Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau 2008
PROFIL DAN ANALISA USAHA TERNAK KERBAU DI DESA DANGDANG KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG S. RUSDIANA Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jl. Raya Pajajara,n Kav.E 59, Bogor
ABSTRAK Usaha ternak kerbau merupakan komponen penting dalam usahatani penduduk pedesaan karena pemeliharaan ternak kerbau dapat membantu pendapatan rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di sekitarnya. Studi mengenai profil dan analisa kelayakan usaha ternak kerbau dapat memberikan gambaran usaha yang saat ini dijalankan oleh peternak dan informasi bagi pengambil kebijakan dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan produktivitas usaha ternak kerbau agar dapat lebih berperan dalam ekonomi rumah tangga peternak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil usaha ternak kerbau yang dijalankan oleh peternak kerbau di Desa Dangdang Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang dan analisa kelayakan usaha yang dilakukan oleh peternak sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Penelitian dilaksanakan dengan metoda survei dengan menggunakan kuesioner dan wawancara terhadap 35 responden peternak kerbau di Desa Dangdang, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang. Data sekunder dan data primer yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif serta analisis ekonomi B/C rasio dan analisis pendapatan. Data jumlah ternak dianalisa dengan analisa ragam berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak dengan PROC GLM (General Linier Model) dari program SAS Ver 9,0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Dangdang memiliki potensi sebagai daerah usaha ternak kerbau karena mempunyai daya dukung lahan yang potensial sebagai sumber hijauan pakan. Jumlah pemilikan kerbau oleh peternak berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak tidak berbeda, namun terlihat ada kecenderungan bahwa semakin tua, semakin rendah pendidikan dan semakin berpengalaman dalam beternak, jumlah pemilikan kerbau semakin meningkat. Responden dengan pekerjaan berdagang dan buruh bangunan cenderung mempunyai jumlah pemilikan kerbau lebih sedikit. Sementara itu yang mempunyai pekerjaan petani dan buruh tani cenderung mempunyai kerbau lebih banyak. Dari pemeliharaan kerbau, peternak mendapatkan keuntungan Rp.2.700.000/tahun atau Rp.225.000/bulan dengan nilai B/C rasio 3,4, yang menunjukkan bahwa usaha ternak kerbau tersebut cukup layak untuk terus dijalankan. Kata kunci: Usaha ternak kerbau, profil, analisis ekonomi
PENDAHULUAN Populasi ternak kerbau di Indonesia tercatat sekitar 2,2 juta ekor yang tersebar hampir di seluruh propinsi kecuali hanya sedikit di Sulawesi Utara dan Gorontalo. Lebih dari 51% populasi kerbau berada di Pulau Sumatera dan sekitar 22% berada di Pulau Jawa. Di Pulau Jawa populasi terbanyak terletak di Propinsi Jawa Barat (170.568 ekor) menyusul Banten yang populasi kerbaunya sekitar 144.944 ekor (DITJEN PETERNAKAN, 2008). Kabupaten Tangerang sebagai bagian dari Jawa Barat memiliki populasi kerbau sebanyak 17.507 ekor pada tahun 2007 (DINAS PETERNAKAN KABUPATEN TANGERANG, 2007). Sebagian besar (70 persen) Sistem
pemeliharaan kerbau masih diusahakan oleh petani kecil (peternakan rakyat) yang berada di wilayah pedesaan dengan keterbatasan penguasaan sumberdaya (lahan, pendapatan, inovasi dan teknologi). Keadaan demikian menunjukkan bahwa pola usaha ternak kerbau belum merupakan usaha komersial, yakni merupakan usaha sampingan yang ditandai dengan skala usaha relatif kecil dan tatalaksana pemeliharaan seadanya. Usaha ternak kerbau merupakan komponen penting dalam usahatani penduduk pedesaan karena dapat membantu pendapatan rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di sekitarnya (KUSNADI, 2004; KUSNADI et al., 2005). Ternak kerbau adalah salah satu komoditas yang berfungsi sebagai sumber protein hewani bagi
91
Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau 2008
masyarakat, sebagai tabungan, tambahan penghasilan, sebagai tenaga kerja dan kotorannya bisa dijadikan pupuk sekaligus memberikan sumber keuntungan/pendapatan bagi petani. (DEVENDRA, 1993). Namun demikian, sampai saat ini usaha ternak kerbau di pedesaan belum banyak mempertimbangkan aspek keuntungan, pemeliharaan kerbau belum diupayakan oleh peternak agar dapat berproduksi secara optimal. Kabupaten Tangerang merupakan wilayah pendukung ibukota Jakarta dan berpotensi sebagai wilayah pensuplai komoditas ternak bagi ibukota Jakarta. Daya dukung lahan yang dimiliki masih memungkinkan bagi pengembangan usaha ternak baik ruminansia maupun non ruminansia. Ketersediaan hijauan baik rumput atau berbagai limbah pertanian dan industri sebagai pakan masih cukup tersedia bagi ternak ruminansia. Jarak yang tidak terlalu jauh dari Jakarta serta daya dukung lahan yang dimiliki Kabupaten Tangerang merupakan kelebihan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha ternak ruminansia, khususnya kerbau. Studi mengenai profil dan analisa kelayakan usaha ternak kerbau dapat memberikan gambaran usaha ternak kerbau yang saat ini dijalankan oleh peternak dan informasi bagi pengambil kebijakan dalam memperbaiki dan meningkatkan produktivitas ternak kerbau agar dapat lebih berperan dalam ekonomi rumah tangga peternak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil usaha ternak kerbau yang dijalankan oleh peternak kerbau di Desa Dangdang, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang dan analisa kelayakan usaha ternak kerbau yang dilakukan oleh peternak sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan keluarga. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dengan metoda survai menggunakan kuesioner untuk mewawancarai 35 responden peternak kerbau di Desa Dangdang, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang. Penentuan desa lokasi
92
penelitian ditetapkan sesuai dengan informasi Dinas Peternakan setempat. Populasi kerbau terbanyak terdapat di Kecamatan Cisauk. Karakteristik lokasi penelitian mewakili daerah lahan pertanian sawah dan sisa lahan kosong perkebunan karet dan perkebunan kelapa. Data sekunder dan data primer yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif serta analisis ekonomi B/C rasio dan analisis pendapatan (BOEDIONO, 1983; GITTINGER, 1986). Data jumlah ternak dianalisa dengan analisa ragam berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak dengan PROC GLM (General Linier Model) dari program SAS Ver 9,0 (SAS, 1988). HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum dan Daya Dukung Lahan Pertanian Kabupaten Tangerang terdiri dari 36 Kecamatan yang dibagi atas 251 Desa dan 77 kelurahan. Sebagian besar Kabupaten Tangerang merupakan dataran rendah. Kabupaten Tangerang mempunyai luas wilayah + 1.110 km2 dengan jumlah penduduk + 3.212.000 jiwa (DINAS PETERNAKAN KABUPATEN TANGERANG, 2007). Sampai saat ini Kabupaten Tangerang memiliki lahan pertanian seluas 89.240 ha yang terdiri dari lahan sawah seluas 40.740 ha dan lahan kering seluas 22.464 ha. Pada lahan sawah tersebut pada musim hujan (MH) dapat ditanam seluas 39.891 ha, sedangkan pada musim kemarau (MK) ditanam seluas 31.110 ha, sehingga dalam satu tahun rata-rata dapat ditanami seluas 70.891 ha dan sisanya lahan kosong dan lahan perkebunan. Desa Dangdang memiliki luas lahan pertanian 411 ha. Lahan pertanian dan lahan kosong perkebunan merupakan lahan terbesar di Desa Dangdang, menyusul kebun campuran dan lahan sawah. Keadaan ini menggambarkan bahwa daerah ini memiliki prospek pengembangan usahatani ternak, tanaman pangan, sayuran dan palawija. Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian
Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau 2008
Tabel.1. Jumlah ternak menurut jenisnya di Kecamatan Cisauk (ekor) Lokasi Kecamatan Cisauk Desa/ Kelurahan Ciater Rawabuntu Serpong Dangdang Suradita
Ruminansia besar/kecil Kerbau
Sapi
Kambing
Unggas Domba
Ayam buras
Ayam pedaging
98
43
75
65
876
60
-
-
1.123
-
12.987
2.987
-
15
175
54
32
72
54
1.211
Ayam petelur
Itik 65
40
651
98
-
-
27
543
-
-
-
398
13.986
5.786
400
543
Kranggan
-
-
1.098
432
8.765
16.955
20
408
Muncul
7
80
43
32
1.098
8.764
-
231
-
-
324
-
121
6.322
-
-
55
43
76
43
6.687
80
-
-
Setu Babakan Kademangan
8
15
1.213
43
986
-
-
89
Cibogo
12
10
43
76
127
-
-
-
Cisauk
10
16
65
54
1.457
2.430
-
-
Sampora
20
25
325
32
2.243
7.340
32
43
Pangasing
4
9
242
-
43
45.850
-
319
Gunungsirih
-
54
198
327
2.765
432.765
4.400
-
Pabuaran
25
543
3.243
239
16.879
654.890
15.564
1.985
Sukamulya
18
65
432
16
1.064
1.560
-
15.228
504
1.026
9.563
1.789
70.728
753.024
20.456
19.589
Jumlah
Sumber: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN TANGERANG (2007)
sebagai buruh tani, pedagang, bangunan, pegawai negeri, swasta dan petani. Usaha ternak merupakan usaha yang banyak digeluti penduduk, dengan jenis ternak yang diusahakan adalah kerbau, sapi, kambing, domba, ayam buras, ayam ras dan itik (DINAS PETERNAKAN KABUPATEN TANGERANG, 2007). Jumlah ternak untuk setiap desa di Kecamatan Cisauk terlihat seperti pada Tabel 1. Karakteristik Peternak Kerbau Tabel 2 memperlihatkan karakteristik responden peternak berdasarkan umur, pendidikan, pengalaman beternak dan pekerjaan. Pada Tabel 2 tersebut nampak bahwa umur sebagian besar peternak masih produktif untuk melakukan pemeliharaan ternak kerbau (45,3%). Dilihat dari tingkat pendidikannya juga cukup tinggi yaitu sebesar
42,9% berpendidikan SMA, peternak yang tidak tamat sekolah dasar hanya 5 persen. Sebagian besar petani ternak mempunyai pekerjaan utama sebagai petani (42,9%), buruh tani (28,6%) dan pegawai negeri/pensiunan (8,6%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan kerbau peternak berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak tidak berbeda nyata (p > 0,05), akan tetapi terdapat beberapa kecenderungan yang menarik. Terlihat ada kecenderungan bahwa semakin tua, semakin rendah pendidikan dan semakin berpengalaman dalam beternak, diiringi oleh peningkatan jumlah kepemilikan kerbau. Peternak yang berusia muda dan berpendidikan lebih tinggi kemungkinan mempunyai kegiatan/aktivitas
Tabel. 2 Karakteristik peternak dan kepemilikan ternak kerbau
93
Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau 2008
Jumlah responden
Persen
Kepemilikan ternak (ekor)
20-35
8
22,9
2,1
36-45
16
45,7
2,3
> 46
11
31,4
3,0
Tamat SD
12
34,3
2,8
Tamat SMP
15
42,9
2,2
Tamat SMA
5
14,3
2,1
Tidak sekolah
2
5,7
3,5
Petani
15
42,9
2,6
Buruh tani
10
28,6
2,6
Pegawai negeri/pensiun
3
8,6
2,3
Dagang
3
8,6
2,0
Bangunan/lainnya
4
11,4
1,8
1-5 tahun
7
20,0
1,9
6-10 tahun
12
34,3
2,4
> 10 tahun
16
45,7
2,7
Karakteristik Umur (tahun)
Pendidikan formal
Pekerjaan utama
Pengalaman beternak:
lain sebagai sumber nafkah keluarga sehingga usaha ternak kerbau hanya ditempatkan sebagai usaha sampingan. Namun dengan semakin meningkatnya usia peternak, alokasi waktu untuk beternak menjadi lebih banyak dan pemilikan cenderung bertambah. Kecenderungan peternak dengan pendidikan lebih rendah mempunyai kerbau lebih banyak juga menunjukkan bahwa ketergantungan sumber nafkah pada kerbau menjadi semakin tinggi. Peternak dengan pengalaman beternak lebih lama juga cenderung memiliki kerbau lebih banyak. Suatu hal yang wajar mengingat pengalaman memberikan kepercayaan diri yang tinggi kepada peternak untuk berusaha ternak. Jenis pekerjaan juga memberikan kecenderungan peningkatan atau penurunan pemilikan ternak kerbau. Responden dengan pekerjaan berdagang dan buruh bangunan cenderung mempunyai jumlah kepemilikan kerbau lebih sedikit. Sementara itu responden yang mempunyau pekerjaan petani dan buruh tani cenderung mempunyai kerbau paling banyak. Pekerjaan petani dan buruh tani lebih
“dekat” atau sejenis dengan beternak sehingga tidak mengherankan, petani dan buruh tani mempunyai kerbau labih banyak. Rataan jumlah pemeliharaan dan umur ternak kerbau yang dipeliara peternak di Desa Dangdang adalah 2,4 ekor dimana paling banyak dipelihara betina dewasa dan jantan muda (Tabel 3). Dari struktur populasi ternak kerbau yang dipelihara di lokasi pengamatan nampak bahwa proposi induk (>24,2%) yang dipelihara menempati tertinggi dan keadaan ini menggambarkan bahwa usaha pemeliharaan ternak kerbau di Desa Dangdang merupakan usaha budi daya ternak kerbau untuk produksi anak dan pendapatan diperoleh hasil pembesaran anak. Sistem Pemeliharaan Kerbau Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa jarak kandang dari rumah peternak tidak begitu jauh, sekitar 5–10 m dari rumah. Sistem pemeliharaan hampir 99%
Tabel. 3. Rataan jumlah ternak kerbau di lokasi penelitian
94
Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau 2008
Uraian
Lokasi Desa Dangdang (n=35) Rata-rata Umur/ekor
Jumlah/ekor
Rataan/ekor
Persen
Jantan dewasa
8,5
14
0,4
16,3
Betina dewasa
5,4
24
0.7
28,2
Jantan muda
1,1
12
0,7
14,1
Betina muda
1,2
14
0,4
16,4
Jantan anak
0,6
10
0,3
11,8
Betina anak
0,6
11
0,3
12,9
-
85
2,4
100
Jumlah
digembalakan dengan cara mengandangkan ternak pada malam hari dan digembalakan pada siang hari di sawah-sawah atau diikat pindah di kebun atau di areal lahan penggembalaan yang terbuka yang ditumbuhi dengan berbagai jenis rerumputan seperti leguminose, rumput gajah, rumput raja, rumpai raket, rumput kawat, alang-alang, dan sisa limbah hasil pertanian. Hijauan merupakan pakan utama untuk ternak ruminansia. Ketersediaan hijauan sangat tergantung pada alam terutama pada pemeliharaan ternak yang dilakukan secara tradisional. Umumnya peternak menambahkan rumput alam yang dipotong dan diberikan dalam kandang di sore
hari. Ternak yang dipelihara secara ikat pindah selama siang hari, biasanya pada malam harinya masih diberi tambahan berupa rumput potong kira-kira 20-25 kg/ekor. Sedangkan bagi ternak kerbau yang dikandangkan terus menerus diberikan hijauan dua kali lebih banyak. Ternak kerbau dipelihara oleh peternak di Desa Dangdang berumur 1-15 tahun. Setelah induk kerbau tua dan tidak produktif lagi biasanya dipotong untuk tujuan konsumsi, tidak jarang setelah beranak lebih dari 4-8 kali. Namun kerbau jantan banyak dijual pada umur yang masih relatif muda untuk dikonsumsi.
Tabel 4. Analisis ekonomi usaha ternak kerbau Kriteria
Volume
Harga satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
- Pembelian induk
1 ekor
5.550.000
5.550.000
- Pembelian jantan
1 ekor
6.550.000
6.550.000
- Kandang
1 unit
1.500.000
1.500.000
Modal investasi:
Biaya Produksi:
13.600.000
- Tenaga kerja/bulan
1 orang
1.200.000
1.200.000
- Penyusutan kandang
1 tahun
300.000
300.000
1 ekor
4.500.000
4.500.000
Total Biaya Produksi: Penjualan ternak muda Keuntungan/tahun Keuntungan bersih/bulan B/C ratio
1.500.000 3.000.000 225.000 2,0
Keterangan: Sumber data 2007: Induk kerbau dan jantan dibeli kondisi siap kawin dengan harga Rp 5.550.000/ekor dan Rp 6.550.000/ekor dipelihara selama 1-8 tahun, menghasilkan keturunan 6 kali setelah itu dijual dengan harga Rp.6.250.000/ekor, untuk ternak jantan Rp 7.150.000lebih cepat dijual.
95
Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau 2008
Rataan kepemilikan ternak di Desa Dangdang adalah 1-2 ekor induk kerbau/KK ada juga yang memiliki kerbau hingga 4 ekor induk/KK. Pada umumnya kerbau tersebut adalah milik sendiri, disamping itu ada juga yang memelihara kerbau milik orang lain dengan sistem bagi hasil, apabila sudah beranak anaknya maka dibagi dua antara pemilik dan pemelihara. Analisis Usaha Ternak Kerbau Tabel 4 memperlihatkan hasil analisa ekonomi usaha ternak kerbau dengan jumlah pemeliharaan 2 ekor/KK. Berdasarkan informasi dari peternak, per tahun peternak memperoleh penerimaan sebesar Rp 4.500.000/tahun dari penjualan ternak muda. Diasumsikan mendapat keuntungan selama satu tahun sebesar Rp 3.000.000. Hasil analisa menunjukkan R/C rasio 2,0 yang artinya usaha pemeliharaan ternak kerbau bisa dipertahankan sebagai sumber pendapatan peternak di pedesaan. KESIMPULAN Desa Dangdang, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang memiliki potensi sebagai daerah untuk usaha ternak kerbau karena mempunyai daya dukung lahan yang potensial sebagai sumber hijauan, disamping usaha tanaman pangan. Jumlah pemilikan kerbau oleh peternak berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak tidak berbeda, namun terlihat ada kecenderungan bahwa semakin tua, semakin rendah pendidikan dan semakin berpengalaman dalam beternak, jumlah kepemilikan kerbau semakin meningkat. Sementara itu, responden dengan pekerjaan berdagang dan buruh bangunan cenderung mempunyai jumlah pemilikan kerbau lebih sedikit sementara itu responden yang mempunyai pekerjaan petani dan buruh tani cenderung mempunyai kerbau paling banyak. Dari pemeliharaan kerbau, peternak mendapatkan keuntungan Rp 3.000.000/tahun atau Rp 225.000/bulan dengan nilai B/C rasio 3,4. Nilai B/C rasio tersebut menunjukkan bahwa usaha ternak kerbau tersebut cukup layak untuk dijalankan dan dipertahankan.
96
DAFTAR PUSTAKA BOEDIONO. 1983. Ekonomi Mikro. BPFE. Jakarta. DEVENDRA, C. 1993. Ternak ruminansia di Asia. Dalam Woszika-Tomaszewska, I.M. Mastika, A. Djajanegara, S. Garniner dan T. R. Wiradarya (Eds.). Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta. DINAS PETERNAKAN KABUPATEN TANGERANG. 2007. Disnak Peternakan Kabupaten Tangerang dalam Angka Sementara 2007. Tangerang. DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN. 2008. Statistik Peternakan 2008. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta. GITTINGER, J.P. 1986. Analisis Ekonomi ProyekProyek Pertanian. Edisi Kedua. Universitas Indonesia. Jakarta. KUSNADI, U. 2004. Kontribusi ternak dalam meningkatkan pendapatan petani di lahan marginal Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. J. Pembangunan Peternakan Tropis. Special Edition Oktober 2004. KUSNADI, U., D. A. KUSUMANINGRUM, R. S. G. SIANTURI dan E. TRIWULANNINGSIH. 2005. Fungsi dan peranan kerbau dalam sistem usahatani di Propinsi Banten. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12-13 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. MANSYUR, NYIMAS, P. INDRANI dan I. SUSILOWATI. 2005. Peran leguminosa tanaman penutup pada sistem pertanian jagung untuk penyediaan hijauan pakan ternak. Bogor, 1213 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.. SAS. 1988. SAS/STAT User’s Guide Release 9.0 Edition. North Carolina : SAS Institute Inc., Cary. SUNARSO, WIDIYONO, SUMARSO, E. PANGESTU, F. WAHYONO DAN J. ACHMADI. 1989. Pemanfaatan Rumput Setaria spacelata sebagai Konservasi Tanah dan Manfaatnya Bagi Peningkatan Usaha Produksi Ternak Ruminansia. Laporan Penelitian DP3M Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.