PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK PENDIDIKAN JASMANI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN SISWA SEKOLAH DASAR Ayi Suherman1 Email:
[email protected] Abstrak Salah satu upaya memperbaiki pengelolaan pembelajaran pendidikan jasmani melalui pendekatan saintifik yang memberi kesempatan yang luas kepada siswa untuk berfikir secara kritis, analisis dan tepat dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pembelajaran siswa sekolah dasar. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas(PTK) kolaboratif. Teknik pengumpulan data menggunakan catatan lapangan, lembar wawancara, lembar pengamatan, dan kamera foto. Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN Jatihurip Kecamatan Sumedang Utara dengan subjek yang diteliti siswa kelas VI berjumlah 35 siswa. Hasil penelitian meliputi perencanaan, kinerja guru, aktivitas siswa, hasil belajar siswa. Pada siklus 1, aspek perencanaan mencapai 74,16%, aspek kinerja guru mencapai 68,33%, aspek aktivitas siswa mencapai 42.10% dari keseluruhan target 90% dan aspek hasil belajar yang dinyatakan tuntas 47,38% dari target 90%. Pada siklus ke 2 aspek perencanaan mencapai 88,83%, aspek kinerja guru mencapai 89,16%, aspek aktivitas siswa mencapai 55, 26% dan aspek hasil belajar yang dinyatakan 87.57meskipun belum mencapai target 90%. Pada siklus ke3, aspek perencanaan hanya mencapai 97,75%, aspek kinerja guru hanya mencapai 99,16%, aspek aktivitas siswa menunjukkan hasil 97.36% dan aspek hasil belajar yang dinyatakan tuntas mencapai 94,73% melampai target 90%. Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan pendekatan pembelajaran saintifik pendidikan jasmani dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kata Kunci: Pendekatan Pembelajaran, saintifik Penjas, hasil pembelajaran dan kurikulum 2013.
PENDAHULUAN Berdasarkan hasil observasi di lapangan ternyata sebagian besar siswa sekolah dasar dalam mengikuti pembelajaran Penjas banyak memiliki hambatan yang berasal dari tindakan guru yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran malahan mendatangkan kerugian secara psikologis terhadap siswa. Seharusnya guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran bukan menjadi eksekutor pembelajaran yang bertindak menentukan arah kegiatan belajar siswa tanpa memperhitungkan kemampuan siswa. Sehingga siswa tidak berdaya karena guru selalu memperdaya siswa dalam semua kegiatan belajar mereka. Pendekatan scientifik dalam pembelajaran Pendidikan jasmani menempati posisi yang sangat urgens sebagai sebuah pendekatan yang harus dikuasai oleh guru pendidikan jasmani di sekolah dasar. Pendekatan pembelajaran ini digunakan dalam mata pelajaran pendidikan jasmani yang harus diberikan kepada siswa khususnya siswa SD bahkan sejak kelas I hingga kelas VI. Pada saat guru menyampaikan informasi bahwa pembelajaran pada hari ini adalah pelajaran Penjas, maka reaksi siswa nampak keengganan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran Penjas. Hal ini ternyata sebagai akibat dari kurang inovatif dan kreativitas para guru Penjas dalam mengemas model serta strategi pembelajaran sehingga membuat siswa kurang senang belajar Penjas. 1
Dosen UPI Kampus Sumedang Ayi Suherman: Penerapan Pendekatan Saintifik Pendidikan Jasmani
45
Tujuan pembelajaran Penjas mengharapkan setiap siswa memiliki kemampuan bergerak yang harmonis sesuai dengan kebutuhan anatomi tubuh. Seperti tertuang dalam kurikulum bahwa kompetensi dasar yang ingin dicapai dari pembelajaran Penjas agar siswa mampu menguasai, melakukan dan memahami berbagai variasi gerak dasar dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi dan nilai-nilai yng terkandung didalamnya. Melalui pendekatan pembelajaran Scientifik diharapkan siswa menjadi termotivasi untuk mau mengikuti pelajaran Penjas dengan baik karena di dalam pendekatan pembelajaran saintifik terdapat permasalahan secara rinci bagaimana menyusun perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, kinerja guru dalam pembelajaran saintifik serta aktivitas dan hasil pembelajaran pendidikan jasmani. TINJAUAN TEORETIS Berdasarkan kajian teori bahwa proses pembelajaran Pendidikan jasmanimemerlukan pemiliahan metode, strategi, model dan pendekatan yang tepat. Melalui pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat yang dikembangkan pengajar maka diharapkan terlaksananya proses komunikasi antara guru dan siswa sangat interaktif. Kondisi seperti ini perlu didukung melalui pemilihan pendekatan pembelajaran yang berbeda dengan saat ini dilakukan oleh sebagian guru Sekolah Dasar. Pendekatan scientific disini pada awalnya diartikan sebagai sebuah pendekatan yang mendorong siswa berfikir kritis, analisis dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah dalam mengaplikasikan materi pembelajaran (Joyce dan Weil, 1996). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan scientific para siswa aktif dan kreatif mencari informasi yang berkaitan dengan pembahasan materi pembelajaran. Media yang dapat digunakan antara lain menggunakan teknologi informasi seperti mendownload dari internet yang banyak tersedia disekitar lingkungan siswa. Pembelajaran seperti ini ke depan akan terus mengalami perkembangan yang pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan teknis operasional para pemakainya, namun berfungsi bagi pengembangan unsur sosial di samping perubahan ruang, sasaran kajian sehingga kesan teknologi informasi adalah bidang kajian kurang menyentuh unsur humaniora kurang beralasan. Pendekatan scientifik pun akan mendorong dan menginsfirasi siswa mampu memahami, menerapkan, mengembangkan pola berfikir yang rasional dengan objektif dalam merespon materi pembelajaran (Trilling dan Fadel, 2009). Dalam pembelajaran Pendidikan jasmani dikembangkan penalaran secara argumentatif sehingga siswa belajar mengemukakan pendapat dan ide terhadap bahan ajar yang disajikan dosen. Pengembangan ide-ide siswa harus difasilitasi dosen, sehingga konsep, teori dan fakta yang diperjelas melalui kasus dapat dengan mudah dipahami siswa. Pembelajaran Scientifik dalam pembelajaran Pendidikan jasmani melibatkan wawasan keinginantahuan mengapa (ranah sikap), keinginantahuan bagaimana (ranah keterampilan) dan keinginantahuan apa (ranah kognitif), keseluruhan kompetensi bersifat afektif, psykomotor dan afektif (Seels dan Richey, 1994). Pemanfaatan berbagai informasi sebagai media pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media masa termasuk internet. Fasilitas multi media yang dimiliki lembaga termasuk perpustakaan online dapat mendistribusikan bahan pelajaran menjadi lebih jelas, lengkap, singkat dan mudah melalui kombinasi elemen gambar, animasi, bunyi dan teks. Melalui e-learning dapat diekspresikan bahan uraian yang komplek menjadi lebih menarik dan mudah difahami dan dilaksanakan. Vriens (2004) menyumbangkan saran ada empat langkah yang mesti dilakukan guru Pendidikan jasmani dalam menerapkan pendekatan pembelajaran Scientific, yaitu: 1) 46 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016
Melakukan pengamatan, 2) Pemberian pertanyaan, 3) Mencoba penalaran, 4) Pemberian percobaan, dan 5) Melakukan jejaring. Pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar berorientasi pada pertumbuhan dan perkembangan anak, memupuk kesenangan dan minat terhadap olahraga, menyalurkan hasrat bergerak, membina dan memelihara kebugaran jasmani dan mengisi waktu luang yang dimanfaatkan secara positif (Depdiknas, 2013). Tujuan pembelajaran pendidikan jasmani tersebut mengisaratkan kepada pendidik bahwa mengelola pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah lanjutan. Pemahaman terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, setiap pengajar dan pendidik berusaha untuk mnanamkan terhadap anak didik untuk mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, kemampuan bekerja keras, berbagai keterampilan dasar, bersikap jujur dan berdisiplin. Berdasarkan kajian bentuk-bentuk pendekatan pembelajaran scientifik melalui pemanfaatan berbagai sumber belajar, maka pembelajaran Pendidikan jasmani dapat dilakukan dengan bantuan jasa internet. Masalahnya tinggal kereativitas dan inisiatif siswa itu sendiri untuk menseleksi dan memilih bentuk pembelajaran seperti apa yang diinginkan, sebab pendekatan pembelajaran seperti ini, yang tersedia di internet begitu lengkap sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Tidak dapat dipungkiri lagi, semula proses pembelajaran Pendidikan jasmani peran dosen sangat dominan (teacher centre), namun pada era teknologi informasi sekarang ini bergeser dimana peran siswa lebih aktif sebagai subjek pembelajaran. Oleh karena itu, materi pembelajaran pembelajaran ini dapat dilakukan secara online, siswa belajar mengekplorasi, berdiskusi, berkonsultasi, melakukan penugasan bagaimana belajar menelaah sejumlah bahan ajar yang benar. Dalam model pembelajaran seperti ini tidak lagi menganggap dosen sebagai satu-satunya sumber belajar utama, akan tetapi siswa belajar mengakses materi belajar melalui fasilitas internet dan aktif sendiri melakukan belajar mandiri, namun ketika ada kesulitan dapat mendiskusikannya. Model pembelajaran seperti ini tidak ada ruang kelas khusus atau ruangan terbuka, maka strategi ini dikatagorikan virtual learning, virtual classroom atau virtual campus (Somekh, 1997). METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan metode classroom action research kolaboratif (Elliot, 1993). Pemilihan metode ini berdasarkan pada kebersediaan guru dan siswa untuk diteliti disamping kelengkapan fasilitas pendidikan jasmani yang ada di SD tersebut. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani dan siswa kelas VI SD Jatihurip kabupaten Sumedang yang berjumlah 35 orang terdiri 18 siswa putra dan 17 siswa putri tahun ajaran 2014/2015. Pemilihan siswa kelas VI SD Jatihurip dikarenakan memiliki karakteristik kemampuan menerima materi pelajaran pendidikan jasmani sesuai kurikulunm 2013. Lokasi SDN Jatihurip di Blok F nomor 21 Perumahan Jatihurip desa Mulyamekar kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. Waktu penelitian tindakan kelas ini berlangsung pada semester genap mulai bulan juli sampai oktober tahun 2014. Berdasarkan pendekatan penelitian tindakan kelas, alat pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara dan tes hasil belajar pendidikan jasmani. Teknik observasi terhadap perencanaan pembelajaran melalui Alat Penilaian Kinerja Guru (IPKG1), sedangkan observasi terhadap kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran digunakan Alat Penilaian Kinerja Guru (APKG2). Hasil data yang telah terkumpul berupa data kualitatif dan data kuantitatif kemudian dianalisis berdasarkan analisis kualitatif dan kuantitatif. Data dikelompokan berberbentuk kualitatif diolah secara deskriftif naratif, sedangkan data berbentuk kuantitatif dianalisis secara statistik non parametrik. Ayi Suherman: Penerapan Pendekatan Saintifik Pendidikan Jasmani
47
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian yang menunjukkan perencanaa, kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran, aktivitas belajar siswa dan hasil belajar terungkap dakam tabel berikut ini: Tabel 1 Pesentasi Keberhasilan Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Saintifik Pada Setiap Siklus Hasil penelitian Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Rata-Rata Perencaan Pem 73,16 88.83 97.75 Kinerja guru 68.33 89.16 99.16 Aktivitas Siswa 42.11 55.26 97.36 Hasil Belajar 47.38 68.38 94.73 Rata-Rata Berdasarkan data tersebut nampaknya implementasi pendekatan pembelajaran saintifik dalam pendidikan jasmani dari siklus ke siklus terdapat peningkatan yang signifikan yang disebabkan adanya perbaikan pada setiap siklus baik pada tahap perencanaan, kinerja guru, aktivitas siswa maupun hasil belajar dan pada akhirnya ketercapaian tujuan pembelajaran. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penerapan pendekatan pembelajaran saintifik dapat meningkatkan kemampuan siswa. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini sejalan dengan pandangan Weinbaum, etal. (2004) yang menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses membangun makna dari informasi baru dengan menggunakan kerangka kerja konseptual. Proses memahami informasi faktual dalam kerangka konseptual memungkinkan siswa untuk mengambil, mengatur, dan mempertahankan informasi baru tersebut. Ketika informasi faktual dipelajari tanpa kerangka kerja konseptual yang jelas, berbagai informasi yang dipelajari tersebut biasanya dilupakan dalam waktu singkat. Keberhasilan penelitian ini sejalan pula dengan sistematika pembelajaran yang terpadu dan utuh. Hal ini sejalan dengan perencanaan pendekatan pembelajaran saintifik dalam pendidikan jasmani secara bertahap mulai tahap mengamati, bertanya, mendiskusikan, mencobakan sampai membuat jejaring untuk dapat menyimpulkan (Kuhlthau, Maniotes, &Caspari, 2007). Tahap pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kinerja guru dan aktivitas siswa melalui pendekatan saintifik mengalami peningkatan dari siklus ke siklus, hal ini disebabkan sikap kritis dan kreativitas dari subjek pembelajaran dalam tahapan kegiatan pemanasan, inti, dan penutup (Barringer, etal. (2010)). Hasil belajar pendidikan jasmani pada setiap siklus mengalami peningkatan melalui pendekatan saintifik dikarenakan siswa bertambah wawasan pengetahuan tentang beragam permainan, kemampuan gerak dasar permainan bertambah keterampilan dan semakin membaik sikap dan perilaku dalam perkataan dan perilaku sehari-hari. Peningkatan sikap dan perilaku serta kemampuan siswa sebagai dampak penerapan pendekatan pembelajaran saintifik sejalan dengan pendapat Seels dan Richey (1994) bahwa pembelajaran saintifik dalam pembelajaran Pendidikan jasmani melibatkan wawasan keinginantahuan mengapa (ranah sikap), keinginantahuan bagaimana (ranah keterampilan) dan keinginantahuan apa (ranah kognitif), keseluruhan kompetensi bersifat afektif, psykomotor dan afektif. Hal ini memperkuat pula pandangan Creswell (2012: 3) yang menyatakan bahwa melalui kinerja penelitian seseorang akan mampu mengembangkan kemampuan pemahaman, kemampuan berargumentasi, dan kemampuan memecahkan 48 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016
masalah praktis. Ketiga kemampuan ini pada dasarnya sejalan dengan tiga ranah tujuan pembelajaran yakni kognitif, sikap, dan psikomotor. Keunggulan lain yang dilakukan melalui penerapan pendekatan saintifik adalah bahwa pendekatan ini menggunakan berbagai media. Dalam pandangan modern media yang bersifat multi modal ini akan bermanfaat bagi pengembangkan kemampuan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Rubdy (2014) yang menyatakan media pembelajaran yang rasional dan sesuai dengan kebutuhan siswa akan membentuk kemandirian dan otonomi siswa, dan mampu membantu siswa untuk mengembangkan diri. Dalam penelitian ini, pemanfaatan berbagai informasi sebagai media pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media masa termasuk internet. Fasilitas multi media yang dimiliki lembaga termasuk perpustakaan online dapat mendistribusikan bahan pelajaran menjadi lebih jelas, lengkap, singkat dan mudah melalui kombinasi elemen gambar, animasi, bunyi dan teks. Melalui e-learning dapat diekspresikan bahan uraian yang komplek menjadi lebih menarik dan mudah difahami dan dilaksanakan. KESIMPULAN 1. Hasil perencanaan pembelajaran saintifik pendidikan jasmani yang dicapai pada siklus I hanya mencapai 74,16% dari target 90%, sehinga diperlukan perbaikan pada siklus II. Pada hasil perencanaan pembelajaran siklus II meningkat menjadi 88,83% tetapi belum mencapai target 90%, maka dari itu masih perlu perbaikan pada siklus III. Pada siklus III hasil perencanaan pembelajaran sudah meningkat melebihi target yaitu mencapai 97,75% dari target 90%. 2. Pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kinerja guru mengalami peningkatan pada setiap siklus. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari persentase setiap siklusnya selama menerapkan pembelajaran saintifika. Pada siklus I pelaksanaan kinerja guru hanya mencapai 68,33% dari target 90%. Pada siklus II pelaksanaan kinerja guru mengalami peningkatan menjadi 89,16%, akan tetapi belum mencapai target yang telah ditentukan. Pada siklus III pelaksanaan kinerja guru meningkat menjadi 99,16% dari target 90%. Jadi dapat dikatakan bahwa pelaksanaan kinerja guru siklus III sudah mencapai bahkan melebihi target. 3. Penerapan pendekatan pembelajaran saintifik pendidikan jasmani aspek yang dinilai dalam aktivitas siswa adalah sportivitas, kerjasama dan semangat. Kesemua aspek tersebut mengalami peningkatan disetiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang memperoleh hasil baik sekali hanya mencapai 42,10% dari target 90%. Pada siklus II dengan menggunakan pembelajaran saintifik siswa yang memperoleh hasil baik sekali hanya mencapai 81,57% dari target 90%. Pada siklus III dengan aktivitas siswa mengalami peningkatan menjadi 97,36% dari target 90%. Jadi dapat diketahui bahwa aktivitas siswa pada pembelajaran chest pass sudah mencapai bahkan melebihi target. 4. Hasil belajar meliputi sikap awal, pelaksanaan, dan sikap akhir. Pada siklus I hasil belajar siswa yang tuntas hanya mencapai 47,38% dari target 90%. Pada siklus II mengalami peningkatan siswa yang tuntas menjadi 68,42% dari target 90%. Pada siklus III mengalami peningkatan siswa yang tuntas menjadi 94,73% dari target 90%. Dengan demikian hasil belajar siswa pada pembelajaran pendidikan jasmani sudah mencapai bahkan melebihi target. DAFTAR PUSTAKA Barringer, M.D., et al. (2010) Schools for All Kinds of Minds: Boosting Student Success by Embracing Learning Variation. Alexandria: ASCD. Ayi Suherman: Penerapan Pendekatan Saintifik Pendidikan Jasmani
49
Cresswell, J.W.(2012). Educational Research: Planning, Conductiong, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New York: Pearson Merril Prentice Hall. Departemen Pendidikan Nasional. (2013). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: BSNP Elliot, J. (1993) Action Research for Educational Change. Philadelphia: Open University Press. Joyce, B. and Weil, M. (l996). Model of Teaching. Englewood Clifs. New Jersey: Prentice HallInc. Kuhlthau, C. C., Maniotes, L. K., dan Caspari, A. K. (2007) Guided Inquiry: Learning in The 21st Century. London: Libraries Unlimited. Rubdy, R. (2014) Selection of Materials dalam B. Tomlinson. Developing Materials for Language Teaching.London: Bloomsbury Academic. Seels, B. B. and Richey, R. C. (1994). Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya. Washington DC. Association for Educational Communication and Technology. Someks, B. and Davis, N. (1997). Using Information Technology Efectively in Teaching and Learning, Study In Pre Service and In Service Teacher Educational. London and New York 11. New Fetter Lane in the USA. Trilling, B. & Fadel, C. (2009) 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times. San Francisco: Jossey-Bass A Wiley Imprint. Vriens, D. (2004). Information and Communication For Competitive Intelegence. University of Nijmegen The Netherland, Idea Grouf Publishing. Weinbaum, A., et al. (2004)Teaching as Inqury: Asking Hard Questions to Improve Practice and Student Achievement. New York: Teaching College Press.
50 EduHumaniora: Vol. 8 No. 1, Januari 2016