STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2013
PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO BADAN LINGKUNGAN HIDUP, RISET DAN TEKNOLOGI INFORMASI (BALIHRISTI)
i
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO 2012
Diterbitkan oleh: Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi (BALIHRISTI) Provinsi Gorontalo i
GUBERNUR GORONTALO
SAMBUTAN Assalamu'alaikum Wr.Wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan tersusunnya Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Gorontalo Tahun 2013 sesuai dengan yang direncanakan.
Laporan SLHD merupakan sarana publik untuk melakukan pengawasan Tata Praja Lingkungan (Good Environmental Governance) di daerah. SLHD sebagai landasan publik untuk berperan dalam menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan bersama-sama dengan lembaga eksekutif, legislative dan yudikatif. Laporan ini menyajikan data dan informasi kondisi lingkungan hidup; permasalahan; hasil pemantauan dan evaluasi; serta program dan kebijakan dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo. Saya yakin masih terdapat kekurangsempurnaan dalam laporan ini, namun demikian saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan terlibat dalam penyusunan laporan ini. Semoga Karya Nyata kita dalam mewujudkan percepatan pembangunan diberbagai bidang serta peningkatan ekonomi masyarakat yang berkeadilan di Provinsi Gorontalo terus berlanjut dimasa mendatang. Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu. Gorontalo,
Oktober 2013
Gubernur, TTD Drs. Hi. RUSLI HABIBIE, M.Ap
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunianya BALIHRISTI Provinsi Gorontalo dapat
menyelesaikan
penyusunan
Laporan
Status
Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Gorontalo tahun 2013. Laporan SLHD merupakan wujud kepedulian pemerintah terhadap lingkungan hidup sebagai akuntabilitas publik dengan menggunakan pendekatan P-S-R (Pressure, State, Response). Status
Lingkungan
Hidup
Daerah
(SLHD),
diharapkan
dapat
memberikan informasi dibidang lingkungan hidup khususnya di wilayah Provinsi Gorontalo, sehingga sehingga dapat meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan petunjukNya
serta
memberikan
kekuatan
kepada
kita
semua
dalam
melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Kepala Badan, TTD Ir. NONTJE LAKADJO
iii
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO 2013
Diterbitkan oleh: Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi (BALIHRISTI) Provinsi Gorontalo i
GUBERNUR GORONTALO
SAMBUTAN
Assalamu'alaikum Wr.Wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan tersusunnya Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Gorontalo Tahun 2013 sesuai dengan yang direncanakan Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) merupakan amanat Undang – Undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang mewajibkan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk melaksanakan penyusunan laporan tentang pengelolaan lingkungan hidup dan menyebarluaskannya kepada masyarakat. Laporan SLHD merupakan sarana publik untuk melakukan pengawasan Tata Praja Lingkungan (Good Environmental Governance) di daerah. SLHD sebagai landasan publik untuk berperan dalam menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan bersamasama dengan lembaga eksekutif, legislative dan yudikatif. Laporan ini menyajikan data dan informasi kondisi lingkungan hidup; permasalahan; hasil pemantauan dan evaluasi; serta program dan kebijakan dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo. Saya yakin masih terdapat kekurangsempurnaan dalam laporan ini, namun demikian saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan terlibat dalam penyusunan laporan ini. Semoga Karya Nyata kita dalam mewujudkan percepatan pembangunan diberbagai bidang serta peningkatan ekonomi masyarakat yang berkeadilan di Provinsi Gorontalo terus berlanjut dimasa mendatang.
Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu. Gorontalo,
2013 Gubernur,
RUSLI HABIBIE
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas izin dan perkenan-Nya BALIHRISTI Provinsi Gorontalo dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Gorontalo tahun 2013. Laporan SLHD merupakan wujud kepedulian pemerintah terhadap lingkungan hidup sebagai akuntabilitas publik dengan menggunakan pendekatan P-S-R (Pressure, State, Response). Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD), diharapkan dapat memberikan
informasi dibidang lingkungan hidup khususnya di wilayah Provinsi Gorontalo, sehingga sehingga dapat meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan petunjukNya
serta
memberikan
kekuatan
kepada
kita
semua
dalam
melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Kepala Badan,
Ir. NONTJE LAKADJO
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................
i
SAMBUTAN.................................................................
ii
KATA PENGANTAR ........................................................
iii
DAFTAR ISI................................................................
iv
DAFTAR TABEL ............................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................
I-1
A.
Gambaran Umum Provinsi Gorontalo ...........................................................
I-2
B.
Isu-Isu Utama Lingkungan di Provinsi Gorontalo ....................................
I-4
BAB II KONDISI LINGUNGAN & KECENDERUNGANNYA .............
II-1
A.
LAHAN DAN HUTAN .....................................................................................
II-1
B.
KEANEKARAGAMAN HAYATI ....................................................................
II-7
C.
AIR ......................................................................................................................
II-22
D.
UDARA ..............................................................................................................
II-47
E.
LAUT, PESISIR DAN PANTAI ...................................................................
II-53
F.
IKLIM .................................................................................................................
II-63
G.
BENCANA ALAM .............................................................................................
II-65
BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN .........................
III-1
A.
KEPENDUDUKAN ...........................................................................................
III-1
B.
PEMUKIMAN ....................................................................................................
III-6
C.
KESEHATAN ...................................................................................................
III-10
D.
PERTANIAN .....................................................................................................
III-11
E.
INDUSTRI ........................................................................................................
III-15
F.
PERTAMBANGAN............................................................................................
III-16
G.
ENERGI ..............................................................................................................
III-19
H.
TRANSPORTASI .............................................................................................
III-20
iv
I.
PARIWISATA ..................................................................................................
III-22
J.
LIMBAH B3 .......................................................................................................
III-24
BAB IV PENGELOLAAN LINGKUNGAN ..................................
IV-1
A.
REHABILITASI LINGKUNGAN .................................................................
IV-1
B.
AMDAL ...............................................................................................................
IV-3
C.
PENEGAKAN HUKUM .....................................................................................
IV-4
D.
PERAN SERTA MASYARAKAT ..................................................................
IV-5
E.
KELEMBAGAAN ...............................................................................................
IV-8
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Persentase Kemiringan Lereng Lahan Provinsi Gorontalo .......
Tabel 2.2.
Luas Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo menurut
II- 3
SK Menhut No 325 Tahun 2010 ....................................................
II-4
Tabel 2.3.
Luas lahan kritis di Provinsi Gorontalo ........................................
II-5
Tabel 2.4.
Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi Provinsi Gorontalo.
II-9
Tabel 2.5.
Tipe Ekosistem Kawasan TNBNW ...............................................
II-12
Tabel 2.6.
Status Mutu Air Sungai Paguyaman..............................................
II-29
Tabel 2.7.
Status Mutu Air Sungai Bone.........................................................
II-33
Tabel 2.8.
Status Mutu Air Sungai Buladu .....................................................
II-35
Tabel 2.9.
Status Mutu Air Sungai Taluduyunu.............................................
II-38
Tabel 2.10.
Status Mutu Air Sungai Bolango ...................................................
II-40
Tabel 2.11.
Luas dan Kedalaman Danau Limboto .............................................
II-42
Tabel 2.12.
Luas dan Volum air Danau Limboto menurut elevasi. ................
II-42
Tabel 2.13.
Parameter Pengukuran Udara di Provinsi Gorontalo.................
II-47
Tabel 2.14.
Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Pohuwato ...........................
II-48
Tabel 2.15.
Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Boalemo .............................
II-49
Tabel 2.16.
Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Bone Bolango ....................
II-49
Tabel 2.17.
Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Gorontalo ..........................
II-50
Tabel 2.18.
Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Gorontalo Utara ..............
II-51
Tabel 2.19.
Kualitas Udara di Titik Pantau Kota Gorontalo 2011 ................
II-52
Tabel 2.20.
Kondisi Terumbu Karang di Provinsi Gorontalo ..........................
II-53
Tabel 2.21.
Status Mutu Air Laut di Perairan Terumbu Karang di Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008 ...............................................
Tabel 2.22.
Status Kondisi Hutan Mangrove Teluk Tomini di Provinsi Gorontalo 2008 ......................................................
Tabel 2.23.
II-58
Status Mutu Air Laut di Perairan Padang Lamun di Kawasan Teluk Tomini 2008 ...........................................................
Tabel 2.25.
II-57
Status Mutu Air Laut di Perairan Ekosistem Mangrove di Kawasan Teluk Tomini 2008 .......................................................
Tabel 2.24.
II-56
II-60
Status Mutu Air Laut di Perairan Kawasan Pelabuhan
vi
di Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008 ..........................................
II-62
Tabel 2.26. Status Mutu Air Laut di Perairan Wisata Bahari di Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008 ..............................................
II-62
Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Gorontalo, Perumbuhan dan Kepadatannya menurut Kabupaten/Kota tahun 2012 ............... Tabel 3.2. Populasi ternak di Gorontalo tahun 2012 ........................................
III-2 III-14
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1.
Peta Administrasi Provinsi Gorontalo ........................................
I-1
Gambar 1.2.
Danau Limboto, dilihat dari Dembe Kota Gorontalo. .............
I-7
Gambar 2.1.
Persentase Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo ......................................................................
II-1
Gambar 2.2.
Grafik penggunaan lahan di Provinsi Gorontalo 2012 ............
II-2
Gambar 2.3.
Peta Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo ...................................
II-3
Gambar 2.4.
Persentase luas lahan (ha) berdasarkan tingkat ke-kritisan di Provinsi Gorontalo ......................................................................
II-5
Gambar 2.5.
Persentase Konversi Hutan di Provinsi Gorontalo. .................
II-6
Gambar 2.6.
Bunga bangkai di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango ....................................................................................
II-8
Gambar 2.7.
Babirusa, fauna endemik Sulawesi. ............................................
II-14
Gambar 2.8.
Mangga Dulamayo ...........................................................................
II-15
Gambar 2.9.
Ikan-ikan Danau Limboto ..............................................................
II-17
Gambar 2.10.
Ikan Nike ..........................................................................................
II-21
Gambar 2.11.
Peta Sungai Paguyaman .................................................................
II-27
Gambar 2.12.
Peta Sungai Bone ............................................................................
II-30
Gambar 2.13. Sungai Buladu ...................................................................................
II-33
Gambar 2.14.
Peta Sungai Buladu .........................................................................
II-34
Gambar 2.15.
Peta Sungai Taluduyunu ................................................................
II-37
Gambar 2.16. Danau Limboto, foto udara ...........................................................
II-41
Gambar 2.17.
Peta Batimetri Danau Limboto ....................................................
II-43
Gambar 2.18.
Peta Peyebaran Eceng Gondok di Danau Limboto ...................
II-44
Gambar 2.19.
Pengerukan Danau Limboto ..........................................................
II-45
Gambar 2.20. Peta sebaran terumbu karang di Perairan Provinsi Gorontalo .......................................................................................... Gambar 2.21.
II-53
Kondisi terumbu karang Teluk Tomini di Provinsi Gorontalo ..........................................................................
II-55
Gambar 2.22. Lokasi-Lokasi Pemantauan Kualitas Air Laut ...............
II-61
Gambar 2.23. Suhu rata-rata bulanan di Provinsi Gorontalo 2012 ..............
II-63
viii
Gambar 2.24. Curah hujan di Provinsi Gorontalo 2012....................................
II-64
Gambar 2.25. Peta daerah rawan banjir di Provinsi Gorontalo .....................
II-65
Gambar 2.26. Rumah dan lahan terendam banjir di Limboto.........................
II-63
Gambar 2.27. Jumlah kejadian banjir di Gorontalo menurut bulan selama tahun 2012..........................................................................
II-67
Gambar 2.28. Anak-anak bermain di depan rumah saat banjir di Sungai Bolango ............................................................................
II-67
Gambar 2.29. Korban banjir mengungsikan peralatan ke tempat yang kering .......................................................................................
II-68
Gambar 2.30. Korban banjir beristirahat di jalan ..........................................
II-68
Gambar 2.31.
Pengemudi bentor menuci bentor ...............................................
II-69
Gambar 2.32. Pengguna jalan terpaksa berputar menghindari area banjir
II-63
Gambar 2.33. Sampah dibawa arus banjir menumpuk di jembatan ..............
II-63
Gambar 3.1.
Rumah adat Gorontalo, Dulohupa ................................................
III-1
Gambar 3.2.
Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan menurut Kabupaten/Kota tahun 2012 ........................................................
III-2
Gambar 3.3.
Piramida penduduk Gorontalo tahun 2012 ................................
III-3
Gambar 3.4.
Siswa SD menyeberangi sungai menuju sekolah .....................
III-4
Gambar 3.5.
Suasana belajar di sebuah Sekolah Dasar ...............................
III-4
Gambar 3.6.
Kampus UNG ....................................................................................
III-5
Gambar 3.7.
Gedung Rektorat Universitas Gorontalo di Limboto .............
III-5
Gambar 3.8.
Nelayan mengangkat ikan hasil tangkapan di Pusat Pelelangan Ikan Gorontalo ............................................................
III-6
Gambar 3.9.
Nelayan di Danau Limboto ............................................................
III-6
Gambar 3.10.
Jumlah rumah tangga perikanan di Provinsi Gorontalo tahun 2011-2012 .............................................................................
III-7
Gambar 3.11.
Salah satu hunian penduduk miskin ............................................
III-7
Gambar 3.12.
Truk pengangkut sampah menuju KIPS Talumelito................
III-9
Gambar 3.13.
KIPS Talumelito dan TPA Pohuwato ..........................................
III-9
Gambar 3.14.
Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Gorontalo tahun 2012........................................................................................
III-10
Gambar 3.15.
Rumah Sakit dr. Aloei Saboe .......................................................
III-10
Gambar 3.16.
Gedung sementara Rumah Sakit dr. Ainun Hasri Habibie....
III-11
Gambar 3.17.
Tren perkembangan produksi padi tahun 2007 – 2011 .........
III-12
ix
Gambar 3.18.
Sawah ................................................................................................
III-12
Gambar 3.19.
Perkebunan kelapa di pesisir Sungai Bone ...............................
III-13
Gambar 3.20. Grafik trend perkembangan produksi jagung tahun 2007 - 2011 ..........................................................................
III-13
Lahan pertanian di perkotaan berubah menjadi pemukiman
III-14
Gambar 3.22. Pabrik tepung kelapa ......................................................................
III-16
Gambar 3.23. Perusahaan Tambang PT. Gorontalo Mineral ...........................
III-16
Gambar 3.24. PETI ...................................................................................................
III-17
Gambar 3.25. Pemantauan PETI ............................................................................
III-18
Gambar 3.26. Salah SPBU di Kota Gorontalo ....................................................
III-19
Gambar 3.27. Pilihan sumber energi masyarakat..............................................
III-20
Gambar 3.28. ‘Oto sewa’..........................................................................................
III-20
Gambar 3.29. Terminal 1942 Andalas..................................................................
III-21
Gambar 3.30. Kapal membongkar muatan di Pelabuhan Gorontalo ...............
III-21
Gambar 3.31. Kawasan Wisata Pantai Botutonuo di Bone Bolango ...............
III-22
Gambar 3.32. Perkampungan Terapung Suku Bajo ...........................................
III-23
Gambar 3.33. Hotel Maqna .....................................................................................
III-23
Gambar 3.21.
Gambar 4.1.
Ruang terbuka hijau di halaman RS. dr. Hasri Ainun Habibie, Limboto .................................................................
IV-1
Gambar 4.2.
Ruang terbuka hijau di Kabila, Bone Bolango ...........................
IV-2
Gambar 4.3.
Penanaman pohon di halaman Kantor Bupati Gorontalo Utara ..............................................................................
IV-2
Gambar 4.4.
Suasana Rapat komisi Amdal Provinsi Gorontalo ....................
IV-3
Gambar 4.5.
Penindaklajutan pengaduan masyarakat....................................
IV-4
Gambar 4.6.
Kegiatan lingkungandi Sekolah Adiwiyata ................................
IV-6
Gambar 4.7.
Pelatihan Pemanfaatan sedimen Danau Limboto untuk batu bata ...............................................................................
IV-6
Gambar 4.8.
Grafik Anggaran pengelolaan lingkungan hidup Balihristi ....
IV-7
Gambar 4.9.
Grafik komposisi pegawai Balihristi menurut pendidikan .....
IV-8
x
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
BAB I PENDAHULUAN Pemanfaatan sumber daya alam diharapkan dapat memacu pembangunan Provinsi Gorontalo
di
lain
pihak
juga
diharapkan
lestari
sehingga
pembangunan
dapat
berkelanjutan. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang tidak dilakukan sesuai dengan daya dukungnya dapat menimbulkan krisis pangan, krisis air, krisis energi dan kerusakan lingkungan. Sumberdaya alam di Provinsi Gorontalo saat ini menghadapi tantangan dan tekanan yang semakin kuat dan nyata.
A. GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO a. Letak Geografis dan Luas Wilayah Provinsi Gorontalo dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, dan secara administratif terpisah dari Provinsi Sulawesi Utara sejak tanggal 16 Februari 2001. Provinsi Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi bagian Utara memiliki 1 kota dan 5 Kabupaten.
Gambar 1.1. Peta Adminstratif Provinsi Gorontalo I- 1 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Bentangan geografi berada di antara 121°23’ – 123°43’ Bujur Timur dan 0°19’ – 1°15’ Lintang Utara, dengan luas 12.435 km2 dan jumlah penduduk tahun 2012 tercatat 1,084,192 jiwa. Batas-batas wilayah Provinsi Gorontalo yaitu: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol dan Toli Toli (Sulawesi Tengah dan Laut Sulawesi). Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong (Sulawesi Tengah). Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Bolaang Mongondow Selatan (Sulawesi Utara). Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini.
b. Kondisi Geologi Wilayah Kota Gorontalo, secara geologis terdiri atas endapan danau, batu gamping, deorit bone, dan batu gunung api. Di Kota Utara didominasi oleh endapan danau; di Kota Barat, disamping ditemukan endapan danau, juga terdapat batu gamping terumbu; di Kota Selatan terdapat diorit bone dan batuan gunung. Berdasarkan Peta Geologi dari Direktorat Geologi (Tjetje Appandi, 1977) di Kota Gorontalo dijumpai batuan gunung api (berupa breksi gunung api, tufa, dan lava yang mengandung batu apung berwarna kuning); batuan gamping koral berwarna putih, pejal pada perbukitan; batuan beku terobosan Granodiorit, dijumpai menerobos batuan gunung api maupun batu gamping terjal di wilayah Kota Selatan; dan alluvium berupa lumpur, pasir dan kerikil pada satuan morfologi daratan. Wilayah Kabupaten Gorontalo dibangun oleh batuan granodiorite, rhiolite, andesit, basalt, alluvium, estuarine marine dan fandefosit. Sementara, wilayah Kabupaten Pohuwato terdiri atas sedimen lepas.
Sedimen lepas banyak tersebar di Kecamatan
Paguyaman, Kecamatan Tilamuta, dan Kecamatan Paguat bagian selatan. Sedimen padu banyak ditemukan di Kecamatan Paguyaman bagian utara, Kecamatan Tilamuta bagian tengah dan utara. Kecamatan Popayato umumnya memiliki banyak batuan beku malihan. Wilayah Kabupaten Boalemo dibangun oleh batuan granodiorite, rhiolite, andesit, basalt, alluvium, estuarine marine dan fandefosit. Sementara, wilayah Kecamatan Tilamuta banyak tersebar sedimen lepas, sedimen padu. Sementara di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan peta satuan lahan dan status lembar Atinggola skala 1:250.000, yang diterbitkan Pusat Penelitian Agroklimat I- 2 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Bogor, bahwa formasi geologi yang terdiri dari Breksi Wubudu, Diorite dan Vulkanik Bilungala. c. Topografi Permukaan tanah di Provinsi Gorontalo sebagian besar adalah perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian yang berbeda-beda. Gunung Tabongo yang terletak di Kabupaten Boalemo merupakan gunung yang tertinggi dengan ketinggian 2.100 m di atas permukaan laut. Sedangkan Gunung Litu-Litu yang terletak di Kabupaten Gorontalo merupakan gunung terendah dengan ketinggian 884 m di atas permukaan laut. Di samping mempunyai banyak gunung, provinsi ini juga memiliki banyak sungai. Sungai terpanjang adalah Sungai Paguyaman yang terletak di Kabupaten Boalemo dengan panjang aliran 99,3 km. Sungai terpendek adalah Sungai Bolontio dengan panjang aliran 5,3 km yang terletak di Kabupaten Gorontalo Utara. Informasi menyangkut jenis tanah yang mencakup seluruh wilayah Provinsi Gorontalo saat ini hanya tersedia dalam skala Tanah Tinjau (skala 1 : 250.000) dengan sistem kelasifikasi Dudal dan Supratoharjo. Meskipun demikian, di lokasi tertentu, khususnya di Kabupaten Gorontalo, telah tersedia data sampai skala semi detail berdasarkan sistem Taxonomi Tanah. Informasi menyangkut kondisi tanah dalam skala Provinsi, terutama didasarkan pada Peta Tanah Tinjau yang ada. Informasi dari peta tanah semi detail dimanfaatkan jika terjadi keraguan dalam pengambilan keputusan peruntukan kawasan, khususnya untuk lokasi yang termasuk wilayah Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan Peta Tanah Tinjau tersebut, di Provinsi Gorontalo ditemukan tanah yang diklasifikasikan sebagai Aluvial, Grumusol, Andosol, Latosol, Podsolik dan Litosol. Berdasarkan sifat-sifatnya, tanah-tanah ini mempunyai kemampuan lahan (potensi pengembangan sebagai kawasan atau lahan budidaya dan faktor penghambat) yang bervariasi dari rendah sampai tinggi. Tanah Aluvial yang terbentuk pada topografi datar, sebagai contoh, memiliki potensi yang besar untuk dibudidayakan, walaupun di sejumlah lokasi tertentu mempunyai hambatan yang serius dalam hal drainase permukaan. Tanah Lithosol di lain pihak, selain tidak layak untuk dibudidayakan, karena dangkal dan berbatu, juga sangat peka terhadap erosi dan proses degradasi. Berdasarkan petunjuk teknis yang diberikan sesuai SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/1980, tanah Lithosol (berdasarkan Peta Tanah Tinjau terdapat di Kabupaten Bualemo, berbatasan dengan wilayah Sulawesi Tengah) dikategorikan sebagai sangat peka I- 3 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO erosi dan diperuntukkan hanya sebagai kawasan hutan lindung. Sementara, tanah-tanah lainnya dinilai boleh dibudidayakan, tetapi dengan tetap memperhatikan pengendalian faktor-faktor pembatas masing-masing. Berdasarkan hasil survei dan pemetaan tanah tingkat tinjau (skala 1 : 250.000) yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor (1992), tanah di wilayah Kabupaten Gorontalo termasuk dalam ordo (menurut Taxonomi Tanah, USDA): Alfisols (dominan), Inceptisols, Entisols, Vertisols dan Mollisols. Kelas kemampuannya bervariasi dari Kelas I sampai Kelas VIII dengan faktor pembatas dominan berupa bahaya erosi dan di beberapa lokasi berupa drainase. Jika didasarkan pada kondisi tanah, kebanyakan lahan di wilayah Provinsi Gorontalo dapat dibudidayakan, kecuali yang diklasifikasikan sebagai Lithosol, walaupun sebagian di antaranya memerlukan usaha pengelolaan yang spesifik, berdasarkan kendala masingmasing. Yang menjadi pembatas utama bagi pengembangannya adalah faktor kondisi lereng.
B. ISU-ISU UTAMA LINGKUNGAN DI PROVINSI GORONTALO Salah satu modal pembangunan daerah adalah sumberdaya alam yang sangat terbatas. Secara umum, hampir seluruh potensi sumberdaya alam dan komponen lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo cenderung mengalami penurunan kualitas dan kuantitasnya dari waktu ke waktu. Status Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo 2013 mengungkap secara umum potret lingkungan hidup, khususnya dalam hubungannya dengan pembangunan serta upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup di era otonomi daerah. Beberapa permasalahan lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo yang harus segera ditangani adalah kerusakan Danau Limboto, penurunan kualitas air sungai dan danau akibat erosi, penambangan emas tanpa izin (PETI), perusakan hutan dan lahan, kerusakan terumbu karang dan mangrove, rendahnya tingkat ketaatan kegiatan dan atau usaha untuk melakukan upaya pengelolaan lingkungan, kebersihan dan kehijauan kota (clean and green city) yang belum merata antar Kabupaten/Kota, kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan hidup masih rendah, longsor dan banjir yang terjadi setiap tahun. Danau Limboto yang merupakan salah satu ‘landmark’ ekosistem Provinsi Gorontalo sudah dalam kondisi kritis. Danau ini terletak di DAS sungai Bone Bolango, berada di I- 4 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO ketinggian 4,5 m diatas permukaan laut (dpl) dan memiliki luas ± 3000 ha (penelitian tahun 2002). Penelitian terdahulu pada tahun 1962 melaporkan luas Danau Limboto jauh lebih besar
yakni 4250 ha.
Ini merupakan sebuah degradasi
ekosistem
yang sangat
memprihatinkan. Semakin luasnya tutupan gulma eceng gondok di permukaan air danau menjadi pencemar biologis yang semakin mempercepat pendangkalan danau Limboto. Upaya pelestarian dengan pengerukan danau sudah dimulai pemerintah. Peran serta masyarakat untuk melestarikan danau dilakukan melalui pelatihan untuk memanfaatkan eceng gondok dan sedimen danau.
Gambar 1.2. Danau Limboto, dilihat dari Dembe Kota Gorontalo. Provinsi Gorontalo memiliki banyak sungai kecil dan besar. Diantaranya yang utama adalah Sungai Bone, Sungai Bolango, Sungai Paguyaman, Sungai Buladu, dan Sungai Taluduyunu. Beberapa diantara sungai-sungai ini telah mengalami pencemaran mulai dari tercemar ringan sampai tercemar sedang. Kerusakan sungai berupa sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah, pembuangan limbah domestik dari pemukiman yang padat di daerah sempadan sungai, dan kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI). Masyarakat di sekitar sungai masih membuang limbah rumah tangga dan limbah kegiatan PETI langsung ke badan air mengakibatkan turunnya kualitas air sungai. Hal ini tampak dari peningkatan kadar Hg, BOD, COD, E. coli dan Colifom. Pada kualitas tanah umumnya tanah kritis di Provinsi Gorontalo adalah lahan yang tidak pernah digunakan karena keadaan fisik tanah curam, lalu menjadi tempat aktivitas I- 5 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO penambangan galian C, berupa pasir gunung dan produksi batu bata. Beberapa penduduk masih melaksanakan aktifitas pertanian secara intensif dilahan-lahan kritis tanpa adanya perlakuan konservasi. Hal ini berimplikasi kerusakan lingkungan khususnya bentangan lahan di daerah tersebut dan dampak negatif bagi daerah di bawahnya. Secara umum, lahan kritis merupakan salah satu indikator adanya degradasi lingkungan, sebagai akibat dari berbagai jenis pemanfaatan sumberdaya lahan yang kurang bijaksana di dalam Unit Daerah Aliran Sungai (DAS). Lahan kritis yang terdapat di dalam suatu DAS, sebagaimana karakter dari ruang DAS itu sendiri disamping mempunyai dampak lokal yaitu produktivitas lahan dan kesejahteraan masyarakat rendah, juga mempunyai efek eksternal seperti kejadian banjir, tanah longsor dan rusaknya berbagai fasilitas publik di bagian hilir. Bencana alam yang sering terjadi di Provinsi Gorontalo adalah banjir. Lokasi kejadian ada di setiap Kabupaten dan Kota. Masalah utama terjadi bencana banjir setiap tahun di Kota Gorontalo yaitu adalah penyusutan dan pendangkalan sebagian besar daerah di Danau Limboto yang beralih menjadi pemukiman dan lahan pertanian, dan kerusakan pada DAS Bolango-Bone. Banjir bandang dan tanah longsor yang sering terjadi merupakan indikasi rusaknya daerah tangkapan air di bagian hulu. Masalah sampah masih menjadi persoalan yang tiada hentinya. Pertambahan penduduk dan arus urbanisasi yang pesat telah menyebabkan timbulan sampah pada perkotaan semakin tinggi dan harus dikelola setiap hari. Di satu sisi kemampuan pemerintah rendah sementara di sisi lain kesadaran masyarakat juga rendah. Bahkan sebagian masyarakat menganggap bahwa masalah sampah tanggung jawab pemerintah semata. Sebagian masyarakat juga beranggapan sampah bukanlah masalah bila tidak berada di sekitarnya. Walaupun pemerintah Daerah Kota Gorontalo telah memberikan pelayanan dengan memungut retribusi sampah yang rendah namun kesadaran masyarakat dapat dikatakan masih belum optimal mengenai masalah sampah. Pengangkutan sampah ke TPA juga terkendala jumlah kendaraan yang kurang mencukupi dan kondisi peralatan yang sudah tua. Masalah lainnya adalah pengelolaan TPA yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ramah lingkungan dan belum diterapkannya pendekatan reduce, reuse dan recycle (3 R). Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi. Berbagai program dan kegiatan yang lingkungan yang dilakukan pemerintah daerah Provinsi dan kabupaten kota kepada masyarakat terus dilakukan. Beberapa penghargaan atas upaya itu menunjukkan adanya harapan. Pada tahun 2013 ada tiga kota di Gorontalo meraih penghargaan Adipura. I- 6 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Selain itu paya melibatkan dunia pendidikan dalam pengelolaan lingkungan dilakukan melalui program Adiwiyata. Peningkatan jumlah sekolah yang menerima penghargaan Adiwiyata tingkat nasional dari 3 di tahun 2011 menjadi 8 sekolah di tahun 2013 memberikan harapan dalam penangan lingkungan di Gorontalo melalui generasi muda.
I- 7 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
BAB II KONDISI LINGKUNGAN DAN KECENDERUNGANNYA A. Lahan dan Hutan Hutan dan lahan merupakan sumberdaya alam yang mempunyai berbagai fungsi baik ekologi, ekonomi, sosial maupun budaya, yang diperlukan untuk menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian kerusakan dan pencemaran lahan dan hutan. a. Lahan Lahan merupakan ekosistem daratan yang terdiri dari lingkungan fisik dan biotik, serta daya dukungnya berkaitan dengan perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisik mencakup relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia. Luas daerah Provinsi Gorontalo adalah 1.243.500 ha yang berada di 6 wilayah kabupaten/kota. Daerah terluas adalah kabupaten Pohuwato yaitu 445.560 ha atau 35,83% area dan lahan terkecil adalah Kota Gorontalo dengan luas 6.596 ha atau 0,53 %. Persentase Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo diperlihatkan dalam Gambar 2.1.
Persentase Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo
Boalemo
13.97%
Bone Bolango
35.83%
15.21% 17.24%
17.22%
Gorontalo Gorontalo Kota Gorontalo Utara Pohuwato
0.53%
Gambar 2.1. Persentase Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo.
II- 1 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Selanjutnya keenam Kabupaten Kota ini secara administrasi dibagi kedalam 77 kecamatan dan 732 desa dan kelurahan. Desa terbanyak ada di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango. Menurut hasil analisis peta penutupan lahan 2011-2012 Direktorat Jenderal Planologi Hutan yang dilakukan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo, Penggunaan lahan di wilayah Provinsi Gorontalo terbesar adalah sebagai hutan yaitu 59,85% lahan atau 720,606 ha. Lalu diikuti oleh lahan kering seluas 291807 ha atau 24,23%, sawah 2,99%, perkebunan 2,25% dan non pertanian 10,23%. Persentase tutupan lahan di Gorontalo disajikan pada Gambar 2.2 59.85
Persentase tutupan lahan di Provinsi Gorontalo
60 50 40 24.24
30 20 10
Series1
10.23 2.99
2.25
0.44
0
Gambar 2. 2. Grafik penggunaan lahan di Provinsi Gorontalo 2012 Sedangkan menurut pengolahan data citra satelit oleh Dinas Kehutanan dan Pertambangan tahun 2009 terlihat penggunaan lahan 60,8% daratan di Gorontalo merupakan kawasan hutan, lahan untuk non pertanian sebesar 1,32% (15.796 ha), pertanian lahan kering 18,5% (220.684 ha), perkebunan 2,3% (27.150 ha) dan sawah 2,8% (33431 ha) serta pengunaan lahan lainnya sebesar 14% (168.935 ha). Lahan di Gorontalo memiliki kelerengan yang beragam. Kelas lereng terbesar adalah Kelas E dengan kemiringan >40% yaitu meliputi 68,65% lahan. Kelerengan kelas A dengan kemiringan 0 – 2% meliputi 10,52% lahan. Selanjutnya kelerengan Kelas B,C, dan D berturut-turut 6,07%, 5,45%, dan 9,33% dari luas lahan.
II- 2 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Tabel 2.1. Persentase Kemiringan Lereng Lahan Provinsi Gorontalo Sumber: RPJMD Prov Gorontalo 2012 - 2017 No 1 2 3 4 5
Kelas Kemiringan Luas Persentase Lereng (%) (Ha) (%) A 0‐2 128,552 10.52 B 2‐8 74,122 6.07 C 8‐15 66,528 5.45 D 15 ‐ 40 113,997 9.33 E > 40 838,355 68.63 Persentase (%) 1,221,554 100
b. Hutan Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Gambar 2.3 Peta Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo. (Sumber RTRW Prov. Gorontalo, 2010-2030)
Luas kawasan hutan di Provinsi Gorontalo ditetapkan melalui SK Meneteri Kehutanan RI No. 325/Menhut-II/2010 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo, yakni seluas 824.668 ha. Kawasan hutan Gorontalo menurut fungsinya meliputi II- 3 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO hutan lindung (HL) seluas 204.608 ha (24,8%); hutan konservasi 196.653 ha (23,8%); hutan produksi terbatas (HPT) 251.097 ha (30,5%); hutan produksi tetap (HP) 89.879 ha (10,9%) dan hutan produksi konversi (HPK) 82.431 ha (10%). Tabel 2.2.Luas Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo menurut SK Menhut No 325 Tahun 2010 Kawasan Hutan
Luas (Ha)
Hutan Konservasi
± 196.653
Hutan Lindung
± 204.608
Hutan Produksi Terbatas
± 251.097
Hutan Produksi Tetap
± 89.879
Hutan Produksi yang dapat ± 82.431 dikonversi Jumlah
± 824.668
Perubahan status kawasan hutan di wilayah Provinsi Gorontalo berdasarkan SK Menteri Kehutanaan RI No.324/Menhut-II/2010 tentang Perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan adalah seluas ± 22.605 Ha, Perubahan antar fungsi kawasan hutan seluas ± 55.553 Ha, dan penunjukan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan seluas ± 3.787 Ha di kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo Utara. Berdasarkan data RTRW Provinsi Gorontalo 2010-2030, kawasan hutan di Provinsi Gorontalo terdiri atas Cagar Alam 39846 ha, Taman Nasional 156251 ha, Hutan Lindung 203073 ha, Hutan Produksi 90453 ha, Hutan Produksi Terbatas 253064 ha Hutan Produksi Konservasi 79743 ha. Dengan demikian kawasan lindung dan konservasi di Provinsi Gorontalo akan dipertahankan menjadi 399.170 ha. Kawasan ini terdiri dari kawasan lindung nasional seluas 196.097 ha dan kawasan lindung provinsi seluas 203.073 ha. Oleh karena itu untuk mengantisipasi perkembangan penduduk dan pembangunan akan dilakukan perubahan kawasan hutan menjadi kawasan budidaya secara bertahap. Dengan demikian perbandingan peruntukan kawasan yakni 16.28% kawasan konservasi, 16.79% kawasan lindung, dan 67% kawasan budidaya. Sebaran jenis penutup lahan bila ditinjau dari kondisi lereng adalah sebagai berikut : hutan tersebar pada kondisi lahan berlereng >15%; permukiman, tubuh air, sawah, lahan II- 4 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO terbuka berada pada lahan datar dengan lereng <8%; sedang semak belukar dapat dijumpai pada lereng 8-45%, biasanya berupa lahan tandus yang kritis. Tabel 2.3.Luas lahan kritis di Provinsi Gorontalo Persen Persentase Kritis Kabupaten/Kota Luas (km2) Kritis thd thd total lahan (Ha) luas daerah kritis Boalemo 173661 41147 23.69 15.96 Bone Bolango 189149 40798 21.57 15.82 Gorontalo 214348 70076 32.69 27.18 Gorontalo Utara 214186 75358 35.18 29.23 Gorontalo Kota 6596 4432 67.19 1.72 Pohuwato 445560 26005 5.84 10.09 Provinsi Gorontalo 1243500 257816 20.73 100.00 Data lahan kritis menurut Dinas Kehutanan dan Pertambangan Provinsi Gorontalo sebanyak 257.816 ha lahan masuk kategori kritis dengan 29,2% berada di Kabupaten Grontalo Utara, diikuti 27, 18% di Kabupaten Gorontalo, Berdasarkan analisis BP DAS Bone Bolango, lahan di Provinsi Gorontalo dikategorikan 20.361 ha (1,6%) dalam kondisi tidak kritis, 370.475 ha (30%) potensi kritis, 586.594 ha (47,5%) agak kritis, 185.152 ha (15%) kritis, dan 72.545 ha (5,9%) sangat kritis. DAS yang paling tinggi jumlah lahan sangat kritisnya adalah DAS Batudaa Pantai mencapai 18,7% dari luas area DAS diikuti oleh DAS Sumalata mencapai 14,3%.
47.5
30.0 15.0 Tidak Kritis
1.6 5.9 Potensial Kritis
Kritis
Sangat Kritis
Agak Kritis
Gambar 2.4 Persentase luas lahan (ha) berdasarkan tingkat ke-kritisan di Provinsi Gorontalo. II- 5 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Luas lahan kritis di Provinsi Gorontalo pada hutan konservasi sebesar 92.353 ha (46,74%), Hutan lindung 59.434 ha (35,91%), Hutan produksi 52.915 ha (52,56%), hutan produksi terbatas 152.200 ha (44,44%), dan hutan konversi sebesar 14.683 ha (72,80%). Penebangan hutan pada fungsi hutan adalah sbb : pada hutan produksi sebesar 483,1 Ha, pada hutan lindung, 165,4 Ha, dan pada hutan konservasi sebesar 197,6 Ha. Meluasnya lahan kritis di Gorontalo disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
Perambahan dan penebangan hutan secara illegal (illegal logging)
Konversi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan
Perladangan berpindah
Pembakaran hutan dan lahan
Penambangan Emas tanpa Izin (PETI) di areal hutan. Dampak perluasan lahan kritis yaitu:
Terjadinya banjir dibeberapa lokasi.
Penurunan produktivitas lahan lahan.
Menurunnya keanekaragaman hayati ditandai berkurangnya populasi hewan endemik Gorontalo seperti babi rusa, anoa, dan ayam hutan.
Erosi tanah yang mengarah pada proses penggurunan.
Menurunnya kualitas air sungai. 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0
59.7
26.9 6.0
7.4 0.0
0.0
Gambar 2.5. Persentase Konversi Hutan di Provinsi Gorontalo. Kerusakan hutan yang terdata oleh Dinas Kehutanan penyebab utamanya adalah peladang berpindah yang mengakibatkan 81,7% dan kebakaran hutan mengakibatkan 18%
II- 6 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO dari kerusakan yang terjadi. Penyebab lainnya adalah illegal logging, dan perambahan hutan.
B. KEANEKARAGAMAN HAYATI Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman berbagai makhluk hidup mulai dari hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, termasuk gen yang dimiliki, serta ekosistem yang menjadi lingkungan hidupnya. Keanekaragaman hayati ialah fungsi-fungsi ekologi atau layanan alam, berupa layanan yang dihasilkan oleh satu spesies dan/atau ekosistem (ruang hidup) yang memberi manfaat kepada spesies lain termasuk manusia. Di Provinsi Gorontalo terdapat 16 flora khas yaitu: (1) Gadung (Bitule, Ondote), Dioscorea Hispida Dennts, dari famili Dioscoreaceae, tanaman ini dapat dimakan umbinya, (2) nam nam, Namu namu, Cynometra Cauliflora L. famili Caesalpiniaceae, ordo Rosales; (3) Belimbing Buluh, B. botol, Averrhoa Bilimbi L, famili Oxalidaceae; (4) Mangga embacang, Dulamayo, Mangifera Caesia Jack ex Wall, famili Anacardiaciae; (5) Kapulasan, Bolangaso, Nephelium Ramboutan-ake (labill) (Nephelium Mutabile BI), (Atinggola), famili Sapindaceae, (6) Durian, Duea, Durio Zibethinus Murr, famili Bombacaceae; (7) Rukem, Lobe-lobe; Flacourtia inermis Roxb, famili Flacourtiaceae; (8) Molahengo, Eugenia Densiflora Duthie, famili Myrtaceae; (9) Buni, Takuti, Antidesma Bunius Spreng, famili Euphorbiaceae; (10) Pisang Tanduk, Musa Paradisiaca, famili Musaceae; (11) Srikaya, Annona Squamosa L. famili Annonaceae; (12) Aren, Pohon saguer, Seho, Bagiso, Arenga Pinnata (Wurmb) Merr, famili Arecaceae; (13) Ceremai, Tili, Cerme, Phyllanthus Acidus (L.) Skeels, famili Euphorbiaceae; (14) Jagung, Binte, Zea Mays L.; (15) Padi lading, Oryza Sativa L. famili Poaceae; (16) Sukun, Amu, Artocarpus altilis famili Moraceae. Tanaman-tanaman tersebut sebagian mulai langka, akan tetapi masih dapat ditemukan di beberapa tempat. Kelangkaan tersebut selain disebabkan oleh populasinya yang rendah, juga disebabkan beberapa hal, sebagai berikut: (1) masuknya tumbuhan buah-buahan eksotis seperti mangga arumanis, manalagi dan golek yang rasanya enak serta berbuah cepat; (2) Terjadi pergeseran cita rasa terutama generasi muda yang lebih menyukai buah anggur daripada takuti atau lili; (3) Durian di Kecamatan Atinggola terancam punah, karena sebagian besar diserang hama; II- 7 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO (4) Program pemerintah seperti menanam jagung hibrida yang produksinya lebih menjanjikan dibandingkan dengan jagung lokal. Sedangkan jenis fauna yang dilindungi di Gorontalo mencakup 8 (delapan) jenis hewan menyusui, 18 (delapan belas) jenis burung, 10 (sepuluh) jenis reptil, 3 (tiga) jenis katak, 5 (lima) jenis ikan, 3 (tiga) jenis keong, 2 (dua) jenis serangga, dan satu jenis kalajengking. Diantaranya berstatus endemik dan terancam punah. Tabel 2.3 memuat keadaan hewan dan tumbuhan yang dilindungi di provinsi Gorontalo.
Gambar 2.6. Bunga bangkai di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango
II- 8 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Tabel 2.4 Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi Provinsi Gorontalo No. 1.
Golongan Hewan menyusui
2.
Burung
3.
Reptil
4.
Amphibi
5.
Ikan
6.
Keong
7.
Serangga
8.
Tumbuh-tumbuhan
Keterangan Sumber
: :
Nama spesies Status 1. Babi Rusa Hewan Langka 2. Anoa Hewan Langka 3. Tarsius Hewan Langka 4. Musang (Paradoxurus Hermaproditus) Terancam 5. Primata Macaca hecki Terancam 6. Tikus Bunomys fratorum Endemic 7. Tikus Maxomys hellwaldii Endemic 8. kelelawar Rousettus Celebensis Terancam 1. Burung Maleo Hewan Langka 2. Burung Rangkong Hewan Langka 3. Burung Raja Udang Hewan Langka 4. Raja Udang Biru Endemic 5. Gosong Sula Terancam 6. Walik Manomiti Terancam 7. Kringkring Dada-Kuning Terancam 8. Serindit Paruh Merah Terancam 9. Udang Merah Sulawesi Terancam 10. Raja Udang Pipi-Ungu Terancam 11. Sikatan Leher-Merah Terancam 12. Kepundang Sungu Belang Terancam 13. Kuntul Besar Berlimpah 14. blekok Sawah Berlimpah 15. Elang Alap Ekor-Totol Berlimpah 16. Burung Madu Sepah Raja Berlimpah 17. Pelanduk Sulawesi Berlimpah 18. Kehicap Ranting Berlimpah 1. Penyu Tempayau Hewan Langka 2. Buaya Hewan Langka 3. Penyu Belimbing Hewan Langka 4. Bunglon Hewan Langka 5. Iguana Hewan Langka 6. Ular Phyton Reticulatus Hewan Langka 7. Biawak Varanus Salvator Hewan Langka 9. Ular Hitam Elaphe cf Euruthrea Terancam 10. Ular Rhabdophis Callitus Terancam 11. Tokek Gekko gecko Hewan Langka 1. Katak Bufo Celebensis Endemic 2. Katak Rana Celebensis Belimpah 3. Katak Limnonectes Modestus Berlimpah 1. Ikan Paus Hewan Langka 2. Ikan Duyung Hewan Langka 3. Ikan Lumba-lumba Hewan Langka 4. Payangga Terancam 5. Manggabai Terancam 1. Kepala Kambing Hewan Langka 2. Triton Hewan Langka 3. Batu Laga/Siput Hijau Hewan Langka 1. Kupu-kupu Raja Hewan Langka 2. Tawon Hewan Langka 3. Kalajengking Hewan Langka 1. Kantong Semar Terancam 2. Anggrek Bulan Terancam 3. Beringin Terancam 4. Tili Phylanthus Acidus Endemic 5. Takuti Antidesma Bunius Endemic 6. Srikaya Annona Squamosa Endemic 7. Amu Moraceae Endemic 8. Sterculiacea Endemic 9. Namu-namu Cyanometra Cauliflora Endemik 10. Belimbing Botol Averrhoa Bilimbi Endemic 11. Dulamayo Endemic 12. Rambutan Hutan Nephelium Muabile Endemic 13. Lobe-Lobe Flacourtia Inermis Endemic 14. Molahengo Eugenia Densiflora Endemic 15. Kikimoputio Zea Mays Endemic 16. Chionanthus Berlimpah 17. Gmelina Arborea Berlimpah Pilihan status adalah endemik, terancam, dan berlimpah Badan Lingkungan Hidup, Kab. Boalemo 2009
II- 9 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO a. Kabupaten Bone Bolango Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang terletak di Kabupaten Bone Bolango merupakan wilayah pengelolaan hutan yang penting. Sejak Tahun 1982, Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan perubahan status
beberapa kawasan suaka alam
menjadi taman nasional diantaranya cagar alam Ujung Kulon dan Baluran. Syarat suatu kawasan ditetapkan menjadi kawasan lindung dan kawasan konservasi menurut MacKinnon dkk (1993) adalah apabila memiliki ciri-ciri berikut: 1). karakteristik atau keunikan ekosistem (fauna endemik, ekosistem pegunungan tropika); 2). spesies khusus yang diminati, nilai kelangkaan, atau terancam, misalnya badak dan burung; 3). keanekaragaman spesies; 4). landskap atau ciri geofisik yang bernilai estetika atau pengetahuan (glasier, mata air panas, air terjun); 5). fungsi perlindungan hidrologi; tanah, air dan iklim lokal; 6). fasilitas untuk rekreasi alam, wisata (pemandangan pegunungan, satwa liar yang menarik); 7). tempat peninggalan budaya. Berdasarkan kriteria tersebut maka suatu unit manajemen kawasan konservasi, baik yang ditetapkan sebagai kawasan suaka alam (Cagar Alam dan Suaka Margasatwa) maupun kawasan pelestarian alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam) secara berkelanjutan perlu ditinjau ulang kerangka pengelolaan, melalui sistem perencanaan yang memadai. Pengeloaan Taman Nasional sebagai salah satu bentuk kawasan pelestarian alam dengan berbagai fungsi memerlukan perencanaan yang baik. Taman Nasional merupakan aset bangsa dan menjadi bagian kawasan hutan yang memiliki strategi yang penting untuk dijaga kelestariannya. Ada beberapa kriteria kelestarian hutan yang tidak terlepas dari fungsi konservasi, produksi, sosial dan ekosistem, yaitu: status areal yang memiliki dasar hukum jelas; tegakan hutan yang memadai untuk suatu ekosistem; pengaturan pemanfaatan (apabila memang diperlukan tidak berlebihan dengan kemampuannya); dilakukan perlindungan, pemeliharaan dan rehabilitasi dibeberapa bagian kawasan tertentu yang diperlukan; dan memiliki organisasi personal yang efektif dan efisien. Tujuan penetapan hutan lindung yaitu untuk melindungi dan membina suatu kawasan yang karena kondisi wilayahnya (kelerengan, jenis tanah, dan intensitas curah hujan). Fungsi utama hutan lindung adalah untuk keperluan konservasi tanah dan air dalam kaitannya dalam pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah, di samping itu dapat dimanfaatkan pula sebagai sarana rekreasi atau keperluan lainnya. II- 10 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Terkait dengan fungsi tersebut, TNBNW memiliki multi-manfaat sebagai beriku : 1). Perlindungan hidrologi; 2). Perlindungan kesuburan tanah dan produktivitas lahan; 3). Pengaturan stabilitas iklim, media penyerbukan alami bagi vegetasi dan tanaman; 4). Perlindungan sumberdaya genetik; 5). Laboratorium bagi penelitian dan pendidikan; 6). Obyek rekreasi dan wisata alam. Kawasan lindung di Kabupaten Bone Bolango berdasarkan spasial ekologis seluas 134.156,83 Ha. Dari luasan tersebut, kawasan konservasi Taman Nasional Bogani Nani Wartabone luasnya sebesar 104.744 ha. Penetapan Kawasan ini menjadi kawasan konservasi, didasarkan pada kekhasan yang dimiliki oleh ekosistem dari kawasan tersebut. Ekosistem yang memiliki karakteristik yang khas, dapat ditandai oleh ketinggian tempat dari muka laut yang tinggi, suhu yang sejuk, lereng yang curam, curah hujan yang relatif tinggi, rawan terhadap longsor dan bencana gunung api dan kekhasan satwa dan ekosistemnya. Kekhasan tersebut memberikan keterbatasan dalam pemanfaatan oleh manusia sehingga memerlukan suatu pola pengelolaan yang spesifik. Ada beberapa masalah yang mendasar yang terjadi di kawasan TNBNW, yaitu: (1) Di kawasan konservasi dan hutan lindung terdapat permukiman penduduk yang secara administrasi, pemerintah daerah menetapkan sebagai bagian Desa di wilayahnya; (2) Perambahan hutan/ perladangan; (3) Pembakaran hutan; (4) Penebangan dan pemburuan liar. (5) Penambang emas tanpa ijin (PETI) melakukan penambangan secara tradisional; Perubahan kondisi taman nasional dengan adanya kerusakan dan pemanfaatan yang menyimpang dari fungsi utamanya perlu dilakukan perbaikan atau rehabilitasi. Namun informasi tentang kondisi Taman Nasional Bogani Nani Wartabone sampai saat ini belum banyak tersedia, utamanya kondisi ekosistem unik yaitu flora dan fauna endemik dikawasan tersebut. Di dalam kawasan TNBNW terdapat 4 (empat) tipe ekosistem utama (Tabel 2.4). Soerjani pada tahun 1997 melakukan penelitian di lokasi penambangan menemukan flora-flora yang perlu diselamatkan, yaitu: 1). Dyospyros cauliflora (Ebenaceae) kayu hitam;
2).
Pterospermum
sp.
(Sterculiaceae)
kayu
keras;
3).
Pometia
pinnata II- 11 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO (Sapindaceae), dan jenis fauna yang perlu diselamatkan yaitu 1). Anoa kecil (Bubalus quarlesi); 2). Babirusa (Babirousa babirusa); 3). Tarsius (tarsius spectrum); 4). Babi hutan (sus celebensis); 5). Kera hitam (macaca nigra nigrescens). Tabel 2.5 Tipe Ekosistem Kawasan TNBNW No
Tipe Ekosistem
Uraian
1
Hutan lumut
Pada ketinggian di atas 1600 m dpl, disekitar puncak pegunungan
2
Hutan hujan pegunungan rendah
Pada ketinggian 1000‐1600 m dpl, kanopi rendah dan sedikit terbuka. Pada ketinggian 1600 m ditemukan lumut yang menempel pada pohon. Vegetasi bawah cukup tebal, dengan jenis‐jenis rotan, pandan, dan paku‐ pakuan
3
Hutan hujan dataran Ditemukan pada ketinggian 300‐1000 m dpl, umumnya rendah (hutan terletak di atas batuan vulkanis. pamah)
4
Hutan sekunder
Terdapat pada daerah bekas penambangan yang tidak terpelihara dan tidak terkena kebakaran
Keterangan: Jenis flora di dalam tipe hutan sekunder meliputi Piper adundum, Melastoma malabathricum; Lantana camara, dan Musa sp, serta tutupan rerumputan lebat.
Jenis-jenis flora yang khas dan memiliki nilai cukup tinggi dari segi konservasi maupun potensi pengembangannya antara lain: bunga bangkai; hanjuang hijau; berbagai jenis rotan dan palem, paku-pakuan; beberapa jenis anggrek; beberapa jenis tumbuhan berkayu yang potensial untuk usaha kehutanan seperti: cempaka, kenanga, agathis, kayu hitam, kayu besi, eucalypthus, dan beberapa jenis bambu. Jenis flora yang dominan di kawasan TNBNW adalah jenis-jenis Ficus. Jenis-jenis flora sesuai dengan tipe ekosistemnya dapat dirinci sebagai berikut. Jenis-jenis vegetasi di daerah hutan hujan dataran rendah antara lain adalah: a. Familia Lauraceae. contoh: Garcinia sp b. Familia Myristicaceae, c. Familia Miliaceae. contoh Sandoricum sp, Dysoxylum sp d. Familia Anacardiaceae, contoh Dracontomelon sp, Swintonia sp, dan Spondias sp, II- 12 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO e. Familia Sapotaceae: Palaquium spp f. Familia Sterculiaceae: Scephium sp, Ptersopermum sp dan Heritria sp. Jenis-jenis lain yang tumbuh di hutan hujan dataran rendah pada tanah Alluvial, antara lain adalah: Pometia pinnaca; Octomeles sumatrana; Duabanga moluccana; Ficus sp; Eugenia sp; Dischopia sp; Artocarpus sp. Barrie (2007) melaporkan bahwa: “Corpse flowers or Titan Arum (amorphophallus titanum) have been found in Tulabolo village, Bone Bolango District, Gorontalo Province, northern Sulawesi Island. The flower, which looked like Rafflesia Arnoldii flower, usually bloomed in rainy season. “In the rainy season, local residents` plantation areas are usually covered fully by hundreds of ‘corpse flowers`, which produce bad smell,”. The local authorities could check the flowers to confirm their species and promote them for a tourist attraction.`Corpse` flowers are found only in Indonesia`s equatorial tropical rainforests of Sumatra, Kalimantan and Java islands. It was first discovered in Sumatra by Italian botanist Odoardo Beccari in 1878”. Sebagai zona rimba, di kawasan ini terdapat berbagai jenis flora dan fauna. Jenis flora yang dapat ditemukan, di antaranya: sekitar 400 jenis pohon, 241 jenis tumbuhan tinggi, 120 jenis paku-pakuan, 100 jenis tumbuhan lumut, serta 90 jenis anggrek, termasuk famili Orrchide (anggrek putih). Sementara jenis fauna, di antaranya: 24 jenis mamalia, 125 jenis aves, 11 jenis reptilia, 2 jenis amfibia, 38 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang, dan 19 jenis ikan. Keistimewaan TNBNW ini terletak pada keanekaragaman tumbuhan (flora) dan satwa (fauna) yang sebagian besar merupakan tumbuhan dan satwa khas (endemik) Pulau Sulawesi. Di kawasan ini ditemukan berbagai macam tumbuhan khas dan langka, seperti: Palem Matayangan (Pholidocarpus ihur), kayu hitam (Diospyros celebica), kayu besi (Intsia spp.), kayu kuning (Arcangelisia flava), dan bunga bangkai (Amorphophallus companulatus). Beberapa satwa khas, seperti: monyet hitam/yaki (Macaca nigra-nigra), monyet dumoga bone (Macaca nigrescens), tangkasi (Tarsius spectrum-spectrum), musang sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii-musschenbroekii), anoa besar (Bubalus depressicornis), anoa kecil (Bubalus quarlesi), babirusa (Babyrousa babirussa celebensis).
II- 13 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Gambar 2.7. Babirusa, fauna endemik Sulawesi. Babirusa (Babyrousa babyrousa) yang bertumbuh seperti babi, mempunyai taring panjang yang melengkung ke atas dan tidak makan umbi-umbian, tetapi makan buah-buah yang jatuh; anoa besar (Bubalus depresicornus). Anoa kecil (Bubalus quar-lesi) sering disebut sebagai kerbau kerdil.
Musang sulawesi (Macrogalidia musschenbroeckii) sudah
sulit sekali ditemui. Kuskus beruang (Phalanger ursinus) dan kuskus kerdil (Phalanger celebensis) adalah mamalia yang hidup bergantung di pepohonan. Beberapa ragam jenis kelelawar juga ditemukan dan salah satu jenis di antaranya diduga sebagai jenis endemik Sulawesi. Jenis aves yang paling unik adalah burung maleo (Macrosephalon maleo). Burung maleo (Macrocephalon) adalah salah satu satwa endemik yang merupakan maskot kawasan ini. Burung ini sangat unik, ukuran badannya hampir sama dengan ayam, bahkan telurnya 6 kali lebih berat telur ayam. Burung ini meletakkan telurnya di dalam tanah atau pasir sedalam 30-40 cm di sekitar sumber air panas yang ada di kawasan ini. Anak burung maleo yang baru berumur satu hari muncul dari dalam tanah atau pasir. Burung maleo (macrocephalon) salah satu satwa khas (endemik) yang merupakan maskot kawasan ini. Selain atraksi burung maleo, berbagai obyek wisata lain yang ada di kawasan ini, yaitu: air terjun, sumber air panas, danau, dan situs peninggalan sejarah.
II- 14 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Jenis endemik lainnya adalah julang sulawesi (Rhyticetos cassidix), burung berparuh besar yang memiliki warna bulu hitam, ekor dan paruh kuning, serta berjambul merah. Burung ini termasuk bertubuh paling besar dibandingkan dengan 54 jenis rangkong yang tersebar di daerah tropis Asia dan Afrika.
Gambar 2.8 Mangga Dulamayo
Lokasi TNBNW secara administatif, terletak di antara dua provinsi, yakni di Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara dan di Kecamatan Suwawa dan Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Secara keseluruhan pengelolaan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone terdiri atas 3 Seksi yang membawahi 11 Resort, dan khusus wilayah Gorontalo dikelola oleh Seksi Konservasi Wilayah I Limboto yang terdiri atas : Resort Bone Pantai; Resort Bone; Resort Bolango; Resort Tulabolo-Pinogu. Curah hujan di kawasan TNBNW berkisar antara 1.700 hingga 2.200 mm/tahun dan temperatur udara berkisar antara 21,5 °C hingga 31 °C. Di kawasan ini terjadi musim penghujan antara bulan November hingga April, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan April hingga November. Waktu baik untuk berkunjung ke kawasan ini, yaitu bulan April sampai dengan September.
II- 15 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO b. Kabupaten Gorontalo Wilayah Kabupaten Gorontalo memiliki area berlereng datar hingga terjal, dengan jenis penutup lahan berupa hutan, kebun campuran, semak, belukar, lahan terbuka, permukiman, sawah, tubuh air dan rerumputan. Berbagai vegetasi yang berada di wilayah provinsi sebagian besar dapat ditemukan di wilayah Kabupaten Gorontalo. Contoh jenisjenis flora penting, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Cyanometra Cauliflora (Caesal-piniaceae) atau Namu-namu, pohon 2. Averrhoa Bilimbi L. (Oxalidaceae) atau Balimbing Botol, pohon 3. Mangifera Caesia (Anacardiaceae) atau Dulamayo, pohon, ditemukan di Kecamatan Tapa. 4. Nephelium Muabile (Sapindaceae) atau Rambutan Hutan, pohon, 5. Flacourtia Inermis (Flacourtiaceae) atau Lobe-lobe, pohon 6. Eugenia Densiflora (Myrtaceae) atau Molahengo, pohon 7. Antidesma Bunius (Euphorbiaceae) atau Takuti, pohon 8. Annona Squamosa (Annonaceae) atau Srikaya, pohon 9. Phyllanthus Acidus (Euphorbiaceae) atau Tili, pohon 10. Artocarpus Altilis (Moraceae) atau Amu, pohon 11. Zea Mays (Poaceae) atau Kikimoputio, herba
Danau Limboto merupakan danau yang terletak dalam DAS Limboto yang merupakan salah satu DAS dalam Wilayah Sungai Limboto-Bolango-Bone memiliki keragaman hayati yang tinggi. Ada 17 spesies ikan dari 12 famili, terdiri dari 9 jenis ikan asli dan 8 jenis ikan introduksi yang terdapat di danau tersebut. Permukaan perairan danau ditumbuhi enceng gondok dan rerumputan, yang terjadi karena proses sedimentasi di dasar danau. Luas sebaran eceng gondok dan tanaman lainnya mencapai sekitar 70 % dari luasan danau. Eceng gondok terdapat dibagian tengah, barat, utara dan tenggara. Konsentrasi terbesar berada dibagian tengah. Penyebaran eceng gondok dan jenis tanaman mengapung lainnya sangat dipengaruhi oleh musim. Eceng gondok bergerak dari Barat-Utara ke Timur dan Selatan.
II- 16 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
(a)
(b)
(c)
Gambar.2.9. Ikan-ikan endemik Danau Limboto : (a) Manggabai (b) Ikan Saribu (c) Huluu.
c. Kabupaten Gorontalo Utara Dilokasi ini juga terdapat pos pengamatan dan perlindungan jenis tumbuhan dan hewan oleh dinas kehutanan. Pada lokasi ini ditemukan hampir 35 jenis pohon dengan jenis pohon yang dominan adalah Nantu (Palaquium obtusifolium Burck), Cempaka, Meranti dan Pangi (Panggium edule Reinw). Beberapa flora dan fauna yang ditemukan disepanjang bantaran Sungai Buladu diantaranya ; 21 jenis pohon diantaranya Bambu Biasa, Bambu kuning, Aren, Kelapa, Mangga, Sukun, Nangka, Ikan: Gabus, Belut, Lele, Payangga, Hulu’u, Mujair, Nike, Mikrozoobentos, Siput air, Kepiting, Udang, dan Keong. Keanekaragaman hayati pantai untuk jenis manggrove di pantai utara yang dominan adalah Rhizophora apiculata dan Aegiceras corniculatum. Di Kecamatan Anggrek, dilakukan penanaman magrove, jenis Rhizopora apiculata untuk mereboisasi kawasan pesisir. Di II- 17 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Pulau Payunga dan Pulau Saronde, ditemukan ada beberapa jenis vegetasi lamun yang termasuk dalam kondisi yang sangat baik, yang pada umumnya didominasi oleh Enhalus dan Thallasia. Di Pulau Saronde juga ditemukan jenis Cymodocea serrulata.
d. Kabupaten Boalemo Kabupaten Boalemo memiliki Suaka Marga Satwa Nantu. Hutan Nantu sangat penting bagi masyarakat Gorontalo sebagai daerah tangkapan air dan menjadi hulu Sungai Paguyaman, salah satu sungai besar (panjang 99.3 km) di Sulawesi bagian utara. Jenis tanaman pada bagian hulu sungai ini terdapat berbagai jenis kayu-kayuan, diantaranya: agatis, nantu, jati, rotan, kelapa, bambu, pisang, mangga, kemiri, kapuk, dan nangka. Hutan Nantu merupakan habitat terbaik berbagai jenis satwa liar seperti babirusa, anoa, Macaca heckii, tarsius dan lebih dari 90 jenis burung, termasuk 35 jenis yang endemik Sulawesi. Dalam Hutan Nantu terdapat kolam Adudu, mata air panas asin mengandung belerang yang disukai berbagai jenis satwa liar, terutama babi rusa. Menurut DR. Ir. Lynn Clayton, peneliti asal Inggris yang telah melakukan penelitian di Hutan Nantu selama 20 tahun sejak tahun 1988, diperkirakan satwa babirusa ke kolam untuk memperoleh berbagai mineral, melindungi perut mereka agar tidak menjadi terlalu asam dan perlindungan dari racun yang ada di biji buah “Pangi”, salah satu makanan kesukaan babirusa. Babirusa dan satwa hutan Nantu sangat terancam oleh perdagangan daging hewan liar untuk dijual ke pasar-pasar di Minahasa, Sulawesi Utara.
e. Kabupaten Pohuwato Sungai Taluduyunu melewati Kota Marisa Kabupaten Pohuwato. Sungai ini termasuk pada tipe subsekuen yang bersifat Permanen berbentuk (U lebar) sampai (U) dengan pola aliran (Orientasi di Peta). Kondisi fisik sungai Taluduyunu mempunyai tingkat kedalaman pada bagian hulu dan hilir mencapai 100 cm, lebar sungai bagian hulu 90 m dan bagian hilir 20 m. Kecepatan arus 102,3 m3/detik bagian hulu dan 1,17 m3/detik bagian hilir, Debit air cukup besar yang mengalir dari wilayah hulu 102,3 m3/detik bagian hilir 23,4 m3/detik. Lokasi aliran sungai Taluduyunu lahan sudah di jadikan dialih fungsi menjadi perkebunan jagung rakyat dan tanaman tebu oleh masyarakat. Jenis tanaman pada bagian hulu masih terdapat kayu-kayuan seperti : Agatis, Nantu, Jati, dan Rotan serta tanaman II- 18 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO budidaya seperti kelapa, bambu, pisang, mangga, kemiri, kapuk, dan nangka. Sedang jenis fauna yang terdapat dikawasan aliran Sungai Taluduyunu seperti : Buaya, ular, rangkong, kelelawar, kera, babirusa, ayam hutan. Wilayah pertambangan Gunung Pani berada pada Kawasan Cagar Alam Panua, yang merupakan perlindungan burung maleo (panua). Kondisi di lapangan, kawasan bagian timur perbukitan Gunung Pani berupa hutan lebat, bagian barat sebagian tertutup hutan, perladangan dan sebagian berupa pemukiman. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa Provinsi Gorontalo secara keseluruhan kawasan hutannya menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang cukup tinggi meskipun kawasan-kawasan tersebut pernah dieksploitasi oleh perusahan kayu, namun kondisi vegetasi masih memungkinkan untuk proses regenerasi alami sehingga tegakan hutan menjadi pulih kembali.
f. Kota Gorontalo Jenis tanaman yang terdapat di kota Gorontalo menyebar di seluruh wilayah kecamatan dengan jumlah bervariasi. Tumbuhan yang umum ditemukan adalah jenis tanaman obat dan tanaman hias yang ditanam di pekarangan rumah atau di kebun. Perkembangan Kota Gorontalo sebagai pusat kegiatan Jasa dan perdagangan menyebabkan perubahan lahan-lahan terbuka hijau menjadi pemukiman, perkantoran, hotel, dan tempat-tempat usaha. Pemukiman terbatas lahannya, sehingga untuk memanfaatkan lahan pekarangan yang sempit, masyarakat menanam tanaman berpohon kecil atau menanam pohon-pohon dalam pot. Jenis tumbuhan yang banyak ditanam adalah tanaman obat, tanaman hias dan tanaman buah. Selain dapat menciptakan suasana sejuk dan indah, juga berfungsi sebagai bahan-bahan bumbu dapur dan obat alami. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat dan tanaman hias diantaranya adalah cempaka (Michelia champaka), jempiring (Gardena sp), kamboja (Plummeria accuminata), kembang sepatu (Hibiscus sp), kemuning (Murraya paniculata), kumis kucing (Orthosiphon spicatus), lidah buaya (Aloe vera), pohon merah, (Euphorbia pulcherrima), puring (Codiacum sp), soka (Ixora sp), tapak dara (Vinca rosea) dan lain-lain. Sedangkan tanaman buah diantaranya adalah mangga (Mangifera indica), alpokat (Porsea odoratum), jambu biji (Psidium guajava), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), nangka (Arthocarpus heterophylla), rambutan (Nephelium lappaceum), dan sawo kecik (Manikaya kauki). Beberapa jenis tanaman ditanam untuk penghijauan kota dan tanaman hias juga berfungsi sebagai paru-paru kota, misalnya akasia (Acasia sp), asam (Tamarindus indica), II- 19 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO bungur (Lagerstromia sp), kembang kertas (Bougenvillea spectabilis), kelapa (Cocos nucifera), palm raja (Oreodoxa regia), angsana (Pterocarpus indicus), ketapang dan lainlain. Jenis pohon yang ditanam memiliki beberapa aspek (fungsi), misalnya tanaman beraspek estetika seperti Jempiring (Gardena sp), Kembang kertas (Bougenvillea spectabilis) , Varigata (Varigata sp), Glodog Tiang, Kelapa (Cocos nucifera) dan Puring Bangkok (Codiaeum sp), Palm raja (Oreodoxa regia), Anggrek Bandung, Kana Presiden, Sansivera dan lain-lain. Terdapat juga tanaman yang memiliki aspek konservasi seperti Angsana (Pterocarpus indicus), Gendayaan, Spatudia, Mahoni (Sweitenia mahagoni), Kembang Kuning dan Ketapang. Keanekaragaman hayati satwa daratan di wilayah Kota Gorontalo terdapat spesies yang meliputi kelas amfibi, reptil, aves, dan mamalia. Spesies amfibi yang ditemukan adalah Rana sp dan Bufo sp. Jenis reptil yang ditemukan meliputi biawak (Varanus salvator) ditemukan terutama di bagian utara Kota Gorontalo, bunglon (Bronchocela jubata), serta iguana (Iguana iguana) yang sudah jarang ditemukan, sementara jenis kadal (Mabouya multifasciata) dan tokek (Gecko gecko) masih sering dijumpai. Spesies reptil yaitu Kura-kura (Cuora amboinensis) dan Penyu (Chelonia sp.) ditemukan di perairan Pantai Gorontalo meskipun sudah langka, sedangkan 4 jenis Ular (Lycodon aulicus, Ptyas karros, Acrochordus granulatus dan Cerberus rhynchops) dapat ditemukan di beberapa tempat. Jenis unggas (Aves) yang dapat ditemukan di wilayah Kota Gorontalo diantaranya ayam (Gallus gallus) dan bebek (Anas sp) yang cukup berlimpah, dipelihara penduduk dalam skala kecil atau peternakan karena nilai ekonomisnya tinggi, serta ayam (Gallus varrius) hutan di wilayah pinggiran kota, sementara spesies merpati (Columba livia) dipelihara penduduk. Komunitas burung di wilayah Kota Gorontalo lebih didominansi oleh jenis-jenis burung air, di antaranya: Pecuk-padi belang (Phalacrocorax melanoleucos), Pecuk ular asia (Anhinga melanogaster), Cangak abu (Ardea cinerea), Kuntul besar (Egretta alba), Kuntul perak (Egretta intermedia), Blekok sawah (Ardeola speciosa), Kowak malam kelabu (Nycticorax nycticorax), Gajahan besar (Numenius arquata), Trinil semak (Tringa glareola) dan Raja udang erasia (Alcedo sp). Jenis-jenis yang menyebar secara merata pada hampir seluruh kawasan adalah dari famili Ardeidae seperti : Cangak laut (Ardea sumatrana), Cangak abu (Ardea cinerea), Cangak merah (Ardea purpurea), Kuntul besar (Egretta alba), Kuntul perak (Egretta intermedia), Blekok sawah (Ardeola speciosa), Kowak malam kelabu (Nycticorax II- 20 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO nycticorax), Gajahan besar (Numenius arquata), Raja udang biru (Alcedo coerulescens), Belibis kembang (Dendrocygna arcuata), dan Kakatua (Cacatua sp). Keanekaragaman jenis burung di wilayah Kota Gorontalo, baik burung daratan maupun burung air tergolong tinggi. Sedangkan dari keutuhan dan perkembangan populasinya sudah menurun. Beberapa jenis burung sudah tidak muncul lagi pada habitat yang diamati, yang ditemui pun populasinya juga sangat menurun. Jenis mamalia terdiri dari hewan-hewan peliharaan di kawasan pemukiman, hewan ternak yang dibudidayakan, maupun liar. Beberapa spesies mamalia seperti Musang (Paradoxurus hermaphroditus) sudah jarang ditemukan. Keragaman hayati tumbuhan perairan di wilayah Kota Gorontalo meliputi vegetasi alga laut, dan lamun yang ditemukan di sepanjang wilayah lautan dan pesisir pantai Kota Gorontalo. Vegetasi mangrove sudah tidak ditemukan akibat berubah jadi pemukiman penduduk disepanjang pantai Kota Gorontalo. Status sumber daya makro-alga yang ada di wilayah ini masih cukup baik, hal ini disebabkan oleh tingkat eksploitasi terhadap sumber daya tersebut masih relatif rendah. Jenis-jenis makro-alga tersebut banyak yang belum diteliti tentang fungsi dan kegunaan sumber daya ini.
(a)
(b)
Gambar.2.10. Ikan Nike, (a) Foto nike (b) Nelayan menangkap ikan nike di Teluk Gorontalo
Keanekaragaman Hayati Ikan di Ekosistem Pesisir dan Lautan berupa Kerapu lumpur (Eunephilus sp), Baronang (Siganus javus), Bandeng (Chanos chanos), dan Kakap (Lates calcarifer), serta beberapa jenis lain yang dikenal masyarakat Gorontalo sebagai ikan II- 21 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Bubara, layang, nike, kakap, cakalang, ekor kuning, tongkol oci, tamako, antoni, malalugis, serta tandipang. Jenis ikan tawar yang dijumpai diantaranya banyak hidup di danau Limboto seperti ikan nila, mujair, gabus, ikan mas, koan, kepiting dan udang serta jenis ikan endemik danau Limboto seperti ikan payangga, huluu, dan ikan manggabai. Sebagian jenis ikan-ikan air tawar ini juga hidup di sungai Bone, Sungai Bolango, dan Sungai Tamalate yang melintasi Kota Gorontalo.
C. AIR Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apapun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air terdapat di Wilayah Sungai/WS atau DAS dan Cekungan Air Tanah (CAT). Air menjadi Isu dan Indikator Utama Ekosistem DAS dengan jargon masalah Too Much, Too Little, dan Too Dirty. Dimana too much menyebabkan banjir, too little menimbulkan kekeringan, dan too dirty menimbulkan masalah pencemaran. 1. Sumberdaya Air Permukaan Wilayah Provinsi Gorontalo memiliki tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, masingmasing DAS Randangan, DAS Paguyaman dan DAS Limboto Bolango Bone. Di luar dari ketiga DAS utama tersebut, juga ditemukan banyak DAS-DAS kecil lainnya yang umumnya terdapat di hampir seluruh wilayah pegunungan di pinggiran kawasan pantai. Air dari DAS-DAS kecil ini bermuara di Teluk Tomini untuk DAS di bagian Selatan Provinsi dan di Laut Sulawesi untuk DAS di bagian Utara Provinsi. Sungai-sungai kecil yang bermuara di utara antara lain S. Bulontio, S. Boliohuto, S. Sumalata, S. Dulakapa, S. Buluto, S. Buluoka, S. Monano, S. Tolongio, S. Ilangata, S. Kwandang dan S. Bubode. Sungai-sungai yang bermuara di selatan antara lain S. Tamboo, S. Tombulilato, S. Sogisadaa, S. Taludaa, S. Sinabayuga, S. Potoila, S. Bobaa, S. Tumbihe dan Sungai Tilamuta. Dua sungai kecil lainnya, yaitu S. Taluhubongo dan S. Dutula Dua bermuara di Danau Limboto yang airnya selanjutnya mengalirkan airnya ke Teluk Tomini. Sungai-sungai kecil tersebut berasal dari jajaran Pegunungan Tilong Kabila, Perantanan, Bone, dan Loba serta jajaran gunung-gunung lain yang tingginya bervariasi
II- 22 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO dari 520 m (G. Pobolu) sampai 2.065 m (G. Boliohuto). Karena kepentingannya yang sangat vital, berikut ini akan diuraikan lebih jauh ketiga DAS utama di Provinsi Gorontalo. 1.1. Daerah Aliran Sungai Randangan DAS ini melintasi Kecamatan Popayato, Marisa dan Paguat dan bermuara di pantai Marisa. Luas DAS ini adalah sekitar 290.000 ha dengan panjang sungai utama sekitar 115 km. Mayoritas (sekitar 80 %) dari wilayah DAS ini berada pada daerah dengan topografi berbukit dan bergunung dengan kemiringan lereng > 40 %, sehingga seyogyanya harus diperuntukkan sebagai kawasan lindung. Oleh karena pola aliran sungai DAS ini adalah denritik dan pararel, air yang dialirkan dengan cepat mencapai hilir. Akibatnya, wilayah hilir DAS menjadi rentan banjir. Kerusakan lahan dan erosi di wilayah hulu, misalnya karena kegiatan penambangan atau pertanian, akan menghasilkan tingkat sedimentasi yang tinggi di wilayah hilir. Oleh karena itu, pengelolaan lahan dan kegiatan usaha di wilayah hulu perlu dilakukan melalui program yang disusun berdasarkan perencanaan yang tepat dan dilaksanakan dengan konsekwen. Pengelolaan DAS Randangan secara tepat menjadi sangat penting karena tiga alasan. Pertama, karena di wilayah hulu DAS terdapat sumber daya alam yang potensial, khususnya untuk pertanian, peternakan dan pertambangan, yang bila dikelola dengan tepat akan berguna bagi masyarakat. Pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah hulu DAS, bila tidak dikelola dengan benar, akan memberi konflik bagi kepentingan keberadaan DAS lainnya, termasuk resiko banjir dan sedimentasi. Kedua, wilayah hilir DAS ini merupakan daerah potensial bagi pertanian dan perikanan. Ketiga, DAS Randangan merupakan sumber air utama untuk mendukung berbagai kegiatan pengembangan di Kabupaten Pohuwato. 1.2. Daerah Aliran Sungai (DAS) Paguyaman DAS Paguyaman melintasi dua kabupaten, di bagian baratnya adalah wilayah Kabupaten Boalemo, sedangkan di sebelah timurnya
Kabupaten Gorontalo. Adapun
wilayah yang dilewati adalah Kecamatan Tilamuta, Paguyaman, dan Tibawa, kemudian bermuara di Teluk Paguyaman. DAS ini memiliki luas sekitar 250.000 ha. Sungai utama DAS ini yang panjangnya sekitar 99,3 km. Sedikitnya 70 % dari wilayah DAS mempunyai topografi bergunung sampai berbukit dengan kemiringan lereng > 40 %. Dengan topografi berbukit dan pegunungan ini, sungai utama DAS Paguyaman berbentuk lembah dalam, sehingga mampu menampung debit aliran air tinggi. Tidak diperoleh data debit sungai di provinsi ini, tetapi berdasarkan hasil pengukuran oleh PLN (1985) dan DPU (1987) Provinsi Sulut, Sungai Paguyaman adalah yang tertinggi kecepatan II- 23 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO arusnya (23,4 sampai sampai 63,4 m/detik) dengan kedalaman sungai mencapai 76 cm (Tabel 4.2). Dengan potensi seperti itu, Sungai Paguyaman dinilai memiliki produktivitas air yang besar, sehingga dapat memenuhi kebutuhan air untuk pertanian dan kebutuhan lainnya. Namun, yang merisaukan adalah ada indikasi bahwa fluktuasi debit tahunannya terus menjadi lebih besar, mengindikasikan proses degradasi lahan di wilayah DAS ini yang terus berlangsung. Potensi kerusakan DAS Paguyaman memang besar karena beberapa alasan. Pertama, karena luas DAS yang besar, mencakup kawasan budidaya yang besar. Kedua, topografi wilayah hulu DAS yang kondusif bagi proses erosi. Ketiga, konflik pengelolaan di masa depan, karena wilayah DAS ini melintasi dua kabupaten berbeda, walaupun mayoritas berada di Kabupaten Boalemo. Dengan demikian, model pengelolaan DAS yang singkron dengan program pengembangan wilayah lintas kabupaten perlu dirumuskan dengan baik.
1.3. Daerah Aliran Sungai (DAS) Bolango-Bone DAS Bolango-Bone sesungguhnya dibangun oleh dua DAS berbeda, DAS Bolango dan DAS Bone, keduanya bermuara di Teluk Gorontalo. DAS Bone jauh lebih besar dari pada DAS Bolango. Secara bersama-sama, DAS Bolango-Bone mempunyai luas sekitar 265.000 ha dengan panjang sungai utama sekitar 100 km. Sama dengan kedua DAS utama lainnya di Provinsi Gorontalo, DAS Bolango-Bone juga didominasi (80 %) oleh wilayah dengan kemiringan lereng >40 %. Artinya, DAS ini juga rentan terhadap proses degradasi yang cepat jika kawasan hulu dari catchment areanya dikelola secara tidak tepat. DAS ini sangat rentan terhadap banjir. Ini terlihat pada frekwensi banjir yang terjadi di Kota Gorontalo. DAS Bolango-Bone (terutama DAS Bolango) memberi kontribusi besar terhadap sedimentasi Danau Limboto yang saat ini lebih banyak berbentuk daratan dari pada perairan, karena sebagian besar dari mangkuk danau telah berubah menjadi daratan. Hal yang menggembirakan adalah, kualitas air Sungai Bone yang masih tampak jernih. Meskipun demikian, dari berbagai sumber, termasuk dari interpretasi gambar citra landsat (rekaman Oktober 2000), diketahui bahwa sebagian dari kawasan DAS ini telah mulai terbuka. Danau Limboto merupakan bagian penting dari ekosistem perairan Kota Gorontalo. Danau Limboto mempunyai banyak fungsi, seperti penyangga banjir (terutama dari Sungai II- 24 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Bolango), menstabilkan suplai air tanah wilayah sekitar, sumber perikanan air tawar, obyek wisata air, memberikan nilai estetika bagi kota Gorontalo dan sarana pendidikan. Fungsifungsi ini telah berkurang drastis dan nyaris hilang sama sekali. Rusaknya lingkungan DAS Bolango dan daerah tangkapan di pinggiran danau di kota Gorontalo merupakan penyebab utama pendangkalan dan penciutan areal danau. Berdasarkan kenampakan fisik sungai-sungai yang bermuara ke danau, maka sungai-sungai di bagian selatan (dengan topografi curam, lebih terganggu dan berhubungan langsung dengan danau) diperkirakan memiliki sumbangan sedimentasi lebih tinggi dibandingkan sungai-sungai bagian barat dan tengah. Penyuburan perairan danau turut yang mendorong tumbuhnya gulma air mempercepat proses pendangkalan danau. Meskipun luas danau berkurang cepat dan sedimentasi berlangsung cepat, fluktuasi kedalaman danau antara kedalaman maksimum dan minimum serta kedalaman rata-rata tidak banyak berubah, khususnya antara periode 1988 sampai 1998. Data ini kontradiktif dengan kenyataan bahwa proses sedimentasi danau terus berlangsung. Kemungkinan, pada lokasi tertentu dari danau (pada lokasi pengukuran kedalaman) perubahan kedalaman danau tidak banyak mengalami perubahan. Meskipun demikian, tetap tampak adanya kecenderungan peningkatan rasio kedalaman maksimum terhadap kedalaman minimum. Berdasarkan pengukuran tahun 1995, rata-rata sedimen tersuspensi dalam aliran rendah mencapai 8,2 ton/hari, sedangkan rata-rata sedimen tersuspensi dalam aliran tinggi 5300 ton/hari. Debit inlet dalam periode aliran terendah (8 bulan) adalah 2,8 m3/detik dan inlet dalam periode aliran tinggi (4 bulan ) sedikitnya 5,3 m3/detik. Dengan gambaran seperti itu, dan mengingat topografi lingkungan Danau Limboto yang datar, maka dapat dipastikan bahwa laju sedimentasi dan pendangkalan atau penciutan luas danau akan berlangsung dengan cepat. Di samping DAS dan danau, Provinsi Gorontalo juga mempunyai banyak jaringan irigasi yang terdistribusi di ketiga kabupaten. Di Kabupaten Gorontalo, terdapat jaringanjaringan irigasi Posso, Molalahu, Lomaya, Alo, Pilohayanga, Huludupitango, Hunggalua, Pohu, Alale, Bongo, Tolinggula, Mohiolo dan Potanga. Di Kabupaten Bualemo, terdapat jaringan irigasi Bunuyo, Bongotua, Karangetan, Taluduyunu, Lemito, Randangan Kiri, Paguyaman Kiri, Marisa IV, Molosipat dan Popayato. Mengingat air sungai, danau, air tanah dan air hujan sangat dibutuhkan oleh masyarakat
maka perlu diperhatikan pemanfaatan maupun pemeliharaannya. Hal ini II- 25 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO disebabkan karena untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standar tertentu tidaklah mudah karena tergantung pada banyak faktor penentu. Walaupun penetapan standar air yang bersih tidak mudah, namun ada kesepakatan bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air, akan tetapi didasarkan pada keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal maka hal itu berarti air tersebut telah mengalami pencemaran. Saat ini banyak keluhan dari masyarakat Gorontalo
bahwa ada beberapa daerah yang memiliki PETI (Penambangan Emas Tanpa
Izin) ataupun Industri-industri yang menimbulkan pencemaran di wilyah sungai. Untuk itu Badan Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo melakukan pemantauan terhadap kualitas air sungai, dan danau, untuk air hujan dan air sumur saat ini belum ada pemantauan dari Dinas yang terkait. Kualitas air sungai dan danau dapat di lihat pada tabel-tabel berikut. Saat ini pemantauan kualitas air sungai hanya di 5 Lokasi yang dipantau yaitu: Sungai Paguyaman, Sungai Bolango, Sungai Buladu, Sungai Taluduyunu dan Sungai Bionga. a. Sungai Paguyaman Sungai Paguyaman merupakan salah satu sungai besar diwilayah Propinsi Gorontalo yang menjadi batas geografi antara dua kabupaten, yaitu kabupaten Gorontalo dan kabupeten Boalemo. Aliran Sungai Paguyaman mencakup beberapa daerah di Gorontalo. Wilayah aliran Sungai Paguyaman mencakup Paguyaman, Boliyohuto, Wonosari, Tibawa, Tilamuta, Dulupi dan Mananggu dengan total Panjang Sungai 99,3 km. Bagian hulu sungai ini terdapat di daerah kawasan hutan Nantu sebuah kawasan hutan suaka alam serta bermuara di Teluk Tomini. Sungai ini selain mengalirkan air dari arah barat, juga menerima debit tambahan dari beberapa anak-anak sungai. Kondisi sempadan dan bantaran banyak digunakan masyarakat untuk areal pemukiman dan perkebunan. Kondisi fisik sungai Paguyaman berdasarkan hasil pengukuran menunjukan bahwa tingkat kedalaman pada bagian hulu mencapai 70 cm dan bagian hilir 10 cm, lebar sungai bagian hulu 12 m dan bagian hilir 19 m. Kecepatan arus 1,38 m3/detik bagian hulu dan 0,79 m3/detik bagian hilir, Debit air cukup besar yang mengalir dari wilayah hulu 25,9 m3/detik pada bagian hilir berkurang hingga 4,85 m3/detik.
II- 26 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Gambar. 2.11. Peta Sungai Paguyaman
Kualitas Air Sungai Paguyaman Hasil Pemantauan Kualitas Air Sungai Paguyaman tahun 2012 bagian hulu, tengah dan hilir dengan metoda analisis Indeks Pencemaran disajikan dalam Tabel 2.5. Berdasarkan data tersebut, bahwa kualitas air Sungai Paguyaman Bagian Hulu sudah masuk kategori cemar sedang untuk baku mutu air Kelas I dan Kelas II. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas II adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan. Untuk mutu air kelas 2, Sungai Paguyaman bagian hulu memiliki kadar TSS = 2356 mg/L melebihi baku mutu 50 mg/L, kadar BOD = 6.96 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L.
II- 27 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Kadar oksigen terlarut, DO berkisar 5.8 mg/L, masih memenuhi syarat yakni minimal 4 mg/L. Sementara itu kadar COD di hulu 17.4 mg/L dengan baku mutu 25 mg/L. Nilai pH pemantauan 7,66 dan masih berada dalam rentang pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6 – 9. Konsentrasi padatan terlarut atau TDS berkisar 100 mg/L masih berada dalam baku mutu yaitu 1000 mg/L. Sedangkan kadar coliform total 3300 masih memenuhi syarat dengan baku mutu = 5000/ 100 ml. Kadar nitrat 0.16 mg/L masih dibawah baku mutu 10 mg/L. Kadar amoniak juga masih memenuhi syarat kualitas air kelas 1 yaitu 0.2 dengan baku mutu 0.5 mg/L. Parameter kimia yang dipantau adalah kadar Hg atau merkuri. Bagian hulu Sungai paguyaman saat pemantauan memiliki kadar merkuri 0.0919 mg/L, yang sudah jauh diatas baku mutu 0,002 mg/L. Kualitas air Sungai Paguyaman pada Bagian Tengah juga sudah masuk kategori cemar sedang untuk baku mutu air Kelas II. Kadar TSS = 2558 mg/L melebihi baku mutu 50 mg/L, kadar BOD = 6.96 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L. Kadar coliform total 7900 sudah melampaui syarat dengan baku mutu = 5000/ 100 ml. Kadar merkuri 0.0094 mg/L, yang sudah empat kali lipat dibanding baku mutu 0,002 mg/L. Kadar oksigen terlarut, DO pada bagian tengah Sungai Paguyaman berkisar 6.1 mg/L, masih memenuhi syarat yakni minimal 4 mg/L. Sementara itu kadar COD di bagian tengah ini 17.4 mg/L dengan baku mutu 25 mg/L. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7,61, nilai ini masih berada dalam rentang pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6 – 9. Konsentrasi padatan terlarut atau TDS berkisar 110 mg/L masih berada dalam baku mutu yaitu 1000 mg/L. Kadar nitrat 0.23 mg/L masih dibawah baku mutu 10 mg/L. Kadar amoniak juga masih memenuhi syarat kualitas air kelas 1 yaitu 0.1 dengan baku mutu 0.5 mg/L. Kualitas air pada bagian hilir Sungai Paguyaman saat pemantauan dilakukan masuk kategori cemar ringan untuk baku mutu air Kelas II. Kadar TSS = 254 mg/L melebihi baku mutu 50 mg/L, kadar BOD = 10.44 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L. Kadar coliform total 26000 sudah melampaui syarat dengan baku mutu = 5000/ 100 ml. Sementara itu kadar COD di bagian ini 26.1 mg/L melampaui syarat dengan baku mutu 25 mg/L. Kadar merkuri 0.0063 mg/L, yang sudah tiga kali lipat dibanding baku mutu 0,002 mg/L. Kadar oksigen terlarut, DO pada bagian hilir Sungai Paguyaman berkisar 6.2 mg/L, masih memenuhi syarat yakni minimal 4 mg/L. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7,6, nilai ini masih berada dalam rentang pH yang dipersyaratkan dalam baku II- 28 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO mutu yaitu 6 – 9. Konsentrasi padatan terlarut atau TDS berkisar 100 mg/L masih berada dalam baku mutu yaitu 1000 mg/L. Pada bagian hulu, tengah dan hilir sungai Paguyaman terdapat kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) menggunakan merkuri dan sianida. Dari hasil pemantauan ini Kadar merkuri (Hg) di bagian hulu, tengah, maupun hilir sudah berada diatas baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 0,002 mg/L untuk kelas dua. Sedangkan kadar pencemar bakteri Coli meningkat dari hulu ke hilir diperkirakan karena aktivitas masyarakat yang semakin meningkat jumlahnya ke arah hilir. Status Mutu Air Status mutu air Sungai Paguyaman pada bagian Hulu, Tengah, dan Hilir pada pemantauan tahun 2012 disajikan pada Table 2.6. Table 2.6 Status Mutu Air Sungai Paguyaman No
Lokasi Sampling
Status Mutu Kelas 1
Kelas 2
1
Bagian Hulu
CEMAR SEDANG
CEMAR SEDANG
2
Bagian Tengah
CEMAR SEDANG
CEMAR SEDANG
3
Bagian Hilir
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
Sumber: Hasil Analisis Balihristi Provinsi Gorontalo, 2012 Sungai ini telah mengalami sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah, padatnya pemukiman di daerah sempadan sungai menyebabkan peningkatan volume limbah domestik ke sungai melalui aliran permukaan. Di sekitar Sempadan Sungai Paguyaman terdapat Pabrik Gula dan kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) Buladu yang limbahnya masuk ke Sungai Totopo dan Sungai Totopo akan bermuara ke Sungai Paguyaman dan selanjutnya akan bermuara ke Teluk Tomini. Hasil penelitian Badan Penelitian, Pengembangan, dan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Balitbangpedalda) Propinsi Gorontalo pada Tahun 2005 menyimpulkan bahwa Sungai Tatopo di Bumela telah tercemar logam berat Merkuri (Hg) yang diakibatkan oleh kegiatan PETI. Kandungan Merkuri pada sampel air mencapai 0,010 mg/l. Angka ini melebihi ambang batas kandungan Merkuri yang dipersyaratkan pada PP 82 diakibatkan II- 29 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO oleh kegiatan PETI. Kandungan Merkuri pada sampel air mencapai 0,002 mg/l. Penelitian lain yang dilakukan oleh Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Institut Teknologi Bandung (ITB) Tahun 2006 menyimpulkan bahwa 2 (dua) sungai lainnya di Propinsi Gorontalo, yaitu: Sungai Motomboto dan Mopuya di Kecamatan Suwawa dan Bone Pantai juga telah tercemar logam Merkuri / air raksa (Hg).
b. Sungai Bone Sungai Bone melintasi wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo mempunyai panjang 119,13 km yang. Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan bentuk linier dan termasuk dalam kawasan DAS Limboto Bolango Bone.
Gambar 2.12 Peta Sungai Bone Kondisi sempadan Sungai Bone bervariasi, Pada Bagian hulu sempadan sungai dalam kondisi sehat, arus air cukup deras dan berpotensi terjadinya infiltrasi dan ruang gerak air secara lateral. Sebaliknya, pada bagian Tengah dan Hilir kondisi sempadan sungai tidak sehat, tebing sungai rapuh, kondisi penampang sungai melebar, erosi relatif horisontal dan sering terjadinya Chanel bar yang cukup luas sehingga berpotensi terjadinya banjir.
II- 30 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Kondisi biofisik Sungai Bone Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kedalaman pada bagian hulu mencapai 50 cm dan bagian hilir cm, lebar sungai bagian hulu 100 m dan bagian hilir 100-200 m. Kecepatan arus 1,44 m/detik bagian hulu dan 0,95 m/detik bagian hilir.
Kulitas Air Sungai Bone Berdasarkan pemantauan tahun 2011 kualitas air sungai Bone bagian hulu tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, seperti kadar BOD = 5,06 mg/L dengan baku mutu 3 mg/l, Timbal = 34,9 mg/L dengan baku mutu 0,03 mg/L, Total Coliform = >2.400.000/100 mL dengan baku mutu 5.000/100 mL dan Coli Tinja = 4.300/100 mL dengan baku mutu 1.000/100 mL. Berdasarkan data pemantauan tersebut kualitas air Sungai Bone bagian tengah tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, seperti kadar BOD = 5,98 mg/l dengan baku mutu 3 mg/L, Total Coliform = 460.000 MPN/100 mL dengan baku mutu 5.000/100 mL. Kualitas air Sungai Bone bagian hilir juga tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, seperti kadar BOD = 6,32 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L dan Total Coliform = 1.100.000 mL/100 dengan baku mutu 5.000/100 ml. Sedangkan secara umum nilai parameter yang diukur umumnya bervariasi antar ketiga bagian aliran. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7.5 – 7.9, nilai ini masih berada dalam range pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6–9. Konsentrasi TSS pada pemantauan ini berkisar 1.48 di bagian hulu dan bagian tengah, serta di bagian hilir 36 mg/L. Nilai ini masih dalam batas baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 50 mg/L. Sementara itu nilai TDS berkisar 1.05 mg/L di bagian hulu dan tengah dan 80,5 mg/L di bagain hilir. Nilai TDS ini masih di bawah baku mutu 1000 mg/L. Konsentrasi BOD terdeteksi di semua titik pemantauan berkisar 5.06 – 6,32 mg/L, BOD tertinggi berada di lokasi bagian, namun secara keseluruhan nilai ini sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 3 mg/L. Nilai COD terdeteksi disemua titik berkisar II- 31 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO antara 12,64 – 15,80 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu maksimal 25 mg/L. Kadar nitrat terdeteksi di semua titik pemantauan berkisar 0,48 – 0,59 mg/L. Nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 10 mg/L. Nilai nitrat tertinggi di lokasi bagian hilir yaitu 10 mg/L. Konsentrasi nitrit disemua titik <0,01 mg/L, masih berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 0,06 mg/L. Kadar Merkuri yang terdeteksi pada semua titik masih berada dibawah baku yang dipersyaratkan yaitu berkisar antara <0,001 mg/L dengan baku mutu 0,002 mg/L. Kadar sianida terdeteksi <0,01 mg/L di semua titik, masih dibawah baku mutu 0,02 mg/L. Hal perlu kajian lebih lanjut mengingat di hulu sungai Bone terdapat kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) yang menggunakan merkuri dan sianida. Limbah pengolahan bijih emas langsung dibuang ke aliran Sungai Bone. Timbal yang terdeteksi berkisar antara 34,90 mg/L dibagian hulu, dibagian tengah, dan <0,03 mg/L
<0,01 mg/L,
dibagain hilir. Nilai timbal pada bagian hulu berada
diatas baku mutu, sedangkan nilai pada bagian tengah dan hilir masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 0,01 mg/L. Coliform yang terdeteksi disemua titik berkisar antara 460.000 – >2.400.000 MPN/100 mL, nilai tersebut sudah berada diatas baku mutu yang dipersyaratkan dengan baku mutu 5.000 MPN/100 mL. Sedangkan Coli Tinja yang terdeteksi disemua titik pemantauan adalah 90 - 4.300 MPN/100 mL. Nilai Coli Tinja tertinggi pada titik pemantauan bagian hulu yaitu 4.300 MPN/100 mL dan sudah berada diatas baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 1000 MPN/100ml. Sedangkan pada titik pantau bagian tengah dan bagian hilir justru lebih rendah yaitu 90 MPN/100 mL. Hal ini perlu penelitian lebih lanjut karena dari hasil pemantauan 80% masyarakat yang berada di bantaran Sungai Bone tidak memiliki Sarana Pembuangan Tinja sehingga pada umumnya masyarakat membuang tinjanya langsung ke sungai. Status Mutu Air Sungai Bone Status mutu air Sungai Bone pada bagian Hulu, Tengah, dan Hilir pada pemantauan tahun 2011 disajikan pada Table 2.7.
II- 32 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Table 2.7. Status Mutu Air Sungai Bone
Status Mutu Air Sungai
No
Lokasi Sampling
Kelas 1
Kelas 2
1
Bagian Hulu
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
2
Bagian Tengah
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
3
Bagian Hilir
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
Sumber: Balihristi, 2011
c. Sungai Buladu Sungai Buladu melewati Desa Buladu dan Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara dengan
Gambar 2.13 Sungai Buladu
panjang 13,7 km.
Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan bentuk (V). Sungai Buladu mengalir dari arah selatan ke utara serta bermuara di Teluk Sumalata. Sungai Buladu merupakan sumber air bagi masyarakat di Desa Buladu dan sekitarnya. Sungai Buladu berfungsi sebagai area konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan Daerah Aliran Sungai agar tidak terdegradasi. Wilayah ini menyimpan air dengan tutupan vegetasi lahan yang memadai. Bagi masyarakat di Kecamatan Sumalata, Sungai Buladu bermanfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, kebutuhan pertanian, air bersih, serta perikanan. Dalam penelitian tahun 2001 dilaporkan bahwa jenis flora yang terdapat di kawasan Sungai Buladu berupa kayu-kayuan, rotan, dan tanaman budidaya. Jenis-jenis kayu memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi seperti, kayu cempaka, besi, kayu merah, meranti dan nantu. Penebangan yang tidak terkontrol dari pohon tersebut dapat mengakibatkan penurunan nilai dari segi konservasi maupun potensi pengembangan.
II- 33 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Gambar 2.14. Peta Sungai Buladu Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan bentuk (V).
Kondisi
sempadan sering terjadi erosi. Sungai Buladu mengalir dari arah barat ke timur serta bermuara di Teluk Sumalata. Sungai ini selain mengalirkan air dari arah Utara, juga menerima debit tambahan dari beberapa anak-anak sungai. Sungai Buladu mempunyai kedalaman mencapai 50 cm pada bagian hulu dan bagian hilir 30 cm, lebar sungai bagian hulu 12 m dan bagian hilir 16,8 m. Kecepatan arus 0,64 m/detik bagian hulu dan 0,29 m/detik bagian hilir Kondisi sempadan Sungai Buladu pada Bagian hulu dalam kondisi sehat, arus air cukup deras, memungkinkan terjadinya infiltrasi, ruang gerak secara lateral serta aliran dasar sungai relatif stabil. Sebaliknya, pada bagian Tengah dan Hilir kondisi sempadan sungai tidak sehat, tebing sungai rapuh, kondisi penampang sungai melebar, erosi relatif horisontal dan sering terjadinya Chanel bar yang cukup luas sehingga berpotensi terjadinya banjir. Kualitas Air Sungai Buladu Kualitas air Sungai Buladu Bagian Hulu tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan. Untuk mutu air kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TSS = 148 mg/l dengan baku mutu 50 mg/l, BOD = 15,36 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, COD = 34.8 mg/L dengan baku mutu 25 mg/L dan kadar raksa = 0.0054/100 mg/L dengan baku mutu 0.002 mg/L. Kadar Merkuri (Hg) perlu dikaji secara mendalam karena adanya kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) di sekitar sungai tersebut yang sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. II- 34 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Kualitas air Sungai Buladu Bagian Tengah juga sudah tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TSS = 614 mg/l dengan baku mutu 50 mg/l, BOD = 6,96 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, dan kadar raksa = 0.0058/100 mg/L dengan baku mutu 0.002 mg/L. Sementara itu kualitas air Sungai Buladu Bagian Hilir tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TSS = 59 mg/l dengan baku mutu 50 mg/l, BOD = 6,96 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, dan kadar raksa = 0.007/100 mg/L dengan baku mutu 0.002 mg/L. Parameter lingkungan lainnya seperti TDS, NO3, NH3, dan Timbal masih dibawah baku mutu masing-masing. Demikian juga dengan jumlah bakteri coli tinja yang berkisar 20 – 400 dengan baku mutu 1000 /100 ml. sedangkan total coli di bagian tengah sudah melampaui dengan jumlah 6000 /100 ml dengan baku mutu 5000/100 mL. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7.59 – 7.88, nilai ini masih berada dalam kisaran pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6 – 9. Konsentrasi TDS berkisar 40 – 70 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 1000 mg/L. Konsentrasi DO terdeteksi di semua titik pemantauan berkisar 6.7 – 7 mg/L. Ini masih bagus karena baku mutu minimal DO untuk kelas dua adalah 4.
Status Mutu Air Tabel 2.8 Status Mutu Air Sungai Buladu
Status Mutu Air Sungai
No
Lokasi Sampling
Kelas 1
Kelas 2
1
Bagian Hulu
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
2
Bagian Tengah
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
3
Bagian Hilir
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
Sumber: Balihristi, 2012
II- 35 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Status mutu air Sungai Buladu pada bagian Hulu, Tengah dan Hilir pada pemantauan tahun 2012, berdasarkan hasil perhitungan Status mutu air Sungai Buladu dengan menggunakan Metode Indeks Pencemaran didapatkan Nilai Indeks Pencemaran seperti pada Tabel 2.8. Sungai Buladu terletak di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dan bermuara di Laut Sulawesi. Sungai ini telah mengalami sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah, padatnya pemukiman di daerah sempadan sungai menyebabkan peningkatan volume limbah domestik ke sungai melalui aliran permukaan. Di sekitar Sempadan Sungai Buladu terdapat pemukiman penduduk dan kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) Buladu yang limbahnya masuk ke Sungai Buladu dan bermuara ke Laut Sulawesi. Masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Buladu pada umumnya adalah masyarakat penambang dari berbagai wilayah di Provinsi Gorontalo dan bahkan berasal dari luar Gorontalo, seperti Makassar, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Masyarakat di sekitar Sungai Buladu langsung membuang limbah rumah tangga dan limbah hasil proses pengolahan emas ke Sungai Buladu. Hal ini akan berakibat terhadap penurunan kualitas air sungai terutama pada peningkatan kadar Hg, BOD, TSS, dan Colifom. Permasalahan yang sering terjadi di Sungai Buladu adalah pembuangan limbah cair pertambangan emas tanpa izin, sedimentasi, erosi serta masalah sampah.
Tumpukan
sampah pada bagian hulu disebabkan oleh sisa-sisa kayu penebangan dan tumbang sedangkan pada
bagian hilir sampah bersumber dari Limbah Domestik (kertas, plastik,
botol, besi, sisa-sisa makanan, dan lain sebagainya). Kondisi bantaran di sepanjang sungai Buladu mengalami degradasi berat, kondisi fisik air Sungai Buladu bagian tengah sampai ke hilir sepanjang hari kondisinya keruh akibat logam merkuri (Hg), erosi dan limbah domestik. Untuk mengatasi permasalahan ini maka beberapa langkah yang dapat dilakukan :
Penanaman pohon di daerah bantaran sungai, Melakukan sosialisasi di masyarakat pentingnya kelestarian sungai, Memberdayakan masyarakat dalam pengawasan kawasan hutan serta Menindak tegas pengambilan kayu secara illegal
II- 36 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
d. Sungai Taluduyunu Sungai Taluduyunu melewati Kota Marisa Kabupaten Pohuwato. Sungai ini termasuk pada tipe subsekuen yang bersifat Permanen berbentuk (U lebar) sampai (U) dengan pola aliran (Orientasi di Peta). Kondisi fisik Sungai Taluduyunu mempunyai tingkat kedalaman pada bagian hulu dan hilir mencapai 100 cm, lebar sungai bagian hulu 90 m dan bagian hilir 40 m. Gambar 2.15. Peta Sungai Taluduyunu Kondisi
sempadan
sungai
pada bagian hulu sangat lebar, endapan pasir dan batu di tengah sungai serta potongan pohon yang tumbang banyak ditemui di bagian hulu sungai. Kondisi aliran dasar sungai relatif tidak stabil, tebing di sisi luar sempadan tidak terlindung dari pengikisan dan erosi. Pada bagian tengah kondisi sempadan sungai mempunyai batas yang jelas. Sempadan dipergunakan sebagai lahan perkebunan di sisi luar sempadan terlindung dari pengikisan dan erosi. Tebing relatif kuat karena ditunjang oleh vegetasi yang cukup lebat, sempadan sungai dipakai sebagai pemukiman, erosi relatif horisontal, hanya sedikit terjadi endapan pada badan bagian pinggir sungai. Pada bagian hilir lebar sempadan tidak terjadinya infiltrasi sehingga
memadai
berpotensi banjir, tebing di sisi luar sempadan
tidak
terlindung dari pengikisan dan erosi. Tebing relatif rapuh fungsi sempadan tidak dapat berjalan dengan baik.
Kualitas Air Sungai Taluduyunu Berdasarkan pemantauan tahun 2012 kualitas air Sungai Taluduyunu Bagian Hulu tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan. Untuk mutu air kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar BOD = 9,94 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, kadar raksa = 0.0862 mg/L dengan baku mutu 0.002 mg/L, Coli tinja = 1100 MPN/100mL dengan baku mutu 1.000/100 ml, dan Total Coliform = 70.000 MPN/100 mL dengan baku mutu 5.000/100 ml.
II- 37 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Kualitas air Sungai Taluduyunu Bagian Tengah juga sudah tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar COD = 26.1 mg/l dengan baku mutu 25 mg/l, BOD = 10,44 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, dan Total Coliform = 33000 MPN/100 mL dengan baku mutu 5.000 MPN /100 ml.
Sementara itu kualitas air Sungai Taluduyunu Bagian Hilir tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TSS = 1596 mg/l dengan baku mutu 50 mg/l, BOD = 15.36 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, COD = 34.8 mg/l dengan baku mutu 25 mg/l, dan kadar raksa = 0.0944 mg/L dengan baku mutu 0.002 mg/L. Coli tinja = 26000 MPN/100mL dengan baku mutu 1.000/100 ml, dan Total Coliform = 110.000 MPN/100 mL dengan baku mutu 5.000/100 ml. Parameter lingkungan lainnya seperti TDS, NO3, NH3, dan Timbal masih dibawah baku mutu masing-masing. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7. 9 – 8.07, nilai ini
masih berada dalam kisaran pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6 – 9. Konsentrasi TDS berkisar 45.8 – 90 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 1000 mg/L. Konsentrasi DO terdeteksi di semua titik pemantauan berkisar 5.4 – 5.6 mg/L. Ini masih baik karena baku mutu minimal DO untuk kelas dua adalah 4.
Status Mutu Air Table 2.9. Status Mutu Air Sungai Taluduyunu
Status Mutu Air Sungai
No
Lokasi Sampling
Kelas 1
Kelas 2
1
Bagian Hulu
CEMAR SEDANG
CEMAR SEDANG
2
Bagian Tengah
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
3
Bagian Hilir
CEMAR SEDANG
CEMAR SEDANG
Sumber: Balihristi, 2012
II- 38 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Status mutu air Sungai Taluduyunu pada bagian Hulu, Tengah dan Hilir pada pemantauan tahun 2012, berdasarkan hasil perhitungan Status mutu air Sungai Taluduyunu dengan menggunakan Metode Indeks Pencemaran didapatkan Nilai Indeks Pencemaran seperti pada tabel 2.10. Sungai Taluduyunu terletak di wilayah Kabupaten Pohuwato dan bermuara di Teluk Tomini. Sungai ini telah mengalami sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah, padatnya pemukiman di daerah sempadan sungai menyebabkan peningkatan volume limbah domestik ke sungai melalui aliran permukaan. Di sekitar Sempadan Sungai Taluduyunu terdapat pemukiman penduduk dan kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) Taluduyunu yang limbahnya masuk ke badan sungai. Masyarakat di sekitar langsung membuang limbah rumah tangga dan limbah hasil proses pengolahan emas ke Sungai Taluduyunu. Hal ini akan berakibat terhadap penurunan kualitas air sungai terutama pada peningkatan kadar Hg, BOD, TSS, dan Colifom.
e. Sungai Bolango Sungai Bolango memiliki panjang 43 km, mengalir di DAS Bolango seluas 31.946,7 ha. Sungai ini berhulu di Kabupaten Bone Bolango, melintasi batas Kabupaten Gorontalo dan bermuara di Kota Gorontalo. Menurut data pengukuran tahun 2009 debit maksimum Sungai Bolango tercatat 100 m3/detik. Sedangkan debit minimum 0 – 32,3 m3/detik. Sungai ini menjadi sumber air baku PDAM dan untuk irigasi di Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo, dan Kota Gorontalo.
Kualitas Air Sungai Bolango Berdasarkan pemantauan tahun 2012 kualitas air Sungai Bolango Bagian Hulu tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan. Untuk mutu air kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TDS = 3150 mg/l dengan baku mutu 1000 mg/l, kadar COD = 26.6 mg/L dengan baku mutu 25 mg/L, dan Coli tinja = 1600 MPN/100mL dengan baku mutu 1.000 MPN/100 ml. Sedangkan kadar DO = 3.33 mg/l juga sudah melewati persyaratan dengan baku mutu minimal 4 mg/l. Kualitas air Sungai Bolango Bagian Tengah juga sudah tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TDS = 3030 mg/l dengan baku mutu
II- 39 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO 1000 mg/l, dan Total Coliform = 120.000 MPN/100 mL dengan baku mutu 5.000 MPN /100 ml. Sedangkan kadar DO = 2.96 mg/l juga sudah melewati persyaratan dengan baku mutu minimal 4 mg/l. Sementara itu kualitas air Sungai Bolango Bagian Hilir tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TDS = 3000 mg/l dengan baku mutu 50 mg/l, dan
Total Coliform = 120.000 MPN/100 mL dengan baku mutu
5.000/100 ml. Sedangkan kadar DO = 2.87 mg/l juga sudah melewati persyaratan dengan baku mutu minimal 4 mg/l. Parameter lingkungan lainnya seperti TSS, NO3, NH3, Raksa, dan Timbal masih dibawah baku mutu masing-masing. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7.97, nilai ini masih berada dalam kisaran pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6 – 9. Konsentrasi TSS berkisar 12.5 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 50 mg/L. Kadar raksa 0.0005 mg/L masih dibawah baku mutu 0,002 mg/L untuk air kelas dua. Ini menunjukkan kegiatan yang menggunakan merkuri di hulu sungai seperti penambangan emas belum signifikan.
Status Mutu Air Status mutu air Sungai Bolango pada bagian Hulu, Tengah dan Hilir pada pemantauan tahun 2012, berdasarkan hasil perhitungan Status mutu air Sungai Bolango dengan menggunakan Metode Indeks Pencemaran didapatkan Nilai Indeks Pencemaran seperti pada Tabel 2.10. Table 2.10 Status Mutu Air Sungai Bolango
Status Mutu Air Sungai
No
Lokasi Sampling
Kelas 1
Kelas 2
1
Bagian Hulu
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
2
Bagian Tengah
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
3
Bagian Hilir
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
Sumber: Balihristi, 2012 II- 40 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Sungai Bolango bermuara di Teluk Tomini. Sungai ini telah mengalami sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah dan padatnya pemukiman di daerah sempadan sungai. Masyarakat di sekitar langsung membuang limbah rumah tangga ke Sungai. Hal ini akan berakibat terhadap penurunan kualitas air sungai pada peningkatan kadar TDS dan Colifom dan penurunan DO.
f. Danau Limboto
Perairan danau merupakan kekayaan alam yang tidak hanya memiliki peran fungsional bagi kawasan dan penduduk disekitarnya. Keindahan serta fenomena alam yang ada padanya menjadi aset bagi kawasan itu sendiri. Demikian pula halnya dengan Danau Limboto bagi Provinsi Gorontalo menjadi bagian yang tak terpisahkan dari detak kehidupan sekelilingnya. Danau ini dikelilingi oleh 6 (enam) kecamatan yaitu: Kecamatan Limboto, Telaga, Telaga Biru, Batuda’a, Tabongo, dan Kota Barat yang merupakan wilayah Kota Gorontalo. Danau ini merupakan muara dari 23 sungai, empat diantaranya yang utama yaitu: Sungai Alo, Sungai Daena, Sungai Bionga dan Sungai Molalahu.
Gambar 2.16. Danau Limboto, foto udara.Tampak eceng gondok menutupi permukaan Danau Limboto terletak di DAS Sungai Bone Bolango yang terhampar pada ketinggian 4,5 m di atas permukaan laut (dpl) dengan luas ± 3000 ha berdasarkan penelitian tahun 2002. Pada tahun 1962 luas Danau Limboto sebesar 4.250 ha. Ini merupakan sebuah degradasi ekosistem yang sangat memprihatinkan. II- 41 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Table 2.11 Luas dan Kedalaman Danau Limboto Tahun
Luas (ha)
Kedalaman (m)
1932
8.000
30
1970
4.500
15
2003
3.054,8
4
2010
2.537,2
2-2,5
Perubahan kondisi Danau Limboto saat ini terlihat karena setiap tahun terjadi penyusutan luas dan pendangkalan terutama disebabkan kurangnya air yang tertahan dan sedimentasi akibat penggundulan hutan di bagian hulu. Tekanan pertumbuhan penduduk di sekitar danau juga ikut mempercepat seperti illegal logging, penimbunan sampah, dan illegal fishing. Tabel 2.12. Luas dan Volum air Danau Limboto menurut elevasi.
Elevasi (m dpl)
A (Ha)
V (m3)
6
5,121
135,581,261
5.5
4,677
111,102,966
5
4,262
88,739,959
4.5
4,051
67,955,765
4
3,826
48,233,932
3.5
2,926
31,215,321
3.2
2,308
23,404,283
3
1,963
19,120,778
2.5
1,503
10,443,549
2
929
4,283,709
1.5
385
900,497
II- 42 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Dalam kurun tahun 1930 sampai 20010 rata-rata Danau Limboto mengalami pendangkalan sebesar 35 cm/tahun. Sedangkan rata-rata penyusutan luas sekitar 70 ha/tahun.
Gambar 2.17. Peta Batimetri Danau Limboto Penyusutan luas dan pendangkalan fisik Danau Limboto juga menyebabkan terjadinya penurunan populasi dan jenis biota perairan danau. Tahun 1977 produksi tangkapan sebesar 2.960 ton dan tahun 2007 produksi tangkapan tinggal sebesar 616 ton. Ini sama dengan penurunan produksi tangkapan sampai 2.344 ton atau 79,19% dalam kurun waktu 20 tahun. Sedangkan produksi perikanan Danau Limboto tahun 2010 tercatat sebesar 457 ton. Berbagai aktivitas masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan danau juga mengancam
dan
memperburuk
kelestarian
fungsi
danau.
Perkembangan
terakhir
menunjukkan sebagian wilayah permukaan danau sudah ditempati oleh masyarakat. Okupasi yang dilakukan dikawasan Danau Limboto sampai saat ini: 1. Okupasi tanah timbul oleh masyarakat - Sawah 637 ha - Ladang 329 ha - Perkampungan 1.272 ha
II- 43 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO - Lainnya 42 ha 2. Okupasi badan air meliputi: - Luas areal Bibilo sekitar 131 ha - Luas areal Karamba sekitar 51.531 m2 - Jumlah karamba sebanyak 2.559 buah, dengan ukuran 5 x 5 m2
Penyebaran Eceng Gondok Luas sebaran eceng gondok sudah mencapai sekitar 30 - 40% dari luasan danau. Eceng gondok terdapat hampir di semua bagian danau. Konsentrasi terbesar berada dibagian tengah. Penyebaran eceng gondok dan jenis tanaman mengapung lainnya sangat dipengaruhi oleh musim angin. Eceng gondok akan bergerak dari Barat-Utara ke Timur dan Selatan.
Gambar 2.18. Peta Peyebaran Eceng Gondok di Danau Limboto (Sumber: Balihristi, 2008) Hasil Pemantauan kualitas air Danau Limboto yang dilakukan oleh PUSARPEDAL tahun 2010 memperlihatkan jumlah oksigen terlarut atau DO berkisar 2,76 - 5,08 mg/L dan baku mutu 3 mg/L. Kadar BOD berkisar 1,5 – 3,2 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L. Sedangkan sulfida 0,015 - 0,031 mg/L dengan baku mutu 0,002 mg/L.
II- 44 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Gambar 2.19 Pengerukan Danau Limboto (atas) Kondisi bagian danau sebelum pengerukan, (bawah)lokasi yang sama setelah pengerukan.
Berbagai upaya dilakukan untuk melestrikan Danau Limboto. Diantaranya: 1. Pembersihan Danau Limboto yang melibatkan masyarakat di sekitar danau dan aparat TNI. 2. Pelatihan Pengolahan Pupuk Organik di Desa Timoto Kec. Telaga.
II- 45 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO 3. Pelatihan pembuatan kerajinan dari batang eceng gondok di Desa Iluta. 4. Pelepasan Ikan Koan untuk memakan eceng gondok. 5. Pelatihan pemanfaatan sedimen danau untuk batu bata bagi masyarakat sekitar danau. 6. Pengerukan sedimen danau. Sejak tahun 2012 Pemerintah Provinsi Gorontalo bekerjasama dengan Pemerintah Pusat telah memulai upaya pengerukan sedimentasi Danau Limboto. Sampai tahun 2013 pengerjaan dilakukan pada area utara danau yang berbatasan dengan Pentadio Resort. Pengerukan yang diupayakan sedalam tiga meter. Pinggir danau akan dibatasi dengan tanggul sekaligus sebagai jalan melingkar yang akan menjadi batas danau sehingga okupasi oleh penduduk kedalam danau selama ini bisa dihentikan.
2. Sumberdaya Air Tanah Mengacu pada Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Sumberdaya Air Sulawesi Utara (1999),
potensi air tanah Provinsi Gorontalo dibagi dalam dua kawasan, yaitu
kawasan DAS Bolango-Bone dan kawasan Paguyaman-Randangan.
2.1. Daerah Aliran Sungai Bolango-Bone Kawasan ini tertutup oleh endapan aluvium, memiliki permukaan air tanah dangkal dan akifernya tergolong produktif sedang (debit sumur 10 L/detik). Air tanah di kawasan ini tidak terpengaruh oleh pergantian musim tahunan. Namun, rusaknya kawasan resapan air hujan diprediksi akan mereduksi derajat infiltrasi air, karena terjadi penyumbatan poripori lapisan tanah bagian atas.
2.2. Daerah Aliran Sungai Paguyaman-Randangan Kawasan ini terdiri dari formasi batuan gunung api (lava, lahar, tufa, breksi) dan batuan sedimen lepas atau setengah padu (kerikil, pasir, dan lempung). Akifernya memiliki produktivitas yang tergolong rendah, bahkan di beberapa tempat tidak terdapat air tanah terutama di daerah hilir dan hulu, sedangkan di daerah muara menghasilkan air payau.
II- 46 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
D. UDARA Pekembangan daerah Propinsi Gorontalo memberikan pengaruh terhadap kondisi udara berupa pencemaran. Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Masalah pencemaran udara yaitu kualitas udara yang tidak dapat memenuhi kualitas udara yang dipersyaratkan. Dalam mencapai kualitas udara yang diinginkan, perlu dilakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran udara, salah satunya melalui pengukuran dan pemantauan terhadap kualitas udara. Pemantauan kualitas udara pada Bulan April tahun 2011 menunjukkan bahwa kualitas udara di Provinsi Gorontalo tergolong baik karena masih berada di bawah baku mutu udara yang dipersyaratkan (Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional). Parameter
yang diukur dalam pemantauan tersebut adalah empat
parameter yaitu CO, SO2, NO2, dan O3. Pemantauan tersebut dilaksanakan pada setiap kabupaten yang mewakili tiga lokasi penting meliputi jalur transportasi, perkantoran, dan permukiman. Untuk Kota Gorontalo dilakukan pada empat titik pantau dengan tambahan pusat perekonomian. Tabel 2.13. Parameter Pengukuran Udara di Provinsi Gorontalo
No
Parameter
Lama
Baku Mutu
Metode
Pengukuran 1
CO
1 jam
30.000 g/m3
NDIR
2
SO2
1 jam
900 g/m3
Pararosanilin
3
NO2
1 jam
400 g/m3
Zalman
4
O3
1 jam
235 g/m3
Chemiluiminescent
Sumber: Balihristi, 2011 Data-data hasil pengukuran di yang dilakukan oleh BALIHRISTI Provinsi Gorontalo dan Balai Teknologi Kesehatan Lingkungan (BTKL) Manado yang dilakukan di 6 Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo ditampilkan berikut ini.
II- 47 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Kabupaten Pohuwato Kualitas udara ambien di Kabupaten Pohuwato menunjukkan bahwa secara umum masih memenuhi syarat karena semua parameter yang diukur masih dibawah bakumutu udara ambient nasional. Tabel 2.14. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Pohuwato
No
Parameter
Baku Mutu
1
SO2
900 g/m3
2
CO
30.000 g/m3
3
NO2
4
O3
Titik Pantau Kantor Bupati 39
Jl . Trans. Sulawesi
Terminal Marisa
52
38
7.706
10.112
8.420
400 g/m3
38,6
26,9
38,2
235 g/m3
58
78
46
Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011 Kualitas udara ambien di Kabupaten Pohuwato menunjukkan bahwa secara umum masih memenuhi syarat karena semua parameter yang diukur masih dibawah bakumutu udara ambient nasional. Konsentrasi SO2 berkisar 38 – 62 g/m3 dengan baku mutu 900
g/m3. Kadar CO yang terukur 6,742-10,112 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara 26,9-38,6 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 46 – 78 g/m3. Dari ketiga titik pantau, Jl. Trans Sulawesi memiliki nilai tertinggi untuk dua parameter yaitu CO dan O3.
Kabupaten Boalemo Kualitas udara ambien di Kabupaten Boalemo diperlihatkan dalam tabel. Konsentrasi SO2 berkisar 28 – 78 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang terukur 6,742-14,448 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara 42,69-63,3 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 58 – 117 g/m3. Dari ketiga titik pantau, Jl. Trans Sulawesi di Desa Lamu memiliki nilai tertinggi untuk tiga parameter yaitu CO, SO2 dan NO2. Secara umum masih memenuhi syarat karena semua parameter yang diukur masih dibawah baku mutu udara ambien nasional.
II- 48 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Tabel 2.15. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Boalemo
No
Parameter
1
SO2
2
CO
3 4
Baku Mutu
Titik Pantau Kantor Bupati
Jl . Trans. Sulawesi
Terminal Tilamuta
33
78
28
30.000 g/m3
9.151
14.448
6.742
NO2
400 g/m3
42,6
63,3
48,1
O3
235 g/m3
117
58
53
900 g/m3
Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011
Kabupaten Bone Bolango Hasil pemantauan kualitas udara Kabupaten Bone Bolango disajikan dalam tabel. Tabel 2.16 Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Bone Bolango
No
Parameter
Baku Mutu
1
SO2
2
CO
3 4
Titik Pantau Kantor Bupati
Desa Oluhuta
Desa Bubeya
52
27
30.000 g/m3 10.836
8.228
8.428
NO2
400 g/m3 43,9
24,22
17,9
O3
235 g/m3 39
97
78
900 g/m3 26
Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011 Konsentrasi SO2 berkisar 26 – 52 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang terukur 8.228 - 10.836 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara 17,9 - 43,9 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 39 – 97
g/m3. Dari ketiga titik pantau, Desa Oluhuta sebagai wakil pemukiman memiliki nilai tertinggi untuk dua parameter yaitu SO2 dan O3. Dua parameter lain tertinggi di Kantor bupati Bone Bolango. Tingginya parameter SO2 dan O3 di desa Oluhuta karena pemukiman
II- 49 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO ini berada di jalur transportasi paling ramai di Bone Bolango bahkan lebih ramai daripada Desa Bubeya. Sedangkan tingginya parameter NO2 dan CO di Kantor Bupati Bone Bolango perlu diteliti lebih jauh karena di kompleks ini jarang perumahan dan berada di jalur transportasi yang tidak sibuk. Secara umum kualitas udara ambien di Kabupaten Bone Bolengo masih memenuhi syarat.
Kabupaten Gorontalo Hasil pemantauan kualitas udara Kabupaten Gorontalo disajikan dalam tabel 2.16. Konsentrasi SO2 berkisar 45 – 97 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang terukur 9.873 - 14.936 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara 21,6 - 74,4 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 58 – 78 g/m3. Dari ketiga titik pantau, Shopping Center sebagai wakil pusat perbelanjaan memiliki nilai tertinggi untuk dua parameter yaitu SO2 dan NO2. Dua parameter lain tertinggi di Jl. Raya Limboto. Tabel 2.17 Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Gorontalo
No
Parameter
Baku Mutu
1
SO2
2
CO
3 4
Titik Pantau Kantor BLH
Shopping Center
Jl. Raya Limboto
45
97
84
30.000 g/m3
9.873
9.873
14.936
NO2
400 g/m3
21,6
74,4
27,5
O3
235 g/m3
58
73
78
900 g/m3
Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011
Tingginya parameter SO2 dan NO2 di Shopping Center karena pusat perekonomian yang merupakan pasar utama di Kota Limboto. Disamping itu di Shopping Center bersebelahan dengan Terminal Limboto. Sedangkan tingginya parameter CO dan O3 di Jl. Raya Limboto karena merupakan jalur transportasi yang paling sibuk di Kota Limboto.
II- 50 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Secara umum kualitas udara ambien di Kabupaten Gorontalo masih memenuhi syarat kualitas udara ambien.
Kabupaten Gorontalo Utara Hasil pemantauan kualitas udara Kabupaten Gorontalo Utara disajikan dalam tabel 2.17. Konsentrasi SO2 terukur berkisar 38 – 62 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang terukur 6.020 – 8.420 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara 14,2 - 38,6 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 46 – 58
g/m3. Kantor BLH memiliki tiga parameter dengan nilai tertinggi, yaitu SO2, NO2 dan O3. Sedangkan kadar CO tertinggi ditemukan di Jl. Raya Molingkapoto yang memrupakan jalur Jl. Trans Sulawesi. Tabel 2.18. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Gorontalo Utara
No
Parameter
Baku Mutu
1
SO2
2
CO
3 4
Titik Pantau Kantor BLH
Perum Molingkapoto
Jl. Molingkapoto
62
49
38
30.000 g/m3
6.742
6.020
8.420
NO2
400 g/m3
38,6
14,2
38,2
O3
235 g/m3
58
58
46
900 g/m3
Kota Gorontalo Hasil pemantauan kualitas udara ambien pada 4 (empat) titik di Kota Gorontalo menunjukkan bahwa kualitas udara ambient masih memenuhi syarat karena 4 (empat) parameter yang diukur masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan. Konsentrasi SO2 berkisar 22 – 45 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang terukur 4.216 19.265 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara 16,8 – 21,6 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 36 – 78 g/m3. Dari ketiga titik
II- 51 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO pantau, Pasar Sentral memiliki nilai tertinggi untuk semua parameter baik SO2, CO, NO2 dan O3. Tingginya semua nilai parameter di Pasar Sentral Kota Gorontalo karena merupakan salah pusat perdagangan yang paling sibuk dan berdekatan dengan terminal Angkutan Kota. Pasar Sentral juga dilewati jalan yang ramai dilalui kendaraan. Sedangkan Tabel 2.19. Kualitas Udara di Titik Pantau Kota Gorontalo 2011 No
Parameter
Titik Pantau
Baku Mutu Kantor Walikot a
Pemukim an Awara
Pasar Sentral
Terminal 1942
1
SO2
900 g/m3
45
22
45
42
2
CO
30.000 g/m3
9.873
4.216
19.265
8.226
3
NO2
400 g/m3
21,6
16,8
21,6
18,4
4
O3
235 g/m3
58
36
97
39
Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011
kompleks Kantor Walikota memiliki nilai tertinggi yang sama dengan pasar Sentral untuk dua parameter, yaitu parameter NO2 dan SO2. Secara umum kualitas udara ambien di Kota Gorontalo masih berada dibawah baku mutu sehingga masih memenuhi syarat.
II- 52 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
E. LAUT, PESISIR DAN PANTAI Wilayah Provinsi Gorontalo memiliki dua wilayah pesisir pantai, yaitu pesisir selatan yang mengahadap perairan Teluk Tomini dan pesisir utara menghadap ke perairan Laut Sulawesi. Pantai utara memiliki panjang garis 217.7 km dan pantai selatan memiliki panjang garis pantai 438.1 km.
Gambar 2.20. Peta sebaran terumbu karang di Perairan Provinsi Gorontalo Sumber: Peta Sebaran Terumbu Karang, Bakosurtanal 2009
Salah satu potensi pesisir di Provinsi Gorontalo adalah terumbu karang. Sumberdaya pesisir ini diperkirakan berada dalam ambang kerusakan. Tingkat kerusakan diperkirakan mencapai 40%. Apabila tidak dilakukan tindakan konservasi secepatnya maka kerusakan akan semakin meluas. Terumbu karang di bagian selatan Provinsi Gorontalo yang berada di Teluk Tomini terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu terumbu karang tepian (fringing reef) dan terumbu karang cincin (atol). Tabel 2.20. Kondisi Terumbu Karang di Provinsi Gorontalo
No. Lokasi Terumbu Karang
Kondisi Tutupan Karang (%)
1.
Payunga
30 – 40
2.
Saronde
30 – 50
3.
Pulau Dulupi
50 – 70 II- 53 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
4.
Pulau Asiangi
50 – 80
5.
Pulau Lamua Daa
50 – 80
6.
Pulau Raja
50 – 80
7.
Pulau Popaya
50 – 80
8.
Teluk Kwandang
10 ‐20
9.
TPI Tilamuta
10
10.
Torsiaje
10
11.
Pantai Massa
12.
Taman Laut Olele
15 ‐30 58
Sumber: Balihristi, 2009 Terumbu karang di bagian tengah mencakup wilayah di selatan Boliohuto kemudian sebelah selatan Paguat hingga sebelah selatan Marisa. Jenis terumbu karang terdiri atas terumbu karang tepian (fringing reef), baik yang berada di tepian daratan (Pulau Sulawesi) maupun di pulau-pulau. Terumbu karang tepian daratan tersebar di sepanjang pantai selatan daratan Pulau Sulawesi. Terumbu karang tepian terdapat hampir di semua pulau-pulau (lito) yaitu: Batade, Dulupi, Lahengo, Wulungiyo Ombulo, Wulungiyo Tambe, Wulungiyo Olikani, Libuiyo Tilamuta, Mohupombo Daa, Mohupombo Kiki, Molopinggulo, Lipo Biato, Montuli, Bitila, Puntu, Pomolia Kiki, Pomolia Daa, Lolahe, Taludahe, Dulawono, Tomelo. Di setiap pulau selain terumbu karang terdapat pula pasir yang cukup luas sedangkan lamun relatif sedikit. Secara umum kondisi terumbu karang di wilayah ini relatif masih baik. Terumbu karang di bagian barat mencakup wilayah di selatan Wulungiyo Wonggarasi kemudian sebelah selatan Lemito hingga sebelah selatan Wulungiyo Alumbanga. Terumbu karang tepian (fringing reef), terdapat di tepian daratan (Pulau Sulawesi) dan di pulaupulau. Terumbu karang tepian daratan tersebar di selatan Wonggarasi hingga di selatan Yiliyala. Terumbu karang tepian pulau terdapat hampir di semua pulau (lito) yaitu: Limboku Kiki, Monji Kiki, Banggo Daa, Banggo Kiki, Puntu Daa, Molioto, Olinggobe, Imama, Keakease, Samauna, Huliahedaa, Payata, Lamua Kiki, Lamua Daa, Dudepo, Pasigiogo, Paniki, Ulipan, Putia, Ngeo, Burung, Maraati, dan Pajongge Daa. Disetiap pulau selain
II- 54 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO terumbu karang terdapat pula pasir yang cukup luas dan lamun relatif sedikit. Secara umum kondisi terumbu karang di wilayah ini juga relatif masih baik.
Gambar 2.21. Kondisi terumbu karang Teluk Tomini di Provinsi Gorontalo
Kondisi terumbu karang di sekitar pulau-pulau masih relatif baik dibandingkan dengan di daerah pesisir yang berdekatan dengan massar daratan utama. Kondisi karang di Pulau Payunga dan Pulau Saronde misalnya, menunjukkan kondisi karang yang termasuk sedang dengan tingkat penutupan karang hidup berkisar 30-60%. Kondisi karang di teluk Kwandang tingkat sedimentasinya relatif cukup tinggi. Hal ini menunjukkan nilai penutupan karang hidup yang relatif rendah sekitar 10-20%.
Terumbu Karang di Laut Sulawesi Terumbu karang di Bagian Utara Provinsi Gorontalo yaitu yang berada di Laut Sulawesi terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu terumbu karang tepian (fringing reef) dan terumbu karang cincin (atol). Terumbu karang di bagian timur mencakup wilayah sekitar Pelabuhan Kwandang. Jenis terumbu karang yaitu terumbu karang tepian (fringing reef). Terumbu karang tersebar di pantai pulau-pulau yang ada di sebelah utara Pelabuhan Kwandang maupun di
II- 55 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO sepanjang pantai daratan Pulau Sulawesi. Terumbu karang antara lain terdapat di pulaupulau (lito): Botubotuo, Limboso-1, Limboso 2, Kamposo, Manggala, Bohu, Otilade, Saaronde, Bogisa, Mohinggito, Huliahu Daa, Huliahu Bunggu, dan Huha. Selain terumbu karang terdapat pula material pasir dalam sebaran sedang dan lamun (seagrass) dalam sebaran relatif sedikit. Berdasarkan sebaran pasir yang merupakan pecahan karang yang hanya sedang, maka diperkirakan kondisi terumbu karang di wilayah ini relatif sedang hingga baik.
Table 2.21 Status Mutu Air Laut di Perairan Terumbu Karang di Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008
Titik Pantau
TPK 2 TPK 3
Lokasi
Desa Bajo Tilamuta Kab. Boalemo Pantai Wisata Olele Kab. Bone Bolango
Status Mutu Air Nilai IP
Ket
6,3576
Cemar Sedang
Cemar Sedang
8,03 Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115 tahun 2003
Terumbu karang di utara bagian barat mencakup wilayah di utara Bolontio Barat. Jenis terumbu karang terdiri atas terumbu karang tepian dan terumbu karang cincin. Terumbu karang tepian tersebar di sepanjang pantai daratan Pulau Sulawesi dalam luasan relatif sempit. Adapun terumbu karang cincin (atol) dijumpai jauh dari pantai sebanyak 2 buah. Material pasir yang cukup luas terdapat di sekitar atol tersebut, sedangkan lamun (seagrass) dalam jumlah relatif sedikit. Di sekitar karang dekat dengan pantai hampir tidak terdapat lamun. Hal ini karena laut di sekitar pantai tersebut cukup curam dan dalam. Secara umum kondisi terumbu karang di wilayah utara bagian barat ini relatif masih baik.
II- 56 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Hutan Mangrove Kondisi ekosistem mangrove mengalami nasib yang sama dengan terumbu karang. Pengamatan penutupan tajuk dan kerapatan pohon mangrove di beberapa lokasi pemantauaan di Gorontalo menunjukkan kondisi hutan mangrove mengalami perusakan. Tabel 2.22. Status Kondisi Hutan Mangrove Teluk Tomini di Provinsi Gorontalo 2008.
Sebagian dari wilayah Provinsi Gorontalo diarahkan untuk kawasan hutan mangrove. Kawasan hutan mangrove ditetapkan berdasarkan penyebaran hutan mangrove saat ini ditambah dengan areal-areal yang dinilai baik ditumbuhi mangrove. Tahun 2010, berdasarkan SK Menhut No 325 Tahun 2010 Hutan Mangrove di Provinsi Gorontalo seluas 13.645 ha. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa pantai selatan Provinsi Gorontalo masih memiliki kondisi hutan mangrove yang relatif baik, dimana jenis yang paling dominan adalah xylocarpus sp dan Rhizopora mucronata. Berdasarakan hasil kajian kerapatan jenis untuk tingkat pohon adalah 10.294 ind/ha. Jenis-jenis mangrove lainnya yang ditemukan adalah Ceriops, Brugeria gymnorhiza, Excocaria, Rhizopora stylosa, Rhizopora apiculata, Avicennia marina, dan Avicennia alba. Plot kawasan hutan mangrove ini
selain
dikaitkan
dengan
kebutuhan
konservasi
dan
sejalan
dengan
rencana
pengembangan tambak. Kawasan hutan mangrove terutama menyebar di wilayah pantai selatan Kabupaten Boalemo seluas 2.412 ha, di Kabupaten Pohuwato 7.786 ha dan sebagian di pantai Utara Kabupaten Gorontalo seluas 3.447 ha. Luas total area hutan mangrove di seluruh Gorontalo sekitar 13.645 ha. Kawasan mangrove ini sangat penting untuk mendukung pengembangan
perikanan tambak yang akan menjadi salah satu andalan II- 57 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO perekonomian Provinsi Gorontalo. Kawasan mangrove ini juga diperlukan untuk menjaga kelestarian potensi wilayah pantai dan meredam proses abrasi pantai. Kondisi mangrove di daerah Kwandang masih relatif baik khususnya pada kawasan green belt, walaupun sebagian telah dibabat menjadi tambak. Masyarakat setempat juga masih memanfaatkan pohon bakau sebagai bahan bangunan untuk rumah, pagar dan juga digunakan sebagai kayu bakar. Beberapa daerah seperti di Kecamatan Anggrek, masyarakat juga telah mencoba untuk melakukan penanaman magrove dari jenis Rhizopora apiculata untuk mereboisasi kawasan pesisir yang dulu mangrovenya telah dibabat. Dampak aktivitas pembangunan di kawasan pantai utara ini perlu diantisipasi agar tidak selalu mengorbankan ekosistem pesisir yang ada. Di Kecamatan Tilamuta, kondisi sebagian besar mangrove yang masih tersisa masih dalam kondisi baik, walaupun sudah mengalami pembabatan pada beberapa daerah. Jenis yang paling dominan adalah jenis Rhizophora mucronata, yang secara nyata melindungi kawasan pantai dari hempasan gelombang yang kemungkinan menyebabkan abrasi. Kondisi mangrove di Torsiaje juga masih relatif baik khususnya pada kawasan green
belt, walaupun sebagian telah dibabat menjadi tambak. Masyarakat setempat juga masih memanfaatkan pohon bakau sebagai bahan bangunan untuk rumah, pagar dan juga digunakan sebagai kayu bakar.
Table 2.23. Status Mutu Air Laut di Perairan Ekosistem Mangrove di Kawasan Teluk Tomini 2008
Titik Pantau
TPM 5 TPM 6
Lokasi
Desa Lamu Botumoito Kab. Boalemo Desa Bajo Torosiaje Kab. Pohuwato
Status Mutu Air Nilai IP
Ket
6,96638
Cemar Sedang
7,0592
Cemar Sedang
Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115 tahun 2003
II- 58 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Kondisi mangrove di Pantai Utara juga sebagian masih relatif baik, namun pembukaan tambak nampaknya semakin meluas dan perlu segera diatur dengan kebijakan yang ketat agar tidak menyebabkan kerusakan yang semakin parah. Jenis manggrove yang dominan di pantai utara adalah Rhizophora apiculata dan Aegiceras corniculatum. Beberapa daerah seperti di Kecamatan Anggrek, masyarakat juga telah mencoba untuk melakukan penanaman magrove dari jenis Rhizopora apiculata untuk mereboisasi kawasan pesisir yang dulu mangrovenya telah dibabat. Dampak aktivitas pembangunan di kawasan pantai utara ini perlu diantisipasi agar tidak selalu mengorbankan ekosistem pesisir yang ada.
Padang Lamun Padang lamun adalah ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat dengan dasar pasir dan didominasi tumbuhan lamun, sekelompok tumbuhan anggota bangsa Alismatales yang beradaptasi di air asin. Padang lamun hanya dapat terbentuk pada perairan laut dangkal (kurang dari tiga meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka dari perairan (selalu tergenang). Ia dapat dianggap sebagai ekosistem antara ekosostem mangrove dan terumbu karang. Lamun (sea grass) adalah tumbuhan berbunga yang telah menyesuaikan diri hidup di bawah permukaan air laut. Lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang bentuknya seperti pita dan berakar jalar. Tunas-tunas tumbuh dari rhizoma, yaitu bagian rumput yang tumbuh menjalar di bawah permukaan dasar laut. Secara umum, kondisi pada lamun di Provinsi Gorontalo masih tergolong cukup baik, terutama di daerah pulau-pulau dimana kondisi kualitas airnya masih relatif baik. Misalnya di Pulau Payunga dan Pulau Saronde, ditemukan ada beberapa jenis vegetasi lamun yang termasuk dalam kondisi yang sangat baik, yang pada umumnya didominasi oleh Enhalus dan Thallasia. Di Pulau Saronde juga ditemukan jenis Cymodocea serrulata. Di Desa Bajo dan di Desa Torsiaje ditemukan padang lamun dalam bentuk hamparan yang cukup luas dengan kerapatan yang masih relatif baik. Namun demikian pada lokasi seperti teluk di Kwandang dan sekitar TPI Tilamuta kondisi padang
lamunnya sudah
termasuk kategori jelek dengan kepadatan rendah. Suspensi parikel-partikel yang cukup tinggi di perairan pada kawasan ini bukan hanya mengurangi tingkat kecerahan perairan,
II- 59 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO tetapi juga secara langsung menutupi permukaan daun vegetasi lamun sehingga menyebabkan lamun tersebut mengalami kematian atau tidak bisa berkembang dengan baik. Table 2.24. Status Mutu Air Laut di Perairan Padang Lamun di Kawasan Teluk Tomini 2008
Titik Pantau
TPL 2 TPL 3
Lokasi
Desa Bajo Tilamuta Kab. Boalemo
Status Mutu Air Nilai IP
Ket
6,7766
Cemar
6,552
Sedang
Pantai Wisata Bolihutuo
Cemar
Kab. Boalemo
Sedang
Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115 tahun 2003
Status Mutu Air Laut Teluk Tomini Kualitas lingkungan pesisir laut Teluk Tomini juga sangat dipengaruhi oleh kondisi kualitas lingkungan DAS yang ada di sekitarnya. Hasil pemantauan kualitas air laut di wilayah Teluk Tomini di Provinsi Gorontalo tahun 2008 menunjukkan bahwa Jumlah
Coliform total untuk lokasi Pelabuhan Kota Gorontalo sebesar 2500 MPN/100 mL, nilai tersebut melebihi baku mutu Kep Men LH No. 51 tahun 2004 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut untuk kualitas air laut untuk perairan pelabuhan yaitu 1000 MPN/100 mL. Konsentrasi DO di lokasi Muara Sungai Bone, daerah wisata olele dan di muara Sungai Paguyaman yaitu masing-masing 4,8 mg/L, 4,5 mg/L dan 4,5 mg/L, tidak memenuhi baku mutu Kep Men LH No. 51 tahun 2004 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut untuk kualitas air laut untuk wisata bahari yaitu > 5 mg/L. Konsentrasi BOD di masing-masing lokasi tersebut adalah 11,5 mg/L, 12,5 mg/L dan 10,5 mg/L, dimana nilai-nilai tersebut diatas baku mutu Kep Men LH No. 51 tahun 2004 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut untuk kualitas air laut untuk wisata bahari yaitu 10 mg/L.
II- 60 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Gambar 2.22 Lokasi-Lokasi Pemantauan Kualitas Air Laut di Kawasan Pesisir Laut Teluk Tomini yang terdapat di Provinsi Gorontalo
Kadar pH, warna, kekeruhan dan TSS untuk semua lokasi terdeteksi, dimana nilai pH berkisar 7,5 – 7,8, warna 5,5 – 16,7, kekeruhan 2,5 – 3,8 dan TSS 17,5 – 19,5 mg/L, tetapi nilai-nilai tersebut masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan (pH=6,5 – 8,5, warna = 30 mg/L, kekeruhan = 5 dan TSS = 5 mg/L). Nilai TSS erat kaitannya dengan kekeruhan, untuk lokasi titik 5 yang mempunyai nilai TSS tinggi (19,5 mg/L) ternyata mempunyai nilai kekeruhan 3,8 NTU. Kadar pH, warna, kekeruhan dan TSS untuk semua lokasi terdeteksi, dimana nilai pH berkisar 7,5 – 7,8, warna 5,5 – 16,7, kekeruhan 2,5 – 3,8 dan TSS 17,5 – 19,5 mg/L, tetapi nilai-nilai tersebut masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan (pH=6,5 – 8,5, warna = 30 mg/L, kekeruhan = 5 dan TSS = 5 mg/L). Nilai TSS erat kaitannya dengan kekeruhan, untuk lokasi titik 5 yang mempunyai nilai TSS tinggi (19,5 mg/L) ternyata mempunyai nilai kekeruhan 3,8 NTU. Kadar pH, warna, kekeruhan dan TSS untuk semua lokasi terdeteksi, dimana nilai pH berkisar 7,5 – 7,8, warna 5,5 – 16,7, kekeruhan 2,5 – 3,8 dan TSS 17,5 – 19,5 mg/L, tetapi nilai-nilai tersebut masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan (pH=6,5 – 8,5, warna =
II- 61 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO 30 mg/L, kekeruhan = 5 dan TSS = 5 mg/L). Nilai TSS erat kaitannya dengan kekeruhan, untuk lokasi titik 5 yang mempunyai nilai TSS tinggi (19,5 mg/L) ternyata mempunyai nilai kekeruhan 3,8 NTU. Table 2.25. Status Mutu Air Laut di Perairan Kawasan Pelabuhan di Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008
Titik
Lokasi
Status Mutu Air
Pantau
TPP 2 TPP 3
Pelabuhan Kota
Nilai IP
Ket
1,6439
Cemar Ringan
1,9481
Cemar Ringan
gorontalo Pelabuhan TPI Tilamuta Kab. Boalemo
Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115 tahun 2003 Konsentrasi DO dan BOD di semua lokasi di daerah wisata bahari terdeteksi. Kadar DO terendah dan BOD 5 tertinggi adalah di lokasi titik 3, 4 dan 5 dengan kadar DO berkisar antara 4.5 mg/L sampai 4.8 mg/L dan kadar BOD 5 berkisar antara 10.5 mg/L sampai 12.5 mg/L. Table 2.26. Status Mutu Air Laut di Perairan Wisata Bahari di Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008
Titik
Lokasi
Status Mutu Air
Pantau
TPW 2 TPW 3
Nilai IP Pantai Wisata Olele Kab. Bone Bolango Pantai Wisata Bolihutuo Kab. Boalemo
6,3265 6,356
Ket Cemar Sedang Cemar Sedang
Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115 tahun 2003 II- 62 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Konsentrasi DO untuk lokasi tersebut tidak memenuhi persyaratan baku mutu yaitu > 5 mg/L dan konsentrasi BOD untuk ke 3 lokasi tersebut diatas baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 10 mg/L.
F. IKLIM Untuk kepentingan pengembangan wilayah, semua faktor iklim, khususnya hujan, suhu, angin dan kelembaban udara, adalah penting. Iklim memberi implikasi signifikan pada perumusan kebijakan alokasi penggunaan ruang, misalnya dalam penentuan kawasan lindung dan budidaya serta kebijakan pengelolaan sumberdaya alam. Untuk kabupatenkabupaten di Provinsi Gorontalo, kebijakan pengelolaan sumberdaya air, misalnya, adalah aspek yang harus mendapat prioritas tinggi. Jika hasil optimal dan berkesinambungan hendak dicapai, rumusan kebijakan ini harus menjadi dasar bagi arah pengembangan wilayah. Berdasarkan peta iklim Oldeman dan Darmiyati, Provinsi Gorontalo secara rata-rata beriklim yang relatif kering. Wilayah terkering (iklim E2 dengan rata-rata kurang dari 3 bulan per tahun bercurah hujan lebih dari 200 mm) meliputi seluruh kawasan pantai selatan Kabupaten Boalemo dan sebagian Kota Gorontalo. Sementara, wilayah yang relatif lebih basah (iklim C1 dan C2, dengan 5 sampai 6 bulan basah per tahun) ditemukan di sepanjang wilayah Utara Provinsi Gorontalo. Menurut klasifikasi iklim yang dikemukakan Schmidt Fergusson diperoleh nilai Q (perbandingan rata-rata bulan kering dengan bulan basah) sebesar 25 % sehingga daerah ini termasuk tipe iklim B yaitu beriklim basah.
Suhu udara rata‐rata bulanan di Provinsi Gorontalo tahun 2012 27.6 27.4 27.1 26.9 26.6
27.1
27.1
Ags
Sep
27.2 27.0
26.8
26.6 26.3
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Okt
Nop
Des
Suhu (°C)
Gambar 2.23. Suhu rata-rata bulanan di Provinsi Gorontalo 2012 (Sumber: Stasiun Meteorologi Bandara Jalaludin, 2013)
II- 63 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Berdasarkan data pada Stasiun Bandara Jalaludin suhu udara rata-rata bulanan di Provinsi Gorontalo dalam tahun 2012 berkisar antara 26,3 - 27, °C. Bulan Juli adalah bulan yang mengalami suhu rata-rata lebih paling rendah dibanding bulan lainnya. Suhu rata-rata tertinggi pada bulan Oktober.
Suhu minimum terjadi di bulan Februari yaitu 22,2 °C.
Sedangkan suhu maksimum terjadi di bulan Agustus mencapai 34,2°C. Curah hujan bulanan rata-rata selama tahun 2012 berkisar antara 27 – 244 mm. Curah hujan tertinggi terdapat di bulan Juli yaitu 244 mm dan terendah pada bulan Desember sebanyak 27 mm. Sedangkan jumlah hari hujan terbanyak ada pada bulan Februari sebanyak 24 hari. Kelembaban udara di Gorontalo termasuk tinggi. Rata-rata kelembaban pada tahun 2012 mencapai 82,58 persen. Berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Jalaludin Gorontalo, curah hujan untuk periode 5 (lima) tahun terakhir, yaitu dari tahun 2005 hingga 2009 berkisar antara 1.226 – 2.289mm/tahun, dengan hari hujan per tahun berkisar 157 – 248 hari hujan, dengan rata-rata curah hujan 126,5 mm/tahun dan 15 hari hujan.
Curah Hujan di Provinsi Gorontalo tahun 2012 412
244 205 109
159
130
154 116
107
67
Jan
Feb
Mar
46
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
27 Okt
Nop
Des
Curah hujan (mm)
Gambar 2.23. Curah hujan di Provinsi Gorontalo 2012 (Sumber: Stasiun Meteorologi Bandara Jalaludin) II- 64 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
G.BENCANA ALAM Wilayah Gorontalo rentan terhadap bencana banjir. Pembukaan areal hutan yang dan perubahan fungsi lahan meningkatkan intensitas banjir. Perubahan bulan musim hujan dan lama waktu musim hujan memberikan pengaruh pada bencana banjir.
1. Bencana Banjir Dampak yang ditimbulkan akibat banjir adalah rusaknya sarana infrastruktur daerah sehingga menyebabkan saluran distribusi mengalami kendala. Masyarakat menderita penyakit bawaan air, kehilangan harta, kelaparan, dan hilangnya tempat berteduh. Bahkan, banjir di Gorontalo sudah merenggut korban jiwa. Kerugian akibat banjir ini merupakan biaya lingkungan dan sosial mahal yang harus ditanggung masyarakat akibat kesalahan tata ruang yang kian parah. Sedangkan pasca banjir bagi daerah yang terkena banjir seperti wabah penyakit dan rusaknya fasilitas umum serta terkendalanya pendidikan.
Gambar 2.24. Peta daerah rawan banjir di Provinsi Gorontalo. (Sumber: RTRW Prov. Gorontalo 2010-2030)
II- 65 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Setelah banjir reda, bukan tidak mungkin berbagai penyakit menular akan menjangkiti masyarakat seperti demam berdarah, malaria dan diare," pasca banjir biasanya banyak genangan air di lingkungan tempat tinggal masyarakat yang dapat menjadi sarang nyamuk menyebarkan penyakit. Musibah banjir tidak hanya dialami oleh para korban yang rumahnya terendam banjir, warga yang rumahnya tidak terendam juga mengalami dampaknya. Di antaranya pemadaman listrik, tidak tersedianya air bersih, dan terbatasnya pasokan makanan. Hal itu terutama dialami oleh warga di seputar banjir. Bencana banjir yang mulai sering terjadi adalah banjir bandang. Hujan lebat bebera jam saja bisa mendatangkan banjir dengan membawa lumpur dan bahkan batang kayu. Hal ini terjadi karena maraknya illegal logging dan perambahan hutan di hulu daerah aliran sungai. Kemampuan tanah dalam menahan air saat musim hujan berkurang sehingga bila terjadi hujan, air kurang meresap ke dalam tanah. Tanah yang sudah mengikat air biasanya ditahan oleh akar-akar pohon sehingga tidak ikut mengalir bersama air permukaan ke hilir. Karena kayu sudah ditebangi maka tanah yang mengandung air ini ikut meluncur ke hilir. Tanah bercampur air menuruni lereng membentuk aliran berlumpur. Makin ke hilir makin semakin besar sehingga bisa menimbulkan bencana saat melewati kawasan pemukiman.
Selama
Wilayah
tahun
Provinsi
2012
Gorontalo
mengalami 36 kali bencana banjir. Kejadian banjir yang terbanyak terjadi di Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo, masing
yakni
masing-
sembilan
kali.
Sedangkan daerah yang paling sedikit banjir
mengalami adalah
kejadian Kabupaten
Pohuwato dan Kota Gorontalo, Gambar 2.26. Rumah dan lahan terendam banjir di Limboto.
yaitu masing-masing tiga kali. Kalau
dilihat
dari
waktu
kejadian, bulan yang paling banyak terjadi banjir adalah bulan Januari, Maret dan Mei, masing-masing enam kejadian. Bulan yang tidak terjadi bencana banjir adalah bulan Agustus, September, dan Oktober.
II- 66 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Banjir yang terjadi dalam bulan Januari 2012 sebanyak enam kejadian berupa banjir bandang. Banjir melanda Kecamatan Anggrek di Gorontalo utara pada tanggal 15 Januari merendam 56 rumah dan 224 jiwa. Pada tanggal 21 Januari banjir bandang melanda Kecamatan Paguat di Kabupaten Pohuwato merendam 762 rumah dan 3.173 jiwa. Pada hari yang sama banjir bandang juga melanda Kecamatan Mananggu, Botumoito, dan Tilamuta di Kabupaten Boalemo mengakibatkan 1.145 rumah dan satu sekolah serta 4.410 jiwa terendam.
Jumlah Kejadian Banjir di Gorontalo Tahun 2012 8 6 4 2 0 Jan Feb Mar Apr May Jun
Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Jumlah kejadian
Gambar 2.27 Jumlah kejadian banjir di Gorontalo menurut bulan selama tahun 2012 Kecamatan Limboto Barat di Kabupaten Gorontalo mengalami banjir bandang pada tanggal 27 Januari mengakibatkan korban 799 rumah dan 2.674 jiwa terendam. Selain itu 6 sekolah satu tempat ibadah dan satu sarana kesehatan juga ikut digenangi air. Pada tanggal 28 Januari 2012 Kecamatan Botumoito dan Tilamuta kembali dihantam banjir bandang. Kali ini air merendam 690 rumah dan 2760 jiwa. Keesokan harinya tanggal 29
Januari
Kecamatan
banjir
melanda
Botupingge
dan
Kecamatan Suwawa Selatan di Kabupaten
Bone
Bolango
mengakibatkan 2 rumah dan 7 jiwa terendam.
Gambar 2.28. Anak-anak bermain di depan rumah saat banjir di Sungai Bolango
II- 67 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Daerah
perbukitan
yang
menjadi
area tangkapan air di hampir semua tempat kejadian rata-rata telah banyak terbuka.
Pembukaan
lahan
sebagian
besar adalah untuk area penanaman jagung. Sehingga saat hujan lebat turun air lebih banyak mengalir di permukaan dari pada diresapkan ke dalam tanah. Curah air hujan yang tinggi dalam waktu yang
pendek
pada
daerah
yang
tangkapan airnya sudah mulai banyak terbuka
akan
menimbulkan
banjir
bandang. Gambar 2.29. Korban banjir mengungsikan peralatan ke tempat yang kering.
Bencana banjir pada bulan Februari 2012 terjadi tiga kejadian. Pertama
pada tanggal 20 Februari 2012 melanda Kecamatan Tolangohula, Kecamatan Boliyohuto, dan Kecamatan Bilato di Kabupaten Gorontalo. Pada hari yang sama banjir juga melanda Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Paguyaman di Kabupaten Boalemo. Banjir di kelima kecamatan ini diakibatkan curah hujan yang tinggi di daerah aliran sungai Paguyaman, tempat
kecamatan-
kecamatan Korban
ini
yang
berada. timbul
di
Kabupaten Gorontalo adalah 607 rumah dan 2239 jiwa serta satu sekolah dan satu sarana kesehatan terendam. Sedangkan timbul
Korban di
yang
kabupaten
Boalemo adalah 495 rumah dan 1827 jiwa terendam. Pada tanggal 27 Februari 2012 banjir melanda Kec. Kwandang Gorontalo
Kabupaten utara.
Korban
Gambar 2.30. Korban banjir beristirahat di jalan yang lebih tinggi sambil mengharapkan bantuan orang yang lewat.
yang timbul sebanyak 113
II- 68 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO rumah dan 452 jiwa terendam. Banjir melanda tiga kecamatan di tiga kabupaten pada tanggal 2 Maret 2012. Wilayah yang mengalami bencana adalah Kecamatan Kota Selatan di Kota Gorontalo dengan korban 492 rumah dan 800 jiwa terendam, Kecamatan Limboto di Kabupaten Gorontalo dengan 112 rumah dan 440 jiwa terendam, dan Kecamatan Bulango Utara di Kabupaten Bone Bolango 110 rumah dan 445 jiwa terendam. Bangunan kantaor Polres Limboto ikut digenangi banjir. Banjir terjadi akibat curah hujan yang tinggi di DAS Bulango. Empat hari berikutnya tanggal 6 Maret 2012 giliran
Kecamatan
Tomilito
Kabupaten Gorontalo Utara dilanda banjir.
Banjir
merendam
178
keluarga. Pada 11 Maret 2012 Sungai Bone
meluap
kecamatan Keempat
merendam
di
Bone
kecamatan
Suwawa,
Suwawa
Botupingge,
dan
empat Bolango.
itu
Kabila.
adalah Timur, Pada
Gambar 2.31. Pengemudi bentor menuci bentor
tanggal 28 Maret 2012 bencana banjir bandang melanda Kecamatan Tolinggula dan Kecamatan Anggrek di Gorontalo Utara merendam 1001 rumah, 1612 keluarga, dan 5080 jiwa. Bencana banjir terjadi empat kali dalam bulan April. Tanggal 1 April 2012 Kecamatan Wonosari di Boalemo dilanda banjir mengakibatkan 297 rumah, 344 keluarga, dan 1147 jiwa terendam. Pada tanggal 5 April 2012 banjir terjadi di Kecamatan Tomilito di Gorontalo Utara dan Kecamatan Tibawa di Kabupaten Gorontalo. Korban yang ditimbulkan sebanyak 2 rumah 3 keluarga 13 jiwa di Kecamatan Tomilito. Sedangkan korban di Kecamatan Tibawa sebanyak 71 rumah 74 keluarga 214 jiwa. Pada tanggal 28 April 2012 Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dilanda banjir dengan korban sebanyak 69 keluarga dan 243 jiwa. Memasuki bulan Mei 2012 pada tanggal 1 Kecamatan Kota Barat di Kota Gorontalo dilanda banjir . korban yang ditimbulkan sebanyak 5 keluarga dan 24 jiwa terendam. Pada hari yang sama bajir juga melanda Kecamatan Botupingge di Bone Bolango. Keesokan
II- 69 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO harinya, tanggal 2 Mei 2012 di Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato sebanyak 12 keluarga dan 39 jiwa terendam banjir. Hujan tanggal 4 Mei 2012 di Kecamatan Sumalata di Gorontalo Utara
menimbulkan banjir . Akibatnya 1 keluarga dan 6 jiwa terendam.
Esoknya, 5 Mei 2012, masih di Gorontalo Utara banjir melanda Kecamatan Sumalata Timur dan Biawu. Banjir mengakibatkan 187 keluarga dan 711 jiwa terendam. Banjir pada tanggal 6 Mei 2012 melanda Kecamatan Tolangohula, Boliyohuto, dan Bilato Kabupaten Gorontalo. Akibatnya 505 keluarga dan 1886 jiwa terendam serta 32 jiwa terpaksa mengungsi. Tanggal 13 Mei 2012 Kecamatan Gentuma di Gorontalo Utara
mengalami
banjir sehingga 213 keluarga dan 848 jiwa terendam. Gambar 2.32. Pengguna jalan terpaksa berputar menghindari area banjir
Sebulan kemudian pada tanggal 11 Juni 2012 Kecamatan Tilamuta,
Paguat, dan Botumoito di Boalemo dilanda banjir menimbulkan 867 keluarga dan 848 jiwa terendam. Tanggal 24 Juni 2012 banjir melanda Kecamatan Bone Raya di Bone Bolango, dengan korban 63 rumah dan 263 jiwa terendam serta 83 jiwa terpaksa mengungsi. Selain itu banjir merusak tanggul sepanjang 1 Meter dan Jalan 10 Meter serta Lahan Kering 98 Ha Dalam bulan Juli 2012 ada tiga kejadian banjir di Gorontalo. Pada tanggal 13 Juli 2012 banjir melanda Kecamatan Biluhu dan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Korban yang ditimbulan adalah 187 rumah, 443 keluarga, dan 1668 jiwa terendam, serta satu orang meninggal. Tanggal 19 Juli 2012 banjir melanda Kecamatan Suwawa Selatan, Suwawa Timur, Botupingge, dan Kabila Bone di Bone Bolango. Banjir di Botupingge berupa banjir bandang dan di Kabila Bone banjir disertai longsor. Kejadian di empat kecamatan ini menimbulkan 150 rumah dan 530 jiwa terendam. Berikutnya tanggal 22 Juli 2012 Kecamatan Bone di Bone Bolango dilanda banjir mengakibatkan 97 rumah dan 391 jiwa terendam. Selama bulan November 2012 tercata dua kali kejadian banjir berupa banjir bandang. Pada tanggal 1 November 2012 banjir bandang melanda Kecamatan Limboto Barat
II- 70 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Kabupaten Gorontalo dan tangal 2 November 2012 melanda Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato. Tidak ada data korban yang timbul pada kedua bencana ini. Pada bulan Desember 2012 bencana banjir
terjadi
sebanyak
empat
kali.
Tanggal 13 Desember 2012 Kecamatan Limboto, Limboto Barat, Telaga Biru, Bongomeme, dan Tabongo Kabupaten Gorontalo
mengalami
banjir
mengakibatkan 379 rumah dan 1292 jiwa terendam. Tanggal 15 Desember 2012 banjir melanda Kecamatan Bulango Utara dan
Suwawa
di
Bone
Bolango
mengakibatkan 211 rumah, 227 keluarga, dan 1307 jiwa terendam. Sedangkan sebanyak
Gambar 2.33. Sampah dibawa arus banjir menumpuk di jembatan
1236 jiwa harus mengungsi.
Tanggal 29 Desember 2012 Kecamatan Suwawa Selatan di Bone Bolango dilanda banjir dan mengakibatkan 47 rumah terendam dan 150 jiwa mengungsi. Banjir juga merendam 98 ha area pertanian lahan kering. Banjir terakhir tahun 2012 terjadi tanggal 30 Desember 2012 melanda Kecamatan Kota Utara, Dumbo Raya, dan Kota Selatan di Kota Gorontalo. Banjir kali ini merendam 481 rumah, 1368 keluarga, dan 4873 jiwa. Warga yang harus mengungsi mencapai 227 orang. Total korban yang ditimbulkan selama tahun 2012 akibat bencana banjir adalah 5.721 rumah, 12.221 keluarga dan 43.358 jiwa terendam. Warga yang terpaksa mengungsi sebanyak 1.728 orang dan korban meninggal sebanyak 2 orang. Bencana banjir di Gorontalo bisa terjadi dimana seluas 140.690 ha rawan banjir dan 3.399 sangat rawan. Sedangkan dari tingkat resiko akibat banjir maka 144.298 ha lahan masuk kategori beresiko sedang dan 748 ha beresiko tinggi. Bencana kebakaran hutan dan lahan yang dilaporkan terjadi di kabupaten Bone Bolango seluas 5.3 ha pada tahun 2011. Sedangkan untuk bencana kekeringan tidak ada kejadian yang signifikan dalam kurun waktu tahun 2012 hingga 2013.
II- 71 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2. Bencana Alam Selain Banjir Bencana alam selain banjir yang terjadi selama tahun 2012 meliputi Kebakaran, Angin puting beliung dan Tanah longsor. Pada tanggal 20 Maret 2012 di Tilamuta Kabupaten Boalemo terjadi kebakaran menghanguskan 19 rumah. Korban yang timbul 24 keluarga dan 97 jiwa yang semuanya terpaksa mengungsi. Bone Bolango mengalami bencana Angin puting beliung dan Tanah longsor. Bolango Selatan dan Kabila Angin mengalami angin puting beliung merusak 6 rumah. Korban yang rumahnya rusak sebanyak 7 keluarga dan 31 jiwa. Tanah Longsor terjadi di Kabila Bone pada 19 Juli 2012 tetapi tidak ada korban. Pada tanggal 15 Desember 2012 tanah longsor kembali terjadi di Kecamatan Bulango Utara, Lomaya, Bulango Ulu menyebabkan satu rumah rusak. Kabupaten Gorontalo dilanda bencana angin puting beliung dan Tanah longsor. Angin puting beliung melanda Kecamatan Telaga Jaya 26 Maret 2012, merusak 1 rumah dan menimbulkan korban 3 keluarga dan 6 jiwa tetapi tidak ada yang meninggal. Tanah Longsor terjadi di Kecamatan Telaga tanpa ada korban. Gorontalo Utara dilanda angin puting beliung dan kebakaran. Pada tanggal 26 Maret 2012 angin puting beliung terjadi di Kecamatan Tomilito. Kejadian ini menimbulkan 15 rumah yang dihuni oleh 82 jiwa rusak. Tanggal 10 April 2012 kebakaran terjadi Kecamatan Tomilito menghanguskan 2 rumah yang didiami oleh 6 orang penduduk.
Kecamatan
Sumalata juga dilanda kebakaran pada tanggal 4 Mei 2012 menyebabkan 1 keluarga yang terdiri dari 6 orang ruamahnya rusak. Kota Gorontalo dilanda angin puting beliung dan kebakaran. Pada tanggal 26 Maret 2012 angin puting beliung melanda Kecamatan Sipatana merusak 59 rumah menyebabkan kerugian bagi 72 keluarga yang beranggotakan 271 jiwa. Kota Tengah dilanda kebakaran pada 14 Juli 2012 menghanguskan 6 rumah yang dihuni 9 keluarga beranggotakan 58 jiwa. Sementara itu tidak terjadi bencana alam selain banjir di Kabupaten Pohuwato selama tahun 2012.
II- 72 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN Manusia dijadikan Allah SWT sebagai khalifah atau pengelola di muka bumi ini. Keberadaan manusia dalam kesahariannya tentu membutuhkan sumber daya dan sekaligus akan menghasilkan karya cipta beserta dengan sisa-sisa barang dan energi lainnya yang tidak terpakai. Semakin meningkat jumlah manusia semakin meningkat kebutuhan akan sumber daya dalam suatu daerah. Atau dengan kata lain semakin besar tekanan yang diberikan kepada lingkungan di tempat itu. Pertumbuhan penduduk beserta peningkatan pembangunan di Gorontalo tentu juga akan menimbulkan peningkatan tekanan terhadap lingkungan. Pemahaman tentang tekanan penduduk Gorontalo dan aktivitasnya terhadap lingkungan sangat diperlukan agar pengelolaan
lingkungan
yang
tepat
bisa
direncanakan.
Perencanaan
yang
tepat
mengarahkan kita dalam mengelola sumber daya alam yang terbatas untuk bisa lestari dan berkelanjutan sampai kepada generasi yang akan datang.
A. KEPENDUDUKAN Gorontalo didiami oleh beragam etnik atau suku bangsa. Suku utama adalah penduduk asli suku Gorontalo. Suku lainnya adalah Bugis, Sangir, Minahasa, Bolaang Mongondow, Jawa, Bali, Jawa-Tondano, Arab, dan Cina. Suku lain dalam jumlah yang relatif sedikit seperti Ternate, Papua, Kendari, dan suku-suku dari Sumatera dan Kalimantan. Di daerah ini terdapat suku terasing yang dinamakan orang Polahi.
Gambar 3.1. Rumah adat Gorontalo, Dulohupa. (a) tampak depan, (b) tampak samping. III- 1 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Gorontalo, Perumbuhan dan Kepadatannya menurut Kabupaten/Kota tahun 2012. Jumlah Penduduk (Jiwa)
No. Kabupaten/Kota
1 Boalemo
136,269
2 Bone Bolango
147,692
3 Gorontalo
368,053
4 Gorontalo Utara
108,079
5 Gorontalo Kota
188,761
6 Pohuwato
135,338
Total
1,084,192
Pertumbuhan Penduduk (%) 2.68
Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) 78
2.02
78
1.68
172
1.88
50
2.37
2862
2.53
30
87
Jumlah penduduk Gorontalo tahun 2012 adalah 1.084.192 jiwa. Bila dibandingkan
dengan provinsi lain maka Gorontalo memiliki penduduk yang nomor dua paling sedikit di Indonesia setelah Papua Barat. Sebanyak 368,053 jiwa atau 33,9% penduduk tinggal di Kabupaten Gorontalo,
yang menjadi kabupaten berpenduduk terbesar. Sedangkan
penduduk yang paling sedikit tinggal di Kabupaten Gorontalo Utara.
68,216 67,122
Pohuwato
92,101 96,660
Gorontalo Kota 55,178 52,901
Gorontalo Utara
Laki‐Laki 185,196 182,857
Gorontalo
Perempuan
73,826 73,866
Bone Bolango
68,569 67,700
Boalemo 0
50,000
100,000
150,000
200,000
Gambar 3.2. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan menurut Kabupaten/Kota tahun 2012.
III- 2 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Pertumbuhan penduduk Provinsi Gorontalo berkisar antara 1,68% sampai 2,68%. Pertumbuhan tertinggi ada di Kabupaten Boalemo dan yang terendah di Kabupaten Gorontalo. Daerah dengan penduduk yang paling padat ada di Kota Gorontalo, mencapai 2.862 orang per kilometerpersegi. Sedangkan penduduk paling jarang di Kabupaten Pohuwato hanya 30 orang per kilometer persegi. Kalau dirata-rata maka Provinsi Gorontalo memiliki kepadatan penduduk sekitar 87 orang per kilometer persegi. Perbandingan penduduk di Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango lebih banyak perempuan sedangkan pada empat kabupaten lainnya lebih banyak penduduk lakilaki. Kelebihan laki-laki terbanyak ada di Pohuwato mencapai 0.8%. sedangkan kelebihan perempuan terbanyak terdapat di Kota Gorontalo mencapai 2,4%. Secara keseluruhan di Provinsi Gorontalo terdapat kelebihan laki-laki sebanyak 0,81%.
75 + 70 ‐ 74 65 ‐ 69 60 – 64 55 ‐ 59 50 ‐ 54 45 ‐ 49 40 ‐ 44 35 ‐ 39 30 ‐ 34 25 ‐ 29 20 ‐ 24 15 ‐ 19 10 ‐ 14 5 ‐ 9 0 ‐ 4
‐60000
‐40000
‐20000 Laki‐laki
0
20000
40000
60000
Perempuan
Gambar 3.3. Piramida penduduk Gorontalo tahun 2012. Dari piramida penduduk Gorontalo yang memperlihatkan penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, tampak bahwa penduduk Gorontalo memiliki pertumbuhan positif dengan kelompok usia muda terutama dibawah 20 tahunlebih banyak dari kelompok usia tua. Pendidikan menjadi perhatian utama pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Gorontalo. Jumlah siswa tingkat dasar dan menengah terdaftar tahun 2012 sejumlah 250.187 murid. Ini sekitar 25% dari penduduk Provinsi Gorontalo. Siswa SD mencapai 152.234 murid, siswa SLTP 55.378 murid, dan SLTA 42.575 murid. III- 3 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Gambar 3.4. Siswa SD menyeberangi sungai menuju sekolah di Dumbaya Bulan, Bone Bolango. Jumlah siswa setiap Kabupaten/Kota sebanding dengan jumlah penduduknya. Siswa tingkat dasar dan menengah terbanyak ada di Kabupaten Gorontalo yaitu 33,5%. Siswa yang paling sedikit ada di Kabupaten Gorontalo Utara.
Gambar 3.5. Suasana belajar di sebuah Sekolah Dasar. Pendidikan tinggi di Gorontalo juga mengalami perkembangan. Saat ini ada beberapa perguruan tinggi di Gorontalo diantaranya Universitas Negeri Gorontalo, Universitas Gorontalo, Universitas Ichsan, Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Sekolah Tinggi Bina Taruna, Politeknik Gorontalo, dan Politeknik Kesehatan Gorontalo. III- 4 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Gambar 3.6. Kampus UNG, Fakultas Ilmu Pendidikan di latar depan. Universitas Negeri Gorontalo (UNG) pada tahun 2012 memiliki 17.240 mahasiswa dan 639 orang dosen. Jika dibandingkan mahasiswa laki-laki dengan perempuan maka ada 58% mahasiswa perempuan. Sedangkan untuk dosen, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, yakni mencapai 52,3%.
Gambar 3.7. Gedung Rektorat Universitas Gorontalo di Limboto.
III- 5 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO B. PEMUKIMAN Wilayah Gorontalo memiliki pesisir dengan panjang garis pantai total 655,8 km. Sepanjang 217,7 km berada di Pantai Utara menghadap Laut Sulawesi dan sepanjang 438,1 km di pantaia selatan yang berada di Teluk Tomini.Penduduk Gorontalo yang tinggal di daerah pesisir mencapai 12.539 rumah tangga.
Gambar 3.8. Nelayan mengangkat ikan hasil tangkapan di Pusat Pelelangan Ikan Gorontalo.
Sedangkan penduduk yang bergerak di bidang perikanan baik perikanan tangkap maupun budi daya mencapai 8.413 rumah tangga pada tahun 2012.
Gambar 3.9. Nelayan di Danau Limboto
III- 6 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO 2500 2000 1500 2011 1000
2012
500 0 Boalemo
Bone Gorontalo Gorontalo Gorontalo Pohuwato Bolango Utara Kota
Gambar 3.10. Jumlah rumah tangga perikanan di Provinsi Gorontalo tahun 2011-2012. Jumlah ini menurun dibanding tahun 2011, yang mencapai 8.471 rumah tangga. Perubahan jumlah rumah tangga perikanan terbesar terjadi di kabupaten Gorontalo yang mengalami penurunan sebanyak 32,2%. Sementara itu di Kabupaten Pohuwato mengalami kenaikan sebesar 262 rumah tangga atau 13,5%.
Gambar 3.11. Salah satu hunian penduduk miskin. Dari sekitar sejuta penduduk Gorontalo tahun 2012, yang masuk kategori Penduduk Miskin mencapai 186,910 orang. Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Untuk tahun 2012 garis
III- 7 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO kemiskinan
provinsi Gorontalo ditetapkan sebesar Rp. 203.907,00. Jika dibandingkan
dengan tahun 2011, terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 5,7%. Jumlah Keluarga Prasejahtera Provinsi Gorontalo Tahun 2012 menurut BKKBN Provinsi Gorontalo sebanyak 65.256 kepala keluarga. Keluarga prasejahtera terbanyak ada di Kabupaten Gorontalo yaitu 33,4%. Bila dilihat persentase keluarga prasejahtera terhadap jumlah penduduk dalam kabupaten maka persentase tertinggi ada di Pohuwato, yakni sebesar 36,33% dari 32.231 Kepala Keluarga yang ada disana. Persentase KK prasejahtara yang cukup banyak juga terdapat di kabupaten Boalemo dan Gorontalo Utara yaitu 35.3%. Air minum adalah kebutuhan vital masyarakat. Penduduk Gorontalo memperoleh sumber air minum melalui berbagai sumber. Sebagian besar memperoleh air dari sambungan ledeng PDAM dan sumur, sebagian kecil menggunakan air sungai, air hujan, dan sumur suntik. Untuk tahun 2012 terdapat 45.904 sambungan PDAM. Persentase rumah tangga tertinggi yang memiliki sambungan pipa ledeng adalah kota Gorontalo sebesar 41,76%. Sambungan ledeng terendah di Gorontalo Utara yaitu 7,16%. Di Kota Gorontalo 21% masyarakat menggunakan sumur dan 3,37% menggunakan sumur suntik. Salah satu indikator pola hidup sehat masyarakat adalah tersedianya sanitasi yang layak. Rumah tangga yang memiliki jamban sendiri mencapai 51,16%. Persentase rumah tangga terbanyak yang memiliki jamban sendiri ada di Kota Gorontalo, yaitu mencapai 88,47%.Sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri paling sedikit ada di Kabupaten pohuwato yakni 34,4%. Dengan demikian masih banyak masyarakat yang buang air besar sembarangan. Penduduk yang tidak memiliki jamban ada yang buang hajat di sungai atau tanah kosong. Masyarakat yang tinggal di pinggir sungai umumnya buang air besar langsung ke sungai, Hal ini dapat dilihat dari tingkat pencemaran bakteri coli tinja di sungai-sungai yang dipantau. Timbulan limbah domestik berupa sampah oleh penduduk Gorontalo diperkirakan mencapai 433,676.80 kg per hari. Perkiraan ini menggunakan asumsi setiap orang menghasilkan 0,4 kg sampah per hari. Pengelolaan sampah di Provinsi Gorontalo sudah dilakukan dengan mengoperasikan beberapa TPA. Kawasan Industri Pengelolaan Sampah (KIPS) Talumelito merupakan tempat pemrosesan akhir sampah regional yang melayani tiga Kabupaten/Kota, yaitu Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Bone Bolango.
III- 8 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Gambar 3.12. Truk pengangkut sampah menuju KIPS Talumelito. Di kabupaten Pohuwato sudah ada TPA Botubilotahu, yang melayani Kota Marisa, Buntulia, dan Duhiadaa sekitarnya. TPA di Kabupaten Boalemo baru mulai dioperasikan melayani Kota Tilamuta sekitarnya. TPA di Kabupaten Gorontalo Utara masih dalam tahap pembangunan.
Sementara
ini
pengelolaan
sampah
di
sana
mengunakan
Tempat
Pengelolaan Sampah Sementara dengan mengoptimalkan konsep 3R.
Gambar 3.13.(a) Kolam pengolahan lindi di KIPS Talumelito, (b) Landfill di TPA Pohuwato. Jenis TPA yang dibangun adalah tipe sanitary landfill. Analisis terhadap pola pengelolaan sampah pada landfill menunjukkan bahwa emisi gas metana justru lebih besar dari pada pola pembuangan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pola yang ada di TPA perlu peningkatan, dimana gas metana yang hanya di venting saja harus dimanfaatkan menjadi biogas. Recovery gas metana pada TPA akan menunjang program penurunan emisi gas rumah kaca di Provinsi Gorontalo. III- 9 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO C. KESEHATAN Pelayanan kesahatan kepada masyarakat adalah program utama di pemerintah di Provinsi Gorontalo. Penyakit yang paling banyak diderita masyarakat pada tahun 2012 adalah influenza mencapai 14.876 kasus. penyakit terbanyak berikutnya adalah Diare sejumlah 14.339 kasus dan TBC Paru Klinis 3.966 kasus.
Jumlah Tenaga Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2012 Teknis Medis Terapi Fisik Gizi Kesehatan Lingkungan Kesehatan Masyarakat Farmasi Bidan Perawat Gigi Perawat Dokter Gigi Dokter Umum Dokter Spesialis
131 35 210 207 758 257 645 82 1296 34 239 38 0
200
400
600
800 1000 1200 1400
Gambar 3.14. Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Gorontalo tahun 2012. Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Gorontalo tahun 2012 ditampilkan dalam grafik pada Gambar 3.14.
Gambar 3.15. Rumah Sakit dr. Aloei Saboe. III- 10 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Layanan kesehatan bagi masyarakat dilakukan melalui Puskesmas dan Rumah Sakit. Jumlah Puskesmas di Provinsi Gorontalo berjumlah 87 buah atau rata-rata satu Puskesmas melayani 12.461 penduduk. Sedangkan jumlah rumah sakit ada 11 buah 8 pemerintah dan 3 milik swasta. Dua diantaranya berkualifikasi Kelas B yaitu rumah sakit RS. Aloei Saboe dan RS. Dunda.
Gambar 3.16. Gedung sementara Rumah Sakit dr. Ainun Hasri Habibie. Pemerintah Provinsi Saat ini sedang membangun rumah sakit unggulan yaitu RS. Hasri Ainun Habibie di Limboto. Sementara ini operasional rumah sakit menempati gedung ex-Mall Limboto.
D. PERTANIAN Lahan pertanian basah difungsikan untuk budidaya komoditi padi sawah irigasi dan tadah hujan, Provinsi Gorontalo memiliki 28.254 ha lahan sawah. Lahan sawah terluas ada di Kabupaten Gorontalo mencapai 46,78 % dan terkecil di Kota Gorontalo seluas 3,33 %. Lahan yang ditanami 2 kali setahun mencapai 82,3% dan satu kali 3,7%. Sisanya ada yang tidak diusahakan dan tidak ditanami. Produksi per hektar berkisar 42,58 di Gorontalo Utara hingga
55,64 kwintal/ha di Kota Gorontalo, atau rata-rata Provinsi 48,02
kwintal/ha.
III- 11 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
TREND PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI (TON) TAHUN 2007 ‐ 2011 300,000 200,000 100,000 ‐ TON/Ha
2007
2008
2009
2010
2011
200,421
237,873
256,933
253,563
273,921
Gambar 3.17. Tren perkembangan produksi padi tahun 2007 – 2011. Tanaman padi dan palawija utama yang dibudidayakan di Provinsi Gorontalo diantaranya padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, dan kacang tanah Penggunaan pupuk untuk padi dan palawija mencapai 656130,8 ton urea dan 768130,1 ton NPK. Penggunaan pupuk terbesar pada komoditas ini adalah untuk padi mencapai 87%, dan diikuti oleh jagung sebesar 12%.
Gambar 3.18. Sawah, (a) Petani menyiangi padi di sawah. (b) Padi yang mulai berisi.
III- 12 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Gambar 3.19. Perkebunan kelapa di pesisir Sungai Bone. Hasil perkebunan yang dominan di Provinsi Gorontalo adalah kelapa dan tebu. Produksi kelapa tahun 2012 mencapai 61192 ton. Sedangkan tebu mencapai 28602 ton. Hasil perkebunan lainnya adalah kemiri, coklat, aren, vanili, cengkeh, dan kopi. Saat ini sudah ada 12 perkebunan kelapa sawit namun masih dalam tahap penyiapan lahan dan pembibitan. Lahan terluas saat ini adalah perkebunan kelapa yang mencapai 58%lahan perkebunan.
TREND PERKEMBANGAN PRODUKSI JAGUNG (TON) TAHUN 2007 ‐ 2011 800,000 600,000 400,000 TON/Ha
200,000 ‐
2007
2008
2009
2010
2011
TON/Ha 572,78 753,59 569,11 679,16 605,78
Gambar 3.20. Grafik trend perkembangan produksi jagung tahun 2007 - 2011. Dengan mulai dibukanya lahan sawit maka beberapa tahun mendatang area perkebunan kelapa sawit yang akan dominan di Gorontalo. Bila rata-rata satu perusahaan memiliki luas 10.000 ha saja, dengan adanya 12 perusahaan sawit diperkirakan akan dibuka seluas 120.000 ha kebun sawit. Pengunaan pupuk urea untuk perkebunan menurut perkiraan sebanyak 30250 ton untuk kelapa dan 96.8 ton untuk coklat. Sedangkan NPK digunakan pada perbandingan yang sama. III- 13 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Gambar 3.21. Lahan pertanian di perkotaan berubah menjadi pemukiman. Perubahan lahan pertanian untuk penggunaan lainnya mencapai 120.707 ha pada tahun 2011. Perubahan terbesar adalah untuk sector perkebunan mencapai 87754 ha atau 72% dari perubahan lahan pertanian. Perubahan lainnya adalah untuk pemukiman dan sektor lainnya. Hewan ternak yang utama dikembangkan di Provinsi Gorontalo adalah sapi potong, kambing, kuda, babi, dan sapi potong. Tabel 3.2 Populasi ternak di Gorontalo tahun 2012.
No.
Kabupaten/Kota
1
Boalemo
2
Bone Bolango
3
Sapi Sapi Kuda Kambing Babi Perah Potong 0
36394
97
3753
1876
16
23261
328
6815
‐
Gorontalo
0
81327
1129
40356
0
4
Gorontalo Utara
0
29405
41
18664
346
5
Gorontalo Kota
0
2783
1057
12169
‐
6
Pohuwato
0
29804
18
10411
2847
16
202974
2670
Total
92168 5069
III- 14 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Pada tahun 2012 populasi terbanyak adalah sapi potong yang mencapai jumlah 202.974 ekor. Jumlah ini meningkat 7,2% dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 189.316 ekor. Hewan ternak yang kedua banyak adalah kambing sejumlah 92.168 ekor yang meningkat sebesar 10,6%. Populasi ternak babi juga mengalami kenaikan sebesar 8,9% menjadi 5.069 ekor. Ternak kuda yang berkurang menjadi 2670 ekor atau turun 9,6%. Selain ternak berkaki empat juga dikembangkan ternak unggas. Populasi unggas di Gorontalo tahun 2012 rata-rata mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Tabel 3.3 Populasi unggas di Gorontalo tahun 2012.
No.
Kabupaten/Kota
1
Boalemo
2
Bone Bolango
Ayam Kampung
Ayam Petelur
Ayam Pedaging
Itik
128174
10527
6970
10256
439688
31539
113173
22517
3 Gorontalo
370473
200250
163000
13367
4 Gorontalo Utara
116967
5878
4056
1584
5 Gorontalo Kota
78873
34852
247766
10611
6 Pohuwato
206786
2305
235
10256
Total
1340961
285351
535200
68591
Ayam kampung berjumlah 1340961 ekor naik 39.6%. ayam petelur naik 127% menjadi 285.351 ekor. Populasi ayam pedaging naik sekitar 122% kalinya, dan populasi itik naik 20%.
E. INDUSTRI Jumlah perusahaan besar dan sedang yang terdapat di Provinsi Gorontalo dalam tahun 2012 mencapai 20 buah yang memiliki total 7.693 pekerja. Perusahaan Gula Gorontalo Tolangohula berada di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo. Perusahaan ini memiliki luas lahan tebu 1468 ha dengan produksi mencapai 280 ribu ton gula. Perusahaan Multi Nabati Sulawesi yang berlokasi di Kabupaten Pohuwato memproduksi minyak kelapa. Sedangkan di Isimu Kabupaten Gorontalo terdapat III- 15 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO perusahaan PT. Tri Jaya Tangguh memproduksi tepung kelapa. Namun tidak ada data tentang jumlah produksi maupun nilai produksinya.
Gambar 3.22. Pabrik tepung kelapa, (a) Pengupasan tempurung. (b) Paket produk tepung kelapa siap ekspor Perusahaan industri mikro dan kecil mencapai 12.630 buah yang menyerap 31910 tenaga kerja dengan total niali produksi 510 milyar rupiah pada tahun 2012. Baik perusahaan besar dan sedang maupun kecil mikro belum memiliki data emisi limbah.
F. PERTAMBANGAN Bumi Gorontalo kaya akan kandungan mineral. Bahan tambang utama adalah emas dan tembaga. Emas sudah ditambang sejak zaman penjajahan Belanda.
Gambar 3.23. Perusahaan Tambang PT. Gorontalo Mineral (a) Base camp di Sungai Mak. (b). Inspeksi Lokasi titik bor eksplorasi di Sungai Mak. III- 16 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Perusahaan pertambangan yang memperoleh izin mencapai 31 perusahaan dengan luasan total 240.712 ha. Sebagian besar bergerak dalam pertambangan emas dan tembaga. Luasan izin terbesar dimiliki perusahaan PT Rimbun Nusantara Abadi dan Gorontalo Mineral. Hampir semuanya masih dalam tahap eksplorasi, hanya empat perusahaan yang sudah berproduksi. Selain perusahaan swasta, masyarakat juga melakukan aktivitas pertambangan yang dilakukan secara manual dan tradisional sampai semi mekanik. Area pertambangan rakyat ini tersebar di seluruh wilayah provinsi. Sebagian dari pertambangan ini terutama pertambangan emas merupakan kegiatan illegal yang dikenal dengan Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI). PETI yang utama saat ini berada di Kabupaten Gorontalo, Bone Bolango, Pohuwato, dan Gorontalo Utara. Pengolahan bijih dilakukan dengan menggunakan merkuri atau air raksa dan sianida. Limbah cair dari proses pengolahan dibuang langsung ke aliran sungai di dekat penambangan. Untuk memproses bijih emas penambang menggunakan beberapa metoda. Tiga diantanya yakni dengan tromol (ball mill), tong (agitated tank leached) dan perendaman (heap leaching). Metoda tromol menggunakan silinder penggiling yang diputar dengan mesin diesel dan batu penghancur serta merkuri untuk mengekstraksi emas dari bijihnya. Sedangkan metoda tong dan perendaman menggunakan sianida sebagai pereaksi untuk mengekstrasi emas dari bijihnya.
Gambar 3.24 PETI, (a) Tromol pengolahan bijih emas. (b)Pembangunan tromol pengolahan emas di pinggir Sungai Paguyaman. Perbedaan metoda tong dengan metoda perendaman adalah proses, kapasitas, dan waktu pengerjaan. Tong mampu mengolah bijih dalam skala besar sedangkan metoda III- 17 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO perendaman dalam skala kecil. Kapasitas tong yang ditemui memiliki diameter sekitar tiga meter dan tinggi tiga meter. Operasional tong lebih mahal karena proses pengolahan berlangsung dua tahap. Pertama batu bijih dihaluskan dulu dengan penggiling di tromol sekitar 4 sampai 6 jam lalu direndam dalam tong selama tiga hari tiga malam. Sementara itu metoda perendaman memiliki bak penyiraman ukuran 5 x 4 x 1,5 m dengan kapasitas 30 meter kubik. Batuan-batuan bijih yang berukuran sebesar kepalan tangan ditumpuk dalam bak yang diberi diding terpal plastik kedap air. Lalu tumpukan disiram dengan larutan sianida selama satu minggu. Larutan dilewatkan ke dalam silinder jebakan dari plastik ukuran sekitar setengah meter kubik untuk menangkap emas dengan karbon. Kemudian larutan ditampung dalam bak penampungan larutan berukuran 2 x 2 x 1,5 meter. Larutan disirkulaikan lagi ke penyiraman. Penambahan sianida dipantau oleh seorang operator yang ahli dalam mencampur bahan kimia pemrosesan.
Gambar 3.25 Pemantauan PETI, (a) Limbah pengolahan bijih emas dari tromol. (b) Luncuran pemisahan bijih emas pada metoda semprot di Saripi. Penambang emas rakyat di Kabupaten Boalemo dan Pohuwato menggunakan metoda semprotan. Metoda ini digunakan untuk mendapatkan bijih emas lepas pada tanah yang rapuh dan tdak berbatu. Lumpur dialirkan di atas luncuran dan bijih emas didulang lalu ditangkap dengan air raksa. Kegiatan ini menyebabkan sungai Taluduyunu selalu keruh kecoklatan.
III- 18 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO G. ENERGI Pasokan bahan bakar dikelola oleh Pertamina Depo Gorontalo. Bahan bakar baik premium, solar, dan minyak tanah ini dikirim melalui Pelabuhan Gorontalo. Pasokan bahan bakar gas dilakukan melalui pelabuhan Anggrek. Penyaluran kepada masyarakat konsumen dilakukan oleh Statiun Pengisian BBM Untuk Umum (SPBU), Agen Minyak Tanah (AMT), Agen Premium & Minyak Solar (APMS), Stasiun Pengisian Premium Diesel Nelayan (SPPDN), serta Premium Solar Packed Dealer (PSPD). Saat ini tercatat 16 (enam belas) SPBU, 2 (dua) SPPDN dan masing-masing satu AMPS dan PSPD di seluruh Gorontalo.
Gambar 3.26. Salah SPBU di Kota Gorontalo Disamping itu Pertamina Depo Gorontalo juga melayani penyaluran bahan bakar untuk industri dan pertahanan/ keamanan (TNI dan Polri). Sedangkan penyaluran minyak tanah melalui 8 (delapan) agen utama. Jumlah bahan bakar yang disalurkan pada tahun 2011 mencapai 99.147 kilo liter premium dan 30.709 kilo liter solar, minyak tanah 4.550 kilo liter per bulan. Sedangkan pertamax masih sedikit yaitu 18 kilo liter per bulan. Dengan demikian konsumsi bahan bakar terbanyak adalah premium mencapai 73%, diikuti solar 22% dan minyak tanah 3%.
III- 19 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Gambar 3.27. Pilihan sumber energi masyarakat: kayu bakar, tempurung kelapa, dan gas elpiji. Bahan bakar solar selain digunakan untuk transportasi juga digunakan pada sektor industri. Ada sebanyak 78 buah perusahaan yang menggunakan solar dalam usaha mereka. Sebagian bergerak di pembangunan jalan dan jembatan, sebagiana industry rotan, industry jagung, dan pegolahan minyak kelapa.
H. TRANSPORTASI Alat transportasi bertambah dengan pesat di Provinsi Gorontalo dalam beberapa tahun terakhir . Pada tahun 2012 jumlah kendaraan roda dua 215.990 buah.
Gambar 3.28 ‘Oto sewa’, Angkutan kota yang melayani antar kota kabupaten. III- 20 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Mobil penumpang 13.971 buah, bus 704 buah, mobil barang 12.328 buah, dan mobil khusus 153 buah. Kendaraan yang dominan adalah sepeda motor dimana mencapai 88,83% dari total kendaraan. Rata-rata satu dari empat penduduk Gorontalo memiliki sepeda motor. Sarana terminal untuk transportasi ada 18 terminal bus dan angkutan darat, 5 di kota Gorontalo, 5 di pohuwato, 2 di Boalemo, dan 6 di Kabupaten Gorontalo.
Terminal
utama untuk antar kota dalam provinsi ada di Pasar Sentral. Sedangkan terminal Antar kota antar provinsi di Terminal 1942 Andalas.
Gambar 3.29. Terminal 1942 Andalas. Pelabuhan laut di Provinsi Gorontalo ada lima buah.
Tiga pelabuhan berada di
pantai Selatan dan dua di pantai utara. Pelabuhan laut yang ada di utara adalah Pelabuhan Anggrek dan Pelabuhan Kwandang. Sedangkan Pelabuhan di selatan adalah Pelabuhan Gorontalo, Pelabuhan Ferry Gorontalo, dan Pelabuhan Tilamuta.
Gambar 3.30. Kapal membongkar muatan di Pelabuhan Gorontalo. III- 21 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Gorontalo dapat dicapai melalui jalur penerbangan udara. Ada dua buah Pelabuah Udara yaitu Bandara Jalaludin Gorontalo dan Bandara Imbodu. Saat ini yang beroperasi hanya Pelabuhan Jalaludin yang memiliki luas area 36 ha. Bandara ini melayani penerbangan setiap hari.
I. PARIWISATA Gorontalo kaya dengan potensi wisata. Saat ini ada 64 area wisata yang sudah dikembangkan, tersebar di seluruh kabupaten/kota. Sektor ini paling banyak berupa wisata alam. Wisata alam yang umum adalah pantai, wisata bawah laut,pemandaian air panas,dan air terjun.
Gambar 3.31. Kawasan Wisata Pantai Botutonuo di Bone Bolango. Wisata pantai yang utama adalah Pantai Libuo di Pohuwato, Pantai Botumoito di Boalemo, Pantai Botutonuo di Bone Bolango, Tangga 2000 di Kota Gorontalo, dan Pulau Saronde di Gorontalo Utara. Selain itu ada juga tempat wisata sejarah seperti Rumah Pendaratan Presiden Soekarno di Desa Iluta, Kabupaten Gorontalo.
Tujuan wisata lain
yang cukup menarik adalah Perkampungan Terapung Suku Bajo di Torosiaje, Pohuwato.
III- 22 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Gambar 3.32. Perkampungan Terapung Suku Bajo di Torosiaje, Pohuwato. Pariwisata sangat ditunjang oleh tersedianya fasilitas hotel dan penginapan. Jumlah hotel dan penginapan di Gorontalo mencapai 33 buah yang berada di semua kabupaten/kota.
Gambar 3.33. Hotel Maqna, salah satu hotel utama di Gorontalo. Hotel-hotel ini memiliki kelas melati hingga berbintang. Jumlah kamar keseluruhan mencapai 553 kamar. Adapun tingkat hunian kamar rata-rata sekitar 35,19%. Hotel yang terbesar di Gorontalo saat ini adalah Hotel Maqna dan Hotel Quality.
III- 23 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
J. LIMBAH B3 Selain pengelolaan limbah domestik pemerintah Provinsi Gorontalo juga memperhatikan Pengelolaan limbah B3. Pengelolaan limbah rumah sakit di Provinsi Gorontalo masih belum memenuhi syarat. Pada tahun 2013 Kementerian Lingkungan Hidup melakukan penilaian Proper terhadap beberapa rumah sakit dengan hasil semua yang dinilai masuk kategori hitam. Balihristi bersama Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kota telah melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap perusahaan yang menghasilkan limbah B3 sesuai kewenangan masing-masing. Saat ini sudah ada dua perusahaan yang mengurus perizinan pengelolaan limbah B3. Tabel 3.4 Perusahaan yang memiliki izin pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
No.
1
2
Nama
Jenis
Perusahaan
Kegiatan/Usaha
PT
Pertamina Terminal
Jenis Izin
BBM Penyimpanan Sementara LB3
Nomor Izin No. 660/BLH/264/VI/2011, 8
Persero
Gorontalo
PT PG Gorontalo
Industri Pengolahan Penyimpanan
No. 99 Tahun 2010, 5 Mei
Gula
2010
Sementara LB3
Juni 2011
Keduanya diberi izin pengelolaan limbah B3 jenis penyimpaan sementara, yaitu PT Pertamina Persero dan PT PG Gorontalo. Kedua perusahaan ini menyimpan sementara limbah B3 mereka untuk diangkut oleh pihak pengumpul dari luar daerah.
III- 24 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
BAB IV PENGELOLAAN LINGKUNGAN Pembangunan di Gorontalo semakin pesat semenjak menjadi provinsi sendiri, setelah pemekaran dari Sulawesi Utara. Tentu pembangunan membutuhkan pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki daerah. Pengelolaan lingkungan yang terencana dan berkelanjutan diperlukan agar Gorontalo tidak menanggung akibat yang seharusnya bisa dihindari bila kepedulian
akan
kelestarian
lingkungan
menjadi
bagian
dalam
setiap
program
pembangunan. Permasalahan lingkungan yang mendesak untuk ditangani saat ini diantaranya adalah penurunan kualitas air sungai dan danau akibat erosi, kerusakan Danau Limboto, Penambangan Emas Tanpa Izin, perusakan hutan dan lahan, kerusakan terumbu karang dan mangrove, banjir tahunan dan banjir bandang, pembuangan sampah dan limbah yang belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan hidup yang masih rendah.
A. REHABILITASI LINGKUNGAN Berdasarkan data dari Instansi Lingkungan Hidup di Kabupaten/Kota pada tahun 2011 dan 2012 dilakukan kegiatan penghijauan dan reboisasi. Kabupaten Bolemo melakukan penghijauan seluas 2 ha dengan menanam 400 pohon. Pemerintah Kabupaten Gorontalo telah melakukan penanaman sebanyak 475.103 pohon.
Gambar 4.1. Ruang terbuka hijau di halaman RS. dr. Hasri Ainun Habibie, Limboto
IV- 1 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Berdasarkan data yang ada Kabupaten Gorontalo Utara telah menanam penghijauan pada arael 3780 ha dengan jumlah 3.760.000 pohon. Sedangkan pemerintah Kabupaten Pohuwato telah melakukan penghijauan pada areal seluas 9600 ha.
Gambar 4.2. Ruang terbuka hijau di Kabila, Bone Bolango Sedangkan kegiatan reboisasi pada masa yang sama telah dilakukan di Kabupaten Gorontalo Utara seluas 240 ha dengan jumlah 330.000 pohon. Reboisasi di Kota Gorontalo seluas 135 ha dengan jumlah 27 000 pohon.
Gambar 4.3. Penanaman pohon di halaman Kantor Bupati Gorontalo Utara Bila dibandingkan maka area terluas untuk penghijauan dilakukan di Kabupaen Pohuwato, dan reboisasi terluas di Kabupaen Gorontalo Utara.
IV- 2 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO B. AMDAL Dokumen izin lingkungan yang dikeluarkan selama tahun 2012 dan 2013 mencapai 16 izin jenis Amdal. Kegiatan-kegiatan ini melalui proses penilaian dokumen oleh Komisi Amdal tingkat Provinsi Gorontalo. Walaupun kegiatan dalam kewenangan Kabupaten Kota untuk menilainya, pemerintah daerah bersangkutan melimpahkan kepada Komisi Amdal Provinsi. Hal ini karena baru ada satu Komisi Amdal yang berlisensi yaitu tingkat Provinsi. Dalam waktu ini ada enam perusahaan perkebunan sawit baru yang memperoleh rekomendasi izin lingkungan. Dua perusahaan di Kabupaten Boalemo, tiga perusahaan di Kabupaten Gorontalo, dan satu perusahaan di Kabupaten Gorontalo Utara. Dengan demikian total ada dua belas perusahaan perkebunan sawit di Provinsi Gorontalo, dimana sebelumnya ada enam perusahaan yang mendapat izin lingkungan di Kabupaten Pohuwato. Kegiatan yang diprakarsasi pihak swasta lainnya adalah pembangunan dua buah jalan akses kebun kelapa sawit, pembangunan PLTU Molotabu, Amdal PT.PG Tolangohula. Kegiatan yang diprakarsai pihak pemerintah yang memperoleh izin lingkungan adalah pembangunan Jalan Lingkar Luar Gorontalo (GORR), Rumah Sakit Provinsi, Pembangunan Blok Plan Perkantoran, Pembangunan Obyek Wisata Pantai Bolihutuo, Pangkalan Pendaratan Ikan, dan pembangunan Daerah Irigasi Randangan. Jumlah kegiatan swasta yang mengurus izin lingkungan lebih banyak dibanding kegiatan pemerintah yaitu mencapai 62,5%.
Gambar 4.4. Suasana Rapat komisi Amdal Provinsi Gorontalo Pengawasan izin lingkungan dalam tahun 2012dilakukan kepada 16 kegiatan baik yang sudah memiliki dokumen lingkungan maupun yang belum. Dalam pengawasan ini ditemukan sebagian besar belum taat. Beberapa kegiatan yang seharusnya memiliki Dokumen Amdal IV- 3 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO belum mengurusnya. Bagi kegiatan yang sudah memiliki dokumen pengelolaan lingkungan tidak menyediakannya di tempat kegiatan.
C. PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN Untuk memudahkan masyarakat dalam menyampaikan informasi tentang permasalahan lingkungan maka BALIHRISTI membangun POS Pengaduan. Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan melalui SMS via handphone dan dikumpulkan di database website BALIHRISTI. Selanjutnya informasi yang masuk akan diteruskan oleh petugas kepada pejabat berwenang untuk ditindaklanjuti. Nomor telepon yang bisa dikirimi SMS adalah 081347701919.
Gambar 4.5. Penindaklajutan pengaduan masyarakat tentang Pencemaran Sungai oleh PETI di Desa Mekar Jaya Kab. Boalemo. Pengaduan masyarakat yang masuk keinstansi lingkungan tingkat provinsi maupun kabupaten kota dari 2011 sampai 2013 mencapai 38 pengaduan. Yang masuk ke Balihristi ada dua kasus. Pertama berita kematian delapan Sapi akibat pencemaran sungai oleh PETI di Desa Mekar Jaya, Wonosari, Kabupaten Boalemo yang terjadi pada tahun 2011. Pengaduan ini ditindaklanjuti dengan peninjauan ke lapangan. Setelah dilakukan wawancara dan pemeriksaan keadaan sungai dan peninjauan ke lokasi penambangan emas tanpa izin (PETI), disimpulkan sementara kematian sapi bukan karena PETI. Berita ini adalah konflik antara pendatang yang melakukan penambangan emas dengan sistem semprot merusak aliran sungai yang digunakan warga untuk pertanian dan keperluan sehari-hari. Masalah ini selanjutnya dikoordinasikan dengan Pemda Boalemo melalui Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten. IV- 4 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Kedua pengaduan Pencemaran Sungai Tombulilato oleh PETI, Bone Bolango pada tahun 2012. Masalah ini ditindaklajuti dengan dengan peninjauan ke lapangan. Selanjutnya dikoordinasikan dengan BLH Kabupaten Bone Bolango. Selama tahun 2013 tidak ada pengaduan yang masuk kewenangan provinsi dan ditangani oleh Balihristi. Pengaduan yang masuk ke Kabupaten Kota ditangani oleh instansi bersangkutan dengan status semuanya telah ditindaklajuti dan diselesaikan. Jumlah pengaduan terbanyak ada di Kota Gorontalo dan
Kabupaten Gorontalo Utara, mencapai tujuh
pengaduan, dan yang paling sedikit ada di Kabupaten Gorontalo, hanya dua pengaduan.
D. PERAN SERTA MASYARAKAT Lembaga swadaya masyarakat yang terdata sebanyak 39 organisasi, dengan sebagian berkonsentrasi kepada masalah lingkungan hidup. walaupun ada yang tidak menamakan diri dengan ikon lingkungan, mereka tetap memiliki kepedulian untuk hal yang berkaitan dengan permasalahan lingkungan. Organisasi non pemerintah ini biasa diundang dalam kegiatan seminar Amdal, pelatihan-pelatihan, maupun pertemuan tidak resmi lainnya seperti silaturahmi dalam rangka tukar informasi dan data lingkungan. Kegiatan pengelolaan lingkungan yang melibatkan masyarakat dan lembaga non pemerintah dalam kurun waktu tahun 2010-2013 tercatat beberapa kegitan, yang meliputi penanaman pohon, mangrove, hutan kota, pembuatan sumur resapan, penataan taman dan tugu, penghijauan di median jalan, hingga pembangunan depo sampah. Kegiatan-kegiatan ini ada yang disponsori dan inisiatif oleh dinas terkait ataupun pihak swasta seperti lembaga keuangan. Salah satu upaya mendorong keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan adalah dengan memberikan penghargaan atas pemikiran dan karya yang mereka lakukan. Dalam tahun 2012 ada delapan sekolah menerima penghargaan adiwiyata. Tiga diantaranya menerima predikat sekolah Adiwiyata Mandiri, yaitu SMA 1 Limboto, SMP 2 Limboto, dan SDN 1 Limehe Timur. Lima lainnya adalah penerima penghargaan Sekolah Adiwiyata Nasional, yaitu SMPN 1 Tapa, SMPN 1 Limboto, SDN 2 Kabila, SDN 3 Bulango Timur, SDN 6 Kabila. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, terjadi peningkatan jumlah penghargaan adiwiyata, yaitu dari tiga sekolah menjadi delapan sekolah.
IV- 5 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Gambar 4.6. Kegiatan lingkungandi Sekolah Adiwiyata, (a) penanaman pohon, (b) pemilahan
sampah Dalam tahun 2013 Kementerian Lingkungan Hidup memberikan pengharagaan Adipura kepada tiga kota di Provinsi Gorontalo. Dua kota masuk kategori Anugerah Adipura yakni Kota Limboto di Kabupaten Gorontalo dan Kota Marisa di Kabupaten Pohuwato.Sedangkan satu kota menerima Piagam Adipura yakni Kota Suwawa di Kabupaten Bone Bolango.
Gambar 4.7. Pelatihan Pemanfaatan sedimen Danau Limboto untuk batu bata. Pada tahun 2012 Provinsi Gorontalo menerima 2 Kota di Provinsi Gorontalo menerima penghargaan Adipura. Kota Limboto Kabupaten Gorontalo mendapat anugerah Piala Adipura untuk yang kelima kalinya. Sedangkan Kota Marisa menerima sertifikat Adipura. IV- 6 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Pada tahun 2011 Provinsi Gorontalo menerima 2 Piala Adipura. Kota yang menerima anugerah Piala Adipura 2011 adalah Kota Boalemo dan Kota Limboto. Bila diprosentasekan, maka pada tahun 2013 ada 50% kota di Provinsi Gorontalo masuk kategori penerima penghargaan Adipura. Kegiatan-kegiatan sosialisasi dan pelatihan terkait pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan selama tahun 2013 melibatkan instansi terkait baik tingkat provinsi maupun kabupaten kota serta kepada masyarakat umum. Diantara kegiatan tersebut adalah : Pengelolaan Sampah Perkotaan Melalui Program 3R, Sosialiasi Hasil Pemantauan Kualitas Air Sungai Andagile, Sosialiasi Hasil Pemantauan Kualitas Air Sungai Randangan, Pelatihan Pemantauan Kualitas Tanah, Pelatihan Pemanfaatan Sedimen Danau Limboto untuk Batu Bata, Inventarisasi Gas Rumah Kaca.
E. KELEMBAGAAN Pengelolaan lingkungan di Provinsi Gorontalo memerlukan penegakan hukum terutama yang mempertimbangkan kondisi dan budaya daerah. Untuk menunjang penegakan hukum di bidang lingkungan dibuat peraturan daerah Provinsi Gorontalo. Pada tahun 2013 telah dikeluarkan Perda Provinsi Gorontalo Nomor 3 tentang Pengelolaan Sampah. Perda ini adalah peraturan daerah yang kelima yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo.
6.00 5.00 4.00 APBN
3.00
APBD
2.00 1.00 0.00 2012
2013
Gambar 4.8. Grafik Anggaran pengelolaan lingkungan hidup Balihristi (dalam milyar rupiah) IV- 7 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Anggaran pengelolaan lingkungan hidup tingkat Provinsi Gorontalo pada tahun 2013 sebanyak 4,9 milyar naik 50 juta rupiah dibanding tahun 2012. Bila dilihat komponen APBD terjadi penurunan dari 1,35 milyar menjadi 1 milyar. Sedangkan APBN naik dari 3,5 milyar menjadi 3,95 milyar. Instansi pengelola lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo adalah Badan Lingkungan Hidup Riset dan Teknologi Informasi disingkat BALIHRISTI. Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup BALIHRISTI memiliki 3 (tiga) sub bidang yaitu Sub bidang Pengelolaan, Standarisasi, dan Informsi Lingkungan, Sub bidang Pengendalian Dampak dan Konservasi Lingkungan, dan Sub bidang Edukasi, Pemberdayaan Masyarakat dan Penegakan Hukum Lingkungan. 20 18 16 14 12 10
Series1
8
Series2
6 4 2 0 Master (S2)
Sarjana (S1)
Diploma (D3/D4)
SLTA
Gambar 4.9 Grafik komposisi pegawai Balihristi menurut pendidikan Balihristi pada tahun 2013 dipimpin oleh Ir. Hj. Nontje Lakadjo dan memiliki pegawai sebanyak
62 dua orang. Sedangkan dari kualifikasi pendidikan ada 6 laki-laki dan 9
perempuan magister atau S2. Sarjana sebanayak 14 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Diploma 1 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Sedangkan yang tamatan SLTA ada 4 laki-laki dan 7 perempuan. Perbandingan pegawai balihristi 40% perempuan dan 60% laki-laki. Sampai tahun 2013 belum ada pegawai Balihristi yang menjadi staf jabatan fungsional lingkungan hidup.
IV- 8 -