NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
ARTIKEL PENELITIAN
LISA ESI LESTARI F11408028
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2013
NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA IZZELDIN ABUELASIH Lisa Esi Lestari, Christanto Syam, Martono Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PBS, FKIP Untan Email:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai religius dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan penelitian berupa penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan strukturalisme genetik. Data dalam penelitian dalam novel ini adalah kutipan-kutipan berupa kata-kata maupun kalimat dalam novel Dalam Mihrab Cinta. Teknik pengumpulan datanya menggunakan studi dokumenter. Instrumen penelitiannya adalah adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama. Teknik pemeriksaan data diamati dengan 1) Kecukupan referensi, b) Pemeriksaan dengan teman sejawat, c) Triangulasi. Hasil penelitiannya adalah nilai ketakwaan manusia terhadap Allah, hubungan ketaatan manusia terhadap sesama manusia, dan hubungan ketaatan manusia terhadap dirinya sendiri. Kata kunci: Religius, nilai, novel Abstract The purpose of this research is to describe religious values in novel “Dalam Mihrab Cinta” by Habiburrahman El Shirazy. The method in this research is descriptive method with a qualitative research. The approach in this research is genetic structuralism approach. The data in this research are the quotes in form of words and sentences in novel “Dalam Mihrab Cinta.” The technique in data collecting is using documentary study. The research instrument is the researcher herself as the main instrument. The techniques in data checking are 1) Reference sufficiency 2) Proof reading 3) Triangulation. The results of the research are human devotion values to Allah, the relationship between human loyalty and another human, and the relationship between human loyalty and themselves. Keywords: Religious, value, novel.
S
astra pada dasarnya hadir karena adanya manusia. Manusia dan sastra memiliki hubungan yang sangat erat sekali. Sastra diciptakan oleh manusia berupa sebuah bentuk pemikiran kreatif yang berada dalam ruang lingkup imajinasi manusia itu sendiri. Karya sastra yang kreatif lahir dari bahasa, dan bahasa tersebut melahirkan cerita tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia itu sendiri, baik tentang kehidupan sosialnya, ekonomi, politik, dan budaya. Kemunculan sastra disebabkan oleh adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya berupa gejolak jiwa yang dirasakannya dalam suatu gambaran kehidupan yang nyata.
Pada hakikatnya sastra dapat diciptakan oleh siapa saja. Sastra merupakan suatu ungkapan jiwa seseorang yang indah baik dirasakan, dilihat, maupun didengar oleh manusia lainnya. Segala bentuk ungkapan jiwa yang indah dapat disebut sebagai hasil karya sastra, namun hal ini kembali lagi kepada masyarakat bagaimana cara mereka menilainya. Suatu karya yang dihasilkan oleh sastrawan tidak hanya merupankan suatu hiburan bagi yang menikmatinya, namun sastra itu sendiri dapat memberi banyak manfaat dan pengetahuan bagi penikmatnya. Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori sastra adalah novel, cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi. Salah satu dari kategori sastra yang ingin diteliti adalah novel. Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambarangambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut. Selanjutnya menurut Laelasari dan Nurlailah (2006:166) novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Religius adalah pengikat diri kepada Tuhan, atau lebih tepatnya manusia menerima ikatan itu justru karena ikatan itu dialami sebagai sumber kebahagiaan, sehingga terselenggaralah kepentingan, sekaligus tercapailah integrasi, pembentukan baru dari pribadinya (Supadjar, 2001:103). Nurgiyantoro (1995:327) mengemukakan bahwa kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah setua kebaradaan sastra itu sendiri, bahkan sastra tumbuh dari suatu yang bersifat religius. Religius sering dikonotasikan pada makna agama. Religius dan agama memang erat kaitan dan hubungannya namun, keduanya mempunyai makna yang berbeda. Hal ini dijelaskan Nurgiyantoro (1995:328) agama lebih menunjukakan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi, sedangkan religiositas, di pihak lain, melihat aspek yang di lubuk hati, riak getaran nurani pribadi, totalitas kedalaman pribadi manusia. Nilai religius secara kongkrit didalam penelitian ini yang menjadi persoalkan pokok, yaitu nilai ketakwaan manusia terhadap Allah, nilai ketaatan manusia terhadap sesama manusia, dan nilai ketaataan manusia terhadap diri sendiri. Ketiga hal ini merupakan bentuk dari religiusitas langsung. Dikatakan langsung karena, berhubungan erat dengan bagaimana suatu nilai ketakwaan manusia tehadap Tuhan, terhadap sesama manusia, dan dirinya sendiri termasuk di dalamnya bagaimana sikap dan tindakan yang dilakukan terhadap-Nya. Alasan peneliti memilih novel Dalam Mihrab Cinta karya habiburahman El Shirazy sebagai objek penelitian. Pertama, dalam novel ini terdapat banyak sekali nilai-nilai religius, terutama nilai ketakwaan manusia terhadap Allah Swt, nilai ketaatan manusia terhadap sesama manusia, dan nilai kataatan manusia terhadap diri sendiri, setelah membaca novel ini berulang-ulang. Kedua, novel ini merupakan karya Habiburrahman El Shirazy yang sudah diangkat keperfilman
televisi dan banyak mendapat tanggapan positif dari masyarakat, karena banyak memberi ajaran bermanfaat dengan gaya islami ditengah bergejolaknya pengaruh negatif pada eramodern saat ini. Ketiga, dalam novel ini terdapat suatu nilai serta amanat yang mengisahkan kehidupan di pondok pasantren yang banyak mengajarkan hubungan kedekatan dengan Allah, dan mengisahkan perjalan hidup yang tidak mudah untuk dijalani dari seorang sosok manusia yang menjadi korban sebuah fitnah, efek fitnah yang diterimanya berdampak sangat menghancurkan masa depanya, namun dari berbagai cobaan hidup itulah kemudian bisa membawanya kejalan yang lebih baik dengan lebih giat lagi dalam bekerja dan tidak putus asa. Keempat, novel ini mampu menggugah setiap hati pembacanya untuk bisa mengambil hikmah dari setiap cobaan dan dapat mengambil pesan moral yang baik dalam bersikap. Novel Dalam Mihrab Cinta ditulis oleh Habiburrahman El Shirazy yang diterbitkan oleh Ihwah Publishing pada tahun 2010 di Jakarta, setebal 270 halaman. Habiburrahman El Shirazy adalah sarjana Al Azhar University Cairo, beliau juga sebagai pengasuh utama pondok pasantren karya dan wirausaha Basmala Indonesia, yang berkedudukan di Semarang, Jawa Tengah. Habiburrahman El Shirazy dikenal secara nasional sebagai dai, novelis, dan penyair. Beberapa penghargaan bergensi berhasil diraih, antara lain, Pena Award 2005, The Most Favorite Book and Writer 2005, dan IBF Award 2006. Ia sering diundang untuk berbicara dalam acara di forum-forum nasional maupun internasional, baik dalam kapasitasnya sebagai dai, novelis, maupun penyair, seperti di Cairo, Kuala Lumpur, Hongkong, dan lain-lain. Karya-karyanya selalu dinanti karena dinilai membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi. Penelitian ini lebih membatasi pada nilai-nilai religi atau keagamaan yang terkadung dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Novel ini banyak mengandung nilai religius, terutama nilai ketakwaan manusia terhadap Allah Swt. Nilai ketaatan manusia terhadap sesama, dan nilai ketaatan manusia terhadap diri sendiri. Nilai-nilai religi yang terkandung dalam novel ini sangat penting dan bermanfaat bagi pembaca, sehingga dapat diterapkan dalam diri pribadi dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian tentang analisis nilai religius pada novel pernah dilakukan, pertama Ramlan (2002), Nilai Religius dan Moral dalam Novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli. Penelitian yang dilakukan Ramlan berhasil menemukan nilainilai religi dan moral yang berkaitan dengan Tuhan, manusia dan dunia sekitar dengan pendekatan sosiologi sastra. Kedua, Nuryana (2012), Nilai-nilai Religi dalam Novel Dzikir-dzikir Cinta Karya Khoirul Anam. Penelitian tersebut berhasil menemukan akhlak manusia terhadap Allah, akhlak manusia terhadap sesama manusia dan akhlak manusia terhadap lingkungan dengan pendekatan sosiologi sastra. Berdasarkan pengamatan peneliti, novel Dalam Mihrab Cinta belum pernah diteliti di Universitas Tanjungpura, tetapi pada lembaga-lembaga pendidikan lain sudah pernah di lakukan penelitian terhadap novel Dalam Mihrab Cinta. Ridho Zulfikar (2011) UIN Malang, Analisis Nilai-nilai Edukatif dalam Novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Penelitian ini berhasil
menemukan nilai edukatif, hal-hal yang kurang relevan dan nilai edukatif yang diterapkan sebagai pola intekarsi sosial seorang muslim di masyarakat. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang mengungkapkan fakta sebagaimana apa adanya. Penelitian ini mengungkapkan kata-kata dan kalimat yang bukan berupa angka-angka. Disajikan melalui kutipan-kutipan kalimat yang berkaitan dengan masaalah penelitian dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazytersebut. Menurut Moleong (2006:6) metode deskriptif data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar-gambar, dan angka-angka. Selanjutnya Jauhari (2009:35) mengemukakan metode deskripsi adalah metode penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Data dalam penelitian ini adalah kutipan-kutipan berupa kata-kata maupun kalimat dalam novel Dalam Mihrab Cinta sesuai dengan kreteria-kreteria nilainilai religi, yang telah dirumuskan pada bagian masalah penelitian. Data menurut Syam (2011:84) adalah keterangan yang dijadikan sebagai dasar kajian untuk sampai pada simpulan yang objektif. Sumber data dalam penelitian adalah novel Dalam Mihrab Cinta yang di terbitkan oleh Ihwah Publishing pada tahun 2010 di Jakarta setebal 270 lembar, sesuai dengan kreteria-kreteria nilai-nilai religi, yang telah dirumuskan pada bagian masalah penelitian. Menurut Siswantoro (2010:16) sumber data penelitian adalah sumber data yang terkait dengan subjek penelitian dari mana data itu diperoleh. Selanjutnya menurut Syam (2011:12) dalam penelitian satra terdapat beberapa sumber data penelitian, di antaranya adalah sumber data yang berasal dari teks sastra. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi dokumenter yakni mengumpulkan data dari teks novel. Adapun langkah-langkah teknik pengumpulan data pertama, membaca novel Dalam Mihrab Cinta secara cermat dan berulang-ulang. Kedua, mencatat bagian-bagian yang berkaitan langsung dengan masalah yang akan dianalisis. Ketiga, mengklasifikasikan atau mengelompokkan data sesuai dengan masalah penelitian, yaitu nilai ketakwaan manusia terhadap Allah, ketaatan manusia terhadap manusia, dan nilai ketaatan manusia terhadap diri sendiri. Keempat, mendeskripsikan data sesuai dengan klasifikasi masalah peneliti, yaitu nilai ketakwaan manusia terhadap Allah, ketaatan manusia terhadap manusia, dan nilai ketaatan manusia terhadap diri sendiri. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen dapat memahami teks dan konteks novel. Kedudukan penulis sebagai instrumen utama dalam penelitian ini, yaitu perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburahman El Shirazy. Teknik yang diigunakan untuk menguji keabsahan data adalah kecukupan referensi, pemeriksaan melalui teman sejawat dan triangulasi.
Tekhnik yang digunakan dalam menganalisis data yang pertama, data yang sudah siap dianalisis. Kedua, mengelompokkan data sesuai dengan masalah penelitian, yaitu nilai ketakwaan manusia terhadap Allah, ketaatan manusia terhadap manusia, dan nilai ketaatan manusia terhadap diri sendiri. Ketiga, memberikan makna yang berkaitan dengan rumusan masalah mengenai nilai ketakwaan manusia terhadap Allah, ketaatan manusia terhadap manusia, dan nilai ketaatan manusia terhadap diri sendiri. Keempat, menarik simpulan dari data yang sudah dianalisis. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ketakwaan manusia terhadap Allah Berikut ini merupakan nilai rel;igius yang dilihat dari ketakwaan manusia terhadap Allah. Selesai berwudhu ia bergegas ke tempat Jemaah perempuan. Zizi menshalati jenazah ayahandanya bersama jamaah angkatan tujuh belas. Imam shalat kali ini dipimpin oleh KH. Dahlan Anwar, Pengasuh Pasantren Al Ikhllas, Kapurejo, Kediri. (Shirazy:27). Kutipan di atas menunjukkan kata “berwudhu” dan “imam shalat” merupakan bukti dari pelaksanaan shalat yang dilakukan seorang anak perempuan yang bernama Zizi. Berwudhu adalah salah satu syarat syah salat untuk mensucikan diri dari segala kotaran dan najis dan imam salat adalah orang yang memimpin salat pada saat pelaksanaan salat. Dalam kutipan di atas salat yang dilakukan adalah salat jenazah. Salat jenazah adalah shalat yang didirikan untuk menyolati jenazah manusia yang telah meninggal dunia, salat jenazah merupakan suatu salat yang didirikan karena dasar salah satu syarat dalam Islam untuk menggubur jenazah setelah disucikan atau dimandikan sesuai dengan syariat agama. Salat jenazah dilakukan Zizi ketika sampai di Pasantren bersama angkatan tujuh belas dan dipimpin oleh KH. Dahlan Anwar. Salat jenazah yang dilakukan dalam rangka menyalati jenazah ayahandanya yang telah meninggal dunia. Syamsul nampak memanjatkan doa untuk Silvie dengan mata merah bersimah airmata. Di sampingnya pak Bambang terus menangis dan menyebut-nyebut anaknya. (Shirazy:256). Selanjutnya, kutipan di atas memperlihatkan bahwa Syamsul berdoa kepada Allah meminta ridho dan keteguhan hati. Hal ini dapat dilihat pada kutipan “Syamsul nampak memanjatkan doa untuk Silvie dengan mata merah bersimah airmata.” Doa yang dihaturkan oleh Syamsul kali ini untuk orang yang dicintainya semoga selalu tenang di samping-Nya. Syamsul memohon untuk kebaikan Silvie agar tenang di alam sana serta diampuni segala dosa Silvie. Berdoa adalah salah satu cara yang bisa Syamsul lakukan ketika orang yang disayangnya telah dijemput maut, karena doa merupakan jalan untuk penenang jiwa dan bentuk penyampaian keluh kesah kepada Allah. “Alhamdulillah, saya tidak apa-apa, Mas. Inna lillah tangan mas luka, bedarah !” Lirih gadis itu cemas. Ia sepertinya mencemaskan orang yang sudah dekat dan sangat dikenalnya. (Shirazy:20). Kutipan di atas menggambarkan rasa syukur yang di ucapkan oleh seorang perempuan yang bernama Zizi dengan mengucapkan “alhamdulillah”. Wujud
syukur yang disyukurinya karena Allah masih melindunginya dari perbuatan orang-orang jahat. Sehingga dia tak henti-hentinya mengutarakkan rasa syukurnya dengan mengucapkan hamdalah. Gadis tersebut mengucapkan rasa syukur karena masih dilindungi oleh Allah ketika sedang mendapat ancaman dari orang yang ingin merampoknya. Gadis itu masih bisa selamat meskipun terjadi sedikit kekecewaan dan kecemasan karena orang yang telah menyelamatkannya mengalami cedera sedikit. Ayub takjub dengan apa yang dilakukan oleh Syamsul. Si Salimin, teman sekamar yang dari Ngawi sampai mengatakan Syamsul punya ilmu ladunni. Berkali-kali Syamsul menolak anggapan itu. ia sedang berjuang keras dan belajar tidak mengenal siang dan malam untuk meraih ilmu. Ia yakin bahwa ilmu hanya bisa diraih dan ditundukkan dengan ketekunan, karajinan, keistiqamahan dan kepasrahan total kepada Allah Swt. (Shirazy:55). Kutipan di atas menggambarkan bahwa Syamsul tawakal kepada Allah Swt. Hal ini dapat dilihat pada kutipan “Ia yakin bahwa ilmu hanya bisa diraih dan ditundukkan dengan ketekunan, karajinan, keistiqamahan dan kepasrahan total kepada Allah Swt”. Pasrah merupakan bentuk tawakal. Kepasrahan kepada Allah dilakukan dengan yakin dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Syamsul tawakal kepada Allah karenaia yakin untuk menyerahkan segala kepasrahan total kepada sang pencipta dalam meraih ilmu yang telah ia pelajari selama berada di pasantren Al Purqan. Syamsul menceritakan isi hadis itu kepada Della dengan penuh penghayatan. Della mendengarkannya dengan penuh antusias. Selesai mendengar cerita itu, Della langsung berkata, “Ustadz, aku akan berbuat baik kepada siapa saja. Aku ingin lebih baik dari lelaki yang memberi minum anjing itu. Aku ingin pahala yang lebih besar dari Allah.” (Shirazy:140). Kutipan di atas menggambarkan Syamsul dan Della yakin kepada Allah, yaitu dengan selalu mengingat Allah dan meyakini segala yang ada merupakan kehendak Allah.Hal ini dapat dilihat dari kutipan ”Aku ingin pahala yang lebih besar dari Allah.” Pahala adalah ganjaran terhadap perbuatan baik yang dijanjikan Allah kepada umat manusia di dunia. Dengan perbuatan baik seperti salat, puasa, bersedekah, yakin kepada Allah dan lai-lain maka akan mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah. Wujud ketaatan manusia dengan sesama manusia Berikut ini nilai religius yang dilihat dari wujud ketaatan manusi terhadap sesama manusia. “Ustadz, aku akan rajin ke sekolah. Aku akan lebih baik dari Meng Zi. Aku akan menyenangkan hati mama. Kalau aku sudah hebat nanti, aku akan bilang pada dunia, mamakulah yang membuat aku hebat!” Ucap Della mantap. (Shirazy:147). Kutipan di atas merupakan bentuk berbaktinya seorang anak yang bernama Della kepada orang tuanya. Hal ini dapat di lihat dari niat yang diucapkan oleh Della yang menyatakan bahwa ia akan rajin ke sekolah untuk menyenagkan hati mamanya. Ia juga berkata bahwa ia akan mengaku pada dunia bahwa mamanyalah
yang membuat dia hebat. Berbakti kepada orang tua tidak harus di lakukan dengan perbuatan tetapi bisa dilakukan dengan niat dari ucapan. Setiap anak berkewajiban untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Karena orang tualah yang telah merawat anaknya dan memberi seluruh hidupnya kepada anaknya. Pembelaan ibunya itu semakin membulatkan tekadnya. Ia telah menentukan jalannya. Bersama restu ibu ia takkan ragu melangkah. Setelah berbincangbincang dengan sang imam, kini, bukan karena ingin menjadi seniman ia ke pasantren, tetapi karena ia ingin di takdirkan oleh Allah sebagai hamba-Nya yang berselimut kebaikan. (Shirazy:13). Kutipan di atas merupakan bentuk kasih sayang seorang ibu kepada keluarga. Hal ini dapat dilihat dari perbuatan ibu Syamsul yang melakukan pembelaan terhadap anaknya serta selalu merestui jalan anaknya sehingga dengan restu ibu Syamsul tak ragu melangkah. Restu ibu adalah segala cinta kasih, ketulusanhati seorang ibu untuk anaknya. Restu yang telah diberikan ibunya kepada Syamsul merupakan bentuk yang diberikan ibu kepada anak yang berbakti kepadanya karena ia akan melangkah dan berbuat sesuatu dengan izin ibunya. Ibu Syamsul membela Syamsul didepan suami dan anak-anaknya yang lain, karena kasih sayang yang dimilinya. Sampai di pasantren, ia langsung mencari Burhan dan menghajarnya. Burhan melawan tapi ia adalah jago silat yang andal. Dengan mudah Burhyan dilumpuhkan dan ia melampiaskan kemarahannya kepada Burhan. Para santri binggung apa yang terjadi, juga bagian keamanan. Dengan tenang Ayub mengatakan, “Dialah penjahat yang sesungguhnya selama ini. Syamsul yang kalian hakimi dan kalian hajar adalah korban fitnah bajingan tengik ini!”(Shirazy:164-165). Kutipan di atas merupakan wujud dari menegakkan keadilan yang dilakukan Ayub. Hal ini dapat dilihat dari kutipan “Dengan tenang Ayub mengatakan, “Dialah penjahat yang sesungguhnya selama ini. Syamsul yang kalian hakimi dan kalian hajar adalah korban fitnah bajingan tengik ini!” Menegakkan keadilan dengan cara membela seorang yang tidak bersalah dan mampu berbuat adil. Adil di sini yaitu mampu menegakkan suatu kebenaran terhadap orang yang telah di tuduh selama ini mencuri di pasantren tersebut. Ayub berusaha menegakkan suatu keadilan terhadap Syamsul yang dituduh selama ini mencuri dengan membuktikan bahwa yang mencuri selama ini bukanlah Syamsul tetapi Burhan, santri dari Jakarta. Ayub merasa berdosa tidak bisa membela Syamsul. Tetapi ia bertekad akan mengungkapkan siapa sejatinya penjahat yang menebar fitnah di pasantren itu. kalimat terakhir yang diucapkan Zizi itu masih terngiang di telinganya, “Tugas mas Ayub adalah selalu waspada, saat penjahat itu terpeleset gunakanlah kesempataan itu sebaik-baiknya untuk mengungkapkan siapa yang benar dan siapa yang salah sesungguhnya.” (Shirazy:97). Kutipan di atas menggambarkan sikap Amar makruf nahyi Munkar yang dimiliki Ayub, dapat dilihat pada kata “penjahat” dan “fitnah”. Dari kata tersebut Ayub ingin mengungkapkan siapa penjahat sebenarnya yang telah memfitnah Syamsul. Ia mewujudkan sikap Amar makruf nahti munkar ketika ia merasa sangat berdosa tidak bisa membela Syamsul dan ia bertekat akan mengungkapkan
siapa sejatinya penjahat yang menyebar fitnah. Ayub ingin menegakkan kebenaran membenci keburukan dan kemungkaran yang ada di tengah masyarakat. Ayub berusaha untuk berada pada kebenaran. Dengan mengungkap kejahatan Burhan. Ia selalu berada di dalam pihak yang benar, yaitu dengan berada di pihak Syamsul dan akan membuktikan kebenaran yang terjadi sebenarnya. “Sama-sama pak. Sudah menjadi kewajiban seorang Muslim untuk saling menjaga dan mengingatkan.” “Saya pamit dulu Ustadz.” “Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikumsalam.” (Shirazy:174). Kutipan di atas menggambarkan bentuk penyebarkan rahmat dan kasih sayang antara sesama manusia yang dilakukan Syamsul dengan cara selalu menjaga tali sirahturahmi. Hal ini dapat dilihat dari kata “menjaga” dan “mengingatkan”. Menjaga bearti memelihara tali siraturahmi dan mengingatkan bearti saling mengingatkan tentang hal yang baik anatara sesama muslim. Menyebarkan rahmat dan kasih sayang salah satunya dengan cara saling menjaga tali sirahturahmi antara sesama umat Muslim, saling hormat menghormati dan saling mengingatkan serta menjaga hal-hal yang baik. selain kutipan di atas terdapat juga kutipan yang mencerminkan menyebarkan rahmat dan kasih sayang antara sesama yang dilakukan oleh Syamsul yaitu pada halaman 222. Malam itu, ketika Syamsul bersiap untuk tidur, Pak Abbas datang membawa gulungan kasur lantai tipis, bantal, tikar, dan gayung untuk mandi.
“Ini hibah dari saya untuk kamu selama kamu menepati rumah petak ini.” Kata Pak Abbas. Syamsul sangat berterimakasih atas kebaikan Pak Abbas. Syamsul merasa bahagia bahwa di Jakarta masih ada orang yang baik seperti Pak Abbas. (Shirazy:124). Kutipan di atas menggambarkan pertolongan yang berikan oleh sesama umat muslim, yaitu Pak Abbas. Pak Abbas memberi Syamsul sebuah gulungan kasur tipis, bantal, tikar dan gayung untuk mandi di kontrakan baru Syamsul tersebut. perbuatan tersebut merupan perbuatan yang sangat terpuji yang dilakukan oleh Pak Abbas terhadap Syamsul, karena Syamsul sangat membutuhkan peralatan tersebut untuk bisa tertidur lelap. Tolong menolong dilakukan antar umat manusia tersebut untuk meringankan beban orang lain dalam mejalankan hidup dan membatunya untuk bisa hidup dengan layak. Hal tersebutlah yang dilakukan oleh Pak Abbas terhadap Syamsul. Ketaatan manusia terhadap dirinya sendiri Berikut ini merupakan nilai religius dilihat dari ketaatan manusia terhadap sesama manusia. “Sungguh, demi Allah, bukan saya pelakunya. Saya tidak mencuri! Tolong tanyakan pada Burhan, mana Burhan!” Syamsul tetap membantah semua tuduhan itu. Tapi kata-katanya sama sekali tidak dianggap oleh santri-santri itu. Mereka lebih percaya pada keterangan bagian keamanan. (Shirazy:74). Kutipan di atas menggambarkan bentuk pembelaan diri yang merupakan suatu pemeliharaan kehormatan diri. Hal ini dapat dilihat dari sumpah yang
dilontarkan Syamsul dan terus membela dirinya bahwa dia bukanlah yang mencuri. Sumpah yang dilakukan oleh Syamsul tersebut berupa pembuktian Syamsul untuk membela dirinya dan memelihara kehormatan dirinya terhadap perbuatan yang tidak dilakukannya. Tekat Syamsul tersebut merupakan bentuk pemeliharaan kehormatan diri dengan menjaga nama baiknya dari tuduhan dan fitnah. Syamsul keluar dengan muka sedikit kecewa. Tetapi ia segera membesarkan hatinya bahwa itu baru permulaan. Baru pemanasan. Kalau langsung diterima rasanya kurang ada tantangan. Ia kembali ke jalan raya. (Shirazy:126). Kutipan di atas menunjukkan bentuk kesabaran yang dimiliki oleh Syamsul. Hal ini dapat dilihat pada kutipan “Syamsul keluar dengan muka sedikit kecewa. Tetapi ia segera membesarkan hatinya bahwa itu baru permulaan.” Membesarkan hati merupakan cerminan dari kutipan yang menggambarkan suatu bentuk kesabaran. Membesarkan hati adalah suatu sifat yang selalu berprasangka baik serta lapang dada terhadap cobaan Allah. Syamsul mewujudkan rasa sabarnya ketika ia merasa sedikit kecewa karna tidak mendapatkan pekerjaan dan ia segera membesarkan hatinya dengan terus besabar dalam menghadapi cobaan dari Allah. Ia yakin bawha ilmu hanya bisa diraih dan ditundukkan dengan ketekunan, kerajinan, keistiqamahan dan kepasrahan total kepada Allah Swt. (Shirazy:55). Kutipan di atas merupakan bentuk istiqamah yang dilakukan Syamsul terhadap apa yang dipelajarinya, yaitu istiqamah dalam mempelajari kitab-kitab hafalan di pasantren. Mempelajari kitab-kitab Allah merupaka suatu bentuk ibadah kepada Allah. Kebiasaan yang dimiliki oleh Syamsul ketika di pasantren adalah selalu rajin dalam belajar, dan ia mempuanyai prinsip yang tegak agar mampu menguasai hafalan kitab-kitab disertai maknanya dengan tekun. Hal ini merupakan istiqamah dalam mencintai dan beribadah kepada Allah tanpa menoleh kanankiri serta mencintai sepenuh hati dalam mencari ridha Allah. Diakhir perbincangan itu Pak Broto mangamanahkan uang sebesar sepuluh juta kepada Syamsul untuk diinfakkan, sebagian untuk bantuan kemanusiaan Palestina, yang sebagian untuk orang-orang yang memerlukan menurut Syamsul. Diberikan kepercayaan amanah itu Syamsul kaget dan terharu. Ia merasa tidak pantas. Ia merasa orang yang tangannya masih berlumur dosa mencopet seperti dirinya tidak layak mendapat kepercayaan seperti itu. “Kenapa Pak Broto mempercayakan uang ini kepada saya? Kenapa tidak Pak Broto sendiri yang membagikan kepada yang berhak? Apa Pak Broto tidak khawatir kalau uang ini saya gunakan, saya tilep misalnya.” Kata Syamsul menolak secara halus. “Sejak awal saya sudah sangat percaya kepada UstadzSyamsullah orang yang baik. tidak . Saya yakin Ustadz ada tanda-tanda dari wajah Ustadz ini seorang penelip, pencuri, atau sejenisnya. Sya melihat wajah yang takut kepada Allah pada wajah Ustadz. Dan orang yang takut kepada Allah, tidak akan berbuat zalim. Karenanya saya percayakan uang ini pada Ustadz.”
Kata-kata Pak Broto itu menyengat hati nurani dan jiwa Syamsul. Matanya berkaca-kaca. Dadanya sudah basah oleh rasa haru yang luar biasa. Ia akhirnya menerima amanah itu. dan hari itu juga ia tunaikan amanah seperti yang disampaikan Pak Broto. Malam harinya Syamsul menangis sejadijadinya kepada Allah. (Shirazy:149-150). Kutipan di atas menunjukan bentuk amanah yang dijalankan Syamsul. Hal ini dapat dilihat pada kutipan “Diberikan kepercayaan amanah itu Syamsul kaget dan terharu. Ia merasa tidak pantas.” Bentuk tanggung jawab yang diberikan oleh Pak Broto kepada Syamsul dengan menitipkan uang sebesar sepuluh juta rupiah yang akan diberikan kepada bantuan terhadap palestina dan untuk orang-orang yang memerlukan. Pada awalnya Syamsul menolaknya namun setelah dipujuk oleh Pak Broto akhirnya Syamsul menerimanya juga dan berusaha semaksimal mungkin menjalankan amanah tersebut. Menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan sesuai dengan pengertian amanah tersebut. “Demi Allah yang menciptakan langit dan bumi Pak Kiai. Saya tidak mencuri. Burhan yang tadi meminta sayamengambilkan dompetnya ia berjanji akan mentraktir saya setelah mengantarnya pergi ke dokter Pak Kiai. Biarlah seluruh laknak Allah menimpa saya jika saya berdusta1” Syamsul bersumpah dengan suara latang. Kedua matanya menyala seperti mata elang. (Shirazy:77-78). Kutipan di atas menggambarkan kejujuran yang dimiliki Syamsul. Syamsul bersumpah atas nama Allah dengan suara lantang dan kedua matanya menyala seperti elang bahwa dirinya tidak bersalah. Ia telah berusaha sekuat yang ia bisa untuk jujur mengakui bahwa ia bukan pencuri. Jujur merupakan jalan terbaik untuk diri sendiri dan orang lain agar diri kita dan orang lain dapat berpikir dalam berbuat dan bertindak. Sehingga sebagai umat manusia kita harus selalu berbuat jujur karena jujur itu pasti akan selalu benar namun benar belum berti selalu jujur. “Kurasa kau benar Sul. Kalau pencurinya nanti tertangkap pasti akan dihabisi para santri.” (Shirazi:62). Kutipan di atas menggambarkan suatu perkataan benar yang diucapkan oleh Ayub dengan tidak mengada-ada. Hal ini dapat dilihat pada “Kurasa kau benar Sul.” Ayub berbicara demikian karena yakin bahwa apa yang telah disampaikan oleh Syamsul merupakan suatu kebenaran. Setuju akan sesuatu yang dirasakan benar merupakan salah satu bntuk kebenaran. Dengan menyetui perkata yang dirasakan sesuai dengan apa yang telah diucapkan. Ayub takjub dengan apa yang dilakukan Syamsul. Si Salimin, teman satu kamar yang dari Ngawi sampai mengatakan Syamsul punya ilmu laduni. Berkali-kali Syamsul menolak anggapan itu. Ia sedang berjuang keras dan belajar tidak mengenal siang dan malam untuk meraih ilmu. Ia yakin bahwa ilmu hanya bisa diraih dan ditundukkan dengan ketekunan, karajinan, keistiqamahan dan kepasrahan total kepada Allah Swt. (Shirazy:54-55). Kutipan di atas menggambarkan kebiasaan yang dilakukan Syamsul dalam kehidupannya sehari-hari adalah selalu belajar untuk memperoleh ilmu. Ia belajar dengan tekun sehingga ia dengan mudah bisa mengerti dan menghafal apa yang telah ia pelajari tersebut. Menuntut ilmu merupakan ibadah yang paling agung dan utama. Jika dicapai dan pelajari secara tekun maka ilmu tersebut akan bisa
ditunduki. Begitu juga Syamsul ia belajar dengan sungguh-sungguh dengan ketekunan, karajinan, keistiqamahan dan kepasrahan total kepada Allah Swt. Maka dengan itu Syamsul bisa memperoleh hasil yang tidak mengecewakan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Nilai ketakwaan manusia terhadap Allah yang terdapat pada novel Dalam Mirhab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, yakni meliputi: salat, berdoa kepada Allah, syukur, tawakal, dan keyakinan kepada Allah. Di dalam novel tersebut pembaca diajak untuk bertakwa kepada Allah dalam menjalani kehidupan. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara selalu mengerjakan shalat lima waktu, berdoa kepada Allah, mensyukurhai nikmat Allah, tawakal, tawaduk dan yakin kepada Allah dan tiada Tuhan selain Allah. Nilai ketaatan manusia terhadap sesama manusia yang terdapat pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Pertama, hubungan dengan keluarga terbagi menjadi berbakti kepada orang tua dan menyayangi keluarga. Kedua, hubungan dengan masyarakat terbagi menjadi menegakkan keadilan, amar makruf nahyi munkar, meneyebarkan rahmat dan kasih sayang, dan tolong-menolong. Di dalam novel ini kita sebagai pembaca banyak diajarkan bagaimana seharusnya kita bertakwa dan taat kepada sesama manusia, sehingga terjalin hubungan yang baik kepada sesama manusia. Nilai kataatan manusia terhadap diri sendiri yang terdapat pada rumusan masalah yang ketiga dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, yakni memelihara kehormatan diri, sabar, istiqamah, menunaikan amanah, jujur, dan benar. Di dalam novel ini pembaca diajak untuk bertakwa dan taat kepada dirinya sendiri sebagai bentuk penghormatan kepada individu sendiri. Saran Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru bahasa dan sastra Indonesia. Novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy diharapkan menjadi bahan dalam mengajarkan apresiasi sastra pada jenjang SMA/MA kelas XI semester satu, khususnya pada materi menganalisis unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra, khususnya konsep tentang isi karya sastra yang mencerminkan nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan Hal ini dikarenakan di dalam novel tersebut mengandung nilai-nilai religius yang mengajarkan bagaimana wujud ketakwaan manusia terhadap Allah, ketaatan manusia terhadap sesama manusia dan ketaatan manusia terhadap dirinya sendiri, sehingga dapat berfungsi sebagai pendidikan berkarakter. Penelitian ini juga berguna bagi siswa SMP dan SMA diharapkan membaca novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy ini sebagai bahan bacaan tambahan bidang sastra. Isi cerita, nilai-nilai religius yang terkandung di dalamnya dapat dijadikan sebagai bahan perenungan dan pemikiran yang dapat menambah wawasan bagi siswa. Selain itu teknik analisis isi teks novel yang dilakukan berdasarkan pendekatan strukturalisme genetik dapat dijadikan bahan acuan oleh siswa dalam menganalisis isi teks karya sastra lainnya seperti novel, sehingga siswa dapat memahami isi karya sastra secara utuh. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan gambaran bagi peneliti lain atau calon peneliti untuk mengadakan penelitian serupa atau melengkapi penelitian ini dengan judul karya sastra yang berbeda, seperti nilai budaya, moral dan pendidikan yang terdapat dalam novel ini untuk memperkaya pengetahuan peneliti dan pembaca. Hal ini bertujuan agar pembaca mendapat pengetahuan yang mendalam mengenai nilainilai yang terkandung dalam karya sastra khususnya novel. DAFTAR RUJUKAN Laelasari dan Nurlailah. 2008. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansaaulia. Jauhari, Heri. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia. Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nuryana. 2012. “Nilai-nilai Religius dalam Novel Dzikir-Dikir Cinta Karya Khoirul Anam” (Skripsi). Pontianak: Untan. Ramlan. 2002. “Nilai Religius dan Moral dalam Novel Siti Nurbaya Karya Marah Rusli” (Skripsi). Pontianak:Untan. Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Pelajar. Shirazy, Habiburrahman El. 2010. Dalam Mihrab Cinta. Jakarta: Ihwah Publishing. Supadjar, Damardjati. 2001. Filsfat Sosial Serat Sastra Gending. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru. Syam, Christanto. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Sastra. Pontianak: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.