Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 16-25 ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI DOSIS AZOLLA SEGAR DAN KOMPOS KULIT BUAH KAKAO Effect of Various Dosage of Fresh Azolla and Cocoa Rind Compost on Growth and Production of Lowland Rice (Oryza sativa L.) 1)
1)
Oleh:
2*)
Nasrudin , Laode Sabaruddin , dan La Ode Safuan
2)
Alumni S2 Program Studi Agronomi PPs Universitas Haluoleo 2) Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari. *)
Alamat surat-menyurat:
[email protected]
ABSTRACT. The aim of this research was to study the effect of various dosage of fresh Azolla and cocoa rind compost on growth and production of lowland rice (Oryza sativa L.). The research was conducted at Palarahi Village, Wawotobi Sub-District, Konawe District, Southeast Sulawesi, from November 2010 to March 2011. The factorial Randomized Block Design with two factors treatment and three replications was used in this experiment. The first factor was fresh azolla consisted of five levels, i.e.: without fresh azolla (A0), 0,75 tons ha-1 (A1), 1,50 tons ha-1 (A2), 2,25 tons ha-1 (A3), 3 tons ha-1 (A4) and the second factor was cocoa rind compost consisted of four levels, namely; without cocoa rind compost (K0), 2 tons ha-1 (K1), 4 tons ha-1 (K2), 6 tons ha-1 (K3). The parameters observed were plant height, maximum number of the tillers, number of productive tillers, leaf area index, panicle length, number of grains per panicle, the amount of grain contained per panicle, weight of 1000 grain per plot and production of dry milled grain ha-1. The reseach result showed that fresh azolla and cocoa rind compost treatment gave the interaction to the panicle length, number of grains per panicle and the number of grains per panicle. The best panicle length was obtained at a dose of fresh azolla 2,25 t ha-1 along to the 25,35 cm, while the number of grains per panicle most fresh azolla was obtained at doses of 1,5 t ha-1 and cocoa rind compost doses of 6 t ha-1 with the average number of 137,89 grains. The average number of grains contain per panicle ever obtained in the treatment of cocoa rind compost 4 t ha-1 as much as 127,85 grains. Cocoa rind compost treatment independent influence on the maximum number of tillers, number of productive tillers and dry milled rice production. The highest maximum number of tillers on cocoa rind compost treatment obtained at 2 t ha-1 with the average yield of 20,96 tillers, while the most productive tillers obtained at the cocoa rind compost treatment of 6 t ha-1 with the average results of 17,19 puppies. For the production of dry milled grain was obtained at the highest cocoa rind compost treatment of 4 t ha-1 as much as 7,49 dry milled grain with the optimal dose of 4,8 t ha-1 to produce dry milled rice maximal production at 7,25 t ha-1. Key words: Cocoa rind compost, fresh azolla, lowland rice.
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian berbagai dosis azolla segar dan kompos kulit buah kakao terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah (Oryza sativa L.). Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Palarahi, Kecamatan Wawotobi, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara mulai dari bulan Oktober 2010 hingga Maret 2011. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dalam faktorial yaitu, faktor pertama adalah azolla segar terdiri atas tanpa azolla segar (A0), 0,75 ton ha-1 (A1), 1,50 ton ha-1 (A2), 2,25 ton ha-1 (A3), 3 ton ha-1 (A4) dan faktor ke dua terdiri atas tanpa kompos kulit buah kakao (K0), 2 ton ha-1 (K1), 4 ton ha-1 (K2), 6 ton ha-1 (K3) dengan 3 ulangan. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, indeks luas daun, panjang malai, jumlah gabah per malai, jumlah gabah berisi per malai, bobot 1000 butir gabah dan produksi gabah kering giling ha-1. Hasil penelitian menun-jukkan bahwa terdapat interaksi antara azolla segar dan kompos kulit buah kakao terhadap panjang malai, jumlah gabah per malai dan jumlah gabah berisi per malai. Panjang malai terbaik diperoleh pada dosis azolla segar 2,25 t ha-1 sepanjang 25,35 cm, sedang jumlah gabah per malai terbanyak diperoleh pada dosis azolla segar 1,5 t ha-1 dan perlakuan kompos kulit buah kakao 6 t ha-1 dengan jumlah rata-rata 137,89 butir. Rata-rata jumlah gabah berisi permalai terbanyak diperoleh pada perlakuan kompos 4 t ha-1 sebanyak 127,85 butir. Perlakuan kompos kulit buah kakao berpengaruh mandiri terhadap jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif dan produksi gabah kering giling. Jumlah anakan maksimum terbanyak diperoleh pada perlakuan kompos kulit buah kakao 2 t ha-1 dengan hasil rata-rata 20,96 anakan, sedangkan anakan produktif terbanyak diperoleh pada perlakuan kompos kulit buah kakao 6 t ha-1 dengan rata-rata 17,19 anakan. Untuk produksi gabah kering giling tertinggi diperoleh pada perlakuan kompos kulit buh kakao 4 t ha-1 sebanyak 7,49 GKG dengan dosis optimal sebanyak 4,8 t ha-1 untuk menghasilkan produksi gabah kering giling maksimal sebesar 7,25 t ha-1. Kata kunci: Azolla segar, kompos kulit buah kakao, padi sawah.
16
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 16-25
PENDAHULUAN Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman yang umum diusahakan di Indonesia dan Sulawesi Tenggara khususnya. Secara umum penduduk Indonesia maupun di Provinsi Sulawesi Tenggara menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok dalam mencukupi kebutuhan pangan, di samping umbi-umbian, jagung dan sagu (Anonim, 2007). Meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dari tahun ketahun, menyebabkan kebutuhan pangan makin meningkat. Selain itu, bergesernya pola konsumsi masyarakat dari non beras ke beras menjadi salah satu pertimbangan mendasar yang memposisikan beras menjadi bahan pangan strategis nasional maupun di daerah. Salah satu penyebab rendahnya produksi padi sawah di Sulawesi Tenggara adalah rendahnya tingkat kesuburan tanah. Penerapan intensifikasi padi dengan asupan pupuk kimia dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu lama, serta kurangnya perhatian pengembalian bahan organik ke dalam sistem produksi padi sawah mengakibatkan terganggunya keseimbangan hara tanah dan penurunan kualitas sumberdaya lahan. Salah satu indikator menurunnya kualitas sumberdaya lahan sawah adalah menurunnya kandungan C-organik tanah. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa lahan sawah telah mengalami gejala “soil sickness”. Untuk itu, perlu upaya-upaya konservasi dan rehabilitasi sumberdaya lahan sawah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut yakni dengan penggunaan bahan organik pada usahatani padi sawah (Pramono, 2004). Melalui penambahan bahan organik pada tanah yang masam dengan kandungan Al tertukar tinggi, akan menyebabkan peningkatan pH tanah, karena asam-asam organik hasil dekomposisi akan mengikat Al membentuk senyawa komplek (khelat), sehingga Al tidak terhidrolisis. Bahan organik yang telah termineralisasi akan melepas mineral-mineral hara tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg dan S, serta hara mikro dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil (Atmojo, 2003). Pemanfaatan pupuk organik berupa pupuk hijau azolla (Azolla sp.) dan kompos kulit buah kakao merupakan alternatif untuk memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah dengan menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman. Azolla adalah tumbuhan paku (gulma air) yang banyak tersedia di areal persawahan, kolam dan air tergenang yang belum dimanfaatkan. Azolla tersebut mempunyai kemampuan memfiksasi nitrogen bebas dari udara dan kemudian menyediakannya untuk kebutuhan tanaman yang ada dilingkungannya termasuk tanaman padi
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
sawah. Azolla mengandung unsur hara N yang tinggi di samping P, Ca, K, Mg, Mn, Fe, protein kasar, lemak kasar, gula, amilum, klorofil, abu dan serat kasar. Demikian pula kulit buah kakao merupakan limbah perkebunan yang jumlahnya cukup banyak dan belum termanfaatkan. Sekitar 70% dari buah kakao merupakan limbah kulit buah kakao, sedang persentase biji buah kakao yang dimanfaatkan hanya sekitar 27-29%. Melalui pengomposan, kulit buah kakao menjadi sumber hara yang baik bagi tanaman, karena mengandung unsur hara K yang tinggi serta unsur lainnya seperti protein, glukosa, sukrosa, pektin, theobromin, N, C organik, P, Ca, dan Mg (Rosniawaty, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian berbagai dosis azolla segar dan kompos kulit buah kakao terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Palarahi, Kec. Wawotobi, Kab. Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. Analisis tanah, azolla dan kompos kulit buah kakao dilakukan di Laboratorium Tanah, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Unhalu, Kendari. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan Maret 2011. Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial dalam kelompok yang terdiri dari 2 (dua) faktor, faktor pertama adalah dosis azolla segar (A) yang terdiri atas lima taraf, yaitu: (a) Tanpa pem-1 berian azolla segar (A0), (b) Azolla segar 0,75 t ha (A1) atau 0,45 kg per petak, (c) Azolla segar 1,5 t -1 ha (A2) atau 0,90 kg per petak, (d) Azolla segar -1 2,25 t ha (A3) atau 1,35 kg per petak dan (e) Azolla -1 segar 3 t ha (A4) atau 1,80 kg per petak. Faktor kedua adalah dosis kompos kulit buah kakao (K) yang terdiri atas empat taraf, yaitu: (a) Tanpa pemberian kompos kulit buah kakao (K0), (b) Kompos -1 kulit buah kakao 2 t ha (K1) atau 1,2 kg per petak, -1 (c) Kompos kulit buah kakao 4 t ha (K2) atau 2,4 kg -1 per petak dan (d) Kompos kulit buah kakao 6 t ha (K3) atau 3,6 kg per petak. Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk urea, SP-36, KCl, azolla segar dan kompos kulit buah kakao. Azolla segar dan kompos kulit buah kakao diberikan 7 hari sebelum tanam dengan cara dibenamkan sesuai dengan dosis perlakuan. Pupuk urea, SP-36 dan KCl sebagai pupuk dasar diberikan secara merata pada semua petak perlakuan bersamaan tanam yang terdiri dari urea sebanyak 150 -1 kg ha atau 90 gram per petak, SP-36 sebanyak 100 -1 kg ha atau 60 gram per petak dan KCl sebanyak -1 100 kg ha atau 60 gram per petak. Pupuk SP-36
Nasruddin, et al., 2012. Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah……………………..
17
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 16-25
dan KCl diberikan 1 hari sebelum tanam, sedangkan -1 urea diberikan dalam 2 tahap yaitu 75 kg ha atau 45 gram per petak diberikan satu minggu setelah -1 tanam dan 75 kg ha diberikan 3 minggu setelah tanam. Pelaksanaan pemeliharaan tanaman padi sawah adalah sebagai berikut: penyulaman, pengaturan tata air, pengendalian gulma dan pengendalian hama. Pengamatan dilakukan terhadap komponen pertumbuhan dan komponen produksi, meliputi: jumlah anakan maksimum dan anakan produktif per rumpun, panjang malai (cm), jumlah gabah (butir) per malai, jumlah gabah isi, dihitung saat panen, -1 produksi gabah kering giling (t ha ). Analisis data dengan menggunakan sidik ragam. Apabila berpengaruh signifikan atau sangat signifikan, maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf kepercayaan 95%. Data produksi dinalisis dengan analisis regresi dan korelasi.
Hasil pengamatan jumlah anakan maksimum menunjukkan bahwa pemberian azolla segar dan interaksinya berpengaruh tidak nyata pada taraf kepercayaan 5%. Pemberian kompos kulit buah kakao nampak berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan jumlah anakan maksimum. Hasil uji BNT pada Tabel 2 nampak bahwa pengaruh tunggal pupuk kompos kulit buah kakao terhadap jumlah anakan maksimum tertinggi di-1 peroleh pada perlakuan 2 t ha yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian kompos kulit buah kakao, namun tidak berbeda nyata terhadap -1 perlakuan 4 dan 6 t ha . Jumlah anakan maksimum terendah diperoleh pada perlakuan tanpa pemberian kompos kulit buah kakao dan berbeda nyata dengan semua perlakuan. Pemberian kompos kulit buah kakao pada awal pertumbuhan padi dapat memperbaiki sifat fisik tanah dengan meningkatkan ruang udara (aerasi) yang cukup sehingga pertumbuhan akar padi berkembang sempurna dan pengambilan hara dalam tanah lebih luas. Terbentuknya anakan padi berlangsung antara umur 6-9 minggu setelah tanam untuk varietas yang dicobakan. Tabel 1. Pengaruh pemberian kompos kulit buah kakao terhadap jumlah anakan maksimum Tanpa kompos kulit buah kakao (K0)
Rerata jumlah anakan maksimum 17,77 a
Kompos kulit buah kakao 2 t ha-1 (K1)
20,96 b
Kompos kulit buah kakao 4 t ha-1 (K2) Kompos kulit buah kakao 6 t ha-1 (K3)
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
Hal ini mengindikasikan bahwa dengan pemberian kompos kulit buah kakao sudah mampu merangsang terbentuknya jumlah anakan dan diduga karena dengan penambahan bahan organik akan memperbaiki daya jelajah akar, meningkatkan KTK tanah dan menambah kadar hara tanah sehingga ketersediaan dan penyerapan hara oleh tanaman terutama nitrogen berlangsung dengan baik. Hasil pengamatan jumlah anakan produktif menunjukkan bahwa pemberian kompos kulit buah kakao secara mandiri berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan produktif padi sawah varietas Situ Bagendit, sedangkan pemberian azolla segar beserta interaksinya nampak tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan produktif. Ratarata jumlah anakan produktif beserta uji BNTnya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh pemberian kompos kulit buah kakao terhadap jumlah anakan produktif
HASIL
Perlakuan kompos kulit buah kakao
ISSN: 2089-9858
20,47 b 20,59 b
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama, berbeda nyata pada taraf uji α = 0,05; BNT(0,05) = 1,10
Perlakuan kompos kulit buah kakao
Rata-rata jumlah anakan produktif
Tanpa kompos kulit buah kakao (K0)
13,68 a
Kompos kulit buah kakao 2 t ha-1 (K1)
14,88 ab
Kompos kulit buah kakao 4 t ha-1 (K2)
15,99 bc
Kompos kulit buah kakao 6 t ha-1 (K3)
17,19 c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama, berbeda nyata pada taraf uji α = 0,05; BNT(0,05) = 1,54.
Hasil uji BNT pada Tabel 2 nampak bahwa pengaruh tunggal pupuk kulit buah kakao terhadap jumlah anakan produktif tertinggi diperoleh pada -1 perlakuan 6 t ha yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian kompos kulit buah kakao, -1 perlakuan 2 t ha , tetapi tidak berbeda nyata -1 dengan perlakuan 4 t ha . Jumlah anakan produktif terendah diperoleh pada perlakuan tanpa pemberian kompos kulit buah kakao yang tidak tidak berbeda nyata pada pemberian kompos kulit buah -1 kakao 2 t ha , tetapi berbeda nyata dengan perlakuan pemberian kompos kulit buah kakao 4 dan 6 -1 t ha . Melalui pemberian kompos kulit buah kakao sebagai sumber bahan organik diduga selain menyumbang hara kalium, fosfor dan nitorgen dan juga merupakan subtrat alami bagi peningkatan aktivitas mikroorganisma di dalam tanah dalam mendukung pertumbuhan komponen vegetatif dan produksi tanaman. Produksi malai atau anakan produktif tergantung pada banyaknya anakan yang dihasilkan dan jumlah anakan yang mati. Pada daerah yang miskin hara seperti prodsolik merah kuning dengan status hara N yang relatif rendah menyebabkan anakan yang dihasilkan tidak banyak, akibatnya
Nasruddin, et al., 2012. Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah……………………..
18
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 16-25
potensi menghasilkan jumlah anakan produktif menjadi rendah. Penambahan kompos kulit buah kakao ke dalam tanah nampak meningkatkan jumlah anakan produktif yang cenderung linear sampai melebihi deskripsi tanaman padi sawah Situ Bagendit. Hasil uji BNT pada Tabel 3 nampak bahwa pengaruh interaksi kedua faktor terhadap panjang malai tertinggi diperoleh pada perlakuan azolla -1 segar 3 t ha dengan tanpa kompos kulit buah kakao seluas 25,35 dan tidak berbeda nyata antara perlakuan pemberian azolla segar 2,25 dengan 6 t ha kompos kulit buah kakao sebesar 24,14 cm. Ratarata panjang malai terendah diperoleh pada perlakuan tanpa pemberian azolla segar dan tanpa kompos kulit buah kakao yang berbeda nyata dengan semua perlakuan. Tabel 3. Pengaruh interaksi antara pemberian azolla segar dan kompos kulit buah kakao terhadap panjang malai Pemberian azolla segar
Pemberian kompos kulit buah kakao K0 K1 K2 K3 18,96a 22,91a 23,03a 23,78ab A0 p q q q 23,61bc 23,77a 23,95a 23,65ab A1 p P p p 22,97b 23,69a 23,68a 24,14b A2 p p p p 25,35c 23,59a 23,63a 21,81a A3 q Pq pq p 23,02bc 23,66a 23,64a 23,44ab A4 p P p p BNT(0.05) 2,39 Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (p, q dan r) dan kolom yang tidak sama (a, b dan c), berbeda nyata pada taraf uji α = 0,05.
Hasil tersebut menujukkan bahwa pemberian azolla turut berperan dalam menghasilkan panjang malai, sebab dengan pemberian bahan organik pada tanah masam dapat meningkatkan serapan P karena setelah bahan organik terdekomposisi akan menghasilkan beberapa unsur hara seperti N, P dan K serta menghasilkan asam humat dan fulvat yang memegang peranan penting dalam pengikatan Fe dan Al yang larut dalam tanah sehingga ketersediaan P akan meningkat. Kurva hubungan pemberian bahan organik azolla segar pada berbagai dosis kompos kulit buah kakao terhadap rata-rata panjang malai disajikan pada Gambar 1 dan 2. Panjang malai terutama dipengaruhi oleh jumlah kecukupan hara yang dikandung tanaman. Pemberian azolla segar dan kompos kulit buah kakao selain dapat menambah kandungan hara tanah juga dapat memperbaiki kondisi keseimbangan dalam tanah karena pupuk organik tersebut diduga mampu meningkatkan jumlah dan peran mikroba sebagai khelat hayati.
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
K0 = Ŷ(Azolla terhadap K0) = 19,28 + 5,458x – 1,387x2 ; R2 = 0,84 2 K1 = Ŷ(Azolla terhadap K1) = 23,25+ 0,177x ; R = 0,36 2 K2 = Ŷ(Azolla terhadap K2) = 23,40 + 0,120x ; R = 0,18
K3 =
Ŷ(Azolla terhadap K3) = 23,86 - 0,336x ; R2 = 0,19
Gambar 1. Kurva hubungan antara dosis azolla segar pada berbagai dosis kompos kulit buah kakao terhadap panjang malai
2 2 A0= Ŷ(KBK terhadap A0) = 19,18 + 1,927x - 0,199x ; R = 0,929 2 A1= Ŷ(KBK terhadap A1) = 23,69 + 0,015x ; R = 0,065 A2= Ŷ(KBK terhadap A2) = 23,09 + 0,175x ; R2 = 0,871 2 A3= Ŷ(KBK terhadap A3) = 25,18 - 0,529x ; R = 0,893 A4= Ŷ(KBK terhadap A4) = 23,25 + 0,061x ; R2 = 0,282
Gambar 2. Kurva hubungan antara dosis kulit buah kakao pada berbagai dosis azolla segar terhadap panjang malai
Mikroorganisme tanah saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk pertumbuhan. Penambahan bahan organik azolla segar dan kompos kulit buah kakao kedalam per-tanaman -1 padi sawah dengan dosis 3 t ha azolla segar atau -1 -1 dengan perlakuan 1,5 t ha azolla segar dan 6 t ha kompos kulit buah kakao, diduga cukup meningkatkan stadia pertumbuhan panjang malai.
Nasruddin, et al., 2012. Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah……………………..
19
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 16-25
Hasil pengamatan rata-rata jumlah gabah per malai menunjukkan bahwa pemberian azolla segar bepengaruh tidak nyata terhadap jumlah gabah per malai. Sedangkan kompos kulit buah kakao serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah gabah per malai. Pengaruh interaksi antara pemberian azolla segar dan kompos kulit buah kakao terhadap ratarata jumlah gabah per malai dan hasil uji BNT-nya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 tersebut menunjukkan bahwa rata-rata perlakuan azolla segar 1,5 t 1 -1 ha dan kompos kulit buah kakao 6 t ha menghasilkan jumlah gabah per malai tertinggi yaitu 137,89 butir. Sementara itu, hasil yang terendah diperoleh pada perlakuan tanpa pemberian azolla segar dan tanpa pemberian kompos kulit buah kakao yaitu hanya 98,25 butir. Tabel 4. Pengaruh interaksi antara pemberian azolla segar dan pemberian kompos kulit buah kakao terhadap jumlah gabah per malai Azolla Segar A0 A1 A2 A3 A4 BNT (0.05)
K0 98,25a P 120,64b P 121,20b P 127,38b Pq 126,39b P
Kompos Kulit Buah Kakao K1 K2 K3 119,17a 136,88a 132,44ab q R r 130,46ab 131,01a 130,35ab p P p 131,32ab 127,33a 137,89b pq Pq Q 136,06b 127,28a 121,67a q P P 130,23ab 127,23a 127,71ab p P P
ISSN: 2089-9858
K0= K1= K2= K3=
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
Ŷ(Azolla terhadap K0) = 100,2 + 24,07x – 5,225x2 ; R2 = 0,920 Ŷ(Azolla terhadap K1) = 119,59 + 15,26x – 3,857x2 ; R2 = 0,923 Ŷ(Azolla terhadap K2) = 134,5 - 3,071x ; R2 = 0,751 Ŷ(Azolla terhadap K3) = 133,6 - 2,419x ; R2 = 0,230
Gambar 3. Kurva hubungan antara dosis azolla segar pada berbagai dosis kompos kulit buah kakao terhadap jumlah gabah per malai
12,59
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (p, q dan r) dan kolom yang tidak sama (a, b dan c), berbeda nyata pada taraf uji α = 0,05
Kurva hubungan pemberian bahan organik azolla segar dan kompos kulit buah kakao pada berbagai dosis terhadap rata-rata panjang malai disajikan pada Gambar 3 dan 4. Berdasarkan hasil tersebut bahwa semakin tinggi pemberian kompos kulit buah kakao semakin menurunkan jumlah gabah per malai seiring peningkatan pemberian dosis azolla segar. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian bahan organik dalam jumlah berlebihan akan menghambat pertambahan jumlah gabah per malai, karena kedua jenis bahan organik tersebut selain mengandung unsur hara makro, juga mengandung unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit dan apabila diserap tanaman dalam jumlah banyak akan menyebabkan penurunan pembentukan gabah.
A0= A1= A2= A3= A4=
Ŷ(KBK terhadap A0) = 97,30 + 24,07 – 1,584x2 ; R2 = 0,98 Ŷ(KBK terhadap A1) = 121 + 5,414x – 0,655x2 ; R2 = 0,96 Ŷ(KBK terhadap A2) = 122,5 + 2,303x ; R2 = 0,72 Ŷ(KBK terhadap A3) = 128,4 + 4,603 – 0,893x2 ; R2 = 0,80 Ŷ(KBK terhadap A4) = 127,7 + 0,048x ; R2 = 0,005
Gambar 4. Kurva hubungan antara dosis kompos kulit buah kakao pada berbagai dosis azolla segar terhadap jumlah gabah per malai.
Hasil pengamatan rata-rata jumlah gabah berisi per malai menunjukkan bahwa pemberian azolla segar bepengaruh tidak nyata terhadap jumlah gabah berisi per malai. Sementara kompos kulit buah kakao serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah gabah berisi per malai. Pengaruh interaksi antara pemberian azolla segar dan kompos kulit buah kakao terhadap ratarata jumlah gabah isi per malai dan hasil uji BNT-
Nasruddin, et al., 2012. Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah……………………..
20
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 16-25
nya disajikan pada tabel 5. Tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa rata-rata perlakuan azolla segar 1,5 t -1 -1 ha (A2) dan kompos kulit buah kakao 6 t ha (K3) menghasilkan jumlah gabah per malai tertinggi yaitu 126,57 butir. Sedangkan hasil yang terendah diperoleh pada perlakuan tanpa pemberian azolla segar dan tanpa pemberian kompos kulit buah kakao yaitu hanya 85,19 butir. Tabel 5. Pengaruh interaksi antara pemberian azolla segar dan kompos kulit buah kakao terhadap jumlah gabah isi per malai Azolla Segar
Kompos Kulit Buah Kakao K1 K2 K3 108,83a 127,85a 117,20ab A0 q r qr 117,54ab 122,06a 118,74ab A1 pq q pq 121,54ab 114,57a 126,57b A2 pq pq q 124,01b 118,44a 111,81a A3 p p p 120,56b 114,20a 114,19ab A4 p p p BNT (0.05) 14,47 Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (p,q dan r) dan kolom yang tidak sama (a, b, dan c), berbeda nyata pada taraf uji α = 0,05. K0 85,19a p 106,62b p 109,06b p 115,62b p 114,68b p
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian azolla sebagai bahan organik dibutuhkan dalam pengisian gabah, namun apabila diberikan dalam jumlah yang banyak akan menurunkan jumlah gabah berisi dan diduga akan meningkatkan jumlah gabah hampa. Hal ini disebabkan bahwa azolla segar yang mengandung unsur N yang tinggi, bila diberikan dalam jumlah banyak, akan turut memberikan kontribusi jumlah N dalam tanah. Apabila jumlah N dalam tanah lebih tinggi maka pertumbuhan vegetatif tanaman meningkat, jumlah daun meningkat dan rimbun sehingga terjadi inefisiensi penyerapan energi matahari. Pada kondisi tersebut distribusi hasil fotosintesis dalam pengisian gabah menjadi berkurang. Luas daun yang cukup diperlukan untuk pembuatan produk-produk asimilasi yang dibutuh-
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
kan untuk perkembangan suatu malai yang berbulir banyak dan cukup berisi. Dengan luas daun yang bergitu besar dengan serapan nitrogen yang begitu tinggi, sehingga tanaman padi menghasilkan karbohidrat yang banyak selama fase reproduktif dan pemasakan. Hal ini akan menghasilkan jumlah bulir berisi per malai yang lebih banyak. Kurva hubungan pemberian bahan organik azolla segar dan kompos kulit buah kakao pada berbagai dosis terhadap jumlah rata-rata gabah berisi per malai disajikan pada Gambar 5 dan 6. Berdasarkan hasil pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian kompos kulit buah kakao terhadap berbagai dosis azolla segar mampu meningkatkan jumlah gabah berisi secara nyata, sehingga untuk meningkatkan jumlah gabah berisi per malai perlu penambahan bahan organik seperti azolla segar bersama kompos kulit buah kakao maupun dengan pemberian kompos kulit buah kakao secara mandiri.
KO= Ŷ(Azolla terhadap K0) = 86,83 + 24,54x – 5,161x2 ; R2 = 0,95 K1= Ŷ(Azolla terhadap K1) = 108,8 + 13,82x – 3,278x2 ; R2 = 0,993 K2= Ŷ(Azolla terhadap K2) = 125,6 - 4,120x ; R2 = 0,736 K3= Ŷ(Azolla terhadap K3) = 120,2 – 1,725x ; R2 = 0,131 Gambar 5. Kurva hubungan antara dosis azolla segar pada berbagai dosis kompos kulit buah kakao terhadap jumlah gabah berisi per malai.
Nasruddin, et al., 2012. Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah……………………..
21
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 16-25
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
Ŷ(KBK terhadapA0) = 83,93 + 18,61x – 1,143x2 ; R2 = 0,968 Ŷ(KBK terhadapA1) = 106,5 + 7,380x – 0,889x2 ; R2 = 0,999 Ŷ(KBK terhadapA2) = 111,1+ 2,278x ; R2 = 0,584 Ŷ(KBK terhadapA3) = 116,2 + 4,781x – 0,938x2 ; R2 = 0,895 Ŷ(KBK terhadapA4) = 117 – 0,390x ; R2 = 0,105
Gambar 6. Kurva hubungan antara dosis kompos kulit buah kakao pada berbagai dosis azolla segar terhadap jumlah gabah berisi per malai.
Kecenderungan peningkatan jumlah gabah isi per malai seiring dengan terjadinya peningkatan komponen pertumbuhan yang lain seperti luas daun, tinggi tanaman dan jumlah anakan. Tersedianya unsur hara makro maupun mikro yang konstan dari kedua bahan organik akan mendukung kandungan klorofil daun hingga memasuki masak panen untuk menunjang aktivitas fotosintesis sampai fase pemasakan gabah. Demikian pula dengan pemberian azolla segar dan kompos kulit buah kakao diduga akan meningkatkan kemampuan jerap akar terhadap hara serta meningkatkan KTK hara di dalam tanah semakin baik. Selain itu, hara yang dikandung kedua bahan organik mengalami mineralisasi secara perlahan dan bertahap sehingga selalu tersedia pada setiap fase pertumbuhan tanaman. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ismunadji et al., (1993) bahwa aktivitas fotosintesis sangat penting utamanya setelah stadia terbentuknya bunga sampai saat pengisian gabah, sekaligus untuk mempertahankan aktivitas akar dan juga mendukung berlangsungnya proses fotosintesis yang lebih lama dan konstan sampai saat pemasakan. Hasil ini akan terjadi apabila sampai saat fase pemasakan status daun bendera, dua dan tiga daun terakhir masih nampak berwarna hijau segar. Sejalan dengan hasil penelitian Setiobudi (2007) bahwa ketersedian unsur hara makro (N, P dan K) sangat berpengaruh terhadap pengisian gabah atau mengurangi kehampaan gabah. Tingkat pengisian gabah lebih ditentukan oleh: (a) asimilat yang dihasilkan, (b) kandungan N selama fase heading, (c) indeks luas daun, (d) jumlah gabah per malai yang dihasilkan, dan (e) efisiensi pengisian gabah selama fase pengisian gabah. Hasil pengamatan rata-rata produksi secara mandiri kompos kulit buah kakao nampak berpe-
ngaruh sangat nyata terhadap rata-rata produksi -1 gabah kering giling (t ha ). Rata-rata produksi -1 gabah kering giling (t ha ) disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh tunggal pemberian kompos kulit buah kakao terhadap produksi gabah kering giling Rata-rata Produksi gabah kering giling (t ha-1) Tanpa kompos kulit buah kakao (K0) 5,35 a Kompos kulit buah kakao 2 t ha-1 (K1) 6,27 b Kompos kulit buah kakao 4 t ha-1 (K2) 7,49 c Kompos kulit buah kakao 6 t ha-1 (K3) 7,01 bc Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris yang tidak sama, berbeda nyata pada taraf uji α = 0,05; BNT(0,05) = 0,86. Perlakuan Kompos Kulit Buah Kakao
Hasil analisis regresi pengaruh pemberian berbagai dosis kompos kulit buah kakao terhadap produksi gabah kering giling adalah besifat kuadratik (Gambar 7). Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut, diperoleh dosis kompos kulit buah kakao -1 yang optimal sebanyak 4,8 t ha untuk menghasilkan produksi gabah kering giling yang maksimal -1 sebesar 7,25 t ha . Hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan produksi padi sawah masih membutuhkan tambahan bahan organik seperti kompos kulit buah kakao, selain yang bersumber dari pupuk anorganik.
Nasruddin, et al., 2012. Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah……………………..
22
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 16-25
Produksi Gabah Kering Giling (Ton-1)
8 7 6 5
Ŷ = 5,520 + 0,835x – 0,087x2
4
R2 = 0,922 3 0
2
4
6
Takaran Kompos Kulit Buah Kakao (Ton -1)
Gambar 7. Kurva respons hubungan antara dosis kompos kulit buah kakao dengan produksi gabah kering giling (t ha-1).
PEMBAHASAN Pemberian kompos kulit buah kakao dengan -1 dosis 4,8 t ha diduga cukup menyediakan nutrisi untuk menunjang kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berdasarkan hasil analisis bahan organik, kompos kulit buah kakao mengandung N sebanyak 2,32%, P 10,12% dan K 3,67%, maka sumbagan hara untuk memenuhi kebutuhan -1 optimal 4,8 t ha yang bersumber dari kompos kulit buah kakao untuk unsur hara N sebanyak 111,36 kg -1 -1 -1 ha atau 0,11 t ha , P2O5 banyak 485,76 kg ha -1 -1 atau 0,49 t ha dan K2O sebanyak 176,16 kg ha -1 atau 0,176 t ha . Dengan demikian nyata bahwa pengaruh kompos kulit buah kakao mampu mempengaruhi peningkatan produksi tanaman. Hal ini nampak sampai fase pemasakan, kemampuan kompos kulit buah kakao dalam mendukung pertumbuhan baik dalam kapasitasnya memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah yang relatif stabil. Selain itu, kompos kulit buah kakao dalam hal penyediaan unsur hara yang dimilikinya cenderung berlangsung secara perlahan-lahan dan bertahap, sehingga selalu tersaedia sampai fase reproduktif dan pemasakan. Peningkatan produksi akibat pemberian bahan organik, erat hubungannya dengan meningkatnya gabah berisi, jumlah anakan produktif dan indeks luas daun. Sejalan dengan hasil penelitian Sembiring et al. (2007) bahwa peningkatan hasil gabah akibat pemupukan N berkaitan erat dengan komponen hasil terutama jumlah malai per rumpun dan prosentase gabah isi. Serapan hara yang lebih tinggi dan didukung nilai indeks luas daun yang tinggi pula, menyebabkan laju fotosintesis lebih tinggi selama fase reproduktif, sehingga fotosintas yang dihasilkan lebih banyak. Marschner (1997) berpendapat bahwa unsur hara yang tersedia cukup dalam tanah terutama NPK dapat merangsang pembentukan
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
anakan dan anakan produktif. Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah dicerna oleh berbagai jasad renik yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisi jika faktor lingkungan mendukung terjadinya proses tersebut. Makin banyak bahan organik maka makin banyak pula populasi jasad mikro dalam tanah (Suwena, 2002). Menurut Makarim dan Suhartatik (2009) pembentukan malai betina sangat dipengaruhi oleh suplai hara N pada stadia pemisahan sel-sel primordial buku leher malai. Produksi fotosintat yang lebih banyak selama fase reproduktif akan meningkatkan jumlah gabah berisi per malai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suseno (1975) bahwa jumlah anakan produktif sebagian besar ditentukan selama vegetatif, jumlah gabah per malai selama fase reproduktif dan bobot gabah per biji selama fase masak. Pati dalam biji berasal dari dua sumber, yaitu; (a) produk yang diasimilasi dan diakumulasi dalam batang dan daun sebelum stadium mekar bunga, kemudian diubah menjadi gula dan ditranslokasikan kebiji, dan (b) produk yang diasimilasi dan dihasilkan selama fase masak. Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan: interaksi azolla segar dan kompos kulit buah kakao membe-rikan pengaruh terhadap panjang malai, jumlah gabah per malai dan jumlah gabah berisi per malai; peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih pesat terjadi mulai dari 3 minggu setelah tanam hingga 6 minggu setelah tanam, kemudian menurun ketika memasuki 9 minggu setelah tanam dan cenderung berhenti saat memasuki 12 minggu setelah tanam. Hasil pengamatan indeks luas daun nampak terjadi pertumbuhan yang pesat mulai dari 3 minggu setelah tanam hingga mencapai 9 minggu setelah tanam dan kemudian indeks luas daun menurun ketika memasuki 12 minggu setelah tanam; aplikasi azolla segar hanya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan indeks luas daun dan terhadap variabel lainnya berpengaruh tidak, sedangkan kompos kulit buah kakao berpengaruh nyata secara mandiri terhadap jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif dan produksi gabah kering giling; pemberian kompos kulit buah kakao secara -1 mandiri dengan dosis 4 t ha sampai dengan 6 t -1 ha dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah, sedangkan azolla segar terdapat kecenderungan berpengaruh nyata, namun hasil anova memberikan pengaruh tidak nyata terhadap produksi padi sawah. Dosis optimal kompos kulit buah kakao untuk menghasilkan produksi -1 padi sawah maksimal adalah 4,8 t ha dengan pro-1 duksi sebesar 7,25 t ha .
Nasruddin, et al., 2012. Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah……………………..
23
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 16-25
KEPUSTAKAAN Abdulrachman, S., H. Sembiring dan Suyamto, 2009. Pemupukan Tanaman Padi. Balai Besar Peneli-tian Tanaman Padi dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Publikasi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. http://www. litbang.deptan.go.id/ special/ padi/bbpadi_8 (14 April 2011) Adiningsih, Sri J., 1984. Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap Penyediaan Kalium Tanah Sawah Daerah Sukabumi dan Bogor. Disertasi Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor dalam Arafah dan M. P. Sirappa. BPTP Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 4 (1) (2003) pp 15-24). Anonim, 2010. Potensi Pemanfaatan Limbah Perkebunan Menjadi Pupuk Organik. CV. Meori Agro, Komp. BALITTRO No.8 Menteng Asri Bogor, Jawa Barat. http://biofob.blogspot. com/2010/ 03/potensi-pemanfaatan-limbahperkebunan.html (2 Agustus 2010). Araullo, E.V., B.B. De Padue and Michel Graham, 1976. Rice Postharvest Technology, International Development Research Centre, Otawa Canada. Arifin, Z., 1985. Keefisienan Nitrogen Dari Azolla pinnata dan Urea Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi (Oryza sativa) Varietas IR-36. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Atmojo, S.W., 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.http://suntoro. staff.uns.ac.id/files/2009/04/pengukuhanprof-suntoro.pdf (20 Agustus 2010). Buckman, H.O. dan N.C. Brady, 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman, Bharata. Jakarta. Buhaira, 2010. Pertumbuhan dan Hasil Padi (Oryza sativa L.) Yang Dibudidayakan Secara SRI Organik Pada Beberapa Cara dan Waktu Penyiangan. Fakultas Pertanian, Universitas Jambi. Percikan : Vol. 112 Edisi Mei 2010. Chairuman, N., 2008. Efektivitas Cendawan Mikoriza Arbuskula pada Beberapa Tingkat Pemberian Kompos Jerami Terhadap Ketersediaan Fosfat serta Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo di Tanah Ultisol. Tesis Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Darmono dan Tri Panji, 1999. Penyediaan Kompos Kulit Buah Kakao Bebas Phytophthora palmivora. Warta Penelitian PerkebunanV(1):33-38
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
De Datta, SK., 1981. Principle and Practices of Rice Production. The International Rice Research Institute Los Banos, The Philippines. [DEPTAN] Departemen Pertanian, 2010. Statistik Pertanian Tahun 2009. Kementerian Pertanian R.I., Jakarta. Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Giller, K. E., 2001. Nitrogen Fixation in Tropical Cropping Systems. Departement of Soil and Agricultural Enginering University of Zimbabwe and Departement of Plant Sciences Plant Production Systems Wageningen University Wageningen The Nederlands. Greenland, D.J. dan S.K. De Datta, 1984. Constraints to Rice Production and Wetland Soil Characteristic. The International Rice Research Insti-tute Los Banos, The Philippines. Hanafiah, K.A., 2009. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Perasada, Jakarta. Huang, P. M. and Schnitzer, M., 1997. Interaksi Mineral Tanah dengan Organik Alami dan Mikroba. Terjemahan Didiek Hajar, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Ismunadji, M. dan S. Roechan, 1988. Hara Mineral Tanaman Padi. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor. Ismunadji, M. Soetjipto Partohardjono, Mahyuddin Syam dan Adi Widjono, 1993. Padi Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Isroi, 2007. Pengomposan Limbah Kakao. Materi disampaikan pada acara Pelatihan TOT Budidaya Kopi dan Kakao Staf BPTP di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor. http://isroi.files.wordpress.com/2008/02/ komposlimbah-kakao.pdf (14 Agustus 2010). Kannaiyan, S. and G. Gopalaswamy, 2002. AzollaAnabaena Biological Symbiotic System for Rice Production. Algal Biotechnology Laboratory Tamil Nadu Agrl. University, Coimbatore 641 003, Tamil Nadu. Makarim, A.K. dan E. Suhartatik, 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Bogor. http://www. litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_8 (14 April 2011). Makarim, A.K., Sismiyati R., and P. Ponimin, 1994. Nitrogen Requirement of Irrigated rice at Different Growth Stages, pp. 70-82. In H.F.M. Ten Berge et al. (Eds.) SARP Research Proceedings April 1994. Nitrogen Economy of Irrigated Rice Field and Simulation Studies.
Nasruddin, et al., 2012. Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah……………………..
24
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 16-25
DLO-Res. Inst. Agrobiologi and Soil Fertility Wageningen, IRRI, Los Banos, Philippines. Marschner, H., 1995. Mineral Nutrition in Higher Plants. New York, Academics Press. Murbandono, L. HS., 2009. Membuat Kompos (edisi revisi). Penebar Swadaya, Jakarta. Notohadiprawiro, T., Soeprapto Soekadarmodjo dan Endang Sukana, 2006. Pengelolaan Kesubutan Tanah dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Opeke, L.K., 1984. Optimising Economic Returns (Profit) from Cacao Cultivation Through Efficient Use of Cocoa By Products. Proseding. 9th International Cocoa Research Conference. Patrick, W.H. Jr. and C.N. Reddy, 1978. Chemical Changes in Rice Soil and Rice. The International Rice Research Institute Los Banos, The Philippines. Pramono, J., 2004. Kajian penggunaan bahan organik pada padi sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Ungaran, Jawa Tengah. Jurnal Agrosains 6 (1): 11-14. Rasjid, H., E.L. Sisworo, Y. Wemay, dan W.H. Sisworo, 2000. Efisiensi N-Urea pada Padi Sawah yang Diaplikasi dengan Azolla. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN Rosniawaty, S., 2005. Pengaruh Kompos Kulit Buah Kakao dan Kascing Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Kultivar Upper Amazone Hybrid (UAH). Jurusan Budidaya Pertanian Faperta UNPAD, Jatinangor. Sabaruddin, L., 2009. Laporan Hasil Penelitian Pengembangan Padi Sawah. Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara, Kendari. Safuan, L., 2002. Kendala Pertanian Lahan Kering Masam Daerah Tropika dan Cara Pengelolaannya. Makalah Pengantar Falsafah Sains Institut Pertanian Bogor. http://rudyct.com/ PPS702-ipb/05123/laode_safuan. htm (29 Juni 2010). Salisbury, F.B. and C.W. Ross, 1995. Plant Physiology III (Terjemahan). Penerbit ITB. Bandung. Sarief, E.S., 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Penerbit Pustaka Buana, Jakarta. Sembiring, H., D. Setiobudi, Akmal, T. Marbun, T. Woodhead dan Kusnadi, 2007. Strategi Pengelolaan Pupuk Nitrogen, Modifikasi Jarak Tanam, dan Penambahan Pupuk Mikro untuk Menekan Kehampaan Gabah Padi Tipe Baru. Balai Benih Padi, Konsultan FAO, BPTP Sumatera Utara, Medan: Apresiasi Hasil Penelitian Padi.
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
Setiobudi, D. dan H. Sembiring, 2008. Tanggap Pertumbuhan dan Hasil Padi Tipe Baru Terhadap Pupuk Makro dan Mikro pada Spesifik Jenis Tanah. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. Sitompul, S.M. dan B. Guritno, 1995. Analisis pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Gajah Mada University Press. Soedarsono, Soetanto Abdoellah dan Endang Sulistyowati, 1997. Penebaran Kulit Buah Kakao Sebagai Sumber Bahan Organik Tanah dan Pengaruhnya terhadap Produksi Kakao. Pelita Perkebunan 13(2):90-99 Soejais, Z., 2008. Azolla pupuk hijau yang sangat baik untuk padi. Jurnal Penelitian Azolla Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Sudadi, 2007. Aspek Mikrobiologis Pengelolaan Nitrogen di Lahan Basah. Fakultas Pertanian UNS Surakarta. Surakarta. Sudirja, R., Sudirja Muhammad Amir Solihin dan Santi Rosniawaty, 2005. Pengaruh Kompos Kulit Buah Kakao dan Kascing terhadap Perbaikan Beberapa Sifat Kimia Fluventic Eutrudepts. Lembaga Penelitian Fakultas Per-tanian Universitas Pajajaran, Bandung. Suhardjo, H., M. Supartini, dan U. Kurnia, 1993. Bahan organik tanah. Dalam Informasi Penelitian Tanah, Air, Pupuk, dan Lahan. Serial Populer No.3/PP/SP/1993. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Suwena, M., 2002. Peningkatan Produktivitas Lahan Dalam Sistem Pertanian Akrab Lingkungan. Makalah Pengantar Filsafat Sains pada Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. IPB-Bogor. Tisdale, S.L. Nelson W.L. and Beaton J.D., 1975. Soil Fertility and Fertilizer. New York: Macmillan Publishing Company. Winarso, S., 2005. Kesuburan Tanah. Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gaya Media Yogyakarta.
Nasruddin, et al., 2012. Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah……………………..
25