ANALISIIS TINGK KAT KEL LAYAKAN N FINANSIAL PENG GGEMUKA AN KAM MBING DA AN DOMB BA PAD DA MITRA A TANI FARM, F DII KECAM MATAN C CIAMPEA A, KAB BUPATEN N BOGOR R
Oleh h: FITRIAL A14105 5549
PROGR RAM SAR RJANA EKSTENS E I MANAJJEMEN A AGRIBISN NIS FAKU ULTAS PE ERTANIA AN I INSTITUT T PERTA ANIAN BO OGOR 2009 9
RINGKASAN FITRIAL. Analisis Tingkat Kelayakan Finansial Penggemukan Kambing dan Domba pada Mitra Tani Farm, di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Di bawah Bimbingan TANTI NOVIANTI. Komoditas utama subsektor perternakan yang mempunyai peran strategis dalam usaha peternakan Indonesia adalah kambing dan domba. Kambing dan domba berkembangbiak dengan baik pada berbagai kondisi dan wilayah di Indonesia, setidaknya menyebar di 11 provinsi di seluruh Indonesia. Luasnya penyebaran populasi tersebut membuktikan bahwa berbagai wilayah di Indonesia memiliki tingkat kecocokan yang baik untuk pengembangan komoditas kambing dan domba, baik berupa kecocokan dari segi vegetasi, topografi, klimat, atau bahkan dari sisi sosial-budaya daerah setempat. Jawa Barat sebagai salah satu wilayah terbaik untuk pengembangan ternak kambing dan domba memiliki jumlah populasi masing-masing sebesar 8.32 dan 47.01 persen dari populasi nasional. Khusus untuk ternak domba, Jawa Barat merupakan wilayah sentra ternak yang memberikan kontribusi sangat besar terhadap populasi nasional. Peningkatan populasi ternak kambing dan domba di Jawa Barat relatif baik setiap tahunnya, yaitu dengan rata-rata per tahun masingmasing sebesar 9.50 dan 8.80 persen. Namun sistem usaha peternakan kambing dan domba di Indonesia khususnya di Bogor secara umum masih bersifat sambilan dari sistem usaha pertanian tanaman pangan yang hampir seluruhnya merupakan peternakan rakyat. Sistem ini ditandai dengan biaya produksi yang relatif rendah, kurang berorientasi ekonomi karena hanya merupakan tabungan dan penambal resiko kegagalan cabang usaha tani lainnya, serta bentuk usaha yang bersifat pembibitan dan penggemukan. Lain halnya dengan MT Farm, adalah salah satu peternakan kambing dan domba yang ada di Bogor yang berorientasi bisnis dikelola secara intensif dengan manajemen peternakan yang tepat. Kandang yang dimiliki bersifat permanen yang berbentuk panggung seluas ± 700 m2 dengan daya tampung 750 ekor. Untuk fasilitas pendukung kegiatan administrasi dan sebagainya, peternakan ini memiliki kantor lengkap dengan peralatan serta sarana dan prasarana pendukung lainnya. Peternakan ini juga dilengkapi kebun rumput seluas ± 1 Ha. Keberadaan MT Farm sebagai peternakan yang berorientasi bisnis yang dikelola dengan baik dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung, tentunya tidak muncul dengan sendirinya. Semua itu membutuhkan modal yang besar. Untuk itu, usaha penggemukan kambing dan domba yang dikelola oleh MT Farm harus layak, baik dari aspek finansial maupun aspek non finansialnya. Sejauh ini perusahaan belum mengetahui secara pasti seberapa besar manfaat (benefit) yang diperoleh perusahaan. Meskipun usaha ini telah berjalan selama 4 tahun, apakah berarti usaha yang dijalankan MT Farm ini telah layak secara finansial?. Untuk itu, maka melalui penelitian ini mencoba untuk menganalisis tingkat kelayakan finansial dan non finansial dari penggemukan kambing dan domba yang dikelola oleh peternakan MT Farm tersebut. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk: menganalisis kelayakan aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum; menganalisis tingkat kelayakan finansial;
dan menganalisis sensitivitas melalui switching value analisys usaha penggemukan kambing dan domba pada peternakan MT Farm terhadap kenaikan harga input dan penurunan kuantitas penjualan output. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif berupa analisis deskriptif yang dilakukan untuk mendefinisikan mengenai gambaran sistem usaha dan aspek non finansial (aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum) dari usaha penggemukan kambing dan domba pada peternakan MT Farm, sedangkan analisis data secara kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan finansial usaha penggemukan kambing dan domba pada peternakan MT Farm tersebut. Metode kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria investasi NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C dan PP yang diolah menggunakan program Microsoft Excel. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak peternakan MT Farm. Data primer itu sendiri mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur usaha baik biaya investasi maupun biaya operasional, serta penerimaan selama usaha berjalan. Data primer tersebut berupa data historys perusahaan. Data sekunder diperoleh dari studi literatur beberapa skripsi, internet, jurnal dan buku-buku yang berkaitan dengan materi penelitian ini. Selain itu, data yang diperoleh juga berasal dari observasi di lapangan. Aspek non finansial yang dimulai dari aspek pasar bahwa usaha penggemukan kambing dan domba MT Farm memiliki peluang pasar yang baik. Demikian pula aspek teknis, variabel utama faktor pendukung jalannya usaha pada aspek ini menunjukkan adanya keberpihakan yang cukup baik sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Kemudian dari aspek manajemen terlihat adanya struktur organisasi dan pembagian tugas yang baik dengan sumberdaya manusia yang berkompeten, yang dapat dipastikan usaha ini berjalan dengan baik. Sehingga dengan demikian, usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm layak secara aspek non finansial. Analisis aspek finansial usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm selama lima tahun dengan tingkat diskonto 8.5 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 359 346 744, Net B/C dan Gross B/C sebesar 2.53, IRR sebesar 11.7 persen dan PP sebesar 1.5 tahun. Hasil yang diperoleh dari masing-masing kriteria investasi tersebut sesuai dengan nilai indikator yang ditetapkan, sehingga usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm dinilai layak. Melalui switching value analisys menunjukkan bahwa usaha penggemukan kambing dan domba MT Farm dapat mentolerir kenaikan harga input mencapai 5.34 persen dan penurunan kuantitas penjualan output sebesar 4.79 persen.
ANALISIS TINGKAT KELAYAKAN FINANSIAL PENGGEMUKAN KAMBING DAN DOMBA PADA MITRA TANI FARM, DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR
Oleh: FITRIAL A14105549
SKRIPSI Sebagai bagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul
: ANALIISIS TINGKAT KELAY YAKAN FINANS SIAL PENGG GEMUKAN N KAMBIING DAN DOMBA PADA MIITRA TANI FARM, DI D KECAM MATAN CIAMPEA, KABUPA ATEN BOGO OR
Nama
: FITRIAL
Nrp
: A141055549
ujui, Menyetu D Dosen Pemb bimbing
Tannti Novianti, SP, M.Si NIP. 132 20 06 249
Mengetaahui, Dekkan Fakultass Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy So opandie, M..Agr NIP. 131 12 24 019
K : Tanggal Kelulusan
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS
TINGKAT
KELAYAKAN
FINANSIAL
PENGGEMUKAN
KAMBING DAN DOMBA PADA MITRA TANI FARM, DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Januari 2009
Fitrial A14105549
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 27 Mei 1983 yang bertempat di Pancahan, Jorong IX, Nagari Taruang-taruang, Kecamatan Rao, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Merupakan putra ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Ayahanda tercinta almarhum Rustam dan Ibunda Rohani. Pada tahun 1996 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada SD Negeri 42 Pancahan dan pada tahun yang sama penulis juga meyelesaikan pendidikan selama tiga tahun pada Madrasyah Ibtidaiyah Swasta Pancahan. Sekolah SLTP Negeri 2 Rao merupakan sekolah favorit penulis saat melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah pertama dan lulus pada tahun 1999. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas di SMU Negeri 1 Rao dan lulus pada tahun 2002. Melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada bulan Agustus 2002, penulis melanjutkan pendidikan pada Program Diploma III Program Studi Pengelola Perkebunan (PLP), Departemen Budi Daya Pertanian (BDP), Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), lulus pada tahun 2005. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis (PRO EMAS) IPB.
KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirraahiim. Puji syukur kepada Allah, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan tolong dan karuniaNya berupa kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis dan penelitian serta penulisan skripsi dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada junjungan alam Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi melalui penelitian merupakan salah satu syarat dalam meraih gelar "Sarjana Pertanian" (SP) pada Departemen Ilmu-ilmu Sosial dan Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis melakukan penelitian pada peternakan MT Farm di Ciampea, Bogor, tentang kelayakan aspek finansial penggemukan kambing dan domba yang dijalani oleh MT Farm tersebut dan dengan judul skripsi ”Analisis Tingkat Kelayakan Finansial Penggemukan Kambing dan Domba pada Mitra Tani Farm,di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor”. ”Tak ada gading yang tak retak”, ungkapan pepatah inilah yang tepat untuk setiap karya seluruh umat manusia. Begitu juga halnya dengan skripsi penulis ini, untuk itu penulis mohon maaf atas keterbatasan skripsi ini dan diharapkan kedepannya, keterbatasan ini hendaknya dapat menjadi bahan masukan agar disempurnakan oleh pembaca untuk penelitian dan penulisan skripsi berikutnya. Akhir kata penulis berharap semoga apa yang dilakukan oleh penulis ini mendapat ridho dari Allah SWT dan menjadi nilai ibadah bagi penulis, serta bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Wallhamdulillaahirobbil’alamiin. Bogor, Januari 2009
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan serta dorongan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun secara materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Kedua Orangtua tercinta dan kakak-kakak tercinta yang senantiasa memberikan yang terbaik kepada penulis. Ngah Iril dan keluarga, Ni Eti dan Keluarga, Ni Yul dan Keluarga, Ngah Arul, Ngah Ijal dan keluarga, Ubih serta ponakan-ponakan Eet, Iif dan Hamdi, kalian memang yang terbaik. 2. Tanti Novianti, SP, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan baik. 3. Rahmat Yanuar, SP, M.Si selaku dosen evaluator pada kolokium proposal penelitian ini. 4. Dra. Yusalina, M.Si dan Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen penguji pada ujian sidang skripsi ini. 5. Keluarga besar peternakan MT Farm yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di tempat tersebut. 6. NR. David Siagian Selaku pembahas pada seminar penelitian ini. 7. Para sahabat Oka dan teman-teman terbaik dari PLP angkatan 39: Tovan Yulianto dan Bona, serta bang Amril Nasution. 8. Teman-teman yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menghadiri kolokium dan seminar penulis, pada kesempatan kali ini penulis mohon maaf tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. 9. Keluarga besar asrama IPB Sukasari. Semoga segala amal kebaikan yang telah dilakukan menjadi nilai ibadah yang tak terhingga di sisi Allah SWT. Amiin.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
x
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xiv
BAB I.
PENDAHULUAN ........................................................................ 1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1.2 Perumusan Masalah .............................................................. 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................
1 1 7 8
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 2.1 Pengertian Penggemukan ...................................................... 2.2 Jenis-jenis Kambing dan Domba .......................................... 2.3 Pemeliharaan Ternak kambing dan Domba .......................... 2.3.1 Pemilihan Bakalan Ternak ........................................ 2.3.2 Pemberian Pakan Ternak ........................................... 2.3.3 Pengaturan Kandang Ternak ..................................... 2.3.4 Pencegahan Penyakit Ternak .................................... 2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan ...................................... 2.4.1 Strategi Pengembangan Usaha Ternak Kambing dan Domba ................................................................ 2.4.2 Pendapatan Usahaternak Domba ............................... 2.4.3 Kelayakan Usahaternak Kambing dan Domba ......... 2.4.4 Kelayakan Usaha Komoditi Lain .............................. 2.4.5 Penelitian yang akan Dilakukan ................................
9 9 9 11 11 12 12 13 13
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................... 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................ 6.2.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek .......................... 6.2.2 Aspek-aspek Studi Kelayakan Proyek ...................... 3.1.2.1 Aspek-aspek non Finansial Studi Kelayakan..................................................... 3.1.2.2 Aspek-aspek non Finansial Studi Kelayakan...................................................... 6.2.3 Discounding Factor dan Compounding Factor ........ 6.2.4 Switching Value Analisys .......................................... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .........................................
17 17 17 18
20 21 22 22
BAB IV. METODE PENELITIAN ........................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 4.2 Jenis dan Sumber Data .......................................................... 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................. 4.4 Analisis Kelayakan Non Finansial ........................................
25 25 25 25 26
13 14 15 15 15
18
4.4.1 Aspek Pasar ............................................................... 4.4.2 Aspek Teknis ............................................................. 4.4.3 Aspek Manajemen ..................................................... 4.4.4 Aspek Hukum ............................................................ 4.5 Analisis Kelayakan Finansial ................................................ 4.5.1 Net Present Value (NPV) .......................................... 4.5.2 Internal Rate of Return (IRR) ................................... 4.5.3 Net Benefit-Cost (Net B/C) ....................................... 4.5.4 Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) ...................... 4.5.5 Payback Period (PP) ................................................. 4.6 Discounding Factor dan Compounding Factor .................... 4.7 Switching Value Analisys ......................................................
26 26 27 27
27 27 28 28 29 29 29 30
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................... 5.1 Sejarah Umum Perusahaan ................................................... 5.2 Visi dan Misi Perusahaan ...................................................... 5.3 Lokasi Perusahaan................................................................. 5.4 Fasilitas Usaha ...................................................................... 5.5 Deskripsi Kegiatan Usaha ..................................................... 5.6 Pelanggan Perusahaan ...........................................................
31 31 31 31 32 32 33
BAB VI. ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL ..................................... 6.1 Aspek Pasar ........................................................................... 6.1.1 Struktur Pasar ........................................................... 6.1.2 Peluang Pasar ........................................................... 6.1.3 Strategi Pemasaran .................................................... 6.2 Aspek Teknis......................................................................... 6.2.1 Lokasi Perusahaan .................................................... 6.2.2 Luasan Produksi ........................................................ 6.2.3 Layout Perusahaan .................................................... 6.2.4 Proses Penggemukan ................................................. 6.3 Aspek Manajemen................................................................. 6.4 Aspek Hukum ....................................................................... 6.5 Ikhtisar Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial................
35 35 35 36 37 39 39 40 40 41 43 45 45
BAB VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL .............................................. 7.1 Asumsi Dasar ........................................................................ 7.2 Outflow .................................................................................. 7.2.1 Initial Cashflow ......................................................... 7.2.2 Operational Cashflow ............................................... 7.2.2.1 Biaya Tetap ................................................... 7.2.2.2 Biaya Variabel .............................................. 7.3 Inflow .................................................................................... 7.3.1 Penerimaan Penjualan ............................................... 7.3.2 Penerimaan Tambahan .............................................. 7.4 Salvage Value ........................................................................ 7.5 Analisis Finansial .................................................................. 7.6 Switching Value Analisys ......................................................
46 46 48 48 48 48 50 51 51 52 53 53 55
BAB V.
BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 8.1 Kesimpulan ........................................................................... 8.2 Saran......................................................................................
56 56 56
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
57
LAMPIRAN ...................................................................................................
59
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Produk Domestik Bruto (PDB) Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2003-2007 (miliar rupiah) ......................................................
2
2. Populasi Komoditas Ternak Utama Nasional Tahun 2003-2007 (000 ekor) ..........................................................................................
3
3. Populasi Ternak Domba Jawa Barat Tahun 2003-2007 (000 ekor) ..
4
4. Biaya Tetap per Bulan Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm (Rupiah)...........................................
49
5. Penerimaan Tambahan Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm Selama Tiga Tahun Pertama (Rupiah). 53 6. Hasil Analisis Finansial Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm ..........................................................
54
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kerangka Alur Pemikiran Operasional ...........................................
24
2. Layout Kandang Peternakan MT Farm Tahun 2008 .......................
41
3. Struktur Organisasi MT Farm Tahun 2008 .....................................
44
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Biaya Investasi Usaha Penggemukan Kambing dan Domba MT Farm .........................................................................................
61
2. Biaya Operasional Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm Selama Tiga Tahun Pertama (Rupiah) .........
62
3. Rincian Biaya Operasional per Bulan Peternakan MT Farm pada Tahun Pertama Mei 2005 sampai April 2006 (Rupiah) ..................
63
4. Rincian Biaya Operasional per Bulan Peternakan MT Farm pada Tahun Kedua Mei 2006 sampai April 2007 (Rupiah) .....................
64
5. Rincian Biaya Operasional per Bulan Peternakan MT Farm pada Tahun Ketiga Mei 2007 sampai April 2008 (Rupiah) ....................
65
6. Rincian Pendapatan dan Biaya Operasional per Siklus Produksi Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm pada Tahun ke-4 dan ke-5 (Rupiah) ...............................
66
7. Rincian Pendapatan per Bulan Peternakan MT Farm pada Tahun Pertama Mei 2005 sampai April 2006 (Rupiah) .............................
67
8. Rincian Pendapatan per Bulan Peternakan MT Farm pada Tahun Kedua Mei 2006 sampai April 2007 (Rupiah) ................................
67
9. Rincian Pendapatan per Bulan Peternakan MT Farm pada Tahun Ke-tiga Mei 2007 sampai April 2008 (Rupiah) ..............................
68
10. Cashflow Analisis Finansial Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm ..........................................................
69
11. Cashflow Swiching Value Analisys Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm dengan Kenaikan Harga Input mencapai 5.34 persen ..................................................
71
12. Cashflow Swiching Value Analisys Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm dengan Penurunan Kuantitas Output mencapai 4.79 persen .........................................
73
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi, senantiasa didorong untuk mewujudkan perekonomian nasional yang sehat. Hal ini tercermin dari visi yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi dari pembangunan peternakan sebagai sub sektor pertanian antara lain adalah memfasilitasi penyediaan pangan asal ternak yang cukup baik secara kuantitas maupun kualitasnya, memberdayakan sumberdaya manusia (SDM) agar menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, menciptakan peluang ekonomi untuk meningkatkan pendapatan, membantu menciptakan lapangan kerja, dan melestarikan serta memanfaatkan sumberdaya alam pendukung peternakan (Departemen Pertanian, 2001). Kebijakan pemerintah yang menitikberatkan pada pengembangan sektor pertanian dalam rangka pembangunan perekonomian nasional sangatlah tepat dan terbukti memberikan kontribusi yang cukup besar. Hal ini terlihat dari produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian rata-rata tahun 2003-2007 memberikan kontribusi sebesar 13.5 persen terhadap PDB nasional. Kontribusi PDB sektor pertanian terhadap PDB nasional ini merupakan penyumbang terbesar ke-3 setelah sektor perindustrian dan perdagangan1. Dalam pembangunan sektor pertanian, sektor pertanian itu sendiri ditopang oleh berbagai subsektor, diantaranya adalah subsektor peternakan. Subsektor peternakan memegang peranan penting dalam pembangunan sektor pertanian tersebut. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa subsektor peternakan memberikan kontribusi terhadap PDB nasional pada sektor pertanian rata-rata tahun 2003-2007 sebesar 11.9 persen. Peningkatan pembangunan sektor pertanian, tentunya tidak luput dari adanya peran subsektor peternakan didalamnya. Peningkatan pembangunan subsektor peternakan itu sendiri ditunjang dengan adanya peluang pasar yang semakin terbuka lebar, baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini terlihat dari 1
http://www.bi.go.id/web/id. Bank Indonesia. 8 Agustus 2008
permintaan daging dan produk-produk ternak yang terus mengalami peningkatan seiring dengan adanya pertumbuhan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya kebutuhan gizi hewani, sehingga diharapkan mampu berkembang dengan baik. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Sektor Pertanian Tahun 2003-2007 (miliar rupiah)2 Subsektor Tanaman bahan makanan Tanaman perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Total PDB Nasional Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional (%) Kontribusi subsektor peternakan terhadap PDB sektor pertanian (%)
2003
2004
Tahun 2005
2006
2007*
157 648.8
165 558.2
181 331.6
214 346.3
268 124.4
46 753.8
49 630.9
56 433.7
63 401.4
84 459.2
40 634.7 44 202.9 51 074.7 20 290.0 22 561.8 30 065.7 53 010.8 59 639.3 74 335.3 329 124.6 364 169.3 433 223.4 2 295 826.2 2 774 281.1 3 339 479.6 14.3 13.1 12.9 Rata-rata per tahun 13.5 12.3 12.1 11.8 Rata-rata per tahun 11.9
62 095.8 35 734.1 96 822.1 547 235.6 3 957 403.9 13.8
37 354.2 18 414.6 45 612.1 305 783.5 2 013 674.6 -
11.3
Keterangan : *) Angka sementara
Peningkatan pembangunan subsektor peternakan dapat dilihat dengan adanya peningkatan populasi ternak pada komoditas ternak yang ada, baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Perkembangan populasi komoditas utama ternak di Indonesia pada tahun 2003-2007 mengalami peningkatan yang relatif kecil yaitu dengan pertumbuhan rata-rata per tahun 2.05 persen. Perkembangan rata-rata per tahun masing-masing komoditas peternakan berkisar antara -2.10 persen (penurunan populasi untuk ternak jenis kerbau) sampai 6.03 persen untuk jenis ternak domba. Tabel 2 memperlihatkan perkembangan populasi komoditas ternak utama di Indonesia mulai tahun 2003 sampai 2007. Komoditas utama subsektor perternakan di Indonesia antara lain adalah kambing dan domba. Kambing dan domba berkembangbiak dengan baik pada berbagai kondisi dan wilayah di Indonesia, setidaknya menyebar di 11 provinsi di seluruh Indonesia. Luasnya penyebaran populasi tersebut membuktikan bahwa berbagai wilayah di Indonesia memiliki tingkat kecocokan yang baik untuk
2
http://www.bi.go.id/web/id. Bank Indonesia. 8 Agustus 2008
pengembangan komoditas kambing dan domba, baik berupa kecocokan dari segi vegetasi, topografi, klimat, atau bahkan dari sisi sosial-budaya daerah setempat. Pertumbuhan rata-rata per tahun kambing dan domba nasional tahun 2003-2007 masing-masing sebesar 4.01 dan 6.03 persen. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan rata-rata per tahun jenis ternak ruminansia lainnya. Tabel 2.
Populasi Komoditas Ternak Utama Nasional Tahun 2003-2007 (000 ekor)3 Tahun
Jenis ternak 2003 10 504.1 373.7 2 459.4 412.6 12 722.1 7 810.7 6 150.5 40 433.1
Sapi potong Sapi perah Kerbau Kuda Kambing Domba Babi Total Keterangan : *) Angka sementara
2004 10 532.8 364.1 2 403.2 397.2 12 780.9 8 075.1 5 980.1 40 533.4
2005 10 569.3 361.3 2 128.4 386.7 13 409.2 8 327.0 6 800.6 41 9821.5
2006 10 875.1 369.1 2 166.6 397.6 13 789.9 8 979.8 6 218.2 42 796.3
2007* 11 365.8 377.7 2 246.0 411.9 14 873.5 9 859.6 6 756.4 45 890.9
Peningkatan rata-rata per tahun (%) 2.00 0.30 (2.10) 0.01 4.01 6.03 4.11 2.05
Kambing dan domba memiliki keunggulan-keunggulan dibanding ternak ruminansia lainnya. Keunggulan yang dimiliki tersebut yaitu daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan, mudah dalam pemeliharaan dan tidak memerlukan lahan yang luas, pertumbuhannya cepat, tahan terhadap penyakit, dan memiliki siklus produksi yang relatif pendek. Selain itu, kambing dan domba merupakan jenis ternak yang memiliki keistimewaan tersendiri yaitu memiliki fungsi sosial dan keagamaan, sehingga dalam hal ketersediaan pasar, tingkat ketersediaannya selalu ada dan semakin terbuka lebar4. Khusus pasar domestik, Indonesia memiliki potensi kebutuhan akan daging hewan ternak kambing dan domba untuk ibadah qurban kurang lebih sekitar 5,6 juta ekor setiap tahunnya, dan belum termasuk kebutuhan pasokan untuk aqiqah, industri restoran dan warung sate kaki lima yang membutuhkan 2 - 3 ekor tiap hari. Sedangkan peluang pasar manca negara di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura, serta kawasan Timur Tengah membutuhkan 9.3 juta ekor setiap tahunnya. Kebutuhan tersebut khusus untuk
3 4
Direktorat Jenderal Peternakan, 2007. http://www.langitlangit.com. 29 April 2007
kawasan Timur Tengah sampai saat ini masih dipenuhi oleh Australia dan Selandia Baru5. Bila dilihat dari tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging kambing dan domba masih tergolong sangat rendah dibanding subsektor usaha peternakan lainnya yaitu sekitar lima persen6. Konsumsi ini masih jauh dari ratarata negara maju. Konsumsi pada tahun 2005 sebesar 0.10 kg/kapita/tahun dan meningkat pada tahun 2006 sebesar 0.26 kg/kapita/tahun7. Peningkatan konsumsi tersebut menggambarkan tingkat permintaan terhadap daging kambing dan domba relatif meningkat. Menurut Departemen Pertanian (2003), penyebaran wilayah yang populasinya paling padat dan cocok untuk mengembangkan sumber bibit dan bakalan kambing secara berturut-turut adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, dan Sulawesi Selatan. Sementara untuk domba adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Nanggroe Aceh Darussalam. Jawa Barat sebagai salah satu wilayah terbaik untuk pengembangan ternak kambing dan domba memiliki jumlah populasi sebesar 8.32 dan 47.01 persen dari populasi nasional. Khusus untuk ternak domba, Jawa Barat merupakan wilayah sentra ternak yang memberikan kontribusi sangat besar terhadap populasi nasional. Peningkatan populasi ternak kambing dan domba di Jawa Barat relatif baik setiap tahunnya, rata-rata per tahun sebesar 9.50 dan 8.80 persen. Tabel 3 menunjukkan perkembangan populasi ternak kambing dan domba di Jawa Barat dari tahun 2003 sampai 2007. Tabel 3. Populasi Ternak Kambing dan Domba Jawa Barat Tahun 2003-2007 (000 ekor)8 Jenis ternak Kambing Domba
5
2003 930.1 3 288.9
2004 1 144.1 3 529.5
Tahun 2005 999.3 3 737.8
2006 1 148.5 4 221.8
Ibid. Direktorat Jenderal Peternakan 2005 7 BPS tahun 2006 8 http://www.disnak.jabarprov.go.id, 28 April 2008
6
2007 1 299.4 4 605.4
Peningkatan ratarata per tahun (%) 9.50 8.80
Subsektor peternakan mempunyai peran penting bagi perekonomian Jawa Barat dalam rangka menopang pembangunan sektor pertanian di Jawa Barat itu sendiri. Pada sektor pertanian, subsektor peternakan tercatat sebagai penyumbang PDRB (produk domestik regional bruto) Jawa Barat terbesar ke-2 setelah subsektor tanaman bahan makanan yaitu sebesar 13.5 persen. Secara keseluruhan subsektor peternakan memberikan kontribusi sebesar 1.5 persen terhadap PDRB Jawa Barat9. Produksi daging ternak Jawa Barat tahun 2007 adalah sebesar 438 436 ton. Kontribusi daging terbesar berasal dari jenis unggas sebesar 73 persen, kemudian disusul daging sapi sebesar 17 persen. Kambing sebesar satu persen dan domba sebagai komoditas ternak utama di Jawa Barat, menyumbang sebesar delapan persen dari total produksi daging daerah. Jenis ternak lainnya (kerbau, kuda dan babi) memberikan kontribusi masing-masing sebesar 1 persen10. Ternak jenis kambing dan domba di Jawa Barat tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Bogor adalah salah satu daerah penyebaran populasi ternak jenis kambing dan domba yang terbesar untuk wilayah Jawa Barat. Pada tahun 2007 jumlah populasi ternak kambing dan domba di Bogor tercatat masingmasing sebesar 123 886 dan 235 933 ekor yang tersebar di wilayah kabupaten dan kota. Jumlah populasi ini menyumbang sebesar 6.93 persen dari total populasi ternak kambing dan domba Jawa Barat. Selain di Bogor, daerah penyebaran domba dengan populasi terbesar berturut-turut terdapat di Kabupaten Kerawang, Garut, Bandung dan Purwakarta11. Bogor memiliki peluang sebagai sentra produksi daging ternak kambing dan domba yang cukup baik. Fakta ini didukung berbagai faktor diantaranya demografi, politik, pendidikan dan sosial budaya serta keagamaan. Letak geografis Bogor yang berdampingan dengan Jakarta sebagai kota administrasi yang memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi, menjadikan Bogor sebagai basis tumpuan asal pangan kota tersebut. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa Bogor adalah penyedia pangan dua kota sekaligus. Pangan yang dimaksud
9
Badan Pusat Statistik. 2006. Loc.cit. 11 Loc.cit. 10
adalah salah satunya pangan asal ternak berupa daging ternak kambing dan domba. Produksi daging ternak jenis kambing dan domba di Bogor pada tahun 2007 tercatat masing-masing sebesar 283 157 dan 1 352 892 kg12. Jika diasumsikan berat rata-rata bobot hidup satu ekor kambing dan domba 20 kg, maka didapatkan jumlah pemotongan yang dilakukan terhadap ternak jenis domba tersebut adalah 81 802 ekor. Jumlah pemotongan ini 22.7 persen dari jumlah populasi yang ada. Artinya, permintaan terhadap daging ternak kambing dan domba di Bogor dan sekitarnya sangat tinggi. Sistem usaha peternakan kambing dan domba di Indonesia khususnya di Bogor secara umum masih bersifat sambilan dari sistem usaha pertanian tanaman pangan yang hampir seluruhnya merupakan peternakan rakyat. Sistem ini ditandai dengan biaya produksi yang relatif rendah, kurang berorientasi ekonomi karena hanya merupakan tabungan dan penambal resiko kegagalan cabang usaha tani lainnya, serta bentuk usaha yang bersifat pembibitan dan penggemukan. Dilihat dari perspektif bisnis, pada umumnya peternak dan pengusaha ternak kambing dan domba lebih memilih bisnis penggemukan, yakni hanya menggemukkan tubuh ternak untuk meningkatkan berat badan saat dijual. Keuntungan sangat jelas, usaha ini memiliki pasar yang nyata dan mudah diprediksi13. Bisnis ini cukup banyak digeluti oleh pengusaha peternakan di Bogor dan termasuk usaha yang dikelola oleh Mitra Tani Farm. Mitra Tani Farm (MT Farm) adalah salah satu usaha peternakan yang bergerak di bidang penggemukan kambing dan domba yang ada di Bogor. Peternakan ini berorientasi bisnis yang dikelola secara intensif dengan manajemen peternakan yang tepat melalui SDM yang terdidik. Kandang yang dimiliki bersifat permanen yang berbentuk panggung seluas ± 700 m2 dengan daya tampung 750 ekor. Untuk fasilitas pendukung kegiatan administrasi dan sebagainya, peternakan ini memiliki kantor lengkap dengan peralatan serta sarana dan prasarana pendukung lainnya. Peternakan ini juga dilengkapi kebun rumput untuk pakan hijauan ternak seluas ± 1 Ha. 12
13
Loc.cit. Buletin IPTEKDA-LIPI tanggal 1 Jan 2005 Volume: 4 No: 1
Keberadaan MT Farm sebagai peternakan yang berorientasi bisnis yang dikelola dengan baik dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung, tentunya tidak muncul dengan sendirinya. Semua itu membutuhkan modal yang besar. Untuk itu, usaha penggemukan kambing dan domba yang dikelola oleh MT Farm harus dapat menghasilkan benefit sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengusaha untuk kesinambungan usaha dan akumulasi modal. Dalam jangka panjang pada gilirannya dapat membuka peluang kerja masyarakat sekitar dan berkontribusi terhadap devisa negara. Usaha subsektor peternakan yang dikelola oleh MT Farm yang utama adalah penggemukan kambing dan domba yang merupakan bagian dari proyek pertanian. Proyek pertanian sangatlah sensitif terhadap perubahan lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal. Hal ini disebabkan berbagai faktor diantaranya adalah kenaikan biaya bahan baku (input), adanya gangguan penyakit, dan sebagainya. Perubahan tersebut diduga akan langsung mempengaruhi komponen cashflow yang pada akhirnya akan mempengaruhi net benefit dan mengubah kelayakan investasi perusahaan.
1.2 Perumusan Masalah Usaha penggemukan kambing dan domba MT Farm berdiri sejak September 2004, dan telah berjalan selama lebih empat tahun. Sejauh ini perusahaan belum mengetahui secara pasti seberapa besar manfaat (benefit) yang diperoleh perusahaan. Hal ini dikarenakan belum pernah dilakukannya perhitungan secara khusus dari pihak perusahaan sendiri. Meskipun usaha ini telah berjalan salama empat tahun, apakah berarti usaha yang dijalankan MT Farm ini telah layak secara finansial?. Untuk itu, maka melalui penelitian ini mencoba untuk menganalisis tingkat kelayakan finansial dan non finansial dari usaha penggemukan kambing dan domba yang dijalankan oleh MT Farm tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka masalah-masalah yang dianggap perlu untuk dikaji yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana kelayakan aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm? 2. Bagaimana tingkat kelayakan finansial penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm?
3. Bagaimana sensitivitas usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm terhadap kenaikan harga input dan penurunan kuantitas output melalui switching value analisys?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk: 1. Menganalisis kelayakan aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm. 2. Menganalisis tingkat kelayakan finansial penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm. 3. Menganalisis sensitivitas usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm terhadap kenaikan harga input dan penurunan kuantitas output melalui switching value analisys.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Penggemukan Penggemukan adalah usaha pemeliharaan ternak dengan sistem kandang yang dilakukan secara intensif selama periode tertentu untuk mempercepat pertumbuhan bobot badan ternak. Dalam pelaksanaannya, ternak diberi pakan hijauan dan konsentrat secara teratur dengan menerapkan manajemen tertentu. Tujuan pemeliharaan adalah untuk memproduksi daging.
2.2 Jenis-jenis Ternak Kambing dan Domba Pengetahuan tentang jenis kambing dan domba diperlukan dalam menjalankan usaha penggemukan kambing dan domba, terutama saat melakukan seleksi bakalan ternak. Jenis-jenis kambing yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut14: 1. Kambing Kacang. Kambing kacang adalah kambing yang pertama kali ada di Indonesia. Berbadan kecil, telinga tegak, berbulu lurus dan pendek, dan memiliki dua tanduk berukuran relatif pendek baik pada jantan maupun betina. Tinggi gumba jantan 60-65 cm dan betina 56 cm. Bobot jantan bisa mencapai 25 kg, sedangkan bobot betina sekitar 20 kg. 2. Kambing Merica. Kambing Marica terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan salah satu genotipe kambing asli Indonesia. Kambing Merica punya potensi genetik yang mampu beradaptasi dengan baik di daerah agroekosistem lahan kering yang memiliki curah hujan sepanjang tahun sangat rendah dan dapat bertahan hidup walau hanya memakan rumput kering di daerah tanah berbatuan. Ciri yang paling khas pada kambing ini adalah telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding telinga kambing kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif 3. Kambing Gembrong. Asal kambing gembrong terdapat di daerah kawasan timur Pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem. Ciri khas dari kambing ini adalah berbulu panjang. Panjang bulu berkisar sekitar 15-25 cm, bahkan rambut pada bagian kepala sampai menutupi muka dan telinga. Rambut 14
Sinar Tani Edisi 25 April–1 Mei 2007. Tujuh Plasma Nutfah Kambing Lokal Indonesia.
panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan kambing betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm. Warna tubuh pada umumnya dominan putih sebahagian berwarna coklat muda dan coklat. 4. Kambing Ettawa. Kambing ettawa berasal dari India. Kambing ini disebut juga kambing Jamnapari. Kambing jenis ini memiliki badan yang besar, tinggi gumba jantan 90-127 cm dan betina mencapai 92 cm. Bobot kambing jantan bisa mencapai 91 kg dan kambing betina mencapai 63 kg. Telinga panjang dan terkulai ke bawah, bentuk dahi dan hidung cembung. Baik jantan maupun betina bertanduk pendek. Kambing jenis ini merupakan jenis kambing penghasil susu yang mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari. 5. Kambing Peranakan Ettawa. Kambing peranakan ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing ettawa (asal India) dengan kambing kacang. Penampilan kambing jenis ini mirip kambing ettawa tetapi lebih kecil. Kambing PE ini bertipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu. Ciri khas kambing PE antara lain; bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher, telinga panjang, ujung tanduk agak melengkung, tubuh tinggi dan pipih, bentuk garis punggung mengombak ke belakang. Bulu tumbuh panjang di bagian leher, pundak, punggung dan paha. Bulu pada bagian paha tumbuh panjang dan tebal. 6. Kambing Saenen. Kambing saenen berasal dari Saenen, Swiss. Baik kambing jantan maupun betinanya tidak memiliki tanduk. Warna bulunya putih atau krem pucat. Hidung, telinga dan ambingnya berwarna belang hitam. Dahinya lebar, sedangkan telinganya berukuran sedang dan tegak. Kambing ini merupakan jenis kambing penghasil susu. Domba merupakan ternak yang pertama kali didomestikasi, dimulai dari daerah Kaspia, Iran, India, Asia Barat dan Tenggara, dan Eropa sampai ke Afrika. Di Indonesia, domba dikelompok menjadi (1) domba ekor tipis (Javanese thin tailed), (2) domba ekor gemuk (Javanese fat tailed), dan (3) domba priangan atau dikenal juga sebagai domba garut15. Secara umum ketiga jenis domba tersebut dibedakan dengan ciri-ciri sebagai berikut : 15
Salamena J.F. 2003. Strategi Pemuliaan Ternak Domba Pedaging di Indonesia. Makalah Pengantar Falsafah sains Program Pasca Sarjana (S3) Institut Pertanian Bogor. 13 Mei 2003. Bogor.
1. Domba Ekor Tipis. Domba ini merupakan domba yang banyak terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini termasuk golongan domba kecil, dengan berat potong sekitar 20-30 kg. Warna bulu putih dan biasanya memiliki bercak hitam di sekeliling matanya. Ekornya tidak menunjukkan adanya desposisi lemak. Domba jantan memiliki tanduk melingkar, sedangkan yang betina biasanya tidak bertanduk. Bulunya berupa wol yang kasar. 2. Domba Ekor Gemuk. Domba ini banyak terdapat di Jawa Timur dan Madura, serta pulau-pulau di Nusa Tenggara. Di Sulawesi Selatan dikenal sebagai domba Donggala. Tanda-tanda yang merupakan karakteristik khas domba ekor gemuk adalah ekor yang besar, lebar dan panjang. Bagian pangkal ekor membesar merupakan timbunan lemak, sedangkan bagian ujung ekor kecil tidak berlemak. Warna bulu putih dan tidak memiliki tanduk. Bulu wolnya kasar. Bentuk tubuh domba ekor gemuk lebih besar dari pada domba ekor tipis. Domba ini merupakan domba tipe pedaging, berat jantan dewasa antara 40-60 kg, sedangkan berat badan betina dewasa 25-35 kg. Tinggi badan pada jantan dewasa antara 60-65 cm, sedangkan pada betina dewasa 52-60 cm. 3. Domba Priangan. Terdapat di Priangan, yaitu di Bandung, Garut, Sumedang, Ciamis, dan Tasikmalaya. Domba ini dipelihara khusus untuk diadu. Domba priangan bertubuh besar, tanduk kambing jantan besar dan kuat, melingkar seperti spiral. Domba ini diduga turunan dari persilangan antara domba Merino dan domba Cape dengan domba lokal sekitar tahun 1864. Namun sekarang sudah tidak ada bekas-bekas dari karakteristik wol domba Merino pada domba priangan tersebut. Pada domba ini kadangkala dijumpai adanya domba tanpa daun telinga.
2.3 Pemeliharaan Ternak Kambing dan Domba Dalam melakukan pemeliharaan ternak kambing domba terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti pemilihan bakalan, pemberian pakan, pengaturan kandang dan pengendalian hama penyakit ternak. 2.3.1
Pemilihan Bakalan Ternak Menurut Sumoprotowo (1993), bahwa pemilihan bakalan ternak
merupakan langkah penting setelah penentuan lokasi. Langkah ini bertujuan untuk memperoleh bakalan-bakalan yang akan memberikan Pertambahan Berat Badan
Harian (PBBH) tinggi pada rentang waktu pemeliharaan, sehingga keuntungan yang diperoleh maksimal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bakalan adalah jenis kambing dan domba itu sendiri, jenis kelamin, dan penampilan fisik. Selain itu, pemilihan bakalan harus memperhatikan usia ternak (masih muda) dan tidak pernah terserang penyakit yang membahayakan (Duldjaman dan Rahayu, 1996). Bakalan ternak yang baik juga harus berbulu bersih dan mengkilat serta mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan (Dinas Peternakan, 1997). 2.3.2
Pemberian Pakan Ternak Pakan sangat penting untuk pertumbuhan ternak kambing dan domba.
Bentuk manajemen pemeliharaan sistem kandang yang digunakan medorong ketersediaan pakan harus diperhatikan dan harus selalu tersedia. Pakan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pakan dari hijauan sebagai pakan utama dan konsentrat sebagai pakan penguat (Suharno dan Nazarudin, 1994). Pakan hijauan seperti rumput dan legum (kacang-kacangan) mempunyai kandungan protein relatif rendah, sehingga keberadaan pakan konsentrat sebagai sumber energi dan protein berperan penting untuk melengkapi pakan hijauan agar penggemukan dapat maksimal. 2.3.3
Pengaturan Kandang Ternak Mulyono (2005), mengemukakan bahwa dalam pemeliharaan kambing dan
domba, perkandangan perlu diperhatikan. Kandang merupakan tempat berlindung ternak dari hujan dan terik matahari sehingga tercipta rasa nyaman. Dalam kandang yang baik, ternak akan mampu berkembang dan tumbuh secara normal. Sebaliknya, dalam kandang yang kurang baik memungkinkan ternak menjadi lambat tumbuh, kurang sehat, dan terjadi pemborosan pakan. Menurut Murtidjo (1993), ada beberapa tipe kandang kambing dan domba yang terbentuk karena adanya perbedaan kondisi daerah pemeliharaan, tingkat skala usaha, dan tingkat pengetahuan peternak. Kandang tersebut adalah tipe kandang panggung dan lemprok (non panggung). Umumnya peternak membangun kandang panggung. Kandang panggung merupakan kandang yang konstruksinya dibuat panggung yang diberi sekat pembatas untuk jumlah ternak tertentu dan dilengkapi dengan tempat pakan dan minum.
2.3.4
Pencegahan Penyakit Ternak Dalam usaha peternakan kambing dan domba, kesehatan merupakan hal
yang sangat penting karena berhubungan dengan produksi (Mulyono, 2005). Tindakan pertama yang dianjurkan pada usaha pemeliharaan kambing dan domba adalah melakukan pencegahan terjangkitnya penyakit. Duldjaman dan Rahayu (1996), mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit: (1) memelihara kebersihan ternak, pakan tempat minum, dan peralatan lainnya, (2) tidak mencampur ternak yang sakit dengan yang sehat sehingga tidak terjadi penularan, dan (3) melakukan vaksinasi dan pemberian obat pencegah penyakit yang dilakukan secara teratur. Ternak kambing dan domba harus dijaga dan dirawat kesehatannya sejak awal. Lingkungannya pun dihindarkan dari berbagai bentuk gangguan agar ternak tidak sampai mengalami stres. Pencegahan penyakit terhadap ternak dimulai ketika bakalan baru datang (sebelum dimasukkan ke dalam kandang) dengan melakukan vaksinasi dan pemberian obat pencegah penyakit. Bentuk pencegahan lainnya dapat dilakukan dengan cara mencukur bulu ternak. Pencegahan dilakukan dengan tujuan agar bibit-bibit penyakit, kutu, dan parasit lainnya yang melekat pada ternak dapat segera dihilangkan, kemudian setelah dicukur ternak dimandikan sampai bersih. Pencegahan selanjutnya yaitu pencegahan stres pada ternak, pencegahan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat anti stres.
2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan 2.4.1 Strategi Pengembangan Usaha Ternak Kambing dan Domba Sasongko (2006), menyatakan bahwa strategi pengembangan usaha penggemukan kambing dan domba yang dilakukan oleh MT Farm adalah penetapan harga jual ternak yang hampir sama dengan harga beli, peningkatan kualiatas ternak, peningkatan pelayanan terhadap konsumen, dan merintis jenis usaha baru yang bernaung di bawah MT Farm. Strategi ini tercipta berdasarkan SDM yang memiliki spesifikasi ilmu yang sesuai, terdidik yang dimiliki oleh perusahaan; manajemen yang bersifat kekeluargaan; dan MT Farm adalah pemasok ternak lembaga-lembaga aqiqah Jabotabek. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, analisis SWOT dan hirarki proses.
Berbagai macam kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, baik datangnya dari internal maupun eksternal perusahaan melalui penelitian ini prioritas strategi yang dianjurkan diantaranya adalah: memperbaiki perencanaan perusahaan dengan menyusun target dan rencana penjualan berdasarkan pasokan ternak yang ada di kandang; membangun dan memperkuat jaringan usaha dengan lembaga-lembaga aqiqah maupun pedagang; dan meningkatkan promosi berdesign islam, kontinyu yang berbasiskan internet dan sebagainya. Hadiningrum (2006) menggunakan alat analisis yang sama, menyatakan bahwa prioritas strategi pengembangan usaha ternak domba yang paling baik yang dijalankan peternakan Tawakkal adalah: mempertahankan kualitas produk dan pelanggan yang ada dengan tata laksana manajemen produksi yang baik; meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar; mempertahankan hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar; dan menciptakan kerjasama dengan masyarakat sekitar dalam pengadaan pakan ternak. Kesimpulan ini didapatkan berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada peternakan tawakkal tersebut baik dari dalam maupun luar perusahaan. Ada empat alternatif strategi berdasarkan analisis SWOT yang dikemukakan oleh Fahrurozi (2007) dalam pengembangan usaha untuk usaha ternak domba di Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, yaitu: pengembangan usahaternak melalui pembibitan; pengembangan sistem maporo; menciptakan agen informasi; dan intensifikasi usaha ternak. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Karyadi (2008) yang dilakukan di Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, menyatakan bahwa strategi yang paling tepat dilakukan dalam pengembangan usaha ternak domba adalah melalui penetrasi pasar dan pengembangan produk. 2.4.2 Pendapatan Usahaternak Domba Menurut Kurniawan (2007), usahaternak domba memberikan kontribusi sebesar 15.54 persen terhadap total pendapatan rumah tangga di Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Penentuan melalui metode cluster random sampling, didapatkan sampel sebesar 164 KK (Kepala Keluarga) dari populasi 700 KK. Pendapatan rata-rata KK adalah Rp 6 273 825 per tahun dan rata-rata pendapatan KK dari usahaternak domba tersebut sebesar Rp 986 620 per
tahunnya. 2.4.3 Kelayakan Usahaternak Kambing dan Domba Irwan (2008) melalui penelitiannya yang berjudul ”Analisis Kelayakan Usahaternak Domba Rakyat di Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”, secara umum menyatakan bahwa usahaternak yang dilakukan layak. Indikator kelayakan finansial yang digunakan adalah NPV, Gross B/C dan IRR dengan tingkat suku bunga 9.5 persen. NPV yang diperoleh positif, Gross B/C mencapai 1.10, dan IRR yang didapatkan besar dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 16.56 persen. Melalui analisis pengganti (switching value analisys), kenaikan input dapat ditolerir mencapai 9.97 persen dan penurunan output maksimun dimana usahaternak domba ini masih layak adalah 9.0 persen. Penelitian Dodo (2007) yang berjudul ”Analisis Usahaternak Kambing melalui Penelitian Aksi Partisifasi (Studi Kasus: Kelompok Tani Mekar, Situgede, Bogor Barat, Bogor, Jawa Barat)” secara finansial menyatakan layak untuk diusahakan dengan nilai NPV yang positif, nilai IRR jauh lebih besar dari suku bunga yang digunakan dan investasi dalam jangka 2.4 tahun sudah kembali. Hasil analisis sensitivitas melalui switching value analisys dengan menurunkan harga jual ternak menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk diusahakan selama penurunan harga ternaknya tidak lebih atau sama dengan delapan persen. 2.4.4 Kelayakan Usaha Komoditi Lain Beberapa penelitian yang berkaitan dengan kelayakan usaha dari jenis komoditi lain diantaranya skripsi Utami (2008) yang berjudul ”Analisis Kelayakan Usaha Serbuk Minuman Instan Berbasis Tananman Obat (Studi Kasus; Koleksi Taman Obat dan Spa Kebugaran Syifa, Bogor)”, menyatakan bahwa usaha Tanaman Obat dan Spa Kebugaran Syifa secara aspek finansial dinilai tidak layak untuk diusahakan, sedangkan dilihat aspek non finansial usaha ini dinilai layak. Indikator kelayakan finansial yang digunakan yaitu: NPV, Net B/C, IRR dan PP. 2.4.5 Penelitian yang akan dilakukan Penelitian-penelitian terdahulu memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang memiliki kesamaan banyak memberikan masukan untuk penelitian yang akan dilakukan. Kesamaan tersebut
berupa lokasi tempat penelitian dan alat analisis yang digunakan. Penelitian yang akan dilakukan memiliki kesamaan dengan penelitian Sasongko (2006) yaitu berupa lokasi tempat penelitian. Alat analisis yang digunakan pada penelitian yang akan dilakukan pada umumnya tidak jauh berbeda dengan penelitian tentang studi kelayakan finansial yang lainnya. Penelitian Irwan (2008) memiliki kesamaan tentang komoditi dan topik penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan yang mendasar dengan penelitian yang akan dilakukan adalah bahwa penelitian yang akan dilakukan membahas kelayakan finansial khusus penggemukan ternak kambing dan domba, dan data yang digunakan berupa data historys perusahaan, sedangkan pada penelitian sebelumnya membahas kelayakan usahaternak domba rakyat dan data yang digunakan berupa data estimation. Dilihat dari segi pengusahaan dan manajemen ternak bahwa ternak kambing dan domba pada penelitian yang akan dilakukan dipelihara secara intensif melalui sistem kandang.
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Menurut Kadariah (2001), Proyek adalah suatu kesatuan keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (benefit), atau suatu aktivitas dimana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) diwaktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Pendapat yang hampir sama juga dikemukan oleh Gray (1992), dan Gittinger (1986), mengemukakan tentang proyek yang bergerak dibidang pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang modal yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu. Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono, 2000). Pengertian berhasil disini dapat diartikan berbeda-beda. Keberhasilan menurut pihak swasta lebih cenderung kearah manfaat ekonomis suatu investasi, sedangkan keberhasilan menurut pihak pemerintah atau lembaga-lembaga non profit lebih cenderung kearah manfaat yang bersifat sosial yang langsung dirasakan masyarakat luas. Kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat investasi yaitu terdiri dari; manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (manfaat finansial), manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (manfaat ekonomi nasional), dan manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), tujuan studi kelayakan proyek pertanian adalah untuk menghindari keterlanjuran modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah yang besar.
3.1.2 Aspek-aspek Studi Kelayakan Proyek 3.1.2.1 Aspek-aspek Non Finansial Studi Kelayakan Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), sampai saat ini belum ada kesepakatan tentang aspek-aspek apa saja yang perlu diteliti dalam studi kelayakan. Hal ini bergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut, tetapi umumnya penelitian akan dilakukan terhadap aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum. 1. Aspek Pasar Aspek pasar mencakup struktur pasar, peluang pasar, dan strategi pemasaran yang akan dilaksanakan. a. Struktur pasar. Struktur pasar dapat dibedakan atas pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar oligopoli dan pasar persaingan monopolistik (Kotler, 2002). Pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dengan penawaran dimana jumlah produsen dan konsumen sedemikian rupa banyaknya dan tidak terbatas. Ciri-ciri pokok dari pasar persaingan sempurna adalah jumlah produsen dalam pasar sangat banyak, produk yang ditawarkan homogen, konsumen memahami sepenuhnya keadaan pasar, tidak ada hambatan untuk keluar masuk bagi setiap produsen, pemerintah tidak campur tangan dalam proses pembentukan harga, dan produsen hanya berperan sebagai price taker. Pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawaran dimana hanya ada satu penjual atau produsen yang menguasai seluruh konsumen yang ada, tidak ada barang substitusi, produsen sebagai price meker, dan memiliki hambatan yang sangat kuat untuk memasuki pasar tersebut. Pasar oligopoli adalah suatu bentuk interaksi permintaan dan penawaran dimana terdapat beberapa penjual atau produsen yang menguasai seluruh pangsa pasar yang ada. Ciri-ciri dari pasar oligopoli adalah: terdapat beberapa produsen yang menguasai pasar; barang yang diperjualbelikan homogen dengan adanya differentiated product; terdapat hambatan masuk yang cukup kuat bagi perusahaan di luar pasar untuk masuk ke dalam pasar; satu di antara para oligopolis merupakan price leader yaitu penjual yang memiliki pangsa
pasar yang terbesar dan penjual ini memiliki kekuatan yang besar dalam menetapkan harga dan para penjual lainnya mengikuti harga tersebut. Pasar monopolistik adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dengan penawaran dimana terdapat sejumlah besar penjual yang menawarkan barang yang sama. Pasar monopolistik merupakan pasar yang memiliki sifat monopoli pada spesifikasi barangnya, sedangkan unsur persaingan pada banyak penjual yang menjual produk yang sejenis. Ciri-ciri dari pasar monopolistik adalah: terdapat banyak produsen yang menguasai pasar, barang yang diperjualbelikan merupakan differentiated product, produsen memiliki kekuatan monopoli atas produk sendiri, untuk memenangkan persaingan setiap penjual aktif melakukan promosi atau iklan dan keluar masuk pasar relatif lebih mudah. b. Peluang Pasar. Peluang pasar merupakan proporsi dari keseluruhan pasar potensial yang diharapkan dapat diraih oleh perusahaan yang terkait. Pasar potensial adalah keseluruhan jumlah produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu dan pada periode tertentu pula. Peluang pasar dapat dilihat dari jumlah permintaan-permintaan yang ada terhadap suatu produk tertentu. c. Strategi Pemasaran. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), strategi pemasaran adalah berbagai usaha yang perlu dilakukan oleh produsen dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian hasil produksinya. Menurut Umar (2005), terdapat berbagai kegiatan yang harus dilalui oleh barang dan jasa sebelum sampai ke konsumen. Berbagai kegiatan tesebut disederhanakan menjadi empat kebijakan pemasaran yang dapat dikontrol yang disebut dengan marketing mix (bauran pemasaran). Bauran pemasaran merupakan alat yang dipergunakan untuk mempengaruhi konsumen untuk tertarik, senang lalu memberi dan merasakan kepuasan akan produk yang dipasarkan tersebut. Bauran pemasaran merupakan kombinasi dari empat strategi pemasaran yang terdiri dari strategi produk, strategi harga, strategi distribusi dan strategi promosi. 2. Aspek Teknis Aspek teknis berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Secara umum aspek teknis mencakup lokasi proyek, luasan produksi, dan layout perusahaan.
Menurut Husnan dan Muhammad (2000), variabel utama yang perlu mendapat perhatian dalam penentuan lokasi perusahaan adalah; ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja dan fasilitas transportasi. Luasan produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimum. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan luasan produksi yaitu batasan permintaan, persediaan mesinmesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, perusahaan dapat dikelompokkan ke dalam 4 skala usaha, yaitu perusahaan besar (≥100 orang), sedang (20-99 orang), kecil (5-19 orang) dan rumah tangga (1-4 orang)16. Penggolongan perusahaan pengolahan ini hanya didasarkan pada banyaknya tenaga kerja, tanpa memperhatikan penggunaan mesin dan besarnya modal yang digunakan perusahaan. Layout perusahaan merupakan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan yang meliputi layout lahan lokasi perusahaan, layout bangunanan dan fasilitas pendukung lainnya. 3. Aspek Manajemen Manajemen dalam pembangunan proyek berupa proses untuk merencanakan penyiapan secara fisik dan peralatan lainnya agar proyek dapat beroperasi tepat waktu, dan manajemen dalam operasi berupa pekerjaan dan persyaratan apa saja yang diperlukan agar proyek dapat beroperasi dan pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, termasuk struktur organisasi, deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan dan personil kunci. 4. Aspek Hukum Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, izin usaha, akta, sertifikat dan perizinan lain yang diperlukan dalam menjalankan usaha serta peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
16
Badan Pusat Statistik. 2003.
3.1.2.2 Aspek Finansial Studi Kelayakan Analisis finansial dalam studi kelayakan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, mengetahui perkiraan aliran kas (cashflow) dengan membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan, dan melalui penilaian indikator kelayakan investasi maka dapat ditentukan apakah proyek dapat dijalankan atau tidak. 1. Biaya dan Manfaat Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan (Gittinger, 1986). Berdasarkan waktu pengalokasian, biaya dibedakan dua jenis yaitu biaya investasi dan biaya produksi atau operasi. Biaya investasi merupakan biaya yang digunakan untuk membangun suatu unit usaha, sedangkan biaya produksi adalah biaya yang digunakan untuk menjalankan suatu unit usaha. Selain itu, pajak juga termasuk sebagai komponen biaya. Sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang membantu tujuan, dan juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek baik secara langsung (tangible) maupun tidak langsung (intangible). 2. Cashflow Cashflow adalah susunan arus manfaat bersih tambahan sebagai hasil pengurangan arus biaya tambahan terhadap arus manfaat. Arus tersebut menggambarkan keadaan dari tahun ketahun selama jangka hidup dari suatu proyek (Kuntjoro, 2002). Cashflow terdiri dari inflow yang menggambarkan arus penerimaan kas dan outflow sebagai pengeluaran kas selama jangka waktu umur proyek, sedangkan nilai sisa (salvage value) merupakan biaya modal yang tidak habis selama umur usaha (Gittinger, 1986). 3. Kriteria Kelayakan Investasi Menurut Kadariah (1999), kriteria finansial yang digunakan untuk menilai kelayakan suatu proyek, antara lain berupa; Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost (Net B/C), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) dan Payback Period (PP). 3.1.3 Discounding Factor dan Compounding factor Manfaat investasi baru akan dapat dirasakan setelah beberapa periode kedepan lamanya. Terkait dengan itu, konsep time preference menjadikan
pengorbanan penggunaan waktu pakai uang terhadap uang itu sendiri harus ada nilainya. Nilai tersebut dinilai dengan uang itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi time preference adalah: inflasi yang akan menurunkan nilai uang; resiko yang tidak diketahui dimasa yang akan datang yang menyebabkan nilai uang masa yang akan datang memerlukan jumlah yang besar; dan, terkait dengan konsumsi yang memiliki kecendrungan memberikan kenikmatan yang lebih untuk saat ini dibanding konsumsi yang akan datang. Untuk mengatasi adanya perubahan terhadap nilai mata uang tersebut maka dilakukan dengan men-discounding factor-kan dan atau men-compounding factor-kan nilai mata uang tersebut pada waktu tertentu terhadap waktu tertentu pula. Discounding factor yaitu menentukan jumlah uang disaat sekarang (present) bila diketahui sejumlah tertentu dimasa yang akan datang (future) dengan memperhatikan periode waktu tertentu, sedangkan compounding factor yaitu menentukan nilai uang yang akan datang jika telah diketahui sejumlah uang saat ini dengan memperhatikan periode waktu tertentu. 3.1.4 Switching Value Analisys Switching value analisys atau analisis pengganti merupakan salah satu variasi dari analisis sensitivitas. Metode ini digunakan untuk menganalisis nilai pengganti terhadap perubahan-perubahan yang terjadi agar proyek dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek. Dengan kata lain, sampai berapa persen perubahan yang terjadi pada variabel yang diduga bisa menyebabkan perubahan sehingga proyek dikatakan masih dapat diterima. Dengan kata lain, batas persen perubahan tersebut yang membuat nilai NPV = 0, net B/C = 1 dan IRR = tingkat suku bunga yang berlaku. Pada proyek pertanian perubahan tersebut diakibatkan oleh tiga permasalahan utama yaitu; perubahan harga jual produk, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Kambing dan domba memiliki keunggulan lebih dibandingkan komoditi jenis ternak utama Indonesia lainnya. Keunggulan tersebut berupa; daya adaptasi yang baik, pertumbuhan cepat, pemeliharaan mudah, tahan terhadap penyakit, siklus produksi pendek dan, memiliki fungsi sosial dan keagamaan, serta memiliki
potensi pasar yang selalu terbuka lebar. Berbagai keunggulan tersebut merupakan landasan utama bagi investor dalam menginvestasikan modalnya pada usaha penggemukan kambing dan domba yang dikelola oleh peternakan MT Farm sehingga diharapkan dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan profit yang maksimal. Keberhasilan MT Farm bergerak dalam menjalankan usaha penggemukan kambing dan domba dapat dilihat bahwa usia MT Farm dalam menggeluti dunia bisnis ini telah mencapai lebih empat tahun. Namun demikian, jalan atau tidaknya usaha bukanlah indikator penentu kelayakan dari suatu usaha. Indikator penentu layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari aspek finansial dan non finansialnya. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kelayakan aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum) dan aspek finansial dari usaha penggemukan kambing dan domba yang dikelola oleh MT Farm tersebut. Penentuan kelayakan aspek non finansial dari usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan membandingkan antara fakta yang ada dengan teori-teori yang terkait melalui observasi dan studi literatur. Sedangkan penentuan aspek finansial menggunakan kriteria investasi berupa; NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C dan PP. Sebagai bentuk kewaspadaan terhadap usaha tersebut yang dikhawatirkan akan mengalami perubahan-perubahan pada peningkatan harga input dan penurunan kuantitas output, maka melalui analisis pengganti (switching value analisys) akan diketahui berapa besarnya batas perubahan tersebut yang akan membuat usaha tidak layak. Dengan demikian, maka hasil dari analisis ini akan dapat memberikan informasi tentang tingkat kelayakan finansial maupun non finansial dari usaha penggemukan kambing dan domba yang diusahakan oleh MT Farm. Alur kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Keunggulan kambing dan domba: 1. Daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan 2. Mudah dalam pemeliharaan 3. Pertumbuhan cepat 4. Tahan terhadap penyakit 5. Memiliki siklus produksi pendek 6. Memiliki fungsi sosial dan keagamaan
Peluang pasar terbuka lebar: 1. Dalam negeri: untuk ibadah qurban 5.6 juta ekor per tahun 2. Manca negara di kawasan Asia Tenggara (Malaysia dan Singapura, serta kawasan Timur Tengah): 9.3 juta ekor per tahun
Investor
MT Farm Usaha Penggemukan Kambing dan Domba
Analisis non Finansial
Aspek Pasar
Aspek Teknis
Aspek Manajemen
Analisis Finansial
Aspek Hukum
Analisis Pengganti
Layak
Tidak Layak
Gambar 1. Kerangka Alur Pemikiran Operasional
BAB IV
METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan MT Farm yang bertempat di jalan Baru AMD nomor 51 RT/RW 04/05 Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan berbagai pertimbangan bahwa MT Farm sebagai usaha yang bergerak di bidang penggemukan kambing dan domba tergolong masih baru dan memiliki prospek yang baik. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan pada bulan September 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak peternakan MT Farm. Data primer itu sendiri mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur usaha baik biaya investasi maupun biaya operasional, serta penerimaan selama usaha berjalan. Data primer yang digunakan tersebut berupa data historys perusahaan. Data sekunder diperoleh dari studi literatur beberapa skripsi, internet, jurnal dan buku-buku yang berkaitan dengan materi penelitian ini. Selain itu, data yang diperoleh juga berasal dari observasi di lapangan
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif berupa analisis deskriptif yang dilakukan untuk mendefinisikan mengenai gambaran sistem usaha dan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum dari usaha penggemukan kambing dan domba pada peternakan MT Farm. Sedangkan analisis data secara kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan finansial penggemukan kambing dan domba pada peternakan MT Farm tersebut. Metode kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C dan PP yang diolah menggunakan program Microsoft Excel. Mengingat adanya konsep time value of money, maka
penentuan nilai uang sekarang dan yang akan datang harus dilakukan melalui metode discounting factor atau compounding factor. Melalui switching value analisys, data yang ada dicoba untuk dirubah dengan menaikkan input dan menurunkan output, sehingga dapat dilihat sejauh mana kemampuan perusahaan bertahan terhadap perubahan tersebut. Dengan kata lain, analisis ini menentukan batas perubahan terhadap kenaikan input dan penurunan output yang membuat usaha menjadi tidak layak.
4.4 Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial Analisis yang akan dilakukan terhadap aspek non finansial tergantung pada skala usaha proyek, dan belum ada keseragaman yang pasti tentang aspek apa saja yang akan diteliti dalam aspek non finansial tersebut. Namun pada penelitian ini aspek non finansial yang akan diteliti adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek hukum. 4.4.1
Aspek Pasar Analisis aspek pasar yang akan diteliti pada usaha penggemukan kambing
dan domba peternakan MT Farm yaitu: 1. Struktur Pasar. Dilakukan pengidentifikasian terhadap struktur pasar yang terbentuk dari komoditas ternak kambing dan domba yang ada. 2. Peluang Pasar. Dilakukan pengidentifikasian terhadap peluang pasar kambing dan domba, baik dalam negeri maupun luar negeri, dengan demikian diharapkan dapat menggambarkan peluang pasar yang dapat diraih oleh peternakan MT Farm. 3. Strategi Pemasaran. Untuk memenuhi pasar potensial yang ada terutama segmen pasar, maka dilakukan indentifikasi terhadap stretegi pemasaran yang dilakukan oleh MT Farm dalam rangka memenuhi peluang pasar yang ada. 4.4.2
Aspek Teknis Analisis aspek teknis yang diteliti pada usaha penggemukan kambing dan
domba MT Farm secara umum mencakup lokasi proyek, luasan produksi dan layout perusahaan. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi item-item aspek teknis tersebut secara langsung ke lapangan kemudian dibandingkan terhadap teori-teori yang ada.
4.4.3
Aspek Manajemen Aspek manajemen dalam pembangunan proyek berupa manajemen proses
untuk merencanakan penyiapan secara fisik dan manajemen dalam operasi. Namun pada penelitian ini aspek manajemen yang diteliti khusus pada manajemen dalam operasi. Analisis pada aspek manajemen ini dilakukan dengan mengidentifikasi item-item aspek manajemen yang diterapkan oleh MT Farm berupa struktur organisasi dan lain sebagainya lalu membandingkan dengan teoriteori yang terkait. 4.4.4
Aspek Hukum Analisis terhadap aspek hukum dilakukan dengan mengidentifikasi bentuk
badan usaha yang digunakan, izin usaha, dan lain sebagainya, yang telah dilakukan oleh MT Farm dalam menjalankan usaha penggemukan kambing dan domba tersebut.
4.5 Analisis Kelayakan Aspek Finansial Dalam melakukan analisis finansial diperlukan kriteria investasi sebagai indikator yang menyatakan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Kriteria investasi yang digunakan tersebut adalah sebagai berikut: 4.5.1 Net Present Value (NPV) NPV dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas penerimaan dikurangi dengan arus kas pengeluaran dengan tingkat diskonto tertentu. NPV suatu proyek adalah selisih present value (PV) arus benefit dengan PV arus biaya. Rumus umum yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut:
NPV
=
n
∑
t=0
Bt − Ct (1 + i ) t
Keterangan: Bt = penerimaan bruto periode ke-t (rupiah) Ct = biaya bruto tahun ke-t (rupiah) n = umur ekonomis usaha (tahun) t = tahun ke 1, 2, 3,..., n i = tingkat suku bunga (%) Dalam metode NPV, terdapat tiga penilaian kriteria investasi. Jika NPV suatu usaha lebih besar dari nol (NPV>0), artinya suatu proyek dinyatakan sudah menguntungkan dan proyek tersebut dapat dilaksanakan. Jika NPV lebih kecil dari
nol (NPV<0), artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan, dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan. Dan jika NPV sama dengan nol (NPV=0), artinya proyek tersebut hanya mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial opportunities cost faktor produksi normal. 4.5.2 Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan internal tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus untuk menghitung IRR adalah:
IRR = i1 + Keterangan: i1 = i2 = NPV1 = NPV2 =
NPV1 (i2 − i1) NPV2 − NPV1
discount rate yang menghasilkan NPV positif discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV yang bernilai positif NPV yang bernilai negative
4.5.3 Net Benefit-Cost (Net B/C) Net B/C merupakan perbandingan antara present value positif dibagi dengan present value negatif. Net B/C digunakan untuk mengukur efesiensi dalam penggunaan modal. Bila Net B/C>1 artinya usaha tersebut layak untuk dilaksanakan, bila Net B/C<1 artinya usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, dan bila Net B/C=1 artinya biaya yang dikeluarkan sama dengan keuntungan yang didapat. Rumus umum untuk perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut:
Bt t = 0 (1 Net B / C = n Ct ∑ t = 0 (1 n
∑
− Ct + i)t − Bt + i)t
dimana:
Bt − Ct > 0 Ct − Bt < 0
4.5.4 Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) Gross B/C merupakan manfaat yang diterima proyek dari setiap satuan biaya yang dikeluarkan (tanpa satuan). Gross B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit yang akan diperoleh dari jumlah biaya yang dikeluarkan. Indikator yang digunakan sama dengan Net B/C. Semakin besar angka yang didapatkan, berarti proyek semakin baik. Perhitungan Gross B/C secara matematis adalah sebagai berikut: Bt t t = 0 (1 + i ) Gross B / C = n Ct ∑ t t = 0 (1 + i ) n
∑
4.5.5 Payback Period (PP) Payback Period merupakan jangka waktu kembalinya seluruh jumlah investasi yang ditanamkan dalam satuan waktu. Jangka waktu ini dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai netto produksi tambahan sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi yang ditanamkan (Gittinger, 1986). Semakin kecil angka yang didapatkan maka semakin cepat tingkat pengembalian
investasinya,
maka
usaha
tersebut
semakin
baik
untuk
dilaksanakan. Perhitungan PP dapat dirumuskan sebagai berikut: PP =
I Ab
Keterangan: I = besarnya investasi yang dikeluarkan (rupiah) Ab = benefit bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya (rupiah)
4.6 Discounding Factor dan Compounding Factor Untuk menghitung nilai uang sekarang jika diketahui sejumlah uang dimasa yang akan datang, dapat menggunakan rumus discounding factor di bawah ini:
DF = Keterangan: DF = nilai uang sekarang t = tahun ke 1, 2, 3,..., n i = tingkat suku bunga (%)
1 (1 + i ) t
Dan untuk menentukan nilai uang yang akan datang jika diketahui nilai sekarang adalah dengan menggunakan rumus compounding factor sebagai berikut: CF = ( 1 + i )t Keterangan: CF = nilai uang masa yang akan datang
4.7 Switching Value Analisys Switching value analisys dalam penelitian usaha penggemukan kambing dan domba pada MT Farm yang dilakukan ini adalah untuk menguji kepekaan perubahan kenaikan harga input dan penurunan penjualan kuantitas output terhadap kelayakan investasi. Harga input yang dimaksud disini adalah harga bakalan ternak kambing dan domba dan harga pakan ternak, dan kuantitas output adalah jumlah ternak yang dijual (volume penjualan). Dasar penentuan switching value analisys dilakukan terhadap harga bakalan dan pakan ternak dijadikan sebagai variabel input adalah bahwa variabel ini merupakan biaya variabel utama perusahaan yang memiliki persentase sangat besar yang dikeluarkan oleh perusahaan yang suatu waktu dapat berubah seiring dengan waktu dan akibat perubahan faktor-faktor lainnya (ekonomi, politik, demografi dan sebagainya) tanpa diduga sebelumnya. Hal yang sama juga akan terjadi pada variabel output. Sebagai bentuk kewaspadaan terhadap perubahan-perubahan tersebut, maka dilakukanlah switching value analisys sehingga dapat diketahui batas kekuatan perusahaan terhadap goncangan perubahan-perubahan yang terjadi.
BAB V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah Umum Perusahaan Mitra Tani Farm dikenal dengan MT Farm merupakan sebuah usaha agribisnis subsektor peternakan yang bergerak di bidang penggemukan kambing dan domba. MT Farm didirikan oleh alumni Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Usaha ini mulai dirintis semenjak mereka duduk di bangku kuliah sebagai supplier ternak kambing dan domba untuk keperluan ibadah qurban pada Hari Raya Idul Adha. Melihat prospek usaha penggemukan kambing dan domba memiliki peluang bisnis yang sangat menjanjikan, maka setelah mereka menyelesaikan kuliahnya, peluang itu pun dimanfaatkan dengan baik. Melalui bantuan permodalan dari seorang investor, tepatnya pada September 2004 berdirilah usaha peternakan penggemukan kambing dan domba yang diberi nama Mitra Tani Farm.
5.2 Visi dan Misi Perusahaan MT Farm sebagai perusahaan yang prospektif dibidang penggemukan kambing dan domba dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan asal ternak khusus ternak kambing dan domba, seperti perusahaan lain MT Farm juga memiliki visi dan misi. Visi MT Farm adalah sebagai pusat penjualan ternak kambing dan domba di Jabotabek sedangkan misinya adalah sebagai penyedia ternak kambing dan domba yang murah, sehat dan berkualitas. Visi dan misi ini diwujudkan dalam rangka ”menuju mitra tani sejahtera” yang menjadi slogan dan sekaligus cita-cita mulia dari MT Farm.
5.3 Lokasi Perusahaan Usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm ini terletak di Jalan Baru AMD nomor 51 RT/RW 04/05 Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Lahan yang digunakan seluas ± 766 m2 untuk keperluan kandang dan kantor, dan lahan untuk kebun rumput seluas ± 1 ha dengan lokasi yang terpisah-pisah. Secara umum, kandang digunakan sebagai tempat budidaya ternak dalam proses penggemukan, kantor sebagai tempat
kegiatan administrasi dan penyimpanan dokumen-dokumen penting perusahaan dan kebun rumput yang ada merupakan penyedia pakan ternak yang berasal dari hijauan.
5.4 Fasilitas Usaha Perusahaan memiliki fasilitas usaha terutama dalam pelaksanaan proses produksi, pemasaran dan kegiatan administrasi perusahaan. Fasilitas usaha yang digunakan selain kandang, kantor dan kebun rumput yang telah disebutkan di atas, juga memiliki tempat pemotongan hewan ternak, tempat pembuatan pupuk bokasi dan, peralatan dan perlengkapan lainnya yang mendukung berjalannya usaha. Peralatan yang digunakan antara lain adalah satu unit mobil pick up carry, dua unit sepeda motor, satu unit komputer dan printer, freezer, pesawat telepon, satu unit mesin steam, tiga unit jet pump, dan peralatan-peralatan kandang. Peralatan kandang itu sendiri berupa sprayer, timbangan, cangkul, garpu, arit dan sebagainya.
5.5 Deskripsi Kegiatan Usaha Usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm merupakan usaha sub sektor peternakan yang bergerak dalam bidang penggemukan kambing dan domba. Penggemukan yang dimaksudkan disini adalah ternak diberikan perlakuan khusus, dikandangkan secara intensif dan diberi makan sampai periode tertentu dan kemudian dijual. Bakalan ternak diperoleh dari usaha ternak kecil di berbagai tempat seperti Bogor dan sekitarnya, dan dari Jawa Timur. Saat ini peternakan MT Farm mendapatkan pasokan bakalan ternak dari Jawa Timur yaitu Kediri dan sekitarnya melalui petugas dari MT Farm yang berfungsi sebagai pedagang pengumpul. Bakalan ternak tersebut berumur di bawah dua tahun yang masih berada dalam fase pertumbuhan, sehingga sangat efektif untuk dilakukan penggemukan. Bakalan ternak diberi makan pakan hijauan dan konsentrat dengan perbandingan 1:4. Hal ini dilakukan agar penggemukan efektif dan efisien sehingga pertumbuhan bobot badan ternak pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan yang diinginkan. Khusus pada penelitian ini pakan yang diberikan hanya konsentrat. Ternak diberi makan dua kali sehari yaitu pagi dan sore dengan
dosis 1 kg per ekor setiap hari. Melalui instalasi yang telah disediakan ternak diberi minum yang cukup. Usaha penggemukan pada umumnya dilakukan berupa; ternak digemukkan sampai pada periode tertentu dan kemudian dijual. Beda halnya dengan peternakan MT Farm, jika ada permintaan dari konsumen terhadap ternak yang diinginkan kapanpun waktunya, dari pihak perusahaan akan menjual ternak tersebut, dengan syarat selisih harga jual dengan harga beli minimal Rp 500 per kg bobot hidup ternak. Ternak tetap akan dijual walaupun ternak tersebut baru dibeli dari pemasok dan belum dimasukkan ke dalam kandang. Hal ini dilakukan untuk menjaga loyalitas konsumen terhadap MT Farm. Bakalan ternak yang digemukkan mendapatkan perlakuan khusus. Bakalan ternak yang dibeli tersebut, dan sesampainya dikandang dilakukan penimbangan sehingga diketahui bobot hidup awal ternak sebelum dilakukan penggemukan. Bakalan ternak kemudian dimandikan dan diberi antibiotik, baik berupa tablet maupun melalui suntik yang berfungsi untuk mencegah datangnya penyakit dan stres sewaktu dalam perjalanan. Langkah selanjutnya bakalan ternak siap dimasukkan ke dalam kandang dan digemukkan. Ternak yang telah digemukkan selama beberapa periode yang ditentukan siap untuk dijual. Pelanggan peternakan MT Farm adalah lembaga-lembaga aqiqah yang ada di Jabotabek, pedagang (tukang jagal) dan juga melayani konsumen individu yang datang langsung ke peternakan MT Farm. Peternakan MT Farm memiliki unit bisnis yang lain yang bernaung di bawah MT Farm yaitu lembaga aqiqah yang bernama Salamah Aqiqah, peternakan ayam, dan kebun sayur organik. MT Farm juga menyediakan jasa penyewaan mobil bagi konsumen yang membutuhkan dan melayani pemotongan ternak. Khusus pada penelitian ini, ruang lingkup unit bisnis yang dibahas adalah unit bisnis utama MT Farm yaitu dibidang penggemukan kambing dan domba.
5.6 Pelanggan Perusahaan Peternakan MT Farm secara umum memiliki pelanggan lembaga-lembaga aqiqah dan pedagang atau tukang jagal. Pelanggang ini merupakan target pasar utama perusahaan karena frekuensi pembeliannya rutin. Lembaga-lembaga aqiqah yang sudah menjadi pelanggan perusahaan antara lain adalah; Fajar Harapan,
Ihsan Indotama, Al amien, Nurul dan Cahaya Sejahtera yang tersebar di Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi. Sebaran daerah pelanggan tersebut merupakan daerah pasar sasaran perusahaan yang sesuai dengan visi dari perusahaan sebagai pusat penyedia ternak kambing dan domba di Jabotabek. Pedagang yang menjadi pelanggan perusahaan adalah tukang jagal yang ada di pasar-pasar tradional terutama untuk daerah Bogor. Selain itu perusahaan juga melayani konsumen individu yang langsung datang ke kandang produksi.
BAB VI
ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL Analisis yang akan dilakukan terhadap aspek non finansial tergantung pada skala usaha proyek, dan belum ada keseragaman yang pasti tentang aspek apa saja yang akan diteliti dalam aspek non finansial tersebut. Namun pada penelitian ini aspek non finansial yang akan dianalisis meliputi; aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek hukum.
6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang menjadi prioritas utama dalam menentukan layak tidaknya suatu usaha. Jika pasar yang dituju tidak jelas, prospek usaha kedepannya pun tidak jelas, maka resiko kegagalan usaha menjadi besar. Untuk itu, dalam menentukan layak tidaknya usaha penggemukan kambing dan domba MT Farm dari aspek pasar, maka perlu dikaji dengan baik struktur pasar yang terbentuk dan peluang pasar yang ada. Melalui strategi pemasaran yang baik pula maka peluang pasar yang tersedia dapat diraih dengan baik. 6.1.1
Struktur Pasar Struktur pasar yang terbentuk pada usaha penggemukan kambing dan
domba adalah pasar oligopoli. Hal ini terlihat hanya ada beberapa usaha penggemukan kambing dan domba sebagai produsen yang menguasai pangsa pasar yang ada. Khusus di Bogor, usaha yang bergerak di bidang peternakan kambing dan domba ada sembilan peternakan, baik yang sifat pembibitan, pengusahaan susu (perah) maupun penggemukan. Kesembilan peternakan itu termasuk diantaranya MT Farm, yang lainnya adalah peternakan Barokah di Cimande, pembibitan domba garut di Cisalopa, pembibitan domba garut ”Lesang” di Pagelaran, pengusahaan kambing perah di Cibuntu, penggemukan domba di Leuwiliang, pembibitan domba lokal di desa Benteng Gunung Leutik, penggemukan domba di Cimanggu dan pengusahaan kambing perah di pesantren Nurul Fallah Ciampea. Usaha peternakan kambing dan domba ini masing-masing memiliki populasi berkisar 100 - 1 200 ekor dengan populasi terbesar dimiliki oleh peternakan Barokah yaitu 1 200 ekor, kemudian terbesar kedua adalah MT Farm dengan populasi 750 ekor.
Ciri lain yang menunjukkan bahwa struktur pasar yang terbentuk struktur pasar oligopoli adalah dapat dilihat dari produk yang diperjualbelikan homogen. Produk yang dimaksud tentunya adalah ternak kambing dan domba. Masingmasing peternakan yang ada yang bergerak di bidang penggemukan kambing dan domba menawarkan jenis produk yang sama dengan menonjolkan kualitas yang dimiliki oleh masing-masing peternakan tersebut. MT Farm misalnya, menonjolkan ternaknya yang sehat dan berkualitas, dan begitu juga peternakan yang lainnya. Harga jual yang terbentuk ditentukan oleh produsen. Adanya hambatan yang relatif kuat dalam memasuki pasar yang ada. Hal ini dikarena bahwa potensi pasar yang ada telah dikuasai oleh peternakan kambing dan domba yang disebutkan di atas. 6.1.2
Peluang Pasar Ternak jenis kambing dan domba merupakan ternak yang memiliki fungsi
sosial dan keagamaan. Ketersediaan pasar untuk ternak jenis ini selalu ada, baik dalam negeri maupun luar negeri semakin terbuka lebar. Secara umum kenyataan ini didorong oleh beberapa faktor yaitu adanya peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan kesadaran masyarakat akan gizi hewani, dan penduduk Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam. Bila dilihat peluang pasar manca negara di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura, serta kawasan Timur Tengah membutuhkan 9.3 juta ekor setiap tahunnya. Khusus pasar domestik, Indonesia memiliki potensi kebutuhan akan daging hewan ternak kambing dan domba untuk ibadah qurban kurang lebih sekitar 5.6 juta ekor setiap tahunnya, dan belum termasuk kebutuhan pasokan untuk aqiqah, industri restoran dan warung sate kaki lima yang membutuhkan 2 - 3 ekor tiap hari17. Berdasarkan visi dari MT Farm bahwa pasar yang menjadi tujuan MT Farm secara geografis adalah khusus kawasan Jabotabek dengan segmen pasar tujuan berupa lembaga-lembaga aqiqah, pedagang dan atau tukang jagal serta konsumen individu. Seiring dengan itu, kondisi kekuatan peta perpolitikan di kawasan Jabotabek saat ini didominasi oleh partai berbasiskan Islam. Kondisi ini menjadikan MT Farm yang membidik kawasan Jabotabek mendapatkan peluang 17
http://www.langitlangit.com. 29 April 2007
pasar yang semakin baik. Selanjutnya, kondisi ini akan mendorong tingginya angka permintaan akan ternak kambing dan domba untuk kawasan Jabotabek tersebut. Sementara itu, produsen yang menawarkan ternak kambing dan domba tidak sebanding dengan tingkat permintaan yang ada. Permintaan jauh lebih tinggi daripada penawaran. Kenyataan ini dapat dilihat dari rendahnya tingkat pertumbuhan populasi yang tidak sebanding dengan tingkat permintaan akan ternak kambing dan domba tersebut. Berdasarkan kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa peluang pasar sangat terbuka lebar dan memiliki pangsa pasar yang sangat besar bagi usaha penggemukan kambing dan domba sekelas MT Farm. 6.1.3
Strategi Pemasaran Berdasarkan penelitian
Sasongko (2006) menyatakan bahwa strategi
pemasaran yang dilakukan oleh usaha peternakan penggemukan kambing dan domba MT Farm berupa; peningkatan kualitas ternak dan peningkatan pelayanan kepada konsumen serta dalam penetapan harga jual ternak berdasarkan kondisi dan konsumen. 6.1.3.1 Strategi produk Produk adalah sesuatu yang ditawarkan yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Produk yang dimaksud disini tentunya adalah ternak kambing dan domba setelah melalui masa penggemukan. Peternakan MT Farm selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas ternaknya (Sasongko, 2006) melalui penanganan dimasa produksi. Berkualitas atau tidaknya ternak yang dihasilkan merupakan hasil penanganan ternak dimasa pemeliharaan. Penanganan yang dilakukan berupa menjaga kebersihan kandang dan ternak, pemberian pakan dan secara teratur dan pemberian vitamin dan obat untuk menjaga kesehatan ternak. 6.1.3.2 Strategi harga Strategi harga yang dilakukan oleh perusahaan berupa penetapan harga jual ternak berdasarkan kondisi dan konsumen. Berdasarkan kondisi, jika ada penawaran terhadap ternak yang baru dibeli oleh MT Farm sesampainya di kandang produksi dan belum ada dilakukan penanganan apa-apa oleh MT Farm, maka ternak yang ditawar tersebut lebih cendrung akan dijual langsung oleh MT Farm walaupun selisih harga jual dengan harga belinya sebesar Rp 500 per
kilogram bobot hidup, dengan dasar pertimbangan bahwa ternak yang belum dibiayaipun sudah menguntungkan. Berdasarkan konsumen, penentuan harga jual terhadap konsumen berbedabeda. Konsumen pedagang atau tukang jagal akan mendapatkan harga yang lebih murah dari pada konsumen lembaga aqiqah, konsumen perorangan dan sebagainya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pedagang atau tukang jagal dalam menentukan harga jual nantinya berdasarkan harga per kilogram daging kambing atau domba yang berlaku di pasar. Pedagang atau tukang jagal tentunya ingin mendapatkan keuntungan juga, harga jual harus bisa bersaing di pasar jika ingin mendapatkan keuntungan. Dengan dasar pertimbangan tersebutlah maka pihak MT Farm menetapkan harga jual ternaknya terhadap konsumen pedagang atau tukang jagal lebih murah dari pada konsumen lainnya sehingga sama-sama mendapatkan keuntungan. Pada mulanya penetapan harga jual dilakukan dengan meningkatkan harga beli ternak sebesar Rp 2 000 per kilogram bobot hidup. Setelah dilakukan berbagai pertimbangan maka ditetapkanlah kebijakan harga jual tersebut di atas. Secara umum harga jual ternak per kilogram bobot hidup yang ditetapkan perusahaan akhir-akhir ini sebesar Rp 22 500 untuk ternak domba dan Rp 28 000 untuk ternak kambing. Bila dilihat dari sisi pesaing yang ada di Bogor misalkan peternakan Barokah yang merupakan peternakan kambing dan domba yang memiliki populasi terbesar di Bogor, harga jual yang ditetapkan oleh peternakan Barokah tersebut lebih tinggi dibanding harga jual yang ditetapkan oleh MT Farm yaitu dengan kisaran selisih Rp 100 - Rp 1 000 per kilogram bobot hidup untuk ternak kambing maupun ternak domba. Begitu juga dengan pesaing MT Farm lainnya, harga jual yang ditetapkan lebih tinggi dibanding dengan harga jual yang ditetapkan oleh MT Farm. Hal ini terjadi karena pihak MT Farm dalam menetapkan harga jual selalu berdasarkan harga jual yang berlaku pada pesaing dan kemudian menetapkan harga jual tersebut berada di bawah harga jual pesaing. Ini dilakukan oleh pihak MT Farm demi mewujudkan visi dan misi MT Farm itu sendiri berupa pusat penjualan ternak kambing dan domba di Jabotabek yang murah, sehat dan berkualitas.
6.1.3.3 Strategi distribusi Dalam pendistribusian ternak kepada pelanggan dan atau konsumen, perusahaan menyediakan jasa penyewaan kendaraan yang selalu siap untuk mengantarkan ternak sampai pada tujuan. Besarnya sewa kendaraan tergantung jumlah ternak dan jarak tempuh. 6.1.3.4 Strategi promosi Segmen pasar yang menjadi sasaran oleh perusahaan saat ini adalah lembaga-lembaga aqiqah, pedagang dan atau tukang jagal serta konsumen individu. Strategi promosi yang diprioritaskan oleh MT Farm yang dianggap paling efektif saat ini berupa silaturrahmi kepada segmen-segmen pasar yang ada, bagi pelanggan dilakukan secara kontinyu dan, bagi segmen pasar yang belum menjadi pelanggan didatangi dan ditawarkan untuk kerjasama. Silaturrahmi dianggap paling ampuh dalam melakukan pendekatan terhadap pelanggan yang bertujuan menjaga loyalitas konsumen. Selain itu, promosi yang dilakukan juga melalui pemasangan stiker-stiker di tempat-tempat yang strategis dan pemasangan iklan di media cetak seperti Radar Bogor. Namun promosi yang dilakukan perusahaan melalui iklan di media cetak tidak dijalankan secara kontinyu karena dianggap kurang efektif dan efesien.
6.2 Aspek Teknis 6.2.1
Lokasi Perusahaan Berdasarkan variabel-variabel utama yang perlu mendapat perhatian dalam
penentuan lokasi perusahaan maka peternakan MT Farm memiliki lokasi yang cukup strategis. Kestrategisan lokasi MT Farm dapat dilihat dari keberadaan bahan baku (pakan hijauan) yang ketersediaannya tidak ada kendala. Hal ini dikarenakan peternakan MT Farm memiliki kebun rumput gajah sendiri yang letaknya tidak jauh dari kandang produksi. Selain itu, lokasi perusahaan juga tidak berada di dekat jalan raya yang cukup bising dan berpolusi karena dapat mengganggu perkembangan ternak. Walaupun jauh dari jalan raya, tetapi lokasi perusahaan dapat diakses dengan baik oleh berbagai jenis kendaraan darat. Lokasi perusahaan tidak pula berada di daerah perumahan penduduk sehingga tidak mengganggu kenyamanan penduduk. Fasilitas pendukung utama lainnya berupa tenaga listrik dan telepon tersedia cukup baik.
Variabel utama lainnya yang terpenting dalam penentuan lokasi perusahaan adalah letak pasar yang dituju. Variabel ini berkaitan dengan visi dari perusahaan sendiri yaitu sebagai pusat penjualan ternak kambing dan domba di Jabotabek. Berdasarkan pada visi tersebut maka pasar tujuan adalah daerah Jabotabek. Posisi perusahaan yang terletak di Bogor cukup strategis sebagai lokasi produksi dan tidak mengalami masalah yang signifikan bagi pihak perusahaan, dan bila dilihat dari segi supply tenaga kerja, lokasi perusahaan yang dipilih saat ini tidak menjadi masalah karena kebutuhan tenaga kerja masih relatif kecil. 6.2.2
Luasan Produksi MT Farm adalah peternakan yang bergerak di bidang penggemukan
kambing dan domba yang memiliki populasi terbesar kedua di Bogor dengan jumlah populasi 750 ekor sesuai dengan kapasitas daya tampung kandang yang dimiliki. Tenaga kerja bersifat permanen yang dimiliki oleh MT Farm berjumlah enam orang dan jika ditambah dengan tenaga kerja yang bersifat non permanen lebih dari 10 orang. Berdasarkan prosedur pendirian perusahaan peternakan yang ditetapkan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Bogor menyatakan bahwa usaha peternakan dapat dikatakan sebagai perusahaan peternakan jika jumlah ternak yang dimiliki minimal 300 ekor. Berdasarkan pernyataan tersebut maka peternakan MT Farm termasuk dalam perusahaan peternakan tersebut. Jika dilihat dari potensi pasar yang ada, maka usaha penggemukan kambing dan domba MT Farm tergolong pada skala usaha kecil. Bila dilihat dari sisi tenaga kerja yang dimiliki oleh MT Farm maka MT Farm juga dikelompokkan ke dalam usaha yang berskala kecil. 6.2.1
Layout Perusahaan Peternakan MT Farm memiliki lahan seluas 776 m2 yang dipergunakan
untuk bangunan kandang, kantor, gudang dan sebagainya. Kandang yang dimiliki terdiri dari 2 tipe yaitu; tipe semi panggung dan tipe panggung. Tipe kandang semi panggung memiliki 4 kandang yaitu kandang A, B, C dan D, masing-masing memiliki daya tampung 180 ekor ternak. Setiap kandang diberi sekat pembatas berukuran 2 x 1.5 m untuk 5 sampai 8 ekor ternak. Tipe kandang panggung yang dimiliki berjumlah satu kandang yang disebut kandang E berukuran 30 x 14 m
dengan kapasitas 70 ekor ternak. Setiap kandang yang ada dilengkapi dengan tempat makan dan minum ternak. Setiap kandang dibatasi oleh jalan sedemikian rupa yang berfungsi untuk lalu lalang kegiatan operasional setiap harinya. Jalan ini terdiri dari 2 tipe yaitu jalan utama dan jalan pembantu. Jalan utama terletak antara kandang B dan C, sedang jalan pembantu berada antara kandang A dan B, dan C dengan D. Untuk lebih jelasnya layout peternakan MT Farm dapat di lihat pada Gambar 3. 6.2.2
Proses Penggemukan Secara umum teknis kegiatan penggemukan kambing dan domba di MT
Farm terdiri dari pembelian bakalan ternak dan kemudian digemukkan. Sebelumnya kandang harus terlebih dahulu disediakan.
2
1
3
6
7
4
Keterangan : 1 : gerbang masuk 2 : gudang pakan 3 : kantor 4 : sumur 5 : jalan utama 6 dan 7 : jalan bantu A, B, C, D dan E : kandang
5
A
B
C
D
E
Gambar 3. Layout Kandang Peternakan MT Farm 6.2.2.1 Sistem Perkandangan Kandang yang digunakan didesain berbentuk panggung dengan ada kolong di bawahnya. Bentuk kandang ini mempermudah dalam menjaga kebersihan terutama dalam membersihkan kotoran ternak. Sistem kandang berupa sistem koloni, dimana kandang disekat-sekat sebagai pembatas untuk beberapa ekor ternak. Dalam satu sekatan kandang berkisar antara 5 - 8 ekor ternak. Sistem
koloni berfungsi antara lain agar ternak dalam mendapatkan makanan merata antara ternak satu dengan yang lain. Kandang dilengkapi tempat makan dan tempat minum khusus yang dibuat disetiap sekatan yang ada. 6.2.2.2 Pembelian Bakalan Ternak Bakalan ternak diperoleh dari Jawa Timur tepatnya di Kediri dan sekitarnya. Bakalan ini berasal dari bakalan ternak milik masyarakat melalui usaha taninya. MT Farm melalui seorang petugas khusus ditunjuk untuk melakukan pembelian ternak tersebut. Petugas yang ditunjuk berfungsi sebagai pedagang pengumpul yang langsung melakukan pembelian kepada petani. Bakalan ternak yang dibeli berumur 6 bulan siap sapih sampai umur 2 tahun. Umur tersebut merupakan umur produktif dan masa pertumbuhan ternak. Setelah bakalan ternak terkumpul sesuai kebutuhan, maka bakalan ternak dikirim ke kandang produksi di Bogor untuk digemukkan. 6.2.2.3 Masa Penggemukan a. Perlakuan awal Perlakuan awal yang dilakukan terhadap bakalan ternak setibanya di kandang dan sebelum dimasukkan ke dalam kandang produksi adalah bakalan ternak terlebih dahulu diberi vitamin, obat cacing dan dilakukan pencukuran terhadap bakalan ternak lalu dimandikan sampai bersih. Vitamin yang diberikan adalah vitamin B Kompleks melalui injeksi terhadap ternak dengan dosis 3 ml per ekor, obat cacing Kalbazen-SG dengan dosis 4 ml per ekor dan VET-OXY SB sebagai anti biotik. Mengingat adanya keterbatasan alat akhir-akhir ini pencukuran terhadap bakalan ternak tidak dilakukan lagi. b. Pemberian pakan Bakalan ternak diberi makan dua kali setiap harinya yaitu pagi dan sore. Pagi hari pukul 06.00 WIB dan kemudian dilanjutkan sore pada pukul 15.00 WIB. Pakan yang diberikan berupa konsentrat yang memiliki merk dagang Lactofeer dengan dosis 1 kilogram per hari per ekor. Pada proses penggemukan ini pakan jenis hijauan tidak diberikan terhadap ternak karena kandungan protein yang dimiliki terlalu rendah sehingga tidak efektif.
c. Pencegahan penyakit Sebagai bentuk pencegahan penyakit terhadap ternak, perlakuan awal yang disebutkan di atas dilakukan setiap awal periode penggemukan. Selain itu, kebersihan kandang, tempat makan dan minum selalu dijaga dengan baik. Kotoran ternak yang berada di kolong kandang dibersihkan melalui mesin steam.
6.3 Aspek Manajemen Analisis aspek manajemen dilakukan untuk melihat apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan sehingga rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar, 2005). Analisis aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan struktur organisasi harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyek, serta kebutuhan tenaga kerja harus terinci dengan baik. MT Farm merupakan suatu kelompok usaha yang mempunyai struktur organisasi yang sangat sederhana, dimana pada tingkat paling atas terdapat seorang Direktur sebagai penyandang dana sekaligus pengawas dan penasehat perusahaan. Direktur tidak mempunyai wewenang dan tanggungjawab terhadap setiap pengambilan keputusan dan direktur hanya berfungsi sebagai investor semata. Pada satu tingkat di bawah Direktur terdapat seorang General Manager yang mempunyai tanggungjawab membantu, menilai dan mengevaluasi jalannya usaha, menetapkan strategi dan kebijakan umum sebagai dasar bagi kegiatan usaha dalam mencapai tujuan usaha serta melaporkan hasil evaluasi bulanan kepada Direktur. Pada level selanjutnya terdapat tiga orang manager yaitu manager pemasaran, produksi dan administrasi yang bertanggungjawab kepada General Manager. Manager pemasaran bertugas sebagai koordinator kegiatan penjualan, ekspansi pasar, melakukan tagihan kepada konsumen yang melakukan pembelian secara kredit dan sebagainya. Manager produksi berfungsi dalam proses produksi dibantu oleh dua orang asisten kandang. Tugas manager produksi adalah dalam
hal pemberian pakan ternak, pemotongan ternak, menyusun rencana dan anggaran produksi dan sebagainya. Sedangkan manager keuangan bertugas sebagai pencatat masalah keuangan dan pengarsipan. Keempat maneger yang disebutkan di atas merupakan pihak pengelola utama MT Farm, selain mendapatkan gaji sebagai penyandang jabatan maneger, para maneger ini juga mendapatkan pembagian hasil dari usaha yang dilakukan setiap akhir periode. Struktur organisasi MT Farm dapat dilihat pada Gambar 4. MT Farm memiliki sumberdaya manusia yang berkompetensi dalam menjalankan usaha penggemukan kambing dan domba yang dikelola. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan para managernya, mulai dari general manager, manager produksi, pemasaran dan manager administrasi minimal berpendidikan sarjana yang sesuai dengan bidang usaha yang mereka digeluti saat ini. Para manager ini adalah alumni Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Mereka menggeluti usaha ini semenjak mereka duduk di bangku kuliah sebagai penyalur hewan untuk qurban, usahapun berkembang menjadi usaha penggemukan kambing dan domba yang mereka kelola saat ini.
Direktur
General Manager
Manager Produksi
Manager Pemasaran
Manager Administrasi
Asisten Kandang
Gambar 4. Struktur Organisasi MT Farm
6.4 Aspek Hukum Usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm belum memiliki bentuk badan usaha dan hukum yang jelas. Namun demikian, pada bulan Juni 2006 MT Farm telah terdaftar di Dinas Peternakan dan Perikanan Pemerintahan Kabupaten Bogor sebagai Usaha Peternakan Rakyat dengan nomor registrasi 1.5/010-TD.Nak/VI/2006. Selain itu, MT Farm juga memiliki surat keterangan izin domisili usaha dari Pemerintahan Kecamatan Ciampea dengan nomor surat 511.1454/2010/XI/2007 dan dari Kelurahan setempat.
6.5 Ikhtisar Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial Berdasarkan uraian di atas yang dimulai dari aspek pasar terlihat bahwa usaha penggemukan kambing dan domba MT Farm memiliki peluang pasar yang baik. Demikian pula aspek teknis, variabel utama faktor pendukung jalannya usaha pada aspek ini menunjukkan adanya keberpihakan yang cukup baik sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Kemudian dari aspek manajemen terlihat adanya struktur organisasi dan pembagian tugas yang baik dengan sumberdaya manusia yang kompeten, yang dapat dipastikan usaha ini berjalan dengan baik. Secara hukum, walaupun MT Farm belum memiliki badan usaha dan hukum yang jelas, namun telah terdaftar sebagai usaha peternakan rakyat dari Dinas Peternakan dan Perikanan Pemerintahan Kabupaten Bogor. Dengan demikian usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm dinilai layak secara aspek non finansial.
BAB VII
ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha dari segi keuangan. Dalam melakukan analisis aspek ini diperlukan kriteria investasi sebagai indikator yang menyatakan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Kriteria investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah; Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost (Net B/C), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) dan Payback Period (PP). Kriteria penilaian investasi ini dalam penggunaannya memerlukan cashflow untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan (outflow) dan manfaat yang diperoleh (inflow) dan nilai sisa (terminal cashflow) dalam menjalankan usaha penggemukan kambing dan domba MT Farm selama lima tahun.
7.1 Asumsi Dasar Analisis kelayakan finansial usaha penggemukan kambing dan domba di peternakan MT Farm menggunakan beberapa asumsi dasar, yaitu : 1. Usaha penggemukan kambing dan domba MT Farm didanai oleh seorang investor dengan sistem bagi hasil masing-masing sebesar 60 persen untuk pihak pengelola dan 40 persen untuk pihak investor per tahun. Dengan demikian, usaha ini tergolong usaha yang didanai dengan modal sendiri, sehingga perusahaan tidak membayar cicilan bunga bank tertentu. 2. Umur proyek ditentukan lima tahun berdasarkan umur ekonomis yang paling lama yaitu kandang dan semua aset yang ada diperkirakan berumur ekonomis sehingga biaya reinvestasi tidak ada. 3. Data yang digunakan adalah data historys perusahaan dan data estimation. Data historys yang digunakan adalah data perusahaan 3 tahun pertama terhitung mulai Mei 2005 sampai April 2008, baik penerimaan maupun pengeluaran dengan dasar penentuannya sesuai dengan harga yang berlaku waktu itu. Sedangkan penggunaan data estimation dimulai Mei 2008 sampai April 2010 selama dua tahun berikutnya. 4. Penentuan nilai data estimation berdasarkan harga yang berlaku pada tahun 2008 dan diasumsikan konstan ke depannya.
a. Penerimaan terdiri dari penerimaan penjualan ternak dan penerimaan tambahan berupa jasa penyewaan mobil. Besarnya penerimaan penjualan ternak ditentukan berdasarkan bobot hidup ternak dikalikan dengan harga per kilogramnya, sedangkan penerimaan tambahan jasa penyewaan mobil dihitung berdasarkan rata-rata penerimaan tambahan tahun 2008. b. Besarnya biaya operasional ditentukan berdasarkan rata-rata per bulan biaya operasional pada tahun ke-3, kecuali harga bakalan ternak sebesar Rp 19 500,- untuk domba dan kambing Rp 25 000 per kilogram bobot hidup, dan harga pakan sebesar Rp 1 475 per kilogram. c. Jumlah bakalan yang digemukkan adalah 600 ekor, terdiri dari 400 ekor domba dan 200 ekor kambing, masing-masing berumur enam bulan dengan bobot badan hidup 16 kilogram per ekor untuk setiap periode. Jumlah populasi ternak ini ditentukan berdasarkan kapasitas daya tampung kandang yang dimiliki oleh MT Farm. d. Satu periode yaitu selama dua bulan (60 hari) yang disebut dengan satu siklus produksi. e. Harga jual ternak kambing dan domba per kilogram bobot hidup masingmasing Rp 22 500 dan Rp 28 000. f. Pertambahan bobot badan harian rata-rata 100 gram per hari. g. Tingkat mortalitas ternak per periode adalah 0.016 persen yaitu 10 ekor (enam ekor domba dan empat ekor kambing). h. Kebutuhan pakan per ekor per hari adalah satu kilogram. i. Setiap periode semua ternak habis terjual. 5. Suku bunga yang dipakai adalah suku bunga deposito 12 bulan Bank Panin yang berlaku bulan September 2008 sebesar 8.50 persen. 6. Penentuan pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progresif berdasarkan UU No. 17 tahun 2000 tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap, yaitu : a. Penghasilan ≤ Rp 50 juta akan dikenakan pajak sebesar lima persen. b. Penghasilan Rp 50−Rp 100 juta dikenakan pajak sebesar 10 persen. c. Penghasilan ≥ Rp 100 juta dikenakan pajak sebesar 30 persen.
7.2 Outflow 7.2.1
Initial Cashflow Initial cashflow merupakan cashflow yang berkaitan dengan outflow untuk
biaya investasi usaha penggemukan kambing dan domba. Biaya investasi ini adalah biaya yang dikeluarkan pada saat awal proyek untuk aset yang memiliki umur ekonomis selama beberapa periode tertentu sesuai dengan umur proyek. Jika terdapat aset yang memiliki umur ekonomis tidak sesuai dengan umur proyek, maka perlu biaya tambahan yang disebut biaya reinvestasi. Umur proyek penggemukan kambing dan domba diperkirakan selama lima tahun dihitung berdasarkan umur ekonomis aset yang paling lama yaitu kandang. Biaya investasi tersebut dipergunakan untuk beli tanah, membangun kandang dan kantor, beli peralatan dan perlengkapan pendukung lainnya. Sedangkan biaya reinvestasi dipergunakan untuk memperbaiki kandang jika ada yang rusak dan biaya perbaikan aset lainnya jika dibutuhkan. Pada penelitian ini biaya reinvestasi diasumsikan tidak ada. Total biaya investasi yang dikeluarkan oleh MT Farm adalah sebesar Rp 229 410 000. Rincian biaya investasi yang dikeluarkan oleh MT Farm tersebut dalam menjalankan usaha penggemukan kambing dan domba berdasarkan data historys perusahaan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1. 7.2.2
Operational Cashflow Operational cashflow adalah bagian dari cashflow yang berkaitan dengan
outflow untuk biaya-biaya operasional selama proses penggemukan kambing dan domba hingga dijual. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan secara berkala selama proyek berjalan. Secara umum biaya operasional meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Sedangkan biaya variabel sebaliknya, yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh kuantitas produk yang dihasilkan. 7.2.2.1 Biaya Tetap Biaya tetap usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm berupa; gaji manager dan asisten kandang (karyawan), biaya telepon dan listrik, pajak bumi dan bangunan (PBB) dan termasuk diantaranya biaya iklan
dan alat tulis kantor. Gaji manager sekaligus sebagai pihak pengelola yang berjumlah empat orang masing-masing mendapatkan gaji sebesar Rp 850 000 per bulan dan asisten kandang sebesar Rp 1 500 000 per bulan. Gaji maneger lebih rendah dari pada asisten kandang dikarenakan maneger sebagai pengelola mendapatkan bagian dari pembagian hasil diakhir periode sebesar 60 persen dari total pendapatan bersih dan juga mendapatkan fasilitas tempat tinggal, uang makan, dan tunjangan transportasi dan tunjangan lainnya. Besarnya PBB yang dikeluarkan oleh MT Farm setiap tahun adalah RP 28 400 000,- dengan dasar perhitungan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yaitu tanah dan bangunan milik peternakan MT Farm (NJOP tanah dan bangunan masing-masing Rp 50 000 000 dan Rp 100 000 000) dikurangi NJOP Tidak Kena Pajak sebesar Rp 8 000 00018 dikali 20 persen bagi NJOP di bawah 1 milyar. Jika dihitung per bulannya, maka MT Farm dikenakan PBB sebesar Rp 2 366 667. Awal mulanya peternakan MT Farm pernah memuatkan iklan produknya di sebuah media cetak pada tahun 2005 bulan Mei, Juni dan Juli dengan biaya masing-masing sebesar Rp 1 193 000, Rp 150 000 dan Rp 200 000. Namun promosi yang dilakukan ini tidak berjalan secara kontinyu karena pihak MT Farm memutuskan promosi lewat media cetak kurang efektif. Biaya tetap lainnya adalah peralatan tulis kantor seperti pulpen, kertas, tinta dan sebagainya menghabiskan biaya rata-rata per bulan sebesar Rp 74 550. Rata-rata besarnya biaya tetap ini adalah 4.07 persen per tahun dari total biaya yang dikeluarkan perusahaan. Besarnya masing-masing biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Biaya Tetap per Bulan Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm (Rupiah). No 1 2 3 4 5 6
Jenis Biaya Gaji manager 4 orang Gaji asisten kandang 2 orang Telepon Listrik PBB Alat tulis kantor
Nominal 3 400 000 3 000 000 416 791.5 247 766.5 2 366 66719 74 550
Sumber : MT Farm
18 19
Undang-undang no. 12 tahun 1985 Bab III ayat 3 PBB per tahun=20%x(150.000.000–8.000.000) = 28.400.000/thn : 12bln = 2 366 667
7.2.2.2 Biaya Variabel Biaya variabel terdiri dari biaya pembelian bakalan ternak, biaya pakan, obat-obatan, Tunjangan Hari Raya (THR) dan lain sebagainya. Berdasarkan data history perusahaan sampai dengan Agustus 2008, harga beli bakalan ternak domba per kilogram bobot hidup berkisar antara Rp 11 000 - Rp 19 500, harga ini tergantung jenis, kualitas dan umur bakalan ternak. Jika jenis dan kualitas ternak bagus, dan umur ternak dalam masa pertumbuhan maka bakalan ternak akan dapat dibeli oleh MT Farm dengan harga tertinggi. Begitu juga dengan dasar penentuan harga beli yang ditetapkan oleh MT Farm untuk bakalan ternak kambing, tapi kisaran harga beli bakalan ternak kambing lebih tinggi dari pada bakalan ternak domba yaitu berkisar antara Rp 15 000 - Rp 25 000. Jumlah rata-rata bakalan ternak yang dibeli setiap bulannya oleh MT Farm berdasarkan data historys perusahaan sampai dengan Agustus 2008 sangat fluktuatif bahkan cendrung turun. Tahun 2005 rata-rata per bulan pembelian bakalan ternak yang dilakukan oleh MT Farm berjumlah 134 ekor, tahun 2006 naik mencapai 924 ekor dan untuk tahun 2007 dan 2008 turun dengan rata-rata per bulan berjumlah 591 dan 252 ekor. Besarnya biaya pembelian bakalan ternak ditentukan berdasarkan berat bobot hidup bakalan ternak dikali harga per kilogram bobot hidup ternak dikali jumlah bakalan ternak. Besarnya biaya total pembelian bakalan ternak per tahun berdasarkan data historys perusahaan selama tiga tahun pertama berturut-turut sebesar Rp 1 292 610 000, Rp 4 597 023 173 dan Rp 2 548 614 252. Biaya pembelian bakalan ternak untuk dua tahun berikutnya sama halnya dengan penentuan biaya pembelian bakalan ternak sebelumnya yaitu berdasarkan bobot hidup bakalan ternak per ekor dikali harga per kilogram bobot hidup kemudian dikalikan dengan jumlah populasi bakalan per periode, sehingga diperoleh biaya pembelian bakalan ternak per periode sebesar Rp 204 800 000. Pengeluaran perusahan terbesar adalah untuk pembelian bakalan ternak, dengan rata-rata persentase per tahunnya adalah sebesar 84.23 dari total biaya yang dikeluarkan perusahaan. Untuk kebutuhan pakan dapat menyesuaikan dengan populasi ternak yang ada yaitu berbanding lurus dengan tingkat populasi. Jika populasi ternak tinggi maka kebutuhan pakannya juga akan meningkat. Besarnya
biaya kebutuhan pakan ditentukan dengan cara mengalikan jumlah populasi ternak per bulan atau periode dengan kebutuhan pakan per ekor per hari dan dikalikan dengan jumlah hari per bulan atau periode, sehingga dihasilkan kebutuhan pakan selama satu bulan atau satu siklus produksi (kg). Kebutuhan pakan per bulan atau per siklus produksi dikalikan dengan harga per kilogram pakan maka didapatkan kebutuhan biaya pakan selama satu bulan atau satu siklus produksi. Rata-rata persentase besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembelian pakan adalah 9.83 persen per tahunnya. Besarnya biaya untuk kebutuhan pakan selama tiga tahun pertama dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3, 4, dan 5, dan untuk biaya kebutuhan pakan dua tahun berikutnya yaitu sebesar Rp 53 100 000 per siklus produksi. Untuk biaya obat-obatan dan biaya variabel lainnya selama tiga tahun pertama dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3, 4 dan 5. Kebutuhan biaya obatobatan dan biaya variabel lainnya untuk dua tahun berikutnya ditentukan berdasarkan rata-rata biaya variabel tersebut per bulan pada tahun ke-3. Sedangkan biaya untuk THR dikeluarkan perusahaan sekali setahun sebesar Rp 1 400 000 yang diperuntukkan bagi kedua asisten kandangnya. Tabel Lampiran 2 memperlihatkan biaya operasional per tahun usaha penggemukan kambing dan domba MT Farm berdasarkan data historys perusahaan selama tiga tahun pertama, Tabel Lampiran 3, 4, dan 5 memperlihatkan rincian total per bulan biaya operasional usaha penggemukan kambing dan domba MT Farm berdasarkan data historys perusahaan selama tiga tahun pertama dan Tabel Lampiran 6 menunjukkan besarnya biaya operasional per tahun untuk dua tahun berikutnya.
7.3 Inflow 7.3.1
Penerimaan Penjualan Ternak Usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm
memperoleh penerimaan dari hasil penjualan bakalan ternak yang telah digemukkan selama beberapa periode tertentu dan merupakan penerimaan utama perusahaan. Penerimaan penjualan dihitung berdasarkan jumlah ternak dikalikan dengan harga jual ternak per kilogram bobot hidup. Penerimaan peternakan MT Farm berdasarkan data hitorys perusahaan selama tiga tahun pertama (Tabel
Lampiran 7, 8 dan 9) berturut-turut sebesar Rp 1 501 577 742, Rp 5 166 850 798 dan Rp 2 842 092 422. Untuk dua tahun berikutnya diasumsikan bahwa setiap periodenya semua ternak yang ada habis terjual, sehingga penerimaan penjualan ternak untuk setiap periodenya adalah sebesasr Rp 315 766 000, terdiri dari penerimaan penjualan ternak domba Rp 195 030 000 dan ternak kambing Rp 120 736 000. Nilai ini diperoleh dari pertumbuhan bobot bakalan selama satu periode ditambah bobot awal lalu dikali dengan jumlah populasi ternak per periode dan kemudian dikalikan lagi dengan harga jual per kilogram bobot hidup. Jumlah populasi per periode dihitung setelah dikurangi dengan tingkat kematian per periode sebesar 0.016 persen (10 ekor; 6 ekor domba, 4 ekor kambing). Perkiraan pendapatan peternakan
MT
Farm
untuk
dua
tahun
terakhir
dapat
dilihat
pada
Tabel Lampiran 6. 7.3.2
Penerimaan Tambahan Penerimaan peternakan MT Farm lainnya berasal dari hasil penjulan kulit,
jasa penyewaan mobil, penjualan karkas, penjualan karung dan rumput serta penerimaan tambahan lainnya. Penerimaan lainnya tersebut dinamakan sebagai penerimaan tambahan. Penerimaan jasa penyewaan mobil diperoleh dari konsumen yang membeli ternak yang membutuhkan kendaraan untuk mengantarkan ternak tersebut ke tempat tujuan. Penerimaan penjualan kulit dan karkas diperoleh ketika ada konsumen yang memesan ternak langsung terima jadi (pemotongan ternak dilakukan oleh pihak MT Farm) dan siap saji yang hanya mengambil bagian-bagian tertentu dari ternak tersebut, dan
pada umumnya
konsumen tidak menginginkan bagian-bagian itu, sehingga bagian-bagian itu diambil oleh pihak peternakan dan dijual. Peternakan MT Farm juga memperoleh penerimaan tambahan dari hasil penjualan karung bekas tempat pakan dan penjualan rumput untuk pakan ternak yang dijual kepada peternak yang membutuhkan disekitar MT Farm. Penerimaan tambahan peternakan MT Farm selama tiga tahun pertama adalah Rp 35 293 000, Rp 79 776 700 dan Rp 74 685 600. Penerimaan tambahan memberikan kontribusi sebesar 1.77 persen terhadap penerimaan perusahaan dari total penerimaan perusahaan untuk setiap tahunnya. Tabel 5 menunjukkan rincian penerimaan
tambahan peternakan MT Farm selama tiga tahun pertama yang berdasarkan data historys perusahaan. Untuk penerimaan tambahan selama dua tahun berikutnya hanya berasal dari jasa penyewaan mobil yang diperkirakan sebesar Rp 2 601 000 per siklus produksi (Tabel Lampiran 6). Besarnya penerimaan per periode jasa penyewaan mobil ditentukan berdasarkan perhitungan rata-rata penerimaan penyewaan mobil pada tahun 2008. Tabel 5. Penerimaan Tambahan Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm Selama Tiga Tahun Pertama (Rupiah) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Penerimaan Penjualan kulit Jasa penyewaan mobil Penjulan karkas dll Penjualan Karung & Pupuk Salamah Aqiqah Bogor Penjualan rumput Penjualan Pakan Penjualan Obat-obatan Lain-lain Total
I 18 689 500 7 865 000 5 230 200 0 2 339 300 0 0 0 1 169 000 35 293 000
Tahun keII 7 375 000 49,145,100 12,011,100 1 678 500 0 8 061 500 1 218 500 287 000 0 79 776 700
III 7 248 000 28 108 000 0 21 224 800 18 104 800 0 0 0 0 74 685 600
7.4 Salvage Value Nilai sisa diperoleh setelah diketahui nilai penyusutan dan umur ekonomis aset tersebut. Nilai penyusutan aset perusahaan pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Semua aset perusahaan diperkirakan mempunyai nilai ekonomis selama lima tahun yaitu seumuran proyek selain tanah adalah mobil. Semua aset perusahaan tersebut pada akhir tahun ke-5 diperkirakan tidak memiliki nilai sisa. Aset perusahaan yang masih mempunyai nilai sisa selain tanah adalah mobil. Pada penelitian ini nilai sisa tanah diasumsikan sama harga beli yaitu Rp 50 000 000 dan mobil masih memiliki nilai sisa sebesar Rp 22 500 000.
7.5 Analisis Finansial Analisis kelayakan finansial usaha penggemukan kambing dan domba MT Farm berdasarkan lima kriteria investasi yang digunakan yaitu NPV, Net B/C,
Gross B/C, IRR dan PP dapat dilihat pada Tabel 6, dan perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Tabel Lampiran 10. Tabel 6. Hasil Analisis Finansial Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm No 1 2 3 4 5
Kriteria Analisis NPV Net B/C Gross B/C IRR PP
Satuan Rupiah Persen Tahun
Hasil 359 346 744 2.53 2.53 11.7 1.5
Berdasarkan hasil analisis finansial pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm mampu memperoleh manfaat bersih tambahan selama lima tahun besar dari pada nol dengan tingkat diskonto sebesar 8.5 persen. Nilai NPV yang diperoleh berdasarkan indikator kriteria kelayakan yang digunakan menunjukkan bahwa usaha penggemukan kambing dan domba yang dijalankan oleh peternakan MT Farm ini layak. Nilai tersebut diperoleh dengan cara men-discounding-kan net benefit bruto yang diperoleh setiap tahunnya selama lima tahun dan kemudian dijumlahkan, sehingga diperoleh manfaat bersih yang diterima peternakan MT Farm sebesar Rp 359 346 744. Present value benefit (PV+) yang diperoleh peternakan MT Farm adalah sebesar Rp 593 531 744 dengan present value cost (PV-) sebesar Rp 234 185 000. Perbandingan antara PV+ dengan PV- didapatkan nilai Net B/C sebesar 2.53 yang menunjukkan bahwa usaha penggemukan kambing dan domba yang dijalankan oleh peternakan MT Farm mampu memberikan keuntungan bersih mencapai dua kali lipat lebih dari setiap 1 satuan biaya yang dikeluarkan. Begitu juga halnya dengan Gross B/C, nilai yang diperoleh sama dengan Net B/C. Nilai yang diperoleh tersebut > 1 yang menyatakan bahwa usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm dinilai layak. Indikator kriteria investasi yang digunakan lainnya adalah IRR. Nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari suku bunga yang digunakan. Ini menyatakan bahwa usaha yang dijalankan peternakan MT Farm tersebut mampu menghasil return sebesar 11.7 persen sehingga dinilai layak untuk dilanjutkan. Payback
period juga digunakan sebagai indikator kriteria investasi pada penelitian ini yang disebut juga dengan masa pengembalian investasi (PP). Berdasarkan analisis finansial yang dilakukan bahwa peternakan MT Farm mampu mengembalikan semua biaya-biaya investasi yang digunakan kurang dari umur ekonomis proyek yaitu 1.5 tahun atau satu tahun lima bulan, dengan demikian peternakan MT Farm dinilai layak untuk dilanjutkan.
7.6 Switching Value Analisys Melalui switching value analisys didapatkan bahwa kenaikan harga input usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm dapat ditolerir mencapai angka 5.34 persen, dengan nilai NPV = 1 (mendekati nol), Net B/C dan Gross B/C yang diperoleh adalah satu (Net B/C = 1, Gross B/C = 1), dan IRR sama dengan tingkat suku bunga yang digunakan yaitu 8.5 persen. Batas maksimum kenaikan harga bakalan dan pakan ternak yang membuat usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm menjadi tidak layak adalah 5.34 persen. Jika kenaikan harga berada di bawah 5.34 persen, maka usaha penggemukan kambing dan domba yang dijalankan oleh peternakan MT Farm masih bisa menghasilkan keuntungan dan perusahaan masih dapat dinyatakan untuk tetap berlanjut dan jika harga input tersebut naik sebesar 0.01 menjadi 5.35 persen, maka usaha penggemukan kambing dan domba MT Farm menjadi tidak layak. Cashflow switching value analisys kenaikan harga input usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm dapat dilihat pada Tabel Lampiran 11. Berdasarkan hasil switching value analisys pula didapatkan bahwa penurunan kuantitas output dari usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm dapat ditolerir mencapai angka 4.79 persen. Angka ini diperoleh mengacu pada NPV yang didapatkan bernilai satu (NPV = 1, mendekati nol), Net B/C dan Gross B/C yang diperoleh adalah satu), IRR = 8.5 persen yaitu sama dengan tingkat suku bunga yang digunakan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa batas maksimal penurunan penjulan kuantitas ternak yang membuat usaha penggemukan kambing dan domba MT Farm menjadi tidak layak adalah sebesar 4.79 persen dan jika penurunan penjualan kuantitas ternak berada di bawah angka tersebut perusahaan masih dinyatakan layak dan masih
memberikan keuntungan terhadap perusahaan dan jika penurunan kuantitas tersebut besar dari 4.79, maka usaha penggemukan kambing dan domba MT Farm menjadi tidak layak. Cashflow switching value analisys penurunan kuantitas output usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm dapat dilihat pada Tabel Lampiran 12.
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 1. Aspek non finansial usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek hukum memiliki tingkat kelayakan yang relatif cukup baik dan dinilai layak. 2. Analisis finansial usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm dengan indikator kriteria investasi diperoleh nilai NPV sebesar Rp 359 346 744, Net B/C dan Gross B/C sebesar 2.53, IRR sebesar 11.7 persen dan PP sebesar 1.5 tahun. Hasil yang diperoleh dari masing-masing kriteria investasi tersebut sesuai dengan nilai indikator yang ditetapkan, sehingga usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm dinilai layak dan memiliki tingkat kelayakan yang baik. 3. Berdasarkan switching value analisys sebagai variasi dari analisis sensitivitas menyatakan bahwa usaha penggemukan kambing dan domba MT Farm dapat mentolerir kenaikan harga input mencapai 5.34 persen dan penurunan kuantitas output sebesar 4.79 persen.
8.2 Saran Berdasarkan switching value analisys usaha penggemukan kambing dan domba peternakan MT Farm didapatkan bahwa perubahan kenaikan harga input maksinal adalah 5.34 persen dan penurunan penjualan kuantitas output adalah 4.79 persen. Persentase batas maksimal perubahan input dan output tersebut masih tergolong sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh besarnya biaya variabel setiap bulannya pada tiga tahun pertama. Besarnya biaya variabel ini disebabkan oleh manajemen MT Farm yang bersifat kekeluargaan dan manajemen pengelolaan rotasi siklus produksi dan panen yang kurang baik, sehingga menyebabkan efesiensi biaya yang dikeluarkan tidak ada. Untuk itu, perlu adanya perbaikan manajemen yang lebih profesional dan manajemen pengaturan rotasi siklus produksi yang tepat sehingga perusahaan memiliki tingkat kelayakan yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian. 2001. Kebijakan Umum Pembangunan Sistem Agribisnis Peternakan 2000-2004. Disampaikan pada Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi III DPR RI. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. Jakarta. __________________. 2003. Pengembangan Industri Benih dan Bibit Peternakan di Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan Direktorat Perbibitan. Jakarta. Dinas Peternakan. 1997. Brosur Peternakan Kambing. Dinas Peternakan. Jakarta. Duldjaman, M. dan S. Rahayu. 1996. Budidaya Ternak Domba dalam: Prospek Pengembangan Usaha Ternak Ayam dan Domba Lokal di Pedesaaan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dodo, S.E. 2007. Analisis Usahaternak Kambing melalui Penelitian Aksi Partisifasi (Studi Kasus: Kelompok Tani Mekar, Situgede, Bogor Barat, Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Fahrurozi, N. 2007. Strategi Pengembangan Usahaternak Domba di Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gittinger, J. Price. 1986. Analisis Proyek-proyek Pertanian. Edisi Kedua. Univesitas Indonesia. Jakarta. Gray, C. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia. Jakarta. Gumbira, S. dan H. Intan. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia. Hadiningrum, V. 2006. Strategi Pengembangan Usahaternak Domba Tawakkal Dusun Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Heriyadi, D. 2002. Sistem Pembibitan Ternak Ruminansia. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung. Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Irwan, I. 2008. Analisis Kelayakan Usahaternak Domba Rakyat di Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. LPFE. Universitas Indonesia. Jakarta. Karyadi, D. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Domba Rakyat (Kasus Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Prehallindo. Jakarta.
Kuniawan, F. 2007. Kontribusi Usahaternak Domba Terhadap Penghasilan Rumah Tangga di Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Legawati, S. 2007. Penggunaan Model Fungsi Produksi dan Analisis Efisiensi Usaha Penggemukan Domba (Studi Kasus di Peternakan Domba Tawakkal, Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mulyono, S. 2005. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Penebar Swadaya. Jakarta. Murtidjo. 1993. Memelihara Domba. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. _______ 1993. Memelihara Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Sartono. 2007. Analisis Curahan Tenaga Kerja dan Pendapatan Usahaternak Domba. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sasongko, T.H. 2006. Analisis Pengembangan Usaha Peternakan Kambing dan Domba pada MT Farm, Ciampea, Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Siregar, A. 1996. Usaha Ternak Kambing. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Suharno, B. dan Nazarudin. 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. Sumoprotowo, R.M. 1993. Beternak Domba Pedaging dan Wol. Bhatara Karya. Jakarta. Tunggara, S. 2006. Analisis Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Penggaduh Domba Milik Pemerintah dan Penggaduh Bukan Penggaduh Domba Milik Pemerintah (Studi Kasus di Desa Cimanggu II, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Rasyaf, M. 1999. Memasarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta. Utami, N.L. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Serbuk Minuman Instan Berbasis Tanaman Obat (Studi Kasus: Koleksi Tanaman Obat dan Spa Kebugaran Syifa). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Biaya Investasi Usaha Penggemukan Kambing dan Domba MT Farm
766 m2
Harga/satuan (Rupiah) 64 433
Nilai Investasi (Rupiah) 50 000 000
4 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit
20 000 000 15 000 000 5 000 000 45 000 000 2 500 000 1 000 000
80 000 000 15 000 000 5 000 000 45 000 000 2 500 000 1 000 000
1 unit 1 unit 1 unit
8 000 000 13 500 000 1 600 000
8 000 000 13 500 000 1 600 000
1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 5 unit 4 unit 5 unit
500 000 1 600 000 2 500 000 1 775 000 1 250 000 650 000 750 000 35 000 15 000 30 000
500 000 1 600 000 2 500 000 1 775 000 1 250 000 650 000 750 000 175 000 60 000 150 000 229 410 000
No
Uraian
Jumlah
1 2
Tanah Kandang Kandang Semi panggung Kandang panggung Kantor Mobil Pick up carry Komputer + printer Freezer Sepeda motor Supra X Win 100 Mesin steam Jet pump Jet pump 1 Jet pump 2 Jet pump 3 Pemasangan pesawat telepon Pemasangan instalasi listrik Sprayer Timbangan Cangkul Arit Garpu Total
3 4 5 6 7
8 9
10 11 12 13 14 15 16
Sumber: MT Farm, diolah.
Tabel Lampiran 2. Biaya Operasional Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm Selama Tiga Tahun Pertama (Rupiah) No
Biaya Operasional
Biaya Tetap Gaji pengelola Gaji karyawan Telepon Listrik Pajak Alat tulis kantor Biaya iklan Total biaya tetap II. Biaya Variabel Pembelian bakalan a Pakan b Obat-obatan c Transportasi d Operasional Supra X e Operasional WIN f Operasional Mobil g Operasional Rumah h Uang makan pengelola kandang i TK Borongan j Dapur k Opersional lain l Makan m THR n Qurban MT Farm o Flexy home p Flexy hp q Bibit kebun r Lain-lain s Total biaya variabel Total Biaya Operasional Sumber: MT Farm, diolah. I. a b c d e f g
I
Tahun keII
III
29 906 000 13 655 000 6 314 800 1 922 600 0 0 1 543 000 53 341 400
24 000 000 18 000 000 9 146 177 2 617 200 21 952 835 856 000 0 76 572 212
0 17 700 000 5 001 500 2 973 200 15 696 500 894 600 0 42 265 800
1 292 610 000 84 573 000 2 656 000 15 302 200 197 200 602 500 0 2 359 100 0 290 000 3 92 000 36 238 600 3 654 500 0 0 420 200 793 200 0 435 600 1 444 124 100 1 497 465 500
4 597 023 173 160 361 000 9 810 400 10 745 200 175 000 2 279 300 29 138 200 8 026 900 9 337 000 0 2 615 000 0 0 1 162 600 6 000 000 0 0 178 500 3 931 700 4 840 783 973 4 917 356 185
2 548 614 252 70 538 500 2 040 000 0 1 161 900 0 25 477 800 0 0 0 0 0 0 1 400 000 0 0 0 0 6 812 600 2 656 045 052 2 698 310 852
Tabel Lampiran 3. Rincian Biaya Operasional per Bulan Peternakan MT Farm pada Tahun Pertama Mei 2005 sampai April 2006 (Rupiah) N o
Jenis Biaya
1
Pembelian bakalan
2
Pakan
3
Bulan 9
Total
5
6
7
8
10
11
12
1
2
3
4
22,185,000
36,720,000
39,015,000
48,195,000
2,076,800
1,297,500
1,263,000
2,834,000
37,995,000
21,165,000
5,127,500
14,061,200
36,465,000
31,620,000
315,000,000
79,650,000
315,450,000
309,150,000
1,292,610,000
7,300,000
13,765,500
7,040,000
8,000,000
10,913,500
10,894,000
84,573,000
Tenaga Kerja
1,150,000
1,150,000
0
770,000
1,485,000
1,300,000
1,300,000
1,300,000
1,300,000
1,300,000
1,300,000
1,300,000
13,655,000
4
Telepon
1,000,000
1,057,000
5
Listrik
152,000
148,100
500,000
577,100
146,000
134,300
491,000
434,200
300,500
430,000
1,000,000
525,000
0
0
6,314,800
142,000
171,000
185,000
189,500
160,500
172,000
146,100
176,100
1,922,600
6
Biaya iklan
1,193,000
150,000
200,000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1,543,000
7
Transportasi
1,001,000
2,237,500
2,685,500
3,000,000
2,016,000
0
548,000
0
0
0
1,763,200
2,051,000
15,302,200
8
Makan
500,000
600,000
600,000
700,000
0
0
0
0
0
0
560,000
694,500
3,654,500
9
Dapur
0
0
0
469,500
572,500
650,000
760,000
910,000
630,000
0
0
3,992,000
10
Obat-obatan
0
0
150,000
180,000
676,000
0
0
0
0
0
555,000
1,095,000
2,656,000
11
Opersional
0
0
290,000
0
864,000
3,364,500
3,879,600
7,370,500
10,300,000
10,170,000
0
0
36,238,600
12
TK Borongan
0
0
290,000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
290,000
13
Gaji Pengelola
0
0
2,306,000
0
3,400,000
3,400,000
3,400,000
3,400,000
3,400,000
3,600,000
3,400,000
3,600,000
29,906,000
14
OP supra X
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
109,000
88,200
197,200
15
OP WIN
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
428,000
174,500
602,500
16
Flexy home
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
158,600
261,600
420,200
17
Flexy hp
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
266,000
527,200
793,200
18
OP RT
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1,367,400
991,700
2,359,100
19
Lain-lain
285,000
0
20,000
50,600
80,000
0
0
0
0
0
0
0
435,600
Total
1,497, 465,500
Tabel Lampiran 4. Rincian Biaya Operasional per Bulan Peternakan MT Farm pada Tahun Kedua Mei 2006 sampai April 2007 (Rupiah) N o
Jenis Biaya
1
Pembelian bakalan
2
Bulan
Total
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
526,050,000
531,450,000
415,350,000
285,750,000
261,450,000
311,400,000
415,800,000
1,223,550,000
67,323,922
76,335,291
201,939,000
280,624,960
4,597,023,173
Pakan
9,810,000
13,406,000
10,066,000
16,010,000
17,155,000
16,719,000
11,670,000
14,085,000
15,990,000
15,990,000
11,588,000
7,872,000
160,361,000
3
Dapur
0
0
0
0
0
0
715,000
1,900,000
0
0
0
0
2,615,000
4
Gaji pengelola
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
0
0
0
0
24,000,000
5
Gaji karyawan
1,550,000
1,550,000
1,550,000
1,550,000
1,550,000
1,550,000
1,550,000
1,550,000
1,400,000
1,400,000
1,400,000
1,400,000
18,000,000
6
Listrik
177,600
160,800
176,600
184,500
219,500
198,600
227,500
299,600
304,400
304,400
172,200
191,500
2,617,200
7
Telpon
922,928
980,216
809,000
825,500
436,513
371,120
400,000
963,800
1,098,900
1,098,900
460,600
778,700
9,146,177
8
Obat-obatan
915,000
325,000
790,000
0
356,000
0
155,000
1,600,000
2,596,700
2,596,700
396,000
80,000
9,810,400
9
Transportasi
3,123,800
2,490,400
3,185,000
1,946,000
0
0
0
0
0
0
0
0
10,745,200
10
Operasional Supra X
125,000
50,000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
175,000
11
Operasional WIN
408,000
140,000
139,000
131,500
156,400
111,600
140,000
153,000
192,900
192,900
392,000
122,000
2,279,300
12
OP RT
1,603,600
1,965,000
584,000
638,700
517,100
594,000
927,500
1,197,000
0
0
0
0
8,026,900
13
Uang makan pengelola kandang
1,132,000
1,145,000
1,350,000
1,750,000
1,300,000
1,200,000
1,460,000
0
0
0
0
0
9,337,000
14
Pajak/sumbangan/zakat
0
0
141,000
744,500
207,000
3,275,000
496,000
1,255,335
7,544,000
7,544,000
391,000
355,000
21,952,835
15
Operasional Mobil
0
0
0
0
2,178,000
2,026,000
2,902,000
12,307,000
0
3,202,100
3,202,100
3,321,000
29,138,200
16
Qurban MT Farm
0
0
0
0
0
0
0
6,000,000
0
0
0
0
6,000,000
17
ATK
0
0
0
0
0
0
273,800
0
127,600
127,600
0
327,000
856,000
18
THR
0
0
0
0
0
0
858,000
304600
0
0
0
0
1,162,600
19
Bibit kebun
0
0
0
0
0
0
178,500
0
0
0
0
0
178,500
20
Lain-lain
0
0
0
0
0
0
0
0
1,136,000
1,136,000
874,000
785,700
3,931,700
Total
4,917,356,185
Tabel Lampiran 5. Rincian Biaya Operasional per Bulan Peternakan MT Farm pada Tahun Ketiga Mei 2007 sampai April 2008 (Rupiah) no 1
Jenis Biaya Pembelian bakalan
Bulan 5
6
7
8
9
240,431,580
284,414,988
297,258,963
173,272,022
10
11
12
1
2
3
80,698,760
246,189,048
39,858,292
608,440,600
135,850,000
105,600,000
163,900,000
Total
4 172,700,000
2,548,614,252
2
Pakan
7,163,000
7,519,000
2,760,000
6,700,000
7,042,000
4,750,000
9,000,000
8,000,000
4,077,500
2,940,000
4,417,000
6,170,000
70,538,500
3 4 5
Operasional Mobil Operasional Motor Biaya Rupa-rupa
1,614,200
2,630,500
4,024,500
1,524,800
1,426,600
1,264,700
1,770,000
5,172,000
2,333,500
1,607,000
829,000
1,281,000
25,477,800
33,500
208,000
83,400
76,000
343,000
20,000
13,500
80,000
87,500
105,000
65,000
47,000
1,161,900
1,068,000
571,000
569,200
561,800
584,600
1,580,000
330,300
600,000
257,500
192,000
258,200
240,000
6,812,600
6
Obat-Obatan
7
9
Alat Tulis Kantor Zakat Infaq dan Shodaqoh Telepon
10
Listrik
11
Karyawan
12
THR Karyawan Biaya Magang dan Karyawan
8
13
790,000
0
0
0
0
200,000
45,000
0
100,000
0
895,000
10,000
2,040,000
0
36,000
61,100
21,000
5,500
0
0
140,500
60,000
0
565,000
5,500
894,600
490,000
480,000
951,000
660,000
10,000
3,230,000
430,000
8,650,000
205,000
180,000
80,500
330,000
15,696,500
687,300
696,300
317,000
490,000
380,500
340,000
300,000
347,000
601,000
307,200
298,000
237,200
5,001,500
228,300
268,000
234,500
241,000
217,000
191,000
331,000
233,000
300,600
213,000
230,500
285,300
2,973,200
1,400,000
1,400,000
1,400,000
1,400,000
1,400,000
1,400,000
1,400,000
1,400,000
1,400,000
1,600,000
1,600,000
1,900,000
17,700,000
0
0
0
0
0
0
0
1,400,000
0
0
0
0
1,400,000
0
0
0
0
0
0
0
7,150,000
0
0
0
0
7,150,000
Total
2,698,310, 852
Tabel Lampiran 6. Rincian Penerimaan dan Biaya Operasional per Siklus Produksi Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm pada Tahun ke-4 dan ke-5 (Rupiah) No 1 a
b
2 a
b
3
Uraian Penerimaan Penjualan Ternak Domba Kambing Total Penerimaan Tambahan Jasa penyewaan mobil Total Total Penerimaan Pengeluaran Biaya Operasional Tetap Gaji Pengelola Gaji karyawan Telepon Listrik ATK Total Biaya Operasional Variabel Pembelian bakalan Pakan Obat-obatan Operasional Mobil Operasional Motor Sumbangan, shodaqoh dll Biaya Rupa-rupa THR Total Total Pengeluaran Selisih
Periode keI
II
III
IV
V
VI
Total
195,030,000 120,736,000 315,766,000
195,030,000 120,736,000 315,766,000
195,030,000 120,736,000 315,766,000
195,030,000 120,736,000 315,766,000
195,030,000 120,736,000 315,766,000
195,030,000 120,736,000 315,766,000
1,170,180,000 724,416,000 1,894,596,000
2,601,000 2,601,000 318,367,000
2,601,000 2,601,000 318,367,000
2,601,000 2,601,000 318,367,000
2,601,000 2,601,000 318,367,000
2,601,000 2,601,000 318,367,000
2,601,000 2,601,000 318,367,000
15,606,000 15,606,000 1,910,202,000
6,800,000 3,000,000 833,583 495,533 149,100 11,278,217
6,800,000 3,000,000 833,583 495,533 149,100 11,278,217
6,800,000 3,000,000 833,583 495,533 149,100 11,278,217
6,800,000 3,000,000 833,583 495,533 149,100 11,278,217
6,800,000 3,000,000 833,583 495,533 149,100 11,278,217
6,800,000 3,000,000 833,583 495,533 149,100 11,278,217
40,800,000 18,000,000 5,001,500 2,973,200 894,600 67,669,300
204,800,000 53,100,000 340,000 4,246,300 193,650 2,616,083 1,135,433
204,800,000 53,100,000 340,000 4,246,300 193,650 2,616,083 1,135,433
204,800,000 53,100,000 340,000 4,246,300 193,650 2,616,083 1,135,433
204,800,000 53,100,000 340,000 4,246,300 193,650 2,616,083 1,135,433
204,800,000 53,100,000 340,000 4,246,300 193,650 2,616,083 1,135,433
266,431,467 277,709,683
266,431,467 277,709,683
204,800,000 53,100,000 340,000 4,246,300 193,650 2,616,083 1,135,433 1,400,000 267,831,467 279,109,683
266,431,467 277,709,683
266,431,467 277,709,683
266,431,467 277,709,683
1,228,800,000 318,600,000 2,040,000 25,477,800 1,161,900 15,696,500 6,812,600 1,400,000 1,599,988,800 1,667,658,100
40,657,317
40,657,317
39,257,317
40,657,317
40,657,317
40,657,317
242,543,900
Tabel Lampiran 7. Rincian Penerimaan per Bulan Peternakan MT Farm pada Tahun Pertama Mei 2005 sampai April 2006 (Rupiah) no
Jenis penerimaan
Bulan
Total
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
25,341,200
43,333,995
46,222,400
58,732,381
47,034,700
28,372,700
53,216,750
49,786,600
392,925,227
85,679,700
328,042,670
342,889,419
1,501,577,742
1
Penjulan ternak
2
Penjualan kulit
881,000
2,000,000
2,231,000
2,000,000
2,059,000
1,500,000
1,604,000
826,000
1,500,000
2,568,200
739,300
781,000
18,689,500
3
Penjulan karkas
290,000
100,000
275,000
1,885,000
464,300
282,500
628,800
750,000
554,600
0
0
0
5,230,200
4
Jasa penyewaan mobil
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1,085,000
3,770,000
3,010,000
7,865,000
5
Aqiqah
0
0
0
0
489,300
373,000
951,000
526,000
0
0
0
0
2,339,300
6
Lain-lain
0
0
0
582,000
0
0
0
587,000
0
0
0
0
1,169,000 1,536,870,742
Total
Tabel Lampiran 8. Rincian Penerimaan per Bulan Peternakan MT Farm pada Tahun Kedua Mei 2006 sampai April 2007 (Rupiah) no
Jenis penerimaan
Bulan 5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
Total
1
Penjulan ternak
561,549,500
568,002,206
448,881,755
323,821,277
298,590,410
348,587,613
469,675,035
1,428,672,553
84,980,900
95,191,150
227,754,048
311,144,350
2
Penjualan kulit
571,000
799,000
275,000
835,000
861,000
660,000
1,140,000
0
915,000
317,000
300,000
702,000
7,375,000
3
Penjulan karkas dll
172,000
385,000
4,201,000
165,000
348,000
202,000
575,000
643,000
1,596,600
0
1,603,300
2,120,200
12,011,100
4
Jasa penyewaan mobil
4,296,300
5,159,000
3,926,000
2,550,000
2,990,000
3,090,000
4,720,000
11,095,000
2,047,000
2,407,800
2,725,000
4,139,000
49,145,100
5
1,099,600
830,000
897,000
1,000,000
1,295,000
929,900
2,010,000
0
0
0
0
0
8,061,500
0
0
0
0
0
0
0
0
648,000
354,000
487,000
189,500
1,678,500
7
Penjualan rumput Penjualan Karung & Pupuk Penjualan Pakan
8
Penjualan Obat-obatan
6
5,166,850,798
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1,218,500
1,218,500
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
287,000
287,000
Total
5,246,627,498
Tabel Lampiran 9. Rincian Penerimaan per Bulan Peternakan MT Farm pada Tahun Ke-tiga Mei 2007 sampai April 2008 (Rupiah) no
Bulan
Jenis penerimaan 5
1
Penjualan ternak
2
Penyewaan Mobil
3
Penjualan Karung & Pupuk
258,905,581
6
7
8
9
10
305,796,049
318,476,445
190,584,293
93,166,450
271,123,350
Total 11
12
1
2
3
4
49,446,500
739,870,200
145,438,800
111,845,755
173,027,000
184,412,000
2,842,092,422
3,125,000
3,867,000
4,104,000
2,460,000
710,000
2,105,000
1,835,000
4,700,000
1,980,000
1,050,000
377,000
1,795,000
28,108,000
718,000
1,146,500
1,030,500
1,209,900
2,819,900
3,520,000
475,000
4,393,000
306,500
270,000
3,203,000
2,132,500
21,224,800
4
Penjualan kulit
1,000,000
1,000,000
1,200,000
1,000,000
0
0
1,000,000
0
500000
500,000
548,000
500,000
7,248,000
5
Salamah Bogor
4,238,200
2,073,500
2,523,300
3,181,800
0
0
3,138,000
0
0
600,000
1,350,000
1,000,000
Total
18,104,800 2,916,778,022
Tabel Lampiran 10. Cashflow Analisis Finansial Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm No I. a
b
II. a
b
Uraian Inflow Penerimaan penjualan ternak Penjualan ternak domba Penjualan ternak kambing Total penerimaan penjualan ternak Penerimaan tambahan Jasa penyewaan mobil Penjualan kulit Penjulan karkas Lain-lain* Nilai sisa Total penerimaan tambahan Total Inflow Outflow Biaya Investasi Tanah Bangunan kantor Bangunan kandang Mobil Pick Up Sepeda motor Freezer Komputer Mesin Stem Jet pump Pemasangan pesawat telepon Pemasangan instalasi listrik Peralatan lainnya Total biaya investasi Biaya Operasional 1. Biaya Tetap Gaji pengelola Gaji karyawan Telepon Listrik
Tahun ke0
1
2
3
4
5
1,170,180,000 724,416,000 1,894,596,000
1,170,180,000 724,416,000 1,894,596,000
15,606,000
15,606,000
1,501,577,742
5,166,850,798
2,842,092,422
7,865,000 18,689,500 5,230,200 3,508,300
49,145,100 7,375,000 12,011,100 9,567,000
28,108,000 7,248,000 18,104,800
35,293,000 1,536,870,742
78,098,200 5,244,948,998
53,460,800 2,895,553,222
15,606,000 1,910,202,000
22,500,000 38,106,000 1,932,702,000
29,906,000 13,655,000 6,314,800 1,922,600
24,000,000 18,000,000 9,146,177 2,617,200
17,700,000 5,001,500 2,973,200
40,800,000 36,000,000 5,001,500 2,973,200
40,800,000 36,000,000 5,001,500 2,973,200
50,000,000 5,000,000 95,000,000 45,000,000 21,500,000 1,000,000 2,500,000 1,000,000 4,600,000 1,775,000 1,250,000 5,560,000 234,185,000
Alat tulis kantor
856,000
894,600
894,600
894,600
Tabel Lampiran 10 (Lanjutan). Cashflow Analisis Finansial Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm No
Uraian Biaya iklan Lain-lain** Total biaya tetap 2. Biaya Variabel Pembelian bakalan Pakan Obat-obatan Lain-lain*** Total biaya variabel Total biaya operasional Total Outflow Laba Kotor Pajak Laba bersih CF 8.5 %
Tahun ke0
234,185,000 -234,185,000 0 -234,185,000 1.000 -234,185,000
1
2
3
1,543,000 10,005,600 63,347,000
26,157,400 80,776,777
26,569,300
1,292,610,000 84,573,000 2,656,000 38,977,300 1,418,816,300 1,482,163,300 1,482,163,300 54,707,442 5,470,744 49,236,698 1.085 53,421,817
4,597,023,173 160,361,000 9,810,400 36,686,800 4,803,881,373 4,884,658,150 4,884,658,150 360,290,848 108,087,254 252,203,594 1.177 296,900,376
2,548,614,252 70,338,500 2,040,000 34,852,300 2,655,845,052 2,682,414,352 2,682,414,352 213,138,870 63,941,661 149,197,209 1.277 190,567,972
DF 8.5 % PV 2008 DF 8.5 % PV 2005 NPV PV + PV Net B/C Gross B/C IRR PP
-234,185,000 1.000 -234,185,000 359,346,744 593,531,744 -234,185,000 2.53 2.53 11.7% 1.53
53,421,817 0.922 45,379,445
296,900,376 0.849 214,235,676
190,567,972 0.783 116,807,703
4
5
28,400,000 114,069,300
28,400,000 114,069,300
1,228,800,000 318,600,000 2,040,000 33,806,588 1,583,246,588 1,697,315,888 1,697,315,888 212,886,112 63,865,834 149,020,278
1,228,800,000 318,600,000 2,040,000 33,806,588 1,583,246,588 1,697,315,888 1,697,315,888 235,386,112 70,615,834 164,770,278
0.922 137,345,879 137,345,879 0.722 107,529,201
0.849 139,964,984 139,964,984 0.665 109,579,720
Tabel Lampiran 11. Cashflow Switching Value Analisys Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm dengan Kenaikan Harga Input mencapai 5.34 persen No I. a
b
II. a
b
Uraian Inflow Penerimaan penjualan ternak Penjualan ternak domba Penjualan ternak kambing Total penerimaan penjualan ternak Penerimaan tambahan Jasa penyewaan mobil Penjualan kulit Penjulan karkas Lain-lain* Nilai sisa Total penerimaan tambahan Total Inflow Outflow Biaya Investasi Tanah Bangunan kantor Bangunan kandang Mobil Pick Up Sepeda motor Freezer Komputer Mesin Stem Jet pump Pemasangan pesawat telepon Pemasangan instalasi listrik Peralatan lainnya Total biaya investasi Biaya Operasional 1. Biaya Tetap Gaji pengelola
Tahun ke0
1
2
3
1,501,577,742
5,166,850,798
2,842,092,422
7,865,000 18,689,500 5,230,200 3,508,300
49,145,100 7,375,000 12,011,100 9,567,000
28,108,000 7,248,000
35,293,000 1,536,870,742
78,098,200 5,244,948,998
53,460,800 2,895,553,222
29,906,000
24,000,000
4
5
1,170,180,000 724,416,000 1,894,596,000
1,170,180,000 724,416,000 1,894,596,000
15,606,000
15,606,000
15,606,000 1,910,202,000
22,500,000 38,106,000 1,932,702,000
40,800,000
40,800,000
18,104,800
50,000,000 5,000,000 95,000,000 45,000,000 21,500,000 1,000,000 2,500,000 1,000,000 4,600,000 1,775,000 1,250,000 5,560,000 234,185,000
Tabel Lampiran 11 (lanjutan). Cashflow Switching Value Analisys Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm dengan Harga Kenaikan Input mencapai 5.34 persen No
Uraian Gaji karyawan Telepon Listrik Alat tulis kantor Biaya iklan Lain-lain** Total biaya tetap 2. Biaya Variabel Pembelian bakalan Pakan Obat-obatan Lain-lain*** Total biaya variabel Total biaya operasional Total Outflow Laba Kotor Pajak Laba bersih PV 2008 DF 8.5 % PV 2005 NPV PV + PV Net B/C Gross B/C IRR PP
Tahun ke0
1 13,655,000 6,314,800 1,922,600
234,185,000 -234,185,000 0 -234,185,000 -234,185,000 1.000 -234,185,000 1 234,185,001 -234,185,000 1.00 1.00 8.5% 3.67
2
3
4
5
18,000,000 9,146,177 2,617,200 856,000
17,700,000 5,001,500 2,973,200 894,600
36,000,000 5,001,500 2,973,200 894,600
36,000,000 5,001,500 2,973,200 894,600
1,543,000 10,005,600 63,347,000
26,157,400 80,776,777
26,569,300
28,400,000 114,069,300
28,400,000 114,069,300
1,361,665,929 89,091,197 2,656,000 38,977,300 1,492,390,426 1,555,737,426 1,555,737,426 -18,866,684 0 -18,866,684 -20,470,352 0.922 -17,388,649
4,842,612,874 168,928,068 9,810,400 36,686,800 5,058,038,142 5,138,814,919 5,138,814,919 106,134,079 31,840,224 74,293,855 87,460,584 0.849 63,109,308
2,684,770,497 74,096,239 2,040,000 34,852,300 2,795,759,036 2,822,328,336 2,822,328,336 73,224,886 7,322,489 65,902,398 84,176,416 0.783 51,595,521
1,294,446,966 335,620,771 2,040,000 33,806,588 1,665,914,325 1,779,983,625 1,779,983,625 130,218,375 39,065,512 91,152,862 84,011,855 0.722 65,773,561
1,294,446,966 335,620,771 2,040,000 33,806,588 1,665,914,325 1,779,983,625 1,779,983,625 152,718,375 45,815,512 106,902,862 90,809,202 0.665 71,095,259
Tabel Lampiran 12. Cashflow Switching Value Analisys Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm dengan Penurunan Kuantitas Output mencapai 4.79 persen No
Uraian
I. a
Inflow Penerimaan penjualan ternak Penjualan ternak domba Penjualan ternak kambing Total penerimaan penjualan ternak Penerimaan tambahan Jasa penyewaan mobil Penjualan kulit Penjulan karkas Lain-lain* Nilai sisa Total penerimaan tambahan Total Inflow Outflow Biaya Investasi Tanah Bangunan kantor Bangunan kandang Mobil Pick Up Sepeda motor Freezer Komputer Mesin Stem Jet pump Pemasangan pesawat telepon Pemasangan instalasi listrik Peralatan lainnya Total biaya investasi Biaya Operasional 1. Biaya Tetap Gaji pengelola
b
II. a
b
Tahun ke0
1
2
3
1,429,598,215
4,919,172,995
2,705,854,076
7,865,000 18,689,500 5,230,200 3,508,300
49,145,100 7,375,000 12,011,100 9,567,000
28,108,000 7,248,000
35,293,000 1,464,891,215
78,098,200 4,997,271,195
53,460,800 2,759,314,876
29,906,000
24,000,000
4
5
1,114,086,332 689,690,445 1,803,776,777
1,114,086,332 689,690,445 1,803,776,777
15,606,000
15,606,000
15,606,000 1,819,382,777
22,500,000 38,106,000 1,841,882,777
40,800,000
40,800,000
18,104,800
50,000,000 5,000,000 95,000,000 45,000,000 21,500,000 1,000,000 2,500,000 1,000,000 4,600,000 1,775,000 1,250,000 5,560,000 234,185,000
Tabel Lampiran 12 (lanjutan). Cashflow Switching Value Analisys Usaha Penggemukan Kambing dan Domba Peternakan MT Farm dengan Penurunan Kuantitas Output mencapai 4.79 persen No
Uraian Gaji karyawan Telepon Listrik Alat tulis kantor Biaya iklan Lain-lain** Total biaya tetap 2. Biaya Variabel Pembelian bakalan Pakan Obat-obatan Lain-lain*** Total biaya variabel Total biaya operasional Total Outflow Laba Kotor Pajak Laba bersih PV 2008 DF 8.5 % PV 2005 NPV PV + PV Net B/C Gross B/C IRR PP
Tahun ke0
1 13,655,000 6,314,800 1,922,600
234,185,000 -234,185,000 0 -234,185,000 -234,185,000 1.000 -234,185,000 1 234,185,001 -234,185,000 1.00 1.00 8.5% 3.69
2
3
4
5
18,000,000 9,146,177 2,617,200 856,000
17,700,000 5,001,500 2,973,200 894,600
36,000,000 5,001,500 2,973,200 894,600
36,000,000 5,001,500 2,973,200 894,600
1,543,000 10,005,600 63,347,000
26,157,400 80,776,777
26,569,300
28,400,000 114,069,300
28,400,000 114,069,300
1,292,610,000 84,573,000 2,656,000 38,977,300 1,418,816,300 1,482,163,300 1,482,163,300 -17,272,085 0 -17,272,085 -18,740,212 0.922 -15,918,972
4,597,023,173 160,361,000 9,810,400 36,686,800 4,803,881,373 4,884,658,150 4,884,658,150 112,613,045 33,783,913 78,829,131 92,799,624 0.849 66,961,822
2,548,614,252 70,338,500 2,040,000 34,852,300 2,655,845,052 2,682,414,352 2,682,414,352 76,900,523 7,690,052 69,210,471 88,401,782 0.783 54,185,438
1,228,800,000 318,600,000 2,040,000 33,806,588 1,583,246,588 1,697,315,888 1,697,315,888 122,066,889 36,620,067 85,446,822 78,752,832 0.722 61,656,230
1,228,800,000 318,600,000 2,040,000 33,806,588 1,583,246,588 1,697,315,888 1,697,315,888 144,566,889 43,370,067 101,196,822 85,962,176 0.665 67,300,483
Keterangan:*) Penerimaan tambahan lain-lain tahun ke-1, 2 dan 3 No 1 2 3 4 5 6
Uraian
Tahun ke 2
1
Penjualan Karung & Pupuk Salamah Aqiqah Bogor Penjualan rumput Penjualan Pakan Penjualan Obat-obatan Lain-lain Total
0 2 339 300 0 0 0 1 169 000 3 508 300
3
0 0 8 061 500 1 218 500 287 000 0 9 567 000
0 18 104 800 0 0 0 0 18 104 800
Keterangan:**) Biaya tetap lain-lain tahun ke-1, 2, 3 dan untuk tahun ke-4 dan 5 adalah PBB No 1 2 3 4 5 6
Uraian Operasional Rumah Uang makan pengelola kandang Dapur Makan Qurban MT Farm Bibit kebun Total
1 2 359 100 0 3 992 000 3 654 500 0 0 10 005 600
Tahun ke2 8 026 900 9 337 000 2 615 000 0 6 000 000 178 500 26 157 400
3 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan:***) Biaya variabel lain-lain tahun ke 1, 2 dan 3 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Uraian
1
Operasional Supra X Operasional WIN Operasional Mobil TK Borongan Opersional lain THR Flexy home Flexy hp Lain-lain Total
197 200 602 500 0 290 000 36 238 600 0 420 200 793 200 435 600 38 977 300
Tahun ke2 175 000 2 279 300 29 138 200 0 0 1 162 600 0 0 3 931 700 36 686 800
3 1 161 900 25 477 800 0 0 1 400 000 0 0 6 812 600 34 852 300
Keterangan:***) Biaya variabel lain-lain per periode tahun ke 4 dan 5 no 1 2 3 4
Jenis Biaya Operasional Mobil Operasional Motor Biaya Rupa-rupa THR Sub Total Total
I 4 246 300 19 365 1 135 433
II 4 246 300 19 365 1 135 433
5 401 098
5 401 098
Periode keIII 4 246 300 19 365 1 135 433 1 400 000 6 801 098
IV 4 246 300 19 365 1 135 433
V 4 246 300 19 365 1 135 433
VI 4 246 300 19 365 1 135 433
5 401 098
5 401 098
5 401 098 33 806 588