Diterbitkan oleh Pemimpin Redaksi Redaksi Pelaksana
Anggota Redaksi
OSEANOLOGI DAN LIMNOLOGI DI INDONESIA (OLDI) Volume 41, Nomor 2, Agustus 2015 : Pusat Penelitian Oseanografi dengan Pusat Penelitian Limnologi, LIPI : Prof. Dr. Sri Juwana (Marine Culture) 1. Dr. Giyanto, S.Si, M.Sc. (Statistical Biology- Coral Ecology) : 2. Dr. Livia Rossila Tanjung (Molecular & Fishery Microbiology) 3. Dra. Ricky Rositasari (Micropalaeontology) 4. Dra. Nurul Dhewani Mirah Sjafrie, M.Si. (Coastal Management) 1. Ir. Sulastri (Limnology-Phytoplanktonology) : 2. Dr. Luki Subehi (Hydroclimatology) 3. Nina Hermayani Sadi, S.Si, M.Si. (Chemical Limnology) 4. Prof. Dr. Ir. Sam Wouthuyzen (Fishery Oceanography) 5. Prof. Dr. Ir. Dwi Listyo Rahayu (Taxonomy) 6. Dr. Ir. Safar Dody, M.Si. (Marine Culture)
Mitra Bestari (Penyunting)
:
01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10.
Ir. Risti M. Marwoto, M.Si. Prof. Dr. Suharsono Dr. Gunawan Pratama Prof. Dr. Ali Suman Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc. Dr.Ir.Fauzan Ali Dr. Lukman Ir. Suyarso Prof. Dr. Ruyitno, M.Sc. Drs. Mohammad Adrim
Penyunting Pelaksana
:
1. 2. 3. 4. 5.
Drs. Maruatal Sitompul Indyaswan Tegar Suryaningtyas, S.Si. Fajar Sumi Lestari, A.Md. Deny Yogaswara, A.Md. Suci Lastrini
Email Redaksi
:
[email protected]
Alamat Redaksi
: Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta 11048. Telepon: 021-64713850, 021-64712287 021-64712425 Fax: 021-64711948, 021-64712287
Pusat Penelitian Limnologi, LIPI Jl. Raya Bogor Km 46, Cibinong, PO Box 422, Bogor 16911. Telepon: 021-8757071/5 Fax: 021-8757076
NomorAkreditasi : 435/AU2/P2MI-LIPI/08/2012, berlaku sampai dengan 07 Agustus 2015. OLDI terbit tiga kali dalam setahun (April, Agustus dan Desember). OLDI terbit dalam bentuk cetakan dan on line di http://www.limnologi.lipi.go.id Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (OLDI) dengan ISSN 0125-9830 adalah jurnal ilmiah yang merupakan pengembangan dari Oseanologi di Indonesia (ODI). ODI pertama kali diterbitkan pada tahun 1974. Kemudian berubah nama menjadi OLDI pada tahun 1993 dan terakreditasi sejak tahun 2006. Petunjuk penulisan naskah dapat dilihat di bagian belakang jurnal ini.
ISSN 0125 – 9830
OSEANOLOGI DAN LIMNOLOGI DI INDONESIA Volume 41, Nomor 2, Agustus 2015
PUSATPENELITIAN OSEANOGRAFI PUSAT PENELITIAN LIMNOLOGI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA JAKARTA – BOGOR OLDI
Vol. 41
No.2
Jakarta-Bogor
ISSN
Agustus 2015
0125 – 9830
Hal 121-244
NomorAkreditasi: 435/AU2/P2MI-LIPI/08/2012, berlaku sampai dengan 07 Agustus 2015
ISSN 0125 – 9830 OSEANOLOGI DAN LIMNOLOGI DI INDONESIA Volume 41, Nomor 2, Agustus 2015 DAFTAR ISI Halaman 1. 2. 3.
4.
5.
6.
7. 8. 9.
10.
Komunitas Moluska di Ekosistem Mangrove Pulau Lombok (The Mollusc Community in 121-131 the Mangrove Ecosystem of Lombok Island). Nur Rohmatin Isnaningsih Rekruitmen Karang Keras (Scleractinia) di perairan Natuna, provinsi Kepulauan Riau 133-148 (Recruitment of hard coral Scleractinia in Natuna Waters, Riau Islands Province). Muhammad Abrar Konsentrasi Logam Berat dan Radioaktif Alami dalam Rumput Laut di Perairan Pulau 149-156 Panjang Banten (Concentration of Heavy Metal and Natural Radio Active in the Seaweed of Pulau Panjang Waters, Banten). June Mellawati, Niken Hayu Danti dan Sevi Sawestri Kajian Pertumbuhan Ikan Selar Kuning Selaroides leptolepis dari Perairan Selat Sunda, 157-166 Jawa Barat (The Study of Yellow Stripe Scad Selaroides leptolepis Growth from Sunda Strait, West Java). Maizan Sharfina, Mennofatria Boer dan Yunizar Ernawati Distribusi Temperatur, Salinitas dan Fluorensi Massa Air di Selat Makassar pada Bulan 167-179 Juni 2013 (Distribution of Temperature, Salinity and Water Mass Fluoresence in Makassar Strait in June 2013). Mochamad Riza Iskandar dan Adi Purwandana Produksi Benih Kepiting Scylla paramamosain dengan Ransum Nauplii Artemia dan Diet 181-189 Formulasi mengandung Spirulina dan Digezym (Production of Crab Seed Scylla paramamosain Fed with Artemia Nauplii and Formulated Diet containing Spirulina and Digezym). Sandi Permadi dan Sri Juwana Kajian Awal Efektivitas Kantung Penampung Limbah pada Keramba Jaring Apung 191-203 (Preliminary Study on the Effectiveness of Waste Container Bags on Floating Net Cages). Livia Rossila Tanjung dan Agus Hamdani Morfologi Dasar Laut dan Ketebalan Sedimen Permukaan Perairan Kendari (Sea Bottom 205-215 Morphology and Surface Sediment Thickness in Kendari Waters). Muhammad Hasanudin 217-231 Kualitas Perairan Kolong untuk Budidaya Rajungan Portunus pelagicus di Pulau Bangka (Water Quality of ex Tin Mining for the Blue Crab Portunus pelagicus Marine Culture in Bangka Island). Lies Indah Sutiknowati Bioakumulasi Merkuri dalam Daging dan Hati Ikan Pari dari Teluk Jakarta 233-244 (Bioaccumulation of Mercury in the Muscle and Liver of Stingrays from Jakarta Bay). Fitri Budiyanto, Lestari dan Fahmi
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (OLDI), Volume 41, Nomor 2, Agustus 2015.
INDEKS PENULIS A -------B ------C -----D -------E ------F Fitri Budiyanto, Lestari dan Fahmi, “Bioakumulasi Merkuri Dalam Daging dan Hati Ikan Pari dari Teluk Jakarta”. 41(2): 233‐244. ------G ------H ------I ------J June Mellawati, Niken Hayu Danti dan Sevi Sawestri, “Konsentrasi Logam Berat dan Radioaktif Alami dalam Rumput Laut di Perairan Pulau Panjang Banten “. 41(2):149-156.
------K -----L Lies Indah Sutiknowati, “Kualitas Perairan Kolong untuk Budidaya Rajungan Portunus pelagicus di Pulau Bangka”. 41(2): 217‐231. Livia Rossila Tanjung dan Agus Hamdani, “Kajian Awal Efektivitas Kantung Penampung Limbah pada Keramba Jaring Apung”. 41(2): 191-203. -----M Maizan Sharfina, Mennofatria Boer dan Yunizar Ernawati, “Kajian Pertumbuhan Ikan Selar Kuning Selaroides leptolepis dari Perairan Selat Sunda, Jawa Barat”. 41(2):157-166. Mochamad Riza Iskandar dan Adi Purwandana, “Distribusi Temperatur, Salinitas dan Fluorensinya Massa Air di Selat Makassar Pada Bulan Juni 2013”. 41(2): 167-179. Muhammad Abrar, “Rekruitmen Karang Keras (Scleractina) di perairan Natuna, provinsi Kepulauan Riau”. 41(2): 133-148. Muhammad Hasanudin, ” Morfologi Dasar Laut dan Ketebalan Sedimen Permukaan Perairan Kendari”. 41(2): 205-215. -----N Nur Rohmatin Isnaningsih, “Komunitas Moluska di Ekosistem Mangrove Pulau Lombok”. 41(2):121-131. O -------P -----Q -----R ------
S Sandi Permadi dan Sri Juwana, “Produksi benih kepiting Scylla paramamosain dengan ransum nauplii Artemia dan diet formulasi mengandung Spirulina dan digezym”. 41(2):181‐189. -----T -----U V -----W -----X -----Y -----Z
Bioakumulasi Merkuri Dalam Daging... (Fitri Budiyanto, Lestari dan Fahmi) BIOAKUMULASI MERKURI DALAM DAGING DAN HATI IKAN PARI DARI TELUK JAKARTA BIOACCUMULATION OF MERCURY IN THE MUSCLE AND LIVER OF STINGRAYS FROM JAKARTA BAY Fitri Budiyanto1*, Lestari1 dan Fahmi1 1 Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Jl. Pasir Putih 1 No. 1 Ancol Timur, Jakarta, 14430 *Email:
[email protected] Received 20 October 2014, Accepted 07 July 2015 ABSTRAK Aktivitas antropogenik yang tinggi di wilayah Teluk Jakarta diyakini memberikan sumbangan cemaran yang cukup tinggi seperti logam berat ke perairan. Logam berat yang terlarut di perairan seperti merkuri dapat terakumulasi dalam tubuh ikan predator yang menempati puncak rantai makanan seperti ikan Pari yang hidup di perairan tersebut. Merkuri merupakan unsur yang berpotensi terakumulasi dan bersifat toksik dalam tubuh organisme. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status keamanan pangan ikan Pari dari Teluk Jakarta melalui analisis tingkat akumulasi merkuri dalam daging dan hati ikan Pari. Sampel ikan Pari dikumpulkan pada bulan April, Mei, Juli, Agustus, September dan November 2012 dari Teluk Jakarta untuk dianalisis kandungan merkuri dalam daging dan hati ikan. Pengukuran kadar merkuri dilakukan terhadap empat spesies ikan Pari Himantura gerrardi, Himantura walga, Neotrygon kuhlii dan Himantura uarnacoides. Daging dan hati ikan Pari dihancurkan dalam microwave oven menggunakan metode destruksi asam, kemudian konsentrasi Hg diukur menggunakan Cold Vapor Atomic Absorption Spectrophotometer merk Varian SpectrAA 20®. Hasil studi ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara merkuri dalam daging dan hati dari keempat spesies ikan Pari. Konsentrasi merkuri tertinggi dalam daging terdeteksi pada H. walga betina (0,633 mg/kg berat basah), sementara konsentrasi Hg tertinggi dalam hati ditunjukkan oleh H. uarnacoides jantan dengan nilai sebesar 0,39 mg/kg berat basah. Ukuran tubuh seperti lebar, panjang dan berat tubuh serta ukuran clasper berpengaruh pada akumulasi merkuri dalam daging N. kuhlii jantan dan betina. Konsentrasi merkuri dalam hati dan daging masih berada di bawah nilai aman konsumsi. Meskipun demikian, pemantauan merkuri dalam daging dan hati ikan Pari untuk dikonsumsi masyarakat perlu dilakukan secara berkala. Kata kunci: ikan Pari, merkuri, akumulasi, ukuran tubuh, daging, hati, Himantura gerrardi, Himantura uarnacoides, Himantura walga, Neotrygon kuhlii.
ABSTRACT Anthropogenic activities in the coastal area of Jakarta Bay are considered to be the major contributor to water pollution in the area. Heavy metal coumpounds, such as mercury, may accumulate in the fish there, especially top predator fish such as stingrays. Mercury is an element that is potentially toxic and accumulates in organisms. This study aimed to understand the accumulation levels of mercury in the muscle and liver of stingrays and to determine the if they were safe for consumption,through analyses of the accumulation rate of mercury in the meat and liver. The stingray samples were collected in April, May, July, August, September and November 2012. The measurement was done for four species of ray: Himantura gerrardi, Himantura walga, Neotrygon kuhlii and Himantura uarnacoides. The muscle and liver of the stingrays was passed through an acid digestion procedure in a microwave oven and the measurement of Hg concentration was done by a Cold Vapor Atomic Absorption Spectrophotometer Varian SpectrAA 20®. There were no significant differences between Hg concentrations in the muscle and in the liver. The highest mercury concentration in the muscle was found in a female H. walga, 0.633 mg/kg wet weight, whereas the highest mercury 233
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Vol. 41, No. 2, Agustus 2015:233-244 concentration in the liver was obtained from a male H. uarnacoides, 0.39 mg/kg wet weight. Body size, including disc width, total length, weight and clasper size influenced mercury accumulation in the muscle of N. kuhlii. The measurement results indicated that Hg in the muscle and liver of stingrays met the allowable consumption level. Nevertheless, the monitoring of mercury levels in the muscle and liver of these fish needs to be done regularly. Keywords: Stingray, mercury, accumulation, body size, muscle, liver, Himantura gerrardi, Himantura uarnacoides, Himantura walga, Neotrygon kuhlii. PENDAHULUAN Logam berat merupakan salah satu bahan kimia berbahaya yang secara alami ada di lingkungan akuatik, baik dalam bentuk terlarut dalam air laut maupun terdeposisi dalam sedimen (Luoma & Rainbow, 2008). Aktivitas antropogenik dapat memengaruhi kelimpahan logam berat (Cabon et al., 2010; Paixao, 2010) dan sering kali perubahan kelimpahan logam berat memiliki dampak buruk bagi ekosistem dan manusia (Hosono et al., 2010; Castillo et al., 2013). Salah satu pengaruh negatif logam berat adalah kemampuannya untuk terakumulasi dan bersifat toksik dalam tubuh organisme (Reed et al., 2010; Lepland et al., 2010; Mohammed et al., 2012). Konsumer tingkat tinggi seperti ikan-ikan predator memiliki risiko mengakumulasi logam berat dalam jumlah besar karena logam berat mengalami biomagnifikasi (Qiao-Qiao et al., 2007; Creighton & Twinning, 2010). Di lain pihak, ikanikan predator merupakan komoditas yang diminati oleh manusia. Melalui mekanisme tersebut, manusia sebagai predator puncak akan terpapar logam berat dalam jumlah tinggi (Kehrig et al., 2010). Banyak faktor yang memengaruhi kemampuan ikan dalam mengakumulasi logam berat. Ukuran tubuh seperti panjang dan berat (Ruelas-Inzunza et al., 2013), jenis kelamin, umur, tingkah laku dan kemampuan ekskresi akan memberikan variasi akumulasi logam berat dalam tubuh ikan, bahkan dalam spesies yang sama (Luoma & Rainbow, 2008). Organ dalam seperti hati sebagai organ ekskresi mendapat tekanan yang cukup besar dalam detoksikasi logam berat. Pada beberapa jenis organisme, hati merupakan salah satu organ yang paling banyak mengakumulasi logam berat sebelum logam berat tersebut berhasil dieksresikan (Luoma & Rainbow, 2008). Teluk Jakarta mendapat pengaruh antropogenik yang tinggi dari daratan sekitarnya (Rochyatun et al., 2006; Rochyatun & Rozak, 2007). Konsentrasi logam berat di perairan sangat
234
mungkin untuk berubah, dan perubahan konsentrasi logam berat ini berpotensi memengaruhi kehidupan organisme akuatik yang tinggal di dalamnya (Lestari & Edward, 2004; Lestari et al., 2007; Lestari & Witasari, 2010). Studi yang dilakukan oleh Riani (2010) menyebutkan bahwa konsentrasi Hg terlarut di perairan Teluk Jakarta berada di bawah batas deteksi alat, yaitu kurang dari 0,00001 ppm dan belum melebihi ambang batas. Akan tetapi, dari penelitian tersebut juga disebutkan bahwa hati ikan Petek (Leiognathus equulus) mengalami nekrosis akibat merkuri. Nekrosis yang merupakan peradangan sebagai mekanisme pertahanan tubuh memperlihatkan hati ikan Petek yang pucat dan mudah hancur (Riani, 2010). Masyarakat masih memanfaatkan produk akuatik Teluk Jakarta untuk konsumsi sehari-hari, di antaranya adalah ikan Pari. Ikan yang hidup sebagai predator secara demersal ini cenderung mengakumulasi logam berat dari mangsa maupun sedimen dan air laut di sekitarnya (Fahmi et al., 2009). Tingkat akumulasi logam berat pada ikan Pari di Teluk Jakarta belum banyak diketahui. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status keamanan pangan ikan Pari dari Teluk Jakarta melalui studi akumulasi logam berat Hg dalam daging dan hati ikan Pari. Daging ikan Pari dipilih sebagai objek pengukuran karena merupakan organ yang paling sering dimakan oleh manusia, sementara hati merupakan organ yang mengakumulasi merkuri. Logam berat Hg dipilih untuk pengujian karena logam berat ini menduduki peringkat tertinggi dalam hal toksisitas. Bentuk senyawa merkuri yang paling berbahaya dan paling mudah ditransportasikan ke dalam tubuh adalah metil merkuri. Metil merkuri biasanya dapat terserap secara sempurna dalam dinding saluran pencernaan dan ditransportasikan ke seluruh tubuh melalui sel darah merah. Merkuri anorganik dan metil merkuri apabila terdistribusi sampai ke saraf pusat akan menyebabkan kerusakan permanen. Gejala keracunan Hg berupa gangguan saraf di antaranya kebutaan, koma dan kematian (Darmono, 1995).
Bioakumulasi Merkuri Dalam Daging... (Fitri Budiyanto, Lestari dan Fahmi) METODOLOGI Lokasi Sampling dan Tahap Pengambilan Sampel Proses untuk mendapatkan data dalam studi ini terdiri dari 2 tahap, yaitu pengambilan sampel di Teluk Jakarta dan analisis di laboratorium. Sampel yang diambil meliputi sampel ikan Pari, sampel sedimen dan air laut. Pengambilan sampel air laut dan sedimen bertujuan untuk mendapatkan informasi umum kondisi perairan dalam kaitannya dengan pencemaran Hg. Sampel ikan Pari diperoleh pada bulan Maret, April, Mei, Juli, Agustus, September dan November 2012 di Teluk Jakarta, sedangkan pengambilan sampel sedimen dan air laut dilakukan pada bulan April 2012. Lima stasiun yang dipilih sebagai titik pengambilan sampel sedimen dan air laut berada di daerah penangkapan
(fishing ground) ikan Pari pada posisi 106°48'52.98" Bujur Timur, 106°51'4.22" Bujur Timur, 5°58'12.45" Lintang selatan, dan 5°59'52.21" Lintang Selatan (Gambar 1). Spesimen ikan Pari selanjutnya diidentifikasi sampai tingkat spesies dan diukur panjang, berat, jenis kelamin dan ukuran clasper. Sebelum dianalisis, sampel daging dan hati untuk keperluan pengukuran logam berat Hg disimpan dalam keadaan beku. Sampel sedimen dikoleksi dengan menggunakan ponar grab, kemudian disimpan dalam botol polietilen pada suhu ± 4°C. Sampel air laut diperoleh menggunakan van dorn water sampler, lalu disaring menggunakan kertas saring Whatman® ukuran pori 0,45 µm. Setelah proses penyaringan selesai, sampel air laut tersebut diawetkan menggunakan larutan KMnO4-H2SO4.
Gambar 1. Lokasi penelitian di Teluk Jakarta (simbol titik menunjukkan stasiun observasi Hg dalam sedimen dan air laut, sedangkan lingkaran putus-putus menunjukkan area penangkapan ikan Pari). Figure 1. Sampling location of Stingray in Jakarta Bay (dots represent the Hg observation sites in the sediment and seawater, while the broken circle represents the Stingray fishing area). Analisis Logam Berat Hg dalam Daging dan Hati Ikan Pari Analisis logam Hg dalam daging dan hati dilakukan mengacu pada metode dari The
Association of Analytical Communities (2005). Sebelum proses analisis, daging dan hati dipanaskan dalam microwave oven pada suhu 60°C selama 24 jam. Selanjutnya, 5 ml HNO3 235
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Vol. 41, No. 2, Agustus 2015:233-244 pekat ditambahkan ke dalam tabung yang berisi 0,3 g sampel kering atau setara dengan 0,9 g berat basah, kemudian dihancurkan menggunakan microwave digest CEM MarsXpress®. Sampel diukur menggunakan alat serapan atom tanpa nyala tipe Varian jenis SpectrAA 20®yang direduksi dengan SnCl2. Untuk menjamin proses analisis, semua alat yang digunakan terlebih dahulu direndam dalam HNO3 (1:1) selama 24 jam dan dibilas dengan air suling. Analisis Hg dalam Sedimen Metode US EPA 7471B diadopsi untuk menganalisis merkuri dalam sedimen. Air suling, aquaregia, KMnO4 digunakan sebagai reagen dalam proses penghancuran yang dilakukan menggunakan water bath pada suhu 95°C. Sampel diukur menggunakan alat serapan atom tanpa nyala secara uap dingin merk Varian jenis SpectrAA 20® yang direduksi dengan SnCl2. Untuk menjamin proses analisis, semua alat yang digunakan terlebih dahulu direndam dalam HNO3 (1:1) selama 24 jam dan dibilas dengan air suling. Analisis Hg dalam Air Laut Analisis Hg terlarut mengadopsi metode dari SNI 19-6964.2-2003. Sampel air laut dihancurkan dengan H2SO4-HNO3-KMnO4K2S2O8 dengan pemanasan dalam water bath pada suhu 90°C. Sampel diukur menggunakan alat serapan atom tanpa nyala secara uap dingin merk Varian jenis SpectrAA 20® yang direduksi dengan SnCl2. Untuk menjamin proses analisis, semua alat yang digunakan terlebih dahulu direndam dalam HNO3 (1:1) selama 24 jam dan dibilas dengan air suling. Penilaian Enrichment Factor (EF) untuk Sedimen Salah satu indeks yang berguna untuk mengetahui kondisi sedimen dalam perairan adalah
Enrichment Factor (EF) yang diformulasikan sebagai berikut (Varol, 2011):
Ci sampel dan Cr sampel secara berurutan merupakan konsentrasi logam dalam sampel dan logam rujukan yang diukur dalam sampel. Ci background dan Cr background secara berurutan merupakan konsentrasi logam dan logam rujukan pada background. Logam rujukan yang digunakan dalam studi ini adalah besi (Fe). Background yang dimaksud di sini merupakan logam dalam sedimen yang masih alami dan dalam penghitungan ini digunakan nilai rata-rata logam dalam kerak bumi. Enrichment Factor merupakan metode yang digunakan untuk memudahkan interpretasi kelimpahan bahan kimia seperti logam berat dalam sedimen. Variasi ukuran partikel menyebabkan konsentrasi bahan kimia dalam sedimen tidak dapat secara langsung dibandingkan antara satu daerah dengan daerah lain, akan tetapi perlu dilakukan normalisasi terlebih dahulu. Fe dan Al biasa digunakan untuk proses normalisasi karena kedua logam tersebut biasa ada dalam sedimen dalam konsentrasi tinggi dan biasanya tidak akan terpengaruh oleh logam lain (Abrahim & Parker, 2008). Nilai EF yang diterjemahkan menurut Varol (2011) ditunjukkan pada Tabel 1. Analisis Data Untuk mengetahui hubungan panjang dan berat tubuh dengan konsentrasi logam berat Hg dilakukan pengujian statistik menggunakan korelasi Pearson. Selain itu, untuk mengetahui perbedaan konsentrasi merkuri dalam daging dan hati dilakukan uji t.
Tabel 1. Interpretasi nilai yang didapatkan dari penghitungan EF. Table 1. Score interpretation of Enrichment Factor calculation. Score EF < 1 1 ≤ EF < 3 3 ≤ EF < 5 5 ≤ EF < 10 10 ≤ EF < 25 25 ≤ EF ≤ 50 EF > 50
236
Identification no enrichment minor enrichment moderately enrichment moderately severe enrichment severe enrichment very severe enrichment extremely severe enrichment
Bioakumulasi Merkuri Dalam Daging... (Fitri Budiyanto, Lestari dan Fahmi) HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Perairan Teluk Jakarta Konsentrasi merkuri dalam air laut dan dalam sedimen masih berada di bawah nilai baku mutu yang ditetapkan, kecuali sedimen di Stasiun 5 (Tabel 2). Konsentrasi Hg dalam sedimen di Stasiun 5 berada di atas nilai Interim Sediment Quality Guideline (ISQG), tetapi masih jauh berada di bawah nilai Probable Effect Level (PEL). Nilai Hg di Stasiun 5 berpotensi memberikan dampak buruk bagi organisme. Nilai baku mutu air laut diambil dari Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, akan tetapi Indonesia belum menetapkan nilai baku mutu untuk sedimen. Oleh karena itu, nilai baku mutu yang ditetapkan oleh Canadian Council of Ministry of the Environment (CCME) digunakan sebagai dasar perbandingan. Dalam guideline yang diberikan oleh CCME disebutkan dua jenis nilai, yaitu the Probable Effect Level (PEL) dan Interim Sediment Quality Guideline (ISQG). Kedua nilai tersebut berbeda dalam hal penggunaan. PEL digunakan sebagai acuan bahwa di atas nilai tersebut dampak merugikan untuk organisme akan tinggi, sedangkan ISQG digunakan untuk evaluasi potensi pengaruh negatif terhadap biota. ISQG biasa diukur dengan menggunakan nilai near concentration yang berarti tidak semua metal dalam partikel sedimen bisa diukur, hanya metal yang teradsorpsi (mudah terlepas) dalam sedimen saja yang diukur. Stasiun 5 merupakan stasiun yang berada relatif lebih dekat dengan daratan dibandingkan keempat stasiun lainnya. Pengaruh jarak tersebut menyebabkan sedimen di Stasiun 5 lebih banyak terakumulasi kontaminan Hg yang bersumber dari pembuangan limbah kota dan industri. Hg banyak ditemukan pada baterai, biosida, cat, antiseptik
pada farmasi dan beberapa peralatan laboratorium serta pada bahan bakar (Rustalgi & Singh, 2010; Grandjean et al., 2010). Hal ini didukung oleh score Enrichment Factor (EF) di Stasiun 5 yang merupakan nilai tertinggi dibandingkan keempat stasiun lainnya, yaitu sebesar 2,35 (Gambar 2). Nilai EF di lokasi penelitian berada pada kisaran 1,7-2,4 yang mengindikasikan sedimen di area studi mengalami sedikit pengayaan (minor enrichment) Hg. Konsentrasi Merkuri dalam Daging dan Hati Ikan Pari Studi ini menggunakan 4 spesies ikan Pari, yaitu Himantura walga, Neotrygon kuhlii, Himantura gerrardi dan Himantura uarnacoides. Untuk menghindari bias dalam proses penghitungan, hasil konsentrasi merkuri pada ikan Pari jantan dan betina diamati terpisah. Sampel H. uarnacoides yang dianalisis memiliki tubuh yang relatif lebih panjang dan lebih berat bila dibandingkan dengan ketiga spesies ikan Pari lainnya. Akan tetapi, berdasarkan ukuran clasper, N. kuhlii menjadi spesies yang paling matang secara seksual. Organ Clasper merupakan alat kelamin jantan pada elasmobranchs yang dianalisis untuk mengetahui tingkat kematangan seksual individu. Clasper adalah modifikasi dari sirip perut yang terdiri dari tulang rawan berbentuk tabung sebagai alat untuk menyalurkan (mentransfer) sperma ke dalam organ reproduksi betina (Kajiura et al., 2005). Konsentrasi Hg dalam daging dan hati keempat spesies ikan Pari (H. gerrardi, H. walga, H. uarnacoides dan N. kuhlii) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (Tabel 3).
Tabel 2. Konsentrasi Hg terlarut dan Hg dalam sedimen di perairan Teluk Jakarta. Table 2. Concentration of dissolved Hg and Hg in the sediment of Jakarta Bay waters. Station Station 1 Station 2 Station 3 Station 4 Station 5 Treshold
Hg concentration In water (mg/l) In sediment (mg/kg) dry < 0,001* 0.13 < 0,001* 0.12 < 0,001* 0.10 < 0,001* 0.11 < 0,001* 0.14 PEL: 0.7b a 0,001 ISQG: 0,13b
* below detection limit of instrument a KepMenLH No. 51 Tahun 2004. b Canadian Council of Minister of the Environment, 1999.
237
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Vol. 41, No. 2, Agustus 2015:233-244 2.5
EF Score
2 1.5 1 0.5 0 st 1
st 2
st 3 Station
st 4
st 5
Gambar 2. Nilai EF di setiap stasiun. Figure 2. EF score in each station. Tabel 3. Ukuran tubuh, ukuran clasper dan konsentrasi Hg pada daging dan hati ikan Pari. Table 3. Body size, clasper size and Hg concentration in the muscle and liver of Stingray.
Species
Sex
M
n
5
Value Range average
Disc width
Total length
Weight
Clasper
mm
mm
g
mm
183.4-240 (206.9)
691-838 (762.4)
197.9-359.5 (270.7)
4.35-5.3 (4.8)
Hg muscle
Liver
mg/kg wet weight 0.01-0.02 (0.015)
0.02-0.14 (0.05) ns
H. gerrardi F
5
Range
185-210
697-820
196.7-330.8
average
(196)
(760)
(257)
na
0.01-0.08
0.02-0.03
(0.03)
(0.026) ns
M
5
Range average
230-365.2 (294)
1056-1450 (1270)
445-1802.3 (947)
8.6-13.3 (10.6)
0.04-0.32 (0.13)
300-358 (325)
1177-1573 (1369)
898.7-1473 (1110)
na
6
Range average
0.02-0.16 (0.05)
5
Range average
0.05-0.39 (0.14) ns
H. uarnacoides F
0.03-0.06 (0.04) ns
M
142.7-203
357-513
76.1-316.9
5.25-21.5
0.01-0.2
(187)
(436)
(236.8)
(15.9)
(0.08)
0.02-0.18 (0.07) ns
H. walga
Range F
4
200-207 (203)
306.7-484 (403)
282.6-408.7 (329.9)
na
average
0.01-0.63 (0.23)
0.04-0.16 (0.08)
Range
205-300
450-696
253-853.8
9.2-42.4
0.06-0.19
0.06-0.17
average
(254.7)
(569.2)
(520.4)
(29.3)
(0.11)
(0.09)
ns M
6
ns
N. kuhlii F
4
Range
187-327
377-753
173-1237
average
(276.5)
(561)
(734)
na
0.05-0.21
0.04-0.07
(0.12)
(0.05) ns
Remarks:
238
na: data not available ns: not significant
Bioakumulasi Merkuri Dalam Daging... (Fitri Budiyanto, Lestari dan Fahmi) Beberapa faktor yang memengaruhi tingkat akumulasi merkuri dalam daging dan hati ikan Pari yaitu lebar tubuh (Disc Wide = DW), berat badan dan ukuran clasper yang menjadi organ pilihan dalam studi akumulasi logam berat ini. Korelasi antara logam berat Hg dalam daging dan hati bervariasi pada tiap spesies ikan Pari. Hasil korelasi Pearson menunjukkan hanya tiga
spesies yang memiliki korelasi signifikan antara ukuran tubuh dan konsentrasi Hg, yaitu H. uarnacoides jantan, H. walga betina dan N. kuhlii jantan dan betina. Beberapa data ukuran clasper H. gerrardi jantan dan panjang tubuh H. walga betina tidak dapat dikoleksi, sehingga korelasi Hg dengan parameter ini tidak dapat dilakukan (Tabel 4).
Tabel 4. Korelasi Pearson untuk ukuran tubuh, ukuran clasper dan konsentrasi Hg dalam daging dan hati keempat spesies ikan Pari. Table 4. Pearson correlation of body size, clasper size and Hg concentration in muscle and liver of 4 species of Stingrays. Spesies
Sex M
H. gerrardi F
M H. uarnacoides F
M H. walga F
M N. kuhlii F
Disc width Total length weight clasper Disc width Total length weight clasper Disc width Total length weight clasper Disc width Total length weight clasper Disc width Total length weight clasper Disc width Total length weight clasper Disc width Total length weight clasper Disc width Total length weight clasper
Hg concentration Muscle Liver -0.06 -0.56 -0.51 -0.62 -0.10 -0.64 na na 0.05 0.13 -0.09 0.46 0.14 0.19 na na -0.65 -0.79 -0.63 -0.86 -0.56 -0.64 -0.36 -0.44 0.11 -0.25 -0.34 -0.41 0.07 -0.21 na na 0.35 0.15 0.44 0.37 0.45 0.06 0.15 0.54 -0.44 -0.08 na na -0.95 0.77 na na -0.18 0.89 0.35 0.89 -0.25 0.93 0.05 0.85 0.14 -0.72 -0.85 -0.90 -0.04 -0.75 na na
Remark: na= data not available
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Hg dalam hati H. uarnacoides jantan berkorelasi negatif dengan lebar tubuh dan panjang tubuh ikan Pari, sementara berat tubuh H. walga betina
berkorelasi positif dengan Hg dalam hati. Semakin bertambah berat H. walga betina maka akan semakin tinggi konsentrasi Hg dalam hati. Pola konsumsi kemungkinan tidak memberikan 239
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Vol. 41, No. 2, Agustus 2015:233-244 pengaruh yang signifikan terhadap perbedaan akumulasi merkuri karena secara umum mangsa utama keempat species ikan Pari tersebut sama, yaitu udang dan kepiting. Oleh karena itu, sulit ditarik kesimpulan mengenai pengaruh ukuran tubuh dengan konsentrasi Hg dalam hati. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Barone et al. (2013) dalam studinya terhadap dua spesies electric rays (Torpedinidae) yang menyebutkan tidak ada hubungan konsentrasi logam dalam hati dengan ukuran tubuh. Dalam penelitian tersebut juga disebutkan bahwa jumlah literatur ataupun review mengenai konsentrasi logam dalam hati elasmobranch sangat sedikit, sehingga belum dapat menghasilkan kesimpulan secara final. Pola akumulasi logam berat dalam tubuh organisme laut tidak hanya dipengaruhi oleh ukuran tubuh saja, faktor eksternal seperti pilihan makanan dan faktor internal seperti kecepatan metabolisme juga memengaruhi akumulasi logam berat (Luoma & Rainbow, 2008). Faktor makanan pada ikan laut sangat menentukan akumulasi logam berat dalam daging (Wang, 2002; Velusamy et al., 2014). Penelitian Barone et al. (2013) menjelaskan bahwa ikan Pari Listrik yang umumnya memakan ikan-ikan yang hidup di dasar (bentik) dan hiu kecil mengakumulasi merkuri lebih tinggi dibandingkan Marbled Electric Ray (Torpedo marmorata) yang memakan krustasea dan ikan. Menurut Hauser-Davis et al. (2012), setelah makanan masuk ke dalam tubuh organisme, logam berat akan dibawa oleh darah ke organ-organ penyimpanan seperti daging dan tulang dan ada pula yang masuk ke dalam hati untuk kemudian diekskresikan. Oleh karena itu, tiap organ dan spesies akan memiliki kandungan logam berat yang berbeda-beda. Ikan N. kuhlii jantan memiliki korelasi positif yang signifikan antara ukuran tubuh (lebar sayap dan panjang tubuh) dengan Hg dalam daging. Korelasi positif juga ditunjukkan oleh ukuran clasper dengan konsentrasi Hg dalam daging, yang berarti semakin dewasa dan semakin besar N. Kuhlii jantan akumulasi Hg dalam daging juga semakin meningkat. Ukuran tubuh berkaitan dengan bertambahnya umur karena organisme dewasa lebih banyak memproduksi protein dibanding organisme muda. Merkuri terikat kuat pada grup thiol protein dalam daging, sehingga organisme yang lebih dewasa akan mengakumulasi lebih banyak merkuri dibandingkan organisme yang lebih muda (Branco et al., 2007). Selain itu, tampak pula adanya perbedaan antara individu jantan dan betina dalam mengakumulasi merkuri dalam daging. Korelasi negatif antara berat tubuh
240
dengan konsentrasi Hg dalam daging ditunjukkan oleh N. kuhlii betina, sementara tiga spesies betina lainnya tidak mengindikasikan korelasi yang signifikan. N. kuhlii betina dan H. walga betina menunjukkan korelasi negatif antara ukuran tubuh dan konsentrasi Hg dalam daging. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan perilaku antara individu jantan dan individu betina pada ikan Pari. Ikan betina diduga akan mengurangi aktivitas mencari makan pada waktu tertentu seperti selama masa kehamilan. Pada saat seperti itu, individu betina tidak mendapat input merkuri secara masif sementara detoksikasi merkuri dalam tubuh terus berjalan. Hal itu sesuai dengan peningkatan akumulasi merkuri dalam tubuh individu betina yang lebih bervariasi dibandingkan individu jantan. Hal ini memperkuat asumsi Pethybridge et al. (2010) yang menyatakan adanya perbedaan konsentrasi merkuri pada individu jantan dan betina yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti kebutuhan energi, kedewasaan dan desposisi merkuri yang berkaitan dengan transfer merkuri ke telur atau janin (fetus). Menurut mereka, transfer merkuri ke janin menyebabkan individu betina memiliki konsentrasi merkuri yang lebih rendah daripada jantan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pethybridge et al. (2010) tentang adanya fluktuasi konsentrasi merkuri dalam daging individu betina sebagai fungsi umur/ukuran tubuh yang menyebabkan tidak signifikannya korelasi ukuran tubuh dengan konsentrasi merkuri. Status Keamanan Pangan Ikan Pari Studi ini menggunakan dua jenis perbandingan untuk mengetahui tingkat keamanan pangan ikan Pari dari Teluk Jakarta, yaitu perbandingan dengan acuan keamanan pangan yang diambil dari Standar Nasional Indonesia (SNI.7387:2009) dan perbandingan dengan spesies lain. Perbandingan dengan spesies lain dilakukan untuk mengetahui relativitas konsentrasi merkuri dalam ikan Pari di Teluk Jakarta terhadap daerah lain yang disinyalir memiliki tingkat polusi merkuri yang lebih rendah ataupun terhadap spesies lain yang juga hidup di Teluk Jakarta. Konsentrasi Hg dalam daging dan hati ikan Pari di Teluk Jakarta menunjukkan nilai yang lebih rendah bila dibandingkan ikan predator demersal ataupun pelagis dari daerah lain. Bahkan, konsentrasi merkuri dalam hati ikan Pari dari Teluk Jakarta, dua sampai 10 kali lebih rendah dibandingkan dengan spesies ikan Pari yang ditemukan di laut Mediterania. Konsentrasi
Bioakumulasi Merkuri Dalam Daging... (Fitri Budiyanto, Lestari dan Fahmi) merkuri dalam daging ikan Pari dari Teluk Jakarta hampir sama dengan konsentrasi merkuri ikan Hiu (Blue Shark) dari perairan Atlantik. Konsentrasi Hg dalam daging ikan Pari dalam studi ini lebih rendah dibandingkaan konsentrasi Hg dalam ikan predator seperti ikan Tongkol yang didapat dari Teluk Jakarta. Selain itu, nilai Hg dalam daging ikan Pari juga lebih rendah daripada nilai Hg dalam Kerang Darah (Anadara granosa) dari Teluk Jakarta karena sifat kerang yang filter
feeder, sehingga memiliki potensi tinggi dalam mengakumulasi polutan (Tabel 5). Daging dan hati ikan Pari dari Teluk Jakarta masih aman untuk dikonsumsi berdasarkan konsentrasi logam berat Hg (Gambar 3). SNI 7387:2009 menetapkan batas maksimum merkuri pada ikan predator sebesar 1 mg/kg berat basah, sementara konsentrasi maksimum merkuri dalam sampel terdeteksi sebesar 0,633 mg/kg berat basah.
Tabel 5. Konsentrasi Hg dalam ikan dari penelitian lain. Table 5. Hg concentration in fish species from other studies. Hg concentration (mg/kg wet weight) Muscle Liver
Species Torpedo nobiliana (Electric ray)* Torpedo marmorata (Marbled electric ray)* Prionace glauca (blue shark)** Xiphias gladius (swordfish)**
Region
Reference
-
1.47-2.79
Mediterranean sea
Barone et al., 2013
-
0.21-0.55
Mediterranean sea
Barone et al., 2013
0.22-1.3
0.032-0.96
Atlantic sea
Branco et al., 2007
0.031-2.4
0.051-8.5
Etmopterus baxteri*
1.2-3.3
-
Centroselachus crepidater*
0.8-2.3
-
Chimaera lignaria*
0.4-1.4
-
Apristurus sp. A/C*
1.5-1.7
-
Centrophorus zeehani*
2.6-4.7
-
Figaro boardmani*
0.2-1.2
-
Notorynchus cepedianus*
1.2-1.5
-
-
0,00458
Atlantic sea Southeast Australia Southeast Australia Southeast Australia Southeast Australia Southeast Australia Southeast Australia Southeast Australia Jakarta bay
0.15
-
Jakarta bay
1.2 0.010-0.195 0.010-0.020 0.042-0.200 0.010-0.633 0.023-0.039 0.060-0.190 0.070-0.210
0.020-0.025 0.020-0.030 0.050-0.182 0.040-0.160 0.035-0.047 0.060-0.173 0.040-0.070
Jakarta bay Jakarta bay Jakarta bay Jakarta bay Jakarta bay Jakarta bay Jakarta bay Jakarta bay
Branco et al., 2007 Pethybridge et al., 2010 Pethybridge et al., 2010 Pethybridge et al., 2010 Pethybridge et al., 2010 Pethybridge et al., 2010 Pethybridge et al., 2010 Pethybridge et al., 2010 Riani, 2010 Hikmawati dan Sulistyorini, 2006 Hutagalung, 1987 This study This study This study This study This study This study This study
Leiognathus equuus Ikan tongkol (Euthinnus sp.) Anadara granosa H. gerrardi male H. gerrardi female H. walga male H. walga female H. uarnacoides female N.kuhlii male N. Kuhlii female
Remark: *demersal fish; **pelagic fish
241
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Vol. 41, No. 2, Agustus 2015:233-244
Gambar 3. Konsentrasi Hg dalam daging dan hati ikan Pari beserta nilai aman konsumsi dalam pangan (SNI 7387:2009). Figure 3. Hg concentration in muscle and liver of Stingrays and the threshold value according to SNI 7387:2009. KESIMPULAN Kemampuan tiap individu ikan Pari dalam mengakumulasi merkuri berbeda-beda, tergantung lebar sayap, berat, jenis kelamin. Terdapat perbedaan yang signifikan antara konsentrasi merkuri dalam daging dan hati H. uarnacoides betina, sedangkan pada H. gerrardi, H. walga dan N. kuhlii perbedaan tersebut tampak tidak signifikan. H. walga jantan dan N. kuhlii jantan menunjukkan korelasi positif antara ukuran tubuh dengan konsentrasi merkuri dalam daging. Konsentrasi merkuri dalam daging dan hati keempat spesies ikan Pari dari studi ini masih tergolong aman untuk dikonsumsi. Monitoring tingkat merkuri dalam daging dan hati ikan Pari di Teluk Jakarta perlu rutin dilakukan mengingat Teluk Jakarta merupakan perairan yang berdekatan dengan pusat aktivitas manusia yang rentan terhadap polusi. PERSANTUNAN Penelitian ini didanai oleh DIPA Tematik Puslit Oseanografi LIPI. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Drs. M. Adrim selaku pemimpin penelitian dan Bapak Priyo atas bantuan dalam identifikasi ikan Pari. Tidak lupa kami
242
ucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul Rozak dan M. Taufik Kaisupy atas bantuan dalam analisis konsentrasi logam berat di laboratorium. DAFTAR PUSTAKA Abrahim, G.M. S. and R. J. Parker. 2008. Assessment of heavy metal enrichment factors and the degree of contamination in marine sediments from Tamaki estuary, Auckland, New Zealand. Environmental Monitoring and Assessment, 136: 227-238. The Association of Analytical Communities. 2005. W. Horwitz (Eds) and G.W. Latimer, Jr. (Ass. Eds.). Official methods of analysis of AOAC International 18th edition: Methods 974.14. Gaithersburg, Maryland, USA Barone, G., R. Giacominelli-Stuffler and M. M. Storelli. 2013. Comparative study on trace metal accumulation in the liver of two fish species (Torpedinidae): Concentration-size relationship. Ecotoxicology and Environmental Safety, 97: 73-77. Branco, V., C. Vale, J. Canário and M. N. dos Santos. 2007. Mercury and selenium in blue shark (Prionace glauca, L. 1758) and swordfish (Xiphias gladius, L. 1758) from two
Bioakumulasi Merkuri Dalam Daging... (Fitri Budiyanto, Lestari dan Fahmi) areas of Atlantic Ocean. Environment Pollution, 150: 373-380. Cabon, J. Y., P. Giamarchi and S. Le Floch. 2010. A study of marine pollution caused by the release of metals into seawater following acid spills. Marine Pollution Bulletin, 60: 9981004. Canadian Council of Ministers of the Environment. 1999. Canadian sediment quality guidelines for the protection of aquatic life. In: Canadian Environmental Quality Guidelines. Canadian Council of Ministers of the Environment: 1-5. Castillo, M. L. A., I. S. Trujillo, E. V. Alonso, A. G.de Torres and J. M. C. Pavon. 2013. Bioavailability of heavy metals in water and sediments from a typical Miditerranean Bay (Malaga Bay, Region of Andalucia, Southern Spain). Marine Pollution Bulletin, 76: 427434. Creighton, N. and J. Twinning. 2010. Bioaccumulation from food and water of cadmium, selenium and zinc in an estuarine fish, Ambassis jackoniensis. Marine Pollution Bulletin, 60: 1815-1821. Darmono. 1995. Logam dalam sistem biologi makhluk hidup. Universitas Indonesia Press: 136 hlm. Fahmi, M. Adrim and Dharmadi 2009. Size at first maturity of the blue spot maskray, Neotrygon kuhlii in Indonesian waters. Indonesian Fisheries Research Journal, 15: 29-35. Grandjean, P., H. Satoh, K. Murata and K. Eto. 2010. Adverse effects of methylmercury: Environmental health research Implications. Environmental Health Perspectives, 8: 11371145. Hauser-Davis, R. A., F. F. Bastos, T. F. de Oliveira, R. L. Ziolli and R. C. de Campos. 2012. Fish bile as a biomarker for metal exposure. Marine Pollution Bulletin, 64: 15891595. Hikmawati, A. dan L. Sulistyorini. 2006. Perubahan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol (Euthynnus sp.) dengan perlakuan perendaman larutan jeruk nipis dan pemasakan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 3(1): 67-76. Hutagalung, H. P. 1987. Mercury content in the water and marine organisms in Angke Estuary, Jakarta Bay. Bulletin of Environmental Contamination and Toxicology, 39: 406-411. Hosono, T., C. C. Su, F. Siringan, A. Amano and S. I. Onodera. 2010. Effects of environmental
regulations on heavy metal pollution decline in core sediments from Manila Bay. Marine Pollution Bulletin, 60: 780-785. Kajiura, S. M., J. P. Tyminski, J. B. Forni and A. P. Summers. 2005. The sexuality dimorphic cephalofoid of bonnethead sharks, Sphyrna tiburo. Biology Bulletin, 209: 1-5. Kehrig, H. A., T. C. Seixas, A. P. Baeta, O. Malm and I. Moreira. 2010. Inorganic and methylmercury: Do they transfer along a tropical coastal food web? Marine Pollution Bulletin, 60: 2350-2356. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No Kep-51/MNKLH/I/2004 Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Air Laut. Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta: 10 – 12. Lepland, A., T. J. Andersen, A. Lepland, H. P. H. Arp, E. Alve, G. D. Breedveld and A. Rindby. 2010. Sedimentation and chronology of heavy metal pollution in Oslo harbor, Norway. Marine Pollution Bulletin, 60: 1512-1522. Lestari dan Edward. 2004. Dampak pencemaran logam berat terhadap kualitas air laut dan sumberdaya perikanan. Studi kasus kematian masal ikan - ikan di Teluk Jakarta. Makara Sains, 8 (2): 56-62. Lestari, J. M. Manik dan A. Rozak. 2007. Kualitas perairan Teluk Klabat. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditinjau dari aspek logam berat. Dalam: A. Azis, Ruyitno, Sulistijo, A. Syahailatua, M. Muchtar, Pramudji dan T. Susana (Eds.) Sumberdaya Laut dan Lingkungan Bangka Belitung 2003-2007. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI: 23-32. Lestari dan Y. Witasari 2010. Logam berat di perairan di Teluk Lampung. Dalam: Ruyitno, M. Muchtar, Pramudji, Sulistijo, T. Susana dan Fahmi (Eds.) Sumberdaya Laut dan Lingkungan Teluk Lampung. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI: 160-170. Luoma, S. N. and P. S. Rainbow. 2008. Metal contamination in aquatic environment: science and lateral management. Cambridge University Press. 126 hlm. Mohammed, A., T. May, K. Echol, M. Walther, A. Manoo, D. Maraj, J. Agard and C. Orazio. 2012. Metals in sediments and fish from Sea Lots and Point Lisas Harbors, Trinidad and Tobago. Marine Pollution Bulletin, 64: 169173. Paixao, J. F., O. M. C. de Oliveira, J. M. L. Dominguez, A. C. D. Coelho, K. S. Garcia, G. 243
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Vol. 41, No. 2, Agustus 2015:233-244 C. Carvalho and W. F. Magalhaes. 2010. Relationship of metal content and bioavailability with benthic macrofauna in Camamu Bay (Bahia, Brazil). Marine Pollution Bulletin, 60: 474-481. Pethybridge, H., D. Cossa, and E. C. V. Butler. 2010. Mercury in 16 demersal sharks from southeast Australia: Biotic and abiotic sources of variation and consumer health implication. Marine Environmental Research, 69: 18-26. Qiao-Qiao, C., Z. Guang-Wei and A. Langdon. 2007. Bioaccumulation of heavy metals in fishes from Taihu Lake, China. Journal of Environmental Science, 19: 1500-1504. Reed, L. A., P. L. Pennington and E. Wirth. 2010. A survey of trace metal elament distribution in tissues of stone crabs (Menippe mercenaria) from South Coastal Waters. Marine Pollution Bulletin, 60: 2297-2302. Riani, E. 2010. Konsentrasi merkuri (Hg) dalam organ tubuh ikan petek (Leiognathus equulus) di perairan Ancol, Teluk Jakarta. Jurnal Teknologi Lingkungan, 11(2): 313-322. Rochyatun, E., M. T. Kaisupy dan A. Rozak. 2006. Distribusi logam berta dalam air dan sedimen di perairan Muara Sungai Cisadane. Makara Sains, 10: 35-40. Rochyatun, E. dan A. Rozak. 2007. Pemantauan kadar logam berat dalam sedimen di perairan Teluk Jakarta. Makara Sains, 11: 28-36. Ruelas-Inzunza, J., Oscobar-Sanchez, J. PatronGomez, X. G. Moreno-Sanchez, A. MurilloOlmeda, M. Spanopoulos-Hernandez and D. Corro-Espinosa. 2013. Mercury in muscle and liver of ten ray species from Northwest Mexico. Marine Pollution Bulletin, 77: 434436. Rustagi, N. and R. Singh 2010. Mercury and health care. Indian J. Occup. Environ. Med., 14: 45-48. SNI 19-6964.2-2003. 2003. Kualitas air lautBagian 2: Cara uji merkuri (Hg) secara cold vapour dengan spektrofotometer serapan atom atau mercury analyzer. Badan Standarisasi Nasional: 10 hlm. Standar Nasional Indonesia. 2009. Batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan. SNI 7387:2009. 29 hlm. USEPA. 2007. Mercury in solid or semi solid waste (manual cold vapor technique). Method 7471b. Varol, M. 2011. Assessing of heavy metal contamination in sediments of Tigris River (Turkey) using Pollution Indices and
244
multivariate statistical techniques. Journal of Hazardous Materials. 195: 355-364. Velusamy, A., P. S. Kumar, A. Ram and S. Chinnadurai. 2014. Bioaccumulation of heavy metals in commercially important marine fishes from Mumbay Harbor, India. Marine Pollution Bulletin, 81: 218-224. Wang, W. X. 2002. Interaction of trace metals and different marine food chains. Marine Ecology Progress Series, 243: 295-309.
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (OLDI), Volume 41, Nomor 2, Agustus 2015.
INDEKS PENULIS A -------B ------C -----D -------E ------F Fitri Budiyanto, Lestari dan Fahmi, “Bioakumulasi Merkuri Dalam Daging dan Hati Ikan Pari dari Teluk Jakarta”. 41(2): 233‐244. ------G ------H ------I ------J June Mellawati, Niken Hayu Danti dan Sevi Sawestri, “Konsentrasi Logam Berat dan Radioaktif Alami dalam Rumput Laut di Perairan Pulau Panjang Banten “. 41(2):149-156.
------K -----L Lies Indah Sutiknowati, “Kualitas Perairan Kolong untuk Budidaya Rajungan Portunus pelagicus di Pulau Bangka”. 41(2): 217‐231. Livia Rossila Tanjung dan Agus Hamdani, “Kajian Awal Efektivitas Kantung Penampung Limbah pada Keramba Jaring Apung”. 41(2): 191-203. -----M Maizan Sharfina, Mennofatria Boer dan Yunizar Ernawati, “Kajian Pertumbuhan Ikan Selar Kuning Selaroides leptolepis dari Perairan Selat Sunda, Jawa Barat”. 41(2):157-166. Mochamad Riza Iskandar dan Adi Purwandana, “Distribusi Temperatur, Salinitas dan Fluorensinya Massa Air di Selat Makassar Pada Bulan Juni 2013”. 41(2): 167-179. Muhammad Abrar, “Rekruitmen Karang Keras (Scleractina) di perairan Natuna, provinsi Kepulauan Riau”. 41(2): 133-148. Muhammad Hasanudin, ” Morfologi Dasar Laut dan Ketebalan Sedimen Permukaan Perairan Kendari”. 41(2): 205-215. -----N Nur Rohmatin Isnaningsih, “Komunitas Moluska di Ekosistem Mangrove Pulau Lombok”. 41(2):121-131. O -------P -----Q -----R ------
S Sandi Permadi dan Sri Juwana, “Produksi benih kepiting Scylla paramamosain dengan ransum nauplii Artemia dan diet formulasi mengandung Spirulina dan digezym”. 41(2):181‐189. -----T -----U V -----W -----X -----Y -----Z