MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS VI SD N 74/VII MANDIANGIN Oleh Mike Akta Buana
Absatrak Kata Kunci : Keaktifan dan Hasil Belajar, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran kunci, karena digunakan hampir diseluruh bidang studi. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar maka diperlukan suatu aplikasi pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya, strategi pembelajaran berbasis masalah dirasakan tepat untuk digunakan dalam meningkatkan keaktifan dan ketuntasan belajar anak. Dalam penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah siswa diajak untuk aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi pecahan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah di kelas VI SDN No. 74/VII Mandiangin. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan di kelas VI SD Negeri No. 74/VII Mandiangin Tahun Ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 20 orang yang terdiri-dari 12 laki-laki dan 8 perempuan. Prosedur penelitian tindakan kelas ini didesain untuk 3 (tiga) siklus. Rencana tindakan pada masing-masing siklus dibagi 4 (empat) kegiatan yaitu: 1). Perencanaan, 2). Tindakan, 3). Observasi dan Evaluasi, dan 4). Analisis dan Refleksi. Hasil analisis pada masing-masing siklus menunjukkan peningkatan keaktifan siswa pada siklus I sebesar 64,27%, siklus II sebesar 72,71% dan siklus III sebesar 82,5%. Sedangkan hasil belajar siswa kelas VI SD N 74/VII Mandiangin pada siklus penelitian berlangsung secara bertahap, di awali pada siklus I keberhasilan tes sebesar 40% kategori kurang, pada akhir siklus II keberhasilan tes sebesar 60% dengan kategori baik, dan di akhir siklus III keberhasilan tes sebesar 85% dengan kategori sangat baik. Dengan hasil penelitian yang telah diperoleh dan dianalisa, maka telah membuktikan bahwa menggunakan strategi pembelajaran berbasis pada materi pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD N 74/VI1 Mandiangin.
I.
Pendahuluan Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran kunci, karena digunakan hampir diseluruh bidang studi. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Matematika memainkan peran yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari berbagai bentuk, simbol, teorema, dalil, ketentuan, dan konsep, digunakan untuk membantu perhitungan, pengukuran, penilaian, peramalan, dan sebagainya. Mengingat begitu besarnya peranan matematika ini, tidaknya terlalu berlebihan jika kita berharap agar siswa mempunyai pemahaman yang baik terhadap matematika, bahkan cenderung membenci pelajaran matematika itu sendiri. Hal ini dapat kita lihat banyak sekali siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata dalam pembelajaran matematika khususnya materi pecahan. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar maka diperlukan suatu aplikasi pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya, strategi pembelajaran berbasis masalah dirasakan tepat untuk digunakan dalam meningkatkan keaktifan dan ketuntasan belajar anak. Dalam penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah siswa diajak untuk aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa SD Negeri No. 74/VII Mandiangin diperlukan upaya pengembangan dengan memilih dan menerapkan strategi pembelajaran tertentu yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Setelah mempelajari berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan dalam dunia pendidikan, maka secara hipotesis model pembelajaran yang memungkinkan dapat tercapainya peningkatan keaktifan dan hasil belajar adalah strategi pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis mengajukan rumusan masalah yaitu “Bagaimanakah meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi pecahan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah di kelas VI SDN No. 74/VII Mandiangin?” Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi pecahan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah di kelas VI SDN No. 74/VII Mandiangin. Hasil Penelitian tindakan kelas ini bermanfaat untuk: a. Manfaat Bagi Siswa. 1. Hasil penelitian tindakan kelas ini sangat membantu siswa meningkatkan hasil belajar. 2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi pecahan 3. Memberi kontribusi untuk meningkatkan hasil dan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep matematika sehingga prestasinya meningkat. 4. Membantu meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika.
b. Manfaat Bagi Guru. 1. Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat menjadi masukan, menambah wawasan dan pengalaman. 2. Memperkaya alternatif pilihan strategi pembelajaran. 3. Memotivasi kinerja guru untuk lebih aktif menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah. 4. Meningkatkan kinerja guru dalam menyampaikan materi pembelajaran pecahan. 5. Memberi masukan kepada guru matematika khususnya tentang pentingnya menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah dalam upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. c. Manfaat Bagi Sekolah. 1. Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat menjadi kontribusi pada sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan. 2. Untuk dijadikan masukan bagi perkembangan sekolah, sehingga menghasilkan siswa-siswi yang berkualitas. Dapat memberikan suatu sumbangan pikiran bagi sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas mutu pendidikan dasar. 3. Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu kegiatan belajar. 4. Membantu sekolah untuk mencapai visi dan misi sekolah. II. Tinjauan Pustaka 2.1 Keaktifan Siswa Keaktifan dalam penelitian ini ditekankan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif yang sangat menentukan bagi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Rochman dalam Kurniawati (2009:40) yang mengatakan “belajar aktif adalah suatu system belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa dapat berlatih untuk berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu hendaknya guru memiliki kemampuan dalam melaksanakan program mengajar dan dapat merekayasa system pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. 2.2 Hasil Belajar Menurut Arikunto (1990:10) yang dimaksud dengan “hasil belajar adalah mutu hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. Hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk
angka, huruf, atau kata-kata baik, sedang, kurang, dan sebagainya”. Menurut Briggs dalam Ekawarna (2010:19) “hasil belajar sering disebut istilah scholastic achievement atau academic achievement adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar disekolah yang dinyatakan dengan angka atau nilai-nilai berdasarkan hasil belajar”. Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang meliputi semua aspek tingkah laku kognitif, efektif, dan motorik. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata dalam Ekawarna (2010:51) yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan, motivasi belajar dan kemampuan kognitif) sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan pembelajaran). 2.3 Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda (Reigeluth,1983;Degeng,1989). Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan : 1. Menakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat meteri pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahami secara penuh. 2. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berfikir rasional siswa. 3. Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa. 4. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam belajarnya. 5. Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam hidupnya. III. Metode Penelitian 3.1 Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri No. 74/VII Mandiangin Tahun Ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 20 orang yang terdiri-dari 12 laki-laki dan 8 perempuan yang memiliki kemampuan rendah. Latar belakang ekonomi umumnya tergolong menengah ke bawah, yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian petani. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan mulai dari bulan November 2012 sampai Januari 2013. Sedangkan tempat pelaksanaan penelitian ini di SD Negeri No. 74/VII Mandiangin sesuai dengan jadwal pelajaran.
3.3 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini didesain untuk 3 (tiga) siklus. Rencana tindakan pada masing-masing siklus dibagi 4 (empat) kegiatan yaitu: 1). Perencanaan, 2). Tindakan, 3). Observasi dan Evaluasi, dan 4). Analisis dan Refleksi. 3.4 Teknik Analisis Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui lembar observasi guru, siswa dan tes hasil belajar siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. 1. Analisis observasi siswa dan guru Analisis terhadap data kualitatif yaitu analisis terhadap hasil observasi siswa dan guru yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Setiap data yang diperoleh dalam proses pembelajaran siklus 1, siklus 2 dan siklus 3, dianalisis dan disimpulkan secara kualitatif serta direfisi. Adapun langkah-langkah analisis dalam penelitian ini adalah pemberian bobot pada indikator yang sudah ditentukan. Pemberian penilaian indikator yaitu: a. Sangat baik diberi skor 4 b. Baik diberi skor 3 c. Cukup diberi skor 2 d. Kurang diberi skor 1 e. Sangat kurang diberi skor 0 Untuk menghitung rata-rata indikator berdasarkan bobot penilaian, menurut Sugiono (2005:137), yaitu : jumlah nilai yang diperoleh Rata − rata = × 100 jumlah nilai keseluruhan Untuk menentukan ketuntasan dalam obsevasi adalah: a. Apabila terjadi peningkatan kegiatan pembelajaran siswa berdasarkan lembar observasi,minimal mencapai kategori baik (70%) b. Keterlaksanaan tindakan sesuai dengan indikator yang sudah ditentukan dalam lembar observasi, minimal kategori baik(70%) 2. Analisis Data hasil belajar siswa Analisis terhadap data kuantitatif berupa hasil belajar siswa yang dilakukan pada setiap akhir siklus, dengan memberikan tes. Menurut Arikunto (2007:199) sistem pensekoran hasil tes sebagai berikut : skor siswa Hasil tes = × 100 % skor tertinggi (ideal) Dari hasil belajar siswa dianalisis dengan memindahkan sekor nilainilai yang diperoleh siswa kedalam daftar analisis tes. Dari daftar tersebut kemudian ditemukan : a. Jumlah skor maksimal (ideal) b. Jumlah skor yang diperoleh siswa c. Presentase ketuntasan belajar siswa perorangan dan klasikal Analisis tersebut menggunakan rumus ketuntasan belajar siswa individu dan klasikal.
jumlah skor yang diperoleh siswa × 100 % jumlah skor maksimal Untuk menentukan kriteria ketuntasan belajar siswa secara individu adalah sebagai berikut: a) Siwa dikatakan tuntas belajar secara individu jika siswa tersebut telah menguasai minimal 65 % dari materi yang diujikan. b) Apabila siswa tersebut kurang dari 65% dalam menguasai materi yang di ujikan maka dilakukan perbaikan. Ketuntasan klasikal = Jumlah siswa yang tuntas x 100% Jumlah siswa Untuk menentukan kriteria ketuntasan belajar siswa adalah sebagai berikut: a) Siswa dikatakan tuntas belajar secara klasikal bila 80% dari seluruh pengikut tes telah menguasai minimal 65% dari materi yang diujikan b) Jika kurang dari 80% maka dilakukan perbaikan. Untuk melihat persentase tingkat keaktifan siswa secara keseluruhan atau klasikal yakni dengan menggunakan rumus (Runiah : 2000) yaitu :
Ketuntasan individual =
𝐴=
Na x 100 % N
Keterangan : A = Keaktifan siswa Na = Jumlah siswa yang aktif N = Jumlah siswa keseluruhan 3.5 Kriteria Keberhasilan Kategori dalam penelitian untuk menentukan apakah ketuntasan belajar telah tercapai apabila hasil belajar telah mencapai skor 70% dan suatu kelas dikatakan telah mencapai keberhasilan secara klasikal bila di kelas telah terdapat 85% siswa yang telah mencapai skor ≥ 70. Untuk penentuan kriteria keberhasilan, hasil presentasinya sebagai berikut: a. 80% - 100% = Sangat baik b. 70% - 79% = Baik c. 60% - 69% = Cukup d. 50% - 59% = Kurang e. 0% - 49% = Sangat Kurang Tindakan yang diberikan dikatakan berhasil jika memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM), dimana setiap kompetensi memiliki KKM yang berbeda. Kriteria ketuntasan minimum (KKM) dalam penelitian ini adalah 70. IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan Dari penelitian tindakan yang dilaksanakan di SDN 74/VII Mandiangin pada kelas VI tahun ajaran 2012/2013, dengan pelaksanaan 3 siklus yang di dalam 1 siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Secara umum terjadi perubahan dalam peningkatan hasil belajar siswa yang mendapat nilai ≥65 atau ≥65% pada kompetensi pecahan. Menurut Sutikno (2007:25) “hasil belajar
merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses pengajaran yang dilakukan oleh guru”. Hasil belajar tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan skala nilai berupa huruf atau simbol. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Tingkat Keberhasilan Tes Siklus I, II, dan II No Siklus Siswa Tuntas Persentase 1 I 8 40 2 II 12 60 3 III 17 85
Kategori K B SB
Berdasarkan hasil penelitian, terhadap perbedaaan persentase hasil belajar pada setiap siklus ini disebabkan tindakan pada siklus I berbeda dengan tindakan pada siklus II dan III. Tindakan siklus II merupakan revisi dan perbaikan tindakan pada siklus I, sehingga pada siklus II hasil belajar mulai meningkat. Begitu pula halnya dengan tindakan pada siklus III yang merupakan perbaikan dari kekurangan pada siklus II, sehingga pada siklus III hasil belajar yang dicapai dapat meningkat dengan lebih baik. Menurut Elfataru (2010:35) menyatakan “keaktifan adalah kegiatan atau aktifitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik”. Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyono dalam Kurniawati (2009:35)” keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik”. Seperti yang diungkapkan oleh Trianto (2007:41), yaitu pembelajaran akan membuat siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya yang tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlihat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Dari perbaikan-perbaikan yang dilakukan pada siklus I, II dan III, membuat kegiatan belajar siswa bertahap menjadi meningkat dan sesuai dengan harapan peneliti. Siswa menjadi lebih aktif dan mudah dalam memahami dan memecahkan masalah yang di temukannya. Kegiatan siswa dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Analisis Hasil Kegiatan Siswa Siklus I, II dan III No A B C D E
Indikator Penilaian Merumuskan Masalah Menganalisis Masalah Merumuskan Hipotesis Mengumpulkan Data Melakukan Pengujian Hipotesis
Siklus I 110 89 117 116 98
Persentase Siklus II Siklus III 126 144 111 131 127 138 118 126 105 126
F
Merumuskan Rekomendasi Pemecahan Masalah Jumlah Jumlah maksimal Persentase
116
111
126
617 960 64,27
698 960 72,71
792 960 82,5
Dari tabel 4.15 mengenai analisis hasil kegiatan siswa menunjukkan bahwa kegiatan siswa pada setiap siklus naik secara bertahap. Indikator kegiatan siswa pada siklus pertama terlihat bahwa ada satu indikator yang sudah di atas kriteria keberhasilan yaitu ≥65%. Pada siklus kedua, dari hasil perbaikan tindakan guru yang dilakukan terhadap siklus pertama. Kegiatan belajar siswa manjadi lebih aktif dan menyenangkan bagi siswa, karena siswa selain bekerja sama dan beradu pendapat dalam menyelesaikan masalah, siswapun dapat bermain dan lebih banyak di bimbing oleh guru.. Dengan hasil penelitian yang telah diperoleh dan dianalisa, maka telah membuktikan bahwa menggunakan strategi pembelajaran berbasis pada materi pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD N 74/VI1 Mandiangin. V. Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yaitu menerapkan strategi pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran matematika di SD Negeri No. 74/VII Mandiangin, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa setelah penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah pada proses pembelajaran Siklus I, namun belum sepenuhnya dapat meningkatkan ketuntasan dan hasil belajar. Indikator yang dapat disimak antara lain proses pembelajaran yang diukur melalui lembar observasi baru mencapai 40% siswa yang mencapai kotegori tuntas. Dampak lanjutannya nilai rata-rata tingkat penguasaan materi siswa pada siklus I baru mencapai rata-rata 57, dengan kata lain apabila dihubungkan dengan kriteria keberhasilan, belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Terdapat peningkatan keaktifan dan hasil belajar setelah penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah pada Siklus II. Ketuntasan belajar menjadi 60% dan hasil belajar dengan rata-rata 70,5. Terbukti terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar pada setelah penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah pada siklus III. Ketuntasan belajar mencapai 85% dan hasil belajar dengan rata-rata 75,5. Hal ini mengandung makna bahwa penelitian tindakan kelas dapat dinyatakan berhasil. Dengan demikian penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar. 5.2 Saran Adapun saran yang peneliti sampaikan adalah diharapkan kepada guru agar menerapkan strategi pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran. Siswa yang belum tuntas perlu diberi stimulus agar lebih
tertarik mengikuti sajian pembelajaran. Tujuan dan manfaat pembelajaran dijelaskan dengan lugas. Perlu pemberian stimulus untuk merangsang ingatan terhadap materi yang telah dipelajari. Penyusunan tes hasil belajar perlu disesuaikan dengan indikator kompetensi yang ingin dicapai. Gunakan strategi pembelajaran berbasis masalah dengan memaksimalkan keunggulannya dan meminimalkan kelemahannya. Perlu adanya pengembangan lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini. Sel Mengingat pelaksanaan penelitian ini hanya berjalan tiga siklus, diharapkan peneliti atau guru dapat diterapkan dalam setiap melaksanakan kegiatan pembelajaran agar hasil belajar siswa yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Hendaknya strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan pada bidang studi lain dengan materi yang berbeda. Mengingat penggunaan strategi pembelajaran berbasis masalah meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pecahan, diharapkan sekolah lain dapat menerapkan strategi pembelajaran berbasis masalah. Daftar Pustaka Arikunto. 1990. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta:Bumi Aksara Djamarah. 1997. Strategi Belajar mengajar. Jakarta:Rineka Cipta. Ekawarna. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Persada Press. Elfataru, Nawawi. 2010. Keaktifan Belajar. http//nawawielfataru.blogspot.com Hamalik. 2003. Kurikulum dan pengajaran. Jakarta:Bumi Aksara. Ismail, Janu. 2009. Pecahan. Jakarta. Rineka Cipta. Kurniawati. 2009. Keaktifan Belajar. Jakarta. Rineka Cipta. Muslic, Masnur. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan. Jakarta. Pustaka Belajar. Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta:Pustaka Belajar. Sardiman. 1981. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta:Raja Grafindo Persada Slameto. 1991. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta. Sudjana. 2003. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sutikno. 2007. Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif dalam mewujudkan Pembelajaran yang berhasil. Bandung:Prospect.