PEMERIKSAAN SEL BASOPHILIC STIPPLING PADA TUKANG OJEK DI PASAR CIAMIS TAHUN 2016
Rohayati*, Masetyo Edhiatmi, Friska Maris Afrilia
Program Studi Diploma III Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis *email:
[email protected] ABSTRACT Basophilic Stippling is found as part of metabolic disorders in the formation of Hb, which is one of the special sign of poisoning Pb. A motorcycle taxi driver is a person who works as an introduction to a person where that person asked to deliver to the place on the go by using the motor. The study was descriptive in nature. Samples taken from the blood of the carpenters working on the market of a vest. The sample is brought to the laboratory of Hematology STIKes Muhammadiyah Ciamis to Basophilic Stippling Cell examination performed with the reading material of apus blood banks or preparations. The results of the research on blood samples 30 carpenters that operations in Ciamis Market showed a negative or not found or Basophilic Stippling Cell absence at all blood banks of the apus preparations. Keywords : Basophilic Stippling, carpenters, poisoning Pb INTISARI
Stippling ditemukan sebagai bagian dari gangguan metabolik dalam pembentukan Hb, yang merupakan salah satunya tanda khusus keracunan Pb. Tukang ojek adalah seseorang yang berprofesi sebagai pengantar seseorang dimana orang itu meminta untuk mengantarkan ke tempat yang dituju dengan menggunakan motor.Penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel diambil dari darah tukang ojek yang bekerja di Pasar Ciamis. Sampel dibawa ke Laboratorium Hematologi STIKes Muhammadiyah Ciamis untuk dilakukan pemeriksaan Sel Basophilic Stippling dengan pembacaan sediaan apus darah tepi atau preparat. Hasil penelitian terhadap 30 sampel darah tukang ojek yang beroprasi di Pasar Ciamis menunjukan negatif atau tidak ditemukannya atau tidak adanya Sel Basophilic Stippling pada semua sediaan apus darah tepi. Kata kunci : Basophilic Stippling, tukang ojek, keracunan Pb
Pendahuluan Suatu pemaparan bahan buangan atau energi yang berlebihan ke lingkungan oleh manusia disebut pencemaran, baik tidak langsung maupun langsung, mengakibatkan kerugian bagi lingkungannya sendiri dan manusia, terhadap siapa ia menjalani hubungan langsungnya dan semua yang bekerja dengannya. Terutama dalam hal ini meliputi air, udara dan tanah. Pencemaran dapat terjadi termasuk juga polusi udara (Suyono, 2014). Sumber utama polusi udara adalah sebagai berikut: pembakaran bahan bakar untuk menghasilkan energi panas dan tenaga, biasanya berasal dari industri komersial dan rumah tangga, bahan buang kendaraan bermotor yaitu bensin, solar dan minyak tanah, gas buang, debu dan energi panas dari beberapa kawasan industri termasuk pabrik kimia dan akibat dari kegiatan manusia meliputi kegiatan rumah tangga (domestik) berupa pembakaran Bahan Bakar Minyak (BBM), arang, pembakaran hutan untuk membuat ladang atau perkebunan serta dari hasil kegiatan merokok (Suyono, 2014). Hasil dari pembakaran bahan bakar (minyak bumi) adalah sumber pencemar yang paling banyak. Pencemaran udara terjadi di Terminal karena disana banyak penyebab pencemaran yaitu perubahan bahan bakar bensin yang berasal dari berbagai jenis kendaraan. Penambahan sarana transportasi memang memberikan dampak positif, namun ternyata juga memberikan dampak negatif karena dapat menurunkan kualitas lingkungan, salah satu terjadi karena adanya emisi gas buang dari kendaraan berbahan bakar yang mengandung Pb. Pb yang merupakan hasil
samping dari pembakaran yang terjadi dalam mesin-mesin kendaraan. Pb yang merupakan hasil dari senyawa tetrametil-Pb dan tetraetil-Pb yang selalu ditambahkan dalam bahan bakar kendaraan dan berfungsi sebagai anti ketuk pada mesin-mesin kendaraan (Widowati, 2008). Beberapa hasil pencemaran diantaranya CO, Pb, debu, asap, energi panas, dan bau. Bahan buangan berupa Pb adalah pencemar paling banyak yang berasal dari pembakaran BBM (Suyono, 2014). Timbel (Pb) adalah logam toksik yang paling populer diantara logam toksik yang lainnya, karena logam ini banyak digunakan proses industri campuran logam dalam peralatan rumah tangga, sekitar 25% logam berat timbel (Pb) tetap berada dalam mesin dan 75% lainnya akan mencemari udara sebagai asap knalpot. Setiap liter bensin dalam angka oktan 87 dan 98 mengandung 0,70g senyawa Pb Tetraetil dan 0,84g Tetrametil Pb. Setiap satu liter bensin yang dibakar jika dikonversi akan mengemisikan 0,56g Pb yang dibuang ke udara (Widowati, 2005). Timbel dapat menyebabkan naiknya tekanan darah (hipertensi) dan terganggunya hampir semua sistem fisiologik tubuh (Darmono, 2009). Resiko terjadinya toksisitas Pb pada orang dewasa bergantung kepada mereka menghabiskan waktu dan tempat dimana mereka bekerja dan biasanya bersifat toksisitas kronis. Prevalensi kejadiannya sangat bervariasi dan erat hubungannya dengan jenis pekerjaannya. Gejala yang terlihat adalah penderita terlihat sering sakit perut, muntah, anemia dan terlihat garis biru di daerah persambungan gigi dan gusi. Gejala gangguan sistem memori (mengingat), konsentrasi menurun, kurang lancar bicara, dan gejala saraf lainnya akan
ditemukan pada pemeriksaan psikologik dan neurosikologik (Darmono, 2009). Untuk diagnosa keracunan Pb hendaknya diperhatikan cara-cara menegakan diagnosa penyakit akibat kerja, terutama gejala-gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Salah satu pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan kadar Pb di dalam darah. Normal kadar tersebut adalah 0,003 mg/100 cc darah lengkap. Bila pemeriksaan menunjukan kadar lebih tinggi dari normal, biasanya sampai 0,10 mg/100 cc darah lengkap, haruslah diperhatikan kemungkinan adanya absorpsi. Dan jika ditemui kadar yang melebihi batas normal serta diikuti dengan gejala-gejala klinis boleh dikatakan pasti telah terjadi keracunan (Soemirat, 2005) Timbel dalam tubuh terikat dalam gugus sulfhidril (-SH) dalam molekul protein yang menyebabkan hambatan pada sistem kerja enzim. Dalam darah enzim yang dihambat adalah enzim delta aminolevulinik asid (delta-ALA) yang berperan dalam sintesis hemoglobin. Untuk kompensasi terjadinya penurunan sintesis Hb, sumsum tulang meningkatkan produksi sel darah merah (Darmono, 2009). Basophilic Stippling ditemukan sebagai bagian dari gangguan metabolik dalam pembentukan Hb, yang merupakan salah satunya tanda khusus keracunan Pb. Sel darah merah gagal mencapai kedewasaan dan sel tersebut menyisakan organela yang biasanya menghilang pada proses kedewasaan sel. Timbel dalam saluran cerna (usus) diabsorpsi masuk dalam sirkulasi darah masuk dalam sel darah merah (eritrosit) (Darmono, 2009). Setelah dilakukan survei kelapangan waktu bekerja tukang ojek dalam sehari melebihi 10 jam, dengan jumlah 87 orang yang masih bekerja di
Pasar Ciamis menjadi tukang ojek. Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran Sel Basophilic Stippling pada tukang ojek di pasar ciamis. Metode Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua tukang ojek yang ada di pasar ciamis. Sampel penelitian ini adalah darah tukang ojek di Pasar Ciamis yang memenuhi kriteria yaitu tukang ojek yang sudah bekerja di pinggir jalan Pasar Ciamis lebih dari 10 tahun. Tukang ojek yang tidak mempunyai riwayat penyakit yang menimbulkan Sel Basophilic Stippling, tukang ojek yang bekerja kurang dari 10 tahun dan tukang ojek yang mempunyai riwayat penyakit yang menimbulkan Sel Basophilic Stippling. Data yang digunakan merupakan data primer yang diperoleh dengan cara melakukan pemeriksaan langsung Sel Basophilic Stippling pada darah tukang ojek di Pasar Ciamis. Setelah dilakukan pemeriksaan di Laboratorium, hasil data yang didapat diolah secara manual dalam bentul tabel dan dijelaskan dalam bentuk narasi. Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah Mikroskop, objek glass, spuit, mikropipet. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sampel,tabung EDTA, perwarnaan giemsa, kapas alkohol, plaster.
Prosedur Penelitian
Cara Pengambilan sampel darah vena adalah Siapkan alat dan bahan,Tentukan letak vena nya, pasang tourniquet dengan tangan kanan, lilitkan pada lengan atas pasien, dengan telunjuk tangan kiri, rabalah vena yang akan ditusuk, disinfeksi kulit pasien dengan swab kapas menggunakan alkohol 70%, pegang spuit dengan tangan kanan, tusukan spuit ke dalam vena, dorong spuit mengikuti alur vena, dengan tangan kiri, tarik perlahanlahan darah vena ke dalam spuit, lepaskan torniquet. Selanjutnya, teruskan penarikan darah vena ke dalam spuit sampai batas volume yang diperlukan, taruh swab kapas kering di atas tempat penusukan. Selanjutnya, cabut spuit yang tertutupi kapas tersebut. Masukan darah ke dalam tabung spesimen sampai batas volume yang ditentukan dengan menggunakan antikoagulan EDTA 10%. Cara membuat sediaan apus adalah Siapkan 2 buah objek glass, Teteskan satu tetes kecil darah diletakan pada ±2-3 mm dari ujung kaca objek. Kaca penghapus diletakan dengan sudut 30-45 derajat terhadap kaca objek didepan tetes darah, kaca penghapus ditarik kebelakang sampai tetes darah menyebar pada sudut tersebut, kaca penghapus didorong sehingga terbentuk apusan darah sepanjang 3-4 cm pada kaca objek, apusan darah dibiarkan mengering di udara, lalu beri identitas. Cara mewarnai sediaan apus pewarnaan wright yaitu letakan sediaan yang akan dipulas di atas rak tempat memulas dengan lapisan darahnya ke atas, teteskan ke atas sediaan itu 20 tetes larutan wright biarkan selama 2 menit agar sediaan di rekat dalam waktu itu, teteskan kemudian sama banyaknya larutan penyanggah pH 6,4 ke atas sediaan itu dan biarkan selama 5 menit sampai 12 menit, siramlah sediaan itu dengan air. Pembacaan sediaan apusan
darah siapkan mikroskop, letakan sediaan apusan yang sudah di lakukan pewarnaan di atas meja preparat mikroskop, hitung sel pada pinggir atas lalu kebawah, hitung dari bagian ekor. Gunakan perbesaran 10x10, lalu perbesaran 40x10 dan perbesaran 100x10 (Sufro, 2012). Hasil Penelitian Pada penelitian ini sampel yang diambil yaitu 30 darah laki-laki tukang ojek di Pasar Ciamis yang bekerja menjadi tukang ojek lebih dari 10 tahun. Pengambilan sampel dilakukan langsung di Pasar Ciamis pada dan pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium Hematologi STIKes Muhammadiyah Ciamis. Hasil penelitian tentang pemeriksaan Sel Basophilic Stippling pada tukang ojek di Pasar Ciamis ditunjukan pada tabel 1. Tabel 1 Hasil pemeriksaan Basophilic Stippling No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Kode sampel 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021 022 023 024 025 026 027 028
usia 43 52 49 60 44 41 45 45 49 55 43 50 44 48 32 42 46 28 48 24 32 65 63 47 52 49 47 60
Hasil (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
Sel
29
029
52
(-)
30
030
28
(-)
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pemeriksan Sel Basophilic Stippling pada tukang ojek di Pasar Ciamis semua hasil pemeriksaan negatif (-) atau tidak ditemukan Sel Basophilic Stippling pada pemeriksaan sediaan apus darah tepi. Pembahasan Tukang Ojek yang bekerja di pasar Ciamis umumnya bekerja pada pagi hari, mulai pukul 05.00 WIB sampai 17.00 WIB. Selain itu Tukang Ojek di Pasar Ciamis yang sering bekerja di jalan dan menggunakan sepeda motor, sehingga di dalam darahnya terdapat kandungan Pb dari bahan bakar kendaraan bermotor yang terhirup dan bekerja dengan terpapar Pb tersebut. Berdasarkan tabel 1 hasil pemeriksaan Sel Basophilic Stippling pada Tukang Ojek di Pasar Ciamis semua hasil pemeriksaan negatif (-) yang artinya tidak ditemukan Sel Basophilic Stippling pada pemeriksaan sediaan apus darah tepi. Pemeriksaan sediaan apus darah tepi ini menggunakan pewarnaan wright karena granula pada eritrosit atau Sel Basophilic Stippling akan lebih menonjol oleh pewarnaan wright. Tidak ditemukannya Sel Basophilic Stippling pada sediaan darah tepi atau preparat dalam penelitian ini, dapat disebabkan karena beberapa hal yaitu para tukang ojek menggunakan helm yang tertutup saat mengendarai motor, menggunakannya alat pelindung diri masker karena masuknya Pb ke dalam darah melalui beberapa hal dintaranya masuk melalui saluran pernafasan, kadar timbel (Pb) pada para tukang ojek bekerja selama 10 tahun lebih belum mencapai kadar timbel 40μ/dL yang mempunyai efek
perkembangan tulang dan otot yang lambat, mudah terserang anemia, dan penurunan sel darah merah (Sastiono, 2008), polusi udara di Ciamis masih bagus, dan ekresi Pb di dalam tubuh berjalan sehingga Pb di dalam tubuh tidak mengendap terus menerus. Simpulan Berdasarkan hasil pemeriksaan Sel Basophilic Stippling pada tukang ojek di Pasar Ciamis semua hasil pemeriksaan tidak ditemukan Sel Basophilic Stippling. Ucapan Terima Kasih Sumber dana penelitian ini menggunakan dana hibah dari LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis, Ketua LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis dan Ketua Program Studi D3 Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis. Dafar Pustaka Darmono. (2009). Toksikologi Narkoba dan Alkohol. UIP. Jakarta Sastiono.(2008) Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta : Andi. Soemirat, J. (2005) Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press. Sufro, M., Salam A, (2012) Darah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Suyono. (2014) Pencemaran Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC. Wiarto, Giri. (2014) Mengenal Fungsi Tubuh Manusia. Yogyakarta : Pustaka Baru. Widowati, Wahyu (2008) Efek Toksik Logam. Yogyakarta : Andi.