Nama Jurnal Vol. ... No. ... JUNI 2015 1-12
PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SEKOLAH DASAR Rudy Raharjo1, Tin Rustini2, Susilowati3
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keterampilan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran IPS. Hal tersebut terjadi karena siswa kurang aktif, cepat jenuh dan kurang mengembangkan konsep. Penelitian ini menggunakan pendekatan saintifik sebagai terobosan baru dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran IPS di sekolah dasar. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan saintifik. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri Cijambe 4 Kecamatan Ujungberung Kota Bandung dengan jumlah siswa 32 orang. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model John Elliot yang mengacu pada tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Teknik pengumpulan data menggunakan pedoman observasi, catatan lapangan, lembar wawancara dan lembar evaluasi. Analisis data berupa kualitatif, kuantitatif, dan triangulasi. Temuan penelitian siklus kesatu pada keterampilan pemecahan masalah, kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, dan membuat solusi masih rendah. Nilai hasil belajar siswa pada evaluasi masih rendah. Siklus kedua, kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, dan membuat solusi lebih baik dari siklus sebelumnya. Nilai hasil belajar siswa pada evaluasi mengalami kemajuan. Siklus ketiga, kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, dan membuat solusi meningkat dari siklus sebelumnya. Nilai hasil belajar siswa pada evaluasi meningkat. Hal ini terlihat pada rata-rata nilai keterampilan pemecahan masalah siswa pada siklus I sebesar 48,12, siklus II sebesar 56, 63, dan siklus III sebesar 72,67. Sedangkan nilai rata-rata nilai hasil belajar siswa yaitu siklus I sebesar 53,64, siklus II sebesar 66,80, dan siklus III sebesar 74,28. Dengan demikian, maka pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu penulis merekomendasikan pendekatan saintifik kepada para guru dan peneliti lain, yang berniat melanjutkan penelitian ini diharapkan untuk memperhatikan tahapan-tahapan pendekatan saintifik agar pelaksanaan pembelajaran terlaksana dengan optimal. Kata kunci : Pendekatan Saintifik, Keterampilan pemecahan masalah
Mahasiswa Penulis Penanggung Jawab1 Pembimbing 1 Penulis Penanggung Jawab2 Pembimbing 2 Penulis Penanggung Jawab3
Rudy Raharjo Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa dalam Pembelajaran IPS di Kelas IV Sekolah Dasar Abstract. This research has background of the low of skill of the students ti the problem solving in Sosial Sciences. It‟s happened because the students are not too active, getting surfeited and less in expand the concept. This research uses scientific approach as a new way to increase the skill of student‟s problem solving to the Sosial Sciences in an elementari school. The pupos of this research is increasing problem solving and the student‟s result of the study in Sosial Scieces using scientific approach. This research is done to the students of class four SD Negeri Cijambe 4 Kecamatan Ujungberung Bandung City with the amount of the students are thirty two. The class action research uses Jhon Elliot model which refers to three cycle and in each cycle consist of three action. The technique of data collecting uses observation, field note, interview and evaluation. The data analyze is qualitative, quantitative, and triangulation. The finding of the first cycle to the skill of problem solving, the ability of the students in identification the problem, analyze the problem, and making solution are still low. The score of the result of the study in evaluation is still low. The second cycle, the ability of the students in identification the problem, analyze the problem, and making solution are getting better than the cycle before. The score of the result of the study in evaluation is getting progress. In the third cycle, the ability of the students in identification the problem, analyze the problem, and making solution are increase from the cycle before. The score of the result of the study in evaluation is getting increase. It can be looked at the mean of the score of the student‟s skill in problem solving in the first cycle is 48,12, the second cycle is 56,63, and the third cycle is 72,67. While the score of the result of of the study are in the firt cycle is 53,64, in the second cycle is 66,80, and the third cycle is 74,28. So, scientific approach in Social Sciences can increase the student‟s skill in problem solving and the student‟s result of of the study. Because of that, the writer sugests to apple the scietific approach to the teachers as an alternative way to increase the process and the student‟s result of the study in an Elementary School. Kata kunci : Scietific approach, problem solving
Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam mengembangkan berbagai potensinya secara optimal, baik dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spritual, sesuai dengan tahap perekembangan serta karakteristik lingkungannya. Di era globalisasi ini menuntut pendidikan untuk lebih menekankan proses pengembangan kemampuan berpikir dan berkomunikasi. Menurut Trilling & Fadel (dalam Abidin, 2014, hlm. 9) menjelaskan bahwa keterampilan yang harus dimiliki peserta didik dalam menghadapai tantangan pendidikan di masa yang akan datang, yakni kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi, dan kemampuan untuk berkreativitas dan berinovasi.
Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu sesuai tuntutan abad ke-21, dibutuhkan upaya untuk mempersiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang mampu berkompetisi secara global. Peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan dasar sangat penting. Hal ini dikarenakan sekolah dasar sebagai satuan pendidikan berfungsi dalam memberikan dasar-dasar yang kuat bagi pengembangan kepribadian peserta didik, pengembangan potensi dan kemampuan dasar untuk dikembangkan kejenjang pendidikan berikutnya. Salah satu mata pelajaran yang dikembangkan di jenjang pendidikan dasar (SD) adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar sebagai salah satu program pendidikan yang mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang dimilki peserta didik agar berguna bagi
Nama Jurnal Vol. ... No. ... JUNI 2015 1-12 dirinya serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari didalam masyarakat. Tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar tidak hanya sekedar memberi bekal pengetahuan dasar peserta didik untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, namun yang terpenting adalah pemberian mata pelajaran IPS ditujukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan peserta didik dalam mempersiapkan, dan membentuk kemampuan dasar peserta didik, serta melatih kemampuan untuk memecahkan berbagai persoalan-persoalan dalam kehidupan sosial. Menurut Balen (dalam Winataputra, dkk, 2008, hlm. 9.6) mengemukakan bahwa tujuan dari pembelajaran IPS yaitu untuk mengembangkan tiga keterampilan yang dimiliki siswa, yaitu keterampilan berpikir, keterampilan sosial dan keterampilan praktis. Keterampilan berpikir adalah kemampuan siswa untuk berpikir logis dan sistematis dalam memecahkan masalah kehidupan nyata yang terjadi di masyarakat. Keterampilan sosial adalah kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan bersosialisasi sebagai anggota masyarakat di lingkungan sosialnya. Sedangkan keterampilan praktis (psikomotor) adalah keterampilan praktis yang dikembangkan yaitu melalui keterampilan berbuat, berlatih, dan berkoordinasi alat indra serta anggota badan. Keterampilan-keterampilan tersebut akan muncul dalam diri individu siswa jika pembelajaran IPS dapat dikembangkan dengan baik dan tepat sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang diharapkan, guru memiliki peranan yang sangat penting dalam mengaktifkan siswa dalam belajar terutama keterampilan siswa dalam memecahkan suatu masalah. Dengan demikian pembelajaran IPS juga berkontribusi dalam mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan suatu masalah. Belajar memecahkan masalah ini penting, karena masalah
merupakan hal sudah biasa dihadapi peserta didik dalam kehidupan nyata, sehingga pembelajaran dikatakan berhasil sesuai tujuan apabila siswa dapat mengimplementasikan hasil belajar dalam kehidupan nyata siswa. Pada jenjang sekolah dasar terdapat berbagai bidang studi yang harus diajarkan kepada siswa salah satunya yaitu bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Adapun pandangan pengertian IPS sebagai Ilmuilmu Sosial (social sciences) merupakan ilmu yang mempelajari aspek-aspek kehidupan manusia yang dikemas dengan format terpisah sehinga melahirkan satu bidang ilmu. Marsh dan Print (dalam Al mucthar, 2007, hlm. 828) mengemukakan bahwa „menggunakan Social Sciences untuk kelompok mata pelajaran dalam kurikulum sekolah.‟ Dalam hal ini berbeda dengan pengertian pendidikan IPS (social studies), yang menekankan pola penanaman nilai-nilai kewarganegaraan serta mempelajari tentang kehidupan manusia dengan lingkungan sosialnya. Berkaitan dengan pernyataan tersebut, adapun tujuan pendidikan IPS menurut KTSP 2006 adalah sebagai berikut. 1) Melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diarahkan agar mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan. 2) Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diarahkan agar peserta didik memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, dan dapat memecahkan masalah, serta memiliki keterampilan dalam kehidupan sosial. 3) Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diarahkan agar peserta didik memiliki kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4) Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diarahkan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi, dan menjadi warga negara yang baik yang mampu bersaing di dunia global.
Rudy Raharjo Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa dalam Pembelajaran IPS di Kelas IV Sekolah Dasar Oleh karena itu, Guru harus selalu membiasakan peserta didik belajar memprediksi, mengklasifikasi, dan menganalisis dengan demikian kemampuan peserta didik dapat dikembangkan secara optimal, tidak hanya keterampilan dalam menghafal dan mengingat saja melainkan mereka juga harus dapat mengkritisi materi pembelajaran yang sudah dipelajarinya. Guru juga harus menciptakan situasi pembelajaran yang bermakna dan membuat siswa aktif, sehingga tujuan pendidikan IPS dapat tercapai secara efektif. Berikut ini pendekatan pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar yaitu pendekatan Saintifik. Pendekatan Saintifik merupakan pola pembelajaran menggali informasi melalui serangkaian aktivitas pengamatan, bertanya, percobaan, mengolah informasi, menalar, dan menyimpulkan. Berikut merupakan langkah-langkah proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, terdiri atas sebagai beikut. 1) Mengamati. Dalam kegiatan mengamati siswa fakta-fakta apa yang sudah ia simak, apa sudah ia baca, dan apa yang sudah ia lihat dan apa yang sudah ia dengar . 2) Menanya. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi pembelajaran yang sudah diamatinya. 3) Mengumpulkan Informasi. Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk membuktikan dari data fakta yang sudah didapatnya, baik dengan cara menggunakan metode eksperimen maupun dengan cara mencari informasi selain dari buku teks. 4) Menalar. Dalam kegiatan ini tujuannya untuk memperoleh kesimpulan sementara dari fakta yang ada di lapangan. 5) Menarik kesimpulan. Dalam kegiatan ini siswa baik secara mandiri maupun dalam satu kesatuan kelompok atau bersama-sama dapat menyimpulkan
materi pembelajaran, dari serangkaian kegiatan yang sudah dijalaninya. 6) Mengomunikasikan. Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah peserta didik pelajari. Berdasarkan langkah-langkah yang sudah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Saintifik yakni pola pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan serangkaian aktivitas pembelajaran keterampilan proses, seperti mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, mengomunikasikan dan menyimpulkan. Dalam pembelajarannya siswa memiliki peranan yang sangat dominan dalam melakukan aktivitas pembelajaran dibawah bimbingan dan arahan guru. Oleh sebab itu, untuk menciptakan pola pembelajaran yang efektif, guru sebaiknya merancang pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk belajar pemecahan masalah, sesuai dengan konteks kehidupan sosialnnya. Ketarampilan pemecahan masalah diantaranya melalui kegiatan mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah dan membuat solusi yang tepat terhadap permasalahan tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diambil rumusan masalah dalam penelitian (1) Bagaimana peningkatan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan pendekatan saintifik pada pembelajaran IPS di kelas IV SDN Cijambe 4 ? dan (2) Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan saintifik pada pembelajaran IPS di kelas IV SDN Cijambe 4? Tujuan Penelitian ini adalah (1) Meningkatkan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan pendekatan saintifik pada pembelajaran IPS di kelas IV SD. (2) Meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan saintifik pada pembelajaran IPS di kelas IV SD.
Nama Jurnal Vol. ... No. ... JUNI 2015 1-12
METODE Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Cijambe 4 Kecamatan Ujungberung Kota Bandung. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Caijambe 4 yang berjulah 32 orang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode PTK. Menurut pandangan Abidin (2011, hlm. 217) PTK pada dasarnya adalah penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah, mengkaji langkah pemecahan masalah itu sendiri, dan atau memperbaiki proses pembelajaran secara berulang atau bersiklus. Dari penjelasan di atas bahwa tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran di kelas. Berdasarkan tujuan tersebut dapat ditegaskan bahwa penelitian tindakan kelas sangatlah perlu dilaksanakan oleh pelaku pendidikan (guru) dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu fokus penelitian tindakan kelas adalah terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan oleh guru, kemudian diuji cobakan dan kegiatan evaluasi. Selain dari pada itu, penelitian tindakan kelas memiliki banyak manfaat untuk para pelaku pendidikan, dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas berarti guru secara sadar dan terencana melakukan refleksi atau perenungan terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukannya. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian model Elliot. Berdasarkan pelaksanaannya penelitian tindakan kelas model ini dilakukan dengan tiga siklus dan masing-masing siklus terdiri dari tiga tindakan. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen diantaranya, lembar observasi, pedoman wawancara, catatan lapangan, LKS, lembar evaluasi dan dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu LKS, evaluasi,
observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu kuantitatif, kualitatif dan triangulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Dari perencanaan siklus yang telah dibuat sebelumnya maka penellitian dilaksanakan dalam tiga siklus, yang terdiri dari tiga tindakan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan media berupa gambar, video yang ditampilkan melalui infokus. Dalam pelaksanaan tindakannya menekankan pada peningkatan keterampilan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan pendekatan Saintifik. Serta untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajara IPS pada materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Berikut merupakan hasil penelitian yang sudah dilakukan yaitu. 1. Siklus 1 Pada siklus I yaitu membahas mengenai perkembangan teknologi produksi yang terdiri dari 3 tindakan, pada tindakan 1 guru menyampaikan materi mengenai produksi pangan bidang pertanian, tindakan 2 guru menyampaikan materi mengenai produksi pertanian kol, dan tindakan 3 guru menyampaikan materi mengenai produksi pangan, pabrik mie berformalin. Berdasarkan pembelajaran pada siklus I tindakan 1, 2, dan 3 banyak temuan yang ditemukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung baik dari lembar observasi, catatan lapangan dan wawancara. Hasil temuan-temuan yang terjadi pada siklus I akan di perbaiki pada pembelajaran siklus II. Dalam kegiatan mengamati dan menanya, hanya ada beberapa siswa yang ikut berpartisipasi dalam mengamati gambar-gambar yang ditampilkan melalui infokus sehingga pada saat kegiatan tanya jawab mengenai gambar yang diamati, sebagian besar siswa tidak memahami pertanyaan-pertanyaan dari guru. Pada
Rudy Raharjo Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa dalam Pembelajaran IPS di Kelas IV Sekolah Dasar tahap mengumpulkan dan menalar, ketika akan dimulai diskusi kelompok pengaturan tempat duduk cukup menyita waktu yang terlalu lama, sehingga pada tindakan siklus selanjutnya akan diberikan arahan kembali bagaimana cara mengatur tempat duduk pada diskusi kelompok agar lebih cepat dan efisien. Keterlibatan siswa pada diskusi kelompok belum merata, karena masih banyak siswa yang bergurau dengan teman kelompoknya. Dengan demikian keterlibatan siswa dalam proses pengerjaan soal pada saat berdiskusi perlu mendapat perhatian, sehingga proses pembelajaran mencapai hasil yang maksimal. Pada tahap menyimpulkan dan mengomunikasikan keberanian siswa untuk memaparkan hasil pengerjaan LKS kelompoknya belum muncul. Untuk mengatasi masalah tersebut guru harus lebih tingkatkan lagi pendekatan kepada setiap individu, sehingga rasa takut akan berkurang. Pada kegiatan akhir kegiatan mengerjakan soal evaluasi, guru kurang memberikan motivasi dan penguatan ataupun membimbing siswa sehingga masih ada beberapa siswa yang nilainya rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut pemberian motivasi dan penguatan harus lebih ditingkatkan lagi, sehingga nilai evaluasi siswa akan lebih baik. 2. Siklus 2 Pada siklus kedua, peneliti berencana untuk lebih sering memberi penguatanpenguatan terhadap siswa sehingga siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran yang dilakukan, misalnya dengan memberikan pujian kepada siswa serta peneliti mengingtkan dan menegur siswa agar lebih fokus baik dalam mengerjakan tugak kelompok maupun individu. Berikut merupakan kegiatan yang dilakukan pada setiap tindakannya selama siklus II yitu membahas materi mengenai perkembangan teknologi komunikasi. Pada tindakan 1 guru menyampaikan materi mengenai alat komunikasi televis, tindakan 2 menyampaikan materi mengenai alat komunikasi telepon genggam atau HP dan
tindakan 3 menyampaikan materi mengenai alat komunikasi internet. Berdarkan pembelajaran pada siklus II tindakan 1,2, dan 3 banyak temuan yang ditemukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung baik dari lembar oservasi, catatan lapangan dan wawancara. Hasil temuan-temuan yang terjadi pada siklus II akan diperbaiki pada pembelajaran siklus III. Dalam kegiatan tanya jawab dengan guru, masih ada siswa yang belum ikut berpartisipasi, sehingga dalam hal ini guru harus bisa memotivasi siswa yang masih belum mengikuti kegiatan tanya jawab dengan guru. Dalam kegiatan berkelompok, keterlibatan siswa pada tahap mengumpulkan informasi dan menalar pada kegiatan diskusi kelompok hampir merata, karena masih ada dua kelompok yang belum dapat bekerja sama dengan baik. Solusi tindakan selanjutnya, disarankan tiap kelompok memberikan kesempatan kepada siswa kepada siswa yang lain untuk melaporkan hasil diskusi. Dalam tahap menyimpulkan dan mengomunikasikan, sebagian besar dari siswa sudah mulai percaya diri untuk memberi tanggapan dari pertanyaan guru. Mesikipun masih ada tiga siswa yang belum terlibat secara aktif. Untuk mengatasi masalah tersebut guru harus lebih memperhatikan dan melakukan pendekatan secara kepada siswa-siswa tersebut agar pada tindakan selanjutnya proses pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif. Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa mengerjakan soal evaluasi, pada kegiatan ini kondisi siswa sudah mulai ada peningkatan, karena sebagian besar siswa sudah mulai mengejakan soal evaluasi secara mandiri. 3. Siklus 3 Pada perencanaan ini juga peneliti akan memberikan lebih banyak penguatan kepada siswa, agar dapat mengikuti pembelajaran dengan lebih serius dibandingkan dari siklus pertama dan kedua.berikut merupakan kegiatan yang
Nama Jurnal Vol. ... No. ... JUNI 2015 1-12 dilakukan pada setiap tindakannya pada siklus III yaitu membahas materi mengenai perkembangan teknologi transportasi. Pada tindakan 1 guru menyampaikan materi mengenai dampak negatif alat transportasi darat berkaitan dengan permasalahan kecelakaan, tindakan 2 guru menyampaikan materi mengenai dampak negatif dari alat transportasi darat berkaitan dengan permasalahan polusi udara, dan tindakan 3 menyampaikan materi mengenai dampak negatif alat transportasi darat berkaitan dengan kemacetan kendaraan. Berdasarkan pembelajaran pada siklus III tindakan 1, 2 dan 3 masih terdapat beberapa temuan selama kegiatan pembelajaran berlangsung baik dari lembar observasi, catatan lapangan dan wawancara. Adapun temuan-temuan yang terjadi pada siklus III adalah sebagai berikut. Pada kegiatan apersepsi siswa sudah dapat terkondisikan dengan baik, dalam kegiatan ini guru harus menyiapkan lagulagu untuk memacu semangat pada kegiatan awal pembelajaran, dalam kegiatannya lebih efektif karena sebagian besar siswa tampak antusias jika di awal pembelajaran guru mengajak bernyanyi bersama. Pada tahap mengumpulkan informasi, pada saat pembagian tempat duduk dalam kegiatan diskusi siswa sudah terlihat tidak ada keributan dan sangat efisien. Pada tahap menalar suasana yang kondisif perlu dikembangkan karena ini dapat mempengaruhi proses pembelajaran dikusi yang optimal yaitu siswa lebih bisa membangun kemampuan dirinya untuk lebih memahami materi pembelajaran. Apabila suasana kondusif dan materu pembelajaran terserap dengan baik, maka bisa dimungkinkan hasil prestasi dan keterampilan memecahkan masalah siswa pun akan baik juga. Diupayakan keterlibatan siswa pada kegiatan diskusi kelompok harus merata, dalam hal ini peran guru sangat menentukan dalam memahami karakteristik setiap siswanya, baik dari segi akademis, sifat dan sikap
siswa. Hal yang perlu dilakukan oleh guru diantaranya adanya pendekatan pada siswa, ini dimaksudkan agar diskusi kelompok dapat berlangsung secara tertib dan berjalan dengan lancar. Selain itu juga guru harus selalu membimbing jalannya diskusi kelompok, sehingga apabila ada kelompok yang merasa kebingungan dan kesulitan guru bisa membantunya. B. Pembahasan Berdasarkan tindakan yang sudah dilaksanakan dalan setiap siklus yang terdiri dari tiga tindakan, mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam setiap siklusnya. Dalam penelitian siklus I membahas materi mengenai perkembangan teknologi produksi. Pada siklus II membahas materi mengani perkembangan teknologi komunikasi. Dan pada siklus III membahas materi mengenai perkembangan teknologi transportasi. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan Saintifik untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan hasil belajar siswa. Pada pelaksanaan siklus I masih banyak ditemukan kendala yang mengakibatkan permasalahan dalam kegiatan pembelajaran. Namun demikian, permasalahan tersebut semakin berkurang melalui perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh peneliti baik pada siklus II, yang kemudian diperbaiki kembali ada siklus III. 1. Peningkatan Pemecahan Masalah Pembelajaran menggunakan pendekatan Saintifik merupakan pola pembelajaran yang menuntut siswa untuk terlibat dalam serangkaian kegiatan keterampilan proses, sehingga dalam pembelajarannya mengarahkan siswa untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Hal ini senada dengan pendapat Sanjaya (2008, hlm. 162) bahwa „pengalaman belajar pemecahan masalah merupakan pengalaman belajar yang kompleks, karena memerlukan kemampuan nalar untuk menangkap berbagai aturan
Rudy Raharjo Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa dalam Pembelajaran IPS di Kelas IV Sekolah Dasar atau hukum yang berkenaan dengan masalah yang ingin dipecahkan.‟ Terkait dengan pendapat di atas bahwa nilai keterampilan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar dengan menggunakan pendekatan Saintifik pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Adapun nilai proses dalam keterampilan memecahkan masalah siswa yaitu mengidentifikasi permasalahan, menganalisis permasalahan dan membuat solusi terhadap permasalahan. Dalam proses mengidentifikasi permasalahan dilakukan pada kegiatan menanya, dalam proses menganalisis masalah dan membuat solusi dilakukan dengan cara belajar berkelompok dengan mengerjakan LKS. Perolehan nilai proses dalam keterampilan memecahkan masalah pada siklus I, II, dan III, dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-rata Indikator Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa Siklus I, II, dan III Berdasarkan gambar di atas, perolehan nilai rata-rata keterampilan memecahkan masalah siswa pada siklus I, II dan III mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata indikator mengidentifikasi masalah diperoleh 14,1. Nilai rata-rata pada indikator menganalisis masalah diperoleh 17,7. Nilai rata-rata pada indikator membuat solusi diperoleh 16,2. Pada siklus II nilai rata-rata indikator mengidentifikasi masalah diperoleh 18,66 mengalami peningkatan sebesar 4,53dari siklus sebelumnya. Nilai rata-rata pada
indikator menganalisis masalah diperoleh 18,96 mengalami peningkatan sebesar 1,26 dari siklus sebelumnya. Nilai rata-rata pada indikator membuat solusi diperoleh 18,86 mengalami peningkatan sebesar 2,66 dari siklus sebelumnya. Pada siklus III nilai rata-rata indikator mengidentifikasi masalah diperoleh 23,2 mengalami peningkatan sebesar 4,54 dari siklus kedua. Nilai ratarata pada indikator menganalisis masalah diperoleh 25,3 mengalami peningkatan sebesar 6,34 dari siklus kedua. Nilai ratarata pada indikator membuat solusi diperoleh 24,3 mengalami peningkatan sebesar 5,64 dari siklus kedua. Berkaitan dengan apa yang sudah dikemuakakan di atas, maka ditegaskan bahwa penggunaaan pendekatan Saintifik dapat meningkatkan nilai proses dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar. Adapun nilai rata-rata keterampilan memecahkan masalah siswa dari setiap siklus dapat digambarkan sebagi berikut.
Gambar 4.2 Grafik Nilai Rata-rata Keterampilan Memecahkan Masalah Siswa Siklus I, II, dan III Berdasarkan gambar di atas, maka dapat diperoleh bahwa penggunaan pendekatan Saintifik dalam pembelajaran IPS sekolah dasar dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa, hal ini terbukti dari peningkatan nilai ratarata keterampilan memecahkan masalah siswa yang cukup signifikan. Terlihat dari nilai rata-rata pada siklus I adalah 48,12, pada siklus II adalah 56,63, pada siklus III adalah 72,67.
Nama Jurnal Vol. ... No. ... JUNI 2015 1-12 Terkait dengan apa yang sudah dipaparkan di atas maka dapat diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata keterampilan memecahkan masalah siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal ini terlihat dari siklus I dan siklus II yakni mengalami kenaikan sebesar 8,51. Sedangkan peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada siklus III yaitu sebesar 16,04. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan Saintifik dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran IPS, mengenai materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Terkait dengan penjelasan tersebut diperoleh bahwa siklus I nilai rata-rata indikator yang paling tinggi adalah proses menganalisis masalah, nilai rata-rata indikator paling rendah diperoleh pada indikator mengindentifikasi masalah dan membuat solusi. Pada kegiatan pembelajaran siklus I ditemukan beberapa permasalahan diantaranya berkaitan dengan nilai keterampilan memecahkan masalah siswa yang meliputi proses menganalisis masalah, yang diawali kegiatan pengamatan terlihat beberapa siswa yang tidak ikut berpartsipasi dalam kegiatan pengamatan. Kegiatan ini sanagat penting untuk menunjang kegiatan pembelajaran selanjutnya, karena melalui kegiatan ini siswa dapat menemukan konsep-konsep yang dapat mengembangkan pemahamannya terhadap materi yang sedang dipelajarinya. Hal ini sejalan dengan teori Bruner (dalam Komalasari, 2013, hlm. 21) yang menyatakan bahwa „proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan pemahaman melalui contohcontoh yang ia jumpai dalam kehidupannya‟. Selain dari pada itu ditemukan permasalahan lain yakni pada kegiatan
menalar, siswa belajar secara berkelompok untuk mengembangkan konsep awal yang sudah dimilikinya melalui kegiatan mengamati dan menanya. Pada pelaksanannya sebagian besar siswa belum bisa beradaptasi dengan teman sekelompoknya. Pada kegiatan ini siswa belum mampu menentukan apa itu masalah, bagaimana mengidentifikasi permasalahan tersebut dan bagaimana membuat solusi dari permasalahan tersebut. Sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung dengan kurang aktif. Dalam kegiatan berkelompok siswa diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan berdiskusi dan curah pendapat dengan teman sekelompoknya untuk mengindentifikasi dan menemukan jawaban dari suatu permasalahan. Dalam hal ini siswa belajar secara berkelompok, yang diawali dengan adanya suatu masalah dan diarahkan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang tepat. Sehingga melalui kegiatan ini, dapat melatih siswa agar terampil dalam memecahkan masalah baik dilakukan secara individu maupun secara berkelompok. Hal ini diperkuat oleh pandangan Gervasoni dan Taplin (dalam Halimah, 2013, hlm. 268) menyatakan bahwa „pola pembelajaran yang efektif ialah pola pembelajaran yang melatih siswa mencari pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir krits dan kreatif.‟ Pada pelaksanaan siklus II, peneliti berupaya memperbaiki kekurangan yang terdapat pada siklus I. Sehingga dalam proses pembelajaran menunujukan hasil yang cukup baik. Pada siklus II nilai ratarata indikator yang paling tinggi pada proses menganalisis masalah. Sedangkan nilai rata-rata indikator pada proses mengindentifikasi masalah dan membuat solusi masih sedikit lebih rendah. Namun demikian, peneliti menemukan permasalahan pada kegiatan pembelajaran siklus II, meskipun kegiatan pembelajaran dalam siklus II sudah menunujukan hasil yang cukup baik. Adapun kegiatan
Rudy Raharjo Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa dalam Pembelajaran IPS di Kelas IV Sekolah Dasar pembelajaran yang harus ditingkatkan prosesnya yaitu pada kegiatan mengamati dan menanaya, meskipun pada kenyatannya kegiatan ini terjadi peningkatan. Pada kegiatan ini siswa sudah mulai terlibat dalam kegiatan mengamati. Pada kegiatan menanya siswa sudah mulai percaya diri dalam menaggapi pertanyaan dan memberi pertanyaan. Selain dari pada itu kegiatan pembelajaran yang harus ditingkatkan pada prosesnya yaitu pada kegiatan mengumpulkan informasi, dalam belajar berkelompok terlihat keterlibatan siswa dalam kegiatan ini sudah mulai merata. Hal ini sejalan dengan teori Vygotsky (dalam Komalasari, 2013, hlm. 22) bahwa „perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumbersumber sosial di luar dirinya.‟ Pada kegiatan menalar, terlihat siswa sudah mulai beradaptasi dengan belajar secara berkelompok dan mampu menentukan apa itu masalah, bagaimana cara mengidentifikasi permasalahan tersebut dan bagaimana membuat solusi dari permasalahan tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Sanjaya (2008, hlm.162) menjelaskan bahwa pengalaman belajar pemecahan masalah merupakan pengalaman belajar yang kompleks, karena memerlukan kemampuan nalar untuk menangkap berbagai aturan atau hukum yang berkenaan dengan masalah yang ingin dipecahkan.‟ Pada pelaksanaan siklus III, peneliti juga berupaya untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat pada siklus II. Pada siklus III diperoleh nilai rata-rata indikator keterampilan memecahkan masalah siswa terjadi peningkatan yang signifikan. Namun demikian, peneliti berupaya untuk selalu memperbaiki dari setiap tindakannya. Pada kegiatan pembelajaran siklus III, ada beberapa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Saintifik yang harus ditingkatkan, diantaranya kegiatan mengamati. Dalam kegiatan ini masih ada
siswa yang tidak fokus dalam melakukan kegiatan pengamatan objek yang guru tampilkan melaui infokus. Kegiatan sangat penting untuk membangun pengentahuan awal siswa untuk mengembangkan kemampuan menalar siswa. Hal ini senada dengan pendapat menurut Piaget (dalam Komalasari, 2013, hlm. 19) bahwa „seorang individu memperoleh kecakapan intelektual, pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang ia lihat sebagai suatu fenomena baru sebagai pengalaman dan persoalan.‟ 2. Hasil Belajar Dalam penelitan ini peneliti tidak hanya memperoleh data nilai proses saja, melainkan juga mengukur hasil belajar siswa dari serangkaian kegiatan yang sudah silaknakan dalam beberapa siklus. Terkait dengan apa yang sudah dipaparkan di atas, bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan Saintifik juga mengalami suatu peningkatan pada hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa yang meningkat dari setiap siklusnya. Adapun nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dari beberapa siklus dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.3 Grafik Rata-rata Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I, II, dan III Berdasarkan gambar diatas, maka dapat dilihat bahwa penggunaan pendekatan Saintifik dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini terbukti dari peningkatan hasil belajar siswa yang cukup
Nama Jurnal Vol. ... No. ... JUNI 2015 1-12 signifikan. Terlihat dari rata-rata nilai hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 53,64, pada siklus II adalah 66,80, dan pada siklus III adalah 74,28. Terkait dengan apa yang sudah dipaparkan di atas maka dapat dimaknai bahwa rata-rata nilai hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal ini terlihat dari siklus I dan siklus II yakni mengalami kenaikan sebesar 13,16. Sedangkan peningkatan terjadi pada siklus III yaitu sebesar 7,48. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan Saintifik dapat meningkatkan proses belajar maupun hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di sekolah dasar. Hal itu dapat dibuktikan dari peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik nilai proses maupun nilai hasil belajar siswa dari setiap siklusnya. Peningkatan proses belajar dalam keterampilan pemecahan masalah yang meliputi aspek mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, dan membuat solusi terhadap suatu masalah. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa di peroleh dari hasil evaluasi siswa. Terjadinya peningkatan hasil yang diperoleh siswa tersebut karena peneliti melakukan suatu perbaikan secara bertahap dari beberapa kekurangan pada setiap siklusnya. Perbaikan yang dilakukan oleh peneliti yaitu secara menyeluruh baik dalam proses pembelajaran maupun nilai hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Lieung (2014), dengan judul penelitian “Pendekatan Scientifik untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada pembelajaran tematik integreted kurikulum 2013.” Menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa meningkat dalam setiap siklusnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan kesimpulan sebagai berikut.
1.
2.
Proses pembelajaran IPS pada materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi dengan menggunakan pendekatan Saintifik dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa. Peningkatan keterampilan pemecahan masalah siswa, meliputi aspek mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah dan membuat solusi terhadap suatu masalah. Pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan aktivitas keterampilan proses dapat memberikan kontribusi positif terhadap pembelajaran IPS dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang membuat siswa pasif dan tidak dapat mengembangkan potensi dan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang ada dalam dirinya. Hal ini ditunjukan dari adanya peningkatan rata-rata setiap siklusnya. Rata-rata keterampilan pemecahan masalah yang diperoleh siswa dalam pembelajaran IPS sekolah dasar dengan menggunakan pendekatan Saintifik yaitu pada siklus I sebesar 48,12, pada siklus II sebesar 56,63, dan siklus III sebesar 72,67. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan Saintifik pada materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi, mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi yang dilakukan pada setiap siklusnya yang menunjukan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran. rata-rata hasil yang diperoleh siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan Saintifik yaitu pada siklus I sebesar 53,64, pada siklus II 66,80 dan pada siklus III sebesar 74,28.
Rudy Raharjo Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa dalam Pembelajaran IPS di Kelas IV Sekolah Dasar DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2011). Penelitian Pendidikan dalam Gamitan Pendidikan Dasar dan PAUD. Bandung : Rizqi Press. Abidin, Y. (2013). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung : Refika Aditama. Halimah, L. (2013). Sikap Profesional Guru dan Keterampilan Dasar Mengajar. Bandung : Rizqy Press. Komalasari, K. (2013). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama. Mohammad Ali, dkk. (2007). Ilmu Pendidikan dan Aplikasi Pendidikan. Bandung : Pedagogiana Press. Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Winasaputra, U. S. (2008). Materi dan Pembelajaran IPS SD. Universitas Terbuka.