PENANGGULANGAN KADAR …..(28): 321-331
PENANGGULANGAN KADAR BESI (FE) AIR SUMUR MENGGUNAKAN ARANG AKTIF KAYU BAKAU (RHIZOPHORA MUCRONATA LAMCK) DENGAN AKTIVATOR NATRIUM KARBONAT 5 % Oleh AHMAD JAUHARI Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT The objectives of this research were recognized the function of active-charcoal of Bakau Wood (Rhizophora mucronata Lamck) to reduce iron level from well-water and the capability in different amount of active-charcoal of Bakau Wood to adsorb of iron from well-water. This research was conducted in Laboratory of Forestry Faculty of Lambung Mangkurat University Banjarbaru. The testing of result was carried on Laboratory of BARISTAND INDAG Banjarbaru. The water sampel was taken from wellwater near Bapak Sukardjo house (RT 27, RW 17, No 24, Sumber Adi, Banjarbaru). The amount of active-charcoal that apply in this research were 8% (4 gr), 10% (5 gr), and 12% (6 gr) of total water sample was about 50 ml. The duration time of activecharcoal in sampel were about 4 and 6 hours. The adsorption of active-charcoal to iron particle were increased at the same time with the incereasing of iron level. The average adsorbtion of iron particle by active charcoal was the highest (2,6 ppm or 97,89%) at the combination treatment between active-charcoal at 12% and the duration time at 4 hours (the treatment of A3B1), Whereas, the lowest average adsorption of active-charcoal to iron was about 2,2596 ppm or 85% in the treatment A1B2 (the combination treatment between active-charcoal at 18% and the duration time at 6 hours). The A factor (the concentration of active-charcoal) has the best fuction to adsorb the iron particle than B factor (the duration time). The addition of the activecharcoal concentration is affect the incerasing of adsorbtion capabitity of activecharcoal to iron particle, otherwise, with the increasing the duration time, the adsorbtion capability of active-charcoal to iron particle is decreasing. It shows that the first value of well-water is 2,6582 ppm, and after adsorbtion process, the value of well-water to be 0,3985-0,0561 ppm (the standard value of iron in drinking water about 1,0 ml). Key words : Active-charcoal, Bakau Wood, Iron, adsorbtion Penulis untuk Korespondensi : surel
[email protected]
PENDAHULUAN
Air sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan, baik itu kehidupan manusia maupun binatang dan tumbuhtumbuhan, oleh karena itu air merupakan bahan yang sangat vital bagi kehidupan dan juga merupakan sumber dasar untuk kelangsungan kehidupan di atas bumi. Air adalah bagian dari lingkungan fisis yang sangat esensial tidak hanya dalam proses-proses hidup, tetapi juga untuk proses-proses lainnya seperti untuk kebutuhan MCK (mandi, cuci, kakus), transportasi air, pembangkit listrik
tenaga air (PLTA), untuk industri, pertanian, pemadam kebakaran, dan lain-lain. Masyarakat masih banyak yang menggunakan air sumur sebagai sumber untuk penyediaan air bersih, terutama di daerah Banjarbaru Kalimantan Selatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, Susenas (2002) bahwa rumah tangga di Banjarbaru sebesar 69,35 % menggunakan sumur untuk penyediaan air bersih, air kemasan/air ledeng sebesar 29,30 %, sedangkan sumber air minum yang lain yaitu pompa, air
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009
321
PENANGGULANGAN KADAR …..(28): 321-331
sungai dan lainnya masing-masing sebesar 0,67 %, 0,17 %, dan 0,15 %. Berbagai cara yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air bersih, seperti misalnya dengan proses pasir dan ijuk, air pertukaran ion, air penyulingan, air dengan pengendapan, sterilisasi ozon, air murni reversi osmosis, air dari penyaringan dengan menggunakan arang aktif (karbon aktif). Khususnya pada proses arang aktif tidak dapat membuang virus, logam berat, asbestos dan nitrat. Proses arang aktif ini akan dapat menyaring warna, sehingga air yang dihasilkan dari proses penyaringan dengan menggunakan karbon aktif dapat menjadi bening/jernih. Kadar Besi (Fe) dalam air sumur sebesar 1,9898 pada bulan April 2006. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BTKL PPM Kls I Banjarbaru, bahwa kadar Fe pada air sumur gali (SGL) milik Bapak Sukardjo (dengan alamat Jl. Sumber Adi No.24 Rt.27 Rw.17 Banjarbaru) pada tanggal 25 April 2005 sebesar 1,7507 ppm dan pada tanggal 9 Agustus 2005 sebesar 4,8426 ppm. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk menggunakan arang aktif (karbon aktif) sebagai metode untuk memperbaiki kualitas air, yaitu untuk mengetahui kemampuan arang aktif dalam menurunkan kadar logam, dalam hal ini logam yang akan diturunkan adalah kandungan/kadar Fe (Besi) dalam air, dengan menggunakan arang aktif dari kayu Bakau (Rrizophora mucronata Lamck). Hutan bakau sering juga disebut hutan mangrove atau hutan payau. Hutan bakau hanya dapat ditemukan pada daerah tropis dan sebagian daerah subtropis. Hutan bakau memiliki fungsi ekologis dan ekonomi yang bermanfaat bagi manusia serta sebagai penyangga ekosistem darat dan laut. Hutan bakau mempunyai peranan sangat penting dalam suatu ekosistem pantai. Fungsinya antara lain sebagai penahan abrasi/erosi pantai, sebagai tempat berkembang biak ikan dan udang, bahkan hutan bakau memiliki peluang untuk dijadikan
sebagai alternatif pelindung pantai dari bahaya tsunami. Selain itu hutan bakau dapat mengontrol/mencegah penyakit malaria, karena hutan bakau dapat memelihara kualitas air, menyerap CO2 dan penghasil O2 yang relatif tinggi dibanding dengan tipe hutan lainnya. Secara ekonomi, hutan bakau dapat dimanfaatkan kayunya sebagai bahan bangunan, bahan baku kertas, pembuatan arang maupun arang aktif. Arang aktif yang digunakan adalah arang aktif dari jenis kayu Bakau (Rhizophora mucronata Lamck), yang berasal dari limbah pembuatan cuka kayu. Kayu Bakau banyak tumbuh pada daerah-daerah pantai berlempung/pasir yang rata, terutama di daerah teluk-teluk serta sepanjang kuala sungai. Kayu Bakau sejak dahulu terkenal sebagai bahan baku yang dapat menghasilkan arang berkualitas bagus. Arang dari kayu Bakau bersifat keras dan menghasilkan kalor yang tinggi. Arang aktif mempunyai pori-pori yang sudah terbuka karena telah mengalami proses aktivasi dengan menggunakan bahan aktivator, sehingga mempunyai daya serap yang tinggi. Bahan kimia yang digunakan sebagai aktivator dalam pembuatan arang aktif ini adalah Natrium Karbonat (Na2CO3). Penggunaan Na2CO3 sebagai bahan aktivator karena selain mudah didapatkan dan dijual bebas, Na2CO3 juga larut sempurna dalam air serta jika terurai tidak akan menghasilkan oksida logam. Na2CO3 dapat menurunkan kadar logam Fe, Mn, Pb dan bakteri koliform sehingga memenuhi persyaratan standar baku mutu air limbah (G.Pari, 2004). Sedangkan Na2CO3 yang digunakan sebesar 5 % karena berdasarkan penelitian Gustan Pari (2004), bahwa dengan Na2CO3 5 % kadar logam yang terserap akan semakin banyak. Arang aktif telah banyak digunakan sebagai penyerap warna maupun penyerap senyawa-senyawa logam. Dalam hal ini peneliti mencoba menggunakan arang aktif dari kayu Bakau, karena telah diketahui bahwa
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009
322
PENANGGULANGAN KADAR …..(28): 321-331
kayu ini mempunyai berat jenis yang tinggi yaitu 1,02-1,05 serta termasuk kelas awet I-III dan kelas kuat I. Sehingga pembuatan arang aktif dengan menggunakan kayu Bakau diharapkan akan menghasilkan arang aktif yang dapat menyerap logam Fe (Besi) dalam air sumur secara sempurna.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran arang aktif dalam menurunkan kadar besi (Fe) dalam air sumur dan sejauh mana kemampuan arang aktif dari kayu Bakau dengan berbagai konsentrasi untuk menyerap kadar besi (Fe) dalam air sumur.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru dan pengujian dilakukan di Laboratorium Departemen Penelitian dan Pengembangan BARISTANDINDAG Banjarbaru. Sedangkan waktu penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan terhitung mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2006, yang meliputi pengambilan sampel dan penyusunan hasil penelitian. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Arang kayu Bakau (Rhiziphora mucronata Lamck) 2. Sampel air sumur, milik Bapak Sukardjo (Jl. Sumber Adi, No. 24, Rt. 27, Rw. 17 Banjarbaru). Yang diambil pada hari Minggu, tanggal 21 Mei 2006 , pada jam 16.30 WITA. Dengan kandungan awal logam Fe sebesar 2,6582 ppm. 3. Na2CO3 5 % sebagai aktivator 4. Aquadest 5. Asam Nitrat (HNO3) sebagai bahan campuran pada proses preparasi 6. Kalsium Karbonat (CaCO3) sebagai bahan campuran pada proses preparasi 7. Larutan baku Fe 0,2 ppm;, 0, 5 ppm; 1 ppm; 2,5 ppm dan 5 ppm. Peralatan yang digunakan adalah : 1. Ayakan 120 mesh untuk mendapatkan arang aktif dengan ukuran 120 mesh 2. Neraca analitik/timbangan untuk menimbang bahan
3. Baskom untuk merendam arang dan aktivator 4. Gelas piala untuk menampung air sampel yang akan diuji 5. Gelas ukur 50 ml untuk mengukur air sampel 6. Tanur(furnace) untuk mengaktivasi 7. Saringan untuk meniriskan arang setelah direndam 8. Mesin AAS Shimatzu AA 6200 untuk uji logam 9. Blower untuk preparasi 10. Corong untuk memindahkan larutan ke media yang lebih kecil 11. Hot plate untuk memanaskan air sample dalam proses preparasi 12. Tabung reaksi digunakan untuk pengujian 13. Kertas saring Whatman 42 untuk menyaring air sampel 14. Sprayer sebagai tempat penyimpanan aquadest 15. Palu untuk menghancurkan arang 16. Botol sample untuk mengambil air sampel 17. Magnestir dan stirrer untuk mengaduk air sample dan arang aktif 18. Pipet volumetrik dan propipet untuk memindahkan larutan dalam volume yang lebih kecil 19. Kaca arloji untuk menutup gelas piala pada proses preparasi 20. Lampu katoda berongga besi (Fe) Shimatzu AA 6200 21. Tissue gulung untuk mengeringkan alat 22. Rak tabung reaksi untuk meletakkan tabung reaksi 23. Alat tulis- menulis 24. Jerigen untuk membawa air sample
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009
323
PENANGGULANGAN KADAR …..(28): 321-331
25. Dokumentasi.
4. Mencucinya dengan aquadest, kemudian ditiriskan sebentar 5. Mengaktivasi dalam tanur (furnace) dengan suhu ± 400o C selama 30 menit 6. Mengeringkan pada suhu kamar kemudian menghancurkan kira-kira sampai berbentuk serbuk 7. Menyaring dengan ayakan 120 mesh.
Prosedur Penelitian a. Pembuatan Arang Aktif 1. Mempersiapkan bahan baku berupa arang kayu Bakau 2. Menghancurkan bahan baku yang telah berupa arang menggunakan palu dengan ukuran 3-5 cm 3. Merendam dalam larutan aktivator Na2CO3 5 % bersama aquadest selama 24 jam Arang kayu
Ukuran kecil-kecil
Direndam bersama aquadest + Na2CO3
Ditiriskan
Ditumbuk Ditimbang
Aktivasi dengan Furnace
Diayak dengan shieve shaker
SIAP DIUJI Gambar 1. Proses pembuatan arang aktif
b. Pengambilan Sampel Air Sumur 1. Menyiapkan botol sempel yang telah disterilkan dengan pemanasan atau dengan mencuci dengan alkohol 70 % 2. Mengambil air sampel dengan botol sempel (pengambilan pertama), digunakan untuk membilas botol sampel 3. Mengambil lagi air sampel dengan botol sempel (pengambilan kedua),
digunakan untuk membilas jerigen atau wadah sampel 4. Mengangkat botol sampel jika sudah penuh 5. Menumpahkan air dari botol sempel ke dalam jerigen 6. Menulis label dan melampirkan pada jerigen 7. Mengirim air sampel ke laboratorium. c. Preparasi (SNI 06 - 2523 -1991) 1. Menyalakan Blower
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009
324
PENANGGULANGAN KADAR …..(28): 321-331
2. Memasukkan air sumur sebanyak 50 ml ke dalam gelas piala dan menambahkan HNO3 sebanyak 5 ml, meletakkannya di dalam blower 3. Menutup gelas piala dengan kaca arloji 4. Meletakkan gelas piala di atas hot plate dan memanaskan dengan suhu 800C sampai volume air 20 - 15 ml 5. Membilas kaca arloji dengan menggunakan aquadest 6. Pindahkan air yang telah dipanaskan ke dalam gelas piala 50 ml dan menambahkan 12,5 larutan CaCO3 7. Menambahkan aquadest ke dalam gelas piala sampai volumenya mencapai 50 ml 8. Menyaringnya dengan menggunakan corong yang telah dilapisi dengan kertas saring Whatman 42 9. Memindahkan air hasil saringan ke dalam tabung reaksi 10. Menguji sampel satu persatu menggunakan mesin AAS 6200 melalui pipa kapiler 11. Mencatat serapan masuknya. d. Penyaringan Fe dengan menggunakan arang aktif kayu Bakau (SNI 06 - 2523 -1991) 1. Mengambil arang aktif sebanyak 4 gram (8 % dari volume air), 5 gram (10 % dari volume air) dan 6 gram (12 % dari volume air) lalu memasukkannya ke dalam masing-masing gelas piala 2. Menambahkan air sumur sebanyak 50 ml 3. Mengaduknya selama ± 15 menit 4. Mengendapkannya selama ± 4 jam dan 6 jam 5. Setelah itu, menyaringnya dengan menggunakan corong
yang telah dilapisi dengan kertas saring Whatman 42 6. Memasukkan air yang telah disaring ke dalam tabung reaksi 7. Mengujinya dengan mesin AAS 6200. Rancangan Penelitian Rancangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan percobaan faktorial yaitu perbedaan konsentrasi arang aktif dan waktu pengendapannya. Dengan jumlah sampel adalah 3 x 2 x 3 yaitu 18 sampel. Perlakuan yang diberikan adalah : Faktor A : A1 = Konsentrasi arang aktif kayu Bakau 8 % A2 = Konsentrasi arang aktif kayu Bakau 10 % A3 = Konsentrasi arang aktif kayu Bakau 12 % Faktor B : B1 = Waktu pengendapan 4 jam B2 = Waktu pengendapan 6 jam Model umum rancangan penelitian ini adalah Yijk = µ + αik + β jk + (αβ)ij + ∈ijk Keterangan : Yijk = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, kelompok j dan ulangan ke-k µ = Nilai tengah umum αik = Pengaruh faktor α ke-i ulangan ke-k βjk = Pengaruh faktor β ke-i ulangan ke-k (αβ)ij = Pengaruh interaksi faktor A dan B pada perlakuan ke-i dan ke-j ∈ijk = Kesalahan percobaan pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j, dan ulangan ke-k Dimana : i = konsentrasi arang aktif j = waktu pengendapan k = ulangan ke-1,2,3.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009
325
PENANGGULANGAN KADAR …..(28): 321-331
Analisis data Sebelum data diolah terlebih dulu data di uji kenormalannya dengan menggunakan uji Liliefors dan untuk kehomogenan ragamnya dengan uji
Bartlett (Karim, 1989). Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap respon yang diamati digunakan tabel uji sidik keragaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dari banyaknya logam besi (Fe) yang terserap oleh arang aktif kayu bakau (Rhizophora mucronata Lamck) pada air sumur Banjarbaru dengan perbedaan konsentrasi (8%, 10%, dan 12%) serta
waktu pengendapan yang bervariasi yaitu 4 jam dan 6 jam (Rancangan Percobaan Acak Lengkap 3 x 2 x 3 untuk penyerapan kadar Fe oleh arang aktif kayu bakau (Rhizophoz mucronata Lamck). tersebut disajikan Tabel 1.
Tabel 1. Data rekapitulasi rata-rata penyerapan banyaknya logam besi (Fe) dengan arang katif dari kayu bakau Faktor B (Lama pengendapan) Faktor A Rerata (Konsentrasi) B1 (4 Jam) B2 (6 Jam) A1 (4 gram) 0.3749 0,3985 1,1602 A2 (5 gram) 0,1822 0,2815 0,6957 A3 (6 gram) 0,0561 0,1484 0,30685 Rerata 0,2044 0,828533 0,7209166 Hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata banyaknya penyerapan logam besi (Fe) yang terbesar terjadi pada kombinasi perlakuan A3B1 (konsentrasi arang aktif 6 gram dan lama pengendapan 4 jam) yaitu 0,1684 ppm dan nilai rata-rata terkecil terjadi pada kombinasi perlakuan A1B2 (konsentrasi arang aktif 4 gram dan lama pengendapan 5 jam) yakni hanya sebesar 1,1957 ppm. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa nilai rata-rata banyaknya hasil penyerapan pada faktor A (banyaknya konsentrasi arang aktif) terus mengalami penaikan dengan bertambahnya jumlah arang aktif yang diberikan. Sebaliknya, pada faktor B (lama waktu pengendapan) nilai ratarata penyerapan logam besi (Fe) menunjukkan penurunan dengan seiring bertambahnya waktu pengendapan yang digunakan. Nilai rata-rata banyaknya penyerapan logam Besi (Fe) yang dihasilkan pada faktor A (banyaknya konsentrasi arang aktif) cenderung mengalami penurunan dari waktu pengendapan 4 jam menuju 6 jam.
Penurunan nilai rata-rata banyaknya penyerapan logam besi (Fe) ini diduga dengan semakin banyak konsentrasi arang aktif yang ditambahkan maka akan semakin banyak rantai karbon (C-) yang dapat mengikat logam besi (Fe) dalam air sumur dengan bantuan aktivitas Na2CO3. Menurut Pari (2004), Na2CO3 dapat digunakan sebagai penjernihan minyak dan air sumur, serta dapat menurunkan kadar logam besi, mangan, timbal serta bakteri koliform. Sedangkan terjadinya penaikan penyerapan banyaknya logam besi (Fe) yang dihasilkan faktor B dari tingkat konsentrasi arang aktif sebanyak 4 gram, 5 gram hingga ke 6 gram diduga karena dengan semakin lama waktu pengendapan maka arang aktif yang digunakan mengalami kejenuhan sehingga hasil penyerapannya berkurang. Pengaruh banyaknya konsentrasi yang diberikan, waktu pengendapan dan interaksi keduanya terhadap banyaknya kandungan logam Besi (Fe) yang diserap dari air sumur dapat diketahui dengan melakukan analisis sidik ragam. Sebelum
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009
326
PENANGGULANGAN KADAR …..(28): 321-331
hitung < X2 tabel, dinamakan X2 = 5,115075853, sedangkan nilai X2 tabel (5%.5)= 11,070. Hasil uji Normalitas Liliefors untuk data kandungan logam Besi (Fe) setelah pemberian arang aktif kayu bakau, menunjukkan bahwa data menyebar normal. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai Li maksimal < Li tabel, dimana Li maksimal = 0,1144 sedangkan niali Li tabel (5%.18) = 0,2000. Hasil perhitungan analisis sidik ragam banyaknya penyerapan logam Besi (Fe) dengan menggunakan arang aktif kayu bakau dapat dilihat pada Tabel 2.
melakukan analisis sidik ragam terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan yaitu uji Homogenitas menurut ragam Barlett dan uji Normalitas Liliefors. Uji Homogenitas Ragam Barlett dilakukan untuk mengetahui homogen tidaknya data yang diperoleh dari hasil penelitian, sedangkan uji Normalitas Liliefors dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil penelitian menyebar dengan normal. Hasil uji Homogenitas Ragam Barlett menunjukkan bahwa data kandungan logam Besi (Fe) setelah pemberian arang aktif kayu bakau adalah homogen. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai X2
Tabel 2. Analisis sidik ragam kandungan logam Besi (Fe) setelah pemberian arang aktif kayu bakau Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Perlakuan A B AB Galat
5 2 1 2 12
0,271771196 0,243371287 0,022876541 0,005523368 0,012133893
0,054354239 0,121685643 0,022876541 0,002761684 0,001011157
Total
17
0,283905089 0,016700299
Daya serap logam besi (Fe)
Keterangan : ** ns A B KK
F.hitung 53,75450004 ** 120,3429764 ** 22,62412365 ** 2,731211869ns
F. tabel 5% 1% 3,11 5,06 3,89 6,93 4,75 9,33 3,89
6,93
= berpengaruh sangat nyata = non signifikan = Konsentrasi = waktu pengendapan = 13,23%
1.4 1.1957
1.2 1.0
1.1247 0.8446
0.8 0.6
0.5468
B2 0.4453
B1
0.4 0.2 0.1684
0.0 A1
A2
A3
Perlakuan
Gambar 2. Interaksi antara waktu pengendapan terhadap banyaknya pengendapan logam Besi (Fe) setelah pemberian arang aktif kayu bakau
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009
327
Daya serap logam besi (Fe)
PENANGGULANGAN KADAR …..(28): 321-331
1.4 1.1957
1.2 1.0
1.1247 0.8446
0.8
A2
0.6 0.4 0.2
A1
0.4453
0.5468
A3
0.1684
0.0 B1
B2 Pe rlakuan
Gamabr 3. Interaksi antara konsentrasi arang aktif terhadap banyaknya penyerapan logam Besi (Fe) setelah pemberian arang aktif kayu bakau Berdasarkan analisis keragaman (Tabel 4) terlihat bahwa konsentrasi dan waktu pengendapan berpengaruh sangat nyata terhadap banyaknya penurunan kadar logam Besi (Fe) dalam air sumur, sedangkan interaksi dari dua faktor tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap kandungan logam Besi (Fe) setelah pemberian arang aktif kayu bakau. Faktor A (konsentrasi) berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan logam Besi (Fe) setelah diberi arang aktif dari kayu Bakau menunjukkan bahwa dengan bertambahnya kosentrasi arang aktif menyebabkan kandungan logam Fe dalam air sumur yang terserap akan semakin banyak. Demikian pula faktor B (waktu pengendapan) berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan logam Besi (Fe) setelah pemberian arang aktif kayu Bakau, hal tersebut menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengendapan maka kadar Besi (Fe) yang terserap akan semakin sedikit. Interaksi antara faktor Konsentrasi (faktor A) dengan lama waktu pengendapan (faktor B) terhadap nilai rata-rata banyaknya penyerapan logam Besi (Fe) secara grafis dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3
Karena perlakuan konsentrasi arang aktif kayu bakau (faktor A) dan waktu pengendapan (faktor B) memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap penyerapan kandungan logam Fe, maka dengan nilai koefisien keragaman (KK) 13,23% dilakukan uji lanjutan Duncan terhadap nilai rata-rata penyerapan kandungan logam Fe untuk mengetahui perbedaan pengaruh masing-masing perlakuan. Uji beda Duncan untuk faktor A (konsentrasi arang aktif kayu bakau) dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan A1 berbeda sangat signifikan terhadap semua perlakuan yakni perlakuan A2 dan perlakuan A3. Begitupula dengan perlakuan A2 juga menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan dengan perlakuan A3. Perlakuan A3 dapat diaplikasikan sebagai perlakuan yang paling efektif untuk menurunkan kadar logam Fe yang terkandung dalam air sumur. Hal ini terlihat dari nilai tengah perlakuan A3, artinya dalam hal penyerapan kadar logam Fe adalah yang paling banyak. Uji beda Duncan untuk faktor B (waktu pengendapan) dapat dilihat dengan jelas pada Tabel 4.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009
328
PENANGGULANGAN KADAR …..(28): 321-331
Tabel 3. Uji beda Duncan untuk nilai rata-rata penyerapan kandungan logam Fe untuk faktor A Nilai beda Perlakuan Nilai tengah A1 A2 A1 0,3867 A2 0,2319 0,1548** 0,1023 0,2844** 0,1296** A3 P 5% 3,08 3,23 1% 4,32 4,55 D 5% 0,0400 0,0419 1% 0,0561 0,0591 Keterangan : ** = berbeda sangat signifikan Tabel 4. Uji beda Duncan untuk nilai rata-rata penyerapan kandungan logam Fe untuk faktor B Nilai beda Perlakuan Nilai tengah B2 0,845 B2 B1 0,690 0,155** P 5% 3,08 1% 4,32 D 5% 0,047 1% 0,066 Keterangan : ** = berbeda sangat signifikan Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan B2 berbeda sangat signifikan terhadap perlakuan B1. Perlakuan B1 ini dapat diaplikasikan sebagai perlakuan yang paling efektif untuk menurunkan kadar logam Fe yang terkandung dalam air sumur, hal ini terlihat dari nilai tengah perlakuan B1 artinya dalam hal penyerapan kadar logam Fe adalah yang paling banyak.
Hasil penelitian Primadiyanti Arsela (2006) berupa penyerapan banyaknya logam besi (Fe) dengan arang aktif kayu bakau pada air sumur Banjarbaru dengan perbedaan konsentrasi (2%, 4%, dan 6%) serta waktu pengendapan yang bervariasi yaitu 4 jam dan 6 jam dapat dilihat rekapaitulasi Tabel 5.
Tabel 5. Data rekapitulasi rata-rata penyerapan banyaknya logam besi (Fe) dengan arang aktif dari kayu bakau Faktor A (Konsentrasi) A1 (4 gram) A2 (5 gram) A3 (6 gram) Rerata
Faktor B (Lama pengendapan) B1 (4 Jam) B2 (6 Jam) 0,0659 0,2082 0,0438 0,1537 0,0315 0,0923 0,0471 0,1514
Tabel 5 juga menunjukkan hasil penelitian Primadiyanti yang serupa dengan hasil penelitian yang telah dilakukan dimana nilai rata-rata
Rerata 0,1371 0,0988 0,0619 0,0993
banyaknya hasil penyerapan pada faktor A (banyaknya konsentrasi arang aktif) terus mengalami penaikan dengan bertambahnya jumlah arang
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009
329
PENANGGULANGAN KADAR …..(28): 321-331
aktif yang diberikan. Sebaliknya, pada faktor B (lama waktu pengendapan) nilai rata-rata penyerapan logam besi (Fe) menunjukkan penurunan dengan seiring bertambahnya waktu pengendapan yang digunakan. Walaupun demikian, nilai rata-rata banyaknya hasil penyerapan logam Fe
hasil penelitian yang dilakukan Primadiyanti untuk masing-masing perlakuan lebih kecil. Hal ini diduga dengan semakin kecil tingkat konsentrasi yang digunakan maka akan berkaitan dengan kekentalan dan tingkat viskositas dari larutan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Terjadi penurunan kadar logam Fe dalam air sumur dari 2,6582 ppm (kandungan awal) menjadi berkisar antara 2,2194 2,6266 ppm. Persentase terbesar penyerapan lagam Fe dalam air sampel sebanyak 97,89 % (kombinasi perlakuan A3B1), sedangkan persentase terkecil terjadi pada kombinasi perlakuan A1B2 yaitu sebesar 85 %. Kombinasi perlakuan faktor A3 (konsentrasi arang aktif 12 %) dan B1 (waktu pengendapan 4 jam) dapat dikatakan sebagai perlakuan yang paling baik karena menghasilkan daya serap kadar logam Fe yang paling besar. Perlakuan konsentrasi arang aktif kayu Bakau (faktor A) dan waktu pengendapan (faktor B) memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap penyerapan kadar logam Fe dalam air sumur. Hasil akhir penyaringan telah memenuhi standar baku mutu air bersih, dengan nilai Fe pada air sampel setelah disaring adalah 0,3985 - 0,0561 ppm sedangkan standar maksimum Fe yang diperbolehkan adalah 1,0 ml/l. Saran Disarankan penelitian lanjutan mengenai daya serap jenis kandungan logam yang lain dalam air sumur dengan menggunakan jenis kayu yang sama atau dengan jenis kayu yang lain, serta dengan menggunakan jenis aktivator dan kombinasi perlakuan yang berbeda pula.
DAFTAR PUSTAKA Arsela, P. 2006. Pemanfaatan Arang Aktif Kayu Bakau (Rhizophora mucronata Lamck) Dengan Aktivator Natrium Karbonat (Na2CO3) 5 % Untuk Mengurangi Kadar Besi (Fe) dalam Air Sumur. Skripsi S-1 Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru (Tidak dipublikasikan) Departemen Perindustrian R.I. 1994. Pengembangan Pembuatan Arang (Karbon Aktif) dari Batang Kelapa. Departemen Perindustrian R.I. Manado. Departemen Perindustrian Perdagangan R.I.
dan 1999.
Penelitian Peningkatan Mutu Arang Aktif Produksi Industri. Proyek Pengembangan dan Pelayanan Teknologi Industri Sulawesi Bagian Utara. Manado. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan Pemukiman. 2004. Pedoman Teknis Perbaikan Kualitas Air. Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan Pemukiman. 1996. Perbaikan Kualitas Air (Pembuatan Sumur Gali). Departemen Keseharan R.I.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009
330
PENANGGULANGAN KADAR …..(28): 321-331
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Haris, H. 1993. Pengaruh Persen Perekat dan Tekanan Kempa Terhadap Sifat Fisika Kimia Briket dari Limbah Arang Kayu Bakau (Bruguiera Gymnuriza Lamck). Skripsi Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru (Tidak dipublikasikan). Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan Jakarta. Jakarta Hidayat, S. 2005. Pemanfaatan Serbuk Kayu Alaban (Vitex pobenscens Vahl) Untuk Menurunkan Kadar Timbal (Pb) dalam Air. Skripsi S-1 Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru (Tidak dipublikasikan)
Martin,
A.W. 1961. Physical Pharmacy. Physical Chemical ; Principles in harmaceutical Science. Lea & Febiger, Philadelphia.
Muhibah. 2006. Kualitas Briket Arang Dari Kombinasi Kayu Bakau dan Kayu Api-Api. Skripsi S-1 Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru (Tidak dipublikasikan). Pari, G. 1996. Pembuatan Arang Aktif dari Serbuk Gergaji Tusam untuk Penjernih Air Limbah Industri Pulp Kertas dan Air Sumur. Buletin Penelitian Hasil Hutan, vol 14 (2) : 69. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Bogor. Sugiharto, R.E Willy. Penghijauan Pantai. Swadaya. Jakarta.
1996. Penebar
---------------------------. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 28, Edisi Desember 2009
331