13
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011
Pemanfaatan Air Saluran Klambu-Kudu untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Minum IKK Tegowanu dan IKK Gubuk Karuniadi Satrijo Utomo Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Semarang
[email protected]
Abstrak: Masyarakat di wilayah IKK Tegowanu Kabupaten Grobogan masih dihadapkan pada masalah penenuhan kebutuhan air minum karena kondisi geografisnya di tepi pantai, yang menjadikan kualitas air sumur setempat kurang memadai dikonsumsi. Sementara itu, di wilayah IKK Gubug yang bersebelahan, terdapat sumber air permukaan berupa Saluran Klambu – Kudu (PDSA Jratunseluna) yang telah diprogramkan untuk dimanfaatkan sebagai sumber air minum bagi masyarakat di wilayah IKK Gubug. Riset tindak ini ditujukan untuk membuktikan kemungkinan pemanfaatan sumber air dari Saluran Klambu – Kudu untuk pemenuhan kebutuhan air minum di wilayah IKK Tegowanu dengan meningkatkan kapasitas IPA paket dan jaringan distribusi air di IKK Gubug. Hasil riset menunjukkan bahwa air dari Saluran Klambu – Kudu dapat ditransmisikan dan didistribusikan ke wilayah IKK Tegowanu memakai jaringan pipa dengan didukung pompa booster dan peningkatan unit IPA paket. Kata kunci : jaringan pipa, air minum, pompa, booster.
1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang Mayoritas masyarakat di wilayah Ibu Kota Kecamatan (IKK) Tegowanu Kabupaten Grobogan sangat kesulitan air bersih. Air sumur dangkal setempat kurang layak dikonsumsi karena kondisi geografisnya di tepi pantai dan banyak sumur dangkal kering pada saat puncak musim kemarau. Untuk mandi cuci kakus (MCK), air umum diambil masyarakat setempat dari sumur dangkal (sumur gali) berkedalaman hingga 20 m, meskipun kualitas airnya kurang bagus. Sebagian lainnya, yang tergolong mampu, memakai air sumur dalam, berkedalaman lebihdari 60 m. Sedangkan untuk air minum, karena wilayah ini belum terlayani PDAM, masyarakat membeli air gerigen (galonan), di samping mengambil air untuk air mimun dari sumur. Sementara itu, di wilayah IKK Gubug yang bersebelahan telah dibangun instalasi pengolahan air (IPA) berkapasitas 5 lt/dtk dengan intake pada Saluran Klambu – Kudu yang belum difungsikan oleh PDAM.
Keadaan itu membuka peluang untuk meningkatkan pemanfaatan air Saluran Klambu – Kudu di bawah pengelolaan Balai Pengelola Sumber Daya Air Jratunseluna (Balai PDSA Jratunseluna) untuk air minum masyarakat di wilayah IKK Tegowanu, di samping di IKK Gubug. Upaya dilakukan melalui perencanaan peningkatan kapasitas intake, jaringan pipa transmisi dan distribusi, serta IPA. Pemecahan masalah demikian dipandang menguntungkan sebab (1) tersedia debit air di Saluran Klambu – Kudu hingga 50 lt/dt untuk keperluan itu, (2) operasional dan pemeliharaannya relatif mudah, serta (3) tenaga pengelolaannya efisiensi. 1.2. Tujuan Riset tindak (action research) ini bertujuan membuktikan kemungkinan pemanfaatan sumber air dari Saluran Klambu – Kudu untuk pemenuhan kebutuhan air minum IKK Tegowanu dan IKK Gubug, melalui peningkatan kapasitas bangunan intake, jaringan pipa transmisi dan distribusi, serta unit IPA paket di IKK Gubug.
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011
14
1.3. Landasan Teori 1.3.1. Penyediaan Air Minum
pengaliran, mempertahankan tekanan, dan mengatasi keadaan darurat ketika air diperlukan. Reservoir harus diletakkan pada lokasi sedekat mungkin dengan pusat daerah layanan. Reservoir distribusi merupakan penampung air yang siap didistribusikan, tidak termasuk air yang belum diolah (AWWA, 1986). Saluran transmisi difungsikan untuk mengangkut air dari intake ke reservoir. Pada SPAM yang dilengkapi IPA, saluran transmisi juga difungsikan guna membawa air yang sudah diolah dari IPA ke reservoir distribusi. Saluran distribusi dipakai untuk mambawa air yang telah memenuhi syarat ke daerah layanan sehingga berhubungan langsung dengan konsumen.
Dalam rangka pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2015 dan Millennium Development Goals (MDGs) dalam penyediaan air minun, upaya pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) dilakukan secara gencar melalui penyediaan sarana dan prasarana air minum. Penyediaan air minum biasa digabungkan dengan penyediaan air baku. Sarana dan prasarana penyediaan air minum atau air baku mencakup bangunan penyadap (intake), bangunan pengumpul (reservoir), dan saluran (channel), baik saluran transmisi dan saluran distribusi. Bangunan pengambilan untuk penyediaan air minum skala IKK umumnya sederhana, antara lain bangunan sadap terbuka (bron captering) dan pipa dengan klep dan saringan (filter). Reservoir difungsikan untuk menampung air yang akan/ siap didistribusikan. Selain itu, reservoir juga berfungsi untuk menyeimbangkan debit
Distribusi air minum dapat dilakukan dengan beberapa cara, tergantung kondisi topografi yang menghubungkan sumber air dengan konsumen. Distribusi secara gravitasi, pemompaan, maupun kombinasi pemompaan dan gravitasi dapat dipakai untuk menyuplai air ke konsumen dengan tekanan mencukupi (Peavy et al, 1985).
Krajan DESA
DESA SIDOREJO Batas Kabupaten
Sal. Klambu-Kudu
Kejawan
Tegowanu Sal. Klambu-Kudu
Batas Kabupaten 56
Polsek Tegowanu 54
55 86
Pegadaian
85
KECAMATAN 87
Jl. Tajemsari
Gang 53 84
Gang
52
51
83 82 Puskesmas Tegowanu
Kande Tegowanukulon 50 81
49 80
48 79
46 47
45
44
7778
Sungai Jragung
Gang 43 76
Jl.
42
KU 41 40 Tegowanu 39 38 73 72 BPR 74 71 Tugu SMP Islam Cab. Batas Desa Sal. Drainase Tegowanu
Mendung
75
88
37 70
36
Intak
Mbah Cokro
Jl.
34 35 Jl. Kabul 69 68 Kandes 67 Gg. Almubarok Tegowanuwetan
Masjid 33 At-Taqwa32
31
Kancam Tegowanu SDN Tegowanu I 30 29 28
DESA TEGOWANUWETAN 66
65 SDN 64 Tegowanu II Lapangan
63
62
27 61
59 60
26
Jl. Mbah25 Gadeg 58
SDN Gebangan 22
24 23 57
00 Pomp 01
Jl. Tegalsari
Gang
Kandes Gebangan
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
09
08
07
IPA 10 LPS Reservoir 06 05
Lokasi IPA Eks. Gubug 02 04
SMPN I
Sungai
KARANGAWEN
Krajan Satu
KECAMATAN TEGOWANU
Gambar 1. Rencana jaringan air minum IKK Tegowanu Golamuk
Rowo
Daplang
Gebangan
DESA GUBUG Krajan
DESA GEBANGAN
DESA MANGUNSARI
KECAMATAN GUBU
DESA TEGOWANUKULON
Krajan
Gambar 2. Model hidraulik jaringan air minum IKK Tegowanu
03
15
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011
1.3.2. Simulasi Model Hidraulik Jaringan Pipa
aliran air, n adalah eksponen persamaan, dan m adalah koefisien kehilangan tenaga minor.
Peningkatan kapasitas pompa intake, reservoir, dan unit IPA tepat dilakukan apabila diperoleh rancangan jaringan pipa distribusi yang efektif dan efisien untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir ke pelanggan di wilayah IKK Tegowanu. Untuk itu, model hidraulik jaringan pipa distribusi harus dianalisis terlebih dahulu. Jaringan air minum perpipan dapat dibuat bercabang atau berbentuk loop. Jaringan air minum berbentuk bercabang mungkin lebih menguntungkan dalam hal material pipa yang harus diinvestasikan. Namun, jika salah satu pipa utama rusak dan berhenti bekerja, semua daerah layanan di hilir pipa tersebut tidak terlayani. Pada jaringan loop, jika terdapat pipa rusak atau sedang diperbaiki atau tidak berfungsi maka kehilangan layanan dilayani melalui pipa penghubung (Triatmadja, 2008). Model jaringan pipa dibangun memakai perangkat lunak komputer EPANET 2.0 yang dikembangkan Rossman, L.A. (1994) dari teori kontinuitas aliran dan kehilangan tinggi tenaga di tiap titik di tiap waktu pada aliran air dengan N titik hubung (nodal) dan satu reservoir. Nodal menyatakan aliran air masuk dan keluar. Data nodal meliputi elevasi nodal dari muka air laut rata-rata (MSL), kebutuhan air (water demand), dan kondisi kualitas air awal. Data reservoir meliputi tinggi hidraulik (hydraulic head) yang sebanding dengan elevasi permukaan air normal di reservoir. Daerah hitungan model hidraulik jaringan pipa diturunkan dari peta topografi hasil survey pengukuran di lapangan, tampak dalam Gambar 1 dan Gambar 2. Kehilangan tinggi tenaga aliran air dalam pipa antara nodal i dan j dinyatakan: (1) dengan H adalah tinggi tenaga aliran air pada nodal, h adalah kehilangan tenaga aliran air pada nodal, r adalah koefisien resistensi Hazen-Williams, Q adalah debit
Pipa-pipa dibentuk dalam model sebagai pias, berfungsi membawa air dari suatu titik (nodal) ke titik lain dalam jarinngan. Air mengalir dari ujung pias dengan tinggi tenaga aliran air (hydraulic head) tinggi menuju ujung lainnya yang lebih rendah. Karakteristik pipa pada model meliputi nodal awal i dan akhir j, diameter (d), panjang (L), koefisien Hazen-Williams (n), serta statusnya terbuka atau tertutup. Dalam simulasi ini, pompa pendorong (booster) diakomodasikan dalam model jaringan pipa karena topografi setempat menanjak dengan beda elevasi antara muka air pada sumber air di hulu dan hilir daerah layanan mencapai 145 cm. Kapasitas maupun daya pompa booster dioptimasi bersama optimasi dimensi, tata letak (layout) pipa, dan kelengkapannya (accessories). Pompa itu diakomodasikan pada model sebagai pias, khusus dipakai guna menaikkan energi aliran air atau pun tinggi tenaga aliran air (hydraulic head). Data pompa adalah nodal awal dan akhir serta kurva hubungan antara tinggi tenaga aliran dengan debit pompa. Untuk aliran air pada pompa, kehilangan tinggi tenaga aliran air dinyatakan: (2) dengan adalah tinggi tenaga aliran air pada katup batas (shutoff head) pompa, adalah kecepatan sudut relatif, dan r serta n adalah koefisien kurva pompa. Pada saat bersamaan harus pula dipenuhi kondisi kontinuitas aliran di sekeliling nodal i dan j yang dinyatakan: untuk
(3)
dengan adalah kebutuhan aliran air pada nodal i, aliran air masuk bertanda positif, adalah kehilangan tenaga pada titik nodal i, adalah debit aliran rata-rata pada nodal i dan j. Perhitungan persamaan (1) hingga (3) dilakukan memakai persamaan aljabar
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011
16
linier (liniear algebraic equations) dengan memasukkan nilai-nilai kondisi awal (initial condition) pada variabel matriks:
Hitungan iterasi dilakukan hingga nilai absolut jumlah perubahan debit aliran air terhadap debit aliran air total pada semua sambungan lebihkecil dari batas toleransi ketelitian hitungan (0,0001).
(4) A adalah Matriks Jacobi dan H adalah vektor kehilangan tinggi tenaga aliran air.
(x10 cm)
(a) Kecepatan (m/s)
(b) 3
Debit aliran (m /s)
(c) Headloss
(d) Keluaran model meliputi: (a) Dimensi pipa dari titik outlet pompa booster hingga ujung-ujung pipa bebas; (b) Kecepatan aliran air pada setiap segmen jaringan pipa; (c) Debit aliran air pada setiap segmen jaringan pipa; dan (d) Head dan headloss aliran air pada setiap segmen jaringan pipa.
Gambar 3. Visualisasi keluaran model jaringan air minum IKK Tegowanu
17
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011
Katub-katup juga diimplementasikan pada model sebagai pias guna meletakkan batas-batas aliran dan tekanan air pada lokasi-lokasi tertentu dalam model jaringan pipa yang diinginkan. Katub-katub kendali aliran air dalam jaringan pipa (CVs, control valves) mancakup katub-katub pereduksi
tekanan (PRVs, pressure reducing valves), katub-katub penerus tekanan (PSVs, pressure sustaining valves), dan katub-katub pengendali aliran (FCVs, flow control valves). Data katub meliputi nodal awal dan akhir, diameter dan statusnya terbuka atau tertutup.
0,90
Debit Aliran (m 3/s)
0,70 0,50 0,30 0,10 -0,10
1
5
9
14
18
22
26
30
34
39
43
-0,30
47
51
55
59
63
67
71
75
79
83
87
91
95
99
Nomor Pias Pipa
Gambar 4. Debit aliran air keluaran model jaringan air minum IKK Tegowanu
Kecepatan Aliran (m/s)
0,45
0,40 0,35 0,30 0,25 0,20
0,15 0,10
0,05 0,00
1
5
9
14
18
22
26
30
34
39
43
47
51
55
59
63
67
71
75
79
83
87
91
95
99
Nomor Pias Pipa
Gambar 5. Kecepatan aliran air keluaran model jaringan air minum IKK Tegowanu
63,00 62,00 Tekanan (m air)
61,00 60,00 59,00 58,00 57,00 56,00 55,00 54,00
2
7
11
15
19
23
27
31
35
39
43
47
51
55
59
63
67
71
75
79
83
87
Nomor Pias Pipa
Gambar 6. Tekanan air keluaran model jaringan air minum IKK Tegowanu
92
96
18
2. Hasil dan Pembahasan 2.1. Jaringan pipa distribusi Keluaran model hidraulik yang dibangun dengan perangkat lunak EPANET ver. 2.0 dalam simulasi kali ini menunjukkan tata letak dan dimensi pipa-pipa distribusi mencapai optimal pada kapasitas dan daya pompa booster berturut-turut 15,1536 lt/det (200 GPM) dan 10 hp. Hal tersebut tampak dari fakta-fakta empiris hasil simulasi sebagai berikut. Pada setiap segmen pipa dalam jaringan pipa yang telah disusun tampak bahwa semua pipa dapat dipadati air, cermati Gambar 3(c) dan Gambar 4. Debit aliran dalam pipa mengalir dalam kisaran 0,25 hingga 0,73 m3/det (1,2 hingga 200 GPM) dengan kehilangan tenaga aliran dalam kisaran 0,03 hingga 0,10 m/Km (0 hingga 5,03 ft/Kft) sesuai ketentuan formula kekasaran Hazen-Williams. Tanda negatif menunjukkan arah aliran air berlawanan dengan arah aliran air inisialnya pada awal simulasi. Kecepatan aliran air pada pipa dalam jaringan berkisar antara 0,01 hingga 0,39 m/s (0,03 hingga 1,28 fps), cermati Gambar 3(b) dan Gambar 5. Dalam hal ini, kecepatan minimal/ terkritis berada pada pipa 31 diidentifikasikan karena besarnya reduksi kecepatan setempat akibat putaran/ loop aliran berlawanan dengan tikungan setempat, di samping tikungan bersangkutan zig-zag. Dua sebab tersebut memungkinkan massa air dalam pipa terpengaruh oleh gaya sentrifugal dan sentripetal secara tidak menentu arah dan memicu turbulensi aliran air. Namun demikian, pipa tetap dipadati air sehingga diprediksikan tetap dalam kondisi siap mendistribusikan air. Kecepatan aliran air pada pias-pias pipa menunjukkan bahwa kecepatan aliran air berada di bawah batas kecepatan aliran air yang diizinkan yaitu 2,0 m/s. Oleh karena itu, pipa-pipa tersebut tidak perlu dilengkapi katub pereduksi kecepatan aliran air guna menghindari tekanan negatif bekerja pada diding pipa.
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011
Pressure head di sepanjang jaringan pipa menunjukkan nilai memadai untuk mengalirkan air tepat waktu. Nilai head berkisar antara 57,06 hingga 62,30 m air (187,19 hingga 204,36 feet of water atau setara dengan 77,9 hingga 84,16 psi), cermati Gambar 3(d) dan Gambar 6. Pompa booster dioperasikan dengan pola pelayanan 8 jam per hari dan dibagi dalam 2 shift, masing-masing shift selama 4 jam operasional pompa (JOP) boooster. Pada shift pertama (Shift-1), pompa dijalankan dalam 4 JOP antara 04:00 hingga 08:00. sedangkan pada Shift-2, pompa dijalankan juga 4 JOP antara 15:00 hingga 19:00. Interval waktu di antara Shift-1 menuju Shift-2 adalah 7 jam dari jam 08:00 hingga 15:00. Sedangkan interval waktu di antara Shift-2 menuju Shift-1 adalah 9 jam dari jam 20:00 hingga 04:00. Dengan demikian, berdasar interpretasi keluaran model hidraulik jaringan pipa, layout jaringan pipa hasil simulasi ini dapat diimplementasikan di lapangan. 2.2. Reservoir dan Intake Guna mempersiapkan jumlah (quantity) air bersih yang memenuhi kualitas (quality) air minum yang akan didistribusikan ke pelanggan, diperlukan bangunan reservoir untuk menampung sementara air tersebut. Kapasitasnya ditetapkan berdasar prediksi kebutuhan air pada jam puncak hingga akhir tahun prediksi (14,09 lt/det) yaitu 2,64 102 m3. Dimensi reservoir ditetapkan 11 x 8 x 3 m3 dengan mempertimbangkan kedalaman air maksimal (maximum depth) 2 m dan tinggi jagaan (free board) 0,5 m. Reservoir juga dirancang aman dari kavitasi (cavity) baik karena peningkatan debit pada pompa booster akibat kenaikan daya listrik maupun keteledoran operator dalam mengoperasionalkan pompa booster, yaitu dengan mengambil koefisien ky sebesar 1,2h (h adalah tinggi air mula-mula di reservoir sebelum dihisap pompa booster). Reservoir yang telah ada berukuran lebih besar, sehingga masih layak digunakan.
19
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No.1, November 2011
Selain itu, dipertimbangkan pula head antara elevasi muka air di bangunan IPA (elev. MA IPA) terhadap elev. MA sumber air di mana bangunan intake diletakkan untuk mengambil air dari saluran air bersangkutan dihitung berdasar ketetapan bahwa dasar bangunan IPA diletakan minimal 3 m dari dasar reservoir; lokasi muka air pada sumber air berjarak -1,5 m dari dasar reservoir; tinggi bangunan IPA dirancang 4,5 m, dan kehilangan energi minor (hf) terhitung sebesar 0,38 m, lihat Gambar 1. Reservoir rencana dipilih konstruksi beton bertulang cetak di tempat tepat di atas tanah (in-situ concrete ground reservoir). Intake berupa pipa dilengkapi filter dan pompa intake. Garis Energi
IPA
3,0 m
1,5
Reservoir
4,5 m
Pipa transmisi
hf
PB
PI
pipa intake
Saluran Klambu - Kudu
Gambar 7. Skema reservoir dan intake Pompa intake harus dijalankan untuk mengisikan air ke dalam bangunan IPA dan airnya harus pula langsung dialirkan lebih lanjut ke reservoir. Pompa ini dapat dipilih dalam berbagai kapasitas dan daya pompa bergantung pada alternatif JOP yang dikehendaki. Dalam Tabel 1 berikut dimuat berbagai alternatif pilihan kapasitas dan daya pompa yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi lapangan.
Tabel 1. Alternatif Pompa Intake JOP (jam)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kapasitas
Daya
(x10 3 m /det)
(x10 lt/det)
(hp)
(kW)
5,64 2,82 1,88 1,41 1,13 0,94 0,81 0,70 0,63 0,56 0,51 0,47 0,43 0,40 0,38 0,35 0,33 0,31 0,30 0,28 0,27 0,26 0,25 0,23
5,64 2,82 1,88 1,41 1,13 0,94 0,81 0,70 0,63 0,56 0,51 0,47 0,43 0,40 0,38 0,35 0,33 0,31 0,30 0,28 0,27 0,26 0,25 0,23
11,86 5,93 3,96 2,97 2,37 1,98 1,70 1,48 1,32 1,19 1,08 0,99 0,91 0,85 0,79 0,74 0,70 0,66 0,62 0,59 0,57 0,54 0,52 0,49
8,85 4,43 2,95 2,21 1,77 1,98 1,70 1,48 1,32 1,19 1,08 0,99 0,91 0,85 0,79 0,74 0,70 0,66 0,62 0,59 0,57 0,54 0,52 0,49
2
Dalam hal ini, pilihan terbaik masih bergantung pada ketersediaan pompa di pasaran (terutama segi kualitas, layanan purna jual, dan suku cadangnya), di samping efisiensi biaya operasional, dan pemeliharaan (OM&P). Disarankan memakai berdasar data 3 JOP dengan 2 unit pompa kapasitas 10 lt/det 3 hp yang dipasang secara parallel. Pompa diharapkan diset dalam 2 unit untuk dapat bekerja secara parallel sehingga dapat dijalankan secara simultan sesuai kebutuhan operasional dan dapat saling menopang antara satu dengan lainnya bila satu diantaranya mengalami mal fungsi. Sesuai dengan saran tersebut, diperlukan penambahan 2 pipa intake, masingmasing berdiameter 4 inchi yang dipasang secara parallel. Bangunan intake baru dapat ditambahkan tanpa merenovasi bangunan intake yang telah ada.
20
Demikian halnya untuk pompa booster, disarankan pula menggunakan 2 unit pompa booster secara parallel. Masingmasing pompa booster berkapasitas 7,5 lt/det dan daya pompa 5 hp.
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011
5. Daftar Pustaka AWWA. 1986. Maintaining Distribution System Water Quality. American Water Works Association, Denver CO: AWWA.
3. Simpulan dan Saran 3.1. Simpulan (1) Air dari Saluran Klambu – Kudu dapat ditransmisikan dan didistribusikan ke wilayah IKK Tegowanu, di samping ke wilayah IKK Gubug, melalui penambahan jaringan pipa didukung pompa booster berkapasitas 15 lt/det 10 hp dan unit IPA paket berkapasitas 25 lt/dt. (2) Reservoir yang telah ada masih memadai dipakai. (3) Penambahan pompa intake diperlukan dan dapat dilakukan dengan pompa berkapasitas 20 lt/det 6 hp dioperasikan dalam 3 jam per hari. (4) Pompa booster dioperasikan 8 jam per hari dalam 2 shift. Shift-1 selama 4 JOP antara 04.00 hingga 08.00 dan shift-2 selama 4 JOP antara 15.00 hingga 19.00. 3.2. Saran (1) Pompa booster disarankan dipasang parallel dengan pompa 2x7,5 lt/det 2x5 hp. (2) Pompa intake disarankan dipasang parallel dengan pompa 2x10 lt/det 2x3 hp. (3) Unit IPA paket berkapasitas 25 lt/dt direncanakan baru dapat dipakai 15 lt/dt, disarankan untuk memanfaatkan sisa kapasitas (idle capacity) 10 lt/dt untuk didistribusikan ke wilayah IKK Gubuk.
4. Pernyataan The author express his appreciation and deep gratitude to Sir. Lewis A. Rossman in the United States Environmental Protection Agency’s Water Supply and Water Resources Division (US EPA’s WSWRD) for all of approved statement on using EPANET ver. 2.0.
Peavy, H.S., D.R. Rowe, dan George T. 1985. Environmental Engineering. Physicochemical Processes in Environmental Engineering. Michigan USA: McGraw-Hill. Rossman, L.A. 1994. EPANET Users Manual. EPA-600/R-94/057. Risk Reduction Engineering Laboratory, U.S. Environmental Protection Agency, Cincinnati OH: US EPA. Triatmadja, R. 2008. Studi Beberapa Kriteria Hydraulic Critical Index (Link Importance) Pada Jaringan Pipa. Jurnal Teknik Sipil, Vol. 9. No. 1. Yogyakarta: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Universitas Atma Jaya.