ANALISIS KEMAMPUAN METAKOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA MATERI HIDROLISIS GARAM KELAS XI IPA SMAN 7 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016
JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram
OLEH: NILA ANGGRENI E1M 012 045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Majapahit No. 62 Telp. (0370) 623873 Fax. 634918 Mataram 83125
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING JURNAL SKRIPSI Jurnal skripsi yang disusun oleh: Nila Anggreni, dengan Nomor Induk Mahasiswa E1M 012 045, Program Studi Pendidikan Kimia dengan judul “Analisis Kemampuan Metakognitif Siswa Pada Pembelajaran Kimia Materi Hidrolisis Garam Kelas XI IPA SMAN 7 Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016” telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.
Mataram,
September 2016
Dosen Pembimbing Skripsi I,
Dosen Pembimbing Skripsi II,
(Dr. H. Wildan, M.Pd.) NIP. 19571231 198303 1 037
(Drs. Jeckson Siahaan, M.Pd.) NIP: 19610125 199403 1 001
ANALISIS KEMAMPUAN METAKOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA MATERI HIDROLISIS GARAM KELAS XI IPA SMAN 7 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ANALYSIS STUDENTS METACOGNITIVE SKILLS ON LEARNING CHEMICAL HYDROLYSIS OF SALT MATERIALS CLASS XI IPA SMAN 7 MATARAM IN ACADEMIC YEAR 2015/2016 Nila Anggreni1*, Wildan1, Jeckson Siahaan1 1 Universitas Mataram, Jalan Majapahit No. 62 Mataram-NTB, 83125 Email :
[email protected] ABSTRAK Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan metakognitif siswa dan mengetahui urutan kontribusi indikator metakognitif terhadap kemampuan metakognitif siswa pada pembelajaran kimia materi hidrolisis garam kelas XI IPA SMAN 7 Mataram tahun pelajaran 2015/2016. Metode pengumpulan data dengan cara memberikan angket atau inventori kepada siswa untuk mengukur kemampuan metakognitifnya, dalam hal ini peneliti memberikan inventori kesadaran metakognitif / MAI (Metacognitive Awareness Inventory). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan metakognitif siswa kelas XI IPA SMAN 7 Mataram tergolong dalam tingkatan yang sudah berkembang baik ( > 60). Sebanyak 17 siswa memiliki kemampuan metakognitif berkembang sangat baik (BSB), sebanyak 43 siswa memiliki kemampuan metakognitif berkembang baik (BB) dan sebanyak 10 siswa memiliki kemampuan metakognitif mulai berkembang (MB). Kontribusi yang diberikan oleh masing – masing indikator secara berturut – turut yakni indikator strategi debugging sebesar 56%, indikator pengetahuan kondisional sebesar 48%, indikator memantau pemahaman sebesar 40%, indikator pengetahuan prosedural sebesar 37%, indikator pengelolaan informasi sebesar 36%, indikator perencanaan sebesar 30%, indikator evaluasi sebesar 27% dan terakhir, indikator pengetahuan deklaratif sebesar 25%. Kata Kunci: kemampuan metakognitif, hidrolisis garam. ABSTRACT This descriptive study aims to determine the level of students' metacognitive skills and to know the order of contribution of indicators metacognitive on students metacognitive skills in the learning of chemical hydrolysis of salt materials class XI IPA SMAN 7 Mataram in the academic year 2015/2016. Methods of data collection by giving a questionnaire or inventory to students to measure metacognitive skills, in this case the researchers provide metacognitive awareness inventory (MAI). The results was showed that metacognitive skills of class XI IPA SMAN 7 Mataram classified in levels that are well developed (> 60). A total of 17 students have very well developed metacognitive skills (BSB), a total of 43 students have well-developed metacognitive skills (BB) and as many as 10 students in has started to develop their metacognitive skills (MB). The order of contribution of indicators metacognitive were given is indicators strategy debugging 56%, indicators conditional knowledge 48%, indicators comprehension monitoring 40%, indicators procedural knowledge 37%, indicators information management 36%, indicators planning 30%, indicators evaluation 27% and indicators declarative knowledge 25%. Keywords: metacognitive skills, hydrolysis of salt.
PENDAHULUAN Dalam proses pembelajaran di sekolah kebanyakan guru hanya mementingkan aspek kognitif siswa, yakni terkait pemahaman konsep. Guru sering kali mengabaikan aspek lain yang juga perlu dimiliki oleh diri siswa, yakni kemampuan dalam menyadari bagaimana siswa belajar tentang bagaimana cara belajar, bagaimana mengetahui apa yang telah siswa pelajari, serta bagaimana cara untuk mengatur pembelajarannya dimasa depan. Dengan memiliki kemampuan ini siswa dapat mengatur kemampuan kognitifnya, mengetahui kelemahannya dalam belajar serta mampu menyusun strategi belajar yang lebih efektif. Kemampuan seperti di atas mengantarkan kita pada konsep metakognisi. Metakognisi sering kali didefinisikan sebagai kemampuan “berpikir tentang berpikir” atau kesadaran berpikir seseorang tentang proses berpikirnya. Metakognisi memiliki peranan penting dalam mengatur dan mengontrol proses kognitif seseorang dalam belajar dan berpikir lebih efektif dan efisien. Metakognisi sebagai pengetahuan tentang objek – objek kognitif, yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kognisi [1]. Metakognisi merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan refleksi diri terhadap pengetahuannya, memahami pengetahuannya serta mengontrol pengetahuannya [2]. Kemampuan metakognitif digunakan siswa untuk memantau kemampuan kognisinya terkait sejauh mana mereka memahami sesuatu. Selain itu dengan mengetahui kemampuan diri serta modalitas belajarnya, maka akan menuntun siswa untuk dapat mengatur strategi belajar yang lebih efektif. Kesadaran diri siswa terhadap kemampuannya diperlukan untuk dapat memantau proses kognisinya. Adanya kesadaran yang dimiliki siswa akan mampu meningkatkan keterampilan metakognitif yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa [3]. Jika tujuan seorang guru disekolah adalah untuk menyiapkan siswa sebagai pembelajar mandiri sepanjang hayat, maka sangat penting untuk membantu siswa menyadari dirinya sebagai pembelajar dan pengontrol kegiatannya sendiri, yang dalam hal ini erat kaitannya dengan kemampuan metakognitif [4]. Siswa dengan metakognitif yang baik akan mampu menjadi pembelajar mandiri. Siswa mampu merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi dirinya sendiri dalam kegiatan belajarnya secara mandiri[5]. Howard menyatakan keterampilan metakognitif diyakini memegang peranan penting pada banyak tipe aktivitas kognitif termasuk didalamnya pemahaman, komunikasi, perhatian, ingatan dan pemecahan masalah [6]. Tipe – tipe aktivitas tersebut akan sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran kimia membutuhkan tipe – tipe aktivitas kognitif tersebut. Kimia menuntut siswa untuk memiliki kemampuan pemahaman konsep serta kemampuan berpikir tingkat tinggi yang salah satunya adalah kemampuan metakognitif, sebab mata pelajaran kimia yang cendrung bersifat abstrak. Dalam pembelajaran kimia, hal yang ditekankan adalah bagaimana cara agar siswa menguasai konsep – konsep kimia, bukan hanya menghafal tanpa suatu pemahaman konsep yang benar. Kecendrungan pembelajaran kimia yang terjadi di lapangan adalah siswa hanya mempelajari kimia sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum saja. Sehingga penguasaan siswa terhadap konsep – konsep dinilai lemah. Siswa yang memiliki kemampuan metakognisi mampu secara sadar mengontrol proses kognitifnya dalam upaya untuk memahami pembelajaran lebih baik dengan menggunakan startegi – strategi pembelajaran yang paling cocok untuk diri siswa. Sebelum mengarah pada kegiatan meningkatkan metakognitif siswa hal pertama yang penting dilakukan adalah bagaimana cara kita dapat mengukur kemampuan metakognitif tersebut, dengan tujuan agar dapat mengoptimalkan kemampuan metakognitif yang ada pada diri siswa. Kemampuan metakognitif dapat diukur melalui suatu instrumen kesadaran metakognitif atau yang lebih dikenal sebagai Metacognitive Awareness Inventory (Inventori Kesadaran Metakognitif). Instrumen ini dikembangkan oleh Schraw dan Dennison pada tahun 1994, yang terdiri dari 52 item
pernyataan mengenai kesadaran seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya. Metakognisi terdiri atas dua komponen utama yakni pengetahuan metakognitif dan pengalaman metakognitif atau regulasi (pengaturan diri). Pengetahuan metakognitif terbagi lagi menjadi tiga komponen yakni pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural dan pengetahuan kondisional, sedangkan pengalaman metakognitif terbagi menjadi lima komponen yakni perencanaan, pengelolaan informasi, pemantauan, strategi debugging, dan evaluasi.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di SMAN 7 Mataram ini termasuk kedalam penelitian noneksperimen dengan metode penelitian deskriptif. Variabel yang diamati dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yakni kemampuan metakognitif Populasi dalam penelitian ini yaitu
seluruh siswa kelas XI IPA SMAN 7 Mataram tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 237 siswa terdiri dari XI IPA 1 – XI IPA 7. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dimana sampel yang digunakan yakni siswa kelas XI IPA sebanyak 70 orang siswa. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan instrumen berupa Inventori Kesadaran Metakognitif untuk mengukur kemampuan metakognitif siswa. Instrumen ini diuji validitas dan reliabilitasnya dengan uji korelasi product moment dan uji alpha cronbach. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni analisis deskriptif untuk mengetahui tingkat kemampuan metakognitif siswa [7]:
Kemampuan metakognitif =
x 100
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan metakognitif pada masing – masing indikator metakognitif yakni [8]:
Km/indikator = Analisis untuk mengetahui kontribusi atau pengaruh yang diberikan oleh masing – masing indikator metakognitif terhadap kemampuan metakognitif yang dimiliki siswa dilakukan dengan cara, pertama mencari persamaan regresi antara indikator metakognitif dengan kemampuan metakognitif. Dari persamaan regresi yang didapatkan akan dilihat apakah indikator metakognitif mampu berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan metakognitif yang dimiliki siswa. Kedua, mencari korelasi atau hubungan antara indikator metakognitif dengan kemampuan metakognitif. Dari korelasi ini dapat dilihat seberapa besar hubungan keduanya dan terakhir dilanjutkan dengan mencari berapa persen kontribusi yang diberikan indikator metakognitif terhadap kemampuan metakognitif siswa dengan cara mencari koefisien determinasinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kemampuan Metakognitif Siswa Tingkat kemampuan metakognitif siswa berdasarkan data dari instrumen MAI maka dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Tingkat Kemampuan Metakognitif Siswa Jumlah siswa Tingkat Kemampuan Metakognitif 17 Berkembang Sangat Baik (BSB) 43 Berkembang Baik (BB) 10 Mulai Berkembang (MB) 0 Belum Begitu Berkembang (BBB) 0 Masih Belum Berkembang (MBB)
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tidak ada siswa yang kemampuan metakognitifnya belum begitu berkembang atau masih belum berkembang. Hal ini mengindikasikan bahwa rata – rata siswa memiliki kemampuan metakognitif dalam kategori yang tinggi ( > 60).
Analisis Kemampuan Metakognitif siswa pada masing – masing Indikator Kemampuan metakognitif siswa pada masing – masing indikator disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 2. Kemampuan Metakognitif Siswa pada masing - masing Indikator No Indikator Skor Kriteria 1 Pengetahuan Deklaratif 80,71 Berkembang Sangat Baik 2 Pengetahuan Prosedural 74,29 Berkembang Baik 3 Pengetahuan Kondisional 72,32 Berkembang Baik 4 Perencanaan 66,07 Berkembang Baik 5 Strategi Debugging 78,21 Berkembang Baik 6 Pengelolaan Informasi 67,14 Berkembang Baik 7 Memantau Pemahaman 71,07 Berkembang Baik 8 Evaluasi 67,68 Berkembang Baik
Kontribusi masing – masing Indikator terhadap Kemampuan Metakognitif Pengaruh yang diberikan masing – masing indikator metakognitif terhadap kemampuan metakognitif dinyatakan oleh persamaan regresi antara indikator metakognitif terhadap kemampuan metakognitif. Gambar dibawah ini merupakan salah satu garis regresi yakni persamaan regresi antara indikator pengetahuan deklaratif dengan kemampuan metakognitf 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90 100
Berdasarkan pada gambar diatas dapat diartikan bahwa bila terjadi perubahan pada satu unit X (indikator pengetahuan deklaratif) maka akan diikuti oleh perubahan Y (kemampuan metakognitif) dengan arah yang sama sebesar 7,10 dan pada konstanta 49,38. Garis regresi antara indikator metakognitif dan kemampuan metakognitif yang lain menyatakan hal yang sama seperti gambar diatas yang perubahannya sesuai dengan persamaan regresi masing – masing indikator metakognitif. Makna secara keseluruhan persamaan regresi yakni apabila kemampuan siswa pada salah satu atau semua indikator metakognitif meningkat maka akan meningkatkan kemampuan metakognitif yang dimiliki siswa secara keseluruhan. Persamaan regresi masing – masing indikator metakognitif dan kemampuan metakognitif diuji keberartian dan linieritasnya yang kemudian diperoleh kesimpulan bahwa koefisiennya berarti dan persamaan regresinya membentuk garis linier. Selanjutnya, uji korelasi dilakukan terhadap masing – masing indikator metakognitif dengan kemampuan metakognitif. Hasilnya menyatakan bahwa masing – masing indikator metakognitif dengan kemampuan metakognitif memiliki hubungan yang positif dan signifikan sebesar > 0,5. Kontribusi masing – masing indikator diketahui dengan mencari koefisien determinasinya. Sehingga didapatkan bahwa kontribusi masing – masing indikator secara berturut – turut yakni indikator strategi debugging sebesar 56%, indikator pengetahuan kondisional sebesar 48%, indikator memantau pemahaman sebesar 40%, indikator pengetahuan prosedural sebesar 37%, indikator pengelolaan informasi
sebesar 36%, indikator perencanaan sebesar 30%, indikator evaluasi sebesar 27% dan terakhir, indikator pengetahuan deklaratif sebesar 25%. Tabel dibawah ini menyajikan persamaan regresi, hasil uji korelasi dan koefisien determinasi masing – masing indikator metakognitif dengan kemampuan metakognitif: Tabel 3. Hasil Uji Korelasi dan Koefisien Determinasi Persamaan Koefisien No Hubungan X dengan Y ryi Uji signifikan regresi Determinasi Indikator pengetahuan rhit = 0,5 > rt = 0,235 1 Ŷ = 49,38 + 7,10X deklaratif dengan 0,5 25% signifikan kemampuan metakognitif Indikator pengetahuan rhit = 0,61 > rt = 0,235 2 Ŷ = 45,95 + 8,87X prosedural dengan 0,61 37% signifikan kemampuan metakognitif Indikator pengetahuan rhit = 0,69 > rt = 0,235 3 Ŷ = 36,00 + 6,28X kondisional dengan 0,69 48% signifikan kemampuan metakognitif Indikator perencanaan rhit = 0,55 > rt = 0,235 4 Ŷ = 52,13 + 7,64X dengan kemampuan 0,55 30% signifikan metakognitif Indikator strategi rhit = 0,75 > rt = 0,235 5 Ŷ = 34,73 + 6X debugging dengan 0,75 56% signifikan kemampuan metakognitif Indikator pengelolaan rhit = 0,6 > rt = 0,235 6 Ŷ = 50,56 + 8,10X informasi dengan 0,6 36% signifikan kemampuan metakognitif Indikator memantau rhit = 0,63 > rt = 0,235 7 Ŷ = 42,95 + 6,66X pemahaman dengan 0,63 40% signifikan kemampuan metakognitif Indikator evaluasi dengan rhit = 0,52 > rt = 0,235 8 Ŷ = 44,55 + 5,13X 0,52 27% kemampuan metakognitif signifikan Selama pembelajaran berlangsung yakni pada pembelajaran kimia untuk materi hidrolisis garam, siswa telah menggunakan kemampuan metakognitifnya, hal ini terlihat dari terukurnya kemampuan metakognitif siswa melalui instrumen inventori kesadaran metakognitif. Selain itu berdasarkan observasi yang peneliti lakukan ternyata siswa telah sadar dengan kemampuan yang dimilikinya. Pada pembelajaran selama dikelas, siswa terbagi menjadi beberapa kelompok untuk menyelesaikan tugas mengenai hidrolisis garam yang diberikan oleh guru, disini siswa terlihat aktif berdiskusi dengan teman kelompoknya. Pada pembelajaran kooperatif ini siswa sadar akan kelebihan dan kelemahan yang dimiliki sehingga siswa dengan kelompoknya secara sadar mampu membagi tugas sesuai dengan kemampuannya masing – masing. Pada materi hidrolisis ini siswa dituntut untuk menggunakan kesadarannya terhadap kemampuan yang dimiliki untuk melakukan praktikum mengenai hidrolisis garam. Pada kegiatan praktikum siswa memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pengambilan, pengolahan dan penafsiran data serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Kegiatan ini secara nyata membutuhkan kemampuan metakognitif, siswa terpacu untuk selalu berpikir tentang proses berpikirnya yang dilakukan untuk menyelesaikan tuntutan tugas dari materi hidrolisis garam ini. Analisis data terhadap tingkat kemampuan metakognitif siswa pada masing – masing indikator memperlihatkan bahwa pada masing – masing indikator ini siswa memilki rata – rata kemampuan metakognitif Berkembang Baik. Hal ini berarti tingkat kemampuan metakognitif
siswa yang dimiliki pada masing – masing indikator tergolong tinggi. Kemampuan metakognitif siswa pada indikator pengetahuan deklaratif mencapai 80,71, yang berarti pada indikator pengetahuan deklaratif ini kemampuan metakognitif siswa dinyatakan paling tinggi. Pengetahuan deklaratif merupakan pengetahuan yang dibutuhkan oleh siswa sebelum mampu menggunakan proses / kemampuan berpikir kritisnya terhadap suatu materi pembelajaran. Hal ini berarti siswa telah mampu dengan baik menggunakan pengetahuan – pengetahuan awal yang didapatkan untuk menyelesaikan persoalan – persoalan terkait materi hidrolisis garam yang diberikan. Kontribusi berarti sesuatu yang dilakukan untuk mencapai kesuksesan atau meningkatkan kemampuan metakognitif. Indikator strategi debugging memiliki kontribusi terbesar pada peningkatan kemampuan metakognitif siswa sebab strategi debugging merupakan pengalaman metakognitif yang mana siswa dituntut untuk mampu memeriksa kesalahan yang mungkin ia lakukan atau memperbaiki kekeliruan – kekeliruan siswa dalam pembelajaran. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling membutuhkan kesadaran siswa sekaligus regulasi diri siswa, kegiatan yang paling dekat dengan proses kesadaran berpikir siswa. Kesadaran berpikir merupakan komponen yang terpenting dalam kemampuan metakognitif. Itulah mengapa komponen pengalaman metakognitif, dalam hal ini secara khusus indikator strategi debugging memiliki kontribusi yang terbesar. Indikator metakognitif yang memberikan kontribusi terendah terhadap kemampuan metakognitif siswa yakni indikator pengetahuan deklaratif. Indikator pengetahuan deklaratif masuk dalam komponen pengetahuan metakognitif yang berkaitan dengan pengetahuan atau pemahaman siswa. Kegiatan memperoleh pengetahuan atau pemahaman termasuk pada kegiatan yang memang membutuhkan kesadaran dari dalam diri siswa untuk mendapatkan atau untuk melakukannya. Namun, kegiatan ini tidak sekomplek ketika siswa menggunakan pengalaman metakognitifnya. Pada materi hidrolisis garam siswa dituntut untuk mampu memahami konsep bukan sekedar menghafalnya. Selain itu pengalaman belajar siswa melalui kegiatan percobaan yang dilakukan mampu menghantarkan siswa menjadi pebelajar mandiri.
KESIMPULAN Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada tujuan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kemampuan metakognitif siswa kelas XI IPA SMAN 7 Mataram tergolong dalam tingkatan yang sudah berkembang baik ( > 60). Dimana sebanyak 17 siswa termasuk pada memiliki kemampuan metakognitif berkembang sangat baik (BSB), sebanyak 43 siswa termasuk pada memiliki kemampuan metakognitif berkembang baik (BB) dan sebanyak 10 siswa termasuk pada memiliki kemampuan metakognitif mulai berkembang (MB). 2. Kemampuan metakognitif pada masing – masing indikator menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan metakognitif yang paling tinggi pada indikator pengetahuan deklaratif sebesar 80,71, dan yang terendah pada indikator perencanaan sebesar 66,07. 3. Kontribusi yang diberikan oleh masing – masing indikator secara berturut – turut yakni; indikator strategi debugging sebesar 56%, indikator pengetahuan kondisional sebesar 48%, indikator memantau pemahaman sebesar 40%, indikator pengetahuan prosedural sebesar 37%, indikator pengelolaan informasi sebesar 36%, indikator perencanaan sebesar 30%, indikator evaluasi sebesar 27% dan terakhir, indikator pengetahuan deklaratif sebesar 25%.
DAFTAR PUSTAKA [1] Flavell, Jhon. H. 1979. Metacognition and Cognitive Monitoring A New Area of Cognitive. Developmental Inquiry, Vol.34, No.10, 906-911. The American Psychological Association, Inc. [2] Schraw, G; dan Dennison, R. S. 1994. Assessing Metakognitive Awareness. Contemporary Educational Psychology 19, 460-475. Departement of Educational Psychology, University of Nebraska at Lincoln. [3] Sophianingtyas, F; dan Sugiarto, B. 2013. Identifikasi Level Metakognitif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Materi Perhitungan Kimia. UNESA Journal of Chemical Education, Vol. 2, No. 1, pp. 21-27. [4] Hammond, L.D. tth. Session 9 Thingking About Thingking: Metacognition. Standford University School of Education, hlm: 157-172 [5] Arifin, A.N; dan Saenab, S. 2014. Perbandingan Kesadaran Metakognitif Siswa Yang Diajar Menggunakan Model Problem Based Instruction (PBI) dengan Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). Journal Bionatur, Vol.15, No. 2, hlm: 81-89. [6] Pantiwati, Y. 2013. Authentic Assessment For Improving Cognitive Skill, Critical Creative Thingking and Metacognitive Awareness. Journal of Education and Practice, Vol.14, No.14. [7] Sugiyono, Prof. Dr. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. [8] Muhali. 2013. Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa Dalam Pembelajaran Kimia SMA. Jurnal Kependidikan Kimia “Hydrogen”, Vol.1,No.1.