Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
Mulai 2012 terbit empat kali setahun pada bulan Maret, Juni, September, Desember Ketua Penyunting: Subijanto (Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan) Penyunting: Herry Widyastono (Kurikulum untuk Ilmu Pendidikan), Philip Suprastowo (Kebijakan Pendidikan), Ida Kintamani Dewi (Kebijakan Pendidikan), Sutjipto (Kurikulum untuk Ilmu Pendidikan), Nur Listiawati (Kebijakan Pendidikan), Sabar Budi Raharjo (Kebijakan Pendidikan), Ence Oos Mukhamad Anwas (Teknologi Pendidikan), Ariani Soelistyarini (Penilaian Pendidikan), Nasrudin (Budaya/Sastra) Mitra Bestari: Prof. Dr. Madyo Eko Susilo, M.Ed. (Universitas Veteran Sukoharjo/Manajemen Pendidikan), Prof. Dr. Sugiyono, M.Pd. (Universitas Negeri Yokyakarta/Teknik), Dr. Retno Dwi Suyanti (Universitas Negeri Medan/Kebijakan Pendidikan), Prof. Dr. Muhammad Sidin Ali, M.Pd. (Universitas Negeri Makasar/Evaluasi Pendidikan) Desain Grafis Agus Prayitno, Eko Purwanto Sekretariat: Bandiyah, Rochana, Erwin, Dodi R. Pribadi Nugroho Penerbit: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Izin Terbit: SK MENPEN No. 1045/SK/Ditjen PPG/STT/1986 Tgl. 7 Agustus 1986 dan SK MENPEN No.: 88/Ditjen PPG/K/1995 Tgl. 30 Mei 1995 Alamat Penyunting dan Redaksi: Sekretariat Balitbang Kemdikbud Gedung E Jalan Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telepon : (021) 5727044, 57900406 Faksilile : (021) 57900406 Email :
[email protected] Distribusi: Bagian Hukum dan Kepegawaian, Sekretariat Balitbang Kemdikbud
Sekretariat menerima artikel tentang kebijakan penelitian, pemikiran, revie/teori/konsep/metodologi/resensi buku baru dan informasi lain yang berkaitan dengan permasalahan pendidikan dan kebudayaan “Isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis”
30
Hendarman, Peran Dewan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Pendidikan
Daftar Isi Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012 Editorial ....................................................................................................................................................................
ii-iii
Subijanto
Quo Vadis Praksis Evaluasi Kurikulum: Studi Pendahuluan terhadap Ranah Kurikulum yang Terlupakan .
1-11
Al Musanna
Analisis-Kritis Perlunya Perubahan Kebijakan terhadap Pelabelan Mata Pelajaran dalam Kurikulum Sekolah 12-20 Hermana Somantrie
Dimensi Pembangunan Karakter dan Strategi Pendidikan ................................................................................
21-33
Bambang Indriyanto
Peran Dewan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Pendidikan .................................................
34-44
Hendarman
Administrasi Ujian Nasional (UN) dengan Menggunakan Model Computerized Adaptive Testing (CAT) .....
45-53
Handaru Catu Bagus
Lesson Study untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA bagi Siswa Sekolah Dasar ...........................................
54-64
Prayekti dan Rasyimah
Kinerja Pendidikan Kesetaraan sebagai Salah Satu Jenis Pendidikan Nonformal ........................................
65-84
Ida Kintamani Dewi Hermawan
Mengatasi Masalah-masalah Psikososial Akibat Ketunanetraan pada Usia Dewasa ....................................
85-97
Didi Tarsidi
Peningkatan Kompetensi Sosial Anak Usia Dini dengan Metode Bermain Peran (Studi Kasus di Raudhatul Athfal Muhajirin-Medan) .............................................................................................
98-106
Masganti Sit
Korelasi antara Komunikasi Antarpersonal, Etos Kerja, dan Budaya Organisasi dengan Pelayanan ...........
107-119
Rasmadi
31ii
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
Editorial
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi ke-1 Bulan Maret 2012 ini menyajikan sepuluh artikel dari beberapa hasil penelitian dan kajian sebagai berikut. Hasil studi Al Musanna tentang quo vadis praksis evaluasi kurikulum menunjukkan bahwa kurikulum merupakan produk zaman, sehingga keberadaannya senantiasa merupakan representasi semangat zamannya, zeitgeist. Untuk mengetahui relevansi praksis kurikulum dan semangat zaman, keberadaan evaluasi kurikulum memainkan peran sangat strategis. Melalui evaluasi kurikulum dapat diketahui apakah kurikulum mampu berkontribusi tidak saja mempersiapkan peserta didik bertahan hidup, tetapi yang lebih penting yaitu apakah kurikulum tersebut mampu membekali peserta didik untuk menjalani dan memuliakan kehidupan (nobelling life). Dalam realitas aktualnya, evaluasi kurikulum belum mendapat perhatian yang proporsional baik dari kalangan akademisi maupun praktisi pendidikan di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia. Upaya memahami dan menyebarluaskan kesadaran mengenai signifikansi evaluasi kurikulum dalam penggagasan dan reformulasi kebijakan pendidikan merupakan prasyarat dalam pembenahan pendidikan di masa mendatang. Hermana Somantrie melakukan analisis kritis perlunya perubahan kebijakan terhadap pelabelan mata pelajaran dalam kurikulum sekolah di mana mata pelajaran dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah di Indonesia telah dikelompokkan secara irasional ke dalam dua jenis labeling (pelabelan). Disatu sisi, beberapa mata pelajaran menggunakan label “pendidikan”; di sisi lain beberapa mata pelajaran tidak menggunakannya. Kedua jenis pelabelan itu perlu dipertanyakan secara kritis melalui melalui pertanyaan filosofis: 1) mengapa pelabelan ini telah terjadi dalam kurikulum sekolah? dan 2) apa filosofi dasar untuk pelabelan ini? Oleh karena itu, semua mata pelajaran dalam kurikulum semestinya mempunyai label pendidikan yang sama atau sebaliknya. Hal ini tampak sebagai suatu masalah krusial dalam dunia pendidikan yang perlu diselesaikan terlebih dahulu sebelum mengembangkan kurikulum baru. Untuk melakukan hal tersebut, semua ahli pendidikan, pengembang kurikulum, dan birokrasi pendidikan harus memiliki persepktif yang kuat terhadap filsafat pengetahuan. Hasil kajian Bambang Indriyanto tentang dimensi pembangunan karakter dan strategi pendidikan di mana artikel ini mengajukan suatu thesis tentang dua peran pendidikan yakni transfer dan transformasi. Peran transfer menekankan pada penyampaian ilmu pengetahuan yang ditujukan untuk mendukung pengembangan kompetensi berpikir analitis, sedangkan peran transformasi menekankan pada penanaman nilai yang mengembangkan kompetensi afektif. Pembangunan karakter yang menjadi pusat perhatian pada artikel ini berorientasi pada pencapaian kehidupan yang harmonis dan kemampuan mengatasi tantangan ke depan. Dua dimensi pembangunan karakter ini menjadi dasar untuk memelihara stabilitas kehidupan dan kemajuan kehidupan sosial. Kedua dimensi ini menjadi syarat bagi Indonesia sebagai bangsa dan bangsa Indonesia untuk memasuki kompetisi global. Saran yang dikemukakan yaitu bahwa agar strategi pendidikan dapat memberikan sumbangan terhadap dua dimensi pembangunan karakter tersebut, yakni pencapaian kehidupan yang harmonis dan kemampuan mengatasi tantangan ke depan maka startegi pendidikan yang dimaksud meliputi misi kurikulum yang komprehensif dan saling berkaitan dengan tujuan dan isi; strategi pengajaran yang relevan, dan penilaian pendidikan yang komprehensif. Hendarman melakukan studi
terhadap dewan pendidikan menunjukkan bahwa badan ini masih
belum menjadi mitra strategis dan sejajar bagi pemerintah daerah dan sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan. Fungsinya masih kurang maksimal di beberapa kabupaten/kota, dan belum memberikan kontribusi untuk kemajuan pendidikan. Saran yang dikemukakan yaitu pembentukan dewan pendidikan dilakukan atas prinsip transparan, akuntabel, dan demokratis. Di samping itu, perlu dirancang satu media pertemuan antara dinas pendidikan dan dewan pendidikan dengan tujuan bersama-sama melakukan analisis masalah pendidikan di daerah.
32 iii
Hendarman, Peran Dewan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Pendidikan
Hasil penelitian Handaru Catu Bagus tentang administrasi Ujian Nasional (UN) dengan menggunakan model Computerized Adaptive Testing (CAT) mrenunjukkan bahwa jumlah soal yang dipilih pada model CAT lebih sedikit dibandingkan dengan model Paper Pencil Test (PPT)
dan soal tersebut menyesuaikan
dengan tingkat kemampuan penempuh serta terdapat hubungan yang signifikan dengan model PPT. Oleh karena itu, model CAT lebih efisien dalam hal waktu karena jumlah soal lebih sedikit dibandingkan dengan model PPT, efektif karena menyesuaikan dengan kemampuan peserta dan memiliki keakuratan yang sama dibandingkan dengan model PPT. Prayekti dan Rasyimah hasil belajar IPA
memaparkan hasil studinya tentang lesson study terhadap peningkatan
siswa SD menunjukkan bahwa setelah lesson study pemahaman para guru menjadi
lebih baik dalam hal: bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; pemanfaatan kegiatan refleksi dan pengamatan teman sejawat; pembelajaran secara sistematis berdasarkan refleksi dan masukan dari teman sejawat secara
kolaboratif;
menimba pengetahuan dari guru lainnya; mendokumentasikan
kemajuan kerjanya; memperoleh umpan balik dari teman guru; mampu mem-publikasikan dan mendeseminasikan hasil akhir dari lesson study. Bagi siswa, selain terlibat langsung dalam pembelajaran, kreativitas
lebih meningkat baik dalam kegiatan diskusi maupun melaksanakan percobaan IPA dengan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terkait dengan materi yang dibahas. Dalam kegiatan diskusi kelompok telah nampak beberapa siswa yang lebih menonjol dari teman–teman satu kelompoknya, sehingga pembelajar-an IPA menjadi hidup dan berkembang serta kegiatan
lebih terpusat pada siswa.
Hasil kajian Ida Kintamani Dewi Hermawan tentang kinerja pendidikan kesetaraan sebagai salah satu jenis pendidikan nonformal menunjukkan bahwa pemerataan Paket A yang terbesar dengan nilai 87,22 dan Paket C yang terkecil dengan nilai 79,77 sehingga rata-rata pendidikan kesetaraan sebesar 83,24. Sebaliknya, nilai mutu Paket B yang terbesar dengan nilai 64,61 dan Paket A yang terkecil dengan nilai 48,03 sedangkan rata-rata pendidikan kesetaraan sebesar 54,86. Berdasarkan nilai pemerataan dan mutu maka kinerja Paket B yang terbesar dengan nilai 73,68 dan Paket C yang terkecil dengan nilai 65,85. Didi Tarsidi melakukan penelitian tentang mengatasi masalah-masalah psikososial akibat ketunanetraan pada usia dewasa menunjukkan bahwa suatu model konseling rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu para tunanetra dewasa mengatasi masalah-masalah psikososial secara lebih efektif yang diakibatkan oleh ketunanetraannya agar mereka memperoleh kembali kemandiriannya dan mampu mencapai kehidupan yang bermakna. Model konseling tersebut dikembangkan melalui penelitian yang dilakukan menggunakan exploratory mixed methods research design. Konstruk model dikembangkan berdasarkan data hasil studi kasus terhadap enam orang yang ketunanetraannya terjadi pada usia dewasa dan telah terbukti berhasil dalam kehidupannya, sedangkan model divalidasi dengan expert judgment dan diujicobakan dengan desain single-subject research pada dua orang klien yang relatif baru mengalami ketunanetraan. Hasil studi kasus Masganti Sit tentang peningkatan kompetensi sosial anak usia dini dengan metode bermain peran di Raudhatul Athfal Muhajirin Medan menunjukkan bahwa metode bermain peran dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu bermain peran personifikasi, bermain peran berdua dengan menggunakan media, dan bermain peran dengan situasi sosial. Terdapat peningkatan nilai rata-rata antara asesmen awal dan akhir setiap siklus pada nilai kompetensi sosial anak usia dini. Rasmadi memapakkan hasil penelitiannya tentang korelasi antara komunikasi antarpersonal, etos kerja, dan budaya organisasi dengan pelayanan membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara komunikasi antarpersonal, etos kerja, dan budaya organisasi dengan pelayanan, baik secara sendirisendiri maupun secara bersama-sama. Semakin tinggi komunikasi antarpersonal, etos kerja, dan budaya organisasi, maka semakin tinggi mutu pelayanan aparatur. Sehubungan dengan itu, upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan aparatur, dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan komunikasi antarpersonal, etos kerja, dan budaya organisasi. Editor Subijanto 33 iv
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
PERAN DEWAN PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN PENDI D I KAN *) THE ROLE OF EDUCATION BOARD IN IMPROVING THE QUALITY OF SERVICE FOR EDUCATION Hendarman Balitbang Kemdikbud, Jl. Jenderal Sudirman - Senayan Universitas Pakuan Bogor Email:
[email protected] Abstract: Board of education has been established the issuance of Minister of National Education’s decree number 044/U/2002 concerning Board of Education and School Committee and the Government Gazette number 17 year 2010 concerning the implementation and management of education. In principle, this board plays the role as society representatives in improving quality improvement, equality and efficiency of educational management. Also, this board could play as the mediator for the needs and aspiration of society related to educational policies taken by local government and schools. This study focused on the analysis of 2 (two) main research questions, namely to what extent the stakeholders are aware of this board and its roles, and the barriers that this board encounters in its implementation. The findings showed that this board has yet to 1) be the strategic partner of the local government and schools, 2) maximally function in a number of districts/cities, and 3) contribute for the education advancement. It is recommended that the establishment of this board shall be based on the principles of transparent, accountable, and democratic. In addition, it is suggested to encourage the regular meetings between local education authorities and board of education aims for the analysis of critical issues in the local areas for its solutions. Keywords: board of education, educational management, society Abstrak: Keberadaan Dewan Pendidikan masih dipertanyakan terkait dengan peningkatan mutu pelayanan pendidikan. Meskipun sudah dibentuk di berbagai provinsi/kabupaten/kota, tampaknya dewan ini masih belum dianggap sebagai mitra bagi berbagai pemangku kepentingan khususnya pemerintah daerah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan pendidikan. Penelitian ini mengkaji berbagai kegiatan atau terobosan yang telah dilakukan Dewan Pendidikan khususnya dalam kaitan peningkatan mutu pelayanan pendidikan serta kendala-kendala yang dihadapi untuk melaksanakan peran tersebut. Data dan informasi diperoleh dari data primer dan sekunder yang berasal dari hasil wawancara dan analisis informasi terkait yang dimunculkan dalam berbagai media termasuk surat kabar dan situs-situs. Secara umum, dewan pendidikan telah berpartisipasi dan memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dengan merujuk kepada standar nasional pendidikan. Kendala-kendala yang dihadapi dewan pendidikan lebih sebagai akibat belum adanya persepsi dan apresiasi yang sama dari pemerintah daerah terhadap keberadaan dan peran dari dewan pendidikan. Kata kunci: dewan pendidikan, mutu pelayanan pendidikan, masyarakat
Pendahuluan
guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi
pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan
oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu
prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu mana-
pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan.
jemen sekolah. Namun demikian, beberapa indikator
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan
mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan
mutu pendidikan nasional, termasuk pengembangan
yang optimal. Sebagian sekolah, terutama di kota-
kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi
kota menunjukkan peningkatan mutu akademik dan
*)
Diterima tanggal 8 Pebruari 2012 - dikembalikan tanggal 28 Pebruari 2012 - disetujui tanggal 1 Maret 2012
34
Hendarman, Peran Dewan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Pendidikan
nonakademik yang cukup memberikan harapan.
merupakan badan yang mewadahi peran serta
Sebagian lainnya masih memerlukan perbaikan dan
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,
peningkatan yang didukung oleh adanya sinergi dari
pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
berbagai pihak atau pemangku kepentingan baik pada
Pada tahun 2010, Pemerintah mengeluarkan
tingkat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 17 tentang Penge-
serta juga peranserta masyarakat dalam berbagai
lolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Kementerian
bentuk terobosan atau kebijakan pendidikan
Pendidikan Nasional, 2010), yang di dalam-
(Kementerian Pendidikan Nasional, 2011).
nya menetapkan pula tentang Dewan Pendidikan
Di sisi lain, pencapaian terhadap berbagai
(sebagai satu-satunya nama lembaga). Peraturan
kebijakan atau inisiatif yang dilakukan di bidang
Pemerintah ini memberikan ruang yang lebih luas
pendidikan akan tergantung dari adanya sinergi dan
tentang Dewan Pendidikan, bukan hanya pada tingkat
koordinasi antara berbagai pemangku kepentingan
kabupaten/kota tetapi juga Dewan Pendidikan
(stakeholders) baik di tingkat pusat maupun di tingkat
Nasional dan Dewan Pendidikan Provinsi. Meskipun
daerah, termasuk keterlibatan unsur-unsur dari
st rukt urny a se akan bir okr atis dan hir arki s,
masyarakat. Tingkat kepedulian dan keterlibatan aktif
tetapi tidak ada hirarki sama sekali.
dari unsur-unsur masyarakat sekaligus sebagai peran
Kajian ini difokuskan pada peran-peran yang
kontrol terhadap mutu pelayanan pendidikan yang
sudah dilakukan oleh berbagai dewan pendidikan yang
mencakup pe rencanaa n, i mple ment asi dan
ada di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota
pemantauan dari kebijakan-kebijakan yang sudah
mengingat masih banyaknya keluhan dari berbagai
ditetapkan maupun yang akan dirumuskan. Penting-
pemangku kepentingan terhadap keberadaan dewan
nya keterlibatan berbagai pemangku kepentingan
pendidikan tersebut. Secara khusus, kajian ini akan
termasuk unsur-unsur masyarakat didukung
menganalisis 2 (dua) fokus utama, yaitu 1) peran-
kenyataan adanya otonomi pengelolaan pendidikan
peran yang telah dilakukan oleh dewan pendidikan
yang memberikan kewenangan kepada daerah
khususnya dalam peningkatan mutu pelayanan
kabupaten/kota, bahkan pada tingkat operasional
pendidikan; dan 2) kemungkinan kendala yang
kepada satuan pendidikan yaitu di tingkat sekolah.
dihadapi dewan pendidikan untuk menjalankan
Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah
perannya sesuai yang diamanahkan dalam peraturan
telah mengamanahkan pembentukan Dewan
perundang-undangan yang ada. Analisis terhadap
Pendidikan maupun Komite Sekolah yang diatur
peran dewan pendidikan ini diharapkan dapat menjadi
dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
bahan pembelajaran (lessons-learnt) dari daerah
044/U/2002. Kepmendiknas dimaksud merupakan
provinsi/kabupaten/kota yang kemungkinan belum
jawaban terhadap amanah yang tercantum dalam
memperoleh model-model implementasi peran
Pasal 56 ayat (2) UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
dewan pendidikan, dan alternatif solusi yang perlu
Sistem Pendidikan Nasional (Departemen Pendidikan
diambil terhadap kendala-kendala yang dihadapi
Nasional, 2003) yang menyebutkan:
dewa n pend idikan dalam pening katan mutu
“Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri
pelayanan pendidikan.
dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan
Kajian Literatur
pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga,
Peran Dewan Pendidikan
sarana dan prasarana, serta pengawasan
Keberadaan, fungsi dan tugas dewan pendidikan diatur
pendidikan pada tingkat Nasional, Propinsi, dan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010
Ka bupa ten/ Kota yang t idak mem punyai
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
hubungan hirarkis.”
khususnya dalam pasal 192 ayat (2), (3), (4), dan
Kepmendiknas ini menegaskan bahwa dewan
(5). Ayat (2) menyatakan bahwa “Dewan pendidikan
pendidikan hanya ada di tingkat kabupaten dan kota
berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan
saja, serta namanya boleh disesuaikan dengan
pendidikan dengan memberikan pertimbangan,
kondisi dan kebutuhan daerah, seperti Majelis
arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana,
Pendidikan maupun nama-nama lainnya yang
serta pengawasan pendidikan pada tingkat nasional,
disepakati. Dengan demikian, Dewan Pendidikan
provinsi, dan kabupaten/kota”. Ayat (3) menyatakan
35
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
“D ewan pendidi kan menjala nkan fungsinya
menguatkan pentingan pembentukan dewan
secara mand iri dan prof esional”. Ayat ( 4)
pendidikan. Pertama, tuntutan peningkatan mutu
menyatakan bahwa “Dewan pendidikan bertugas
suatu prod uk a tau lay anan jasa te rmasuk
menghimpun, menganalisis, dan memberikan
pe ndid ikan
rekomendasi kepada Menteri, gubernur, bupati/
(stakeholders) terus menerus berkembang dan
walikota terhadap keluhan, saran, kritik, dan
meningkat dari waktu ke waktu. Masyarakat
asp irasi ma syarakat ter hada p pe ndid ikan”.
se maki n ce rdas dal am meng krit isi sist em
Sedangkan ayat (5) berbunyi “Dewan pendidikan
penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.
melaporkan pelaksanaan tugas sebagai-mana
Oleh karena itu, penyelenggara dan pengelolaan
dimaksud pada ayat (4) kepada masyarakat
pendidikan tidak lagi asal jadi atau statis tanpa
me lalui
lama n,
perbaikan berkesinambungan dalam memenuhi
pertemuan, dan/atau bentuk lain sejenis sebagai
tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Kedua,
pertanggung-jawaban publik”.
orientasi dan tekad baru dalam kondisi dana yang
me dia
ceta k,
elek tronik,
ole h
pe mang ku
k epenting an
Dari butir-butir ayat tersebut jelas bahwa Dewan
belum terpenuhi, itulah tantangan yang nyata
Pendidikan dan Komite Sekolah memiliki peran penting
dihadapi pemerintah. Orientasi baru yang lebih
dalam upaya memajukan dunia pendidikan di tingkat
demokratis dan kewajiban untuk mengkaji agar
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Dewan ini
sesuai dengan tuntutan desentralisasi kemudian
turut memberikan pertimbangan mengenai pelbagai
ditata oleh pemerintah provinsikabupaten/kota
isu pe ndid ikan kep ada sej umla h pe mang ku
dengan cara membangun good governance yang
kepentingan seperti gubernur, bupati/walikota, Dinas
me mung kink an
Pendidikan, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
kew enangan- deng an d emik ian
Posisi ini menjadikan Dewan Pendidikan dan Komite
pem biay aan dan hak serta tanggung-ja wab
Sekolah sebagai mitra strategis dan sejajar bagi
dengan pemerintahan di daerah dan masyarakat
Pemda dan sekolah da lam penyelenggaraan
dan swasta. Ketiga, di tengah anggaran negara
pendidikan. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
yang be lum mema dai, aga knya pem erintah
sebagai representasi masyarakat sedianya me-
sekarang melihat bahwa sumbangan masyarakat
nyuarakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat
masih sangat rendah, rata-rata hanya sepertiga
dalam berbagai kebijakan pendidikan yang diambil
dari anggaran sekolah (di luar gaji), sehingga
Pemda dan sekolah. Dalam konteks ini pula Dewan
dengan
Pendidikan dan Komite Sekolah memberi pertim-
Pemerintah membagi beban tata-kelola kepada
bangan dan masukan terhadap peraturan-peraturan
lini manajemen yang lebih rendah (provinsi dan
yang dirumuskan oleh lembaga eksekutif dan legislatif
terutama kabupaten/kota, serta sekolah) adalah
di daerah. Hubungan kemitraan antara Dewan
antara lain untuk tujuan itu, diteruskan oleh
Pendidikan dan Komite Sekolah dengan Pemda dan
pemerintah yang sekarang.
p eme rint ah
mana jeme n
ya ng
m emba gi juga
beb an
m emungkinkan
DPRD pada akhirnya melahirkan bentuk kerja sama
Dengan demikian, de wan pendidikan ini
yang baik. Kebutuhan dan kepentingan masyarakat
diharapkan dapat sebagai perwujudan adanya good
selaras dengan kebijakan publik tentang pendidikan.
education governance yaitu dikaitkan dengan
Dengan demikian, tujuan pendidikan dalam rangka
“berbagi tanggung jawab” serta memungkinkan
mencerdaskan kehidupan bangsa mudah terwujud
peran serta publik dalam memperbaiki mutu
karena semua elemen bahu-membahu untuk
pendidikan. Penelaahan dasar legal tentang dewan
mencapai cita-cita tersebut. Masyarakat tak akan
pendidikan dapat dikatakan bahwa lembaga ini
memandang dirinya sebagai objek pendidikan.
memiliki tujuan, peran, dan fungsi yang sangat
Seb aliknya, m ereka mer asa sebaga i sub jek
strategis dan vital. Peran tersebut adalah: 1) mem-
pendidikan lantaran kepentingan mereka yang
beri pertimbangan (advisory agency) dalam
tersalurkan lewat Dewan Pendidikan dan Komite
penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan;
Sekolah terakomodasi dalam pelbagai kebijakan
2) memberikan dukungan (supporting agency) baik
publik. Dan, yang terpenting, mereka merasa dilibat-
pem ikiran, tena ga, ma upun finansial da lam
kan dalam proses pencerdasan anak bangsa.
penyelenggaraan pendidikan; 3) mengontrol
Paling tidak 3 (tiga) alasan filosofis yang
36
(control ling
agency)
dala m
m ewujudk an
Hendarman, Peran Dewan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Pendidikan
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan
be las)
ora ng
y ang
dan pelayanan pendidikan bermutu; dan 4)
Kee namb elas
memediasi (mediating agency) antara pemerintah
(termasuk Gubernur yang ditunjuk dan anggota
(eksekutif), Dewan Perwakilan Rakyat (Legislatif)
dewan terpilih, Inspektur Instruksi Publik, dan dua
dengan masyarakat.
perwakilan mahasiswa), bertemu secara teratur
ang gota
sifa tnya suk arel a
suk arel a. te rseb ut
Pendapat lain dari Jusfah (2009) mengatakan
untuk mengeksplorasi implikasi kebijakan untuk
bahwa Dewan Pendidikan dibentuk berdasarkan
sekolah, untuk meng-advokasi praktik terbaik,
kesepakatan dan tumbuh dari bawah berdasarkan
untuk melibatkan publik dalam wacana tentang
sosiomasyarakat dan budaya serta sosiodemografis
sistem pendidikan, dan untuk mengantisipasi
dan nilai-nilai daerah setempat) sehingga lembaga
tantangan masa depan yang terben-tang di
tersebut bersifat otonom yang menganut asas
depan dan memberikan strategi tantangan-
kebersamaan menuju ke arah peningkatan kualitas
tantangan tersebut dapat diantisipasi secara strategis
pengelolaan pendidikan di daerah yang diatur oleh
(sumber: http://www.sbe.wa.gov/).
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Kondisi
Anggota Dewan Pendidikan di negara bagian New
ini hendaknya dijadikan dasar pertimbangan oleh
York, Amerika Serikat berjumlah 7 (tujuh) orang,
masing-masing pihak atau pemangku kepentingan
adalah relawan terpilih untuk masa jabatan tiga tahun
pendidikan di daerah agar tidak terjadi adanya
dengan tidak memperoleh bayaran. Dua atau tiga
pelanggaran hukum administrasi negara yang
anggota dewan dipilih setiap tahun pada bulan Mei.
mengakibatkan adanya konsekuensi hukum baik
Untuk dapat menjadi anggota Dewan Pendidikan,
perdata maupun pidana di kemudian hari.
sesuai dengan peraturan negara bagian, individu yang
Dewan pendidikan juga dapat ditemukan di
berminat harus terdaftar, minimal berusia 18 tahun,
negara lain. Di negara bagian California, Amerika
dan telah tinggal sebagai penduduk di wilayah
Serikat peran dewan pendidikan umumnya adalah
tersebut paling satu tahun. Di samping itu, mereka
“mengatur sekolah-sekolah” (California School
bukan pegawai sekolah tertentu, tidak berada di
Boards Association, 2009). Pengertian “mengatur”
rumah yang sama dengan individu yang sedang
dalam praktek sehari-hari yaitu bahwa peran dewan
menjabat sebagai anggota dewan, serta harus
harus responsif terhadap, keyakinan nilai-nilai dan
mampu membaca dan menulis bahasa Inggris.
prioritas dari komunitasnya. Untuk memenuhi peran
Tanggung jawab utama dari Dewan ini adalah 1)
ini maka Dewan melakukan tiga tanggung jawab
menetapkan seluruh kebijakan dari sekolah-sekolah
utama, yaitu: 1) menetapkan arah bagi masyarakat
yang berada di lingkup distrik; 2) menyusun anggaran
sekolah; 2) membentuk struktur persekolahan di
tahunan untuk memperoleh persetujuan publik; 3)
tingkat distrik yang efektif dan efisien; 3) memberikan
menyetujui dan menolak rekomendasi dari pengawas
dukungan melalui perilaku dan tindakan, dimana
atau kewenangan di atasnya terkait kepegawaian
dewan memiliki tanggung jawab untuk mendukung
dan kontrak-kontrak yang berkait dengan per-
pengawa s da n st af. Dala m ka itan dengan
sekolahan; dan 4) menjadi mediator antara
pembentukan struktur yang efektif dan efisien maka
masyarakat dan pengawas atau pimpinan distrik
Dewan Pendidikan bertanggungjawab dalam
(sumber: http://www.bhbl.org/district/board/
mem peke rjak an p enga was dan peng atur an
boardduties.htm).
kebijakan untuk mempekerjakan personil lainnya;
Dari kajian-kajian terhadap berbagai peraturan
mengawasi pengembangan d an me ngadopsi
perundang-undangan maupun pengalaman praktis di
kebijakan; menetapkan arah dan mengadopsi
sejumlah negara, jelas bahwa Dewan Pendidikan
kuri kulum; meneta pkan pr ioritas angga ran,
sesungguhnya memiliki peran penting dalam upaya
mengadopsi anggaran dan fasilitas mengawasi
memajukan dunia pendidikan baik pada tingkat
masalah; dan memberikan arah dan mengadopsi
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Dewan
perjanjian perundingan bersama.
Pendidikan turut memberikan pertimbangan
Di negara bagian Washington, Amerika Serikat,
mengenai pelbagai isu pendidikan kepada sejumlah
Dewan Pendidikan yang dibentuk bertanggung jawab
pemangku kepentingan seperti gubernur, bupati/
untuk pengawasan strategis dari sistem K-12 publik.
walikota, Dinas Pendidikan, dan Dewan Perwakilan
Anggota Dewan Pendidikan berjumlah 16 (enam
Rakyat Daerah melalui suatu proses panjang yaitu
37
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
meramu masalah-masalah pendidikan di daerah
pendidikan harus mampu mengembangkan faktor
untuk dijadikan masukan ke pemerintah daerah,
rekayasa dan faktor motivasi agar secara bertahap
secara intens menyelenggarakan diskusi-diskusi
dan pasti kultur mutu akan berkembang di dalam
dengan berbagai topik hangat dan urgen yang terjadi
organisasi institusi pendidikan. Keempat, perubahan
dalam dunia pendidikan. Posisi ini sekaligus menem-
organisasi (upside-down organization) y ang
patkan Dewan Pendidikan sebagai mitra strategis dan
berimplikasi kepada adanya hubungan-hubungan
sejajar bagi pemerintah daerah (Pemda) dan
kerja struktur organisasi pendidikan. Maknanya
sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan,
adalah ditetapkan dengan tegas kewenangan,
kar ena
masyara kat
tugas-tugas, dan tanggungjawab dari masing-
sey ogia nya meny uara kan kepe ntingan dan
masing unit kerja atau individu dalam organsasi
kebutuhan masyarakat dalam berbagai kebijakan
pendidikan dimaksud. Kelima, mempertahankan
pendidikan yang diambil Pemda dan sekolah.
hubungan dengan pengguna proses dan produk
seba gai
repr esentasi
pe ndid ikan yang di arti kan seba gai adanya Mutu Pelayanan Pendidikan
mekanisme keterbukaan terhadap masukan-
Mutu merupakan sebuah filosofi dan metodologi yang
masukan dan kritik yang bersifat konstruktif dari
membantu institusi untuk merencanakan perubahan
berbagai pemangku kepentingan. Mekanisme
dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-
dimaksud akan menjadi dasar untuk memberikan
tekanan ekternal yang berlebihan. Dalam konteks
mutu pelayanan pendidikan yang lebih baik dari
ini, seyogianya institusi pendidikan atau pihak-pihak
waktu ke waktu.
yang terkait dalam bidang pendidikan memposisikan
Mutu dapat digunakan sebagai suatu konsep
dirinya sebagai institusi jasa yaitu yang memberikan
yang relatif (Sallis, 2006). Definisi ini memandang
pelayanan (service) sesuai dengan yang diharapkan
mutu bukan sebagai suatu atribut produk atau
dan diinginkan oleh pelanggan (customer) dengan
layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari
merujuk kepada visi dan misi pendidikan tertentu.
produk atau layanan tersebut. Mutu dapat dikatakan
Untuk dapat memberikan kepuasan kepada keinginan
ada apabila sebuah layanan memenuhi spesifikasi
berbagai pemangku kepentingan dalam bidang
yang ada. Mutu merupakan sebuah cara yang
pendidikan, seyogianya terdapat beberapa hal yang
menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan
perlu dipertimbangan untuk menghasilkan mutu
standar atau belum. Produk atau layanan pendidikan
pendidikan yang bermutu (Sallis, 2006). Pertama,
yang memiliki mutu dalam konsep relatif ini, tidak
perbaikan secara terus menerus ( continuous
harus mahal dan eksklusif tetapi sesuai dengan tujuan
improvement) yang dimaknai sebagai pihak pengelola
yang telah ditentukan terhadap produk yang
yang senantiasa melakukan berbagai perbaikan dan
dihasilkan. Definisi relatif tentang mutu memiliki dua
peningkatan secara terus menerus untuk menjamin
aspek. Pertama, adalah menyesuaikan diri dengan
semua komponen penyelenggara pendidikan telah
spesifikasi yang diartikan sebagai “sesuai dengan
mencapai standar mutu yang ditetapkan. Konsep ini
tujuan dan manfaat”. Kedua, adalah memenuhi
juga diartikan bahwa institusi pendidikan senantiasa
kebutuhan pelanggan yang diartikan bahwa dalam
memperbaharui proses berdasarkan kebutuhan dan
penyusunan proses dan produk memperhatikan hal-
tuntutan dari pengguna proses dan produk institusi
hal apa yang diharapkan pengguan dapat diwujudkan
pendidikan tersebut. Kedua, menentukan standar
dalam bentuk pelayanan yang diberikan.
mutu (quality assurance) dari berbagai komponen
Dalam konteks pendidikan, mutu yang diharap-
yang mempengaruhi proses dan produk pendidikan
kan cenderung belum dapat dipenuhi oleh penyeleng-
yang dilakukan. Standar ini diperlukan untuk
gara pendidikan terhadap harapan dari pengguna. Dari
mendayagunakan secara optimal proses pembe-
berbagai pengamatan dan analisis, setidaknya ada 3
lajaran sehingga dihasilkan mutu lulusan yang
(tiga) faktor yang yang menyebabkan mutu
kompetitif. Ketiga, perubahan kultur (culture change)
pendidikan tidak mengalami peningkatan secara
dimana setiap institusi pendidikan menciptakan
merata (Kementerian Pendidikan Nasional, 2011).
budaya yang menghargai mutu dan menjadikan mutu
Faktor pertama terkait dengan kebijakan dan
sebagai orientasi semua komponen organisasional.
pe nyel engg araa n pe ndid ikan nasiona l ya ng
Dalam konteks ini kepemimpinan dalam bidang
menggunakan pendekatan education production
38
Hendarman, Peran Dewan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Pendidikan
function atau input-output analysis yang belum
pendidi kan adal ah untuk menjami n ba hwa
sepenuhnya dilaksana kan secara konsekuen
penyelenggaraan pendidikan sudah memper-
dimana cara pendidikan ini melihat pendidikan
timbangkan dan merujuk kepada standar-standar
sebagai sistem yang linear. Pendekatan ini melihat
na sional p endi dika n y ang ada yait u ya ng
bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai
mencakup standar isi, standar proses, standar
pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut
kependidikan, standar sarana dan prasarana,
akan menghasilkan output yang dikehendaki.
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
Contoh, pendekatan ini meyakini bahwa apabila
st anda r pe nila ian pend idik an ( Depa rtem en
pe lati han guru, pe nga daan buk u da n al at
Pendidikan Nasional, 2005). Dewan Pendidikan
pelajaran, dan perbaikan sarana serta prasarana
dal am m enja lank an p eran ter sebut
pendidi kan
me nggunaka n
lainnya
dipe nuhi
mak a
mutu
de lapa n
st anda r
ha rus
na sional
pendidikan (output) maka secara otomatis lebih
pe ndid ikan ter sebut sebag ai d asar
dal am
baik. Pada kenyataannya, mutu pendidikan yang
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
diharapk an bel um se penuhnya me muask an.
pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan
Faktor kedua, keterpaduan penyelenggaraan
nasional yang b ermutu yang secara k husus
pendidikan nasional antara pemerintah pusat
dikaitkan dengan provinsi/kabupaten/kota yang
dengan pemerintah daerah belum dilaksanakan
menjadi ruang lingkup tugas dan fungsi dari
secara optimal. Peran pemerintah pusat dalam
dewan pendidikan.
penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan semakin berkurang, tetapi pemerintah
Metode Penelitian
daerah belum sepenuhnya mengambil alih peran
Model penelitian yang digunakan adalah mengadopsi
yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintah
model analisis kebijakan yang mengarahkan
pusat.
Faktor ketiga, peranserta pemangku
kajiannya terhadap akibat dari penerapan suatu
kepentingan sekolah khususnya masyarakat dan
kebijakan yang juga dikenal sebagai model analisis
orangtua peserta didik dalam penyelenggaraan
kebijakan evaluatif. Secara sederhana, model ini
pendidikan selama ini masih minim. Partisipasi
menggunakan pendekatan dengan melakukan
pem angk u ke pent inga n da lam peng ambi lan
evaluasi terhadap dampak dari suatu kebijakan yang
keputusan masih kurang diperhatikan, padahal
sedang atau telah diimplementasikan (Suharto,
terjadinya perubahan di sekolah juga dapat
2005).
di peng aruhi
ol eh
pe mang ku
Data yang digunakan berupa data primer dan
kepentingan. Partisipasi masyarakat selama ini
data sekunder. Data primer didapat dari hasil
disalahartikan sebagai dukungan dana semata-
wawancara terhadap beberapa anggota dewan
mata, sedang dukungan-dukungan lain seperti
pendidikan, sedangkan data sekunder diperoleh dari
pe miki ran, mor al, dan bara ng/j asa kura ng
peraturan perundang-undangan yang berlaku, hasil
diperhatikan. Akuntabilitas sekolah terhadap
penelitian, hasil pengamatan, serta berbagai opini
masyarakat juga masih lemah dimana sekolah
atau pernyataan yang muncul di berbagai media
ce nder ung
unt uk
cetak. Analisis yang dilakukan menggunakan metode
mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan
trianguasi (triangulation method) yaitu mengaitkan
pendidikan kepada masyarakat sebagai bukti
keterkaitan atau hubungan antara berbagai sumber
tercapainya mutu pelayanan pendidikan yang
data yang ada dengan isu-isu permasalahan dari
sudah disepakati dalam bentuk tujuan pendidikan.
kajian atau studi ini. Pada tahap pertama, dilakukan
Dari tinjauan teoritis maupun praktis yang telah
identifikasi terhadap data dan informasi yang terkait
dikemukakan sebelumnya maka peran dewan
dengan 2 (dua) pertanyaan utama penelitian yaitu
pendidikan dalam peningkatan mutu pelayanan
1) peran-peran yang sudah dilakukan dewan
me njad i sa ngat penting da n ba hkan dap at
pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
dia sumsikan seb agai sesuatu yang be rsif at
pendidikan; dan 2) kendala-kendala yang dihadapi
keniscayaan. Keniscayaan berarti bahwa peran dewan
dewan pendidikan.
pendidi kan
tida k
p eransert a
dala m
me mili ki
kontek s
b eban
mutu
l ayanan
39
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
Pada ta hap berikutnya, terhadap setiap
anggaran yang dialokasikan yang bagi mayoritas
informasi yang tersedia khususnya melalui media-
masyarakat dianggap belum menunjukkan hasil
cetak, dilakukan uji validitas yaitu melalui proses
yang optimal dalam proses pembelajaran dan
ver ifik asi. Proses dima ksud yai tu m enca ri
pe ning kata n mutu p end idik an. Pada tahun
kebenaran dari informasi yang ada dengan cara
anggaran 2012 ini, dewan pendidikan provinsi
menghubungi beberapa kontak individu (contact-
Sum ater a Ut ara akan mel akuk an k egia tan
person) yang be rada di lok asi munculnya
pemetaan guru sebagai tanggapan dikeluarkan
pernyataan atau isu-isu. Dalam hal terdapat
Sur at K eput usan Ber sama 5 M ente ri y ang
ke ragu-rag uan
selanjutnya akan diserahkan kepada pemerintah
atau
ke tida k-be nara n
da ri
informasi yang diberikan atau tertulis dalam media
dae rah
cetak tersebut didasarkan atas contact-person
ka bupa ten/ kota
yang ada, maka dilakukan eliminasi terhadap data
pencermatan terhadap distribusi guru.
dan informasi yang sudah diidentifikasi pada tahap pertama.
baik
di
ting kat unt uk
prov insi d apat
maupun
mel akuk an
Peran Dewan Pendidikan Sumatera Utara terkait mutu pelayanan pendidikan juga ditunjukkan dalam pernyataan salah satu anggotanya yaitu Ronald
Hasil dan Pembahasan
Naibaho terhadap pelaksanaan sertifikasi guru.
Hasil
Dikatakan bahwa pelaksanaan sertifikasi guru yang
Peran penting dewan pendidikan dalam konteks
bertujuan meningkatkan kompetensi sekaligus
mutu pelayanan ditemukan secara umum pada
kesejahtera an g uru, bel um b erja lan seca ra
berbagai daerah dalam berbagai bentuk kontribusi
profesional dan rawan terjadi kolusi, korupsi dan
yang terkait kebijakan-kebijakan di provinsi/
nepotisme. Praktik KKN dalam pelaksanaan sertifikasi
ka bupa ten/ kota . Te rjuw udnya ha l te rseb ut
guru, menurut dia, rawan terjadi mulai dari proses
sebagai bentuk adanya komunikasi yang dibentuk
penjaringan, seleksi internal yang diselenggarakan
antara dewan pendidikan dan pemerintah daerah.
Dinas Pendidikan kabupaten/kota hingga pemberian
Salah satu bukti terbangunnya komunikasi yang
sertifikat profesi oleh perguruan tinggi yang mengasuh
baik antara dewan pendidikan provinsi dengan
program studi ilmu pendidikan. Karena itu, dia
pemanfaatan daerah serta pemanfaatan hasil
menyarankan kepada pemerintah dan lembaga
kerja dewan pendidikan oleh pemerintah daerah
legislatif agar mengevaluasi kinerja pelaksanaan
ad alah hasil w awancara dengan sekr etar is
program sertifikasi yang diproyeksikan tahun 2014
dewan pendidikan provinsi Sumatera Utara.
seluruh guru di Indonesia telah bersertifikasi.
Dewan Pendidikan provinsi sudah melakukan
Dewan Pendidikan Kaltim turut berupaya untuk
sejumlah aktivitas yang bermuara pada upaya
meningkatkan mutu pendidikan di Kaltim dengan
peningkatan mutu pelayanan pendidikan untuk
memberikan masukan kepada pemerintah dan
daerah Sumatera Utara. Pada tahun 2010, Dewan
Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) dalam
Pendidikan provinsi Sumatera Utara memantau
hubungan penjaminan mutu pendidikan di Kaltim.
kepala sekolah dan pengawas sekolah yang telah
Untuk itu lembaga ini memberikan masukan kepada
mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) yang
pemerintah tentang konsep dan rencana aksi
dilaksanakan Kementerian Pendidikan Nasional
penjaminan mutu pendidikan, serta masukan tentang
(Kemendiknas) dalam rangka peningkatan dan
pemetaan kualitas satuan pendidikan dasar dan
penguat an k epal a da n pe ngaw as sekol ah.
menengah di Kaltim maupun masukan tentang
Kegiatan ini diyakini sebagai bentuk melakukan
upaya-upaya penjaminan mutu pendidikan dan
proses penjaminan mutu pendidikan ke depan
tenaga kependidikan. Sebagai supporting agency
lebih baik lagi. Pada tahun 2011, kegiatan utama
(kegiatan pendukungan), lembaga ini bekerjasama
berupa pemetaan kinerja guru pasca sertifikasi
dengan LPMP telah membantu pemerintah dalam
di 18 kabupaten dan tingkat kinerja Rintisan
upaya-upaya penjaminan mutu pendidikan dengan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di provinsi
1) menyusun rencana aksi penjaminan mutu
Sumatera Utara. Kedua hal tersebut termasuk isu
pendidikan dasar dan pendidikan menengah di
sentral dari bidang pendidikan pada saat ini
Kalimantan Timur; 2) melakukan monitoring dan
kar ena
evaluasi terhadap penjaminan mutu di Kaltim dengan
40
terk ait
deng an
m asal ah
b esar nya
Hendarman, Peran Dewan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Pendidikan
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
provinsi setelah mendapat respons atau penilaian
penyelenggaraan tes daya serap (Ujian Nasional/UN);
masyarakat; 7) berkonsultasi dan mendapat
dan 3) monitoring terhadap program-program
arahan dari gubernur tentang kepengurusan
penjaminan mutu.
Terkait bidang kerjasama
dewan pendidikan provinsi Kalbar; 8) anggota
pendidikan, lembaga ini memberikan masukan
te rpil ih m enga daka n ra pat inte rnal unt uk
kep ada peme rint ah t erha dap upay a-up aya
menyusun ke peng urusan d ewan pendidi kan
pendanaan pendidikan non Anggaran Pendapatan
prov insi Kal bar; 9) menyampa ikan susunan
dan Belanja Daerah (APBD) dengan pola menjalin
kepengurusan dewan pendidikan provinsi ke
kersama dengan lembaga-lembaga pendidikan
Gubernur Kalbar; 10) pengukuhan kepengurusan
berskala nasional maupun internasional, seperti
dewan pendidikan provinsi oleh Gubernur Kalbar;
UNESCO, Asian Development Bank, Yayasan
dan 11) merencanakan dan melaksanakan studi
Pendidikan, Non-Governmental Organization
banding ke dewan pendidikan provinsi lain.
(NG O/Le mbag a sw aday a Ma syar akat Int ernasional) maupun lembaga lainnya.
Kepedulian dewan pendidikan terhadap peran penting yang harus dijalankan untuk meningkatkan
Pr oses kom unik asi yang bai k te rseb ut
mutu pelayanan pendidikan ditemukan pada dewan
tampak-nya juga terjadi di provinsi Kalimantan
pendidikan kabupaten Brebes. Rapat koordinasi
Barat, khususnya pada saat dilakukan pemilihan
antara dewan pendidikan kabupaten Brebes dan
anggota Dewan Pendidikan (Dwijowijoto, 2008).
koordinator Komite Kecamatan se Kabupaten Brebes
Panitia pemilihan anggota dibentuk pada tahap
menghasilkan komitmen untuk menghimbau Kepala
awa l de ngan tug as p okok : 1) mengada kan
Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes agar menyelesai-
sosialisasi kepada masyarakat tentang dewan
kan persoalan pendidikan dan mengejar keter-
pendidikan; 2) menyusun kriteria dan meng-
tinggal an d ari daer ah l ain. Per soal an y ang
identifikasi calon anggota berdasarkan usulan
di ungk apka n
ma syar akat ; 3) menyel eksi cal on a nggota
rendahnya pemerataan perlengkapan sarana dan
berdasarkan usulan masyarakat; 4) mengumum-
prasarana di setiap satuan pendidikan, dan
kan nama-nama anggota terpilih; 5) menyusun
faktor-faktor yang menyebabkan IPM Kabupaten
nama-mana anggota terpilih; 6) memfasilitasi
Bre bes
pe mili han
peng urus
dan
ang gota
khususnya
tere ndah
se
Jawa
terk ait
Tengah.
deng an
Unt uk
dew an
me nduk ung hal tersebut , se kret aris dew an
pendidikan; dan 7) menyampaikan nama pengurus
pendidi kan kabupate n Br ebes menekankan
dan anggota dewan pendidikan kepada Gubernur
bahwa
untuk diterbitkan Keputusan. Setelah ditetapkan
Pe ndid ikan maupun Koor dina tor Komi te i ni
se baga i pa niti a pe mil ihan ang gota Dew an
dijadikan mitra penjaminan mutu, bukan malah
Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat, panitia
di jauhi. K edep an hubungan koor dina si d an
menyusun rencana kerja yaitu 1) audiensi panitia
komunikasi dengan kami harus diperbaiki”. Untuk
pe mili han kepa da K epal a Di nas Pend idik an
itu dewan pendidikan menghimbau pemerintah
Provinsi Kalimantan Barat; 2) rapat internal panitia
ka bupa ten
pemilihan dengan agenda pokok; menentukan
keberadaan koordinator Komite Kecamatan yang
kriteria calon anggota Dewan Pendidikan Provinsi
sudah berdiri di 17 Kecamatan. Alasan yang
Kalbar dan mekanisme sosialisasi, pendaftaran,
dikem ukan adal ah bahwaKomite Keca matan
penyeleksian, dan pemilihan; 3) mengadakan
merupakan kepanjangan tangan dari Dewan
sosialisasi melalui media massa dan mengirim
Pendidikan yang juga memiliki peran dalam
surat pemberitahuan kepada organisasi terkait;
membantu memfasilitasi dan membina sekolah di
4) mengumpulkan seluruh berkas pendaftar-an
satuan pendidikan demi penjaminan kualitas dan
dan menyeleksi calon anggota dewan pendidikan;
mutu pendidikan di wilayah Kecamatan masing-
5) mengumumkan nama-nama calon anggota
masing. Sebagai tindak lanjut dari peran dewan,
kepada masyarakat melalui media massa untuk
tel ah d isep akat i untuk mela kuka n be rbag ai
me ndap at r espons a tau penilai an t enta ng
evaluasi khususnya terhadap program bantuan
kredibilitas-nya; 6) menyusun dan menetapkan
Pe meri ntah, me liputi p elak sana an Bantuan
nama-nama calon anggota dewan pendidikan
Operasional Sekolah (BOS) dan pekerjaan yang
“ Seha rusnya
Breb es
k eber adaa n
untuk
De wan
mem berd ayak an
41
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
dibiayai dari DAK (Dana Anggaran Khusus) bidang
telah dilakukan oleh dewan pendidikan ternyata
pendidikan.
kurang mendapatkan respons atau hanya dianggap
Di sisi lain, ternyata masih cukup banyak masya-
sebagai pelengkap saja oleh pengambil kebijakan.
rakat yang belum menyadari keberadaan Dewan
Kenyataan yang ada bahwa sampai saat ini tidak ada
Pendidikan. Huda (2011), salah seorang anggota
sanksi tegas untuk eksekutif maupun birokrat jika
Dewan Pendidikan Kota Cirebon periode 2010-
tidak menjalankan saran dari Dewan Pendidikan.
2015, mengatakan bahwa setiap kali bertemu
Akibat dari hal tersebut adalah bahwa saran dan
dengan para tokoh, sesepuh, akademisi, dan
pertimbangan akhirnya hanya sebagai dokumen di
aktivis selalu mendapatkan pesan kurang lebih
atas meja bagi pengambil kebijakan pendidikan di
sebagai berikut “Dewan pendidikan harus dibenahi,
pemerintah kabupaten/kota.
di berd ayak an, lebi h kr itis dal am m embe la kepentingan masyarakat. Problem pendidikan di Kota
Pembahasan
Cirebon ini luar biasa besar, namun selama ini dewan
Dari berbagai temuan di atas dapat dikatakan
pendidikan hampir tidak ada bunyinya. Sayang
bahwa dewan pendidikan telah melakukan peran
sekali, lembaga sehebat itu tak terasa manfaatnya”.
yang terkait dengan peningkatan mutu pelayanan
Testimoni dari anggota tersebut dibuktikan ketika
pendidikan dengan tingkat yang berbeda dimulai
ditanyakan secara acak kepada 50 guru di kota
dari yang dalam tingkat penjajagan hingga tingkat
Cir ebon
PN S)
yang sudah menjadikan dewan sebagai mitra
eksistensi dewan pendidikan. Cukup mempri-
(te ruta ma
y ang
berstatus
utama dari pemerintah daerah. Di samping itu,
hatinkan, hampir semua merasa tidak tahu dan
terdapat variasi pendekatan yang digunakan oleh
ata u ha nya pernah m ende ngar ada Dew an
dewan pendidikan dalam menjalankan peran
Pendidikan, tetapi tidak tahu apa tugas dan
untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan
tanggungjawabnya, manfaat bagi mereka, dan apa
di masing-masing daerahnya. Beberapa dewan
yang telah dilakukan dewan terhadap mereka. Secara
baik di tingkat provinsi/kabupaten/kota telah
singkat, Dewan Pendidikan belum populer di mata
menegakkan prinsip transparansi, akuntabilitas,
guru dan masyarakat kota Cirebon. Temuan yang
dan demokratis. Namun, prinsip-prinsip tersebut
cukup menarik adalah hasil analisis Suwarto (2011)
tampaknya masih belum sepenuhnya diterapkan
dari Forum Komunikasi Dewan Pendidikan Solo Raya
di berbagai kabupaten/kota lain di Indonesia.
yang menyatakan “yang penting bahwa peran dewan
Belum diterapkannya prinsip-prinsip tersebut
pendidikan sekarang mengalami penurunan akibat
sa ngat ber kore lasi dengan berb agai rag am
dari jajaran Kemendikbud, tidak mempertimbangkan
kebijakan dan dinamika politik yang berkembang di
fungsi dewan pendidikan kota”.
Salah satu saran
masing-masing kabupaten/kota. Diduga hal ini yang
dari Forum ini adalah agar seluruh jajaran Kemdikbud,
menjadi salah satu penyebab belum dikenalnya atau
dalam setiap mengambil kebijakan yang akan
dimiliki persepsi yang sama dari masyarakat
dilaksanakan oleh pemerintah kota/kabupaten perlu
setempat terhadap keberadaan dan peran dewan
mempertimbangkan keterlibatan Dewan Pendidikan
pendidikan terhadap proses peningkatan mutu
kota/kabupaten dengan alasan dewan ini dapat
layanan pendidikan.
difungsikan untuk 1) memberikan pertimbangan; 2)
Belum dikenal dan dipahaminya keberadaan dan
memberikan arahan; 3) memberikan dukungan
peran dewan pendidikan tersebut diduga disebabkan
dalam bentuk tenaga, sarana dan prasarana; dan 4)
karena 1) belum adanya sosialisasi; 2) belum adanya
melaksanakan pengawasan pendidikan.
mekanisme akses informasi yang terbuka; 3) belum
Penting untuk mencermati pengamatan Mulyadi
adanya forum khusus antara pemangku kepentingan
(2004) seorang guru SLTPN 22 Samarinda yang
(stakeholders) dalam bidang pendidikan; 4)
dimuat dalam Harian Kaltim Post tanggal 17 dan 18
kurangnya kepedulian masyarakat terhadap berbagai
Februari 2004. Menurut Mulyadi, sebenarnya dewan
kebijakan; dan 5) kurangnya dukungan media dalam
pendidikan sudah melakukan peran dalam kaitan
pengenalan dewan pendidikan. Sosialiasi merupakan
dengan peningkatan mutu pelayanan pendidikan.
suatu strategi yang dianggap efektif dan efisien untuk
Namun, yang menjadi permasalahan adalah
menyampaikan berbagai informasi perubahan atau
pemikiran, pertimbangan, saran, dan kontrol yang
inovasi dari pembuat informasi kepada obyek yang
42
Hendarman, Peran Dewan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Pendidikan
nantinya akan mengimplementasikan informasi
De wan pend idik an j uga dipa hami dap at
dimaksud. Sedangkan mekanisme akses informasi
mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
yang terbuka dimaksudkan sebagai suatu strategi
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi
yang memungkinkan setiap anggota masyarakat
pengelolaan pendidikan serta dapat menjembatani
untuk mengakses secara langsung informasi
antara masyarakat dan pihak-pihak yang berkewe-
perubahan (kebijakan) dan inovasi yang terjadi
nangan di sektor pendidikan khususnya pemerintah
secara rinci dan tidak menimbulkan multi-tafsir.
daerah terutama untuk mengantisipasi dan merespon
Misalnya, akan menjadi suatu kondisi ideal apabila
terhadap berbagai isu yang muncul sebagai akibat
pembentukan Dewan Pendidikan dilakukan atas
adanya implementasi kebijakan.
prinsip transparan (dibentuk secara terbuka dan
Kendala -kendala
da lam
(panitia pemilihan menyampaikan laporan pertang-
pemerintah daerah lebih karena pemerintah
gungjawaban kinerjanya), dan demokratis (proses
daerah masih beranggapan bahwa lembaga ini
pe mili han angg ota dan peng urus dil akuk an
ka dang -kad ang
dengan musyawarah mufakat). Sedangkan forum
pe leng kap saja ole h pe ngam bil kebi jaka n.
dia log
Kendala -kendala
p emangku
kepe ntingan
de wan
te rjad i
hubung an
anta ra
a ntar a
yang
diketahui oleh masyarakat secara luas), akuntabel
masi h
pend idik an
di angg ap
ter sebut
d an
sebag ai
me ngak ibat kan
sesungguhnya merupakan suatu kesempatan
beberapa pemikiran, pertimbangan, saran, dan
untuk merekam atau mendengarkan berbagai
kontrol dari dewan pendidikan masih kurang
aspirasi yang muncul dari berbagai kelompok
direspons oleh pengambil kebijakan.
khususnya yang termasuk dalam obyek adanya perubahan dan inovasi tersebut. Melalui forum
Saran
dimaksud maka diharapkan adanya kesamaan
Untuk dapat melakukan peran yang lebih baik
per sepsi da ri pe mang ku k epent inga n untuk
da lam rang ka p eningka tan mutu pel ayanan
meninda klanjuti perub ahan (kebijak an) dan
pendidikan, dewan pendidikan di tingkat provinsi/
inovasi yang ada.
kab upat en/k ota
seyogianya
harus
leb ih
berorientasi pada prinsip-prinsip transparansi, Simpulan dan Saran
akuntabilitas, dan demokratis. Di samping itu
Simpulan
dewan pendidikan harus lebih aktif dan proaktif
Peran dewan pendidikan di tingkat provinsi/
di ant aranya m elak uka n pe rtem uan seca ra
kabupaten/kota dalam rangka peningkatan mutu
regular dan berkesinambungan dengan isu-isu
pelayanan pendidikan pada umumnya sudah berjalan
pe ndid ikan yang ak tual dan kri tis deng an
dan diapresiasi oleh berbagai kelompok masyarakat
pemerintah daerah khususnya dinas pendidikan
dan pemangku kepentingan. Dari berbagai kontribusi
dan lembaga legislatif. Pertemuan ini dimaksudkan
aktif dan positif yang diberikan dewan terhadap
untuk menemukan alternatif solusi yang relevan
pe meri ntah
me ning katk an
terhadap isu-isu yang muncul sebagai keluhan,
kesadaran dari berbagai pemangku kepentingan
kritik maupun ketidakpuasan yang muncul di
ba hwa
lapangan.
dae rah
dewa n
tela h
pe ndid ika n
se sung guhnya
merupakan mitra sanding dari lembaga birokrasi untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan.
Pustaka Acuan California School Boards Association. 2009. School Board Leadership: the Role and Function of California’s School Boards. West Sacramento, CA: California School Boards Association. (Sumber: http://www.ppssf.org/Resources/SFBOE/SchoolBoard_Leadership.pdf Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
43
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
Dwijowijoto, Riant Nugroho. 2008. Kebijakan Pendidikan yang Unggul: Kasus Pembangunan Pendidikan di Kabupaten Jembrana, 2000-2006. Penerbit: Pustaka Pelajar. http://www.bhbl.org/district/board/boardduties.htm. Board of Education Members’ Roles & Duties. Diunduh: 10 Maret 2012 http://www.sbe.wa.gov/. The Washington State Board of Education. Diunduh 18 Februari 2012. Huda, Nurul. 2011. “Mengoptimalkan Peran Dewan Pendidikan”. www.kabarCirebon.com/ Diunduh 5 April 2011 Jusfah, Jasmi. 2009. “Fungsi Dewan Pendidikan”. Sumber: http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2009/ 05/30/fungsi-dewan-pendidikan/ Diunduh 20 Maret 2012. Kementerian Pendidikan Nasional. 2002. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah di SMP pada Era Otonomi Daerah. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan Nasional. Mulyadi. 2004. Peran Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. (dimuat dalam Harian Kaltim Post bagian Opini tanggal 17 dan 18 Februari 2004). Sallis, Edward. 2006. Total Quality Management in Education (Management Mutu Pendidikan). Yogyakarta: IRCiSoD. Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Suwarto. 2011. Kurang Maksimal, Fungsi Dewan Pendidikan Kota/Kabupaten. Sumber: http://m.timlo.net/ baca/17359/kurang-maksimal-fungsi-dewan-pendidikan-kota-kabupaten/ Diunduh 18 Februari 2012.
44