PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR PENDUDUK, INDUSTRI, DAN PERTANIAN DI PULAU JAWA
Oleh: TRIYANTI F14050528
2009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR PENDUDUK, INDUSTRI DAN PERTANIAN DI PULAU JAWA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Oleh : TRIYANTI F140500528
2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR PENDUDUK, INDUSTRI DAN TANAMAN DI PULAU JAWA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : TRIYANTI F14050528 Dilahirkan pada tanggal 10 September 1986 Di Indramayu, Jawa Barat Menyetujui, Bogor,
Nopember 2009
Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS Dosen Pembimbing Mengetahui,
Tanggal ujian : 16 September 2009
Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen Teknik Pertanian Tanggal lulus :
Tri Yanti. F14050528. Pendugaan Kebutuhan Air Penduduk, Industri, dan Pertanian di Pulau Jawa. Dibawah Bimbingan Dr. Ir.M.Yanuar J. Purwanto,MS. 2009 RINGKASAN Air merupakan sumberdaya alam terbaharui, tetapi ketersediaannya tidak selalu sejalan dengan kebutuhannya dalam artian lokasi, jumlah, waktu dan mutu. Jumlah kebutuhan air untuk domestik dan industri selalu meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk dan juga karena peningkatan taraf hidup akibat pembangunan. Sebaliknya, potensi ketersedian air relatif tetap dan beragam menurut tempat dan waktu. Keadaan ini sering mengakibatkan timbulnya masalah karena tidak seimbangnya ketersediaan dan kebutuhan pada tempat dan waktu tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi kebutuhan air penduduk, industri dan pertanian di Pulau Jawa, pendugaan debit ketersedian air berdasarkan fungsi hutan dan air hujan, menganalisis keseimbangan supply dan demand air. Analisis kebutuhan air adalah sebuah pernyataan matematis atau paket pernyataan yang menyatakan kebutuhan air disuatu kawasan berkembang dengan mengoptimasikan pertumbuhan penduduk dan industri. Dasar dari analisis ini dikembangkan dari persamaan matematis dalam menghitung kebutuhan air tanaman (KAT, ETc = 0.116 × ETo × Kc ) menurut Doorenbos dan Pruit (1977) menjadi kebutuhan air penduduk (KAP = ∑P ) dan kebutuhan air industri ). (KAI = ∑I Langkah pertama dalam analisis ini adalah mengumpulkan data sekunder berupa data potensi desa di Pulau Jawa yang meliputi data jumlah penduduk tiap kabupaten diseluruh Indonesia, luas lahan untuk pertanian irigasi, luas hutan, dan data luas lahan untuk Industri, serta data HDI (Human development Index), dan data curah hujan bulanan. Kemudian dilakukan analisis kebutuhan air yang meliputi kebutuhan air penduduk, industri dan pertanian. Kemudian dilakukan analisis ketersediaan air (supply) yang merupakan fungsi dari hutan dengan curah hujan, setelah dilakukan uji validasi untuk mengetahui tingkat kebenaran dari pendugaan kebutuhan air yang dilakukan kemudian dilakukan analisis keseimbangan air yang informasinya disajikan dalam bentuk spasial. Hasil uji validasi yang dilakukan menunjukan nilai efisiensi kebutuhan air penduduk sebesar 0,967 dengan KAP aktual sebesar 219.287 liter/detik/orang dan KAP hasil prediksi 259.074 liter/detik/orang. Sedangkan efisiensi kebutuhan air industi sebesar 0,95 dengan KAI aktual sebesar 17.495 liter/detik/ha dan KAI hasil prediksi 21.436 liter/detik/ha. Sedangkan hasil uji validasi untuk ketersediaan air dihitung dengan mengambil salah satu contoh ketersediaan air pada wilayah sungai, yaitu Bengawan Solo, hasilnya yaitu memiliki efisiensi sebesar 0,932 dengan ketersediaan air aktual 20.653,94 liter/detik dan ketersediaan air hasil prediksi 26.037,98 liter/detik. Prediksi kebutuhan air tahun 2030 dilakukan dengan mengalikan proyeksi jumlah penduduk, luas lahan, dan luas irigasi dengan kebutuhan air bersih ratarata masing-masing. Prediksi jumlah penduduk, luas lahan industri dan luas lahan irigasi dihitung berdasarkan metode pendekatan eksponensial yang mengikuti persamaan no 4. Laju pertumbuhan penduduk yang digunakan berdasarkan data dari Bappenas tahun 2003, sedangkan laju pertumbuhan lahan industri digunakan
metode pendekatan regional yaitu dengan membandingkan luas lahan industri dengan luas wilayah sungai yang kemudian dihitung dengan persamaan yang didapatkan dari garfik hubungan antara luas lahan industri dengan HDI (Human Deveplopment Index) yang terbagi dalam tiga kelas HDI yaitu HDI < 65, 65
75. Sedangkan luas lahan irigasi mengalami penurunan dengan laju penurunan 1% pertahun. Setelah diketahui proyeksi jumlah penduduk, luas lahan industri dan luas lahan irigasi kemudian disusun suatu skenario presentase jumlah penduduk desa, kota, dan metropolitan dengan presentase skenario pertama 80%, 20% dan 0%, untuk skenario ke dua 60%, 20%, 20%, sedangkan untuk skenario ke tiga 40%, 40%,dan 20% untuk menentukan prediksi kebutuhan air penduduk, sedangkan untuk menentukan kebutuhan air industri disusun suatu skenario presentase jumlah industri kecil, sedang, dan besar dengan skenario sesuai dengan skenario yang digunakan pada skenario jumlah penduduk, sedangkan untuk pola tanam pertanian diasumsikan tetap dengan kebutuhan netto air di inlet sama dengan kondisi existing. Hasil prediksi jumlah penduduk, wilayah sungai BengawanSolo memilki jumlah penduduk yang tertinggi yaitu 43.828.595 jiwa, jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya pada kondisi existing, kenaikan sangat signifikan, hal ini menunjukan bahwa laju pertumbuhan penduduknya tinggi dengan jumlah kebutuhan air penduduk yang tertinggi didapatkan dengan menggunakan skenario yang ketiga yaitu sebesar 51.742 liter/detik. Sedangkan luas lahan industri tertinggi terdapat pada wilayah sungai Citarum yaitu 43.051 ha dengan kebutuhan air tertinggi juga didapatkan dengan menggunakan skenario yang ketiga yaitu 21.526 liter/detik. Sedangkan luas lahan pertanian menurun menjadi 3.085.326 ha pada tahun 2030. Hasil analisis keseimbangan air antara ketersediaan dan kebutuhan air menunjukan, wilayah sungai pada Pulau Jawa dapat memenuhi kebutuhan air pada musim hujan, sedangkan memasuki musim kemarau awal, ada beberapa wilayah sungai yang mengalami defisit, sedangkan memasuki musim kemarau semua wilayah sungai di Pulau Jawa mengalami defisit. Hasil keseimbangan air prediksi menunjukan, defisit air pada musim kemarau awal dapat berkurang dibeberapa wilayah sungai dengan melakukan perubahan fungsi hutan, yaitu dengan menambah luasan hutan sebesar 30%. Untuk mengatisipasi defisit air tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pola tanam yang sesuai dengan kondisi iklim di wilayah tersebut, misalnya pada musim kemarau para petani dapat menanam tanaman palawija. Selain itu juga dapat dilakukan pembuatan jadwal pemberian irigasi secara bergilir pada luas areal padi sawah dan penerapan teknologi irigasi yang lebih efisien atau menerapkan metode SRI (System of Rice Intensification). Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan air domestik atau untuk penduduk dan industri perlu dilakukan langkah penghematan penggunaan air, karena kebutuhan air domestik akan semakin bertambah sementara ketersediaan air cenderung tetap, selain penghematan perlu juga dilakukan konservasi daerah resapan air, dan pelestarian hutan sebagai penyuplai air tanah dan air permukaan.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pendugaan Kebutuhan Air Penduduk, Industri, dan Pertanian di Pulau Jawa”. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan mulia Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa risalah dan tuntunan kepada umat manusia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan dan arahannya kepada penulis. 2. Ir. Mohamad Solahudin, M.Si dan Dr. Satyanto K. Saptomo, S.TP, M.Si selaku dosen penguji 3. Bapak Arien atas bantuan literatur dan data serta sebagai tutor belajar arcview 4. Ibunda tercinta atas keikhlasan dan kesabarannya serta kasih sayangnya dan Ayahanda tercinta yang selalu mengajarkan arti tanggung jawab serta kerja keras serta adik-adik tercinta Kukut, Witra, Rinto, Era, serta si bungsu Asril semoga teteh bisa menjadi contoh yang baik bagi kalian 5. Juyinah Linasi dan David Liebert Laratmase yang telah menjadi orangtua kedua atas dukungan materil maupun moril kepada penulis, semoga Allah memberikan kesabaran atas musibah yang terjadi dan menggantikannya dengan yang lebih baik, serta dua sepupu : Anis dan Aldo yang telah berbagi layaknya seorang adik dengan kakaknya. 6. Mba Ade sebagai penasehat spiritual dan guru kedewasaan serta teman-teman Syelvia, Demi, Atika, Fefin, Solikha, Irma, wulan, Laela, Heni, Mba Risma dan Mba Dedeh, lisma, dan Ana atas persahabatan dan persaudaraannya. 7. Teman-teman pengurus asistensi mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI): Ais, Vita, Nia, Dya, Alya, Fitri, Kaliya, Ulfa, Anhar, Firman, Akhmad, Herman, Anas, Ari, Rendy, ikhsan dan Mizwar atas kebersamaannya dan pengertiannya, semoga kita dapat menjadi tim yang solid. 8. Manajer privat Bimbel Nurul Fikri (mba Tri), dan staff pengajar Nurul Fikri atas kerjasamanya
9. Pengajar dan Pembina minat bakat SMPIT Umul Quro dan siswa-siswa Math Club 10. Temen-temen Asrama Putri Indramayu: Indah, mba Aam, Mba Gita, Mba Rismut, Mba Vera, Mba Aida, Yani, Ade Wili, Ori, Maya, Rina, Beti, Endang atas kebersamaan dan persaudaraannya 11. Siti Komariah dan Adiesty atas bantuannya pra dan pasca sidang 12. Ustadzah Elsi dan ustadzah Nurma dan Erma serta staff dan santri lembaga tahsin dan tahfizh Al-Qur’an Kharisma Risalah atas motivasinya untuk selalu terus memperbaiki bacaan dan hapalan Qur’an kita. 13. Teman satu bimbingan (Rully Duma dan Jimi), terimakasih atas masukan dan bantuannya. 14. Teman-teman TEP’42 angkatan 42. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan yang terdapat di dalam penyusunan tulisan ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Segala saran, kritik dan pendapat yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan guna kesempurnaan tulisan ini. Kiranya tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Nopember 2009
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ........................................................................................................... i DAFTAR TABEL ................................................................................................. ii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... iv I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Tujuan .......................................................................................................... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................3 A. Kebutuhan Sumberdaya Air ......................................................................... 3 1. Kebutuhan Air Penduduk (KAP) ......................................................... 3 2. Kebutuhan Air Industri (KAI) .............................................................. 5 3. Kebutuhan Air Pertanian (KAT) ........................................................... 5 a. Penyiapan Lahan ............................................................................ 5 b. Penggunaan Konsumtif .................................................................. 6 c. Perkolasi ........................................................................................... 6 d. Penggantian Lapisan Air ................................................................. 6 e. Curah hujan Efektif .......................................................................... 6 B. ketersediaan Sumberdaya Air....................................................................... 7 C. Kapasitas Sumberdaya Air DAS ................................................................. 9 D. Pendugaan Debit Sungai Berdasarkan Fungsi Hutan dan Curah Hujan .. 10 E. Keseimbangan Supply dan Demand Air..................................................... 12 III. METODOLOGI ............................................................................................ 13 A. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 13 B. Alat Dan Bahan ........................................................................................ 13 C. Analisis Penelitian ................................................................................... 14 1. Analisis Kebutuhan Air ...................................................................... 14 a. Kebutuhan Air Domestik (KAP) ................................................. 14 b. Kebutuhan Air Industri (KAI) ..................................................... 14 c. Kebutuhan Air Pertanian (KAT) ................................................. 14 2. Analisis Ketersedian Air ...................................................................... 15 3. Uji Validasi ........................................................................................... 15 4. Proyeksi Kebutuhan Air ........................................................................ 16 5. Analisis Keseimbangan Supply-Demand Air ..................................... 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 19 A. Analisis Kebutuhan Air ............................................................................. 19 1. Kebutuhan Air Penduduk (KAP) ....................................................... 19 2. Kebutuhan Air Industri (KAI) ............................................................ 20 3. Kebutuhan Air Pertanian (KAT) ........................................................ 23
B. C. D. E.
Analisis Ketersediaan Air berdasarkan Fungsi Hutan ............................... 24 Uji Validasi ................................................................................................ 25 Proyeksi Kebutuhan Air ............................................................................. 26 Keseimbangan Supply-Demand Air.......................................................... 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 37 A. Kesimpulan ................................................................................................ 37 B. Saran ......................................................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40 LAMPIRAN ......................................................................................................... 42
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Siklus Hidrologi ....................................................................................8 Gambar 2. Diagram Tahapan Alir Penelitian ........................................................ 18 Gambar 3. Grafik hubungan HDI (Human Development Index) dengan luas industri .............................................................................. 21 Gambar 4. Grafik Jumlah ketersediaan air per bulan kondisi existing ................. 24 Gambar 5. Grafik perbandingan proyeksi jumlah penduduk prediksi pulau Jawa 2003-2030. .......................................................................... 26 Gambar 6. Grafik prediksi luas industri Pulau Jawa 2003-2030. .......................... 29 Gambar 7. Grafik prediksi luas lahan irigasi Pulau Jawa tahun 2030 .................. 32 Gambar 8. Peta keseimbangan air musim hujan (bulan Januari) kondisi existing dan prediksi (2030) skenario 3 ................................... 34 Gambar 9. Peta keseimbangan air awal musim kemarau (bulan Mei) kondisi existing dan prediksi (2030) skenario 3 ................................... 34 Gambar 10. Peta keseimbangan air musim kemarau (bulan Agustus) kondisi existing dan prediksi (2030)................................................... 35
iii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kota dan Jumlah Penduduk (Pedoman Konstruksi dan Pembangunan, Departemen PU). ........................................................ 4 Tabel 2. jumlah penduduk dengan kebutuhan air domestik per SWS (Satuan Wilayah Sungai) Pulau Jawa ...................................... 20 Tabel 3. Sampel data luas lahan industri dan HDI kabupaten di Pulau Jawa ......................................................................................... 22 Tabel 4. Luas lahan industri, HDI dan kebutuhan air industri per SWS (Satuan Wilayah Sungai) Pulau Jawa. ..................................... 22 Tabel 5. Koefisien Tanaman Padi untuk Varietas Unggul dan Lokal................... 24 Tabel 6. Hasil validasi kebutuhan air penduduk, industri dan ketersediaan air ....................................................................................... 25 Tabel 7. Skenario presentase jumlah penduduk desa, kota dan metropolitan Pulau Jawa tahun 2030 ................................................ 27 Tabel 8. Jumlah penduduk hasil skenario setiap wilayah sungai Pulau Jawa tahun 2030............................................................................. 27 Tabel 9. Jumlah kebutuhan air penduduk (KAP) hasil skenario setiap wilayah sungai Pulau Jawa tahun 2030. ....................................... 28 Tabel 10. Skenario presentase luas lahan industri kecil, menengah dan besar serta kebutuhan air industri (KAI) tahun 2030 ........................ 29 Tabel 11. Luas Industri hasil skenario setiap wilayah sungai Pulau Jawa tahun 2030............................................................................. 30 Tabel 12. Jumlah kebutuhan air industri (KAI) hasil skenario setiap wilayah sungai Pulau Jawa tahun 2030 ......................................... 31 Tabel 13. Perbandingan supply dan demand air kondisi existing dan prediksi (2030) skenario 1, skenario 2, dan skenario 3 ....................................... 33
ii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar tahapan penggunaan software arcview GIS 3,3 ................... 42 Lampiran 2a. Contoh Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman (KAT) (Kabupaten Batang, Jawa Tengah) ..................................................................... 45
Lampiran 2b. Luas Lahan Irigasi dan kebutuhan air tanaman pada setiap Kabupaten di Pulau Jawa kondisi existing .................................................. 46 Lampiran 3. Luas Satuan Wilayah sungai, luas hutan dan analisis hasil perhitungan ketersediaan air kondisi existing di Pulau Jawa ....................... 51 Lampiran 4. Perhitungan uji validasi KAP, KAI dan ketersediaan air ................. 52 Lampiran 5. Jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk dan prediksi jumlah penduduk Pulau Jawa tahun 2005-2030................................................................... 54
Lampiran 6. Luas lahan irigasi tahun 2030 dan prediksi kebutuhan air irigasi (KAT) tahun 2030......................................................................................... 56 Lampiran 7. Keseimbangan air kondisi Existing .................................................. 61 Lampiran 8. Prediksi ketersediaan air tahun 2030 ................................................. 62 Lampiran 9. Keseimbangan air tahun 2030 ........................................................... 63
iv
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Air merupakan unsur terpenting yang menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di satu pihak air merupakan bagian terpenting dalam kehidupan, tanpa air tidak akan ada kehidupan di muka bumi ini. Namun umat manusia sering menganggap sumberdaya air sebagai sesuatu yang tidak berharga dan diharapkan akan selalu tersedia dalam jumlah yang cukup. Ketersediaan air di bumi dipengharui oleh proses hidrologi, yaitu siklus yang menggambarkan perjalanan sirkulasi air dengan proses alami. Daur hidrologi menyebabkan air selalu tersedia di bumi untuk kepentingan makhluk hidup. Air yang jatuh ke bumi yang terserap ke dalam tanah (infiltrasi), yang tersimpan di danau atau kolam maupun yang mengalir ke sungai (air permukaan), sebelum kembali ke atmosfer atau ke laut diharapkan dapat dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan manusia. Air yang tersedia di bumi akan melimpah kalau daur hidrologis ini stabil artinya tidak ada kerusakan-kerusakan pada jaringan penyimpan air di bumi. Kerusakan jaringan-jaringan penyimpan air ini dapat disebabkan oleh kerusakan hutan, padatnya pemukiman dan lain-lain yang menyebabkan air tidak dapat bertahan lama di bumi karena segera menguap ke atmosfer atau mengalir langsung ke laut sehingga air yang tersedia di bumi menjadi sedikit jumlahnya, selain itu
geografis dan iklim juga termasuk dalam
faktor yang mempengharui ketersediaan air. Air merupakan sumberdaya alam terbaharui, tetapi ketersediaannnya tidak selalu sejalan dengan kebutuhannya dalam artian lokasi, jumlah, waktu dan mutu. Jumlah kebutuhan akan air untuk keperluan domestik (rumah tangga), industri dan pertanian selalu meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk dan juga karena peningkatan taraf hidup akibat pembangunan. Sebaliknya, potensi ketersedian air relatif tetap dan beragam menurut tempat dan waktu. Keadaan ini sering mengakibatkan timbulnya masalah karena tidak seimbangnya ketersediaan dan kebutuhan pada tempat dan waktu tertentu, sehingga perlu dirancang manajemen pemanfaatan dan pengelolaan air yang optimal.
1
Pengelolaan sumberdaya air yang dilakukan secara optimal, pada dasarnya merupakan
pemanfaatan
sumberdaya
air
secara
efisien
sesuai
dengan
peruntukannya. Berbagai kegiatan yang dalam perencanaannya membutuhkan data sumberdaya air, seperti industri, pertanian, pemukiman. Kawasan industri, lahan pertanian, kawasan pemukiman dari tahun ke tahun akan semakin meningkat, sehingga semakin besar pula kebutuhan air yang diperlukan, dan kompetisi pemakaian air tidak dapat dihindarkan. Untuk mengantisipasi perkembangan kebutuhan air pada tahun-tahun mendatang diperlukan suatu model yang dapat memprediksikan dan memberikan informasi kebutuhan air dikawasan tersebut baik secara spasial maupun secara temporal, khususnya untuk kawasan pemukiman dan industri supaya pada tahun mendatang tidak terjadi krisis air artinya adanya keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air. Penelitian ini akan memprediksi kebutuhan air untuk kawasan pemukiman dan industri di masa mendatang dengan menggunakan persamaan matematis yang mengoptimasikan pertumbuhan penduduk dan industri di pulau jawa.
B. TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Prediksi kebutuhan air penduduk, industri dan pertanian Pulau Jawa pada tahun 2030 2. Pendugaan debit ketersediaan air berdasarkan fungsi hutan dan hujan 3. Menganalisis keseimbangan supply dan demand pada wilayah sungai Pulau Jawa
2
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Sumberdaya Air Air digunakan manusia untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri, pembangkit energi (tenaga listrik), transportasi, dan untuk keperluan lainnya. Ditinjau dari fungsi air atau wilayah perairan, dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu : air sebagai faktor produksi, air sebagai komponen ekosistem, dan air sebagai sumber kenyamanan (amenity resource) (Nasoetion, 1991dalam Ananda, 2003). Di Indonesia, khususnya sebagai Negara agrarian, sektor pertanian adalah yang terbanyak menggunakan air, yang penggunaannya meliputi untuk tanaman, perikanan dan peternakan. Penggunaan untuk rumah tangga/domestik terdiri atas penggunaan untuk air minum, memasak, mencuci, mandi, dan lain sebagainya. Penggunaan untuk industri diantaranya sebagai bahan mentah, pendingin, penggelontor kotoran serta penggunaan lainnya dalam proses industri. Sedangkan infrastruktur menggunakan air untuk pembangkit tenaga listrik, rekreasi, transportasi dan lain sebagainya. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan air untuk rumah tangga akan meningkat. Disisi lain dengan meningkatnya taraf hidup manusia yang berarti memacu industrialisasi maka berarti juga perlu sumberdaya air dalam proses produksinya, dengan demikian kebutuhan sumberdaya air makin hari semakin meningkat sejalan dengan tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat kenaikan taraf hidup serta peningkatan proses industrialisasi. 1. Kebutuhan Air Penduduk (KAP) Kebutuhan untuk mengelola dan mengembangkan sumberdaya air timbul karena adanya kebutuhan air untuk suatu tujuan tertentu. Kebutuhan air suatu daerah tergantung dari jumlah penduduk dan pola konsumsi per kapita, sehingga perkembangan jumlah penduduk di kota tersebut sangat menentukan tingkat kebutuhan air di masa mendatang (Pawitan (1994) dalam Arlini (2003)). Kebutuhan air bagi masing-masing orang tidak sama, hal ini tergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah tingkat pendidikan, kebiasaan penduduk, letak geografis, dan lain-lain. Menurut Puslitbang-LIPI, kebutuhan dasar air tiap
3
individu digunakan untuk memenuhi keperluan, minum, masak, mencuci, dan lain-lain. Ketiga kegiatan ini merupakan kegiatan utama dan kegiatan minimal yang dilakukan seorang individu dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan air dasar untuk Indonesia menurut Puslitbang –LIPI tahun 1990 adalah sebagai berikut: Minum
= 2.5-5.0 liter/jiwa/hari
Masak
= 7.5-10 liter/jiwa/hari
Cuci (bahan makanan dan lain-lain)
= 10.0-15.0 liter/jiwa/hari
Jumlah
= 20.0-30.0 liter/jiwa/hari
Menurut White et al., (1992) dalam Apriliawati (2005) konsumsi air bersih untuk daerah perkotaan dan pedesaan yang menggunakan hidran umum berkisar 10-50 liter/orang/hari, untuk rumah tangga yang menggunkan satu keran saja berkisar 15-90 liter/orang/hari, dan untuk rumah tangga yang memiliki banyak keran berkisar 30-300 liter/orang/hari. Ditjen Cipta Karya menetapkan kebutuhan air domestik/municipal untuk masyarakat pedesaan adalah 45 lcd (liter/capita/day ) dan untuk masyarakat kota sebesar 60 lcd. Berdasarkan pedoman konstruksi dan pembangunan Departemen PU, standar kebutuhan air rumah tangga berdasarkan jenis kota dan jumlah penduduk disajikan pada tabel 1 Tabel 1. Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Kota dan Jumlah Penduduk Jumlah penduduk
Jenis Kota
Jumlah
kebutuhan
air
(liter/orang/hari) >2.000.000
Metropolitan
>210
1.000.000-2.000.000
Metropolitan
150-210
500.000-1.000.000
Besar
120-150
100.000-500.000
Besar
100-150
3.000-20.000
Kecil
60-100
Sumber: Dep. PU. dalam Pawitan, H., et. Al. (2008)
4
Sedangkan besarnya kebutuhan air untuk tiap orang per hari berdasarkan standar dari Direktorat Jenderal Cipta Karya (1994) adalah sebagai berikut: a.
Kebutuhan untuk penduduk kota besar sebesar 120 liter/kapita/hari.
b. Kebutuhan untuk penduduk kota kecil sebesar 80 liter/kapita/hari. c.
Kebutuhan untuk penduduk pedesaan sebesar 60 liter/kapita/hari.
2. Kebutuhan Air Industri Kebutuhan air industri adalah kebutuhan air untuk proses industri, termasuk bahan baku, kebutuhan air pekerja industri dan pendukung kegiatan industri. Namun besar kebutuhan air industri ditentukan oleh kebutuhan air untuk diproses, bahan baku industri dan kebutuhan air untuk produktifitas industri. Sedangkan kebutuhan air untuk pendukung kegiatan industri seperti hidran dapat disesuaikan untuk jenis industrinya. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk industri dapat dikategorikan menjadi tiga jenis berdasarkan banyaknya pemakaian, masing-masing kelas indeks Kai adalah industri besar berkisar 151-350 m3/hari, industri sedang berkisar 51-150 m3/hari, dan industri kecil berkisar antara 5-50m3/hari (Purwanto,1995). Tetapi apabila data industri yang diperoleh adalah data luas lahan areal industri maka kita dapat menggunakan Kriteria Perencanaan Air Baku yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya (1994) sebagai berikut: • Industri berat membutuhkan air sebesar 0,50-1,00 liter/detik/ha. • Industri sedang membutuhkan air sebesar 0,25-0,50 liter/detik/ha. • Industri kecil membutuhkan air sebesar 0,15-0,25 liter/detik/ha. 3. Kebutuhan Air Pertanian (KAT) Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman di suatu kawasan pertanian. Kebutuhan air irigasi atau pertanian adalah jumlah air hujan yang ditambahkan untuk tanaman. Kebutuhan air irigasi ditentukan oleh faktor-faktor penyiapan lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi, penggantian lapisan air, curah hujan efektif serta efisiensi irigasi (Departemen PU, KP-01, 1986).
5
a. Penyiapan Lahan Faktor-faktor penting yang menentukan besar kebutuhan air nya adalah (Departemen PU, KP-01, 1986) : • Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan • Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan • Kebutuhan air selama penyiapan lahan Kebutuhan air penyiapan lahan tanaman padi diambil 200 sampai 250 mm untuk jangka waktu penyiapan lahan 30 sampai 45 hari yang kemudian ditambah 50 mm setelah pemindahan bibit. b. Penggunaan Konsumtif Besarnya penggunaan konsumtif bagi tanaman sebanding dengan besarnya nilai evapotranspirasi (Linsley, et al., 1989).nilai evapotranspirasi untuk suatu daerah dipengharui iklim setempat seperti temperatur, kecepatan angin, radiasi sinar matahari dan kelembaban udara. c.
Perkolasi Perkolasi didefinisikan sebagai perembesan air ke tanah bagian dalam
secara vertikal dan peresapan air melalui tanggul sawah secara horizontal dimana sangat dipengharui oleh sifat-sifat fisik tanah antara lain permeabilitas dan tekstur tanah, pengendapan-pengendapan lumpur, kedalaman muka air tanah (Kertasapoetra dan Sutedjo, 1991 dalam Pribadi, A. 2001). Laju perkolasi pada tanah bertekstur lempung berat dengan pengolahan yang baik mencapai 1-3 mm, sedangkan pada tanah-tanah lebih ringan laju perkolasinya bisa lebih tinggi (Departemen PU, KP-01, 1986). d. Penggantian Lapisan Air Penggantian air dilakukan sesuai jadwal dan kebutuhan. Bila tidak ada penjadwalan, pergantian air dilakukan sebanyak dua kali masing-masing 50 mm (3,3 mm/hari selama setengah bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah pemindahan bibit (Departemen PU, KP-01, 1986). e.
Curah Hujan Efektif Curah hujan yang jatuh di suatu areal tidak semuanya dapat
dimanfaatkan oleh tanaman karena sebagian akan hilang disebabkan
6
intersepsi, infiltrasi, penguapan, dan tampungan cekungan (Sri Harto, 1993). Bagian dari air hujan yang dapat dimanfaatkan tanaman dinyatakan sebagai hujan efektif. Menurut Oldeman dan Syarifuddin, 1997 dalam Sari, N.Y, 2004, curah hujan yang jatuh dan efisien untuk pertumbuhan tanaman tergantung pda curah hujan, topografi, system penanaman dan fase pertumbuhan. Curah hujan efektif dapat dihitung secara empiris. Persamaan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dimana : Re : curah hujan efektif
(mm/hari)
X : curah hujan rata-rata bulanan (mm/bulan) B. Ketersediaan Sumberdaya Air Pengertian ketersediaan sumberdaya air adalah air yang dapat dimanfaatkan untuk hidup dan kehidupan manusia dalam suatu wilayah dan waktu tertentu. Ketersediaan sumberdaya air dapat berupa air hujan, air sungai, mata air dan air bumi baik bumi dangkal (unconfined aquifer), maupun air bumi dalam (confined aquifer). Air hujan diasumsikan sebagai masukan tunggal dalam sistem hidrologi DAS, sedangkan air sungai, mata air dan air bumi adalah bentuk lain dari air hujan. Air merupakan sumberdaya alam yang terpulihkan (renewable) dan keberadaannya mengikuti suatu kaidah atau sistem yang disebut daur Hidrolgi (Linsley, et al. 1991). Siklus hidrologi didefinisikan sebagai suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer (Seyhan, 1990). Sumber tenaga dari siklus ini adalah matahari. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor-faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi dan tanah, di laut atau badan-badan air lainnya.
7
Gambar 1. Siklus hidrologi
Uap air sebagai hasil proses evaporasi akan terbawa oleh angin melintasi daratan yang bergunung maupun datar, dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan, sebagian dari uap air tersebut akan terkondensasi dan turun sebagai air hujan. Hujan yang jatuh ke bumi menyebar dengan cara dan arah yang berbeda-beda. Sebagian besar dari hujan untuk sementara tertahan pada tajuk tanaman yang pada akhirnya dikembalikan lagi ke atmosfer oleh penguapan yang merupakan intersepsi selama dan sesudah berlangsungnya hujan. Sebagian lagi mengalir melalui permukaan dan tanah menuju sungai, sementara lainnya menembus tanah (infiltrasi dan perkolasi) menjadi air tanah (ground water). Di bawah pengaruh gravitasi, baik aliran permukaan maupun air tanah bergerak menuju tempat yang lebih rendah dan akhirnya mengalir ke laut. Namun, selama pengaliran sebagian besar air permukaan dan bawah tanah dikembalikan ke atmosfer oleh penguapan (evaporasi) dan transpirasi sebelum ke laut (Linsley, et al., 1990). Komponen siklus hidrologi dalam DAS berdasarkan siklus diatas terdiri dari hujan, evaporasi, intersepsi, transpirasi, infiltrasi, perkolasi, aliran permukaan dan aliran bawah permukaan serta total aliran yang terjadi di sungai (outlet).
8
C. Kapasitas Sumberdaya Air DAS Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat didefinisikan sebagai areal yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh diatasnya, baik dalam bentuk aliran permukaan, aliran bawah tanah dan aliran bumi ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau atau laut (Manan, 1976). Menurut Seyhan (1995) dalam Ananda, Dwi Rayi (2003) faktor utama di dalam DAS yang sangat mempengharui kapasitas sumberdaya air adalah sebagai berikut: 1). Vegetasi Vegetasi merupakan pelindung bagi permukaan bumi terhadap hempasan air hujan , hembusan angin dan teriknya matahari. Fungsi utama dari vegetasi adalah melindungi tanah Perlindungan ini berlangsung dengan cara: a. Melindungi tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan yang jatuh b. Melindungi tanah terhadap daya merusak aliran air di atas permukaan tanah c. Memperbaiki kapasitas infiltrasi dan struktur tanah serta daya absorbsi/ daya simpan air 2). Tanah Tanah selain berfungsi media tempat tumbuhnya vegetasi juga berfungsi sebagai pengatur tata air. Perananan tanah dalam mengatur tata air tergantung pada tingkat kemampuan tanahuntuk meresapkan air yang dipengharui oleh kapasitas infiltrasi dan permeabilitas tanah. Makin besar kapasitas infiltrasi dan permeabilitas tanah, makin banyak air yang dapat diserap dan masuk ke dalam profil tanah persatuan waktu, sehingga dengan demikian jumlah air yang tersimpan pada DAS menjadi lebih banyak. (Arsyad (1982) dalam Rayi (2003)). Pengelolaan DAS adalah pengelolaan sumberdaya alam yang dapat pulih, seperti air, tanah dan vegetasi dalam sebuah daerah aliran sungai dengan tujuan memperbaiki, memelihara, dan melindungi keadaan daerah aliran sungai agar dapat menghasilkan air untuk kepentingan pertanian, kebutuhan penduduk,
9
industri, tenaga listrik, rekreasi, dan sebagainya (Manan,1979). Tujuan dari pengelolaan sumberdaya air pada DAS adalah agar DAS secara keseluruhan dapat berperanan atau memberikan manfaat sebesar-besarnya secara lestari bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan serta kesehjateraannya (Soerianegara (1978) dalam
Ananda, Dwi Rayi (2003)).
Bentuk tindakan pengelolaan sumberdaya air pada DAS tersebut. Jika permasalahannya adalah kurangnya persedian air (supply lebih kecil dari demand) maka tindakan yang harus dilakukan adalah mengusahakan penambahan persedian air tersebut.di lain pihak jika permasalahannya adalah berlebihnya persedian air (supply lebih besar dari demand) maka tindakan yang harus yang harus dilakukan adalah mengupayakan optimalitas pemanfaatan dari kelebihan tersebut agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Dasar dari setiap tindakan pengelolaan sumberdaya air adalah menyeimbangkan sisi demand dan supply (water balance) (Dumairy, 1992). Lebih lanjut dikatakan oleh Dumairy (1992), bahwa setiap pokok permasalahan yang dihadapi haruslah dijabarkan dengan terinci, agar bentuk konkrit dari tindakan yang akan diambil dapat dioperasionalkan. Bila permasalahanya adalah kurangnya persediaan sumberdaya air, maka haruslah jelas supply dan demand air untuk keperluan yang apa yang mengalami kesenjangan/ketidakseimbangan tersebut; apakah untuk irigasi, untuk keperluan industri, atau untuk keperluan domestik,. Selanjutnya perlu diselidiki dan dirinci sebab-sebab tidak mencukupinya supply air tersebut, apakah karena persediaan alaminya memang tidak mencukupi secar kuantatif, atau karena kualitas air yang tersedia tidak memenuhi syarat untuk dimanfaatkan (Harmailis, 2001 dalam Dwi, Rayi Ananda, 2003). D. Pendugaan Debit Sungai Berdasarkan Fungsi Hutan dan Curah Hujan Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi pengelola sumberdaya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil diperlukan untuk perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan, terutama pada musim kemarau panjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan
10
gambaran potensi sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai. Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu. Sementara itu hutan merupakan salah satu ekosistem yang dapat memberikan debit sumberdaya air karena keberadaan komunitas hutan terkait dengan penyimpanan sumber air, dan evaporasi yang akan menjadikan awan dan curah hujan, serta kekayaan genetik dalam germplasm/plasma nutfah yang terkandung dalam keanekaragaman hayati, saling keterkaitan fungsi alami tersebut menjadikan hutan dan ekosistemnya penting mendapat perhatian atas upaya menjaga kelestarian fungsi hutan, termasuk ketersediaan air untuk berbagai kehidupan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Kawasan hutan yang lebat pada hakekatnya bukan merupakan tanah yang subur, oleh karena kandungan biomassa organik terbesar bukan berada di dalam tanah tapi tersimpan dalam jaringan pohon tersebut, Siklus hara tertutup yang terjadi menjadikan penyerapan hara mineral sangat efektif oleh pohon hutan untuk selanjutnya disimpan dalam jaringan/lingkar tahun dalam pohon itu sendiri. Di samping itu hutan yang lebat juga memperbesar evapotransirasinya sehingga curah hujan lokal pada hutan lebat akan lebih besar di banding daerah sekitarnya, bila faktor cuaca relatif tetap. Melakukan penebangan dan pengambilan pohon pada hutan lebat sama saja dengan melakukan pengurasan hara mineral di ‘eksport’ keluar hutan, hingga bekas hutan akan jadi tanah miskin dan potensi terjadi kerusakan lingkungan. Sementara supply air yang ada di bumi berasal dari air hujan, air permukaan dan air tanah. Hujan yang jatuh di atas permukaan pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagian akan menguap kembali sesuai dengan proses iklimnya, sebagian akan mengalir melalui permukaan dan sub permukaan masuk ke dalam saluran, sungai atau danau dan sebagian lagi akan meresap jatuh ke tanah sebagai imbuhan (recharge) pada kandungan air tanah yang ada.
11
E. Keseimbangan Supply dan Demand Air Analisis keseimbangan Supply-Demand sangat terkait dengan sifat dari sumber daya air yang selalu berubah-ubah menurut waktu, ruang, jumlah dan mutu. Oleh karena itu, pada setiap daerah akan memiliki karakteristik yang khas. Kesetimbangan Supply-Demand dianggap sebagai penjelasan yang rinci dari hukum kekekalan massa (air), yaitu massa tidak bertambah atau tidak berkurang tetapi hanya berubah bentuk atau berpindah tempat. Analisis kesimbangan supply-demand air dilakukan dengan didasarkan pada perbandingan antara ketersediaan air permukaan dengan memperhatikan adanya titik-titik pengambilan (misalnya: bendung atau waduk) dengan total kebutuhan air di wilayah yang dilayaninya, dengan belum memperhitungkan adanya optimasi jika terjadi defisit air.
12
III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Perkembangan komunitas tidak saja berkaitan dengan pertumbuhan penduduk tetapi juga harus diikuti dengan penyediaan lapangan kerja. Penyediaan lapangan kerja tersebut sangat bergantung dengan ketersedian air baku. Air baku sangat dibutuhkan untuk mengoperasikan sektor lapangan kerja maupun memenuhi kebutuhan air domestik pada wilayah tersebut. Keberhasilan perkembangan komunitas disuatu wilayah terjadi apabila air untuk domestik dan penyediaan lapangan kerja tersedia, sehingga prediksi kebutuhan air baku menjadi sesuatu yang penting dalam perencanaan perkembangan wilayah. Prediksi ketersedian dan kebutuhan air dapat dilakukan dengan menggunakan model yang dibangun dengan kerangka kerja (framework) yang saling berhubungan secara matematis dari model ketersediaan air juga model kebutuhan air kemudian dijalankan (disimulasikan) sehingga menghasilkan keluaran berupa Supply-Demand air untuk tahun mendatang. B. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat komputer, alat tulis, serta beberapa software seperti : arcview, MapInfo, dan Microsoft office excel. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Peta topografi seluruh SWS (Satuan wilayah Sungai) di Indonesia, Peta Kabupaten Pulau Jawa, peta Evapotranspirasi, peta hujan. Peta-peta inilah yang menjadi data dasar dari penelitian ini. Dengan acuan peta ini dilakukan pelacakan terhadap semua sungai yang ada di Pulau sesuai dengan letak geografis dan kontur ketinggian sungai tersebut. Selanjutnya dari data hasil pelacakan tersebut disusun tabulasi data numeris yang berisi luasan setiap kabupaten, jumlah penduduk,
yang termasuk dalam SWS (satuan Wilayah
Sungai) Pulau Jawa dan juga curah hujan tahunan setiap kabupaten tersebut dengan skala hujan bulanan. 2. Data potensi Desa tahun 2003 yang meliputi: luas lahan untuk pertanian irigasi, luas hutan, dan data luas lahan untuk Industri, serta data HDI (Human development Index).
13
C. ANALISIS PENELITIAN 1. Analisis Kebutuhan air Kebutuhan air secara umum dapat dibagi dalam dua kategori yaitu untuk keperluan irigasi dan non irigasi. Untuk kebutuhan non irigasi dibagi lagi menjadi kebutuhan air untuk domestik, non domestik, industri, peternakan, perikanan dan penggelontoran/perawatan sungai. Sedangkan dalam penelitian ini, kebutuhan air dikategorikan menjadi kebutuhan untuk tiga sektor pengguna utama yaitu: domestik, industri, dan pertanian (irigasi). Analisis kebutuhan air dihitung dengan perkalian jumlah pengguna (penduduk, industi, dan luas lahan areal irigasi) dengan kebutuhan air masing-masing. a.
Kebutuhan Air Domestik (KAP) Besarnya debit air yang dibutuhkan oleh penduduk dihitung berdasarkan
jumlah penduduk dan perkiraan besarnya kebutuhan air penduduk per hari. Pada penelitian ini kebutuhan air yang digunakan adalah: •
Untuk jumlah penduduk 2.000-100.000 sebesar 60 liter/detik/orang
•
Untuk jumlah penduduk 100.000-1.000.000 sebesar 120 liter/orang/hari
•
Untuk jumlah penduduk > 1.000.000 sebesar 150 liter/orang/hari.
b. Kebutuhan Air Industri (KAI) Kebutuhan air industri dihitung berdasarkan hubungan antara luas lahan yang digunakan untuk proses produksi industri dengan HDI (Human Development Index) yang kemudian dikalikan dengan kebutuhan dasar air bersih untuk kegiatan industri. Pada penelitian ini diasumsikan kebutuhan dasar untuk industri berkisar antara 0,15-1,00 liter/detik/ha. Asumsi ini didasarkan pada Kriteria Perencanaan Air Baku yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya (1994). c.
Kebutuhan Air Pertanian (KAT) Kebutuhan air untuk pertanian (irigasi) meliputi pemenuhan air untuk
lahan pertanian yang dilayani oleh suatu sistem irigasi teknis, setengah teknis maupun sederhana. Perkiraan kebutuhan air untuk irigasi yaitu dengan perkalian luas lahan dengan kebutuhan air per satuan luas. Kebutuhan air irigasi ditentukan oleh
14
faktor-faktor penyiapan lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi, penggantian lapisan air, curah hujan efektif serta efisiensi irigasi (Departemen PU, KP-01, 1986). 2.
Analisis Ketersedian Air Analisis ketersediaan air merupakan fungsi dari
hutan, karena Keberadaan
komunitas hutan terkait dengan penyimpanan sumber air, dan evaporasi yang akan menjadikann awan dan curah hujan, serta kekayaan genetik dalam germplasm/plasma nutfah yang terkandung dalam keanekaragaman hayati, Saling keterkaitan fungsi alami tersebut menjadikan hutan dan ekosistemnya penting mendapat perhatian atas upaya menjaga kelestarian fungsi hutan, termasuk ketersediaan air untuk berbagai kehidupan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan supply air berasal dari curah hujan. Debit air untuk ketersediaan air didapatkan dari aliran Baseflow dan sungai. Debit
sungai didapatkan dari
metoda regional analisis, yaitu dengan cara membandingkan luas hutan dengan luas wilayah mendapatkan suatu konstanta kemudian konstanta tersebut dikalikan dengan data curah hujan rata-rata bulanan, sehingga akan didapatkan debit sungai yang mengikuti persamaan :
……….2
3.
Dimana : Qsuplly
= Debit air
A
= Luas SWS (Wilayah Sungai)
a
= Luas hutan
Fc
= koefisien baseflow
Uji Validasi Uji keabsahan hasil prediksi dilakukan dengan melakukan pendugaan
ketersedian air dan kebutuhan air penduduk serta industri tahun 2003 kemudian membandingkan dengan data aktual kebutuhan air penduduk dan industri hasil perhitungan yang dilakukan oleh Direktorat Pengairan dan Irigasi dalam buku Laporan Akhir Indentifikasi Masalah Pengelolaan Sumberdaya Air Pulau Jawa tahun 2006. Untuk ketersediaan air validasinya dilakukan dengan menggunakan
15
data ketersediaan wilayah sungai yang didapat dari Profil Balai Besar Wilayah Sungai yang dalam penelitian ini diambil contoh wilayah sungai Bengawan Solo dari Direktorat Jendral Sumberdaya Air, Departemen Pekerjaan Umum. Tolak ukur uji keabsahan model didasarkan pada nilai efisiensi model yang diperoleh dari persamaan berikut ini (Yoshida (2000) dalam Ananda, Rayi Dwi (2003)).
… … … … … … 3
Dimana : = kebutuhan air rata-rata aktual (liter/detik)
= kebutuhan air rata-rata prediksi (liter/detik)
4. Proyeksi Kebutuhan Air Faktor utama untuk menentukan prediksi kebutuhan air penduduk adalah dengan mengetahui jumlah dan pertumbuhan penduduk dengan menggunakan asumsi laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri dengan menggunakan angka HDI (Human Development index). Proyeksi jumlah penduduk, luas irigasi dan luas lahan untuk industri tahun mendatang dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan eksponensial yaitu metode yang telah direkomendasikan didalam buku Pedoman Perencanaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang telah diterbitkan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air tahun 2001. Metode ini memakai anggapan persentase pertumbuhan penduduk dan perubahan lahan tiap-tiap tahun adalah konstan. Persamaannya adalah : Pt = P(1 + r)t ………………(4) Dimana: Pt = populasi atau luas lahan t tahun yang akan datang (orang atau ha), P = populasi atau luas lahan waktu dasar yang ditinjau (orang atau ha), r = perkembangan penduduk atau perubahan luas lahan tiap tahun (%), t = banyaknya tahun yang diproyeksikan
16
5. Analisis Keseimbangan Supply-Demand Air Analisis keseimbangan Supply dan Demand air atau neraca air dilakukan per satuan wilayah sungai dan dinyatakan dengan persamaan berikut: !"#$$ # %&'&(&)
* %&+', * … … … … … 5
Dengan: !"#$$ #
."/"#0"1$$2 ."34/45$2
= Keseimbangan antara supply dan demand air = Debit ketersediaan air. = Debit kebutuhan air
Dari persamaan tersebut maka dapat didefinisikan arti dari kekeringan. Kekeringan yang dimaksud disini adalah saat dimana total kebutuhan air untuk berbagai sektor lebih besar daripada jumlah air yang tersedia untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Atau juga dapat pula dikatakan bahwa kekeringan terjadi saat neraca air mengalami defisit atau memiliki nilai negatif. Kepincangan antara jumlah ketersediaan dengan kebutuhan air dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks. Hal ini akan semakin diperumit dengan mengingat hubungan tersebut akan selalu berubah setiap saat dengan kondisi perubahan dari kedua aspek tersebut. Oleh karena itu, kedepan dirasa sangat perlu untuk mencari solusi penyelesaian masalah tersebut dengan mengupayakan pengaturan terhadap pola pemanfaatan sumber daya air maupun kebutuhannya selain tetap memperhatikan aspek efisiensi dan konservasi. Hasil analisis keseimbangan air disajikan dalam bentuk Informasi spasial untuk memudahkan dalam membaca informasi keseimbangan tersebut. Informasi spasial pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sotware Arcview GIS 3.3. Sebelum melakukan analisis keseimbangan air terlebih dahulu dilakukan analisis ketersedian air dilakukan dengan melakukan intersection peta hujan, peta SWS, dan peta kabupaten Pulau Jawa. Analisis kebutuhan air dilakukan dengan melakukan intersection peta kabupaten, Evapotranspirasi, peta SWS dan data potensi desa. Sedangkan analisis kesimbangan air yang informasinya akan ditampilkan dilakukan dengan dissolve peta yang telah di intersection sehingga informasi numerik yang diperlukan yang akan ditampilkan. Tahapan penggunaan software arcview dapat dilihat pada lampiran 1.
17
DIAGRAM ALIR TAHAPAN PENELITIAN Data skunder - Peta topografi SWS (Satuan Wilayah Sungai) - Jumlah penduduk - Luas lahan tanaman padi - Luas lahan industri
- Luas hutan - HDI (Human Development Index) - Curah Hujan Tahunan
Analisis Data
Analisis kebutuhan air
Analisis ketersediaan air
500
Penduduk ∑P × Kap
Industri ∑I × Kai
Pertanian 0.166 #$ %
Data Aktual
Hasil Analisis
Uji Validasi Eff≥0.8 tidak Ya
Prediksi KAP, KAI dan KAT menggunakan metode eksponensial Analisis keseimbangan Supply-Demand air
Kondisi Existing
Kondisi Prediksi
Sk 1
Sk 2
Sk 3
Informasi Spasial
Gambar 2. Diagram Alir Tahapan Penelitian
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan Air Persamaan matematis yang digunakan untuk menghitung besarnya kebutuhan air untuk domestik (penduduk) adalah : KAP = ∑P , dimana ∑P merupakan jumlah penduduk pada setiap kabupaten dan merupakan kebutuhan air bersih rata-rata penduduk yang jumlah bervariasi tergantung dari jenis wilayah apakah termasuk kota besar atau pedesaan. Kebutuhan air industri dihitung berdasarkan persamaan : KAI = ∑I , dimana ∑I merupakan luas lahan yang digunakan untuk kegiatan industri dan merupakan kebutuhan air bersih rata-rata untuk setiap luasan lahan industri. 1. Kebutuhan Air Penduduk (KAP) Kebutuhan air domestik merupakan kebutuhan air untuk penduduk pada wilayah tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti : minum, memasak, mandi, cuci, kakus (MCK), lain-lain seperti cuci mobil, menyiram tanaman, dan lain-lain. Kebutuhan air domestik berbeda-beda tergantung pada tingkat kemakmuran, aktivitas fisik,dan kebiasaan masing-masing, Oleh karena itu, dalam memperkirakan besarnya kebutuhan air domestik perlu dibedakan antara kebutuhan air untuk penduduk daerah urban (perkotaan) dan daerah rural (pedesaan). Adanya pembedaan kebutuhan air dilakukan dengan pertimbangan bahwa penduduk di daerah urban cenderung memanfaatkan air secara berlebih dibandingkan penduduk di daerah rural. Pembedaan daerah urban dan rural didasarkan pada jumlah penduduknya dengan pertimbangan bahwa daerah urban cenderung memiliki jumlah penduduk yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah rural. Pada tabel 2 disajikan Jumlah penduduk dan kebutuhan air untuk domestik setiap Satuan Wilayah Sungainya (SWS) di Pulau Jawa.
19
Tabel 2. Jumlah penduduk dengan kebutuhan air domestik (KAP) per SWS (Satuan Wilayah Sungai) Pulau Jawa. SWS
jumlah Penduduk
KAP (liter/detik)
15001543
40116
Cimanuk
7539179
13089
Cisadane-Ciliwung
16354802
42394
Cisadeg-Cikuningan
3176011
5514
BengawanSolo
Citanduy
3406149
5913
Citarum
11003128
38483
Ciujung-Ciliman
2853141
4953
Ciwulan
2316090
4021
Jratun-Seluna
9008695
15640
K.Brantas
15884000
40576
Madura
2693228
4676
Pekalen-Sampean
7613252
13217
Pemali-Comal
5585083
9696
Progo-Opak-Oyo
5233471
9086
Serayu
6738741
11699
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa SWS yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Cisadane-Ciliwung yaitu 163.354.802 orang dengan jumlah kebutuhan air untuk penduduknya mencapai 42.394 liter/detik. Sedangkan SWS yang memiliki jumlah penduduk terendah adalah Ciwulan yaitu 2.316.090 orang dengan tingkat kebutuhan airnya mencapai 4.021 liter/detik. 2. Kebutuhan Air Industri Kebutuhan air industri adalah kebutuhan air untuk proses industri, termasuk sebagai bahan baku, kebutuhan air pekerja industri dan pendukung kegiatan industri. Jadi besar kebutuhan air industri ditentukan oleh kebutuhan air untuk diproses, bahan baku industri dan kebutuhan air untuk pekerjaan industri. Sedangkan kebutuhan air untuk pendukung kegiatan industri seperti hidran dapat disesuaikan untuk jenis industrinya. Kebutuhan air untuk keperluan industri sangat dipengaruhi oleh jenis dan skala (ukuran) industri yang ada. Misalnya industri tekstil dan logam berat tentu akan memerlukan air yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan industri
20
perakitan. Semakin modern peralatan dan teknologi yang digunakan oleh suatu industri akan semakin efisien air yang digunakan. Kebutuhan air industri dihitung berdasarkan luas lahan yang dipergunakan untuk kegiatan industri dan tingkat HDI (Human Development index) dengan kebutuhan rata-rata air bersih (Kai) adalah 0,25- 1,00 liter/detik/ha. Asumsi kebutuhan air tersebut didasarkan pada standar Perencanaan Air Baku yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya (1994). Gambar 3 menunjukan hubungan antara HDI dengan luas lahan industri dan luas lahan efektif
Grafik Hubungan Luas Industri dengan HDI
Luas Industri (ha)
3500
y = 0.010e0.167x R² = 0.912
3000 2500 2000 1500 1000 500 0 0
20
40
60
80
HDI (%)
Gambar 3. Grafik hubungan HDI (Human Development Index) dengan luas industri Dari grafik hubungan antara luas lahan industri dengan HDI dapat dilihat bahwa semakin tinggi HDI suatu wilayah maka akan semakin tinggi pula lahan efektif yang digunakan untuk kegiatan industri. Sedangkan persamaan hubungan antara HDI dan luas lahan industri 0,01 . digunakan untuk memprediksikan laju pertumbuhan luas lahan industri. Grafik hubungan HDI dengan luas lahan industri tersebut didapatkan dari sampel beberapa data luas lahan dan HDI kabupaten di pulau Jawa yang yang mewakili keseluruhan data luas lahan dan HDI setiap kabupaten di pulau Jawa yang ditunjukan pada tabel 3.
21
Tabel 3. Sampel data luas lahan industri dan HDI kabupaten di Pulau Jawa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kabupaten
luas lahan (ha) 72 162 385 546 530 612 611 653 950 1797 1247 2193 2025 1050 1835 2097
HDI
Sampang Bondowoso Jember Indramayu Tuban Banyuwangi Cirebon Cianjur Malang Kdy. Tangerang Subang Bandung Gresik Pati Sidoarjo Jakarta Utara
55,00 59,90 61,70 63,00 64,20 66,00 66,00 66,80 66,90 69,80 68,20 72,40 71,60 70,90 74,00 75,80
Kebutuhan air industri di pulau Jawa disajikan per satuan wilayah sungai yang ditunjukan pada tabel 4. Tabel 4. Luas lahan industri, HDI dan kebutuhan air industri per SWS (Satuan Wilayah Sungai) Pulau Jawa SWS BengawanSolo Cimanuk Cisadane-Ciliwung Cisadeg-Cikuningan Citanduy Citarum Ciujung-Ciliman Ciwulan Jratun-Seluna K.Brantas Madura Pekalen-Sampean Pemali-Comal Progo-Opak-Oyo Serayu
HDI (%)
luas lahan industri (ha)
luas lahan efektif (ha)
70 69 72 69 69 69 67 70 70 70 60 65 69 72 69
7195 5976 23906 8185 5784 25020 7914 4012 4165 9418 355 4546 2587 1837 2725
5037 4123 17212 5648 3991 17264 5302 2808 2916 6593 213 2955 1785 1323 1880
KAI berdasarkan lahan efektif (liter/detik) 2518 2062 8606 2824 1995 8632 2651 1404 1458 3296 107 1477 893 661 940
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa Wilayah sungai yang memiliki luas lahan industri yang terbesar adalah Citarum yaitu 25.020 ha orang dengan jumlah kebutuhan air untuk industrinya mencapai 8.632 liter/detik, meskipun memiliki luas industri terbesar tapi memiliki HDI rendah yaitu hanya 69% sehingga lahan yang benar-benar termanfaatkan
22
adalah (lahan efektif) sebesar 17.264 ha. Sedangkan SWS yang memiliki luas lahan industri terendah adalah Madura yaitu 355 ha dengan tingkat kebutuhan air untuk industri mencapai 107 liter/detik. 3.
Kebutuhan Air Pertanian (KAT) Kebutuhan air untuk pertanian disini adalah kebutuhan air untuk
pertanian irigasi. Kebutuhan air irigasi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain luas tanam, jenis tanaman, keadaan iklim (curah hujan dan evapotranspirasi),
jenis
tanah
(memperkirakan
laju
perkolasi
dan
kelembaban), pengolahan lahan dan penggantian lapisan air, serta efisiensi irigasi atau penggunaan air dari hujan efektif. Kebutuhan netto air disawah merupakan kebutuhan total dikurangi faktor hujan efektif. Analisis kebutuhan air pertanian dilakukan dengan penggunaan pola tanam padi-padi-bera dengan mulai tanam padi pada bulan Oktober dan masa tanam kedua dimulai pada bulan Maret. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam menghitung kebutuhan air pertanian adalah perkolasi yang digunakan 2 mm/hari, dengan pergantian lapisan air setelah pengeringan sebesar 3.3 mm/hari, sedangkan faktor hujan efektif yang digunakan sebesar 0.7 untuk pengolahan tanah dan 0.4 selama proses petumbuhan dan kondisi sawah bera selama setengah bulan sebelum ke masa tanam yang kedua. Evapotranspirasi tanaman ditentukan oleh koefisien tanamannya. Untuk koefisien tanaman padi pada penelitian ini digunakan koefisien tanaman padi yang disarankan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan FAO yang tercantum pada tabel 5. Sedangkan Tabel Contoh perhitungan kebutuhan air di inlet untuk pertanian serta Kebutuhan air pertanian Total (KAT) setiap bulan ditunjukan pada lampiran 2a dan 2b.
23
Tabel 5. Koefisien Tanaman Padi untuk Varietas Unggul dan Lokal selama penyiapan Lahan 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
Varietas Unggul Baru 1.2 setengah bulanan sesudah tanam 1.20 1.27 1.33 1.30 1.30 0.00
Varietas lokal 1.2 1.20 1.20 1.32 1.40 1.35 1.24 1.12 0.00
B. Analisis Ketersedian Air Berdasarkan Fungsi Hutan Salah satu aspek yang harus diketahui sebelum mengadakan analisis keseimbangan supply-demand air untuk suatu daerah tertentu adalah jumlah ketersediaan air. Ketersediaan air dalam pengertian sumberdaya air pada dasarnya berasal dari air hujan (atmosferik), air permukaan dan air tanah. Ketersediaan air dihitung dari debit sungai dan debit aliran bawah tanah (Baseflow). Debit Baseflow dihitung dengan menggunakan fungsi hutan yaitu dengan análisis regional atau perbandingan antara luas hutan dengan luas wilayah kemudian dikalikan dengan koefisien Baseflow
(nilainya 500)
sedangkan debit sungai atau aliran permukaan dihitung dengan mengalikan curah hujan dengan luas wilayah sungai. Tabel luas hutan dan hasil analisis ketersediaan air dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil analisis perhitungan ketersediaan air ditunjukan pada gambar dibawah ini
ketersediaan air (liter/detik)
ketersediaan air berdasarkan fungsi hutan 120000000 100000000 80000000 60000000 40000000
ketersediaan air
20000000 0 0
5
10
15
bulan ke
Gambar 4. Grafik Jumlah ketersediaan air per bulan kondisi existing 24
Berdasarkan gambar diatas ketersediaan air pada bulan Januari tinggi dan menurun pada bulan selanjutnya dan kemuadian ketersediaan air tinggi kembali mulai bulan Oktober, pola ketersediaan air ini mengikuti pola hujan yaitu: tinggi pada bulan Oktober-Maret karena musim hujan, sedangkan pada bulan AprilSeptember cenderung rendah karena pada bulan-bulan tersebut telah memasuki musim kemarau. Pada tahun 2030 diharapkan ketersediaan air meningkat dengan peningkatan luas areal hutan, sehingga pada musim kemarau defisit air yang terjadi berkurang karena baseflow meningkat. C. Uji Validasi Uji Validasi hasil prediksi dilakukan dengan membandingkan hasil analisis kebutuhan air dengan kebutuhan air aktual tahun 2003 yang telah dilakukan oleh Direktorat Pengairan dan Irigasi dalam buku Laporan Akhir Indentifikasi Masalah Pengelolaan Sumberdaya Air Pulau Jawa tahun 2006. Sedangkan untuk perhitungan validasi ketersediaan air di ambil contoh untuk wilayah sungai Bengawan Solo. Ketersediaan air aktual wilayah sungai Bengawan Solo datanya didapatkan dari Profil Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Sumberdaya Air, Departemen Pekerjaan Umum. Hasil uji validasi disajikan pada tabel 6 sedangkan untuk hasil perhitungan uji validasi disajikan pada lampiran 4. Tabel 6. Hasil validasi kebutuhan air penduduk, industri dan ketersediaan air no
Keterangan
Hasil perhitungan
Aktual
(liter/detik)
(liter/detik)
Eff*
1
Kebutuhan air penduduk (KAP)
259.074
219.287
0,967
2
Kebutuhan air industri (KAI)
21.436
17.495
0,950
3
Ketersediaan air
26.037,980
20.653,940
0,932
*effisiensi yang didapatkan dengan perhitungan menggunakan persamaan 3
Dari hasil perhitungan validasi didapatkan nilai Eff untuk kebutuhan air penduduk (KAP) sebesar 0,967, kebutuhan air industri (KAI) sebesar 0,950 sedangkan untuk potensi air atau ketersediaan air sebesar 0,932. proses validasi untuk data tahun 2003 diperoleh hasil yang baik, karena nilai koefisien prediksi yang dihasilkan lebih besar dari 0,8. 25
D. Proyeksi Kebutuhan Air Analisis proyeksi kebutuhan air tahun mendatang dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan eksponensial. Proyeksi kebutuhan air tersebut meliputi kebutuhan air penduduk (KAP), kebutuhan air industri (KAI) dan kebutuhan air tanaman (KAT). Kebutuhan air penduduk dapat diketahui setelah dilakukan proyeksi jumlah penduduk tahun mendatang yang dihitung berdasarkan persamaan 4 dengan laju pertumbuhan penduduk yang digunakan berasal dari data Bappenas tahun 2003. Proyeksi jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk Pulau Jawa dapat dilihat pada lampiran 5.
jumlah penduduk
Proyeksi Jumlah Penduduk Prediksi 180000000 160000000 140000000 120000000 100000000 80000000 60000000 40000000 20000000 0
% laju pertumbuhan penduduk aktual % laju pertumbuhan prediksi
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 tahun ke
Gambar 5. Grafik perbandingan proyeksi jumlah penduduk prediksi pulau Jawa 2003-2030 Dari grafik tersebut dapat dilihat proyeksi jumlah penduduk hasil perhitungan dan proyeksi jumlah penduduk aktual. Dari hasil perhitungan diperkirakan jumlah penduduk pulau Jawa pada tahun 2030 mencapai 323.689.162 jiwa. Setelah didapatkan nilai prediksi jumlah penduduk, selanjutnya disusun skenario presentase masing-masing jumlah penduduk desa, kota dan metropolitan pada tahun 2030. Diharapkan pulau Jawa menjadi Pulau yang memiliki kecukupan akan kebutuhan air bersih.
26
Berikut ini skenario presentase jumlah penduduk dan kebutuhan air yang telah dibuat pada tahun 2030. Tabel 7. Skenario presentase jumlah penduduk desa, kota dan metropolitan Pulau Jawa tahun 2030 Presentase jumlah penduduk
skenario desa
kota
metropolitan
1
80
20
0
2
60
20
20
3
40
40
20
Hasil skenario Jumlah penduduk setiap wilayah sungai dan kebutuhan air penduduk (KAP) hasil skenario disajikan pada tabel 8 dan 9. Tabel 8. Jumlah penduduk hasil skenario setiap wilayah sungai Pulau Jawa tahun 2030 Skenario jumlah penduduk (Jiwa) SWS
Bengawan Solo
jumlah penduduk tahun 2030
skenario 1 D
K
43828595
35062876
8765719
24532720
19626176
Skenario 2 M
Skenario 3
D
K
M
D
K
M
0
26297157
8765719
8765719
17531438
17531438
8765719
4906544
0
14719632
4906544
4906544
9813088
9813088
4906544
Cimanuk CisadaneCiliwung CisadegCikuningan
26958491
21566793
5391698
0
16175095
5391698
5391698
10783397
10783397
5391698
17095573
13676458
3419115
0
10257344
3419115
3419115
6838229
6838229
3419115
Citanduy
20131245
16104996
4026249
0
12078747
4026249
4026249
8052498
8052498
4026249
Citarum CiujungCiliman
22301120
17840896
4460224
0
13380672
4460224
4460224
8920448
8920448
4460224
11035359
8828287
2207072
0
6621216
2207072
2207072
4414144
4414144
2207072
Ciwulan
11878884
9503107
2375777
0
7127330
2375777
2375777
4751554
4751554
2375777
Jratun-Seluna
20893542
16714833
4178708
0
12536125
4178708
4178708
8357417
8357417
4178708
K.Brantas
40378686
32302949
8075737
0
24227212
8075737
8075737
16151475
16151475
8075737
Madura PekalenSampean PemaliComal Progo-OpakOyo
4755740
3804592
951148
0
2853444
951148
951148
1902296
1902296
951148
19756642
15805314
3951328
0
11853985
3951328
3951328
7902657
7902657
3951328
18867676
15094141
3773535
0
11320605
3773535
3773535
7547070
7547070
3773535
16899836
13519869
3379967
0
10139902
3379967
3379967
6759935
6759935
3379967
24375051
19500041
4875010
0
14625031
4875010
4875010
9750020
9750020
4875010
Serayu
Ket : D = Desa, K= Kota, M = Metropolitan
Dari tabel dapat dilihat, jumlah penduduk tertinggi terdapat pada wilayah sungai BengawanSolo yaitu 43.828.595 jiwa, jika dibandingkan dengan jumlah
27
penduduknya pada kondisi existing, kenaikan sangat signifikan, hal ini menunjukan bahwa laju pertumbuhan penduduknya tinggi. Setelah didapatkan hasil skenario jumlah penduduk desa, kota dan metropolitan, kebutuhaan air penduduk dihitung berdasarkan kebutuhan rata-rata air bersih (kap) yang nilainya 60 liter/hari/orang untuk penduduk desa, 120 liter/hari/orang untuk penduduk kota dan 150 liter/hari/orang untuk penduduk metropolitan. Tabel 9. Jumlah kebutuhan air penduduk (KAP) hasil skenario setiap wilayah sungai Pulau Jawa tahun 2030 KAP (liter/detik) SWS Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
BengawanSolo
36524
45655
51742
Cimanuk
20444
25555
28962
Cisadane-Ciliwung
22465
28082
31826
Cisadeg-Cikuningan
14246
17808
20182
Citanduy
16776
20970
23766
Citarum
18584
23230
26328
Ciujung-Ciliman
9196
11495
13028
Ciwulan
9899
12374
14024
Jratun-Seluna
17411
21764
24666
K.Brantas
33649
42061
47669
Madura
3963
4954
5614
Pekalen-Sampean
16464
20580
23324
Pemali-Comal
15723
19654
22274
Progo-Opak-Oyo
14083
17604
19951
Serayu
20313
25391
28776
Dari hasil prediksi kebutuhan air penduduk pada tabel 9 terlihat bahwa kebutuhan air terus meningkat mengikuti pertumbuhan penduduk. Hasil prediksi KAP diperoleh kebutuhan air tertinggi terdapat pada wilayah sungai BengawanSolo yaitu 51.742 liter/detik pada skenario ketiga dengan presentasi 40% penduduk desa, 40% penduduk kota dan 20% penduduk metropolitan. Pada tahun 2030 diharapkan Pulau Jawa mencapai kondisi skenario ketiga. Untuk memprediksikan kebutuhan air industri pada tahun 2030 terlebih dahulu harus diketahui prediksi luas lahan industri. Prediksi luas lahan industri dilakukan dengan menggunkan persamaan eksponensial seperti pada proyeksi
28
jumlah penduduk dengan HDI (Human Development Index), luas rata-rata kawasan industri aktual dihitung menurut tiga kelas HDI yaitu HDI < 65, 6575, nilai ini digunakan untuk menentukan luas kawasan industri aktual tahun mendatang, dan persamaan yang didapatkan dari hubungan antara luas lahan industri dengan HDI 0,01 . untuk menentukan laju pertambahan luas lahan industri (r). Hasil proyeksi luas lahan industri ditunjukan oleh gambar 6.
Prediksi luas Lahan Industri Pulau Jawa luas lahan industri (ha)
250000 200000 150000
luas industri
100000 50000 0 2005
2010
2015
2020
2025
2030
2035
tahun ke
Gambar 6. Grafik prediksi luas industri Pulau Jawa 2003-2030
Diperkirakan luas lahan industri di Pulau Jawa pada tahun 2030 adalah 195.507 ha. Setelah didapat luas industri hasil proyeksi, untuk pendugaan kebutuhan air industri dilakukan dengan membuat skenario presentase jenis industri berdasarkan luasan lahan industri. Skenario luas lahan industri besar, menengah dan kecil ditunjukan oleh tabel 10. Tabel 10. Skenario presentase luas lahan industri kecil, menengah dan besar serta kebutuhan air industri (KAI) tahun 2030 skenario 1 2 3
presentase jenis industri kecil 80 60 40
sedang 20 20 40
besar 0 20 20
29
Jumlah luas lahan industri kecil, menengah, dan besar dapat dilihat pada tabel 11. Sedangkan kebutuhan air Industri (KAI) hasil skenario disajikan pada tabel 12. Tabel 11. Luas Industri hasil skenario setiap wilayah sungai Pulau Jawa tahun 2030 SWS
luas Industri tahun 2030 (ha)
Skenario luas industri (ha) skenario 1 K
S
Skenario 2 B
K
Skenario 3
S
B
K
S
B
BengawanSolo
12379
9903
2476
0
7428
2476
2476
4952
4952
2476
Cimanuk CisadaneCiliwung CisadegCikuningan
10282
8226
2056
0
6169
2056
2056
4113
4113
2056
41137
32910
8227
0
24682
8227
8227
16455
16455
8227
14083
11266
2817
0
8450
2817
2817
5633
5633
2817
Citanduy
9952
7962
1990
0
5971
1990
1990
3981
3981
1990
Citarum CiujungCiliman
43051
34441
8610
0
25831
8610
8610
17220
17220
8610
13617
10894
2723
0
8170
2723
2723
5447
5447
2723
Ciwulan
6903
5522
1381
0
4142
1381
1381
2761
2761
1381
Jratun-Seluna
7166
5733
1433
0
4300
1433
1433
2866
2866
1433
16204
12963
3241
0
9722
3241
3241
6482
6482
3241
611
489
122
0
366
122
122
244
244
122
7821
6257
1564
0
4693
1564
1564
3129
3129
1564
K.Brantas Madura PekalenSampean Pemali-Comal Progo-OpakOyo
4451
3561
890
0
2671
890
890
1780
1780
890
3161
2528
632
0
1896
632
632
1264
1264
632
Serayu
4688
3751
938
0
2813
938
938
1875
1875
938
Ket : K = Kecil, S= Sedang, B = Besar
Dari tabel dapat dilihat, luas lahan industri tertinggi terdapat pada wilayah sungai Citarum yaitu 43.051 ha. Setelah didapatkan hasil skenario luas lahan industri kecil, sedang, dan besar, kebutuhaan air industri (KAI) dihitung berdasarkan kebutuhan rata-rata air bersih untuk industri (kai) yang nilainya 0,25 liter/detik/ha untuk industri kecil, 0,5 liter/detik/ha untuk industri sedang dan 1 liter/detik/ha untuk industri besar.
30
Tabel 12. Jumlah kebutuhan air industri (KAI) hasil skenario setiap wilayah sungai Pulau Jawa tahun 2030 KAI (liter/detik) SWS skenario 1
skenario 2
skenario 3
BengawanSolo
3714
5571
6190
Cimanuk
3085
4627
5141
Cisadane-Ciliwung
12341
18512
20569
Cisadeg-Cikuningan
4225
6337
7041
Citanduy
2986
4478
4976
Citarum
12915
19373
21526
Ciujung-Ciliman
4085
6128
6808
Ciwulan
2071
3106
3451
Jratun-Seluna
2150
3225
3583
K.Brantas
4861
7292
8102
Madura
183
275
305
Pekalen-Sampean
2346
3520
3911
Pemali-Comal
1335
2003
2226
Progo-Opak-Oyo
948
1422
1580
Serayu
1407
2110
2344
Dari hasil prediksi kebutuhan air industri pada tabel 11 terlihat bahwa kebutuhan air terus meningkat mengikuti pertumbuhan pembangunan penduduk, karena semakin bertambah luas kawasan industri pada suatu wilayah maka akan semakin maju wilayah tersebut karena untuk mengelolanya diperlukan sumberdaya manusia yang handal sehingga tingkat pendidikannya juga semakin maju . Hasil prediksi KAI diperoleh kebutuhan air tertinggi terdapat pada wilayah sungai Citarum yaitu 21.526 liter/detik pada skenario ketiga dengan presentasi 40% industri kecil, 40% industri sedang dan 20% industri besar. Pada tahun 2030 diharapkan Pulau Jawa mencapai kondisi skenario ketiga. Untuk
memprediksikan kebutuhan air pertanian tahun mendatang
diasumsikan bahwa luasan sawah di Pulau Jawa semakin tahun semakin berkurang dengan laju penurunan 1%. Asumsi didasarkan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk Pulau Jawa maka akan banyak lahan sawah yang dijadikan sebagai lahan untuk tempat tinggal. Hasil proyeksi luas lahan pertanian ditunjukan oleh gambar 7.
31
luas irigasi (ha)
Prediksi luas irigasi Pulau Jawa 4500000 4000000 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 2005
luas irigasi
2010
2015
2020
2025
2030
2035
tahun ke
Gambar 7. Grafik prediksi luas lahan irigasi Pulau Jawa tahun 2030 Dari hasil prediksi luas lahan irigasi, didapatkan luas lahan irigasi Pulau Jawa pada tahun 2030 mencapai 3.085.326 ha. Luas irigasi mengalami penurunan sehingga kebutuhan air untuk pertaniannya juga mengalami penurunan, sementara pola tanam yang dilakukan diasumsikan tetap. Kebutuhan air irigasi (KAT) tahun 2030 dapat dilihat pada lampiran 6. E. Keseimbangana Supply-Demand Air Analisis keseimbangan Supply-Demand dilakukan dengan menggunakan hasil analisis ketersediaan air dan kebutuhan air untuk mengetahui tingkat defisit dan surplus air yang terjadi di Pulau Jawa. Keseimbangan supply-demand air dihitung berdasarkan persamaan 5. Analisis ketersedian dan kebutuhan air existing dihitung berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan air tanaman, jumlah penduduk dan luas lahan industri yang ada pada saat ini. Hasil analisis kesimbangan air kondisi existing dapat dilihat pada lampiran 7. Pada kondisi prediksi terdapat kebutuhan air yang semakin meningkat yang sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka pasokan air juga arus dapat ditingkatkan dilakukan penghijauan hutan sehingga luasan hutan betambah 30% dari kondisi existing.
32
Perbandingan antara Supply dengan Demand air kondisi existing dan prediksi ditunjukan pada tabel 13. Tabel 13. Perbandingan supply dan demand air kondisi existing dan prediksi (2030) skenario 1, skenario 2, dan skenario 3 Supply/Demand SWS
kondisi existing Jan
BengawanSolo Cimanuk CisadaneCiliwung CisadegCikuningan
prediksi skenario 1 Jan
Mei
Agst
prediksi skenario 2 Jan
Mei
prediksi skenario 3
Mei
Agst
4,83
-0,78
-0,56
8,08
1,31
-0,44
7,92
1,29
Agst -0,41
Jan 7,82
Mei 1,28
Agst -0,39
22,67
3,69
-0,67
33,48
5,55
-0,42
32,98
5,51
-0,42
32,69
5,48
-0,37
9,55
1,59
-0,65
16,41
2,71
-0,49
15,60
2,63
-0,43
15,24
2,60
-0,35
17,12
2,81
-0,68
26,97
4,57
-0,39
26,15
4,49
-0,30
25,73
4,46
-0,27
Citanduy
5,46
-0,89
-0,42
8,90
1,48
-0,21
8,79
1,47
-0,17
8,72
1,47
-0,15
Citarum CiujungCiliman
8,69
-1,52
-1,04
14,84
2,58
-0,77
14,44
2,54
-0,68
14,26
2,53
-0,54
16,58
-2,83
-0,42
25,56
4,57
-0,31
24,30
4,44
-0,23
23,70
4,38
-0,21
Ciwulan
18,11
3,02
-0,94
28,97
4,96
-0,55
28,34
4,90
-0,42
28,00
4,87
-0,38
Jratun-Seluna
2,11
-0,55
-0,23
3,49
-0,55
-0,23
3,42
-0,54
-0,18
3,37
-0,33
-0,16
K.Brantas
6,15
0,92
-0,70
10,32
1,56
-0,55
10,09
1,54
-0,48
9,96
1,53
-0,47
Madura PekalenSampean
16,12
2,38
-0,62
26,78
4,00
-0,50
25,46
3,89
-0,44
24,68
3,82
-0,44
1,48
-0,38
-0,80
2,50
-0,38
-0,80
2,48
-0,38
-0,63
2,48
-0,23
-0,56
Pemali-Comal Progo-OpakOyo
3,83
-0,98
-0,17
6,31
-0,98
-0,14
6,23
-0,98
-0,11
6,19
-0,58
-0,10
4,64
-0,74
-0,56
7,54
1,22
-0,47
7,37
1,21
-0,37
7,26
1,20
-0,33
Serayu
3,64
0,62
-0,13
5,94
1,02
-0,10
5,84
1,01
-0,08
5,77
1,01
-0,07
Dengan adanya penghijauan hutan secara otomatis dapat meningkatkan ketersediaan atau pasokan air karena semakin banyak daerah yang dijadikan sebagai daerah resapan air yang akan menyimpan air pada musim hujan sehingga
pada
musim
kemarau
dapat
dimaanfaatkan.
Hasil
analisis
perkembangan luas hutan dapat dilihat pada lampiran 8 sedangkan hasil analisis prediksi keseimbangan air dapat dilihat pada lampiran 9. Analisi keseimbangan supply-demand dilakukan dengan menampilkan peta hasil analisis ketersediaan dan kebutuhan air. Peta yang disajikan adalah sampel peta keseimbangan air pada musim hujan, awal musim kemarau dan musim kemarau, yaitu peta bulan Januari, Mei, dan Agustus. Peta tersebut merupakan perbandingan kondisi kesimbangan air existing dengan prediksi yang disajikan pada gambar 8,9, dan 10.
33
Gambar 8. Peta keseimbangan air musim hujan (bulan Januari) kondisi existing dan prediksi (2030) skenario 3 Pada musim hujan ketersediaan air melimpah sehingga pada bulan ini kebutuhan air kebutuhan air penduduk, industri maupun pertanian, dapat terpenuhi baik kondisi existing maupun kondisi prediksi tahun 2030. Berdasarkan peta diatas nilai keseimbangan pada kondisi prediksi mengalami peningkatan sesuai dengan penin peningkatan gkatan luas lahan hutan yang dapat meningkatkan ketersediaan baseflow air.
Gambar 9. Peta keseimbangan air awal musim kemarau (bulan Mei) kondisi existing dan prediksi (2030) skenario 3
34
Berdasarkan peta tersebut, memasuki musim kemarau awal kondisi existing ada beberapa wilayah sungai yang mengalami defisit air, yang dalam peta digambarkan dengan warna merah, wilayah sungai tersebut meliputi Bengawan Solo, Citanduy, Citarum, Ciujung-Ciiman, Pekalen-Sampean, Sampean, Pemali-Comal, Pemali Jratun-Seluna dan wilayah sungai Progo Progo-Opak-Oyo. Dengan adanya perubahan fungsi hutan menjadi 30% lebih luas daripada kondisi existing,, memasuki bulan kemarau awal (bulan Mei), wilayah yang mengalami defisit air berkurang jika dibandingkan dengan kondisi existing,, yaitu hanya wilayah Sungai JratunJratun Seluna, Pekalen-Sampean Sampean dan wilayah sungai Pemali-Comal yang mengalami defisit air.
Gambar 10. Peta keseimbangan air musim kemarau (bulan Agustus) kondisi existing dan prediksi Berdasarkan gambar peta diatas, memasuki musim kemarau semua wilayah sungai mengalami defisiit air baik pada kondisi existing maupun kondisi prediksi tahun 2030. Kondisi ini dapat diantisipasi melakukan pola tanam yang sesuai dengan kondisi iklim di wilayah tersebut, misalnya pada musim kemarau para petani
35
dapat menanam tanaman palawija. Selain itu juga dapat dilakukan pembuatan jadwal pemberian irigasi secara bergilir pada luas areal padi sawah dan penerapan teknologi irigasi yang lebih efisien atau menerapakan metode SRI (System of Rice Intensification). Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan air domestik atau untuk penduduk dan industri perlu dilakukan langkah penghematan penggunaan air, karena kebutuhan air domestik akan semakin bertambah sementara ketersediaan air cenderung tetap, selain penghematan perlu juga dilakukan konservasi daerah resapan air, dan pelestarian hutan sebagai penyuplai air tanah dan air permukaan.
36
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Perhitungan kebutuhan air penduduk, pertanian dan industri telah diketahui dengan menganalogikan persamaan matematis dari kebutuhan air tanaman ETc = 0.116 × ETo× Kc (liter/det) menjadi KAP = ∑ (liter/detik), dengan nilai Kap berbeda-beda untuk tiap daerah yang didasarkan pada jumlah penduduknya, dan KAI = ∑ (liter/detik), dimana kebutuhan air untuk industri dipengharui oleh luas lahan industrinya. 2. Ketersediaan air berasal dari debit sungai dan curah hujan. Debit sungai
merupakan fungsi dari hutan dan curah hujan dengan menggunakan analisis regional yaitu dengan mengalikan perbandingan luas hutan dengan luas wilayah dengan koefisien baseflow. Perhitungan ketersedian air didapatkan dengan memodifikasi persamaan rasional , menjadi
3. Hasil uji validasi yang dilakukan dengan menggunakan data tahun 2003, didapatkan kebutuhan air penduduk (KAP) aktual sebesar 219.287 liter/detik dan kebutuhan air Penduduk hasil perhitungan 259.074 liter/detik, dengan nilai efisiensi (Eff) sebesar 0,967. Kebutuhan air industri aktual (KAI) sebesar 17.495 liter/detik dan kebutuhan air industri hasil perhitungan sebesar 21.436 liter/detik dengan nilai efisiensi 0,95. Sedangkan untuk ketersediaan air, uji validasi yang dilakukan dengan mengambil salah satu contoh ketersediaan air pada wilayah sungai yaitu pada wilayah sungai Bengawan Solo dengan nilai ketersediaan air aktual sebesar
20.653,94 liter/detik dan ketersediaan air hasil perhitungan
26.037,98 liter/detik dengan nilai efisiensi 0,932. 4. Prediksi kebutuhan air tahun 2030 dilakukan dengan mengalikan proyeksi jumlah penduduk, luas lahan, dan luas irigasi dengan kebutuhan air bersih rata-rata masing-masing. Prediksi jumlah penduduk, luas lahan industri dan luas lahan irigasi
dihitung berdasarkan metode pendekatan 37
eksponensial yang mengikuti persamaan no 4. Laju
pertumbuhan
penduduk yang digunakan berdasarkan data dari Bappenas tahun 2003, sedangkan laju pertumbuhan lahan industri digunakan metode pendekatan regional yaitu dengan membandingkan luas lahan industri dengan luas wilayah sungai, untuk luas lahan irigasi mengalami penurunan dengan laju penurunan 1% pertahun. Setelah diketahui proyeksi jumlah penduduk, luas lahan industri dan luas lahan irigasi kemudian disusun suatu skenario presentase jumlah penduduk desa, kota, dan metropolitan dengan presentase skenario pertama 80%, 20% dan 0%, untuk skenario ke dua 60%, 20%, 20%, sedangkan untuk skenario ke tiga 40%, 40%,dan 20% untuk menentukan prediksi kebutuhan air penduduk, sedangkan untuk menentukan kebutuhan air industri disusun suatu skenario presentase jumlah industri kecil, sedang, dan besar dengan skenario sesuai dengan skenario yang digunakan pada skenario jumlah penduduk, sedangkan untuk pola tanam pertanian diasumsikan tetap dengan kebutuhan netto air di inlet sama dengan kondisi existing. 5. Hasil prediksi jumlah penduduk, wilayah sungai BengawanSolo memilki jumlah penduduk yang tertinggi yaitu 43.828.595 jiwa, jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya pada kondisi existing, kenaikan sangat signifikan, hal ini menunjukan bahwa laju pertumbuhan penduduknya tinggi dengan jumlah kebutuhan air penduduk yang tertinggi didapatkan dengan menggunakan skenario yang ketiga yaitu sebesar 51.742 liter/detik. Sedangkan luas lahan industri tertinggi terdapat pada wilayah sungai Citarum yaitu 43.051 ha dengan kebutuhan air tertinggi juga didapatkan dengan menggunakan skenario yang ketiga yaitu 21.526 liter/detik. Sedangkan luas lahan pertanian menurun menjadi 3.085.326 ha pada tahun 2030. 6. Analisis kesetimbangan air yang dilakukan dengan menggunakan keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air, dari analisis ini bernilai negatif jika daerah tersebut mengalami defisit air. Dari analisis keseimbangan air tersebut diketahui pada musim hujan kebutuhan masih dapat terpenuhi sedangkan pada musim kemarau kebutuhan air tidak dapat 38
terpenuhi. Dengan melakukan perubahan fungsi hutan dengan cara menambah luasan hutan sebesar 30% pada awal musim kemarau berhasil mengurangi jumlah wilayah sungai yang defisit air.
B. Saran Agar dapat diperoleh hasil Analisis pendugaan kebutuhan air kawasan pemukiman dan industri yang lebih sempurna, maka saran yang dapt dikemukakan adalah sebagai berikut 1. Untuk melakukan pendugaan kebutuhan air perlu diperhatikan faktorfaktor lain selain jumlah penduduk dan luas lahan industri, misalnya faktor sanitasi
atau
penggelontoran
dengan
data
curah
hujan
sebagai
parameternya. 2. Perlu dilakukan survey atau pengamatan lapangan untuk kebutuhan ratarata air bersih setiap daerah di pulau Jawa dan juga jenis-jenis industri, sehingga dapat diketahui presentase kebutuhan air tersebut. 3. Perlu ditambahkan data yang digunakan seperti data debit andalan dan curah hujan efektif tahun yang bersangkutan serta perlu tambahan data jumlah penduduk selama kurun beberapa tahun untuk mengetahui laju pertumbuhannya.
39
DAFTARA PUSTAKA Ananda, R. D. 2003. Model Pendugaan Kebutuhan Air Kawasan Pemukiman dan Industri Di Cilegon, Banten. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, IPB, Bogor. Apriliawati, Sari Nila. 2005. Model Pendugaan Kebutuhan Air Penduduk, Industri Pedesaaan, Pertanian di Sub DAS Ciriung Banten. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. IPB, Bogor. Asdak, Chay. 1995. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Astuti, Arlini Dwi. 2003. Model Kebutuhan Air Kawasan Pemukiman dan Industri di Wilayah Kerja Perum Jasa Tirta II, Purwakarta, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. IPB, Bogor. Direktorat Pengairan Dan Irigasi. 2006. Buku 2 Indentifikasi Masalah Pengelolaan Sumberdaya Air Di Pulau Jawa. Laporan Akhir. Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencana Pembangunan Nasional. Direktorat Pengairan Dan Irigasi. 2006. Krisis Sumberdaya Air Pulau Jawa 1. Laporan Akhir. Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencana Pembangunan Nasional. Doorenboss, J. dan W. O. Pruitt. 1977. Guidilines for predicting Crop Water Requirment, Irrigation and Drainage Paper. Food and Agriculture Organization of the United Nation. Rome. Hadibowo, Anton. 2006. Prediksi Kebutuhan Air Bersih Di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Skripsi . Departemen Teknik Pertanian. IPB, Bogor.sediaan Air. Tesis. Program Studi Teknik Pertanian. IPB, Bogor. Harmailis. 2001. Modifikasi Model Tangki untuk Mempelajari Pengaruh Pengelolaan Lahan Berdasarkan Keter Kardono dan Herlambang, Arie. Peran Teknologi Sumberdaya Air Nasional. Jurnal ilmiah.
Dalam Pengelolaan
Kusnadi, Dedi Kalsim. 2007. Kebutuhan Air Irigasi. Modul Kuliah Teknik Irigasi dan Drainase. IPB, Bogor. Linsley, R.K., M.A. Kohler and J.L.H. Paulus. 1990. Hidrologi Untuk Insinyur (Terjemahan). Erlangga, Jakarta..
40
Manan, S. 1976. Pengaruh Hutan Dan Manajemen Daerah Aliran Sungai. IPB, Bogor. Notohadiprawiro, T. 2006. Rasionalisasi Penggunaan Sumberdaya Air Di Indonesia. Ilmu Tanah Universitas Gajah Mada. Purwanto, M.Y.J. dan Sutoyo. Kebutuhan Informasi Perencanaan Sumberdaya Air dan Keandalan Ketersedian Air yang Berkelanjutan di Kawasan Perdesaan. Jurnal ilmiah. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. IPB, Bogor. Seyhan, E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Terjemahan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Subagyono, Kasdi and Pawitan, H. 2008. Water Harvesting Techniques for Sustainable Water Resources Management in Catchments Area. Proceedings of International Workshop on Integrated Watershed Management for Sustainable Water Use in a Humid Tropical Region, JSPS-DGHE Joint Research Project, Tsukuba. Wardhani, A. N. 2002. Model pendugaan Nilai Parameter Kualitas Air Sungai Cidanau, Banten. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. IPB, Bogor. Wydia, A. G, Setiati, S.A, dan Arianti, Laksmi. 2008. Pedoman Penyajian Karya Ilmiah edisi kedua. IPB Press. Bogor.
41
Lampiran 1. Gambar tahapan penggunaan software arcview GIS 3,3
Gambar 1. Tampilan Arcview saat pertama kali dijalankan
Gambar 2. Tampilan project arcview
42
Gambar 3. Operasi dissolve peta propinsi Jateng, Jabar, DKI, Jatim dan Jogja menjadi satu peta pulau Jawa per kabupaten
Gambar 4. Operasi intersection peta kabupaten Pulau Jawa, peta SWS dan peta curah hujan
43
Gambar 5. Tampilan informasi numerik dari peta yang telah dibuat dengan arcview
Gambar 6. Tampilan peta pada Arcview
44
Lampiran 2a. Contoh Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman (KAT) ( Kabupaten Batang, Jawa Tengah)
setengah bulanan
Evapotranspirasi (mm/hari)
Eto
Kc
Etc
Keperluan air (mm/hari) untuk
Hujan Efektif
Air Netto
Topping up
pengol ahan lahan
pergantia n air
mm/hari
nWN
M
I
WLR
1- Okt
4.7
1.2
5.64
7.64
13.28 13.28
P
r
Pe
5.65
0.7
3.95
mm/hari
l/det/ha
9.33
1.36
16
4.7
1.2
5.64
7.64
5.65
0.7
3.95
9.33
1.36
1-Nov
4.5
1.2
5.4
7.40
5.83
0.4
2.33
5.07
0.74
16
4.5
1.27
5.715
7.72
5.83
0.4
2.33
5.38
0.79
1- Des
4.3
1.33
5.719
7.72
16
4.3
1.3
5.59
7.59
1-Jan
3.9
1.3
5.07
7.07
16
3.9
1-Feb
4.2
16
4.2
1-Mar 16 1-Apr
matang
3.3 3.3
5.65
0.4
2.26
8.76
1.28
14.65
0.4
5.86
1.73
0.25
10.16
0.4
4.06
6.31
0.92
0
10.16
0
0
0
0
4.38
0
0
1.2
5.04
7.04
12.08
9.02
1.32
4.34
1.2
5.208
7.21
12.42
5.65
0.7
3.95
8.46
1.24
4.34
1.2
5.208
7.21
5.65
0.4
2.26
4.95
0.72
4.1
1.27
5.207
7.21
4.67
0.4
1.87
5.34
0.78
4.67
0.4
1.87
8.89
1.30
4.52
0.4
1.81
5.30
0.77
4.52
0.4
1.81
8.60
1.26
0
0
16
4.1
1.33
5.453
7.45
1-Mei
3.93
1.3
5.1047
7.10
16
3.93
1.3
5.1047
7.10
1-Jun
3.6
16
3.6
matang
0
4.38
3.3 3.3
4.08
0.7
3.06
4.08
1-Jul
3.9
2.82
16
3.9
2.82
1-Ags
4.1
0.85
16
4.1
0.85
1-Sep
4.7
0.88
16
4.7
0.88
45
Lampiran 2b. Lanjutan Kabupaten
luas irigasi (ha)
KAT (liter/detik) per bulan jun
jul
agust
sep
Kdy. Surakarta
73
jan 64
feb 61
mar 115
apr 165
mei 142
0
0
0
0
okt 85
nop 22
des 49
Kdy. Tangerang
642
546
574
1015
1462
1217
0
0
0
0
719
90
357
Kdy. Tegal
999
820
635
1413
2230
1834
0
0
0
0
2774
1310
1481
Kdy. Yogyakarta
133
126
111
222
308
254
0
0
0
0
460
234
247
Kebumen
26289
21587
16696
37175
58675
46882
0
0
0
0
72989
34470
38967
Kediri
45033
31545
16063
54277
94952
65369
0
0
0
0
112493
55300
66750
Kendal
24999
22035
15877
39526
56953
47597
0
0
0
0
76367
40403
43156
Klaten
31843
29989
26429
53008
73528
60629
0
0
0
0
109686
55879
58857
Kodya Blitar
27968
19591
9976
33709
58971
40598
0
0
0
0
69864
34345
41455
Kodya Malang
41840
29309
14924
50429
88220
60734
0
0
0
0
104517
51379
62017
Kodya Pasuruan
36124
25304
12885
43539
76167
52436
0
0
0
0
90237
44360
53544
Kodya Probolinggo
524138
493618
435024
916276
1234526
1013752
0
0
0
0
1717875
847101
904818
Kodya Surabaya
40448
28333
14428
48751
85284
58713
0
0
0
0
101039
49670
59953
Kudus
14207
12523
9023
22463
32367
27050
0
0
0
0
43400
22961
24526
8797
8284
7301
14643
20312
16748
0
0
0
0
30300
15436
16259
88575
72732
56254
125252
197692
157958
0
0
0
0
245920
116137
131289
Kulon Progo Kuningan Lamongan
47180
37993
33590
56865
99479
66014
0
0
0
0
117856
57937
77347
Lebak
18926
15240
13474
22811
39905
26481
0
0
0
0
47277
23241
31027
Lumajang
36130
37811
42822
63160
85098
67987
0
0
0
0
118416
58392
68049
Madiun
29916
29504
29628
47301
68155
55393
0
0
0
0
91388
48350
56346
Magelang
28669
30003
33979
47723
66198
53083
0
0
0
0
98752
50309
57495
Magetan
27395
27018
27131
43315
62412
50725
0
0
0
0
83687
44276
51598
48
Lampiran 2b. lanjutan Kabupaten
luas irigasi (ha)
KAT (liter/detik) per bulan jun
jul
Majalengka
35618
jan 32979
feb 35275
mar 50367
apr 79497
mei 61653
0
0
agust 0
sep 0
okt 98891
nop 46702
des 58393
Malang
41840
39404
34726
73143
98548
80924
0
0
0
0
104528
47894
72228
Mojokerto
30932
21668
17313
37282
65220
44900
0
0
0
0
73015
29882
32885
Nganjuk
36684
25697
20532
44214
77347
53249
0
0
0
0
86591
35438
39000
Ngawi
42547
37503
35659
67272
96931
81008
0
0
0
0
124122
57619
55617
Pacitan
6324
5574
5300
9999
14407
12040
0
0
0
0
18448
8564
8266
Pamekasan
6455
6079
6668
11284
15204
12485
0
0
0
0
20268
8742
8438
Pandeglang
22422
15707
12550
27025
47277
32547
0
0
0
0
52927
21661
23838
Pasuruan
36124
37805
37315
63150
85084
67976
0
0
0
0
121708
62167
68037
Pati
37297
36783
31259
58971
84970
69059
0
0
0
0
117355
64187
70248
Pekalongan
19851
20775
20505
34702
46755
37354
0
0
0
0
66881
34162
37388
Pemalang
31090
28787
26057
43964
69391
53815
0
0
0
0
89169
44022
50969
Ponorogo
32458
32011
27203
51320
73946
60099
0
0
0
0
102128
55859
61133
Probolinggo
524138
548534
541424
916276
1234526
986294
0
0
0
0
1765927
902017
987192
Purbalingga
17133
15864
14360
24228
38240
29657
0
0
0
0
49140
24260
28088
Purwakarta
9778
10234
10101
17094
23031
18400
0
0
0
0
32945
16828
18417
Purworejo
26205
27424
27069
43621
60508
48520
0
0
0
0
92666
48730
52553
Rembang
10146
10006
8504
16042
23115
18787
0
0
0
0
31925
17461
19110
Sampang
4563
3196
2554
6485
9620
6623
0
0
0
0
11398
5603
6763
Semarang
17286
16279
14347
28775
39914
32912
0
0
0
0
57166
25806
28328
Serang
35163
33115
29184
61470
82820
68009
0
0
0
0
110411
47619
53333
Sidoarjo
24995
17509
8916
30126
52702
36282
0
0
0
0
59000
24146
31811
Situbondo
29495
27778
24481
51562
69472
57048
0
0
0
0
92615
39944
44737
49
Lampiran 2b. Lanjutan Kabupaten
luas irigasi (ha)
KAT (liter/detik) per bulan jun
jul
Sleman
22865
21533
18977
38061
52796
43533
0
0
0
0
75614
34134
37470
Sragen
23931
21094
15199
37838
54520
45564
0
0
0
0
69814
32409
36297
Subang
70476
66372
58494
123203
165995
136309
0
0
0
0
221295
95441
106894
Sukabumi
40062
28063
14290
48286
84471
58153
0
0
0
0
94567
38703
50987
Sukoharjo
17696
15598
11239
27980
40316
33693
0
0
0
0
51625
23965
26841
Sumedang
24224
22814
20106
42348
57056
46853
0
0
0
0
76064
32805
36742
Sumenep
7412
6981
6152
12958
17458
14336
0
0
0
0
23274
10038
11242
Tangerang
28536
26875
23684
49886
67213
55193
0
0
0
0
89604
38645
43282
Tasikmalaya Tegal Temanggung Trenggalek Tuban
jan
feb
mar
apr
mei
agust
sep
okt
nop
des
32900
30984
27307
57515
77491
63633
0
0
0
0
103307
44555
49901
187849
154248
119303
265633
419264
334997
0
0
0
0
495712
197098
239072
25774
24273
21392
42905
59514
49073
0
0
0
0
85236
38478
42238
8494
5950
3030
10237
17909
12329
0
0
0
0
20049
8205
10810
24063
16856
8583
29002
50736
34928
0
0
0
0
56799
23246
30624
Tulungagung
17781
12455
6342
21430
37490
25810
0
0
0
0
41971
17177
22629
Wonogiri
20688
19483
17170
34438
47769
39389
0
0
0
0
68415
30884
33903
Wonosobo
14257
11707
9054
20160
31820
25424
0
0
0
0
37622
14959
18144
50
Lampiran 3. Luas Satuan Wilayah sungai, luas hutan dan analisis hasil perhitungan ketersediaan air kondisi existing di Pulau Jawa SWS BengawanSolo Cimanuk
luas SWS (ha)
ketersediaan air (liter/detik) kondisi existing
luas Hutan (ha)
baseflow
aug
sep
15939435
87420
2,7
3269511
2535183
2482728
1346268
1014072
909168
782409
17312
17309
1722174
2500212
3033474
6507065
300239
23,1
11609264
8561839
8561818
4426026
3773006
3192544
3011150
10181
10161
4933930
9940416
11391571
jan
feb
mar
Apr
may
jun
jul
oct
nov
dec
Cisadane-Ciliwung
5912138
82087
6,9
2924649
2346522
2380524
1326292
901199
901199
935206
17691
17685
1555843
2584569
3213707
Cisadeg-Cikuningan
7762480
97342
6,3
3790782
2742269
2822919
1693752
1209823
1209823
1149332
5652
5647
1996207
3024556
3508485
Citanduy
3947983
79550
10,1
3163827
2274004
2273995
1087563
1071085
889825
865107
3306
3297
1285302
2817776
3048471
Citarum
10387287
119463
5,8
4619242
3291211
3551038
2251878
1530123
1356901
1198115
25412
25406
2324054
3782000
4648107
Ciujung-Ciliman
5017871
43912
4,4
1655487
1177944
1209776
700397
541216
541216
493462
3188
3184
700397
1241612
1432630
Ciwulan
5063719
88217
8,7
3581619
2404804
2609460
1432645
1176816
1023318
1279148
5125
5118
1944304
3325782
3581611
Jratun-Seluna
8694575
17129
1,0
645764
537102
502950
263894
195592
176964
158336
3540
3539
316673
502950
614717
14103000
103914
3,7
3890166
3123092
2917622
1397171
1109519
1027332
931448
20824
20821
1693043
2835436
3301159
K.Brantas Madura
4375321
10583
1,2
429671
283890
291562
168799
115090
107418
92072
1996
1995
164963
291562
368289
11397407
57550
2,5
2069501
1769090
1652261
751028
600822
600822
534064
11685
11683
1043094
1401918
1785777
Pemali-Comal
3922302
48522
6,2
1849388
1397093
1437292
794029
582958
502550
447270
1815
1810
884487
1296578
1678515
Progo-Opak-Oyo
5060162
26414
2,6
1001703
801363
754222
412465
300510
265156
241587
5424
5421
436034
701190
919208
Serayu
6769568
39380
2,9
1435685
1109394
1142020
562853
473123
399707
338528
1634
1632
660740
954403
1248065
Pekalen-Sampean
51
Lampiran 4. Perhitungan uji validasi KAP, KAI dan ketersediaan air 1. Perhitungan Kebutuhan Air Domestik (KAP) Diketahui a. Kebutuhan air aktual Penduduk (Yi) = 219.287 liter/detik b. Kebutuhan air prediksi penduduk (yi) = 259.074 liter/detik Ditanyakan : Effisiensi (Eff) Jawab : 1
∑ ∑
. .
1
= 1-0,033 = 0,967
.
2. Perhitungan Kebutuhan Air Industri Diketahui a. Kebutuhan air aktual industri (Yi) = 17.495 liter/detik b. Kebutuhan air prediksi industri (yi) = 21.436 liter/detik Ditanyakan : Effisiensi (Eff) Jawab : 1
∑ ∑
. .
1 = 1-0,05 = 0,95
.
3. Perhitungan Ketersediaan air Diketahui a. Ketersediaan air aktual (Yi) = 20.653,94 liter/detik b. Ketersediaan air prediksi (yi) = 26.037,98 liter/detik Ditanyakan : Effisiensi (Eff) Jawab : ∑Y y Eff 1 ∑Y
., .,
1
= 1-0,068 = 0,932
.,
52
Lampiran 5. Jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk dan prediksi jumlah penduduk Pulau Jawa tahun 2005-2030 KABUPATEN Bandung
jumlah penduduk
proyeksi jumlah penduduk (jiwa) r 2005
2010
2015
2020
2025
2030
3130412
0,52
3163053
3246152
3331434
3418957
3508779
3600961
724698
0,52
732254
751492
771235
791497
812291
833631
1130430
0,52
1142217
1172225
1203022
1234627
1267063
1300351
740536
0,52
748258
767916
788090
808795
830043
851850
Banyumas
1408958
0,52
1423649
1461051
1499436
1538828
1579256
1620746
Banyuwangi
1359067
0,52
1373238
1409315
1446341
1484339
1523335
1563356
Batang
618746
0,52
625198
641623
658479
675779
693533
711753
Bekasi
2212339
0,52
2235407
2294135
2354406
2416261
2479740
2544888
Blitar
1064901
0,52
1076005
1104273
1133285
1163058
1193614
1224972
Blora
871054
0,52
880137
903259
926990
951343
976337
1001987
Bogor
3380468
0,52
3415716
3505453
3597548
3692062
3789059
3888605
Bojonegoro
1127162
0,52
1138915
1168836
1199544
1231058
1263400
1296592
Bondowoso
652634
0,52
659439
676764
694544
712790
731517
750735
Boyolali
903695
0,52
913118
937107
961727
986993
1012923
1039534
Brebes
1582267
0,52
1598765
1640768
1683874
1728112
1773513
1820106
Ciamis
1436306
0,52
1451282
1489410
1528540
1568697
1609910
1652205
Cianjur
1664214
0,52
1681567
1725745
1771083
1817613
1865365
1914371
Cilacap
1580447
0,52
1596926
1638881
1681937
1726124
1771473
1818013
Cirebon
1699623
0,52
1717345
1762463
1808766
1856285
1905053
1955103
Demak
860166
0,52
869135
891969
915402
939452
964133
989462
Garut
1734291
1,07
1771603
1868434
1970558
2078263
2191855
2311656
Gresik
902228
1,07
921639
972013
1025141
1081172
1140266
1202590
1247487
1,07
1274326
1343977
1417435
1494908
1576616
1662789
723916
1,07
739491
779909
822537
867494
914909
964916
Indramayu
1460714
1,07
1492141
1573697
1659711
1750426
1846099
1947002
Jakarta Barat
1465144
1,07
1496666
1578469
1664744
1755734
1851698
1952907
Jakarta Pusat
1117851
1,07
1141901
1204314
1270139
1339561
1412777
1489996
Jakarta Selatan
2099751
1,07
2144926
2262162
2385805
2516207
2653736
2798781
Jakarta Timur
1935284
1,07
1976921
2084974
2198932
2319120
2445877
2579561
Jakarta Utara
1176184
1,07
1201489
1267159
1336418
1409463
1486501
1567749
Jember
1959619
1,07
2001779
2111191
2226583
2348282
2476632
2611998
Jepara
825160
1,07
842913
888984
937574
988819
1042865
1099865
1074320
1,07
1097433
1157416
1220677
1287396
1357762
1431973
745765
1,07
761810
803448
847362
893677
942523
994038
1503183
1,07
1535523
1619451
1707965
1801318
1899773
2003609
Bangkalan Banjarnegara Bantul
Grobogan Gunung Kidul
Jombang Karanganyar Karawang
53
Lampiran 5. Lanjutan KABUPATEN Kdy. Bandung
jumlah penduduk
proyeksi jumlah penduduk (jiwa) r 2005
2010
2015
2020
2025
2030
1814812
1,07
1853857
1955183
2062048
2174754
2293620
2418983
Kdy. Bogor
195921
1,07
200136
211075
222612
234779
247612
261145
Kdy. Cirebon
252956
1,07
258398
272522
287417
303126
319694
337168
Kdy. Kediri
234554
1,07
239600
252696
266508
281074
296437
312640
Kdy. Madiun
182123
1,07
186041
196210
206934
218245
230173
242754
Kdy. Magelang
193628
1,07
197794
208605
220006
232031
244714
258089
Kdy. Mojokerto
103502
1,07
105729
111508
117602
124030
130809
137959
Kdy. Pekalongan
288290
0,96
293852
308230
323312
339132
355726
373131
Kdy. Salatiga
144459
0,96
147246
154451
162008
169935
178250
186972
Kdy. Semarang
1208503
0,96
1231818
1292091
1355314
1421630
1491191
1564156
Kdy. Sukabumi
117118
0,96
119377
125219
131346
137772
144514
151585
Kdy. Surakarta
574675
0,96
585762
614423
644487
676022
709101
743797
Kdy. Tangerang
952419
0,96
970793
1018295
1068120
1120384
1175205
1232708
Kdy. Tegal
232287
0,96
236768
248354
260506
273252
286623
300647
Kdy. Yogyakarta
464827
0,96
473795
496978
521295
546802
573557
601622
Kebumen
1207584
0,96
1230881
1291109
1354283
1420549
1490057
1562966
Kediri
1321007
0,96
1346492
1412377
1481485
1553975
1630011
1709769
Kendal
831200
0,96
847236
888691
932175
977787
1025631
1075815
Klaten
1236642
0,96
1260499
1322176
1386871
1454731
1525912
1600576
119538
0,96
121844
127806
134060
140619
147500
154717
Kodya Blitar Kodya Malang
703356
0,96
716925
752005
788801
827397
867882
910348
Kodya Pasuruan Kodya Probolinggo
148418
0,96
151281
158684
166448
174592
183135
192096
178965
0,96
182418
191343
200706
210527
220828
231633
Kodya Surabaya
2314982
0,96
2359643
2475101
2596209
2723243
2856493
2996262
Kudus
645861
3,95
697892
847053
1028094
1247830
1514530
1838232
Kulon Progo
428630
3,95
463161
562152
682302
828131
1005128
1219955
Kuningan
916986
3,95
990859
1202636
1459677
1771655
2150312
2609901
Lamongan
1174435
3,95
1269048
1540283
1869489
2269057
2754025
3342645
Lebak
928652
3,95
1003464
1217936
1478247
1794194
2177669
2643104
Lumajang
914445
3,95
988113
1199303
1455632
1766745
2144354
2602669
Madiun
652753
3,95
705339
856092
1039065
1261146
1530692
1857848
Magelang
1453664
3,95
1570772
1906494
2313971
2808539
3408811
4137380
Magetan
671632
3,95
725739
880852
1069117
1297621
1574963
1911581
Majalengka
1047755
3,95
1132162
1374141
1667837
2024306
2456963
2982092
Malang
2230831
3,95
2410547
2925756
3551081
4310057
5231251
6349331
54
Lampiran 5. Lanjutan KABUPATEN
jumlah penduduk
proyeksi jumlah penduduk (jiwa) r 2005
2010
2015
2020
2025
2030
Mojokerto
845304
3,95
913402
1108624
1345572
1633162
1982220
2405882
Nganjuk
960966
3,95
1038382
1260316
1529685
1856626
2253445
2735076
Ngawi
871469
3,95
941675
1142940
1387222
1683714
2043576
2480352
Pacitan
525802
3,95
568161
689594
836982
1015871
1232994
1496524
Pamekasan
637537
3,95
688897
836136
1014844
1231748
1495011
1814541
Pandeglang
885927
3,95
957298
1161902
1410236
1711647
2077480
2521502
Pasuruan
1155691
3,12
1228931
1432986
1670924
1948369
2271881
2649111
Pati
1133002
3,12
1204804
1404853
1638119
1910117
2227279
2597103
739754
3,12
786635
917250
1069553
1247144
1454224
1695687
Pemalang
1169327
3,12
1243431
1449894
1690639
1971357
2298687
2680368
Ponorogo
890165
3,12
946578
1103750
1287020
1500721
1749905
2040464
Probolinggo
900318
3,12
957374
1116339
1301700
1517838
1769864
2063737
Purbalingga
784931
3,12
834675
973267
1134871
1323308
1543034
1799243
Purwakarta
579244
3,12
615953
718227
837484
976542
1138690
1327761
Purworejo
881121
3,12
936961
1092536
1273944
1485474
1732126
2019733
Rembang
546141
3,12
580752
677182
789623
920734
1073615
1251881
Sampang
704573
0,96
718166
753306
790166
828829
869384
911923
Semarang
768190
0,96
783010
821323
861511
903665
947882
994262
Serang
1531454
0,96
1560999
1637380
1717497
1801535
1889685
1982148
Sidoarjo
1115111
0,96
1136624
1192239
1250576
1311768
1375953
1443279
Situbondo
573268
0,96
584328
612919
642909
674367
707364
741976
Sleman
793179
0,96
808481
848041
889536
933061
978716
1026605
Sragen
867178
0,96
883908
927158
972524
1020110
1070025
1122381
Subang
1212092
0,96
1235476
1295928
1359339
1425852
1495619
1568801
Sukabumi
1835324
0,96
1870731
1962267
2058282
2158995
2264635
2375445
Sukoharjo
984445
0,96
1003437
1052536
1104037
1158058
1214722
1274159
Sumedang
848976
0,96
865355
907697
952111
998698
1047565
1098823
Sumenep
923783
0,96
941605
987678
1036006
1086698
1139870
1195645
Pekalongan
Tangerang
1755377
0,96
1789242
1876791
1968623
2064948
2165987
2271970
Tasikmalaya
1854057
0,96
1889826
1982296
2079291
2181031
2287750
2399691
Tegal
1300375
0,96
1325462
1390318
1458346
1529704
1604553
1683065
Temanggung
634111
0,96
646344
677970
711144
745940
782440
820725
Trenggalek
645506
0,96
657959
690153
723923
759345
796500
835473
Tuban
980073
0,96
998981
1047861
1099134
1152915
1209328
1268501
Tulungagung
960033
0,96
978554
1026435
1076659
1129341
1184600
1242563
Wonogiri
1054314
0,96
1074654
1127237
1182394
1240249
1300935
1364590
Wonosobo
902443
0,96
919853
964862
1012073
1061594
1113539
1168025
55
Lampiran 6. Luas lahan irigasi tahun 2030 dan prediksi kebutuhan air irigasi (KAT) tahun 2030 kabupaten
luas irigasi 2030
KAT (liter/deik) jan
Bandung
feb
mar
apr 62565
59792
jun
jul
0
0
agust
sep
30914
32353
36641
Bangkalan
5312
4278
3782
6403
8187
7711
0
0
0
Banjarnegara
8122
7520
8043
11485
14477
14484
0
0
0
10979
11490
13012
18275
21225
20903
0
0
0
0
Bantul
54043
mei
0
0
okt
nop
des
77232
41866
33933
0
9130
5132
4534
0
16220
8522
6933
29261
16390
13390
Banyumas
19880
18407
19688
28112
35437
35453
0
0
0
0
39704
20859
16969
Banyuwangi
51166
47375
50673
72353
91206
91247
0
0
0
0
102187
53686
43675
Batang
15067
15768
17858
26340
30493
29142
0
0
0
0
37642
20405
16538
Bekasi
31744
31307
31438
50192
59458
60440
0
0
0
0
72236
42990
34844
Blitar
21321
17169
15180
25698
32861
30949
0
0
0
0
36646
20598
18200
Blora
6642
6551
6578
10502
12441
12647
0
0
0
0
15115
8995
7291
Bogor
30701
21506
10951
37003
47318
42956
0
0
0
0
18992
29659
26206
Bojonegoro
95888
84521
60899
151611
179600
177545
0
0
0
0
112709
129856
105252
Bondowoso
22600
21284
18758
39508
45738
42527
0
0
0
0
31598
30606
24807
9155
8622
9457
17878
18195
16951
0
0
0
0
28597
11749
13085
95572
78477
80099
162684
175535
165431
0
0
0
0
234681
80251
101606
Boyolali Brebes Ciamis
34384
28234
28817
58528
63152
59517
0
0
0
0
84431
28872
36555
Cianjur
37010
34855
38230
75363
76905
69643
0
0
0
0
109425
42365
48379
Cilacap
32708
26857
27413
55676
60074
56616
0
0
0
0
80315
27465
34773
Cirebon
34324
28185
28767
58427
63042
59414
0
0
0
0
84285
28822
36492
Demak
23207
20456
19450
43379
44723
42969
0
0
0
0
63446
26565
30336
Garut
29236
27534
30200
59533
60751
55015
0
0
0
0
86441
33466
38217
Gresik Grobogan
4189
2934
2344
6255
6682
5861
0
0
0
0
9119
3169
4453
18058
19701
18800
35055
36266
35327
0
0
0
0
49368
24454
27389
56
Lampiran 6. Lanjutan kabupaten
luas irigasi 2030
KAT (liter/deik) jan
Gunung Kidul Indramayu
1304
feb 58
mar 55
apr 103
mei 107
104
jun
jul
0
0
agust 0
sep 0
okt
nop 145
des 72
80
65930
522
540
955
988
933
0
0
0
0
1318
585
686
Jakarta Barat
1
63216
63855
108822
117631
112593
0
0
0
0
150609
64354
78059
Jakarta Pusat
0
16971
16195
30198
31241
30432
0
0
0
0
42528
21066
23594
Jakarta Selatan
0
28728
24077
49417
52926
47477
0
0
0
0
68727
30496
40176
Jakarta Timur
53
14263
10276
25584
31183
31656
0
0
0
0
41271
21913
17761
Jakarta Utara
492
55683
40120
99882
121741
123586
0
0
0
0
161124
85550
69340
Jember
61334
1081
953
2007
2386
2281
0
0
0
0
3184
1555
1260
Jepara
15556
27061
19498
48542
59165
60062
0
0
0
0
78305
41577
33699
Jombang
31568
39
30
68
88
88
0
0
0
0
109
50
41
Karanganyar
16181
1033
526
1778
2353
2218
0
0
0
0
2940
1425
1259
Karawang
63172
607
309
1044
1382
1303
0
0
0
0
1728
837
740
1148
163
144
288
344
339
0
0
0
0
509
259
211
30701
324
165
557
737
695
0
0
0
0
921
446
394
48
1045
921
1939
2305
2203
0
0
0
0
3076
1502
1217
Kdy. Bandung Kdy. Bogor Kdy. Cirebon Kdy. Kediri
1475
345
248
618
753
765
0
0
0
0
1069
529
593
Kdy. Madiun
867
1183
1125
2123
2587
2626
0
0
0
0
1578
411
911
Kdy. Magelang
173
28763
31549
53391
63463
60671
0
0
0
0
42701
9361
20724
Kdy. Mojokerto
462
49
46
88
107
108
0
0
0
0
65
17
38
Kdy. Pekalongan
1109
417
437
774
943
928
0
0
0
0
548
69
272
391
625
484
1077
1461
1398
0
0
0
0
2115
999
1129
Kdy. Salatiga Kdy. Semarang
1342
96
84
169
210
194
0
0
0
0
350
178
188
Kdy. Sukabumi
30541
16457
12728
28340
38437
35740
0
0
0
0
55643
26278
29706
57
Lampiran 6. Lanjutan kabupaten
luas irigasi 2030
KAT (liter/deik) jun
jul
Kdy. Surakarta
55
jan 19291
feb 9823
mar 33192
apr 46171
mei 39974
0
0
agust 0
Kdy. Tangerang
489
376306
331638
698516
862737
772827
0
0
Kdy. Tegal
762
21600
10999
37165
51698
44760
0
0
Kdy. Yogyakarta
102
9547
6879
17125
21752
20621
0
0
sep
okt
nop
des
0
68792
33817
40819
0
0
1309610
645782
689782
0
0
77027
37865
45705
0
0
33086
17504
18697
Kebumen
20041
6316
5566
11163
13873
12768
0
0
0
0
23099
11768
12395
Kediri
34331
55446
42885
95485
129503
120418
0
0
0
0
187475
88536
100087
Kendal
19058
28963
25607
43351
60303
50325
0
0
0
0
89847
44168
58965
Klaten
24276
11618
10272
17390
24190
20188
0
0
0
0
36041
17718
23653
Kodya Blitar
21321
28825
32645
48150
59470
51829
0
0
0
0
90273
44515
51876
Kodya Malang
31896
22492
22586
36060
45803
42228
0
0
0
0
69669
36859
42955
Kodya Pasuruan
27539
22873
25904
36381
45212
40467
0
0
0
0
75282
38352
43831
399573
20597
20683
33021
41944
38670
0
0
0
0
63798
33753
39335
Kodya Surabaya
30835
25141
26891
38397
52077
47001
0
0
0
0
75389
35603
44515
Kudus
10831
30039
26473
55760
68869
61692
0
0
0
0
79686
36512
55063
6706
16518
13198
28421
38259
34229
0
0
0
0
55662
22780
25070
Kuningan
67524
19590
15652
33706
45373
40594
0
0
0
0
66012
27016
29731
Lamongan
35967
28590
27184
51284
63386
61756
0
0
0
0
94623
43925
42399
Lebak
14428
4249
4040
7622
9421
9179
0
0
0
0
14064
6529
6302
Lumajang
27543
4634
5083
8602
10358
9518
0
0
0
0
15451
6664
6433
Madiun
22806
11974
9567
20602
27733
24812
0
0
0
0
40349
16513
18173
Magelang
21855
28820
28447
48142
59460
51821
0
0
0
0
92783
47393
51868
Magetan
20885
28041
23830
44956
57104
52646
0
0
0
0
89464
48932
53553
Kodya Probolinggo
Kulon Progo
58
Lampiran 6. Lanjutan kabupaten
luas irigasi 2030
KAT (liter/deik) jun
jul
Majalengka
27153
jan 7801
feb 7700
mar 13032
apr 16095
mei 14027
0
0
agust 0
sep 0
okt 25116
nop 12829
des 14040
Malang
31896
20907
20636
33254
41326
36989
0
0
0
0
70643
37149
40064
Mojokerto
23581
7628
6483
12230
15534
14322
0
0
0
0
24338
13311
14568
Nganjuk
27966
2437
1947
4944
5832
5049
0
0
0
0
8689
4271
5156
Ngawi
32435
12411
10937
21936
26191
25090
0
0
0
0
43580
19673
21596
Pacitan
4821
25245
22248
46861
55701
51846
0
0
0
0
84171
36302
40658
Pamekasan
4921
13348
6797
22966
30400
27659
0
0
0
0
44978
18408
24251
Pandeglang
17093
21176
18663
39308
46724
43490
0
0
0
0
70605
30451
34105
Pasuruan
27539
16416
14467
29016
34643
33187
0
0
0
0
57644
26022
28565
Pati
28433
16081
11587
28845
35158
34735
0
0
0
0
53222
24706
27671
Pekalongan
15133
50598
44592
93923
111641
103915
0
0
0
0
168702
72759
81490
Pemalang
23701
21394
10894
36811
48725
44333
0
0
0
0
72092
29505
38869
Ponorogo
24744
11891
8568
21330
25999
25686
0
0
0
0
39356
18270
20462
Probolinggo
399573
17392
15327
32283
38374
35718
0
0
0
0
57987
25009
28010
Purbalingga
13062
5322
4690
9878
11742
10929
0
0
0
0
17743
7652
8571
Purwakarta
7454
20488
18056
38030
45204
42076
0
0
0
0
68309
29461
32996
Purworejo
19977
23621
20817
43846
52117
48510
0
0
0
0
78755
33966
38042
Rembang
7735
117590
90950
202503
263020
255382
0
0
0
0
377903
150256
182255
Sampang
3478
18505
16308
32708
39051
37411
0
0
0
0
64979
29333
32200
Semarang
13178
4536
2310
7804
10330
9399
0
0
0
0
15284
6255
8241
Serang
26806
12850
6543
22109
29266
26627
0
0
0
0
43300
17721
23346
Sidoarjo
19055
9495
4835
16337
21625
19676
0
0
0
0
31996
13095
17251
Situbondo
22486
14853
13090
26253
31345
30028
0
0
0
0
52156
23544
25845
59
Lampiran 6. Lanjutan kabupaten
luas irigasi 2030
KAT (liter/deik) jun
jul
Sleman
17431
jan 16416
feb 14467
mar 29016
apr 34643
mei 33187
0
0
agust 0
sep 0
okt 57644
nop 26022
des 28565
Sragen
18244
16081
11587
28845
35158
34735
0
0
0
0
53222
24706
27671
Subang
53727
50598
44592
93923
111641
103915
0
0
0
0
168702
72759
81490
Sukabumi
30541
21394
10894
36811
48725
44333
0
0
0
0
72092
29505
38869
Sukoharjo
13491
11891
8568
21330
25999
25686
0
0
0
0
39356
18270
20462
Sumedang
18467
17392
15327
32283
38374
35718
0
0
0
0
57987
25009
28010
Sumenep
5651
5322
4690
9878
11742
10929
0
0
0
0
17743
7652
8571
Tangerang
21754
20488
18056
38030
45204
42076
0
0
0
0
68309
29461
32996
Tasikmalaya
25081
23621
20817
43846
52117
48510
0
0
0
0
78755
33966
38042
143205
117590
90950
202503
263020
255382
0
0
0
0
377903
150256
182255
19649
18505
16308
32708
39051
37411
0
0
0
0
64979
29333
32200
6475
4536
2310
7804
10330
9399
0
0
0
0
15284
6255
8241
18344
12850
6543
22109
29266
26627
0
0
0
0
43300
17721
23346
Tegal Temanggung Trenggalek Tuban Tulungagung
13555
9495
4835
16337
21625
19676
0
0
0
0
31996
13095
17251
Wonogiri
15771
14853
13090
26253
31345
30028
0
0
0
0
52156
23544
25845
Wonosobo
10868
8924
6903
15369
19962
19382
0
0
0
0
28681
11404
13832
60
Lampiran 7. Keseimbangan air kondisi Existing Keseimbangan air (liter/detik) SWS jan
agust
sep
2592646
1975650
1343343
-319502
-293023
866534
739775
-25322
-25325
-135690
1494612
1957445
11097120
8061490
7599715
3138920
2749443
3177393
2995999
-4970
-4990
3434197
9333383
10665131
Cisadane-Ciliwung
2618553
2082205
1867757
611917
334013
850199
884206
-33309
-33315
794421
2179003
2794965
Cisadeg-Cikuningan
3569334
2539657
2428137
1124626
778584
1201485
1140994
-2686
-2691
1467325
2770940
3224761
BengawanSolo Cimanuk
feb
mar
apr
mei
jun
jul
okt
nop
des
Citanduy
2584789
1703094
1147269
-435644
-126256
881917
857199
-4602
-4611
-462971
2139107
2236935
Citarum
4087494
2803760
2623681
1008889
521845
1309786
1151000
-21703
-21709
946272
3096422
3947089
Ciujung-Ciliman
1555611
1100767
1042328
437878
350227
533612
485858
-4416
-4420
457265
1102583
1282452
Ciwulan
3383897
2196445
2221906
948875
787735
1017893
1273723
-300
-307
1366584
3083541
3320230
339618
265439
-31420
-455870
-403879
159866
141238
-13558
-13559
-608012
48568
124585
3257432
2621752
1869682
-199290
-90047
983460
887576
-23048
-23051
3063
1902886
2255924
Madura
403021
258773
247653
107041
66749
102635
87289
-2787
-2788
93263
255665
331114
Pekalen-Sampean
671566
450881
-779021
-2546280
-2063459
586128
519370
-3009
-3011
-3355958
-809637
-619748
1366053
957284
578705
-448254
-405272
491961
436681
-8774
-8779
-568967
682726
973850
Jratun-Seluna K.Brantas
Pemali-Comal Progo-Opak-Oyo Serayu
785996
593064
389814
-83586
-106824
255409
231840
-4323
-4326
-273915
351749
544302
1041476
719511
447336
-405300
-295073
387068
325889
-11005
-11007
-510584
430337
661381
61
Lampiran 8. Prediksi ketersediaan air tahun 2030 SWS BengawanSolo Cimanuk CisadaneCiliwung CisadegCikuningan
luas SWS (ha)
luas Hutan (ha)
% existing
% prediksi
luas hutan prediksi (ha)
ketersediaan air (liter/detik) baseflow jan
feb
mar
apr
mei
jun
jul
agust
sep
okt
nop
des
15939435
87420
0,55
29,45
113167
3,55
4232432
3281833
3213933
1742768
1312735
1176936
1012844
22411
22411
2229384
3236567
3926883
6507065
300239
4,61
25,39
376458
28,93
14556387
10735343
10735343
5549640
4730845
4003027
3775584
12766
12766
6186481
12463910
14283455
5912138
82087
1,39
28,61
105573
8,93
3761437
3017899
3061636
1705773
1159054
1159054
1202791
22752
22752
2001001
3324062
4133206
7762480
97342
1,25
28,75
125324
8,07
4880480
3530562
3634402
2180644
1557605
1557605
1479726
7277
7277
2570044
3894001
4517040
Citanduy
3947983
79550
2,01
27,99
101812
12,89
4049226
2910385
2910385
1391930
1370840
1138854
1107220
4231
4231
1645006
3606343
3901598
Citarum
10387287
119463
1,15
28,85
153928
7,41
5951889
4240723
4575516
2901550
1971568
1748373
1543777
32743
32743
2994548
4873110
5989088
Ciujung-Ciliman
5017871
43912
0,88
29,12
56701
5,65
2137645
1521019
1562127
904392
698849
698849
637187
4116
4116
904392
1603235
1849886
Ciwulan
5063719
88217
1,74
28,26
113145
11,17
4593708
3084350
3346847
1837490
1509369
1312496
1640617
6574
6574
2493732
4265587
4593708
Jratun-Seluna
8694575
17129
0,20
29,80
22234
1,28
838221
697175
652846
342543
253885
229706
205526
4595
4595
411052
652846
797922
K.Brantas
14103000
103914
0,74
29,26
134323
4,76
5028552
4037008
3771415
1806032
1434203
1327966
1204023
26918
26918
2188485
3665178
4267188
Madura
4375321
10583
0,24
29,76
13732
1,57
557533
368371
378326
219032
149340
139384
119473
2590
2590
214054
378326
477886
PekalenSampean
11397407
57550
0,50
29,50
74524
3,27
2679901
2290884
2139599
972547
778038
778038
691590
15132
15132
1350758
1815418
2312496
Pemali-Comal
3922302
48522
1,24
28,76
62478
7,96
2381325
1798938
1850706
1022421
750641
647105
575924
2338
2338
1138899
1669519
2161312
Progo-Opak-Oyo
5060162
26414
0,52
29,48
34200
3,38
1296985
1037588
976554
534055
389098
343322
312805
7022
7022
564572
907890
1190174
Serayu
6769568
39380
0,58
29,42
50965
3,76
1858039
1435758
1477986
728438
612311
517298
438120
2115
2115
855122
1235175
1615228
62
Lampiran 9. Keseimbangan air tahun 2030 skenario 1 Keseimbangan air (liter/detik)
SWS jan BengawanSolo Cimanuk CisadaneCiliwung CisadegCikuningan Citanduy
feb
mar
apr
mei
jun
jul
agust
sep
okt
nop
des
3708693
2847541
2337595
674861
308544
1136698
972606
-17827
-17827
805319
2462218
3098843
14121625
10305286
9935868
4642390
3878768
3979498
3752055
-10763
-10763
4953959
11947299
13683747
3532160
2820472
2674806
1252261
730737
1124248
1167985
-12054
-12054
1424610
3018955
3818055
4699546
3363987
3321328
1811274
1216739
1539134
1461255
-11194
-11194
2154739
3688545
4288632
3594067
2461422
2037700
404782
444322
1119092
1087458
-15531
-15531
298489
3075231
3269196
Citarum
5550934
3873537
3872971
2097648
1207334
1716874
1512278
1244
1244
1948624
4354884
5459091
Ciujung-Ciliman
2054022
1454699
1426990
736168
545766
685568
623906
-9165
-9165
711558
1489763
1727916
Ciwulan
4435142
2917675
3043564
1510030
1204921
1300526
1628647
-5396
-5396
2045478
4073082
4386611
Jratun-Seluna K.Brantas Madura
598306
483547
238946
-139637
-209644
210145
185965
-14966
-14966
-300402
299924
417747
4541128
3649751
2967461
794875
514659
1289456
1165513
-11592
-11592
895077
2949192
3465295
536717
348723
344353
178766
111988
135238
115327
-1556
-1556
158894
350461
449046
Pekalen-Sampean
1606587
1278349
278521
-1307005
-1260666
759228
672780
-3678
-3678
-2010435
121847
471053
Pemali-Comal
2003873
1454667
1187183
222094
-11715
630047
558866
-14720
-14720
21883
1192567
1615130
Progo-Opak-Oyo
1124941
871193
691150
194494
70969
328291
297774
-8009
-8009
15747
633896
896768
Serayu
1545432
1126450
936314
89662
14598
495578
416400
-19605
-19605
-49913
823573
1155889
63
Lampiran 9 (lanjutan). Keseimbangan air tahun 2030 skenario 2 Keseimbangan air (liter/detik)
SWS jan BengawanSolo Cimanuk CisadaneCiliwung CisadegCikuningan
feb
mar
apr
mei
jun
jul
agust
sep
okt
nop
des
3697705
2836553
2326607
663873
297556
1125710
961618
-28815
-28815
794331
2451230
3087855
14114972
10298633
9929215
4635737
3872115
3972845
3745402
-17416
-17416
4947306
11940646
13677094
3520372
2808684
2663018
1240473
718949
1112460
1156197
-23842
-23842
1412822
3007167
3806267
4693872
3358313
3315654
1805600
1211065
1533460
1455581
-16868
-16868
2149065
3682871
4282958
Citanduy
3588381
2455736
2032014
399096
438636
1113406
1081772
-21217
-21217
292803
3069545
3263510
Citarum
5539830
3862433
3861867
2086544
1196230
1705770
1501174
-9860
-9860
1937520
4343780
5447987
Ciujung-Ciliman
2049680
1450357
1422648
731826
541424
681226
619564
-13507
-13507
707216
1485421
1723574
Ciwulan
4431632
2914165
3040054
1506520
1201411
1297016
1625137
-8906
-8906
2041968
4069572
4383101
592878
478119
233518
-145065
-215072
204717
180537
-20394
-20394
-305830
294496
412319
4530285
3638908
2956618
784032
503816
1278613
1154670
-22435
-22435
884234
2938349
3454452
Jratun-Seluna K.Brantas Madura
535634
347640
343270
177683
110905
134155
114244
-2639
-2639
157811
349378
447963
1601297
1273059
273231
-1312295
-1265956
753938
667490
-8968
-8968
-2015725
116557
465763
Pemali-Comal
1999274
1450068
1182584
217495
-16314
625448
554267
-19319
-19319
17284
1187968
1610531
Progo-Opak-Oyo
1120946
867198
687155
190499
66974
324296
293779
-12004
-12004
11752
629901
892773
Serayu
1539651
1120669
930533
83881
8817
489797
410619
-25386
-25386
-55694
817792
1150108
Pekalen-Sampean
64
Lampiran 9 (lanjutan). Keseimbangan air tahun 2030 skenario 3 Keseimbangan air (liter/detik)
SWS jan BengawanSolo Cimanuk CisadaneCiliwung CisadegCikuningan
feb
mar
apr
mei
jun
jul
agust
sep
okt
nop
des
3697705
2836553
2326607
663873
297556
1125710
961618
-28815
-28815
794331
2451230
3087855
14114972
10298633
9929215
4635737
3872115
3972845
3745402
-17416
-17416
4947306
11940646
13677094
3520372
2808684
2663018
1240473
718949
1112460
1156197
-23842
-23842
1412822
3007167
3806267
4693872
3358313
3315654
1805600
1211065
1533460
1455581
-16868
-16868
2149065
3682871
4282958
Citanduy
3588381
2455736
2032014
399096
438636
1113406
1081772
-21217
-21217
292803
3069545
3263510
Citarum
5539830
3862433
3861867
2086544
1196230
1705770
1501174
-9860
-9860
1937520
4343780
5447987
Ciujung-Ciliman
2049680
1450357
1422648
731826
541424
681226
619564
-13507
-13507
707216
1485421
1723574
Ciwulan
4431632
2914165
3040054
1506520
1201411
1297016
1625137
-8906
-8906
2041968
4069572
4383101
592878
478119
233518
-145065
-215072
204717
180537
-20394
-20394
-305830
294496
412319
4530285
3638908
2956618
784032
503816
1278613
1154670
-22435
-22435
884234
2938349
3454452
Jratun-Seluna K.Brantas Madura
535634
347640
343270
177683
110905
134155
114244
-2639
-2639
157811
349378
447963
Pekalen-Sampean
1601297
1273059
273231
-1312295
-1265956
753938
667490
-8968
-8968
-2015725
116557
465763
Pemali-Comal
1999274
1450068
1182584
217495
-16314
625448
554267
-19319
-19319
17284
1187968
1610531
Progo-Opak-Oyo
1120946
867198
687155
190499
66974
324296
293779
-12004
-12004
11752
629901
892773
Serayu
1539651
1120669
930533
83881
8817
489797
410619
-25386
-25386
-55694
817792
1150108
65
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Indramayu, Jawa Barat, pada tanggal 10 September 1986. Penulis adalah anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan Kaprudin dan Rohyati. Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri Kamplong Indramayu pada tahun 1993. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 2 Gabus Wetan Indramayu dan lulus pada tahun 2002. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 57 Jakarta, Jakarta Barat pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2006 penulis diterima di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian melalui seleksi Mayor Minor Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif sebagai anggota organisasi intrakampus, seperti LDF FBI (Forum Bina Islami), dan Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Indramayu. Selain itu, penulis pernah aktif sebagai tim pengurus Asistensi Pendidikan Agama Islam dari tahun 2007 sampai dengan 2009 dan menjadi Asisten Pendidikan Agama Islam selama empat semester pada tahun ajaran 2007-2009. Selain itu penulis juga aktif sebagai pengajar privat Bimbel Nurul Fikri dan pengajar Minat Bakat “Math Club” di SMPIT Umul Quro.