Hilal dapat disaksikan, maka Orang memulai puasa atau ber ‘Idul Fithri, karena menyaksikan Hilal : Cara ini sesuai dengan ketentuan hadits yang pertama :
II. Dengan Pemberitaan Rukyah : Karena
tidak semua orang, mempunyai
ketajaman Indera untuk merukyah Hilal, maka kebanyakan diantara mereka, memulai puasa atau berhari raya dengan pemberitaan Rukyah ; Cara ini sesuai dengan maksud yang terkandung dalam hadits keempat ; 14
III. Dengan menyempurnakan bilangan Bulan yang sedang berjalan : Apabila pada akhir bulan, menjelang bulan Romadlon Hilal tidak berhasil dirukyah, maka ada kalanya ditempuh jalan menyempurnakan bilangan bulan Sy’aban 30 hari. Cara ini sesuai dengan maksud yang terkandung dalam Hadits ketiga : IV. Dengan menggunakan hasil Hisab : Kalau pada akhir bulan, menjelang bulan Romadhon, menurut perhitungan, Hilal sudah dimungkinkan wujud, maka senja itu dan keesokan harinya sudah diyakini sebagai bulan baru, maka mereka sudah memulai puasa ; Cara ini sesuai dengan maksud yang terkandung dalam hadits :
^--- ﻓﺎ ن ﻏﻢ ﻋﻠﯿﻜﻢ ﻓﺎ ﻗﺪ رو ا ﻟﮫ--Artinya : “ Apabila hilal terhalang oleh mendung , maka perkirakanlah -^” Kata ; = = ﻓﻘﺪ روا ﻟﮫpengertiannya, ditarik dari ketentuan yang terkandung dalam Frman Allah Surat Yunus ayat ( 5 ) yang menyatakan bahwa Bulan itu telah ditetapkan peredarannya, dengan manzilah- manzilah yang telah ditentukan pula, maka posisi Hilal dapat ditentukan pula menurut perhitungan. Faham serupa ini, tidak dapat diterima oleh mereka yang berpegang pada Rukyah, karena menurut mereka, bahwa surat Yunus ayat 5 itu, bukan ayat Hukum, tetapi ayat Kauniyah, dalam rangka menampakkan kekuasaan Allah Swt yang terdapat dilangit, dibumi dan diantara keduanya , maka tidak dapat dijadikan untuk menetapkan Hukum ; Alasan lain sebagai berikut :
* ﻓﺎن ﻏﻢ ﻋﻠﯿﻜﻢ ﻓﺎ ﻗﺪروا ﻟﮫ = ﻣﺠﻤﻞ = ﻣﻔﺼﻞ ﻓﺎﻛﻤﻠﻮا ﻋﺪة ﺷﻌﺒﺎن ﺛﻼ ﺛﯿﻦ = ﻣﻔﺼﻞ = ﻣﻘﯿﺪ V. P E N U T U P Akhirnya, suatu kegiatan yang terpuji adalah bagaimana kita memadukan Hisab dan Rukyah itu,sebagai dua kegiatan yang saling membantu, saling mengontrol ,menuju pada kegunaannya yang dapat memberi manfaat .
15
Kita harus berusaha mewujudkan serta mengamalkan Ilmu yang telah kita peroleh ini, baik mengenai Penentuan Awal Waktu Sholat, Penentuan Arah Kiblat dan lainlainnya, dalam kenyataan di lapangan, pada masyarakat sekitar kita ; Dengan mengamalkan Ilmu yang telah kita peroleh, maka kita akan lebih memahami arti hidup ini dan memberikan makna yang berarti, bagi pembinaan kehidupan bahagia didunia dan diakhirat :
Pontianak,
2 Maret
2016 M
22 J. Awwal l437 H
DAFTAR PUSTAKA
Rahim Abdul.Drs, Resume Asisten Ilmu Falak Semester I dan II, IAIN Sunan Kalijaga, 1970 Jogjakarta .-----------------------, Penentuan Awal Waktu Shalat dan Arah Kiblat Menurut Syari'at Islam UII ,2001, Jogjakarta. Jannah Sofwan H.Drs. M.Ag. Sosialisasi Penentuan Awal Waktu Shalat dan Arah Kiblat , UII, 2001 Jogjakarta. Ahmad Muhammad syakir,Awaaili Asysyuhur Al Arabiyah, Pustaka Progressif, 1993, Surabaya. Muhammad Hasyim Manan, Dkk, Menuju Kesatuan Hari Raya, PT Bina Ilmu, 1995, Surabaya. A. Katsir, Matahari dan Bulan Dengan Hisab, PT Bina Ilmu, 1979, Surabaya. Depag RI, Al Quran Dan Terjemahan, 2005, Jakarta. Hadits Abu Dawud, Bukhari dan Muslim Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid
16
17