Pada hari dan waktu yang telah ditentukan, Muna sengaja berangkat tidak dari Jakarta seperti biasanya, tapi langsung dari rumahnya, sesuai dengan keinginan Muna, dan pemberangkatannya diantar oleh kedua orang tuanya, dan kedua orang tua Popi. Di tengah perjalanan Muna dan Popi ngomong hampir
bersamaan,
sehingga
mereka
sama-sama
tertawa. “Jangan lupa berdoa, untuk aku, untuk kau, untuk kita berdua dan untuk keluarga !” “Of Course ! Oh iyah Pop ! .... tidak kesal nanti menunggu Muna ke luar negeri dulu ?” Tanya Muna. “Sampai kapanpun akan Popi tunggu .....” Jawab Popi. ”Betul, akan Popi tunggu sampai kapanpun ?”
Muna seperti kurang percaya “Betul, insya Allah ..... buktikan saja nanti ! ?” Kedua-duanya betul-betul gembira, dan saling membayangkan kebahagiaan yang akan datang andai mereka sudah melaksanakan pernikahan. Kurang lebih jam sebelas malam mereka tiba di Bandara,
lalu
istirahat
sambil
pemberangkatan
(departure).
Tidak
menunggu berapa
lama
menunggu, kira-kira jam 23.30 terdengar dari petugas Bandara “Para penumpang yang akan menuju kota London Inggris, harap segera naik kepesawat Buing 747 melewati gerbang No. 3, terima kasih.” Sebelum naik ke pesawat Muna berpesan pada Popi. “Pop !, jangan lupa sehabis sholat, berdoa untuk kita berdua
dan untuk keluarga ! ... dan Sabarlah
menunggu Muna, ya Pop !” “Iyah, ....... iyah sampai kapanpun engkau akan tetap
saya
tunggu...dan
senantiasa
berdoa
keselamatan kita bersama ....... Believe me please !” 2
atas
“Terima kasih Pop !, Muna akan kembali lagi menemui kau, Pop, insya Allah.” Begitu keduanya bersalaman, tidak terbendung air mata Popi dan Munapun membasahi kedua pipinya. Sesudah itu maka Munapun berpamitan kepada kedua orang tuanya dan kepada calon mertuanya “Assalamualaikum ............” “Waalaikum salam warohmatullohi wabarokatuh ......” Muna melenggang berjalan menuju pintu tiga sambil terus melambaikan tangannya, menuju ke pesawat yang akan membawanya ke London, Inggris. Pesawat take off, kedua orang tuanyapun bersiap berangkat untuk kembali ke kota asal. Menjelang waktu sholat subuh Popi beserta kedua orang tuanya, tiba di rumah. Bada melaksanakan kewajiban sholat subuh, mungkin karena ngantuk dan cape terutama Popi tertidur pulas sampai jam delapan. Di dalam tidurnya dia bermimpi bersama dengan Muna pergi menuju ke suatu puncak gunung yang sangat tinggi, di puncaknya berdiri sebuah gedung megah bertingkat, tapi penghuninya adalah para duafa, fakir 3
miskin dan anak-anak terlantar. Begitu Popi dan Muna masuk, hampir semua penghuni menghampirinya, dan menadahkan tangannya, Muna menangis di hadapan mereka, lalu Popi mengelus-ngelus rambutnya. Kirakira jam sembilan pintu rumahnya ada yang mengetuk, begitu dibuka, kelihatan ayah dan ibu Muna ditemani Satria ... begitu datang, langsung mereka menanyakan kedua orang tuanya dan dijawab oleh Popi bahwa ayah dan ibunya sudah pergi Rumah Sakit. Popi heran juga, karena tidak seperti biasanya. Sambil mempersilahkan duduk kepada semuanya, Popi permisi dulu ke luar maksudnya akan mengambil koran di papilyun yang terbit hari itu. Tapi begitru koran dibuka dia menjerit dan langsung lari untuk memeluk ibunya Muna. “Muna ..... Muna .... jangan tinggalkan aku Muna ..... Abi, bagaimana Muna Abi ?” Popi menyerahkan koran kepada H. Usman, dan H. Usmanpun langsung membuka dan membacanya, tertera di halaman satunya dengan head line besar. PESAWAT BOING 747 MENGALAMI
4
KECELAKAAN DAN JATUH DI DEKAT SELAT SUNDA
“Maksud Abi dan Umi ke sini, yah maksudnya itu, menurut berita dari siaran TV pagi tadi , semua korban sudah dievakuasi ke Rumah Sakit yang terdekat. Mari kita ke sana, mudah-mudahan Muna adalah salah seorang korban yang selamat.” Begitu mendengar informasi dari H. Usman, tanpa bertanya lagi, Popi langsung masuk ke kamarnya, berganti pakaian sambil bergumam. “Mudah- mudahan Muna adalah salah seorang korban yang selamat .....” Adapun Satria yang sengaja dibawa oleh H. Usman sebagai sopir, dari tadi duduk terpekur, tidak sepatah katapun yang keluar dari mulutnya, hanya kelihatan bibirnya bergerak-gerak memanjatkan doa akan keselamatan Muna, sahabatnya dan juga sebagai kakak iparnya. Tiba-tiba
Popipun
keluar
dari
kamarnya,
menjinjing tas kecil dan langsung mengajak kepada mereka untuk pergi. ..............................................................
5