1
PEMANFAATAN KOMPOS JERAMI UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI DESA PEMATANG SETRAK, SUMATERA UTARA
LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh:
ARWINA DYANTI PUTRI NBP. 1201321020
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PANGAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH 2015
2
PEMANFAATAN KOMPOS JERAMI UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI DESA PEMATANG SETRAK, SUMATERA UTARA
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh:
ARWINA DYANTI PUTRI NBP. 1201321020
Laporan ini Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md)
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PANGAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH 2015
3
PEMANFAATAN KOMPOS JERAMI UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI DESA PEMATANG SETRAK, SUMATERA UTARA
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh: ARWINA DYANTI PUTRI NBP.1201321020
Menyetujui:
Ketua Jurusan
Dosen Pembimbing
Budidaya Tanaman Pangan
Akademik
Ir. Setya Dharma M.Si NIP.196010061987031003
Ir. Anidarfi. MP NIP.196308011989032001
Mengetahui,
Direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Ir. Gusmalini, M.Si NIP.195711101987032001
4
PEMANFAATAN KOMPOS JERAMI UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI DESA PEMATANG SETRAK, SUMATRA UTARA LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh:
ARWINA DYANTI PUTRI NBP. 1201321020
Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji Laporan Tugas Akhir Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh pada tanggal 07- Agustus - 2015.
TIM PENGUJI
No
Nama
Jabatan
1
Ir. Muflihayati, MP
Ketua
2
Auzia Asman, SP. MP
Anggota I
3
Ir. Anidarfi. MP
Anggota II
Tanda Tangan
5
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan utama di Indonesia dengan tingkat produksi maupun konsumsi padi selalu menempati urutan pertama diantara komoditas pangan lainnya, yang menghasilkan beras sebagai makanan pokok masyarakat indonesia pada umumnya. Sekitar 90% penduduk indonesia menggunakan beras sebagai bahan pangan pokok karena beras dapat menyumbangkan 40-80% kalori dan 45-55% protein. Sumbangan beras dalam mengisi kebutuhan gizi tersebut makin besar pada lapisan penduduk berpenghasilan rendah (Koswara, 2009). Mengingat demikian pentingnya kebutuhan akan beras maka dari tahun ketahun selalu mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.
Sedangkan produksi padi belum dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat, hal ini disebabkan oleh beberapa kendala diantaranya yaitu adanya peningkatan populasi gulma yang tumbuh dengan rapat, serangan hamadan penyakityang sulit dikendalikan serta pemanfaatan pupuk yang belum berdaya guna
yang
kemudian
berdampak
terhadap
penurunan
produktifitas
(Mahmud dan Sulistyo, 2014). Untuk memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat perlu diupayakan untuk mencari terobosan teknologi budidaya yang mampu memberikan nilai tambah dan meningkatkan efisiensi usaha. Salah satu upaya peningkatan produktivitas tanaman padi adalah dengan mencukupkan kebutuhan haranya. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sebab unsur hara yang terdapat di dalam tanah
6
tidak selalu mencukupi untuk memacu pertumbuhan tanaman secara optimal, selain itu pupuk kandang tersebut juga dapat ditujukan untuk meminimalisir penggunaan pupuk anorganik agar keseimbangan dan ketersediaan hara dalam tanah tidak terganggu (Salikin, 2009). Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus menyebabkan peranan pupuk kimia tersebut menjadi tidak efektif. Kurang efektifnya peranan pupuk kimia dikarenakan tanah pertanian yang sudah jenuh oleh residu sisa bahan kimia. Astiningrum (2008) menyatakan bahwa pemakaian pupuk kimia secara berlebihan dapat menyebabkan residu yang berasal dari zat pembawa (carier) pupuk nitrogen tertinggal dalam tanah sehingga akan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Menurut Sutanto (2009) pemakaian pupuk kimia yang terus menerus menyebabkan ekosistem biologi tanah menjadi tidak seimbang, sehingga tujuan pemupukan untuk mencukupkan unsur hara di dalam tanah tidak tercapai. Potensi genetis tanaman pun tidak dapat dicapai mendekati maksimal. Selama ini petani cenderung menggunakan pupuk anorganik secara terus-menerus. Pemakaian pupuk anorganik yang relatif tinggi dan terus-menerus dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan tanah, sehingga menurunkan produktivitas lahan pertanian.
Kondisi tersebut menimbulkan
pemikiran untuk kembali menggunakan bahan organik sebagai sumber pupuk organik. Penggunaan pupuk organik mampu menjaga keseimbangan lahan dan meningkatkan produktivitas lahan serta mengurangi dampak lingkungan tanah. Pupuk kompos merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik yang diurai (dirombak) oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
7
Pupuk organik sangat penting sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan. Penggunaan pupuk kompos pada sistem pertanian sangat dianjurkan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pemakaian pupuk kompos juga dapat memberi pertumbuhan dan hasil tanaman yang baik. Penggunaan pupuk kompos juga telah diteliti pada beberapa tanaman selain padi, seperti pada tanaman kentang, jagung manis dan tanaman bawang merah. Penggunaan pupuk organik kompos secara umum dapat digunakan sebagai substitusi pupuk kimia yang memberikan hasil yang baik. Menurut Artarizqi (2013), microbacter Alfaafa (MA-11) adalah hasil pengembangan bakteri mikrobia yang bersumber dari alfaafa yang dipadukan dengan bakteri dari rumen sapi, dengan teknis pengembangan secara canggih. Bakteri ini sangat membantu peningkatan petani dalam pengembangan pertanian yang berwawasan pada pelestarian kesuburan tanah dan sumber daya alam. Bakteri rumen sapi sendiri dari kumpulan mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam proses pengolahan pupuk kandang, kompos, pupuk organik cair dan sekaligus mampu memperbaiki tingkat kesuburan tanah dan memberikan kehidupan didalam tanah. Mikroorganisme yang terdapat dalam MA-11 adalah bakteri pengurai selulosa, bakteri pengurai hemiselulosa, bakteri pengurai pati, bakteri pengurai gula, bakteri pengurai protein, bakteri rizobium alfaafa. Dengan kolaborasi beberapa bakteri ini dapat menjadikan MA-11 adalah dekomposer paling cepat yang ada dipasaran saat ini. Dengan hanya membutuhkan waktu 12 jam maka hasil fermentasi pupuk kompos sudah bisa langsung digunakan.
8
Kompos dapat menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan porositas tanah, serta komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, menyimpan air tanah lebih lama, dan mencegah lapisan kering pada tanah. Kompos juga menyediakan unsur hara mikro dan makro bagi tanaman, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, mencegah beberapa penyakit akar, dan dapat menghemat pemakaian pupuk kimia atau pupuk buatan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh kompos jerami terhadap pertumbuhan padi sawah 2. Mengetahui pengaruh kompos jerami terhadap produksi padi sawah
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Tanaman Padi Menurut sejarahnya, padi termasuk genus Oryza L. yang meliputi lebih kurang 25 species, tersebar di daerah tropika dan subtropika seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa F.Spontanea (Andoko. 2006) Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut : Kindom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Gramineales
Famili
: Gramineae
Genus
: Oryza
Spesies
: Oryza sativa L.
Kecambah benih dilakukan dengan cara benih direndam dalam air bersamaan dengan perendaman ini dilakukan pemilahan antara benih yang hampa dan bernas, benih hampa yang mengapung di atas permukaan air dibuang sedangkan benih bernas yang tenggelam dijadikan untuk kecambah, perendaman dilakukan selama dua hari kemudian setelah dua hari benih diangkat dan diperam sekitar dua hari juga agar berkecambah. Pemeraman dilakukan dengan cara benih dimasukkan kedalam karung goni kemudian tutup dengan karung dengan karung goni yang basah (Andoko, 2006).
10
Akar tanaman padi termasuk golongan serabut. Akar berfungsi sebagai penguat atau penunjang tanaman untuk dapat tumbuh tegak, menyerap hara dan air didalam tanah, kemudian diteruskan ke organ lainnya diatas tanah yang membutuhkan. Akar primer (radikula) tumbuh sewaktu berkecambah bersama akar-akar lainnya yang muncul dekat bagian buku skutellum yang disebut dengan akar seminal, akar seminal berjumlah 1-7.
Apabila terjadi gangguan fisik
terhadap akar primer, maka pertumbuhan akar-akar seminal lainnya akan dipercepat. Kemudian akar seminal digantikan oleh akar-akar sekunder yang tumbuh dari buku terbawah batang. Akar-akar ini disebut adventif atau akar-akar buku karena tumbuh dari bagian tanaman yang bukan embrio atau munculnya bukan dari akar yang telah tumbuh sebelumnya (Karim dan Suhartatik, 2009). Batang tanaman padi terdiri atas beberapa ruas dan buku. Ruas batang padi berongga dan bulat, diantara ruas batang padi terdapat buku, pada tiap-tiap buku duduk sehelai daun. Daun dan tunas Batang berfungsi sebagai penopang tanaman, penyalur senyawa-senyawa kimia dan air dalam tanaman sebagai cadangan makanan. Hasil tanaman padi didukung oleh batang tanaman yang kokoh. Jika batang tanaman tidak kokoh, tanaman akan mudah rebah. Kerebahan tanaman dapat menurunkan hasil tanaman secara drastis. Pada umumnya kerebahan terjadi akibat melengkung atau patahnya dua antar buku batang terbawah. Kekuatan antar buku batang dipengaruhi oleh ketebalan batang dan kekuatan jaringan, status hara tanaman serta komposisi kimia ( Sudirman dan Ade, 2008). Tanaman padi membentuk rumpun dengan anakannya yang tumbuh pada dasar batang.
Anakan pertama tumbuh pada batang utama (batang pokok),
anakan pertama tumbuh di antara dasar batang dan daun sekunder, sedangkan
11
pada pangkal batang anakan pertama membentuk perakaran. Anakan pertama tetap melekat pada batang utama hingga masa pertumbuhan berikutnya akan tetapi dalam mendapatkan makanan anakan pertama tidak tergantung kepada batang utama karena memiliki akar sendiri, sedangkan daun yang terbentuk pada anakan pertama lebih banyak dari pada anakan berikutnya.
Dimana anakan pertama
terbentuk setelah tanaman berumur 10 hari setelah tanam, maksimum 50-60 hari dan tergantung varietas. Selanjutnya pada batang bawah anakan pertama tumbuh tumbuh anakan kedua pada buku pertama dan memiliki perakaran sendiri. Pada buku pertama pada batang anakan ke dua tumbuh anakan ketiga dengan bentuk yang serupa dengan anakan ke dua dan pertama. Daun merupakan bagian dari tanaman yang berwarna hijau karena mengandung klorofil (zat hijau daun) yang menyebabkan daun tanaman dapat mengelola sinar radiasi surya menjadi karbohidrat atau energi untuk tumbuh kembangnya organ-organ tanaman lainnya. Daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang-seling, satu daun pada tiap buku. Tiap daun terdiri atas helai daun, pelepah daun yang membungkus ruas, telinga daun, lidah daun (ligule). Adanya telinga dan lidah daun pada padi dapat digunakan untuk membedakannya dengan rumput-rumpurtan pada stadia bibit (seedling) karena daun rumput-rumputan hanya memiliki lidah/teling daun atau tidak ada sama sekali (Azhar, 2010). Selain daun, juga ada tajuk.
Tajuk merupakan kumpulan daun yang
tersusun rapi dengan bentuk, orientasi dan besar (dalam jumlah dan bobot) nya teratur antar varietas padi. Tajuk menangkap radiasi surya untuk fotosintesis.
12
Bentuk tajuk dapat dinyatakan dalam nilai menggunakan parameter statistik, skewness yaitu kesimetrisan distribusi luas daun (Karim dan Suhartatik, 2009). Bunga padi disebut juga dengan malai.
Tiap unit bunga pada malai
disebut spikelet. Bunga padi memiliki tangkai, perhiasan dan daun mahkota. Daun mahkota terbesar disebut palea dan daun mahkota kecil disebut lemma, didalamnya terdapat bakal buah (Kariopsis). Di atas bakal buah ada dua kepala putik, dibawah buah tumbuh enam filamen benang sari. Pada saat bunga padi dewasa membuka, palea dan lemma membentuk sudut 30o-60o.
Keduanya
membuka pada saat siang hari kisaran pukul 10-12 dengan suhu berkisar antara 30o-32oC. Apabila kondisi seperti ini terpenuhi, maka akan terjadi penyerbukan. Gabah atau buah padi adalah ovary yang telah masak kemudian bersatu dengan lemma dan palea. Tanaman padi memiliki gabah yang terdiri atas biji yang terbungkus oleh sekam. Biji yang telah dikupas akan menjadi beras, beras dikenal juga dengan karyopsis, karyopsis terdiri atas janin (embrio) dan endosperma yang diselimuti oleh lapisan aleuron, kemudian tegmen dan lapisan terluar disebut perikarp. 2.2 Faktor Lingkungan Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500-2000 mm. Tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi yaitu tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dan diperlukan air dalam jumlah yang cukup.
Tumbuh di daerah
13
tropis/subtropis pada 450LU sampai 450 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan (Gani, 2007). Lingkungan yang baik sangat diperlukan bagi tanaman padi dalam usaha meningkatkan produksi.
Lingkungan tersebut terdiri dari lingkungan alami dan
buatan manusia. Lingkungan alami mencakup unsur iklim seperti : cuaca, tanah, curah hujan, intensitas cahaya, angin, kelembapan dan lingkungan biotik (Setiawan, 2010). 2.3 Teknologi Produksi Kompos merupakan bahan organik yang terdiri dari sisa-sisa tanaman, hewan, ataupun sampah-sampah kota yang telah mengalami pelapukan sebelum bahan tersebut ditambahkan ke dalam tanah. Kompos merupakan suatu campuran untuk pemupukan atau perbaikan lahan, berupa campuran pupuk dari beberapa bahan seperti gambut, jamur daun, rabuk, kapur, dan lain-lain yang kemudian ditumpuk dan didekomposerkan. Pupuk kompos merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik yang diurai (dirombak) oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk organik sangat penting sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan. Penggunaan pupuk kompos pada sistem pertanian sangat dianjurkan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pemakaian pupuk kompos juga dapat memberi pertumbuhan dan hasil tanaman yang baik. Penggunaan pupuk kompos juga telah diteliti pada beberapa tanaman selain padi, seperti pada tanaman kentang, jagung manis dan tanaman bawang merah. Penggunaan pupuk organik
14
kompos secara umum dapat digunakan sebagai substitusi pupuk kimia yang memberikan hasil yang baik. Menurut Artarizqi (2013), microbacter Alfaafa (MA-11) adalah hasil pengembangan bakteri mikrobia yang bersumber dari alfaafa yang dipadukan dengan bakteri dari rumen sapi, dengan teknis pengembangan secara canggih. Bakteri ini sangat membantu peningkatan petani dalam pengembangan pertanian yang berwawasan pada pelestarian kesuburan tanah dan sumber daya alam. Bakteri rumen sapi sendiri dari kumpulan mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam proses pengolahan pupuk kandang, kompos, pupuk organik cair dan sekaligus mampu memperbaiki tingkat kesuburan tanah dan memberikan kehidupan didalam tanah. Mikroorganisme yang terdapat dalam MA-11 adalah bakteri pengurai selulosa, bakteri pengurai hemiselulosa, bakteri pengurai pati, bakteri pengurai gula, bakteri pengurai protein, bakteri rizobium alfaafa. Dengan kolaborasi beberapa bakteri ini dapat menjadikan MA-11 adalah dekomposer paling cepat yang ada dipasaran saat ini. Dengan hanya membutuhkan waktu 12 jam maka hasil fermentasi pupuk kompos sudah bisa langsung digunakan. Kompos dapat menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan porositas tanah, serta komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, menyimpan air tanah lebih lama, dan mencegah lapisan kering pada tanah. Kompos juga menyediakan unsur hara mikro dan makro bagi tanaman, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, mencegah beberapa penyakit akar, dan dapat menghemat pemakaian pupuk kimia atau pupuk buatan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia.
15
III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Laporan Tugas Akhir ini ditulis berdasarkan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa yang dilaksanakan pada 26 Maret sampai dengan 13 Juni 2015 di Dusun VI Desa Pematang setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Berdagai, Provinsi Sumatera Utara. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada budidaya padi sawah ini yaitu cangkul, bajak, plastik, karung, caplak, ember, Hand tractor. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu benih padi varietas Ciherang, Insektisida, kompos, pupuk Urea, KCl, SP-36. 3.3. Metode Laporan Tugas Akhir ini ditulis berdasarkan hasil percobaan sederhana tentang budidaya tanaman padi sawah dengan menerapkan dan membandingkan perlakuan teknologi kompos jerami dengan tanpa aplikasi kompos jerami. Cara mengetahui perbedaan parameter pengamatan masing-masing aplikasi perlakuan dilakukan uji t pada taraf 5 % dan 1 % dengan rumus sebagai berikut:
Dimana :
Keterangan : X
= Nilai masing - masing variabel pengamatan pada aplikasi Kompos.
16
Y
= Nilai masing - masing variabel pada tanpa kompos.
Mx,my
= Rata - rata nilai variabel x dan y.
N
= Jumlah sampel tanaman.
SDx,Sdy
= Standar deviasi variabel x dan y.
Hipotesis : Ho = Aplikasi Kompostidak mampu meningkatkan pertumbuhan dan
produksi
tanaman padi sawah. H1 = Aplikasi kompos mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah. 3.4. Pelaksanaan 3.4.1 Pembuatan Kompos Jerami Dalam pembuatan kompos jerami dibutuhkan jerami kering, pupuk kandang, dolomit, gula, air dan aktifator MA- 11. Adapun langkah - langkah dalam pembuatan pupuk kompos jerami adalah sebagai berikut:
Jerami yang sudah dicincang sebanyak 1 ton lalu ditumpukkan ke dalam gudang .
Setelah itu jerami dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 100 kg, dolomit sebanyak 10 kg, gula sebanyak 1 kg dan dedak sebanyak 10 kg, lalu diaduk secara merata .
Kemudian menyiramkan aktifator MA- 11 sebanyak 1 liter dan dicampur dengan air sebanyak 100 liter dengan menggunakan gembor .
Kemudian jerami ditutup dengan plastik terpal warna hitam.
17
Setelah jerami ditutup selama 10 hari, maka jerami sudah dapat dijadikan sebagai kompos. Kompos digunakan ke lahan dengan cara ditabur ke lahan pada saat pengolahan tanah.
3.4.2 Pengadaan benih Benih yang digunakan adalah varietas Ciherang. Kebutuhan benih 1 ha adalah 25 kg setara dengan 0,5 kg benih per 200 m2 termasuk benih untuk penyulaman. 3.4.2 Pengolahan tanah dan pemberian kompos Pengolahan tanah dilakukan tiga kali. dilakukan pembajakan menggunakan traktor.
Pengolahan tanah pertama Proses pembajakan dilakukan
dengan cara membalikkan lapisan tanah agar sisa-sisa tanaman seperti rumput dan jerami dapat terbenam. Setelah pembajakan dibiarkan beberapa hari, agar terjadi proses fermentasi untuk membusukkan sisa tanaman. Setelah pengolahan tanah pertama dilakukan dilanjutkan dengan pemberian pupuk kompos sebanyak 5 ton/ha setara dengan 100 kg/200 m2 dengan kondisi air macak-macak, tujuan dilakukannya penaburan pupuk kompos sebelum pengolahan tanah kedua yaitu agar terjadi pencampuran yang maksimal di lahan sawah.
Pengolahan tanah
kedua dilakukan menggunakan hand traktor dengan melakukan penggaruan untuk melumpurkan dan meratakan tanah. Tujuan dari pengolahan tanah adalah untuk memperbaiki kondisi tanah, untuk memperlancar sirkulasi udara, terutama oksigen didalam tanah agar menjadi lebih baik.
18
3.4.4 Persemaian Persemaian padi disiapkan 20 hari sebelum dilakukan penanaman. Persemaian dilakukan di lahan sawah (persemaian basah).
Tanah untuk
persemaian diolah menggunakan cangkul kemudian diratakan menggunakan garu. Setelah tanah rata dilakukan pembuatan bedengan dengan luas 5% dari luas lahan pertanaman yaitu 10 m2. Selanjutnya dibuat bedengan dengan panjang 8 m, lebar 1,25 m, tinggi 20 cm. Benih yang sudah direndam selama 1 hari lalu ditiriskan di dalam karung setelah itu benih disemaikan diatas bedengan yang telah disediakan. 3.4.5
Penanaman. Petakan sawah yang telah selesai diolah, selanjutnya dibuat jalur untuk
memudahkan penanaman secara bergaris yang teratur dengan menggunakan alat caplak. Jarak tanam yang digunakan 30 x 30 cm, sementara bibit di persemaian yang siap untuk dipindahkan umurnya setelah mencapai 15-20 hari. Bibit tersebut dicabut secara hati-hati supaya akarnya terangkut dan tidak terpotong-potong. Bibit yang sudah dicabut kemudian ditanam di petakan sawah dengan masingmasing rumpun sebanyak 3 batang/rumpun. Setelah bibit ditanam, air dipetakan sawah dibiarkan macak- macak selama 3-5 hari. 3.4.6 Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan dengan tujuan, supaya tanaman dapat tumbuh secara optimal dan dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Pemeliharaan terdiri dari penyulaman, pengairan, penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit.
19
a. Penyulaman Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 10 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan terhadap rumpun padi mati atau tumbuh abnormal. Bibit yang digunakan untuk penyulaman berasal dari dederan. Dederan merupakan bibit padi cadangan atau persediaan untuk mengganti bibit padi yang mati setelah dilakukan pindah tanam. b. Penyiangan Penyiangan dilakukan untuk membuang gulma dan tanaman lain yang terdapat di sekitar tanaman. Sementara itu pengendalian gulma dilakukan dengan dengan cara mekanik . Pengendalian gulma secara mekanik, yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan alat bantu seperti: landak dan grendel yang dapat mempercepat penyiangan. Pengendalian secara mekanik juga dapat dilakukan dengan cara mencabut gulma.
Keuntungan dari pengendalian gulma secara
mekanik, yaitu membantu penggemburan tanah di sekitar tanaman, ramah lingkungan, lebih ekonomis dan dapat meningkatkan jumlah volume udara di dalam tanah c. Pengairan Air merupakan faktor terpenting untuk bercocok tanam, karena suatu sistem pengairan yang baik akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang optimal. Mengingat pentingnya fungsi air bagi tanaman padi sawah, maka pengaturan pemberian air perlu diperhatian sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemberian air untuk tanaman padi di berbagai daerah berbeda-beda dan tergantung dari iklim, tanah, kebutuhan tanaman dan kebiasaan petani.
20
Faktor yang diperhatikan dalam pengairan, yaitu mengetahui periode kritis dari pertumbuhan tanaman, misalnya kekurangan air pada fase pertumbuhan, bunting dan pembuahan.
Adapun titik kritis tersebut dapat mengakibatkan
sterilisasi sehingga menurunkan hasil padi dan juga jumlah bulir pada tiap malai. Teknik pengairan yang digunakan adalah pengairan terputus-putus (Intermiten), dengan tujuan
diterapkannya pengairan tersebut yaitu untuk
memperbaiki aerase atau kandungan udara dalam tanah. d. Pemupukan Pemupukan bertujuan untuk merangsang pertumbuhan, pemberian pupuk sesuai dosis anjuran merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Dosis pupuk yang digunakan yaitu Urea 200 kg/ha setara dengan Urea 4 kg/200 m2, SP-36 150 kg/ha setara dengan SP-36 3 kg/200 m2 dan KCl 100 kg/ha setara dengan KCl 2 kg/200 m2. Pemberian pupuk dilaksanakan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat tanaman berumur 14 HST dengan dosis Urea 2 kg/200 m2, SP-36 3 kg /200 m2 dan KCl 2 kg/200 m2 dan pemupukan kedua saat tanaman berumur 42 HST dengan pemberian Urea 2 kg/200 m2 . e. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama terhadap tanaman padi dilakukan pada saat ada serangan hama, dan dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida yang sesuai dengan hama sasaran dan tepat dosis. Prinsip pengendalian hama adalah meminimalisir kerusakan dan kehilangan hasil panen.
Pada kegiatan ini dilakukan aplikasi
beberapa jenis insektisida sesuai dengan hama yang ada. Adapun insektisida yang digunakan yaitu insektisida yang berbahan aktif Pimetrozin dengan hama sasaran wereng coklat, lembing batu/kepending tanah, insektisida berbahan aktif
21
karbofuran digunakan
untuk membunuh hama penggerek, dan insektisida
berbahan aktif BPMC untuk membunuh hama walang sangit. f. Panen dan Pasca Panen Penentuan
saat
panen
penting
dilakukan
untuk
mendapatkan
kuwalitas/mutu gabah yang baik. Pemanenan dilakukan apabila kemasakannya telah mencapai 90% atau pada periode masak optimum, yaitu 33-36 hari setelah berbunga atau bila gabah 95% telah menguning, dengan kadar air gabah 21-26% Untuk lebih memastikan padi sudah siap untuk dipanen adalah dengan cara menekan biji padi. Bila biji nya sudah keras berisi maka saat itu paling tepat untuk dipanen dengan menggunakan sabit. Kegiatan pasca panen merupakan perlakuan padi setelah dipanen meliputi perontokkan, pembersihan gabah, pengeringan dan penyimpanan.
Perontokan
benih adalah suatu usaha untuk melepaskan benih yang masih melekat pada malai. Perontokan dilakukan dengan dua cara pertama perontokan dengan menggunakan mesin dan kedua dengan tenaga manusia.
Pembersihan gabah adalah suatu
usaha untuk membuang benih atau kotoran lain yang masih tecampur dengan gabah.
Pembersihan gabah dari kotoran/limbah dilakukan dengan cara
menggunakan tangan dengan penghembusan oleh angin,
dan dengan
menggunakan cleaner (mesin pembersih). Pengeringan bertujuan agar gabah tetap utuh dan tidak berjamur sementara itu penyimpanan dilakukan hanya bersifat sementara. Pengeringan gabah dilakukan di bawah sinar matahari. Gabah yang dikeringkan ini dihamparkan di atas lantai jemur. tergantung pada kondisi cuaca.
Lamanya penjemuran
22
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi sawah ditentukan oleh bertambahnya ukuran, berat dari organ tanaman itu sendiri. Untuk tanaman padi dilakukan pengamatan vegetatif yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan, sedangkan untuk pengamatan generatif jumlah malai/rumpun, jumlah bulir/malai, berat 1000 butir. Laju pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan/rumpun, jumlah anakan produktif, jumlah bulir/malai, berat 1000 biji tanaman padi sawah dapat dilihat pada Gambar 1, 2, 3, 4 dan 5. Tabel 1. Perbandingan pertumbuhan dan produksi pada budidaya padi dengan aplikasi pupuk kompos dan tanpa pupuk kompos Perlakuan Variabel Pengamatan
Satuan
t-hitung Teknologi
Kontrol
Tinggi tanaman
Cm
98.1
87.3
10.18**
Jumlah anakan/rumpun
buah
57.1
45.2
10.97**
Jumlah anakan produktif
buah
33.4
21
15.85**
Jlh bulir/malai
biji
165
135
9.66**
Berat 1000 biji
G
26
20
14.11**
Produksi/luas lahan
Kg
5000
3.500
-
23
tinggi tanaman (cm)
120 100
80 60
Kompos
40
tanpa kompos
20 0 2
3
4
5
6
umur tanaman (mst) Gambar 1. Laju pertumbuhan tinggi tanaman padi sawah. Jika dilihat dari rata-rata tinggi tanaman yang ada di atas dengan aplikasi teknologi kompos lebih tinggi dari pada tanpa teknologi kompos.
jumlah anakan/rumpun (batang)
70 60 50 40 30
Kompos
20
Tanpa kompos
10 0
2
3 4 5 6 umur tanaman (mst)
7
Gambar 2. Jumlah anakan tanaman padi sawah . Jika dilihat dari jumlah anakan/rumpun tanaman padi sawah yang ada di atas dengan aplikasi teknologi kompos lebih banyak anakannya dari pada tanpa teknologi kompos .
24
Jumlah anakan produktif (batang)
40 35 30 25 20 15 10 5 0
Kompos
Tanpa kompos Perlakuan
Gambar 3.Jumlah anakan produktif tanaman padi sawah. Jika dilihat jumlah anakan produktif tanaman padi sawah dengan aplikasi teknologi kompos lebih banyak dibandingkan dengan tanpa aplikasi teknologi kompos.
180
jumlah bulir/ malai
160 140 120 100 80 60 40 20 0
Kompos
Tanpa Kompos Perlakuan
Gambar 4. Jumlah bulir/malai tanaman padi sawah
25
Jika dilihat jumlah bulir/malai tanaman padi sawah dengan aplikasi teknologi kompos lebih banyak dibandingkan dengan tanpa aplikasi kompos.
30
Bobot 1000 biji/g
25 20 15 10 5 0 Kompos
tanpa kompos Perlakuan
Gambar 5. Berat 1000 biji tanaman padi sawah Jika dilihat berat 1000 biji padi dengan aplikasi teknologi kompos lebih berat dibandingkan dengan tanpa aplikasi kompos. 4.2 Pembahasan Dari Tabel 1. Terlihat bahwa tinggi tanaman dan jumlah anakan/rumpun dengan teknologi aplikasi kompos jerami lebih tinggi pertumbuhan nya dibandingkan dengan tanpa aplikasi kompos jerami.
Kompos jerami sangat
mempengaruhi proses pertumbuhan dari tanaman padi sawah karena kompos jerami mampu meningkatkan kesuburan biologis tanah karena mengandung gabungan mikroba unggul, mengefektifkan penggunaan pupuk anorganik khususnya dalam meningkatkan ketersediaan hara N, P, K sehingga meningkatkan hasil panen, menghasilkan zat pengatur tumbuh yang dapat merangsang pertumbuhan akar sehingga tanaman menjadi lebih sehat dan merombak bahan
26
organik dalam tanah sehingga menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Hadisuwito (2007) menyatakan bahwa fungsi unsur hara N yaitu membentuk protein dan klorofil, fungsi unsur P sebagai sumber energi yang membantu tanaman dalam perkembangan fase vegetatif, fungsi Ca untuk mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan menguatkan batang, unsur K berfungsi dalam pembentukan protein dan karbohidrat serta fungsi dari unsur S membantu dalam pembentukan asam amino, dan membantu proses pertumbuhan lainnya, juga ada unsur hara mikro Fe, Zn yang tersedia dan diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Dari Tabel 1, terlihat bahwa jumlah anakan produktif, jumlah bulir/malai dan berat 1000 biji, dengan teknologi aplikasi kompos jerami berbeda sangat nyata dibandingkan dengan tanpa aplikasi kompos jerami, hal ini disebabkan karena kompos jerami dapat menyediakan unsur hara yang di butuh oleh tanaman padi, memperkuat daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit dan disebabkan pengaruh kompos jerami yang diberikan pada saat pengolahan tanah padi sawah sehinga unsur hara dapat dimanfaatkan tanaman saat tanaman membutuhkan untuk proses pertumbuhan. Jika dilihat perbandingan hasil produksi tanaman padi dengan aplikasi kompos jerami lebih tinggi di bandingkan dengan tanpa aplikasi kompos jerami, dengan aplikasi kompos jerami hasil produksinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang tanpa aplikasi kompos jerami. Hal ini disebabkan karena kompos jerami mengandung unsur hara yang berperan dalam pembentukan gabah atau bulir. Jika dilihat dari hasil tanaman padi dengan aplikasi kompos jerami sekitar 5
27
ton/ha sedangkan hasil dari tanpa aplikasi kompos jerami sekitar 3,5 ton/ha. Tingginya produksi
tanaman padi sejalan dengan meningkatnya persentase
peningkatan produksi 15-20% pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman dan jumlah anakan)
sehingga mendukung pertumbuhan generatif (jumlah malai/tanaman,
jumlah butir/malai, bobot 1000 bulir dengan melalui aplikasi kompos jerami pada tanaman padi sawah. Iskandar
(2003)
Peranan kompos
jerami
terhadap
produksi,
dapat
meningkatkan pembentukan anakan produktif sehingga menjadi lebih tinggi jumlah malai/rumpun dan bobot 1000 biji. Kompos jerami mengandung berbagai macam mikroorganisme yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan pembentukan anakan tanaman, kompos jerami mengandung sejumlah bakteri fotosintesis dan bakteri pengikat nitrogen di dalam daun tanaman pada beberapa spesies yang diuji.
Meningkatnya jumlah anakan padi diduga karena adanya peningkatan
ketersediaan unsur hara N dalam mendorong pembelahan dan pembesaran sel dalam daun melalui aktifitas hormon lingkungan dan tidak berbahaya bagi tanaman hewan dan manusia karena dibuat dari bahan alami.
28
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemanfaatan kompos jerami memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman 98,1 cm dan jumlah anakan/rumpun 57,1 batang pada tanaman padi sawah berdasarkan uji t. 2. Pemanfaatan kompos jerami
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap
jumlah anakan produktif 33,4 batang, jumlah bulir/malai 165 biji, bobot 1000 biji 26 g dan produksi 5 ton pada tanaman padi sawah berdasarkan uji t. 5.2. Saran Melihat dari keuntungan atau manfaat dan pengaruh kompos jerami terhadap tanaman padi sawah maka dapat disarankan kepada petani yang ada di Desa Pematang Setrak, Sumatera Utara dan sekitarnya, untuk dapat menerapkan teknologi kompos jerami untuk menghasilkan produksi padi lebih tinggi bila digunakan sebagai konsumsi.
29
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, A. 2006. Budidaya padi secara organik. Penebar Swadaya, Jakarta. 96 hal. Artarizqi, A.T. 2012. MA11, Kolaborasi Mikroba Super.Skripsi.IPB. Bogor Astiningrum, M. 2005. Manajemen Persampahan, Majalah Ilmiah Dinamika Universitas Tidar Magelang 15 Agustus 2005. Magelang 8 hal. Azhar, C. 2010. Kajian morfologi dan produksi tanaman padi (Oryza sativa L.) Varietas cibogo hasil radiasi sinar gamma Pada generasi M3. Fakultas Pertanian, Medan. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Penerbit agromedia. Jakarta
2009.
Deskripsi Varietas Padi.
Gani. 2007. Modul Blok I. Budidaya padi. Pelatihan Manajemen dan Teknologi Agribisnis.IPB. Bogor. Hadisowito. S. 2007. Membuat Pupuk Kompos. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta. Iskandar. S. 2003. Pengaruh Kompos Terhadap Produksi Padi. Agrotropika Vol VIII(2):6-10
Jurnal
Karim Makarim, A dan E. Suhartatik. 2009. Morfologi dan fisiologi tanaman padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. http://www.litbang.pertanian.go .id/special/padi/bbpadi_2009_itkp_11.pdf. Diakses tanggal 08 Agustus 2015. Koswara, S. 2009. Teknologi pengolahan beras (teori dan praktek). Ebok pangan. Com. http://tekpan.unimus.ac.id/wp content/uploads/2013/07/Tekn ologi-Pengolahan-Beras-Teori-dan-Praktek.pdf.Diakses tanggal 2 juni 2015. Salikin, K. A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Setiawan. 2010. Produksi padi sawah. Jakarta. Bumi aksara bekerja dengan pusat antar Universitas ilmu hayat IPB Bogor. Sutanto, R. 2006. Penerapan Pertanian Organik (Pemasyarakatan dan Pengembangannya). Penerbit Kanisius. Yogyakarta
30
LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Ciherang Nomor seleksi
: S3383- ID-PN-41-3-1
Asal persilangan
: IR18349-53-1-3-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64
Golongan
: Cere
Umur Tanaman
:110-120 hari
Bentuk tanaman
: tegak
Tinggi Tanaman
: 107-115 cm
Anakan produktif
: 14- 17 batang
Warna kaki
: hijau
Warna batang
:hijau
Warna telinga daun
: tidak berwarna
Warna lidah daun
: tidak berwarna
Warna daun
: hijau
Muka daun
: kasar pada sebelah daun
Posisi daun
: tegak
Daun bendera
: tegak
Bentuk gabah
: panjang Ramping
Warna gabah
: kuning bersih
Kerontokan
: sedang
Kerebahan
: sedang
Tekstur nasi
: pulen
Kadar amilosa
: 23%
Indeks glikemik
: 58
Bobot 1000 butir
: 28 g
Potensi hasil
: 5-6 ton/ha
31
TahanHama penyakit :Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3 Tahan terhadap hawar daun bakteri strai III dan IV Anjuran tanam Pemulia
: Baik ditanam dilahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl : tarjat T,Z.A. Simanullang, E. Sumadi
Dilepas tahun
: 2000
Sumber : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi . 2009. Deskripsi Varietas Padi.
32
Lampiran 2. Pengamatan Tinggi Tanaman Pengamatan tinggi tanaman Teknologi N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2 MS T 38 44 35 37 40 28 37 42 32 36 39 38 35 40 37
3 MS T 50 52 52 48 49 51 53 46 52 50 49 50 52 47 46
4 MS T 70 67 72 77 67 68 71 67 66 67 71 69 72 70 62
5 MS T 79 87 86 86 80 78 81 83 82 83 75 83 83 80 79
Tanpa Teknologi 6 MS T 89 94 100 98 88 84 110 95 96 87 84 90 83 84 85
7 MS T 102 106 110 101 96 87 113 102 96 87 88 103 92 101 87
2 MS T 32 36 37 35 36 33 27 35 29 30 35 37 38 39 33
3 MS T 38 40 38 37 36 40 39 43 35 40 42 38 45 46 39
4 MS T 52 53 55 60 54 56 51 49 52 60 54 62 70 60 50
5 MS T 70 62 61 70 64 65 67 64 62 64 65 69 79 72 81
6 MS T 80 82 80 75 74 75 72 74 70 71 81 82 88 90 77
7 MS T 99 89 91 82 80 80 84 85 75 77 91 89 102 94 91
33
Lampiran 3. Uji t Tinggi Tanaman Padi Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rerata Ʃ Ʃ ..² Mean N SD Df T hitung
X-rerata x
Nilai X 102 106 110 101 96 87 113 102 96 87 88 103 92 101 87
Y 99 89 91 82 80 80 84 85 75 77 91 89 102 94 91
98.1
87.3
Y-rerata y 11.7 1.7 3.7 -5.3 -7.3 -7.3 -3.3 -2.3 -12.3 -10.3 3.7 1.7 14.7 6.7 3.7
15.47 62.94 142.40 8.60 4.27 122.47 223.00 15.47 4.27 122.47 101.34 24.34 36.80 8.60 122.47
137.67 3.00 13.94 27.74 52.80 52.80 10.67 5.14 150.47 105.40 13.94 3.00 217.07 45.34 13.94
0.0
0.0
1014.9
852.9
1014.9 852.9 98.1 87.3 15 15 8.23 7.54 28 10.18
2.02
t hitung < 10.18
y²
3.9 7.9 11.9 2.9 -2.1 -11.1 14.9 3.9 -2.1 -11.1 -10.1 4.9 -6.1 2.9 -11.1
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5%
x²
t tab 1 %
Hasil
> 2.71
HS
34
Lampiran 4. Uji t Jumlah Anakan/rumpun Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rerata Ʃ
Nilai X-rerata x X Y 50 59 1.8 50 59 1.8 50 50 -7.2 30 48 -9.2 41 46 -11.2 32 43 -14.2 42 56 -1.2 42 53 -4.2 45 59 1.8 51 60 2.8 55 63 5.8 56 62 4.8 50 62 4.8 51 69 11.8 43 69 11.8 57.2 45.9 0.00
Ʃ ..² Mean N SD df T hitung
Y-rerata y 4.1 4.1 4.1 -15.9 -4.9 -13.9 -3.9 -3.9 -0.9 5.1 9.1 10.1 4.1 5.1 -2.9 0.0
x²
3.24 17.08 3.24 17.08 51.84 17.08 84.64 251.75 125.44 23.68 201.64 192.28 1.44 14.95 17.64 14.95 3.24 0.75 7.84 26.35 33.64 83.42 23.04 102.68 23.04 17.08 139.24 26.35 139.24 8.22 858.4
858.4 57.2 15 7.56
t hitung
2.02
< 10.97
>
813.7 813.7 45.9 15 7.37 28 10.97
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5%
y²
t tab 1 %
Hasil
2.71
HS
35
Lampiran 5. Uji t Jumlah Anakan Produktif Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rerata Ʃ
Nilai X Y 28 32 22 32 19 30 17 25 19 24 18 30 29 30 15 32 26 40 19 42 15 41 17 40 27 40 21 40 21 40 34.5 20.9
Ʃ ..² Mean N SD df T hitung
X-rerata x -2.5 -2.5 -4.5 -9.5 -10.5 -4.5 -4.5 -2.5 5.5 7.5 6.5 5.5 5.5 5.5 5.5
Y-rerata y 7.1 1.1 -1.9 -3.9 -1.9 -2.9 8.1 -5.9 5.1 -1.9 -5.9 -3.9 6.1 0.1 0.1
x²
y²
6.42 6.42 20.55 90.88 110.95 20.55 20.55 6.42 29.88 55.75 41.82 29.88 29.88 29.88 29.88
50.88 1.28 3.48 14.95 3.48 8.22 66.15 34.42 26.35 3.48 34.42 14.95 37.62 0.02 0.02
0.00
0.0
529.7
299.7
529.7 34.5 15 5.94
299.7 20.9 15 4.47 28 15.85
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5%
t hitung
2.02
< 15.85
t tab 1 % > 2.71
Hasil HS
36
Lampiran 6. Uji t Jumlah Bulir/malai Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rerata Ʃ
Nilai X-rerata x X Y 210 242 72.0 150 178 8.0 95 113 -57.0 150 180 10.0 85 100 -70.0 184 182 12.0 190 190 20.0 117 117 -53.0 157 157 -13.0 170 170 0.0 140 175 5.0 130 170 0.0 144 109 -61.0 150 170 0.0 155 170 0.0 170.0 148.5 -127.00
Ʃ ..² Mean N SD df T hitung
Y-rerata y 61.5 1.5 -53.5 1.5 -63.5 35.5 41.5 -31.5 8.5 21.5 -8.5 -18.5 -4.5 1.5 6.5
x²
y²
5184.00 64.00 3249.00 100.00 4900.00 144.00 400.00 2809.00 169.00 0.00 25.00 0.00 3721.00 0.00 0.00
3786.35 2.35 2858.68 2.35 4028.02 1262.62 1725.02 990.15 72.82 463.68 71.68 341.02 19.95 2.35 42.68
0.0 20765.0 15669.7
20765.0 170.0 15 37.21
15669.7 148.5 15 32.32 28 9.66
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% 2.02
t hitung < 9.66
t tab 1 % > 2.71
Hasil HS
37
Lampiran 7. Uji t Bobot 1000 Biji Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nilai X 28 27 26 27 25 25 28 27 27 26 25 24 25 26 24
Rerata Ʃ
26.0
Ʃ ..² Mean N SD Df T hitung
24.0 26.0 15 1.26
XYY rerata x rerata y 22 2.0 2.0 21 1.0 1.0 20 0.0 0.0 21 1.0 1.0 19 -1.0 -1.0 19 -1.0 -1.0 22 2.0 2.0 21 1.0 1.0 21 1.0 1.0 20 0.0 0.0 19 -1.0 -1.0 18 -2.0 -2.0 19 -1.0 -1.0 20 0.0 0.0 18 -2.0 -2.0
x²
y²
4.00 1.00 0.00 1.00 1.00 1.00 4.00 1.00 1.00 0.00 1.00 4.00 1.00 0.00 4.00
4.00 1.00 0.00 1.00 1.00 1.00 4.00 1.00 1.00 0.00 1.00 4.00 1.00 0.00 4.00
24.0
24.0
20.0 0.00
0.0
24.0 20.0 15 1.26 28 14.11
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5%
t hitung
t tab 1 %
2.02
< 14.11 > 2.71
Hasil HS
38
Lampiran 8. Dokumentasi kegiatan PKPM
Pembuatan kompos
Aktivator MA-11
Kompos yang sudah jadi
Pengolahan tanah
Penanaman padi
Pemasangan sampel
Pemupukan padi
Tanaman padi berumur 80 hst