PENGARUH DIVIDEN PAYOUT RATIO (DPR) DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM (Studi pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Periode Tahun 2000-2009) Oleh: DEDEH SRI SUDARYANTI*)
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dividen Payout Ratio (DPR) dan struktur modal dengan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai indikatornya terhadap perubahan harga saham pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2000-2009 dengan teknik sampling purposive sampling. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif dan korelasional dengan jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data dianalisis dengan menggunakan analisis jalur (path analysis) dan secara statistik hipotesis diuji dengan uji F dan uji t. Hasil penelitian dan pengujian hipotesis pada α=5% menunjukkan bahwa secara simultan variabel Dividen Payout Ratio (DPR) dan struktur modal dengan Debt to Equity Ratio sebagai indikatornya berpengaruh tidak signifikan terhadap perubahan hargsa saham. Secara parsial, hanya variabel struktur modal (Debt to Equity Ratio) yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kata Kunci: dividen payout ratio, struktur modal, perubahan harga saham
THE INFLUENCE OF DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) AND THE CAPITAL STRUCTURE ON STOCK PRICE CHANGES (Study on Consumer Goods Sector Companies which are listed on Indonesia Stock Exchange during the 2000-2009 observation period) ABSTRACT The purpose of this research was to analyze the influence of dividend payout ratio (DPR) and the capital structure which is proxied by debt to equity ratio (DER) on stock prices changes. Population in this research is all Consumer Goods Sector companies which are listed in Indonesia Stock Exchange during the period of 2000-2009 with purposive sampling technique. This research uses descriptive and and correlational methods with secondary data. Data are analyzed by using path analysis and statistically hypothesis tested by F-test and t-test. The result of this research indicates that dividend payout ratio and the capital structure which is proxied by debt to equity ratio have no significantly influence on stock price changes simultaneously. Whereas in partial, debt to equity ratio has significantly influence at 5% alpha and dividend payout ratio is having an effect on stock price changes but is not significant.
1
Keywords: dividend payout ratio, capital structure, stock price changes
*) Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
PENDAHULUAN Tuntutan perkembangan teknologi mendorong setiap organisasi, khususnya organisasi bisnis berubah untuk dapat menciptakan efektivitas dan efisiensi setiap aktivitas organisasi. Pada era sebelum enampuluhan, di Indonesia mengenal ilmu pembelanjaan perusahaan dengan fokus pada fungsi pengelolaan keuangan internal saja, sedangkan faktor eksternal yang merupakan sumber pendanaan (source funding) kurang diperhatikan. Sejak era tahun enam puluhan sampai sekarang, perkembangan ilmu pembelanjaan perusahaan berubah dan berkembang menjadi konsentrasi terpusat pada sumber pendanaan eksternal, yang kemudian dikelola secara efektif dan efisien untuk dapat menghasilkan laba. Sumber pendanaan eksternal tersebut bisa didapat dari pasar keuangan dimana pasar keuangan ini menunjukan pertemuan antara supply dan demand akan dana. Pasar keuangan tersebut bisa terjadi di sektor formal (seperti lembaga perbankan, asuransi, bursa efek, sewa guna dan sebagainya), bisa pula di sektor informal (seperti arisan, rentenir, kumpulan simpan pinjam, dan sebagainya). Dana yang diperoleh kemudian dinvestasikan pada berbagai aktiva perusahaan, untuk mendanai kegiatan perusahaan. Dana tersebut dapat tercermin pada laporan keuangan perusahaan yang merupakan salah satu informasi yang sangat berguna untuk mengidentifikasi, mengukur, menganalisis, serta merencanakan dan mengevaluasi segala kegiatan keuangan perusahaan baik untuk pihak internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Keputusan melakukan suatu investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan. Dengan demikian akan mempengaruhi struktur kekayaan yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. Sebaliknya keputusan pendanaan dan kebijakan dividen akan tercermin pada sisi pasiva perusahaan. Semua keputusan tersebut didasarkan pada laba yang didapatkan perusahaan. Laba yang dimiliki bisa dibagikan kepada para investor maupun ditahan (retained earning). Laba yang dibagikan adalah berupa dividen yang merupakan hak para pemegang saham, sedangkan laba yang ditahan bertujuan untuk melunasi hutang jangka panjang perusahaan, melindungi modal kerja, pengembangan perusahaan dan mengantisipasi kerugian yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham perusahaan. Terdapat beberapa faktor yang dapat digunakan untuk mempengaruhi harga saham. Diantaranya adalah faktor struktur modal yang dimiliki perusahaan, dan seberapa besar perusahaan mengeluarkan dividen yang tercermin dari dividen pay out ratio perusahaan. Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian (return). Penambahan hutang akan memperbesar risiko perusahaan, tapi akan memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return). Risiko yang makin tinggi akibat besarnya hutang cenderung akan menurunkan harga saham, tapi meningkatnya expected return diharapkan akan meningkatkan harga saham pula. Dari sini muncul konsep struktur modal optimal, yaitu struktur modal yang
2
mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham. Harga saham merupakan indikator adanya keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan. Jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola usahanya. Kepercayaan investor atau calon investor sangat bermanfaat bagi emiten, karena semakin banyak orang yang percaya terhadap emiten maka keinginan untuk berinvestasi pada emiten tersebut semakin kuat. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi laba yang diperoleh oleh perusahaan sehingga dari laba tersebut, perusahaan kemudian membuat kebijakan berapa persen laba yang harus ditahan yang akan digunakan untuk kegiatan operasi di periode yang akan datang, dan berapa persen yang akan dibagikan sebagai dividen. Pemberian dividen tercermin dari dividen payout ratio saham perusahaan yang diperoleh dari dividen yang diberikan perusahaan dibagikan dengan laba bersih perusahaan Perusahaan yang bergerak di sektor barang konsumsi memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan perusahaan manufaktur. Hal ini disebabkan yang dijual oleh mereka adalah barang-barang konsumsi yang dibutuhkan secara continue oleh masyarakat dari tingkat mana pun. Dalam hubungannya dengan harga saham, penulis ingin melihat apakah juga terdapat pengaruh dividen pay out ratio dan struktur modal khusus terhadap perusahaan yang bergerak di sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) baik secara parsial maupun simultan. Dalam hal ini penulis mengambil variabel dividen payout ratio, struktur modal dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai indikator dan harga saham. Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah pokok yang diidentifikasikan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh dividen pay out ratio (DPR) dan struktur modal terhadap perubahan harga saham pada perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2009 baik secara parsial maupun simultan. BAHAN DAN METODE KAJIAN PUSTAKA 1. Dividen A. Kebijakan Dividen Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali. Van Horne dan Wachowicz (2007 : 270) menyatakan kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividen-payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini. Jadi, aspek utama dari kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan aloksai laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan laba ditahan perusahaan. B. Pendekatan dalam Kebijakan Dividen Indriyo dan Basri (2002: 227) menyatakan terdapat 2 (dua) pendekatan di dalam membahas masalah dividen yaitu:
3
1. Sebagai Kebijaksanaan Pembelanjaan Jangka Panjang: Pendekatan ini berpandangan bahwa semua laba sesudah pajak yang diperoleh perusahaan adalah merupakan sumber dana jangka panjang. Pendekatan ini berpendapat di dalam membentuk biaya kapital yang rendah didapat dari pembentukan struktur modal yang sebagian besar dana diperoleh dari modal sendiri 2. Sebagai Kebijaksanaan untuk Memaksimumkan Nilai Perusahaan: Pendekatan ini berpendapat bahwa kebijaksanaan dividen mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga pasar dari saham yang beredar. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk membagikan dividen sebagai realisasi dari harapan investor dalam mengeluarkan uangnya untuk membeli saham tersebut. C. Kebijaksanaan Dividen (Indriyo dan Basri, 2002: 230): 1. Stable Dividend Policy (Kebijaksanaan Dividen yang Stabil): pada kebijaksanaan ini, besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam jumlah yang tetap, walaupun terjadi fluktuasi dalam laba bersih. 2. Fluctuating Dividen Policy (Kebijakan Dividen yang Fluktuasi): pada kebijaksanaan ini, besarnya dividen yang dibayarkan didasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi, maka besarnya dividen yang dibayarkan relatif tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah, maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah, atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat keuntungannya. 3. Kombinasi Stable dan Fluctuating Dividen: pada kebijakan kombinasi ini, besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil, tetapi sebagian lagi bersifat proporsional dengan tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba, para pemegang saham masih mendapatkan dividen tetap. Tetapi apabila perusahaan mendapatkan keuntungan tinggi, maka pembayaran dividen juga diberikan tinggi. D. Teori Kebijakan Dividen Brigham dan Houston (2006: 70-72) menyatakan terdapat tiga teori dari preferensi investor terhadap kebijakan dividen: 1. Teori Irelevansi Dividen (dividend irrelevance theory) Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. 2. Teori The Bird-In-The-Hand Bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari capital gain, karena komponen dividend yield, D1/P0, risikonya lebih kecil daripada komponen g dalam persamaan total required of return, ks=D1/P0+g. 3. Teori Preferensi Pajak Litzenberg menyatakan bahwa investor lebih menyukai laga ditahan dibandingkan dividen sebab preferensi pajak yang ditetapkan atas capital gain. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan harus mempertahankan pembayaran dividen pada level rendah jika mereka ingin memaksimalkan harga saham. Brigham dan Houston (2006 : 75-78) juga menambahkan dua isu teoritis lainnya tentang kebijakan dividen:
4
1. Hipotesis kandungan informasi atau pengisyaratan (information, or signaling content): teori ini berdasarkan asumsi bahwa bahwa manajer mempunyai informasi yang lebih baik mengenai prospek masa depan daripada pemegang saham. Teori ini yang menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai isyarat dari prakiraan manajemen atas laba. 2. Pengaruh klientele (clientele effect) Teori ini menyatakan bahwa individual dan institusional yang membutuhkan current income akan berinvestasi di perusahaan yang memiliki pembayaran dividen tinggi. Pengaruh clientele menyatakan kecenderungan suatu perusahaan untuk menarik sekelompok investor yang menyukai kebijakan dividennya. Keown et.al (2005 : 155-160) menambahkan teori dividen yang lain: 1. The Residual Dividend Theory Teori ini menyatakan bahwa dividen dibayar hanya jika tidak semuanya digunakan untuk tujuan investasi, berarti, hanya ketika ada residual earnings setelah pendanaan investasi baru. 2. Asimetris Informasi (information asymmetry) Bahwa manajemen sering kali memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan yang tidak dimiliki oleh pemegang saham. Investor menggunakan kebijakan dividen sebagai signal tentang kondisi finansial perusahaan, khususnya earning power. 3. The Clientelle Effect Teori ini menyatakan bahwa individual dan institusional yang membutuhkan current income akan berinvestasi di perusahaan yang memiliki pembayaran dividen tinggi. 4. Agency Cost Teori ini diturunkan dari konflik kepentingan antara manajer (agen) dan pemegang saham luar (principal). Konflik ini mengarah pada biaya keagenan. Teori keagenan mengatakan bahwa mekanisme dividen menyediakan insentif bagi manajer untuk menurunkan biaya yang berkaitan dengan hubungan principal/agen. Salah satu cara untuk mengurangi biaya keagenan adalah meningkatkan dividen. Membayar dividen yang lebih besar akan menurunkan arus kas internal yang mungkin digunakan manajemen untuk kepentingannya sendiri dan akan memaksa perusahaan untuk mencari lebih banyak pendanaan eksternal. Jadi, pembayaran dividen sebagai alat untuk memonitor dan mempertanggungjawabkan kinerja manajemen. 5. Expectation theory Bagaimana harga pasar merespon tindakan manajemen tidak ditentukan oleh tindakan itu sendiri; tetapi juga dipengaruhi oleh ekspektasi investor tentang keputusan akhir yang dibuat oleh manajemen. E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Dividen Suatu Perusahaan Menurut Bambang (1997:209), faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian dividen suatu perusahaan ialah: 1. Posisi Likuiditas Perusahaan: Semakin likuid perusahaan, berarti makin besar kemampuannya untuk membayar dividen. 2. Kebutuhan Dana untuk Membayar Hutang: Setiap perusahaan pasti memiliki hutang yang berbeda-beda tingkat jatuh temponya. Pada saat jatuh tempo,
5
perusahaan diharuskan untuk membayar hutangnya tersebut. Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan diambil dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang berarti bahwa akan semakin kecil dividen yang akan dibayarkan perusahaan. 3. Tingkat Perluasan Perusahaan: Semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, maka perusahaan akan lebih senang untuk menahan laba yang diperoleh, daripada membagikannya kepada pemegang saham. 4. Pengawasan terhadap Perusahaan: terdapat perusahaan yang lebih senang menggunakan sumber dana intern di dalam membiayai kegiatan operasinya. Alasannya adalah apabila ekspansi perusahaan dibiayai dari penjualan saham baru, maka akan mengurangi kontrol dari kelompok yang dominan di dalam perusahaan. Jika ekspansi perusahaan dibiayai oleh hutang, akan memperbesar risiko finansial. Sehingga apabila perusahaan lebih mempercayakan sumber dana intern dalam membiayai kegiatan perusahaan, bisanya akan mengurangi dividen pay out ratio yang akan dibagi. F. Dividen Payout Ratio Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan antara dividen per share dengan earning per share. Menurut Gitman (2003) dalam Dini (2009) dividen payout ratio merupakan indikasi atas presentase jumlah pendapatan yang diperoleh dan didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk kas. DPR digunakan untuk mengukur berapa rupiah yang diberikan kepada pemegang saham dari keuntungan yang diperoleh perusahaan setelah dikurang pajak. Dividen yang mengalami peningkatan dan penurunan secara drastis akan berpengaruh langsung terhadap dividen payout ratio yang dihasilkan, sehingga investor atau pemegang saham dapat melihat bahwasanya perusahaan sukar untuk diprediksi. Secara teori, pembagian dividen memberikan sinyal positif kepada para investor akan prospek saham karena mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Selain itu, investor akan bereaksi terhadap perubahan dividen payout ratio (DPR). Penurunan payout ratio akan ditanggapi negatif karena menggambarkan penurunan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan sebaliknya peningkatan payout ratio akan ditanggapi positif oleh investor. 2. Struktur Modal A. Pengertian Struktur Modal Struktur keuangan merupakan campuran dari semua komponen yang muncul pada sisi kanan di neraca. Sedangkan struktur modal adalah campuran dari sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan. Struktur modal secara sederhana merupakan proporsi antara kewajiban dan modal sendiri. Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan. Dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang, atau sebaliknya, apakah harga saham akan berubah. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang terbaik (Suad dan Pujiastuti, 2006: 293). Struktur modal merupakan kombinasi hutang dan ekuitas. Dalam struktur
6
keuangan jangka panjang perusahaan struktur modal mencerminkan perimbangan antara total hutang dengan modal sendiri. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal (Brigham dan Houston, 2010: 155-156): a. Risiko usaha, atau tingkat risiko yang inheren dalam operasi perusahaan jika perusahaan tidak menggunakan utang. b. Posisi pajak perusahaan. c. Fleksibilitas keuangan, atau kemampuan untuk menghimpun modal dengan persyaratan yang wajar dalam kondisi yang buruk. d. Konservatisme atau keagrasifan manajerial. Keempat hal diatas memiliki pengaruh yang besar pada sasaran struktur modal, namun kondisi operasional dapat menyebabkan struktur modal aktual berbeda dari sasaran. Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang dapat berasal dari hutang maupun ekuitas. Perusahaan dapat melakukan pembiayaan dengan kondisi hutang, namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien dengan memperhatikan struktur modal yang dibuat. Menurut Suad (2004) dalam Anizir Ali (2008) mengemukakan bahwa struktur modal adalah pembiayaan pembelanjaan permanen perusahaan dan penggantian struktur hutang dilakukan secara langsung yang artinya apabila perusahaan menambah modal maka modal sendiri dikurangi. Menurut Munawir (2002) dalam Anizir Ali (2008) struktur modal adalah perimbangan hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen dan biasa. Struktur Modal ditentukan perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan perusahaan (Bambang, 2001: 296). Struktur modal merupakan kombinasi antara bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca sumber modal perusahaan. Struktur atau komposisi modal harus diatur sedemikian rupa sehingga terjamin stabilitas finansial perusahaan, memang tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah dan komposisi modal dari tiap-tiap perusahaan, tetapi pada dasarnya pengaturan terhadap struktur modal dalam perusahaan harus berorientasi pada tercapainya stabilitas finansial dan terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Jain, et al. (2003) dalam Bambang Sugeng (2009) menyatakan bahwa terdapat variabel struktur modal didefinisikan sebagai komposisi modal perusahaan dilihat dari sumbernya khususnya yang menunjukan porsi modal perusahaan yang berasal dari sumber utang (kreditur) dan sekaligus porsi modal yang berasal dari pemilik modal sendiri (owner’s equity). Variabel struktur modal diukur dengan menggunakan tiga indikator, yaitu leverage, debt to equity, dan collateralizable assets. B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Menurut Brigham dan Houston (2010: 188-190), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal: 1. Stabilitas Penjualan. 2. Struktur Aset. 3. Leverage Operasi. 4. Tingkat pertumbuhan.
7
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Profitabilitas. Pajak. Kendali. Sikap manajemen Sikap pemberian pinjaman dan lembaga pemeringkat Kondisi pasar Kondisi internal perusahaan Fleksibilitas keuangan.
C. Bentuk Struktur Modal Menurut Weston & Brigham (1999:31), bentuk struktur modal: 1. Simple Capital Structure: yaitu apabila perusahaan hanya menggunakan modal sendiri saja. Dengan demikian, tidak ada ketergantungan perusahaan terhadap modal dari pihak luar dan cakupan mengandalkan modal sendiri. 2. Complex Capital Structure: yaitu apabila perusahaan menggunakan modal sendiri dan modal pinjaman jangka panjang. D. Teori Struktur Modal Berikut ini beberapa teori struktur modal yaitu: 1. Agency Theory Teori agensi menurut Horne (1995) dalam Hasa (2008) adalah suatu teori yang menjelaskan adanya pertentangan posisi antara manajemen (sebagai agen) dengan pemegang saham (sebagai pemilik). Para pemegang saham berharap agar agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan, sekaligus memberikan keuntungan pada pemegang saham. Untuk melakukan fungsinya dengan baik, maka manajemen harus diberikan intensif yang memadai, dan juga sekaligus pengawasan yang baik. Pengawasan dapat dilakukan dengan cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan perusahaan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya. Biaya ini yang disebut dengan biaya agensi. Biaya yang timbul pasti merupakan tanggungan pemegang saham. 2. Pecking Order Theory Menurut Myer (1984) dalam Hasa (2008), pecking order theory menyatakan bahwa: a) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan, yang berwujud laba ditahan). b) Apabila dana dari luar (external financing) diperlukan maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu: dimulai dengan menerbitkan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru kemudian apabila masih belum mencukupi akan menerbitkan saham baru. Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target debt equity ratio, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. 3. Trade Off Theory Merupakan model struktur modal yang mempunyai asumsi bahwa struktur modal perusahaan merupakan keseimbangan antara keuntungan penggunaan hutang dengan biaya financial distress (kesulitan keuangan) dan agency cost
8
(biaya keagenan). Keputusan yang terbaik adalah keputusan yang moderat dengan mempertimbangkan kedua instrument pembiayaan. Trade off theory merupakan model yang didasarkan pada trade off antara keuntungan dan kerugian penggunaan hutang. Trade off tersebut dipengaruhi oleh beberapa variabel. Umumnya oleh keuntungan pajak dari penggunaan hutang, risiko financial distress dan penggunaan biaya agensi. 3. Harga Saham Harga saham merupakan indikator adanya keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut teori, semakin banyak permintaan terhadap saham suatu emiten maka akan menaikkan harga saham emiten tersebut. Jika harga saham yang tinggi dapat dipertahankan maka kepercayaan investor atau calon investor terhadap emiten juga semakin tinggi, dan hal ini menaikkan nilai emiten. Sebaliknya jika harga saham selalu mengalami penurunan terus menerus berarti pula akan menurunkan nilai emiten di mata investor atau calon investor. A. Penilaian Harga Saham Menurut G. Foster (1986) dalam Indriyo dan Basri (2002: 268) analisis terhadap harga saham melalui sikap manajemen investasi aktif dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu: 1. Pendekatan Teknikal: Pendekatan teknikal merupakan suatu teknikal analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Burton G Malkill (1990) dalam Indriyo dan Basri (2002: 268) menyatakan bahwa penganut pendekatan ini sering disebut chartist. Para chartist beranggapan bahwa 90% pelaku pasar modal melakukan transaksi berdasarkan psikologis dan 10% berdasarkan logika. 2. Pendekatan Fundamental Analisis fundamental didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik merupakan nilai nyata suatu saham yang ditentukan oleh beberapa factor fundamental perusahaan penerbit saham. 3. Pendekatan Market Timing Pendekatan market timing merupakan suatu pendekatan dengan cara menentukan (mereka-reka) kapan waktu menjual saham yang paling tepat, dengan harapan mendapatkan excess return yang diperoleh dengan melakukan variasi persentase portopolio pada equity securities. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan korelasional dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan yang diperoleh dari pojok bursa Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode tahun 2000-2009. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling, dengan kriteria:1) perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2000-2009, memiliki modal yang positif, dan menerbitkan laporan keuangan secara periodik selama periode penelitian. 2)
9
perusahaan membayarkan dividen selama periode penelitian. 3) perusahaan menghasilkan laba tiap tahunnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Hiotesis diuji secara statistik dengan uji F dan uji t. Selanjutnya juga dihitung besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung dari masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen. Hubungan secara struktural antar variabel secara lengkap digambarkan dalam model sebagai berikut: X1
Y
X2
Keterangan : X1 : DPR X2 : DER Y : Perubahan Harga Saham : Variabel residu/residual variabel : Koefisien korelasi hubungan antara X1 dan X2 : Besarnya pengaruh X1 terhadap Y : Besarnya pengaruh X2 terhadap Y : Pengaruh variabel residu terhadap Y HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perkembangan Dividen Payout Ratio (DPR), struktur modal dan perubahan harga saham pada perusahaan sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2009. Secara deskriptif, perkembangan setiap variabel digambarkan sebagai berikut: Tabel 1 Deskripsi nilai setiap variabel penelitian Variabel Mean Min. Max. DPR 0,48083 0,0413 1,6017 Struktur Modal (DER) 1,107 0,19 8,44 Perubahan Harga Saham 0,223 -0,9114 4,0706 Sumber: Pojok Bursa Fakultas Ekonomi UNSIL, Data hasil olahan. Berdasarkan Tabel 1 di atas rata-rata nilai DPR selama periode penelitian 0,48083, artinya 48,083% laba yang diperoleh perusahaan dibagikan kepada pemegang saham, dengan nilai DPR tertinggi pada perusahaan PT. HM Sampoerna Tbk. (HMSP) pada tahun 2000 yaitu sebesar 160,17%, dan DPR terendah pada perusahaan PT. Tempo Scan Pasific Tbk. (TSPC) pada tahun 2006 sebesar 4,13%.
10
Semakin tinggi nilai Dividen Payout Ratio (DPR) perusahaan maka akan mengurangi tingkat pertumbuhan di masa yang akan datang dan akan menekan harga saham perusahaan serta memperkecil kesempatan perusahaan melakukan reinvestasi. Namun disisi lain tingginya nilai DPR akan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan/laba perusahaan bagi para investor. Penurunan DPR akan ditanggapi negatif oleh para investor karena menggambarkan penurunan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, namun di sisi manajemen penurunan pembagian dividen akan memberikan kesempatan pada perusahaan dalam melakukan investasi perusahaan karena laba yang didapat ditahan (retained earning), selain itu juga dapat digunakan untuk melunasi hutang jangka panjang yang dimiliki perusahaan, melindungi modal kerja, dan mengantisipasi kerugian yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 1,107 dengan nilai DER tertinggi selama periode penelitian adalah pada perusahaan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) pada tahun 2009 yaitu sebesar 8,44 hal ini menunjukan bahwa Semakin tinggi nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang dimiliki perusahaan menunjukan komposisi total utang yang lebih besar dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) sehingga akan memberikan dampak pada para investor yaitu adanya kekhawatiran investor akan ketidak-bisaan perusahaan menutupi beban utangnya. Sedangkan DER terendah pada PT. Tempo Scan Pasific Tbk. yaitu sebesar 0,19 pada tahun 2003. Rata-rata nilai perubahan harga saham adalah sebesar 0,223 dengan nilai perubahan tertinggi adalah pada PT. Gudang Garam Tbk. (GGRM) yaitu sebesar 4,0706 pada tahun 2009. Semakin besar nilai perubahan harga saham suatu perusahaan menunjukan bahwa terjadi peningkatan/kenaikan harga saham pada suatu perusahaan dari periode sebelumnya, hal ini mencerminkan bahwa perusahaan tersebut masih diminati oleh investor sehingga permintaan akan saham perusahaan tersebut terus meningkat dan berdampak pada peningkatan harga sahamnya. Sedangkan apabila terjadi perubahan harga saham yang bernilai negatif mengindikasikan bahwa harga saham pada perusahaan tersebut mengalami penurunan dari periode sebelumnya. Dengan melihat data diatas mengenai perubahan harga saham maka perusahaan yang memiliki perubahan harga saham paling minim/kecil adalah pada perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) yaitu sebesar -0,9114 pada tahun 2000. Semakin besar nilai perubahan harga saham suatu perusahaan menunjukan bahwa terjadi peningkatan/kenaikan harga saham pada suatu perusahaan dari periode sebelumnya, hal ini mencerminkan bahwa perusahaan tersebut masih diminati oleh investor sehingga permintaan akan saham perusahaan tersebut terus meningkat dan berdampak pada peningkatan harga sahamnya. Sedangkan apabila terjadi perubahan harga saham yang bernilai negatif mengindikasikan bahwa harga saham pada perusahaan tersebut mengalami penurunan dari periode sebelumnya. Dengan melihat data diatas mengenai perubahan harga saham maka perusahaan yang memiliki perubahan harga saham paling minim/kecil adalah pada perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) yaitu sebesar -0,9114 pada tahun 2000.
11
2. Pengaruh Dividen Payout Ratio (DPR) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap perubahan harga saham pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2009 Untuk mengetahui pengaruh Dividen Payout Ratio (DPR) terhadap Perubahan harga saham dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap perubahan harga saham dan pengaruh secara simultan Dividen Payout Ratio (DPR) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap perubahan harga saham dilakukan pengolahan dengan menggunakan path analysis atau analisis jalur. Adapun proses perhitungan data dilakukan dengan menggunkan program SPSS V.16. A. Pengaruh secara Parsial: Pengaruh secara parsial Dividen Payout Ratio (DPR) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap perubahan harga saham diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 2 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
(Constant)
.016
.165
.096 .924
dpr
.044
.266
.019 .165 .869
der .174 a. Dependent Variable: phs
.077
.252 2.254 .027
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diterapkan ke dalam struktur penelitian sebagai berikut: Gambar 1 Koefisien jalur struktur hubungan antar Variabel X1, X2 dengan Y X1 Y =0.252
X2
=0.966
Berdasarkan Gambar 1 di atas. besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung variabel X1 (DPR) dan X2 (DER) terhadap Y (Perubahan Harga Saham) adalah:
12
Tabel 3 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel X1 dan X2 terhadap Y X1 terhadap Y
Pengaruh Langsung
Pengaruh Tidak langsung
Pengaruh Total [ ] [
]
X2 terhadap Y
[
]
]
[
a. DPR terhadap Perubahan Harga Saham: Uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel DPR berpengaruh tidak signifikan (sig stat. DPR > 0,05) terhadap perubahan harga saham pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi di BEI selama tahun 2000-2009, dengan besar pengaruh sebesar 0,122%. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Vernande Nirohito (2009) yang menyatakan bahwa secara parsial EPS, BVS, DPR dan Resiko Sistematik (Beta) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada industry Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil ini dikuatkan oleh Heriayati Chrisna (2009) yang menyatakan bahwa secara parsial CAR, Net Interest Margin dan DPR tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang di ungkapkan oleh Indriyo dan Basri (2002) yang menyatakan bahwa kebijaksanaan pembagian dividen mempunyai pengaruh kuat terhadap harga pasar dari saham yang beredar. Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Miller dan Rock (1985) yaitu perusahaan yang berkualitas tinggi akan membayar dividen lebih tinggi, dan pembagian dividen yang tinggi memberikan sinyal terhadap kondisi perusahaan. Dari hasil diatas dapat diambil suatu dugaan bahwa rasio pembayaran dividen/ Dividen Payout Ratio (DPR) ternyata tidak mempengaruhi minat para investor untuk melakukan suatu investasi, karena perusahaan yang mempunyai Dividen Payout Ratio (DPR) yang tinggi akan membuat posisi kas suatu perusahaan akan berkurang yang dapat menjadi berita buruk bagi para investor karena perusahaan akan mengurangi rencana investasinya (Kalay 1982, dalam Dini 2009). b. DER terhadap Harga Saham: Uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel DER berpengaruh signifikan (sig stat. DER < 0,05) terhadap perubahan harga saham pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi di BEI selama tahun 2000-2009, dengan besar pengaruh sebesar 6,45%. Hal ini sejalan dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angrawit Kusumawardani (2009) yang menyatakan bahwa secara parsial Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2005-2009. Rasio ini menunjukan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) menunjukan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditor (Lukman,2001 dalam Angrawit 2009). Hasil ini mengindikasikan bahwa DER mempunyai hubungan terbalik dengan harga saham, dimana semakin kecil nilai DER yang dimiliki perusahaan berarti nilai
13
kewajiban yang ditanggung oleh perusahaan terhadap kreditor semakin kecil sehingga membuat minat investor dalam melakukan investasi transaksi saham semakin tinggi. Hasil ini juga salaras dengan teori Ang (1997 dalam Destri Rusi, 2009) dimana semakin tinggi DER menunjukan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin meningkat, tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk dividen). Tingginya DER selanjutnya akan mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan, karena investor pasti akan lebih tertarik pada saham yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang. B. Pengaruh secara Simultan: Untuk mengatahui pengaruh Dividen Payout Ratio (DPR) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Perubahan Harga Saham secara simultan, maka sebagaimana hasil perhitungan masing-masing variabel pada pengaruh parsia, dapat diperoleh dengan cara menjumlah seluruh nilai pengaruh-pengaruh parsial yaitu 0,00122+0,0646 sehingga diperoleh nilai pengaruh sebesar 0,066 atau sebesar 6,6%. Jadi total pengaruh Dividen Payout Ratio (DPR) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 20002009 adalah 6,6%. Uji signifikansi pengaruh secara simultan Dividen Payout Ratio (DPR) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Perubahan Harga Saham dilakukan dengan menggunakan uji F, dengan hasil pengolahan sebagai berikut: Tabel 4 ANOVAb Model 1
Regression Residual
Sum of Squares df Mean Square 3.173
2
45.125 77
F
Sig.
1.586 2.707 .073a .586
Total 48.298 79 a. Predictors: (Constant), der, dpr b. Dependent Variable: phs Berdasarkan Tabel 4 di atas, diperoleh signifikansi sebesar 0,073 (>0.05). Dengan demikian Dividen Payout Ratio (DPR) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2009, dengan total pengaruh secara simultan sebesar 6,6%. Dengan nilai total pengaruh sebesar 6,6% dan sisanya sebesar 93,4% perubahan harga saham dipengaruhi oleh faktor lain yang lebih dominan yang tidak diteliti dalam penelitian ini. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan dan dari hasil penganalisaan lebih lanjut mengenai pengaruh Dividen Payout Ratio (DPR) dan struktur modal dengan Debt To Equity Ratio (DER) sebagai indikator terhadap
14
perubahan harga saham pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara parsial DPR berpengaruh tidak signifikan terhadap perubahan hargsa saham dengan nilai pengaruh total sebesar 0,122%, sedangkan variabel DER berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham dengan pengaruh total 6,45%. 2. Secara simultan variabel DPR dan DER berpengaruh tidak signifikan terhadap perubahan harga saham dengan total pengaruh sebesar 6,6% dan sebesar 93,4% perubahan harga saham pada perusahaan sektor barang konsumsi dipengaruhi oleh faktor lain. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, berikut ini dikemukakan beberapa saran antara lain: 1. Investor sebaiknya memperhatikan komposisi struktur modal perusahaan dalam melakukan suatu investasi terutama pada perusahaan yang bergerak pada sektor barang konsumsi karana mempunyai pengaruh yang lebih besar dari pada Dividen Payout Ratio (DPR). 2. Untuk mengatahui dan mengamati perubahan harga saham suatu perusahaan investor harus memperhatikan faktor lain yang berpangaruh baik faktor internal maupun eksternal, seperti kondisi fundamental atau kinerja keuangan perusahaan, inflasi, pajak dan kondisi bursa saham. 3. Bagi penelitian selanjutnya, untuk peneliti lebih lanjut tentang tema sejenis untuk melakukan pengamatan pada sampel yang lebih banyak menambah variabel lain dari rasio keuangan yang lain seperti rasio Rentabilitas Return On Equity (ROE), Return on Total Assets (ROA) Rasio Likuiditas Current ratio (CR), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dll. DAFTAR PUSTAKA Anggrawit Kusumawardani. 2009. Analisis Pengaruh EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, ROA pada Harga Saham dan dampaknya terhadap Kinerja Perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode 2005-2009. Universitas Gunadama. Anizir Ali Murad. 2008. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Rentabilitas Ekonomis pada PT. “X”. Prospek, Vol 1 No. 2, 23-36. Bambang Riyanto. 1997. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta _______. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 7. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta Bambang Sugeng. 2009. Pengaruh struktur Kepemilikan dan Struktur Modal terhadap Kebijakan Inisiasi Dividen di Indonesia. Jurnal Ekonomi Bisnis Tahun 14 Nomor 1, 37-48. Brigham & Huston. 2006. Fundamentals of Financal Management (Dasar-Dasar Manajemen Keuangan), Edisi 10. Ali Akbar Yulianto. Jakarta : Salemba Empat.
15
_______. 2010. Fundamentals of Financal Management (Dasar-Dasar Manajemen Keuangan), Edisi 11. Ali Akbar Yulianto. Jakarta : Salemba Empat. Destri Rusi Widiasari. 2009. Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. USU. Dini Rosdini. 2009. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividend Payout Ratio. Working paper in accounting and finance, 1-8. Edi Subiyantoro dan Fransisca Andreani. 2003. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, 171-180. Indriyo Gitosudarmo dan Basri. 2002. Manajemen Keuangan, Edisi 4. Yogyakarta: BPFE. Hasa Nurrohim KP. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Control Kepemilikan Dan Struktur Aktiva Tetap Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Sinergi kajian bisnis dan manajemen Vol.10, No. 1, 11-18. Heriyati Chrisna. 2009. Pengaruh ROE, CAR, NIM, dan DPR terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan Di BEI. Universitas Sumatra Utara. Keown, Arthur J., Scott, David F., Martin, Jhon D. dan Petty William J. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku 2. Chaerul dan Dwi. Jakarta: Salemba Empat. Lisa Marlina dan Clara Danica. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return On Assets terhadap Dividen Payout Ratio. Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, 1-6. Riduwan dan Engkos Achmad K. 2008. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Alfabeth. Suad Husnan dan Pudjiastuti, E. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Van Horne, James C. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan 1, Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat. Verdande Nirohito. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Industri Property dan Real Estate di BEI. Universitas Gunadarma. Weston dan Brigham. 1990. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan. Alfonsus Sirait. Jakarta: Erlangga. http://www.idx.co.id
16