SeminarNasional Perernakan don Veteriner 1997
' PEMBERIAN MOLASES BLOK UNTUK PERBAIKAN PENAMPILAN IPRODUKSI TERNAK KERBAU PI DESA BULU AGUNG KECAMATAN PESANGGARAN KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR ZuLBARDI, M., K. DIWYANTU, A.R. SIREGAR, E . BASUNo, A . THALIB,
clan N. SLTPRIYATNA
BalaiPenelitian Ternak, P.O . Box 221, CiawiBogor
RINGKASAN
Dua formula Molases Blok (MB) yang berbahan dasar molases, urea, garam, dedak tows, mineral, semen dimana pada perlakuan pertama diberikan jagung giling 14% clan clan pada periakpan kedua diberikan tepung gaplek sebanyak 14% sehingga mengandung protein kasar 32,26% clan 23,14% dibandingkan dengan mengkonsumsi hijauan tanpa MB. Pemberian makanan tarnbahan pads ternak kerbau jantan maupun pads ternak kerbau betina dapat memperbaiki penampilan produksiternak kerbau yang ditandai dengan pertambahan bobot badan. Kata kunci :
Bobot badan, nutrisi PENDAHULUAN
Ternak'kerbau memang memiliki beberapa keunggulan tetapi jugs tidak terlepas dari adanya kelemahan. Salah satu kelemahan kerbau adalah ketahanannya terhadap udara yang panas. 01eh sebab itu untuk melangsimgkan proses faali hidupnya memerlukan waktu untuk merendam diri di lumpur yang dikenal sebagai berkubang. Keunggulan ternak kerbau adalah kemampuannya untuk memanfaatkan makanan berupa hijauan' yang bermutu lebih rendah apabila dibandingkan dengan ternak sapi . Pemeliharaan kerbau masih sangat sederhana pada umumnya pekerjaan mengunts kerbau hanya mengangon clan mengaritkan rumput . Sedangkan membersihkan kandang hampir tidak ads (1,6%) . Pekegaan lain tentunya adalah mengolah susu pada peternak pembuat dah . Fungsi kerbau sebagai penghasil daging clan penghasil susu sebagai bahan baku industri pedesaan perlu dikembangkan secara bersama clan mengarahkan kerbau pada dwi fungsi . Fungsi kerbau sebagai tabungan clan penghasil kompos tidak akan terganggu, sedangkan sebagai tenaga kerja secara berangsur akan berkurang.
Pertambahan bobot badan maupun konsumsi ransum ternak potong dipengaruhi oleh nilainilai kandungan unsur di dalam ransum . Antar unsur tersebut jelas mempunyai tingkat peranan yang berbeda dalam memerukan pertambahan bobot badan.
Untuk mengetahui kemampuan turunan kerbau liar yang berasal dari Taman Nasional Balumn dilakukan serangkaian penelitian mengenai pemanfaatan hijauan segar dengan menambahkan Molases Blok pada pola pemeliharaan sederhana yang dilakukan para peternak kerbau .
Senunar Nasional Peternakan dan Vetertner1997
MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di kandang peternak menggunakan 36 ekor kerbau betina dan 9 ekor kerbau jantan milik peternak yang tergabung pada satu kelompok peternak kerbau. Semua kerbau merupakan turunan dari kerbau liar Taman Nasional Baluran Banyuwangi Jawa Timur. Tabel 1. Kandungan zat-zat makanan setiap perlakuan Perlakuan I
Zat-zat makanan Bahan kering (%) Protein kasar Serat kasar Lemak GE (k caUg) Abu Ca P
I
Perlakuan II
89,13 84,47 ------ (% dari bahan keying) ------32,26 23,14 7,61 8,28 3,65 2,90 13,56 14,71 20,83 19,63 4,325 4,040 0,985 0,735
Tabel 2. Komposisi kandungan mineral mixed dan semen setiap kg Kandungan Mineral Silica Dioxide (Si02) Almunium Oxide (A1203) Ferric Oxide (Fe203) Calcium Oxide (CaO) Mangnesium Oxide (MgO) Sulfur Trioxide (S03) Alkalies Free Lime (CaO) Mangannese Zinc Ferro Copper Cobalt Iodine NaCl Steam Bone Flour Calsium Carbonate "
Analisa pahrik,
586
z' ANONWi 1s (1993)
Mineral Mixed
0,004 0,002 0,002 0,0002 0,0001 0,0001 0,01 0,2 0,78
Semen2) 17,12 4,64 '2,72 52,16 0,80 1,76 0,20 0,60
Seminar Nasiona! Peternokan dan Veteriner 1997
Kerbau betina berumur antara 2 - 4 tahun dengan bobot badan awal antara 230 - 497 kg dengan bobot rata - rata 357,09 ± 78,09 kg. Kerbau jantan berumur antara 2 - 3 tahun dengan bobot awal antara 243 - 309 kg dengan bobot rata-rata 282,33 ± 24,92 kg. Kerbau dikelompokkan menurut jenis kelamin menjadi tiga kelompok bobot badan dan dipelihara oleh petani kooperator dimana aktifitas ternak meliputi pengolahan sawah . Makanan yang disediakan berupa hijauan segar secara sukarela yang sengaja diaritkan serta ternak diangon di lapangan rumput ataupun di pematang sawah dan di pinggir kah . Lokasi penelitian di Desa Bulu Agung Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur . Sebagai perlakuan diberikan beruph,molases, urea, garam, dedak halus, mineral, semen dimana pada perlakuan pertama diberikan jagung giling sebanyak 14% dan dan pada perlakuan kedua diberikan tepung gaplek sebanyak 14% . Semua bahan tersebut dibuat menjadi Blok yang dimaksudkan supaya ternak dapat menjilat makanan tersebut dalamjangka waktu 110 hari. Parameter yang diukur untuk mengetahui perkembangan dan manfaat perlakuan berupa bobot badan dan ukuran-ukuran badan kerbau tersebut pada awal dan akhir penelitian. Selanjutnya dari data ukuran-ukuran badan kerbau dilakukan pendekatan matematis untuk melihat kemungkinan pemakaiannya dalam menentukan bobot badan sesuai dengan petunjuk DRAPER dan SMITH (1981). Sampel hijauan diambil untuk dianalisa kandungan zat-zat makanannya serta komposisi hijauan yang diaritkan . Kemudian data diolah menggunakan Rancangan Acak Kelompok menurut petunjuk STEEL dan TORRIE (1980) . . HASIL DAN PEMBAHASAN Situasi ternak kerbau Dari sejumlah 36 ekor ternak kerbau betina yang diukur pada awal penelitian ternyata pada akhir penelitian hanya tersisa sebanyak 26 ekor sedangkan yang lainnya dengan berbagai alasan telah mereka jual dan diganti dengan ternak yang bare. Disamping itu ternak kerbau jantan pada awal penelitian berjumlah 9 ekor tunggal 6 ekor sebab yang lainnya dijual . Penyediaan hijauan Rumput lapangan atau dikenal sebagai ntmput alain umumnya mengandung bahan kering sekitar 20 persen . Kandungan protein kasar berkisar 8,4 persen, TDN 52 persen dan kandungan energi nettonya untuk hidup pokok (NF m) sekitar 1,04 Mkal/kg bahan kering (StrrARDI, 1991) . Kandungan rumput seperti ini apabila diberikan secara tunggal dengan pertimbangan kapasitas tampung perut sapi hanyalah sekitar akan mampu untuk memenuhi hidup pokok dari segi protein akan tetapi kandungan energinya masih kurang . Inilah yang menjadikan pertumbuhan ternak sapi harian para petani peternak lianya diperoleh sekitar 250 gram saja. Kapasitas tampung pent± kerbau relatif sama dengan kapasitas tampung perut sapi namun dikenal bahwa ternak kerbau dikatakan lebih mampu untuk memanfaatkan hijauan bermutu jelek dibandingkan dengan kemampuan ternak sapi . Hal ini yang menyebabkan mengapa pada perlakuan kontrol diperoleh pertambahan bobot badan kerbau lebilt tinggi dari 250 gram per hari.
Seminar Nasionat Peternakan dan Yetenner1997
Hal ini mungkin ditunjang oleh kemampuan kandungan bakteri dalam rumen sewaktu terjadi fermentasi sehingga pemanfaatan hijauan bisa mencapai 387 gram. Tabel 3. Proporsi hijauan yang diberikan sebagai pakan No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Mjauan
Persentase
Digitaria sp. Tatambagan Setaria sp. Cyperus sp. Cvnodon sp. Borreria olata Oxalis corniculata Phyllanthus niruri
39,63 33,87 . , 13,07 6.36 :5.91 0;65 0,44 0,08' 100,00
Jumlah
Tabel 4. Bobot badan awal, bobot badan akhir clan pertambahan bobot badan kerbau betina di Desa Bulu Agung, Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur Item
Bobot awal (kg)
Bobot akhir (kg)
PBB (gr)
Perlakuan A (n = 8) Rata-rata Maksimum Minimum Standar deviasi
367,88 497,00 230,00 92,23
411,25 532;00 282,00 92,89
394,32 590,91 236,36 120,26
390,13 466,00 262,00 60,89
428,75 518,00 272,00 72;08
351,14 663,64 90,91 191,39
366,90 460,00 246,00 70,3.9
409,50° 506;00 280,00 76,95
387,27 845,45 127,27 184,22
Perlakuan B (n = 8) Rata-rata Maksimum Minimum Standar deviasi Perlakuan O (n = 10) Rata-rata Maksimum Minimum Standar deviasi
Tidak terlihat perbedaan yang nyata antara perlakuan melalui pemberian Molases blok. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena jumlah pakan yang terkandung di dalam molases blok pads 588
Seminar Nasional Peternakan dan Petenner 1997
kedua perlakuan -belum mencukupi sebagai rangsangan perkembangan bakteri ataupun mikroba dalam rumen kerbau . Namun dengan adanya kandungan Silica Dioxide (SiO2) di dalam Molases blok dapat mempengaruhi perkembangan bakteri dalam rumen. Dikemukakan bahwa Si02 akan membentuk ikatan .komplek dengan unsur unsur mineral esensial sehingga menghambat pertumbuhan bakteri rumen, namun di lain pihak pemberian semen diperlukan untuk pembuatan molases blok supay4molases blok lebih keras dan bisa bertahan lama. Mungkin porsi bahan semen ditinjau,kembali sehingga dugaan mempengaruhi perkembangan bakteri dapat dijawab . Kandungan bahan gaplek-yang merupakan karbohidrat yang mudah larut dan mudah dicerna yang bersamaan dengan terdapatnya unsur urea dalam molases blok terlihat belum mampu untuk memperbaiki pertambahan bobot badan pada kedua perlakuan . Mungkin jumlah pemberian molases blok yang hanya sejumlah 1,25 kg selama 110 hari terasa masih jauh dari mencukupi kebutuhan . Terlihat pada kedua perlakuan molases blok, kemampuan ternak kerbau untuk memakan hijauan sernakin baik dibandingkan dengan kontrol . Namun dengan adanya balran yang mengandung karbohidrat mudah Iarut akin menunnrkan organisme selulolitik sehingga kemampuan mencerna hijauan relatif berkurang . Dalam hal ini pertambahan porsi hijauan tidak dapat termanfaatkan, dengan baik. Lebih lanjut dapat dilihat perkembangan pertambahan bobot badan kerbau menurut perlakuan selama percobaan . Tabel 5 . Bobot badan awal, bobot badan akhir dan pertambahan bobot badan kerbau jantan di Desa Bulu Agung, Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur Item
Bobot awal (kg)
Bobot akhir (kg)
PBB (gr)
Rata-rata Maksimum Minimum Standar deviasi Perlakuan B (n = 3)
263,00 283,00 243,00 20,00
320,00 328,00 312,00 8,00
518,18 772,73 263,64 254,55
Rata-rata Mak$imum Minimum Standar deviasi Perlakuan O (n = 1)
286,33 306,00 256,00 21,76
338,67 382,00 300,00 33,64
475,76 690,91 336,36 154,34
309,00 .
334,00
227,27
Perlakuan A (n = 2)
Rata-rata
Pada ternak jantan terlihat balrwa perlakuan A dan B tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertambahan bobot badan akan tetapi memberikan perbedaan yang nyata terhada perlakuan kontrol . Hal ini menunjukkan bahwa dengan perbaikan pakan sudah memberikan efek yang sangat berarti terhadap pertambahan bobot badan. Rendahnya pertambaban bobot badan yang terjadi pada perlakuan kontrol kerbau jantan (227 granVekor) dan pada kerbau betina (rata-rata 589
Seminar Nosional Peternakdn dan Veteriner 1997
387,27 gram, maksimal 845,45 gram, minimal 127,27 .gram dan standar deviasi 184,22 gram) memberi petunjuk bahwa pakan yang dimakan ternak kerbau hanya berupa rumput saja belum memberikan pertambahan bobot optimal . Hanya raja pertambahan bobot badan maksimal yang diperoleh sekitar 845,45 gram disebabkan ternak bunting, mengingat sampel yang -dapat diperoleh hanya ternak betina bunting. Bagi masyarakat di Desa Bulu Agung, jika ternak tersebut tidak mau bunting segera akan dijual dan hal ini menyebabkan sangat sulit memperoleh pejantan . Dibandingkan dengan yang diperoleh ZULBARDI et al. (1997) basil ini relatif lebih -rendah . Mungkin hal ini disebabkan perbedaan tata cars pemeliharaan yang dilakukan peternak . Juga terlihat ternak kerbau yang diperoleh di Desa Bulu Agung, ternaknya hampir sepanjang hari berada di dalam .kandang. Ukuran badan kerbau Bobot badan sebagai peubah tetap dengan lingkar dada, panjang badan, tinggi .ptmdak, dalam dada, lebar panggul, dan tunur (G)-G4) sebagai peubah tidak ,tetap dicari :hubungannya metalui petunjuk STEEL dan TORRIE (1980) namun diolah berdasarkan metode komputasi Msustat (LUND, 1985) . Diperoleh hubungan antara bobot badan dengan masing-masing ukuran badan seperti terlihat pada Tabel 6. Perubahan lingkar dada, panjang badan, tinggi pundak, dalam dada, dan lebar panggul Tabel 7, 8, 9 dan 10 relatif tidak berubah selama penelitian. Panjang badan dan tinggi pundak mengalami peningkatan yang relatif kecil . Hal ini mungkin sekah disebabkan oleh karena posisi kaki sewaktu mengadakan pengukuran di lapangan yang terasa sulit diatasi . Seharusnya posisi kaki berada pada bidang datar membentuk empat persegi panjang, namun hal ini bisa terjadi menjadi sembilan posisi dari kombinasi posisi kaki depan (arch ke depan, tegak lurus dan mengarah ke belakang) dengan posisi kaki belakang (arah ke depan; tegak lurus dan mengarah ke belakang) . Masalah yang serupa telah dilaporkan ZULBARDI et al. (1992) bahwa posisi kaki sewaktu pengukuran panjang badan dan tinggi pundak dapat mengakibatkan bertambah panjang atau pun bertambah pendeknya ukuran . Bagi lingkar dada pertambahan ataupun perubahan ukurannya menyebabkan bobot badan semakin erat hubungannya dengan perubahan lingkar dada. Tabel 6. Korelasi antara ukuran-ukuran badan kerbau betina di Desa Bulu Agung, Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur Item 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Keterangan :
1
2
3
4
1,0000 0,9243 0,8268 0,6922 0,6934 0,2699 0,6726
1,0000 0,7545 0,6618 0,6225 0,3321 0,5892
1,0000 0,6413 0,6562 0,3746 0,6487
1,0000 0,5979 0,4393 0,3742
I adalah bobot badan (kg) 4 adalah tinggi pundak (cm) 7 adalah umur (GO-G4)
590
5
6
. 7
, 1,0000 0,2547 0,5257
1,0000 0,2816
1,0000
2 adalah ingkar dada (am)
3 adalah panjang badan (cm)
5 adalah datam dada (can)
6 adalah lebarpanggul
SeminarNasional Peternakan don Veteriner 1997
Tabel 7. Ukuran-ukuran away badan kerbau betina di Desa Bulu Agung, Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur Pi
tg
dl
Ip
179,25 200,00 153,00 15,73
128,50 149,00 100,00 16,36
126,75 135,00 117,00 6,16
70,25 81,00 39,00 13,27 .
41,38 47,00 35,00 3,97
Perlakuan B (n = 8) Rata-rata Maksimum Minimum Standar deviasi
179,63 193,00 161,00 9,77
130,75 147,00 121,00 8,67
126,75 136,00 116,00 6,74
75,88 84,00 68,00 4,54
32,75 36,00 30,00 2,11
Perlakuan O (n = 10) Rata-rata Maksimum Minimum Standardeviasi
176,20 191,00 148 400 12,86
127,00 141,00 112,00 9,73
127,60 134,00 116,00 5,10
73,50 82,00 67,00 4,67
33,90 38,00 30,00 2,91
Item Perlakuan A (n = 8) Rata-rata Maksimum Minimum Standar deviasi
lkr
Keterangan : Ikr = lingkar dada (cm), pj = panjang badan (cm), tg = tinggi pundak (cm), dl = dalam dada (cm), clan Ip = lebar panggul (cm)
Hubungan antara bobot badan dengan ukuran-ukuran badan dapat dimanfaatkan dengan menduga bobot badan kerbau jantan maupun bobot badan kerbau betina . Mosat regresi memperlihatkan bahwa peranan ukuran-ukuran badan terhadap penampilan bobot badan kerbau betina adalah lingkar dada, panjang badan, umur, lebar panggul, tinggi pundak clan dalam dada. Model matematika yang diperoleh untuk menduga bobot badan kerbau betina ditunjukkan melalui persamaan-persamaan berikut a.
Y = -666,6 + 3,647 XI + 1,484 X2 + 1,576 X3 + 0,7654 X4 - 1,844 X5 + 6,777 X6, R = 0,9590 (dimana XI adalah lingkar dada, X2 panjang badan, X3 adalah tinggi pundak, X4 adalah dalam dada, X5 adalah lebar panggul clan X6 adalah umur (GO-G4)) Model ini memperlihatkan perubahan yang terjadi,dari setiap unit lingkar dada, panjang badan, tinggi pundak, dalam dada clan umur akan terjadi peningkatan bobot badan sebaliknya dengan semakin meningkatnya satu unit lebar panggul akan memberikan pengaruh penurunan sebesar 1,844 kg . Tingkat keseragaman data sebesar 95,90 %.
b.
Y = - 672,5 + 3,706 XI + 1,625 X2 + 1,851 X3 - 1,927 X5 + 7,392 X6, R = 0,9578 (dimana X1 adalah lingkar dada, X2 panjang badan, X3 adalah tinggi pundak, X5 adalah lebar panggul clan X6 adalah umur (GO-G4)) Jika peranan dalam dada dieliminir, menurut petunjuk DRAPER clan SMrrH (1981) tidak terjadi perubahan peranan lingkar dada, panjang badan, tinggi pundak clan umur terhadap peningkatan bobot badan sebaliknya dengan semakin meningkatnya satu unit lebar panggul akan memberikan pengaruh penurunan sebesar 1,927 kg. Tingkat keseragaman, data sebesar 95,78°/x. . 591'
Seminar Nastonal Peternakan dan Vetertner 1997
Tabel 8. Ukuran-ukuran alder badan kerbau betma di Desa Bulu Agung, Kecamatan Pesanggamn Kabupaten Banvuwangi Jaxva Timer
Perlakuan A (n = 8) Rata-raw Maksimuni Minimum Standar deviasi
183,63 200,00 163,00 14,82
128,88 141,00 111,00 10 ;56
127,63135,00--' 119,00 4,90
73,63 86,00 66,00 6,40
31;00 36,00 26,00 2,83
Perlakuan B (n = 8) Rata-rata Maksimum Minimum Standar deviasi
184,88 200,00 158,00 11,96
133,13 146,00 124,00 7,87-
124,25 131 ;00 106,00,,
74,88 85,00 63,00 6,09
30,00 35,00 24,00 3,20
Perlakuan O (n = 10) Rata-rata Maksimum Minimum Standar deviasi
182,60 200,00 157,00 13,09
130,30 142,00 114,00 8,66
126,90 131,00 120,00 3,88 ,
73,70 78,00 65,00 3,80
29,50 35,00 26,00 3,14
8,00 `
Keterangan : Ikr = lingkar dada (cm), pj = panjang badan (cm), tg = tinggi pundak (cm); dl = dalam dada (cm), dan Ip = lebar panggul (cm)
Tabei 9. Ukuran-ukuran awal badan kerbau jantan di Desa Bulu Agung, Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi Jawa Timer - : Item
lkr
Pi
tg
dl
lp
Perlakuan A (n = 2) Rata-rata` Maksimum Minimum Standar deviasi
157,50 161,00 154,00 3,50
111,50 112,00 111,00. 0,50
115,50" 117 ;00 114,00 1,50
67,00 71,00 63,00 4,00
"35,50 36,00 35,00 0,50
Perlakuan B (n = 3) Rata-rata Maksimunt Minimum Standar deviasi
163,6:7 166,00 160,00 2,62
113 ;00 118,00 106,00 5,10
125,33 ' 130,00 121,00 3,68
71,33 '74,00 70,00 1,89
33,33 36,00 31,00 2,05
Perlakuan O (n = 1) Rata-rata
167,00
112,00
. 125,00 -
77,00
.
30,00
Keterangan : ikr = lingkar dada (cm), pj = panjang badan (can); tg = tinggi pundak (cin),'dl = dalam dada (an), dan Ip = lebar , P-ggul (-)
592
SeminarNasionat Peternakan don Veieriner 1997
c. Y =
- 561,1 + 4,059 X1 + 1,978 X2 - 1,452 X5 + 6,272 X6, R = 0;9530 (dimana X1 adalah lingkar dada, X2 panjang badan, X5 adalah lebar pailggul dan X6 adalah umur (G0-G4))
Jika peranan tinggi pundak dieleminir, menurut petunjuk,DRAPER dan SMITH (1981) tidak terjadi perubahan peranan lingkar dada, panjang badan, dan umur terhadap peningkatan bobot badan sebaliknya dengan semakin meningkatnya sate unit lebar panggul akan memberikan pengaruh penurunan sebesar 1,452 kg. Tingkat keseragaman data sebesar 95,30 %. d. Y =
- 575,2 + 4,003 X1-+ 1;800' X2 + 6,049, X6; R = 0,9494 (dimana X1 adalah lingkar dada. X2 panjang badan dan X6 adalah urnur (GO-, G4))
Jika peranan lebar .panggul dieleminir, menurut petunjuk'DRAPER . dan SMITH (1981) tidak terjadi perubahan peranan lingkar dada, panjang badan, dap umur terhadap peningkatan bobot badan . Tingkat keseragaman data sebesar 94,94 %. e. Y =
- 647,8 + 4,169 X1 + 2,221 X2, R = 0,9451 (dimana Xl -adalah lingkar dada, X2 panjang badan)
Jika -peranan umur diehminir, menurut petunjuk DRAPER dan SMITH (1981) tidak terjadi perubahan peranan lingkar dada dan panjang badan terhadap peningkatan bobot badan. Tingkat keseragaman data sebesar 94,51 %°. TabcI410 . Ukuran-ukuran aklur badan kerbau jantan di Des
lkr
Pi
tg
dl
Perlakuan A (n = 2) Rata-rata Maksimum Minimum Standar deviasi
164,50 165,00 164,00 . 0,50
121 ;00 129,00 113,00 8,00
120,50 . . 124,00 117,00 3,50
64,00 68,00 60,00 4,00
28,00 29,00 27,00 1,00
Perlakuan B (n = 3) Rata-rata Maksimum Minimum Standar deviasi
173,00 175,00 170 .00 2,16
124,67 134.00 117,00 7,04 .
:122,00 130.00 114,00 6,53
71,33 75,00 68,00 2,87
29,00 35,00 . 24,00 4,55
Perlakuan 0 (n = 1) Rata-rata
168,00
128,00
130,00.
78,00
28,00
Keteran=an : Ikr = lingkar dada (cm), pj = panjang badan (can), tg - tinggi pundak (cm), dl = dalam dada (crn),' dan lp = lebar panggut (cm)-
f.
Y=
- 604,6 + 5,523X1 ; r = 0,9243(dimana Xl adalah lingkar . dada) Jikaperanan panjang badan dieleminir; menurut petunjuk DRAPER daft SMITH (198.1) tidak terjadi perubahan peranan lingkar dada terhadap peningkalan bobot badan. Tingkat keseragaman data sebesar 92,43 %. 593
Seminar Nastonal Peternakan dan P~?termer 1997 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ternak kerbau betina yang mendapat perlakuan A memberikan pertambahan, bobot badan rata-rata sebesar 394,32 gram/hari, perlakuan B memberikan pertambahan bobot badan harian sebesar 351,14 gram dibandingkan dengan perlakuan kontrol rata-rata 387,27 gram . - . Ternak kerbau jantan yang mendapat perlakuan A memberikan pertambahan bobot badan rata-rata sebesar 518,18 gram/hari, perlakuan B memberikan :pertambahan bobot badan harian sebesar 475,76 gram dibandingkan dengan perlakuan kontrol rata=rata 227,27 gram . Bobot badan kerbau mempunyai hubungan yang erat dengan berturut-turut adalah lingkar dada, panjang badan, lebar panggul, umur, tinggi pundak dan dalam-dada . Saran Penggunaan bahan ransum yang mengandung semen perlu dikaji .lebih mendalam disamping pemberian bahan karbohidrat yang mudah dicerna . membeukan pemberian bahan konsentrat .
DAFTAR PUSTAKA ANoNtmus . 1996 . Analisa Laboratorium PT . Semen Cibinong . Agenda 1993 :' PT. Semen Cibinong, . Jakarta . DRAPER, H . and H . SmiTH . 1981 . Applied Linear Regression . Wiley, New; York.
'
HUNGATE, R .E. 1966 . The Rumen and Its Microbes . Academic Press New York . LUND, R .E . 1985 . User's Guide Msustat An Interactive Statistical Analysis Package . Research & Development Insttitute Inc . Montana State Uiuversity . Bazeman, Montana. STEEL, R .G .D . and J .M . TORRm . 1980 . Principl e and Procedures of Statistics. 2nd Ed. McGraw-Hill Tosho Printing Co., Ltd., London. SUTARDi, T. 1991 . Aspek Nutrisi Sapi Bali . Seminar Nasional Sapi Bali 2 - 3 September 1991 . Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin . Ujung Pandang. ZULBARDJ, M., A . DJAJANEGARA dan M. RANGKUTL 1981 Pengaruh pelepasan terhadap konsumsi jerami padi pada kerbau . Proc . Seminar Penelitian Petemakan, Cisarua, 8 - I 1 Pebruari 1982, pp. 30 - 36 . ZULBARDi, M ., LEO P. BATUBARA, A. R . SmEGAR, A . WILSON dan E . BAstnJo . 1995 . Penentuan Ransum Ekonomis Pembesaran Kerbau di Tapanuli Selatan. (belum diterbitkan) . ZuLBARDI, M., A .R . SIREGARdan D . SUNARDI . 1992 . Pengaruh Posisi Kaki Sewaktu Mengukur Panjang Badan dan Tinggi Pundak terhadap Pendugaan Bobot Badan Sapi . Prosidings Optimalisasi Sumber Daya dalam Pernbangunan Petemakan Menuju Swasembada Protein Hewani . Caringin, Bogor 26-27 Januari 1992 . Ikatan Sarjana Ilmu-ilmu Peternakan Indonesia (ISPI) - Cabang Bogor . hal . 176 - 178. ZuLBARDI M ., LEO P . BATUBARA, A . R . SIREGAR, A . WILSON dan E . BAsuNo . 1997 . Peningkatan Sumberdaya Kerbau Melalui Pebaikan Pakan di Desa Sabatolang Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan . (Makalah pada Seminar Balitnak tanggal 20 - 21 Nopember 1997).
59 4