BAB III PENYESUAIAN KALENDER SAKA DENGAN KALENDER HIJRIYAH DAN APLIKASINYA DALAM PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIYAH A. Penyesuaian Antara Kalender Saka Dengan Kalender Hijriyah Penyesuaian antara kalender Saka dengan
kalender Hijriyah
menghasilkan kalender Islam Jawa. Kalender Islam Jawa disebut juga dengan kalender Khuruf/Huruf
90
, sedangkan nama ilmiah kalender ini ialah anno
Javanico.91 Tepatnya 1555 Saka atau 1633 M atau tepatnya lagi 1043 H, dimana pada saat itu Raja Jawa Mataram Islam yaitu Sultan Agung yang bergelar Sri Sultan Muhammad Sultan Agung Prabu Anjokrokusumo telah
90
Khuruf berasal dari bahasa Arab, karena nama tahun-tahun kelender tersebut berawalan dengan huruf Arab, yakni Alip, Ahe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, Jimakir, lihat Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab, h.82. Lihat juga Budiono Hadi Sutrisno, Islam Kejawen, (Yogyakarta: Eule Book, 2009), h.187. 91 Susiknan Azhari, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyyah,2007), h.156.
57
58
menyesuaikan atau memperbaharui penanggalan Hindu dan Jawa ke dalam penanggalan Hijriyah yang berdasarkan penanggalan bulan (lunar system).92 Permulaan peralihan dari kalender Saka ke kalender Islam Jawa dimulai hari Jum’at Legi, tanggal 1 Sura tahun Alip 1555 J bertepatan dengan tanggal 1 Muharam tahun 1043 Hijriyah, atau tanggal 8 Juli 1633 M.93 Pada waktu itu kalender Saka yang sudah berjalan sampai akhir tahun 1554 J. Angka tahun 1554 itu diteruskan dalam kalender Sultan Agung dengan angka tahun 1555. Hasilnya, hingga saat ini awal tahun baru kalender Islam Jawa selalu bersamaan dengan tahun baru Hijriah. Kalender Saka mengikuti sistem Syamsiyah, yaitu perhitungan perjalanan bumi mengitari matahari. Sedangkan kalender Sultan Agung mengikuti sistem Qamariyah, yakni perjalanan bulan mengitari bumi seperti pada kalender Hijriah, padahal dasar perhitungannya sama sekali berlainan. Secara struktur, kalender Saka mengalami penyesuaian dengan kalender Hijryah sebagaimana berikut : 1.
Mengganti nama-nama hari dalam bahasa Sansekerta dengan bahasa Arab yang disesuaikan dengan lidah orang Jawa :Radite / Ahad, Soma / Senen, Anggara / Seloso, Budha / Rebo, Respati / Kemis, Sukra / Jemuwah, Saniscara / Setu.
92
Mbah Lalar, “Kalender Jawa Aboge”, http://warkopmbahlalar.com, diakses tanggal 05 Februari 2013 93 Hasan Saiful Rizal, “Akulturasi Kalender Hijriah Dengan Kalender Jawa”, http://hasanrizal.wordpress.com, diakses tanggal 04 Februari 2013
59
2.
Tidak berbeda dengan nama-nama hari, nama-nama bulan juga diganti dan disesuaikan dengan lidah orang Jawa menjadi :Suro, Sapar, Mulud, Bakdomulud, Jumadilawal, Jumadilakir, Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal, Dulkangidah, Besar.
3.
Apabila Kalender Hijriyah memiliki siklus 30 tahun dengan 11 tahun kabisat/panjang dan 19 tahun basithah/pendek, sedangkan kalender Islam Jawa ini memiliki siklus 8 tahun dengan 3 tahun wuntu/panjang dan 5 tahun wastu/pendek. Nama-nama tahun dalam satu windu (8 tahun / 1 siklus). 1) Tahun pertama
= Alip () ا
2) Tahun kedua
= Ehe ()ه
3) Tahun ketiga
= Jim Awal ()ج
4) Tahun keempat
= Ze () ز
5) Tahun kelima
= Dal ()د
6) Tahun keenam
= Be ()ب
7) Tahun ketujuh
= Wawu ()و
8) Tahun kedelapan
= Jim Akir ()ج
Dalam setiap siklus (1 windu) tersebut, tanggal 1 Suro berturut-turut jatuh pada hari ke 1, 5, 3, 7, 4, 2, 6, dan 3. Ternyata, tahun-tahun Jawa dalam setiap siklus dinamai dengan berdasarkan urutan numerologi Arab yakni :
60
Alif (1) , Ha (5), Jim Awwal (3), Zai (7), Dal (4), Ba (2), Wawu (6), Jim Akir (3). Hal ini lebih lanjut dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.1 Numerologi Arab
ا 1
4.
ى
ط
ح
ز
و
ه
د
ج
ب
10
9
8
7
6
5
4
3
2
ق
ص
ف
ع
س
ن
م
ز
ك
100
90
80
70
60
50
40
30
20
غ
ظ
ض
ذ
خ
ث
ت
ش
ر
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
Ada satu kurun waktu selama 120 tahun (15 windu) yang disebut dengan kurup atau khuruf. Antara kalender Islam Jawa dan kalender Hijriyah setiap satu kurupnya selalu selisih satu hari. Hal ini terjadi karena kabisat Islam Jawa ada tiga dari delapan tahun (3/8), sedangkan kabisat Hijriyah ada sebelas dari tiga puluh tahun (11/30). Oleh karena itu setiap 120 tahun ada pengurangan 1 hari, yakni tahun yang semestinya adalah tahun panjang dijadikan tahun pendek. Selisih tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan dibawah ini : Jumlah hari dalam tiap siklus : 1. 1 siklus kalender Islam Jawa 8 tahun = 354 x 8 + 3 = 2835 hari
61
2. 1 siklus kalender Hijriyah 30 tahun = 354 x 30 + 11 = 10631 hari Dalam kurun 120 tahun di dalamnya terdapat 44 hari tahun kabisat jika menurut kalender Hijriyah, dan terdapat 45 hari tahun kabisat jika menurut kalender Islam Jawa.94 Selisih hari antara perhitungan menurut kalender Islam Jawa dengan kalender Hijriyah tersebut dapat dilihat dari perhitungan di bawah ini : 1 siklus tahun Islam Jawa, kabisatnya 3 Dalam 120 tahun = (120 : 8 ) x 3 = 45 hari 1 siklus tahun Hijriyah, kabisatnya 11 Dalam 120 tahun = (120 : 30 ) x 11 = 44 hari 45 – 44 hari = 1 hari. Dari perhitungan tersebut, terlihat bahwa tahun Islam Jawa lebih banyak 1 hari daripada tahun Hijriyah. Dengan demikian sistem perhitungan ini lebih panjang dari sistem tahun hijriyah sebanyak hari, agar kalender Islam Jawa tetap sesuai dengan kalender Hijriyah, maka dalam kurun 120 tahun atau 1 kurup kalender Islam Jawa selalu dihilangkan satu hari. Peristiwa menghilangkan tanggal 1 Sura pada awal permulaan kurup tahun Alip ini disebut ganti kurup atau salin kurup.95
94 95
H.Djanudji, Penanggalan Jawa, h.63. H.Djanudji, Penanggalan Jawa, h.62.
62
Setelah mengetahui bagaimana kalender Islam Jawa bisa memiliki selisih satu hari dengan kalender Hijriyah, peneliti akan melanjutkan pembahasan mengenai macam-macam kurup yang menjadi dasar permulaan awal tahun sebelum melanjutkan pada pembahasan mengenai penetapan awal bulan Qamariyah perspektif Kalender Islam Jawa. Peralihan dari tahun 1555 J hingga permulaan tahun 1626 J tanggal 1 Suro, tahun Alipnya bertepatan dengan hari Jum’at Legi (A’ahgi yaitu tahun Alip Jum’at legi). Nama kurup menunjukkan bahwa tanggal 1 Suro tahun Alipnya jatuh pada hari tersebut. Macam-macam kurup tersebut antara lain : 1. Kurup Jum’at Legi Kurup ini berlaku dari tahun 1555 J - 1626 J = 1633 M – 1703 M. Tanggal 1 Suro tahun Alipnya jatuh pada hari Jum’at Legi (A’ahgi = tahun Alip Jum’at Legi). 2. Kurup Kamis Kliwon Kurup ini berlaku dari tahun 1627 J – 1746 J = 1703 M – 1819 M. Tanggal 1 Suro tahun Alipnya jatuh pada hari Kamis Kliwon (Amiswon = tahun Alip Kamis Kliwon).
63
3. Kurup Rebo Wage Kurup ini berlaku dari tahun 1747 J – 1866 J = 1819 M – 1936 M. Tanggal 1 Suro tahun Alipnya jatuh pada hari Rebo Wage (Aboge = Alip Rebo Wage). 4. Kurup Selasa Pon Kurup ini berlaku dari tahun 1867 J – 1986 J = 1936 M – 2056 M. Tanggal 1 Suro tahun Alipnya jatuh pada hari Selasa Pon (Asapon = Alip Selasa Pon). 5. Kurup Senin Pahing Kurup ini berlaku dari tahun 1987 J – 2106 J = 2056 M – 2176 M.
Tanggal 1 Suro tahun Alipnya jatuh pada hari Senin Pahing
(Anenhing = Alip Senin Pahing).
Umur bulan menurut kurup-kurup yang tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 3.2 Umur Bulan Kalender Islam Jawa Berdasarkan Kurup
No.
Bulan
1. 2.
Suro Sapar
A’ahgi Tahun Lainnya Dal 30 30 29 29
Amiswon Tahun Lainnya Dal 30 30 29 30
Aboge Tahun Lainnya Dal 30 30 29 30
Asapon Tahun Lainnya Dal 30 30 29 29
64
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Mulud 30 Bakdamulud 29 Jumadilawal 30 Jumadilakir 29 Rejeb 30 Ruwah 29 Poso 30 Syawal 29 Dulkangidah 30 Besar 29/30 Jumlah 354/355
30 29 30 29 30 29 30 29 30 30 355
30 29 30 29 30 29 30 29 30 29/30 354
29 29 30 29 30 29 30 29 30 30 355
30 29 30 29 30 29 30 29 30 29/30 354/355
29 29 29 29 30 29 30 29 30 30 354
30 29 30 29 30 29 30 29 30 29/30 354/355
Menurut Djanuji ada hal-hal yang dilakukan agar kalender Islam Jawa tetap berjalan sesuai dengan kalender Hijriyah. Penjelasan yang dapat dilihat dari tabel tersebut antara lain :96 1. Kurup A’ahgi dan Amiswon a.
Selama kurup A’ahgi dan Amiswon, tahun kabisat/wuntu jatuh pada tahun Ehe, Dal, Jimakir. Bulan Besar berumur 30 hari sehingga 1 tahun berumur 355 hari.
b.
Tahun Dal pada kurup A’ahgi dan Asapon, bulan Sapar berumur 29 hari dan bulan Mulud berumur 30 hari. Sedangkan pada tahun Dal kurup Amiswon dan Aboge, bulan Sapar berumur 30 hari dan bulan Mulud 29 hari. Hal ini dilakukan agar gerebeg Mulud yang jatuh pada tanggal 12 Mulud tahun Dal kurup Amiswon dan Aboge tetap jatuh pada hari Senin Pon.
96
H.Djanudji, Penanggalan Jawa, 64
30 29 30 29 30 29 30 29 30 29 354
65
2. Kurup Aboge a.
Pada kurup ini tahun kabisat/wuntu jatuh pada tahun Ehe, Je dan Jimakir. Bulan Besar berumur 30 hari kecuali pada akhir kurup bulan Besar berumur 29 hari.
b.
Tahun Dal pada kurup Aboge merupakan tahun pendek/wastu yang berumur 354 hari, tetap bulan Besar berumur 30 hari. Hal tersebut juga dilakukan agar gerebeg Mulud yang terjadi tiap tanggal 12 Mulud tetap jatuh pada hari Senin Pon.
3. Kurup Asapon a.
Pada kurup ini tahun kabisat/wuntu jatuh pada tahun Ehe, Je, Jimakir. Seperti yang terjadi pada kurup Aboge, bulan Besar berumur 30 hari kecuali pada akhir kurup bulan Besar berumur 29 hari.
b.
Apabila tidak terjadi perubahan mengenai tahun kabisat/wuntu serta tidak terjadi perubahan mengenai umur bulan, maka tanggal 12 Mulud tahun Dal-nya tidak lagi jatuh pada hari Senin Pon, melainkan hari Sabtu Legi. Ini disebabkan oleh beberapa hal yakni, pertama, pada tahun Jimakir 1866 bulan Besar yang merupakan bulan terakhir dari kurup Aboge berumur 29 hari, sebab akan berganti kurup Asapon. Kedua, karena termasuk tahun pendek/wastu, bulan Besar tahun Dal pada kurup Asapon berumur 29 hari dan bulan Sapar umurnya kembali menjadi 29 hari.
66
Dari penjelasan macam-macam kurup tersebut dapat diketahui bahwa dari semenjak peralihan kalender Islam Jawa terjadi, kalender ini telah mengalami 3 kali penyesuaian kurup, dan kini telah sampai pada kurup Asapon. Ada penunjukkan tahun-tahun wuntu/panjang yang berbeda pada waktu berganti kurup dengan mengubah umur bulan pada tahun-tahun tertentu. Sebagai contoh, saat peralihan dari kurup Aboge ke kurup Asapon yang berlangsung pada akhir tahun 1866 jimakir. Pada saat peralihan tersebut, tahun 1866 yang merupakan tahun panjang dijadikan tahun pendek dengan menghilangkan 1 hari dari bulan Besar, sehingga bulan Besar berumur 29 hari. Yakni menghilangkan hari Rabu Wage tanggal 30 Besar atau 30 Dzulhijjah dan hanya sampai pada hari Selasa Pon 29 Besar atau 29 Dzulhijjah 1866. Sehingga tanggal 1 Suro 1867 Jimakir jatuh pada hari Selasa Pon dan bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1355 H dan bertepatan juga dengan tanggal 25 Maret 1936 M. Mulai pada saat itulah kurup Aboge telah berganti menjadi kurup Asapon karena tahun Alipnya jatuh pada hari Selasa Pon. Penyesuaian-penyesuaian kalender Islam Jawa ini dilakukan untuk menjaga agar kalender Islam Jawa tetap sesuai dengan kalender Hijriyah. Namun, dari penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan, terlihat bahwa kalender ini berusaha menekankan padaperingatan Maulid Nabi agar tetap sesuai atau bersamaan dengan kalender Hijriyah.
67
B. Aplikasi Kalender Islam Jawa Dalam Penentuan Awal Bulan Qomariyah Setelah mengetahui bagaimana penyesuaian yang terjadi antara kalender Saka dengan kalender Hijriyah sehingga menjadi kalender Islam Jawa, peneliti akan melanjutkan pembahasan pada aplikasi kalender Islam Jawa dalam Penentuan Awal Bulan Qomariyah. Meskipun mengikuti sistem penanggalan Hijriyah, terdapat perbedaan antara penanggalan hijriyah dengan penanggalan Islam Jawa. Perbedaannya ialah pada saat penentuan pergantian hari ketika pergantian sasi atau bulan. Pergantian bulan atau tahun dalam kalender Hijriyah ditandai dengan munculnya penampakan bulan sabit pertama kali (hilal) sesaat setelah terbenamnya matahari setelah terjadi konjungsi (ijtima’), sedangkan pergantian hari awal bulan baru menurut penanggalan Islam Jawa tetap ditentukan pada saat matahari terbenam. Ada beberapa hal yang menjadi prinsip bagi kalender Islam Jawa dalam penentuan awal bulan Qamariyah yaitu : 1. Dina niku tukule enjing lan ditanggal dalu (hari itu lahirnya pagi dan diberi tanggal malam harinya). 2. Jumlah hari pada bulan Ramadhan/Poso selalu genap 30 hari. 3. Prinsip ketiga yaitu dalam penentuan awal Ramadhan/Poso dan awal bulan Syawal digunakan istilah pletek yang berarti semua masyarakat terbukti
68
telah melihat bulan dengan mata telanjang,97 sebagaimana yang disabdakan Rasulullah dalam hadisnya yang berbunyi :
ص ْوُم ْوا لِ ُرْؤيَتِ ِه َوأَفْ ِط ُروا ُلرْؤيَتِ ِه فَِإ ْن غُبِّ َي َعلَْي ُك ْم فأَ ْك ِملُ ْوا ِع َّدةَ َش ْعبَا َن ثَلَثِْين ُ “Berpuasalah bila kamu melihatnya (bulan sabit tanggal 1 Ramadhan), dan berbukalah bila kamu melihatnya (bulan sabit tanggal 1 Syawal). Jika bulan itu tertutup debu atasmu maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban tiga puluh hari”.98
Selanjutnya, untuk mengetahui nama tahun dan juga nama hari beserta pasaran pada tanggal 1 Suro tertentu, dapat diketahui dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Menentukan tahun yang bersangkutan (selanjutnya disebut tahun ybs) dan termasuk dalam kurup tahun ybs tersebut. 2. Tahun ybs kemudian dikurangi 1554 kemudian dibagi 8. 3. Hasil yang didapatkan kemudian dicocokkan dengan jadwal-jadwal penanggalan tahun Jawa yang perlu diperhatikan sebagaimana di bawah ini : Tabel 3.3 Jadwal Tahun Jawa Sisa 1 2 3 97
Nama Tahun Alip Ehe Jim Awal
Hari 1 5 3
Pasaran 1 5 5
Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab, 83-84. Nashiruddin al Albani, “Mukhtashar Shahih Al-Imam Al-Bukhari”, diterjemahkan Muhammad Iqbal, Ringkasan Shahih Bukhari (Cet.1; Jakarta:Pustaka As-sunnah,2007), h.1015. 98
69
4 5 6 7 0
Ze Dal Be Wawu Jim Akir
7 4 2 6 3
4 3 3 2 1
Keterangan : Nama tahun ditunjuk oleh kolom Nama Tahun sesuai sisa pembagian 8 di atas. Sedangkan nama hari dan pasaran untuk tanggal 1 Suro tahun ybs ditunjukkan oleh kolom hari dan pasaran yang dihitung mulai dari hari dan pasaran tahun Alipnya. Nama-nama harinya : Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu, dan Ahad. Nama-nama pasarannya : Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. 4. Setelah mengetahui hari dan pasaran pada tanggal 1 Suro tahun tertentu, maka untuk mengetahui hari dan pasaran pada tanggal 1 tiap-tiap bulan berikutnya dapat digunakan pedoman jadwal bulan sebagaimana berikut di bawah ini : Tabel 3.4 Jadwal Bulan Jawa Bulan Suro Sapar Mulud Bakdomulud Jumadilawal Jumadilakir Rejeb
Hari 1 3 4 6 7 2 3
Pasaran 1 1 5 5 4 4 3
70
Ruwah Poso Syawal Dulkangidah Besar
5 6 1 2 4
3 2 2 1 1
Keterangan : Hari dan pasaran apa saja pada tanggal 1 Suro tahun berapa saja nilainya adalah 1, sehingga untuk tanggal 1 bulan-bulan berikutnya, hari dan pasarannya hanya tinggal mengurutkan hari dan pasaran keberapa dari tanggal 1 Suro tersebut sesuai dengan angka yang ada pada jadwal tersebut. Contoh perhitungannya : 1. Menghitung tanggal 1 Suro tahun 1946 J = 2012 M =1434 H 1946 – 1554 = 392 392 : 8 = 49 sisa 0 Sisa 0, (lihat jadwal tahun di atas) nama tahunnya adalah Jim Akir, sedangkan harinya ada pada urutan 3 dan pasarannya juga pada urutan 1. Dari perhitungan tersebut dapat dijelaskan bahwa tahun 1946 yang termasuk dalam kurup Asapon (Alip Senin Pahing), tanggal 1 Suro-nya jatuh pada urutan ke 3 dihitung dari hari Selasa yakni Kamis, dan pasarannya jatuh pada urutan 1 yakni Pon. Dari perhitungan tersebut harusnya tanggal 1 Suro jatuh pada hari Kamis Pon, akan tetapi sebagaimana perangkat penyesuainnya yaitu pada kurup ini tahun kabisat/wuntu jatuh pada tahun Ehe, Je,
71
Jimakir. Seperti yang terjadi pada kurup Aboge, bulan Besar berumur 30 hari kecuali pada akhir kurup bulan Besar berumur 29 hari. Jadi oleh karena itu tanggal 1 suronya jatuh pada hari Jumat Wage. Kemudian setelah diketahui tanggal 1 suronya jatuh pada jumat wage, menentukan awal-awal bulan berikutnya hanya tinggal mengurutkan hari dan pasaran keberapa dari tanggal 1 Suro tersebut sesuai dengan angka yang ada pada jadwal bulan jawa. Jadi dapat dihitung bahwa tanggal 1 safar sesuai tabel harinya jatuh pada urutan 3 dan pasarannya pada urutan 1 yakni Ahad Wage. Kemudian tanggal 1 Mulud harinya jatuh pada urutan 4 dan pasarannya pada urutan 5, yakni Senin Pon dan bisa dilanjutkan pada bulan-blan selanjutnya. Jadi sudah bisa ditentukan juga awal ramadhan dari tabel tersebut yakni harinya pada urutan ke 6 dihitung dari hari Jumat yakni Rabu dan pasarannya jatuh pada urutan 2 dihitung dari Wage yakni Kliwon. 2.
Menghitung tanggal 1 Suro tahun 1937 J. 1937 – 1554 = 383 383 : 8 = 47 sisa 7 Sisa 7 (lihat jadwal tahun di atas) nama tahunnya adalah Wawu, sedangkan harinya ada pada urutan 6 dan pasarannya pada urutan 2. Dari perhitungan tersebut dapat dijelaskan bahwa tahun 1937 yang termasuk dalam kurup Asapon (Alip Selasa Pon), tanggal
72
1 Suro-nya jatuh pada urutan ke 6 dihitung dari hari Selasa yakni hari Ahad, serta pasarannya pada urutan ke 2 dihitung mulai Pon, yaitu Wage. Dengan demikian, tahun 1937 J adalah tahun Wawu dan tanggal 1 Suro-nya jatuh pada hari Ahad Wage. 3. Menghitung tanggal 1Suro tahun 1987 J. 1987 – 1554 = 433 433 : 8 = 54 sisa 1 Sisa 1, sesuai tabel jadwal tahun di atas nama tahunnya adalah Alip, sedangkan harinya ada pada urutan 1 dan pasarannya pada urutan 1. Dari perhitungan tersebut dapat dijelaskan bahwa tahun 1987 yang termasuk kurup Anenhing (Alip Senin Pahing), 1 Suronya jatuh pada urutan 1 jika dihitung dari hari senin yakni hari senin itu sendiri, serta pasarannya pada urutan ke 1 yaitu pahing. Dengan demikian, tahun 1987 J adalah tahun Alip dan tanggal 1 Suronya jatuh pada hari Senin Pahing. Dari penjelasan proses perhitungan dan analisa di atas, sistem perhitungan yang digunakan kalender Islam Jawa ini menggunakan sistem hisab urfi. Sistem perhitungan ini tidak berbeda dengan kalender syamsiyah, yakni jumlah hari pada tiap bulan berjumlah tetap kecuali pada bulan tertentu pada tahun-tahun tertentu yang jumlahnya lebih panjang satu hari. Pada kalender Islam Jawa juga berlaku demikian, kecuali dalam tahun-tahun
73
tertentu di mana ada penunjukkan tahun panjang dan tahun pendek yang berbeda. Hal tersebut dilakukan demi tetap sesuainya kalender Islam Jawa dengan kalender Hijriyah.