1 I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pola konsumsi pangan pokok di Indonesia masih berada pada pola
konsumsi tunggal, yaitu beras. Tingginya ketergantungan pada beras tidak saja menyebabkan
ketergantungan
sumber
energi
yang
tinggi,
tetapi
juga
ketergantungan sumber protein yang tinggi pada komoditas ini. Mengacu pada patokan yang telah ditetapkan dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VI (1998) bahwa kecukupan protein sebesar 48 gram/kapita/hari. Pada tahun 2004, konsumsi protein sudah lebih besar dari yang dianjurkan yaitu mencapai 105,1 persen, namun sebagian besar protein yang dikonsumsi masyarakat masih berasal dari pangan nabati sebanyak 77 persen (Ariani, 2015). Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia telah memenuhi kebutuhan protein yang bersumber dari pangan nabati. Ditinjau dari aspek mutu gizi, ketergantungan yang tinggi terhadap protein nabati kurang baik karena kandungan asam amino essensial protein nabati kurang lengkap. Pangan nabati umumnya mengalami defisit beberapa asam amino yaitu Lisin, Treonin, Triptofan, Sistin, dan Metionin. Hal tersebut menjadi masalah karena
kekuranglengkapan
asam
amino
essensial
dalam
pangan
akan
menyebabkan mutu cerna (digestibility) dan daya manfaat (utilizable) protein yang dikonsumsi menjadi rendah (Muhilal dkk, 1993). Produk hasil peternakan menyediakan gizi yang baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi masyarakat luas. Pentingnya mengonsumsi pangan hewani dalam mencapai kebutuhan gizi konsumsi pangan yang baik tercermin dalam Pola
2 Pangan Harapan (PPH) (Budiar, 2000). Sasaran pencapaian kebutuhan gizi dapat tercermin oleh meningkatnya skor PPH dari 86,4 pada tahun 2010 menjadi 93,39 pada tahun 2014. Pangan hewani memiliki skor tertinggi setelah padi-padian sebagai sumber karbohidrat diantara beberapa komoditas pangan.
Hal ini
menunjukkan bahwa pangan hewani memiliki peranan strategis dalam pencapaian kebutuhan gizi konsumsi pangan yang baik. Daging, telur, dan susu merupakan produk hasil ternak yang sering dikonsumsi masyarakat. Salah satu bahan makanan yang memberikan sumbangan yang sangat besar bagi kebutuhan terhadap protein hewani adalah daging ayam. Daging ayam merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung protein hewani yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan bagi manusia. Daging ayam sangat disukai oleh masyarakat, karena daging ayam mudah dimasak dan diolah. Selain itu, daging ayam juga memiliki rasa yang enak dan dapat diterima semua golongan masyarakat serta harga yang relatif lebih murah dibandingkan daging lainnya. Salah satu komunitas masyarakat yang mengonsumsi protein hewani adalah mahasiswa. Pada umumnya, mahasiswa merupakan sekelompok individu yang termasuk dalam periode dewasa muda. Periode dewasa muda ini adalah periode peralihan dari remaja menuju dewasa. Menurut Suhardjo (1989), pada umumnya remaja mempunyai kebiasaan makan yang kurang baik. Beberapa remaja khususnya remaja putri sering mengonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak seimbang dibandingkan dengan kebutuhannya karena takut mengalami kegemukan. Sementara itu, pada periode remaja gangguan-gangguan psikologis akibat gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia, seringkali muncul.
3 Dewasa muda juga dikatakan sebagai periode seseorang untuk bekerja dan berprestasi baik fisik, mental, maupun intelektual secara maksimal. Oleh karena itu, diperlukan gizi yang tepat dan cukup untuk dapat beraktivitas sesuai dengan tugas perkembangannya. Idealnya, pada periode ini telah terbentuk ideal eating habits dan ideal body weight pada masing-masing diri individu. Individu-individu yang berbeda pada tahap usia dewasa muda memiliki aktivitas yang tinggi sehingga asupan makanan yang dibutuhkannya berbeda, begitupun halnya mahasiswa. Mahasiswa memerlukan asupan gizi yang memadai agar gizi didalam tubuh seimbang. Sesuai dengan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia, untuk energi yang dibutuhkan oleh laki-laki dan perempuan pada umur 19 hingga 29 tahun membutuhkan 2725 kkal dan 2250 kkal. Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran termasuk dalam kelompok umur tersebut dan membutuhkan kecukupan zat gizi yang berbeda. Perbedaan angka kecukupan gizi, juga dipengaruhi oleh berat dan tinggi badan, serta aktivitas yang dilakukan sehari-hari antara laki-laki dan perempuan. Adanya anjuran angka kecukupan gizi ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang setiap harinya. Pada mahasiswa kandungan gizi makanan yang dikonsumsi akan berpengaruh baik terhadap kualitas fisik maupun kualitas kecerdasan berfikirnya. Konsentrasi belajar termasuk satu hal yang erat kaitannya dengan konsumsi gizi mahasiswa. Makanan sehari-hari akan sangat menentukan kualitas kesehatan seseorang. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap individu memperhatikan makanan yang dimakan setiap hari. Kebutuhan makan juga bukan hanya untuk
4 menumbuhkan badan secara fisik tetapi juga memengaruhi kecerdasan serta kondisi psikologis seseorang. Pemenuhan kebutuhan makan selanjutnya menjadi perilaku yang bisa disebut perilaku makan. Perilaku makan merupakan tingkah laku yang dapat diamati dan dilakukan individu dalam rangka memenuhi kebutuhan makan yang merupakan kebutuhan dasar individu dan juga merupakan reaksi terhadap stimulus yang berasal dari dalam serta luar diri individu. Perilaku yang terus menerus dilakukan akan membentuk pola, yang bisa disebut pola konsumsi. Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran diduga memiliki perilaku konsumsi yang baik dalam mengonsumsi makanan terutama daging ayam broiler atau mereka akan memperhatikan faktor penting dalam mengonsumsi daging ayam.
Hal tersebut didasari karena, mahasiswa Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran mempelajari mengenai hewan ternak yang pada hasil akhirnya menjadi sumber protein bagi tubuh, juga dengan mempelajari mutu gizi dari hasil ternak.
Maka, pada dasarnya mahasiswa Fakultas Peternakan
mengetahui dan sadar akan pentingnya sumber pangan hewani bagi kecukupan gizi. Namun terkait dengan hal itu, sebagai mahasiswa yang belum bekerja dan belum memiliki penghasilan, adanya keterbatasan finansial untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap harinya masih menjadi masalah yang mendasar antara sadar gizi dan mampu gizi bagi mahasiswa. Soekirman (2000) menyatakan bahwa era globalisasi sekarang ini memberikan dampak pada perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan sehingga mengakibatkan timbulnya masalah gizi ganda, yaitu di satu sisi masalah gizi kurang masih menjadi keadaan yang ditanggulangi namun di pihak lain masalah gizi lebih dengan berbagai resiko yang ditimbulkan berupa penyakit-
5 penyakit degenaratif seperti hipertensi, jantung, dan diabetes melitus cenderung meningkat terutama di kota-kota besar dimana pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan umumnya tinggi. Menurut Simamora (2004) konsumen akan berusaha memaksimalkan kepuasannya selama kemampuan finansialnya memungkinkan. Salah satu alasan masyarakat umum membeli daging ayam broiler karena harga daging ayam broiler yang relatif terjangkau, walaupun rentan dengan fluktuasi harga. Begitupun di kalangan mahasiswa yang sama halnya dengan masyarakat atau konsumen rumahtangga yang juga melakukan aktivitas ekonomi sehari-hari, pemilihan konsumsi daging ayam broiler didasari pada daya beli setiap mahasiswa. Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan diatas, maka diduga bahwa konsumsi daging ayam broiler di tingkat mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran akan sangat beragam berdasarkan karakteristiknya. Oleh sebab itu, peneliti tertarik meneliti lebih lanjut tentang “Pola Konsumsi Daging Ayam Broiler berdasarkan Tingkat Pengetahuan dan Pendapatan Kelompok Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.”
1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diidentifikasikan permasalahan
sebagai berikut: 1.
Bagaimana preferensi konsumsi daging ayam broiler pada kelompok mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran berdasarkan tingkat pengetahuan gizi.
6 2.
Bagaimana preferensi konsumsi daging ayam broiler pada kelompok mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran berdasarkan tingkat pendapatan.
3.
Bagaimana pola konsumsi daging ayam broiler pada kelompok mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan tingkat pendapatan.
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1.
Mengetahui preferensi konsumsi daging ayam broiler pada kelompok mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran berdasarkan tingkat pengetahuan gizi.
2.
Mengetahui preferensi konsumsi daging ayam broiler pada kelompok mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran berdasarkan tingkat pendapatan.
3.
Mengkaji pola konsumsi daging ayam broiler pada kelompok mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan tingkat pendapatan.
1.4.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan informasi
mengenai pola konsumsi daging ayam broiler mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat
7 bermanfaat sebagai bahan tambahan informasi, literatur, dan bahan bagi penelitian selanjutnya.
1.5.
Kerangka Pemikiran Mahasiswa adalah setiap orang secara resmi terdaftar untuk mengikuti
pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia 18-30 tahun (Sarwono, 1978). Universitas Padjadjaran merupakan salah satu perguruan tinggi yang ada di Jawa Barat, dan memiliki 16 fakultas untuk program sarjana. Fakultas Peternakan merupakan salah satu fakultas yang ada di Universitas Padjadjaran. Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran merupakan insan di bidang peternakan yang relatif sadar akan pentingnya nilai gizi.
Mereka
memahami betapa pentingnya konsumsi protein hewani bagi tubuh. Konsumsi protein hewani pada mahasiswa setiap harinya diharapkan akan berpengaruh positif terhadap kesehatan tubuh guna menunjang kegiatan perkuliahan. Mahasiswa dengan kesehatan tubuh yang baik relatif memiliki daya konsentrasi yang tinggi dan pemahaman yang baik dalam kegiatan perkuliahan. Diduga bahwa mahasiswa Fakultas Peternakan memiliki perilaku konsumsi yang baik atau akan memperhatikan faktor penting dalam mengonsumsi daging ayam broiler terkait tingkat pengetahuannya.
Keputusan mahasiswa
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran dalam mengonsumsi daging ayam broiler merupakan hal yang akan menentukan besarnya jumlah pengeluaran. Pengeluaran konsumsi daging ayam broiler juga dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi. Preferensi merupakan tingkat kesukaan yang didasarkan atas sikap seseorang dalam memilih dan menentukan pangan yang dikonsumsinya (Sanjur,
8 1982).
Dalam hal ini daging ayam banyak disukai oleh berbagai kalangan
masyarakat karena memiliki berbagai keistimewaan jika dibandingkan dengan sumber pangan asal hewani lainnya. Harga daging ayam broiler cenderung lebih terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Dagingnya relatif empuk dan tebal meskipun tidak segurih daging ayam kampung. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor budaya yang dianut oleh setiap mahasiswa dalam mengonsumsi makanan. Keberagaman asal daerah mahasiswa, menjadikan budaya yang dianut setiap mahasiswa berbeda pula. Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Faktor kebiasaan makan menyangkut kepada kebiasaan seseorang atau perilaku dalam konsumsi. Seperti yang dikemukakan Loudon dan Bitta (1988) dalam Simamora (2004), bahwa perilaku konsumsen sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Konsumsi daging ayam broiler mahasiswa yang tinggal dengan orangtua dan yang tidak tinggal dengan orangtua akan berbeda satu sama lain. Hal ini terjadi karena konsumsi daging ayam broiler pada mahasiswa yang tinggal dengan orang tua cenderung bergantung kepada kebiasaan konsumsi keluarga, sedangkan mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua akan cenderung sangat bergantung pada pendapatan dan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi. Mahasiswa yang tidak tinggal dengan orang tua, diduga telah memiliki pola dalam mengatur pengeluaran untuk kebutuhan yang diperlukan dalam seminggu atau sebulan kedepan, seperti pengeluaran untuk kebutuhan kuliah, kebutuhan bulanan, transportasi, serta hiburan. Sama halnya seperti kebutuhan bulanan untuk makan dan minum pokok sehari-hari telah memiliki alokasi tertentu. Besar kecilnya pendapatan mahasiswa dalam hal ini uang saku yang
9 diberikan orangtua atau wali, menentukan terhadap keputusan pembelian. Seperti yang dikemukakan Sumarwan (2003)
bahwa
jumlah pendapatan akan
menggambarkan besarnya daya beli dari seorang konsumen. Faktor-faktor pendorong seseorang mengonsumsi atau motivasi sangat berpengaruh terhadap konsumsi seseorang. Suharjo (1988) dalam Sayuti dan Effendi (2004) menyatakan bahwa motivasi merupakan faktor yang sangat menentukan pola konsumsi pangan. Motivasi terjadi karena adanya kebutuhan, dimana kebutuhan manusia berbeda dipengaruhi oleh lingkungan yang berbeda antara lain lingkungan sosial dan ekonomi. Namun motivasi merupakan gejala psikologis yang sulit diukur. Notoatmodjo (1987) mengatakan bahwa motivasi tidak dapat diamati, yang dapat diamati adalah alasan melakukan tindakan. Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Sosial (Pengetahuan Gizi)
Ekonomi (Pendapatan)
Perilaku Konsumsi
Preferensi Konsumsi Daging Ayam Broiler
Ilustrasi 1.
1.6.
Pola Konsumsi Daging Ayam Broiler
Kerangka Pemikiran Pola Konsumsi Daging Ayam Broiler Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini di Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 sampai dengan 22 September 2015.