NILAI EKONOMI TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI: Studi Kasus di Obyek Wisata Otak Kokok Gading dan Desa Perian Kecamatan Montong Gading, Nusa Tenggara Barat
NURLAILATI RAMDHANI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN NURLAILATI RAMDHANI. Nilai Ekonomi Taman Nasional Gunung Rinjani: Studi Kasus di Obyek Wisata Otak Kokok Gading dan Desa Perian Kecamatan Montong Gading, Nusa Tenggara Barat. Dibimbing oleh BAHRUNI. Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) merupakan salah satu kawasan konservasi di Indonesia yang terletak di Propinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki enam lokasi obyek wisata. Salah satu obyek wisata tersebut adalah obyek wisata Otak Kokok Gading yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia di kawasan Otak Kokok Gading, dikhawatirkan akan terjadi penurunan kualitas lingkungan sehingga perlu adanya upaya pelestarian lingkungan di kawasan tersebut. Upaya pelestarian ini menjadi tugas bersama antara pemerintah, pengelola dan masyarakat yang terlibat langsung terhadap keberadaan kawasan tersebut. Kesadaran masyarakat dalam hal ini masih sangat kurang, salah satunya disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat terhadap manfaat yang mereka peroleh dari keberadaan kawasan. Oleh karena itu, kesediaan membayar masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan perlu dketahui. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi terhadap daya tarik obyek wisata Otak Kokok Gading berdasarkan penilaian pengunjung dan menduga nilai ekonomi dari obyek wisata Otak kokok Gading dan nilai ekonomi dari pemanfaatan air TNGR oleh masyarakat Desa Montong Gading dan PDAM. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan bahwa karakteristik pengunjung obyek wisata Otak Kokok Gading dijelaskan berdasarkan beberapa kriteria, diantaranya sebagaian besar pengunjung berjenis kelamin perempuan, berusia antara 21-30 tahun dengan status sudah menikah serta memiliki tanggungan. Mayoritas pengunjung Otak Kokok Gading telah menjalani pendidikan formal tingkat SLTA dengan pendapatan pengunjung berada pada kisaran kurang dari Rp 1.000.000 dengan domisili yang relatif dekat dengan obyek wisata Otak Kokok Gading. Penilaian responden terhadap daya tarik obyek wisata Otak Kokok Gading terletak pada keberadaan air terjun dan kolam berenang yang didukung dengan adanya sarana prasarana yang baik serta aksesibilitas yang mudah. Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh nilai rata-rata WTP pengunjung Otak Kokok Gading sebesar Rp 4.100 per orang dengan nilai total WTP sebesar Rp 748.205.256 per tahun, untuk nilai rata-rata WTP masyarakat pengguna air sebesar Rp 10.216 per kepala keluarga dengan nilai total WTP sebesar Rp 173.933.532 per tahun, sedangkan untuk nilai air dari pemanfaatan oleh PDAM sebesar Rp 1.640.288.630 per tahun. Pendugaan nilai ekonomi terhadap aspek wisata dan air tersebut menunjukkan besarnya manfaat yang diperoleh pengunjung wisata, masyarakat pengguna air dan PDAM dengan keberadaan kawasan TNGR. Oleh karena itu, penting bagi pihak-pihak tersebut untuk berperan aktif dan ikut serta dalam pelestarian sumberdaya alam di kawasan TNGR.
Kata Kunci : Daya Tarik Wisata, Nilai Ekonomi
SUMMARY NURLAILATI RAMDHANI. Economic Value of Rinjani Mountain National Park: Case Study in Otak Kokok Gading Tourist Resort and Perian Village, Montong Gading, West Nusa Tenggara. Under Supervision of BAHRUNI. Rinjani Mountain National Park (RMNP) is one of the conservation area in Indonesia, which is located in West Nusa Tenggara Province and has six locations of tourist resorts. One of them is Otak Kokok Gading that was become of this research site. Along with increased human activity around Otak Kokok Gading, there is a worry that the quality of the environment will be decrease, therefore environmental conservation efforts is needed. The conservation has become a shared task between the government, RMNP management and communities that are involved. Community awareness to participate in the preservation of the environment is still very lacking. One of its reasons is because of their unconsciousness of benefit that they will gain from the region existence. Hence, willingness of the community to pay the environment conservation is needed to be known. The purposes of this this research are to identify Otak Kokok Gading tourist resort attraction based on the assessment of visitors and to expect the tourist resort economic value, and economic value of water use from RMNP by Montong Gading villagers and taps. The characteristics of this tourist resort visitors can be explained based on several criterias, that is most of visitors are women, aged between 21-30 years with a status of married and have dependents. The majority of its visitors have formal education at senior secondary level with the range of visitor income less than Rp 1 million, and the domicile is relatively close to the tourist resort. Assessment of visitors for Otak Kokok Gading tourist resort lies in the existence of waterfalls and swimming pools, which are supported by good infrastructure and easy accessibility. The results of this research are the average value of WTP Otak Kokok Gading visitors in a mount of Rp 4.100 per person with a total value of Rp 748.205.256 WTP per year, and the average value of WTP water users of Rp 10.216 per family with a total value of Rp 173.933.532 WTP per year. While the value of water utilization by the taps of Rp 1.640.288.630 per year. Estimation of the economic value of tourism and water aspects show how much the benefits that is obtained by tourist visitors, the public water users and taps with the existence of RMNP region. Therefore, it is important for the parties to play an active role and to participate in the conservation of natural resources in the RMNP region.
Key words: Tourist resort attraction, Economy value
NILAI EKONOMI TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI: Studi Kasus di Obyek Wisata Otak Kokok Gading dan Desa Perian Kecamatan Montong Gading, Nusa Tenggara Barat
NURLAILATI RAMDHANI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajeman Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Nilai Ekonomi Taman Nasional Gunung Rinjani: Studi Kasus di Obyek Wisata Otak Kokok Gading dan Desa Perian Kecamatan Montong Gading, Nusa Tenggara Barat” adalah benarbenar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2011
Nurlailati Ramdhani NRP E14063463
LEMBAR PENGESAHAN Judul skripsi : Nilai Ekonomi Taman Nasional Gunung Rinjani: Studi Kasus di Obyek Wisata Otak Kokok Gading dan Desa Perian Kecamatan Montong Gading, Nusa Tenggara Barat Nama
: Nurlailati Ramdhani
NIM
: E14063463
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Bahruni, MS NIP. 19610501 198803 1 003
Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Hutan IPB
Dr. Ir. Didik Suhardjito, MS NIP. 19630401 199403 1 001
Tanggal lulus :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, serta sholawat beserta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulisan skripsi ini bisa diselesaikan. Adapun judul dari skripsi ini yaitu “Nilai Ekonomi Taman Nasional Gunung Rinjani : Studi Kasus di Obyek Wisata Otak Kokok
Gading dan Desa Perian Kecamatan
Montong Gading, Nusa Tenggara Barat” sebagai tugas akhir yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari dukungan dan bantuan semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga tercinta atas kasih sayang dan doanya. Kepada Bapak Dr. Ir. Bahruni, MS selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, nasihat, saran serta pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta pihak Taman Nasional Gunung Rinjani sebagai instansi yang telah memberkan ijin tempat penelitian, serta semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Demikian semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.
Bogor, Juli 2011 Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan nikmat sehat dan kelapangan berfikir bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi berjudul “Nilai Ekonomi Taman Nasional Gunung Rinjani : Studi Kasus di Obyek Wisata Otak Kokok Gading dan Desa Perian Kecamatan Montong Gading, Nusa Tenggara Barat” merupakan syarat guna mencapai gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Keberhasilan penulis tentunya tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga penulis Ibu Kalsum, kakak serta adik penulis Diyah Primitasari, Asrul Hamidi, Seri Hidayati dan Luqmanul Hakim yang senantiasa mendoakan dan memberikan dorongan kepada penulis. Bapak Dr. Ir. Bahruni, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan pemikiran, memberikan masukan, kritik, dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Pihak Balai Taman Nasional Gunung Rinjani atas kerjasama dan bantuannya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Keluarga cahaya di Dramaga, berkumpul dengan kalian di setiap akhir pekan memberi motivasi dan semangat yang tiada habisnya. Teman-teman Manajemen Hutan ’43 dan Satelit 1 atas suka duka, kebersamaan, dan keceriaan yang indah selama ini. Teman-teman seperjuangan di DPM E 2008 dan BEM E 2009-2010, serta DKM Ibadurrahman terima kasih atas doa, dukungan, dan kerja samanya. Seluruh pihak yang telah membantu selama persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu penulis ucapkan terima kasih. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Juli 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 08 Mei 1988 di Selong, Lombok Timur NTB sebagai anak keempat dari pasangan H. Mahkmun (Alm) dan Hj. Kalsum. Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 1 Rensing. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Negari 1 Sakra Barat. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Selong dan lulus pada Tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Setelah mengikuti Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama satu tahun, penulis masuk sebagai mahasiswa angkatan kedua di Mayor Manajemen Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan biak intra kampus maupun ekstra kampus. Penulis bergabung di Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) komisariat IPB pada tahun 2006-2008, di DKM ‘Ibaadurrahman dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Kehutanan pada tahun 2007-2008, dan di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan pada tahun 2008-2010. Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Kamojang-Sancang, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) sukabumi, serta melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di HPH Erna Djuliawati Logging Unit II Kalimantan Tengah. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Kehutanan di bawah bimbingan Dr. Ir. Bahruni, MS penulis melakukan penelitian dengan judul Nilai Ekonomi Taman Nasional Gunung Rinjani : Studi Kasus di Obyek Wisata Otak Kokok Gading dan Desa Perian Kecamatan Montong Gading, Nusa Tenggara Barat.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI............................................................................................
i
DAFTAR TABEL....................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang....................................................................... 1.2. Perumusan Masalah.............................................................. 1.3. Tujuan................................................................................... 1.4. Manfaat.................................................................................
1 1 2 3 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taman Nasional.................................................................... 2.2. Pariwisata/ Objek Wisata Alam........................................... 2.3. Sumber Daya Air.................................................................. 2.4. Nilai Ekonomi....................................................................... 2.5. Manfaat Wisata..................................................................... 2.6. Penelitian Sebelumnya..........................................................
5 6 7 8 9 10
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................ 3.2. Alat dan Objek Penelitian..................................................... 3.3. Jenis dan Sumber Data.......................................................... 3.4. Metode Pengambilan Data.................................................... 3.5. Batasan Operasional............................................................. 3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data.................................
12 13 13 13 14 14
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas...................................................................... 4.2 Aksesibilitas.......................................................................... 4.3 Topografi dan Iklim.............................................................. 4.4 Tanah dan Hidrologi............................................................. 4.5 Vegetasi dan Fauna...............................................................
18 19 20 22 23
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Potensi Kawasan Wisata....................................................... 5.2 Nilai Ekonomi Kawasan....................................................... 5.3 Pengelolaan TNGR...............................................................
29 37 46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan........................................................................... 6.2 Saran......................................................................................
49 49
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
50
DAFTAR TABEL No. 1.
Keadaan administratif wilayah TNGR....................................................
18
2.
Aksesibilitas ke lokasi-lokasi di kawasan TNGR...................................
20
3.
Luas DAS dan Sub DAS yang tercakup dalam kawasan TNGR............
23
4.
Rekapitulasi pengunjung TNGR tahun 2010..........................................
30
5.
Karakteristik pengunjung berdasarkan penilaian terhadap daya tarik obyek wisata Otak Kokok Gading...........................................................
34
6.
Penilaian pengunjung terhadap fasilitas di lokasi obywk wisata Otak Kokok Gading.........................................................................................
36
7.
Karakteristik pengunjung obyek wisata Otak Kokok Gading berdasarkan tingkat pendidikan...............................................................
38
8.
Karakteristik pengunjung obyek wisata Otak Kokok Gading berdasarkan tingkat pendapatan..............................................................
39
9.
Nilai Wisata Otak Kokok Gading berdasarkan jumlah pengunjung.......
41
10.
Pemanfaatan air oleh PDAM berdasarkan Seksi Pengelolaan Wilayah (SKW)......................................................................................................
43
11.
Distribusi masyarakat berdasarkan kesediaan membayar terhadap pemanfaatan air dari kawasan TNGR......................................................
44
12.
Data Jumlah Pelanggan PDAM tahun 2010............................................
45
13.
Nilai Air PDAM tahun 2010....................................................................
46
14.
Rekapitulasi Penerimaan Negara Bukan Pajak TNGR enam lokasi wisata.......................................................................................................
47
15.
Analisis Kelayakan Pengelolaan wisata TNGR.......................................
47
DAFTAR GAMBAR No. 1.
Peta pulau Lombok dengan TNGR dan lokasi obyek wisatanya............
19
2.
Air Terjun di obyek wisata Otak Kokok Gading....................................
30
3.
Kolam Renang di obyek wisata Otak Kokok Gading.............................
31
4.
Gazebo dan aula sebagai tempat istirahat pengunjung di Otak Kokok Gading.....................................................................................................
32
5.
Dua buah Musholla di obyek wisata Otak Kokok Gading......................
32
6.
Warung-warung makan dan sate bulayak khas Otak Kokok Gading.....
33
7.
Kamar mandi dan tempat bilas di obyek wisata Otak Kokok Gading....
33
8.
Tempat parkir di obyek wisata Otak Kokok Gading...............................
34
9.
Buku Informasi TNGR yang diproduksi langsung oleh Balai TNGR....
37
10.
Tren nilai wisata Otak Kokok Gading tahun 2007-2010........................
41
11.
Tempat penampungan air bagi masyarakat yang memanfaatkan air dari kawasan TNGR................................................................................
45
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
No. 1.
Data Penggunaan Sumber Air Taman Nasional Gunug Rinjani.........
52
2.
Data Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Otak Kokok Gading..
53
3.
Data Penilaian Pengunjung terhadap Daya Tarik Obyek Wisata Otak Kokok Gading.............................................................................
54
4.
Data Motivasi Pengunjung Objek Wisata Otak Kokok Gading..........
56
5.
Data Kesediaan Membayar (WTP) Pengunjung Wisata Otak Kokok Gading.................................................................................................
57
6.
Data Penggunaan Air dan Kesediaan Membayar (WTP) Masyarakat Pengguna Air Desa Montong Gading..................................................
58
7.
Data Anggaran Pengeluaran Pengelolaan Taman Nasional Gunung Rinjani....................................................................................................
59
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem
asli
dimana
pengelolaannya
dengan
sistem
zonasi
yang
pemanfaatannya antara lain untuk tujuan pendidikan, penelitian dan rekreasi. Indonesia memiliki 50 buah taman nasional yang menyebar di enam wilayah yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, serta Maluku dan Papua. Dari seluruh taman nasional yang ada di Indonesia, TN Lorentz merupakan taman nasional daratan dengan keluasan yang paling besar yaitu sekitar 2.505.600 hektar dan TN Kelimutu merupakan taman nasional daratan dengan keluasan yang paling kecil yaitu sekitar 5.000 hektar, sedangkan TN Laut Teluk Cendrawasih merupakan taman nasional laut dengan luasan yang paling besar 1.453.500 hektar dan TN Laut Bunaken Manado Tua merupakan taman nasional laut dengan luasan yang paling kecil yaitu sekitar 89.065 hektar. Keadaan biofisik taman-taman nasional tersebut sangat bervariasi. Dari segi luas saja, terdapat keragaman yang sangat tinggi, yaitu dari cuma 5000 ha seperti TN Kelimutu sampai 2,5 juta ha seperti TN Lorentz. Demikian pula, keadaan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di mana taman-taman nasional tersebut berada adalah sangat beragam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap taman nasional tersebut memiliki potensi, permasalahan atau persoalan dan tantangannya masing-masing. Pengelolaan kawasan-kawasan konservasi secara umum
menghadapi
berbagai persoalan yang kompleks dan beragam. Persoalan ini dapat dikelompokkan menjadi persoalan internal meliputi sistem perencanaan, tata batas dan pemangkuan kawasan, leadership dan manajemen dan persoalan eksternal meliputi perebutan ruang dan aset ekonomi, posisi masyarakat adat, sinergisitas kemitraan. Perlu adanya perubahan pada pola pengelolaan kawasan konservasi, dengan membangun berbagai inisiatif, terobosan, dan inovasi pengelolaan, dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi sistem pengelolaan dan kelestarian kawasan konservasi. Adapun manfaat dari
pengelolaan taman nasional antara lain manfaat secara ekonomi, ekologi, estetika, pendidikan dan penelitian serta jaminan untuk masa depan. Salah satu Taman Nasional yang ada di Indonesia yaitu Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yang terletak di provinsi Nusa Tenggara barat. Objek wisata TNGR merupakan salah satu kawasan hutan yang dimanfaatkan sebagai objek wisata alam. Pariwisata saat ini menjadi salah satu sektor ekonomi yang dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi mulai dari tingkat daerah sampai tingkat negara. Khususnya indonesia yang kaya dengan objek wisata alam sangat memungkinkan untuk dikembangkan guna mendukung peningkatan ekonomi masyarakat. Pada sektor kehutanan, wisata alam dan pemanfaatannya diharapkan dapat menjadi kegiatan yang penting dalam perbaikan kondisi lingkungan dan peningkatan peran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan khususnya kawasan hutan. Besarnya korbanan yang dikeluarkan dapat digunakan untuk merefleksikan preferensi masyarakat terhadap sumberdaya alam hayati. 1.2 Rumusan Masalah Dalam pengelolaan dan pengembangan suatu Taman Nasional selain aspek lingkungan perlu juga diperhatikan aspek sosial dan ekonomi. Besarnya pengorbanan yang diberikan untuk pengelolaan Taman Nasional tersebut hendaknya memberikan suatu keuntungan. Keuntungan disini bukan hanya terjaganya kelestarian alam tetapi juga memberikan manfaat secara sosial dan ekonomi. Secara sosial bermanfaat bagi masyarakat baik pengunjung yang menikmati keindahan alam ataupun masyarakat lokal yang memanfaatkan sumberdaya alam tersebut. Secara ekonomi adanya manfaat bagi institusi pengelola secara materi yang melebihi biaya pengelolaan yang dikeluarkan. Kerusakan sumber daya alam dan lingkungan yang terjadi akan menurunkan manfaat tangible dan intangible suatu kawasan begitu juga dengan kawasan Otak Kokok Gading. Hal ini bisa merupakan efek dari tidak diketahuinya manfaat dari sumber daya alam di kawasan tersebut. Potensi daya tarik wisata alam yang dimiliki oleh Otak Kokok Gading merupakan modal utama pendorong kehadiran wisatawan untuk datang berkunjung. Daya tarik wisata alam tersebut akan dapat dinikmati oleh pengunjung bila tersedia fasilitas pendukung, sehingga pengembangan prasarana dan sarana fisik mutlak diperlukan. Penyusunan rencana
dan strategi pengelolaan, pengembangan obyek daya tarik wisata dan pengembangan jenis kegiatan wisata sejak awal perlu direncanakan dan disusun dalam sebuah rancangan pengelolaan kawasan wisata sebagai alur pengembangan di masa yang akan datang. Kemudian nilai ekonomi di salah satu kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani pada penelitian ini dikategorikan dalam manfaat intangible berupa wisata dan manfaat tangible berupa air. Nilai wisata dan air dilihat dari konsep ekonomi dapat diukur dengan metode kontingensi melalui pendekatan kesediaan membayar atas kepuasan memperoleh peningkatan kualitas lingkungan wisata dari kawasan tersebut dan kepuasan dalam pemanfaatan air dari kawasan. Dengan metode ini besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung dan masyarakat dapat dijadikan acuan untuk menduga potensi dan nilai ekonomi yang dimiliki kawasan TNGR. Dengan diketahuinya identifikasi daya tarik obyek wisata dan nilai ekonomi ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bahwa lingkungan dan sumberdaya alam memiliki nilai manfaat yang besar bagi masyarakat, sehingga bukan hanya pemerintah dan pengelola tetapi juga pengunjung dan masyarakat penting untuk menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. 1.1 Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Identifikasi daya tarik obyek wisata di Otak Kokok Gading TNGR berdasarkan penilaian responden wisata. 2. Melakukan pendugaan nilai ekonomi wisata Otak Kokok Gading dan nilai air rumah tangga Desa Perian dan PDAM dari kawasan TNGR. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yaitu : 1) Memberikan informasi kepada masyarakat tentang peranan hutan bagi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. 2) Diharapkan dapat memberikan gambaran kelayakan pengelolaan TNGR. 3) Menambah khasanah keilmuan kepada pembaca, sehingga dijadikan referensi bagi peneliti sejenis.
4) Sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan bagi pengambilan keputusan dalam pengelolaan dan pemanfaatan TNGR khususnya dalam aspek pengelolaan wisata.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Menurut PP No. 68 Tahun 1998 kawasan taman nasional dapat dimanfaatkan sesuai dengan sistem zonasi pengelolaannya. Berdasarkan sistem zonasi pengelolaannya kawasan taman nasional dapat dibagi atas zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba atau zona lain yang ditetapkan Menteri berdasarkan kebutuhan pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Zona pemanfaatan taman nasional adalah bagian kawasan taman nasional yang dijadikan tempat pariwisata alam dan kunjungan wisata. Menurut Muhdi 2008, pengelolaan taman nasional dapat memberikan manfaat antara lain: 1) Ekonomi, dapat dikembangkan sebagai kawasan yang mempunyai nilai ekonomis. 2) Ekologi, dapat menjaga keseimbangan kehidupan baik biotik maupun abiotik di daratan maupun perairan. 3) Estetika, memiliki keindahan sebagai obyek wisata alam yang dikembangkan sebagai usaha periwisata alam/bahari. 4) Pendidikan dan Penelitian, merupakan obyek dalam pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penelitian. 5) Jaminan Masa Depan, keanekaragaman sumberdaya alam kawasan konservasi baik di darat maupun di perairan memiliki jaminan untuk dimanfaatkan secara terbatas bagi kehidupan yang lebih baik untuk generasi kini dan yang akan datang.
2.2 Pariwisata / objek wisata alam Menurut UU No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, dinyatakan bahwa Kawasan Hutan Pelestarian Alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Menurut UU Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Taman wisata alam adalah kawasan alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Dan UU No 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakuakan secara sukarela dan bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serat usaha-usaha di bidang tersebut. Dirjen PHKA 2005 menyebutkan bahwa Kawasan Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata alam sesuai dengan fungsinya, taman wisata alam dapat dimanfaatkan untuk: 1) Pariwisata alam dan rekreasi 2) Penelitian dan pengembangan (kegiatan pendidikan dapat berupa karya wisata, widya wisata dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta peragaan dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam tersebut) 3) Pendidikan 4) Kegiatan penunjang budaya. Menurut Damanik (2006) berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata. Masyarakat Ekowisata Internasional mengartikannya sebagai
perjalanan
wisata
alam
yang
bertanggungjawab
dengan
cara
mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Objek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik wisatawan, dapat berupa 1) yang berasal dari alam, misalnya pantai, pemandangan alam, pegunungan, hutan, dan lain-lain, 2) yang merupakan hasil budaya, misalnya
museum, candi, galeri, 3) yang merupakan kegiatan, misalnya kegiatan masyarakat keseharian, tarian, karnaval, dan lain-lain. Objek wisata bersifat statis, yakni cara penjualannya di tempat, tidak bisa dibawa pergi. Oleh karena itu supaya bisa menikmatinya, seseorang perlu aktif mendekatinya (Wardiyanta 2006). Pengamatan terhadap objek wisata dapat ditujukan antara lain untuk mengetahui jenis obyek wisata, kondisi obyektifnya, daya tariknya, sarana dan prasarana pendukungnya, pengelolaannya, peran mayarakat, dunia usaha atau sektor swasta dan pemerintah setempat dalam pengembangan pariwisata, rencana pengembangannya, tujuannya, realisasi pengembangan-pengembangannya dan lain-lain. Penelitian terhadap obyek dan daya tarik wisata memiliki arti strategis dalam pengembangan suatu obyek dan daya tarik wisata. Sebagaimana diketahui, untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang terus berubah dan mengalami perkembangan yang sangat cepat, daya tarik obyek dan wisata pun harus senantiasa dikembangkan. Supaya tepat dalam setiap langkahnya atau dalam pembuatan kebijakan perusahaan yang dikelolanya maka pengelola pariwisata perlu mengawali pengembangan pariwisata dengan penelitian pariwisata (Wardiyanta 2006). 2.3 Sumber Daya Air Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah. Pengelolaan sumber daya
air
adalah
upaya
merencanakan,
melaksanakan,
memantau,
dan
mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya air, masyarakat berhak untuk: 1) memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air; 2) memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan pengelolaan sumber daya air; 3) memperoleh manfaat atas pengelolaan sumber daya air;
4) menyatakan keberatan terhadap rencana pengelolaan sumber daya air yang sudah diumumkan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kondisi setempat; 5) mengajukan laporan dan pengaduan kepada pihak yang berwenang atas kerugian yang menimpa dirinya yang berkaitan dengan penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air; dan/atau 6) mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai masalah sumber daya air yang merugikan kehidupannya. 2.4 Nilai Ekonomi Penentuan nilai ekonomi sumberdaya alam merupakan hal yang sangat penting sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengalokasikan sumberdaya alam yang semakin langka. Nilai total suatu kawasan terdiri atas nilai penggunaan dan nilai non penggunaan. Nilai penggunaan terdiri dari penggunaan langsung, nilai penggunaan tidak langsung dan nilai pilihan. Sedangkan nilai non penggunaan terdiri dari nilai keberadaan dan nilai warisan (Davis 1987). Menurut Bahruni (2004) nilai adalah merupakan persepsi manusia, tentang makna sesuatu objek (sumberdaya hutan), bagi orang (individu) tertentu, tempat dan waktu tertentu pula. Nilai ekonomi total berdasarkan cara atau proses manfaat diklasifikasikan : 1) Nilai guna (use value) •
Nilai guna langsung (direct use value)
•
Nilai guna tak langsung (indirect use value)
2) Nilai pilihan atau harapan masa yang akan datang (option value) 3) Nilai keberadaan (existence value) Menurut Field (2001), nilai adalah sebuah kata dengan banyak pengertian, tetapi dalam ekonomi nilai berarti harga yang seseorang atau kelompok berikan pada sesuatu seperti barang dan jasa. Davis dan Johnson (1987) membuat klasifikasi nilai menurut bagaimana cara penilaian atau penentuan besar nilai dilakukan, yang dikelompok atas: 1) Nilai pasar (market value) , merupakan nilai yang ditetapkan melalui transaksi (pasar). 2) Nilai kegunaan (value in use) bagi individu tertentu (induce value)
3) Nilai sosial (social value) nilai tidak dapat ditetapkan melalui kedua metode di atas, sehingga ditetapkan melalui peraturan, hukum ataupun perwakilan masyarakat. 2.5 Manfaat Wisata Menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1990, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Kemudian Suyitno (2001) menyatakan bahwa wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang, yang bersifat sementara, unuk menikmati obyek dan atraksi di tempat tujuan. Berbicara mengenai wisata maka tidak akan lepas dari pembicaraan tentang perjalanan (travel), karena berdasarkan sejarahnya, perjalanan merupakan cikal bakal dari wisata. Untuk membedakannya dengan perjalanan pada umumnya, maka wisata mamiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya. 2) Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi, akomodasi, restoran, obyek wisata, toko cinderamata, dan lain-lain. 3) Umumnya dilakukan dengan mengunjungi obyek dan atraksi wisata, daerah atau bahkan negara secara berkesinambungan. 4) Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan. 5) Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi, karena uang yang dibelanjakannya berasal dari tempat asal. Walaupun kegiatan wisata berasal dari kegiatan perjalanan (travel), tetapi wisata memiliki ciri-ciri yang dapat membedakannya dengan produk lain, yaitu: 1) Tidak berwujud (intangible) 2) Tidak memiliki ukuran kuantitatif (unmeasurable) 3) Tidak tahan lama dan mudah kadaluwarsa (perishable) 4) Tidak dapat disimpan (unstorable) 5) Melibatkan konsumen (wisatawan) dalam proses produksinya 6) Proses produksi dan konsumsi terjadi dalam waktu yang sama.
Beberapa aspek penelitian manfaat rekreasi yang diperlukan menurut Yoety (1997), biasanya meliputi beberapa informasi data kuantitatif mengenai wisatawan yang datang, seperti: 1) Waktu atau bulan wisatawan berkunjung 2) Negara asal wisatawan 3) Umur dan jenis kelamin 4) Maksud kunjungan 5) Transportsi yang digunakan 6) Hotel atau akomodasi yang dipakai 7) Rata-rata lama tinggal di daerah tujuan wisata 8) Rata-rata pengeluaran wisatawan tiap orang per hari 9) Objek/atraksi wisata yang dilihat 10) Menggunakan jasa Tour Operator atau mengatur sendiri. Menurut Wahab (1989), karakteristik wisatawan merupakan variabel penting dalam melakukan suatu kegiatan perencanaan pariwisata. Karakteristik tersebut antara lain, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan, jabatan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota yang berkunjung bersama, musim/waktu kunjungan, lama kunjungan, jarak yang ditempuh, maksud kunjungan, jenis transportasi yang digunakan, jumlah pengeluaran yang dihabiskan dan jenis akomodasi yang dimanfaatkan. 2.6 Penelitian Sebelumnya 1) Ridha (2008) Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu, Desa Panjalu, Propinsi Jawa Barat dengan judul Nilai Ekonomi Wisata Kawasan Situ Lengkong Panjalu Kabupaten Ciamis dengan Metode Kontingensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi wisata kawasan Situ Lengkong Panjalu sebagai kawasan wisata yeng mempunyai fungsi ekologi bagi kelestarian kawasan Situ Lengkong dan Cagar Alam Panjalu dengan metode kontingensi melalui pendekatan kesediaan membayar dan dibayar masyarakat di lokasi tersebut. Hasil penelitian ini nilai ekonomi kawasan dengan menggunakan metode kontingensi melalui pendekatan
kesediaan membayar masyarakat di
kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu, yaitu sebesar Rp 701.147.641 per tahun,
sedangkan melalui pendekatan kesediaan membayar masyarakat di kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu, yaitu sebesar Rp 877.092.044 per tahun. 2) Sumaryati (2005) Penelitian ini dilakukan di Gili Sulat dengan judul Studi Potensi Wisata Alam di Kawasan Gili Sulat, Kabupaten Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali potensi wisata alam yang terdapat di kawasan Gili Sulat, Kabupaten Lombok Timur Propinsi Nusa Tenggara Barat dan menyusun konsep awal pengembangan wisata alam yang memberikan keuntungan ekonomi dengan tetap menjaga kelestarian kawasan. Metode pengumpulan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif untuk data primer dan dengan melakukan studi pustaka untuk data sekundernya. Sedangkan untuk analisis data digunakan metode SWOT. Hasil penelitian ini adalah bahwa kekuatan yang dimiliki oleh kawasan adalah adanya kekhasan ekosistem mangrove alami dan perairan yang jernih dengan pemandangan bawah lautnya serta adanya panorama alam puncak Gunung Rinjani dan adanya lokasi budidaya mutiara. 3) Wenda Akhmadi (2010) Penelitian ini dilakkan di Kabupaten Tegal di lokasi Taman Wisata Pemandian Air Panas Guci dengan judul yaitu Penilaian Manfaat Ekonomi dan Pengelolaan Lingkungan Taman Wisata Pemandian Air Panas Guci Kabupaten Tegal. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui nilai manfaat ekonomi intangible sumber daya alam dan lingkungan TWPAP Guci sebagai tempat wisata, mengetahui pengaruh tingkat pendapatan, persepsi responden terhadap kualitas lingkungan, dan substitusi wisata alam yang lain terhadap minat wisatawan untuk melakukan kunjungan ke TWPAP Guci, dan untuk mengetahui strategi pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan untuk pengembangan kawasan TWPAP Guci. Metode yang digunakan yaitu metode biaya perjalanan (travel cost method). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran penerapan metode penilaian manfaat ekonomi dari tempat rekreasi yang tidak mempunyai nilai pasar agar memiliki nilai secara kuantitatif dengan menggunakan metode biaya perjalanan.
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kontingensi, yaitu metode teknik survey untuk menanyakan kepada pengunjung dan masyarakat tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki harga pasar. Metode ini dapat digunakan untuk menilai keuntungan dari penyediaan barang dan jasa lingkungan dan untuk menentukan pilihan besarnya harga yang mampu dikorbankan seseorang untuk mendapatkan barang dan jasa lingkungan tersebut. Prinsip yang mendasari metode kontingensi ini adalah bahwa preferensi seseorang terhadap barang dan jasa lingkungan ditransformasikan ke dalam bentuk nilai uang. Dengan dasar asumsi ini, maka pada dasarnya metode kontingensi ini menilai barang dan jasa lingkungan dengan menanyakan dua pertanyaan berikut (Bahruni 2004): 1.
Berapakah jumlah maksimum uang yang ingin dibayar oleh seseorang (willingness to pay) setiap tahunnya untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan.
2.
Berapakah jumlah maksimum uang yang bersedia diterima oleh seseorang (willingness to accept) setiap tahunnya sebagai kompensasi atas diterimanya kerusakan lingkungan (dampak negatif dari lingkungan).
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2010 di Kabupaten Lombok Timur-Nusa Tenggara Barat, meliputi lokasi wisata Otak Kokok Gading TNGR dan Desa Perian Kecamatan Montong Gading. Objek wisata ini merupakan salah satu objek wisata di kawasan TNGR. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan potensi kunjungan ke lokasi wisata. Jika dibandingkan dengan lokasi wisata yang lain Otak Kokok Gading memiliki intensitas kunjungan paling tinggi dilihat dari jumlah pengunjungnya. Desa yang dijadikan lokasi penelitian merupakan desa yang lokasinya sama dengan lokasi objek wisata Otak Kokok Gading, desa ini dipilih karena memiliki hubungan yang erat dengan lokasi wisata.
3.2 Alat dan Objek Penelitian Beberapa alat yang dipergunakan seperti alat tulis, kuesioner, kamera, perangkat keras (hardware) berupa laptop, serta perangkat lunak (software) berupa program komputer dalam mengolah data. Objek penelitian adalah kawasan wisata Otak Kokok Gading, para pengunjung wisata,
masyarakat di desa
Montong Gading dan PDAM. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari para pengunjung wisata, masyarakat yang ada di desa penelitian dan lembaga terkait. Data primer ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara, berdasarkan daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah dipersiapkan serta pengamatan langsung terhadap kegiatan wisata maupun lokasi pemanfaatan air. Data primer yang diperoleh dari kegiatahn penelitian yaitu: 1. Sumberdaya wisata berbasis alam yang meliputi air terjun dan panorama pemandangan alam 2. Sumberdaya wisata buatan 3. Aksesibilitas yang meliputi kondisi jalan menuju lokasi obyek wisata 4. Sarana dan prasarana obyek wisata meliputi jenis, jumlah dan kondisinya 5. Karakteristik pengunjung obyek wisata Data sekunder pemanfaatan air diperoleh dari PDAM. Data sekunder ini didapat dari dua PDAM yaitu PDAM Lombok Timur dan PDAM Lombok Barat yang melayani konsumen atau pelanggan di Lombok Utara. Data sekunder yang merupakan data penunjang yang berhubungan dengan objek penelitian juga diperoleh melalui instansi-instansi terkait, internet dan studi literatur. Data-data tersebut, antara lain: kondisi umum lokasi penelitian, jumlah pengunjung objek wisata Otak Kokok Gading, jumlah masyarakat desa tempat penelitian, jumlah data PDAM yang memanfaatkan sumber air dari Taman Nasional Gunung Rinjani, dan jumlah penggunaan air dan harga air PDAM. 3.4 Metode Pengambilan Data Pengambilan data wisata dan pemanfaatan air dilakukan melalui pengambilan contoh di lokasi wisata Otak Kokok Gading dan masyarakat desa
Montong Gading, pelanggan air PDAM Lombok Timur dan Lombok Barat. Jumlah responden wisata dan responden masyarakat pengguna air yang diambil yaitu masing-masing 30 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung. Cara ini diharapkan dapat mengungkapkan preferensi responden terhadap publik goods dengan mengemukakan kesanggupan untuk membayar yang dinyatakan dalam bentuk nilai uang. Responden diambil secara purposive sampling yaitu untuk pengunjung wisata dengan mempertimbangkan umur dan keluangan waktu responden untuk wawancara, sedangkan untuk masyarakat pengguna air adalah masyarakat yang memanfaatkan sumber air dari TNGR untuk keperluan hidup sehari-hari. Kegiatan wawancara dilakukan pada hari senin sampai dengan minggu, hal ini disesuaikan dengan tingkat kesibukan responden di lokasi wisata pada saat wawancara. Data yang dikumpulkan meliputi kesediaan membayar untuk kegiatan wisata alam dan penggunaan air dengan menggunakan metode kontingensi (CVM), data harga air PDAM dari data sekunder PDAM, disamping itu dikumpulkan juga jumlah kunjungan wisata alam TNGR dari data sekunder pengelola serta jumlah penggunaan air yang diperoleh melalui wawancara ataupun data sekunder PDAM. 3.5 Batasan Operasional 1. Analisis potensi dan nilai ekonomi TNGR dilakukan pada aspek wisata dan air, di objek wisata Otak Kokok Gading dan air di PDAM dengan sumber air dari kawasan Otak Kokok Gading. 2. Diasumsikan semua penduduk Desa Perian memanfaatkan air dari kawasan TNGR baik secara langsung maupun tidak langsung. 3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif untuk menjawab tujuan dari penelitian. 3.6.1 Analisis Kualitatif Data yang dianalisis secara kualitatif meliputi identifikasi daya tarik obyek wisata, data karakteristik responden wisata yaitu tingkat pendidikan, status menikah, asal daerah, pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, frekuensi kunjungan, motivasi kunjungan, persepsi pengunjung (tentang keindahan alam, kondisi lingkungan, aksesibilitas, fasilitas, dan kondisi
keamanan). Selain itu juga untuk menganalisis data kerakteristik responden masyarakat pengguna air yaitu tingkat pendidikan, status menikah, pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, persepsi responden masyarakat pengguna air terhadap objek wisata (tentang keindahan alam, aksesibilitas, kondisi lingkungan, fasilitas dan kondisi keamanan), kualitas air, ketersediaan air, jumlah pemanfaatan air oleh masyarakat Desa Otak Kokok Gading dan oleh PDAM. 3.6.2 Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif digunakan untuk menduga besarnya kesediaan membayar dan dibayar pengunjung wisata dan masyarakat pengguna air yang menjadi responden. Analisis ini mencakup data hasil pengumpulan data dengan menggunakan metode kontingensi (Contingent Valuation Method) yang merupakan salah satu metode valuasi komoditi sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang tidak memiliki pasar melalui survei terhadap responden yang memanfaatkan komoditi dan jasa tersebut. Analisis nilai ekonomi ini dibatasi pada pemanfaatan air dan objek wisata saja. 1. Analisis nilai wisata alam untuk memperoleh kesediaan membayar per orang kunjungan dan nilai wisata total per tahun. Besarnya kesediaan membayar per orang kunjungan diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut:
∑ = Keterangan : : Kesediaan membayar rata-rata per orang kunjungan (rupiah)
ni : Jumlah responden wisata Besarnya nilai wisata bagi pengunjung diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut :
Nilai Wisata = x Ni
Keterangan : : Kesediaan membayar rata-rata per orang kunjungan (rupiah) Ni : Jumlah pengunjung wisata per tahun (orang) 2. Menduga besarnya nilai manfaat air bagi masyarakat Desa Montong Gading dengan mengetahui kesediaan memabayar rata-rata per meter kubik dan nilai manfaat total air untuk masyarakat tersebut. Besarnya kesediaan membayar rata-rata per kepala keluarga per meter kubik penggunaan air diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut :
∑ = Keterangan :
= Kesediaan membayar rata-rata per kepala keluarga per meter kubik penggunaan air (rupiah)
ni = Jumlah responden masyarakat pengguna air Besarnya nilai manfaat air bagi masyarakat pengguna air diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut :
Nilai air = x Ni Keterangan : : Kesediaan membayar rata-rata per meter kubik penggunaan air (rupiah) Ni : Jumlah kepala keluarga Desa Perian Kecamatan Montong Gading
3. Mengetahui harga air yang diproduksi oleh PDAM dan nilai manfaat pengusahaan air per meter kubik oleh PDAM di Lombok Timur dan Lombok Barat. Besarnya nilai manfaat air bagi masyarakat pelanggan PDAM diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut: = ℎ ( )
Keterangan : = Harga air rata-rata per meter kubik
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas Secara geografis kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani terletak antara 116°21’30” – 116°34’15” Bujur Timur dan 8°18’18” – 8°32’19” Lintang Selatan. Secara administratif kawasan ini termasuk dalam wilayah tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tabel 1 memperlihatkan wilayah administrasi kawasan taman nasional, termasuk jumlah kecamatan serta desa sekitar yang berdampingan secara fisik. Tabel 1 Keadaan administratif wilayah TNGR No. 1. 2. 3.
Kabupaten Lombok Utara Lombok Tengah Lombok Timur
Jumlah Kecamatan 2 2 8
Jumlah Desa 16 5 16
Luas Areal TNGR (Ha) 12.360 6.824 22.146
12
37
41.330
Jumlah
Adapun batas kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani dengan daerah sekitarnya adalah sebagai berikut: Di sebelah utara
:
Kec. Bayan, Kayangan atau Laut Jawa
Di sebelah selatan
:
Kec. Aikmel, Sikur, Kopang, Batukliang Utara dan Montong Gading.
Di sebelah timur
:
Kec. Sembalun, Swela, Wanasaba atau Selat Alas
Di sebelah barat
:
Kec. Bayan dan Gangga
Gambar 1 Peta pulau Lombok dengan TNGR dan lokasi obyek wisatanya. 4.2 Aksesibilitas Untuk mencapai kawasan TNGR dapat ditempuh dengan mudah dan lancar. Dari Jakarta – Mataram dapat ditempuh dengan pesawat udara atau jalan darat. Dengan pesawat udara diperlukan waktu ± 2 jam, sedangkan dengan jalan darat diperlukan waktu ± 32 jam perjalanan termasuk naik Ferry. Dari Mataram ke desa-desa terdekat dengan kawasan taman nasional dapat dicapai dengan kendaraan umum atau roda empat dengan kondisi jalan beraspal.
Dari desa terdekat menuju lokasi dapat ditempuh dengan jalan kaki melalui jalan trail yang cukup baik dan memadai. Route perjalanan dari kota Mataram menuju lokasi adalah sebagai berikut: Tabel 2 Aksesibitas ke lokasi-lokasi di kawasan TNGR No 1.
Route
Mataram – Aikmel – Desa Sembalun Lawang
± 90 Km
Desa Sembalun lawang – Pelawangan Sembalun Pelawangan Sembalun – Puncak Gn. Rinjani Pelawangan Sembalun – Danau Segara anak Mataram – Bayan – Senaru
± 18 Km
2.
3.
4
Jarak
Jenis Sarana Perhubungan
Keadaan/Kondisi
Waktu Tempuh
Kendaraan umum roda empat / roda dua Jalan kaki
Jalan beraspal cukup baik
± 2,5 Jam
Jalan setapak/ jalan trail
± 11 Jam
±7 Km
Jalan kaki
Jalan setapak/ jalan trail
± 5 Jam
±7 Km
Jalan kaki
Jalan setapak/ jalan trail
± 4 Jam
± 82 Km
Kendaraan umum roda 4 / roda 2 Jalan kaki
Jalan beraspal, cukup baik
± 2,5 Jam
Jalan setapak/ jalantrail Jalan setapak/ jalan trail
± 10 Jam
Desa Senaru – Danau Segara anak Danau Segara anak – Puncak Gn. Rinjani
± 25 Km ± 10 Km
Mataram – Masbagik – Kotaraja – Kembang kuning Kembang kuning – Air terjun jeruk manis Mataram – Otak kokok
± 60 Km
± 1,8 Km 45 Km
Jalan kaki
Kendaraan Jalan beraspal, umum roda cukup baik empat / roda 2 Jalan kaki Jalan setapak/ jalan trail Kendaraan Jalan beraspal. umum roda 4 cukup baik / roda 2
16 Jam
± 1,5 Jam
± 30 Menit ± 1,5 Jam
4.3 Topografi dan Iklim Kawasan TNGR merupakan daerah yang bergunung-gunung dengan ketinggian beranekaragam antara 500 m dpl sampai 3.726 m dpl, sedangkan kelerengannya mulai dari sedang (0 < 25%), berat (25-40%) dan berat sekali (> 40%). Luas masing-masing kelas lereng tersebut berturut-turut adalah 16.678 ha, 15.882 ha dan 7.645 ha. Daerah yang relatif landai terdapat di bagian selatan dan
timur laut TNGR terletak pada ketinggian 1.800-2.000 m dpl yaitu kaki G. Rinjani. Puncak ketinggian terdapat di Gunung Rinjani (3.726 m dpl) merupakan gunung tertinggi kedua di Indonesia. Gunung-gunung lain yang berdekatan letaknya dengan Gunung Rinjani adalah: Gunung Baru (2.376 m), Gunung Sangkareang (2.914 m), Gunung Buan mangge (2.895 m), Gunung Kondo dan Gunung Manik. Diantara gunung-gunung tersebut dipisahkan oleh lembah yang luas dan jurang terjal dan berbatu. Di lembah sebelah barat Gunung Rinjani terdapat danau Segara Anak (2.100 m dpl) yang airnya berbau belerang dengan suhu yang berbeda satu tempat dengan tempat lainnya, mulai dari yang dingin, sedang, hangat sampai panas. Gunung Baru mempunyai keistimewaan tersendiri karena gunung tersebut seakanakan muncul dari tengah-tengah danau Segara Anak. Gunung ini masih aktif dan letusan terakhir terjadi tahun 1994. Secara umum daerah kawasan TNGR mempunyai iklim tropis. Curah hujan dominan berkisar antara 1750-2000 mm di bagian barat laut, utara, timur laut dan tenggara kawasan serta di bagian utara hingga barat daya danau Segara Anak dengan curah hujan berkisar antara 2000-2500 mm dan sebagian kecil dengan curah hujan 1500-1750 mm. Curah hujan tersebut bervariasi menurut ketinggian dan letak geografis. Kecenderungannya adalah semakin tinggi letak dari permukaan laut maka semakin besar curah hujannya, dan daerah pantai utara serta timur relatif lebih kering dibanding daerah pantai barat dan selatan. Perbedaan curah hujan antara satu tempat dengan tempat lainnya bisa sangat tinggi, yaitu dari 700 mm di daerah timur yang paling kering sampai melebihi 3500 mm di daerah sekitar Gunung Rinjani. Menurut Schmidth dan Ferguson TNGR termasuk tipe iklim C dan D di sebelah barat dan tenggara dan tipe iklim E di sebelah timur laut, sedangkan menurut Oldeman TNGR ini termasuk tipe iklim D3 dan D4. D3 dengan 3-4 bulan basah, 4-6 bulan kering. Untuk disebelah barat daya tipe iklim D4 dengan tipe 3-4 bulan basah dan 6 bulan kering terjadi di bagian utara dan timur. Musim hujan biasanya terjadi antara bulan Nopember sampai dengan Maret (musim muson barat laut). Suhu rata-rata di Lombok (Mataram) 22°C dengan variasi 30°C-32°C (maksimum) dan 20°C-24°C (minimum). Kelembaban nisbi antara 75%-85%.
Jika tiap kenaikan 100 m diikuti dengan penurunan suhu terbesar 0.5° C, maka temperatur di puncak Gunung Rinjani berkisar antara 1°C-11°C terutama jika musim kemarau dan bertiup angin yang kencang. 4.4 Tanah dan Hidrologi Berdasarkan Peta Tanah provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 1993 skala 1 : 1.000.000, dari Pusat Penelitian Tanah Bogor dan Agroklimat, di Taman Nasional Gunung Rinjani terdiri dari jenis tanah regosol, litosol, andosol dan mediteran dengan bentuk wilayah volkan. Jenis tanah regosol kelabu dan litosol menyebar luas di bagian puncak dan sekitar danau Segara Anak. Pada bagian kaki Gunung Rinjani dikelilingi oleh jenis tanah “Brown Forest Soil” (andosol) dan regosol cokelat yang menyebar dari kecamatan Kopang hingga Kecamatan Aikmel, sedangkan di Kecamatan Swela ditemui jenis tanah mediteran cokelat. Bahan induk tanah-tanah tersebut adalah abu dan pasir volkan yang sangat mudah (sensitif) tererosi. Hal ini dengan mudah dilihat pada sepanjang jalan pendakian yang banyak mengalami erosi parit (gully) dengan kedalaman ≥ 50 cm. Demikian juga erosi dan longsor yang terlihat pada puncak Gunung Rinjani. Secara ekologi komposisi vegetasi pada kawasan TNGR dan hutan sekitarnya mempunyai arti yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan tata air di pulau Lombok hal ini dimungkinkan karena kelompok hutan Gunung Rinjani mencakup wilayah yang sangat luas dan merupakan daerah resapan air bagi wilayah-wilayah di sekitarnya tercatat lebih dari 85 mata air berasal dari Gunung Rinjani. Komplek Gunung Rinjani merupakan daerah tangkapan air yang potensial bagi daerah sekitarnya sehingga kawasan tersebut mempunyai fungsi hidro-orologi yang sangat penting bagi daerah sekitarnya. Sekitar 90% sungai di pulau Lombok berhulu di Taman Nasional Gunung Rinjani. Danau segara anak juga salah satu sumber air, penting bagi daerah sekitar komplek Gunung Rinjani. Salah satu daerah yang mengalirkan airnya adalah sungai putih yang mengalir ke arah utara. Air dari sungai ini berwarna putih yang disebabkan oleh pertemuan air panas yang mengandung belerang dan air yang mengalir dari danau. Sumber-sumber air panas dimaksud berada di sebelah utara danau (± 100 meter). Sungai-sungai lainnya : Amoramor, Lekok Reak, Jurit, Perla, kayangan yang bermuara ke laut Jawa. Sedangkan sungai-sungai yang
bermuara ke Samudera Hindia antara lain: Lenek, Teratak dan Marongge. Sungai Jaga, Sungai Kokok Belek, Sungai Terutuk, dan Sungai Gerengengan bermuara ke Selat Alas. Mata air panas yang terdapat di TNGR antara lain: Goa Susu, Goa Taman, Goa Payung, Hulu Kali Putih, Sebau dan ada mata air di kaki Gunung Baru Jari yang dipercayai oleh masyarakat setempat dapat digunakan untuk menguji senjata pusaka. Di kaki Gunung Rinjani banyak terdapat mata air dan air terjun seperti Otak Kokok, Kembang Kuning (Jeruk manis), Aikmel, Sindang Gile, Tiu Teja (Santong). Tabel 3 Luas DAS dan Sub DAS yang tercakup dalam kawasan TNGR No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
DAS dan Sub DAS DAS Jurit DAS Putih *) DAS Lekok reak DAS Lekok Kayangan DAS Lekok Perla DAS Amoramor DAS Teratak Sub DAS Gererengan Sub DAS Segara Anak Sub DAS Anak Marongge Sub DAS Lenek (DAS Dodokan) *) Sub DAS Teratak (DAS Dodokan) *) Sub DAS Kokok Belek Sub DAS Jaga Jumlah
Luas (Ha) 3.545 2.842 4.344 2.419 2.484 2.002 3.478 2.889 3.221 3.379 1.023 3.867 2.168 3.669 41.330
Sumber: Hasil pengukuran pada Peta Rupa Bumi Indonesia Keterangan *) DAS Prioritas di Pulau Lombok
4.5 Vegetasi dan Fauna Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani merupakan hutan hujan tropis yang memiliki keaneka ragaman hayati yang cukup tinggi, yang meliputi berbagai tipe vegetasi hutan, antara lain vegetasi hutan savana, hutan hujan dataran rendah dan hutan hujan pegunungan. Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani memiliki keaneka ragaman flora dan fauna dan obyek wisata. Beberapa potensi tersebut antara lain: 1. Flora Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilaksanakan oleh FAO (1981) dalam (BPK Kupang, 1997) sekitar 50% hutan di Taman Nasional Gunung
Rinjani merupakan hutan primer sedangkan selebihnya merupakan kawasan hutan savana (40%) dan hutan tanaman (20%). Vegetasi hutan primer didominasi Bajur (Pterospermum javanicum), Kukun (Schrutenia ovata), Rerau (Podocarpus imbricatus), Lelayang Mekar (Podocarpus neriifolius), Cemara gunung (Casuariana junghuhniana), Garu (Disoxylum spp), Rajumas/Benuang laki (Duabanga molluccana), Beringin (Ficus superba), Suren (Toona sureni). keberadaan berbagai jenis anggrek, Beberapa jenis anggrek endemik Nusa Tenggara Barat yang kemungkinan masih terdapat di kawasan ini Peristylus lombokensis dan Peristylus lobokensis. Di lereng-lereng Gunung Rinjani ketinggian di atas 2.100 m dpl. Hampir seluruhnya tertutup oleh jenis Casuarina, dengan Liken usnea yang terdapat di cabang-cabang pohon sampai pada ketinggian kawah (2.700 m dpl.) (Monk. K.A. 1997). Kawasan gunung rinjani pada ketinggian 2.700-3000 m dpl. banyak terdapat semak-semak dan rerumputan dengan kombinasi Casuarina yang terpencar-pencar. Semak Mirica javanica (Myrc.) mendominasi lereng-lereng punggung gunung pada ketinggian 2.900 m dpl. di dua pelawangan yang tumbuh bersama-sama dengan Rodedendron zollingeri, Dodonaea fiscose (Sapindaceae). Carex (Cyperaceae) dan beberapa Vaccinium. Edelweis (Anaphalis viscida) ditemukan melimpah, khususnya dalam bentuk rumpun dekat pinggiran kawah. Dari ketinggian 3.300-3.400 m dpl. punggung bukitnya ke arah puncak gunung rinjani yang berbatu ditutupi oleh lumut, rerumputan, perdu dan beberapa tumbuhan paku. Dari pengamatan dan analisa yang dilakukan WWF Indonesia Program Nusa Tenggara pada tahun 2004 dengan jumlah plot pengamatan sebanyak 3.615 plot contoh diperoleh hasil analisa vegetasi sebagai berikut: a. 91 famili (447 spesies) yang termasuk dalam kelompok tumbuhan tingkat tinggi (pohon) b. 1 famili (13 spesies), kelompok Beringin c. 5 famili (28 spesies), kelompok Liana d. 11 famili (59 spesies), kelompok Paku-pakuan e. 22 famili (138 spesies), kelompok Rumput-rumputan f. 2 famili (53 spesies), kelomok Anggrek
g. 1 famili (6 spesies), kelompok Rotan h. 2 famili (6 spesies), kelompok Palm i. 3 famili (4 spesies), kelompok Lumut j. 2 famili (3 spesies), kelompok Pisang 2.
Fauna Berdasarkan zoogeografik, wilayah Nusa Tanggara termasuk zona
Australesia, sub zona Wallacea dimana pulau Lombok merupakan perbatasannya. Dikenal adanya garis wallacea yang membatasi kedua wilayah pokok (Oriental dan Australesia) yang memanjang dari utara ke selatan antara Kalimantan dan Sulawesi Utara serta antara Bali dan Lombok. Wilayah Nusa Tenggara Barat memiliki keanekaragaman hayati, baik flora dan fauna khas yang cukup tinggi, diantaranya adalah pulau Lombok, dari jenis mamalia diperkirakan sebesar 38,46% untuk nusa tenggara termasuk dalam kategori Endemik sub spesies pulau yaitu: Acerodon mackloti prajae, Pteropus vampyrus kopangi, Pipistrellus tenuis swelanus, Tylonicterys pachypus bhaktii, Paradoxurus hermaprhoditus rindjanicus dan sebesar 36% tergolong sub spesies mamalia yang punya sebaran terbatas untuk Nusa Tenggara, antara lain: Acerodon macklotii, Acerodon macklotii prajae, Cynopetrus nusatenggara, pteropus lombokensis,
Pteropus vampyrus kopangi, Pipistrellus
tenuis swelanus,
Tylonycteris pachypus bhaktii, Paradoxurus hermaprhoditus rindjanicus dan Cervus timorensis florensis. Untuk jenis reptilia sebesar 21,05% dari wilayah nusa tenggara tergolong dalam kategori spesies endemik pulau diantaranya: Cnemaspis gordongekkoi sp., Lepidodactylus lombokeknsis, Cryptoblepharus cursor, dan Spenamorphus (Carlia) sembalunica dan sebesar 19,35% termasuk dalam kategori species yang punya sebaran terbatas untuk Nusa Tenggara yaitu:Cnemaspis gordongekkoi sp, Nov, Lepidodactylus droco volans, Emoia simeles dan Boiga cynodon, Jenis ampibhia, diketahui 16,67% termasuk dalam jenis yang punya sebaran terbatas untuk Nusa Tenggara yaitu: Limnonectes damermani, Rana (Papurana) florensis dan Oerphryne jeffersoniana. Jenis-jenis mamalia di dalam kawasan TNGR cukup beragam mulai dari suku Chiroptera (kerabat Kelelawar), Rodentia (kerabat Tikus) Carnivora (jenis
pemangsa) Artiodactyla
(kerabat Rusa), Polidota
(kerabat Trenggiling) dan
kerabat primata dan jenis-jenis endemik pulau Lombok hampir sebagian besar ditemukan di dalam kawasan TNGR. Jenis-jenis mamalia yang penting diperhatikan antara lain: Viverricula indica, Paradoxurus hermophroditus rinjanicus, Felis bengalensis, Sus scrofa, Cervus timorensis florensis dan Manis javanica. Viverricula indica (Little Civet, garangan kecil) merupakan jenis mamalia yang hidup di pinggir hutan yang berdekatan dengan perkampungan. Felis bengalensis (Leopard Cat, Meong Congkok) yang ada di dalam kawasan ternyata merupakan anak jenis yang sama dengan di Jawa dan Bali yaitu F.b. javanensis. Tempat hidupnya cukup luas, mulai dari savana hingga hutan pegunungan, meskipun sering dijumpai di dekat perkampungan. Manis javanica (Trenggiling) termasuk salah satu jenis endemik lain yang dapat ditemukan di dalam kawasan. Rusa (Cervus timorensis florensis), Babi hutan (Sus Scrofa), Kera abu ekor panjang (Macaca fascicularis) dan Kera hitam (Tracyphitecus auratus cristatus) juga merupakan jenis-jenis mamalia lain yang sering dijumpai di dalam kawasan. Disamping itu terdapat berbagai jenis burung antara lain Burung Gosong (Megapodius reinwardtii), Kakatua Putih Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea parvulla), Koakiau (Philemon bucceroides negluctus) dan Perkeci Dada Merah (Trichoglossus haematodus mitchelli) dan Ayam Hutan (Gallus varius dan Gallus gallus). Selain itu juga terdapat Burung Madu Lombok (Lichmera lombokia), Punglor (Zoothera interpres) dan banyak sekali dijumpai burungburung kecil sebangsa Pipit terutama di hutan dan semak belukar. Rusa dan Kakatua Jambul Kuning sebagai satwa yang dilindungi sudah sangat jarang ditemui karena populasinya sudah sangat berkurang akibat perburuan liar oleh masyarakat. Menurut informasi dari bebera masyarakat yang ditemui, Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea parvulla) masih terlihat di daerah hutan Santong, Senaru. Sedangkan penyebaran rusa kemungkinannya masih terdapat di hutan primer sekitar Santong sampai ke daerah Srijata dimana kawasan TNGR berbatasan dengan hutan lindung, meskipun populasinya tidak dapat diketahui secara pasti.
Monyet Ekor Panjang (Macca fascicularis) hampir menyebar merata diseluruh kawasan, pengunjung dapat dengan mudah melihat monyet dalam kelompok besar ± 10 ekor di daerah dimana pengunjung sering beristirahat seperti di Plawangan Sembalun, Segara Anak, Pos 3 dan 2 jalur pendakian Senaru. Daerah penyebaran Kera Hitam (Tracyphitecus auratus cristatus) tidak merata di TNGR hanya terdapat di daerah Srijata, Aikmel, Kembang Kuning, Banok, Pesugulan, Santong, Senaru, Sebau dan Torean. Babi Hutan banyak hidup di hutan primer dan hutan sekunder yang berbatasan dengan daerah pertanian masyarakat seperti di hutan kecamatan Kopang sampai kecamatan Aikmel. Di hutan menuju mata air Sebau dan sekitar jalan pendakian Senaru dapat dengan mudah dilihat dan didengar suaranya sepanjang jalur jalan setapak tersebut. Rusa dan Kakatua Jambul Kuning sebagai satwa yang dilindungi sudah sangat jarang ditemui karena populasinya sangat kurang akibat perburuan liar oleh masyarakat. Menurut informasi Polisi Kehutanan dan beberapa masyarakat yang ditemui, kakatua jambul kuning masih terlihat di daerah hutan Santong, Senaru. Sedangkan penyebaran Rusa kemungkinannya masih terdapat di hutan primer sekitar Santong, Senaru sampai ke daerah Srijata dimana kawasan TNGR berbatasan dengan hutan lindung. Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) hampir menyebar merata diseluruh kawasan, pengunjung dapat dengan mudah melihat monyet di daerah dimana pengunjung sering beristirahat seperti di Plawangan Sembalun, Segara Anak, Pos 3 dan 2 jalur pendakian Senaru. Monyet-monyet tersebut hidup dalam kelompok besar ± 10 ekor dan sudah terbiasa mencari sisa-sisa makanan pengunjung sehingga cenderung bersifat agresif untuk merebut makanan dan menjadi masalah jika monyet-monyet tersebut mengambil makanan dari tenda atau mengotori lingkungan dengan sampah-sampah yang
diambil dari bak
sampah. 3. Pariwisata Alam Pulau Lombok sebagai pintu gerbang arus wisata dari pulau Jawa dan atau pulau Bali menuju Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang mempunyai aneka ragam potensi wisata. Potensi wisata tersebut dapat dibagi
menjadi empat jenis yaitu: wisata pantai, wisata alam, wisata budaya dan wisata kota. Primadona wisata alam di pulau Lombok adalah Gunung Rinjani di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Beberapa lokasi yang menjadi daya tarik utama untuk pengembangan wisata pegunungan yaitu: danau Segara anak yang dapat ditempuh melalui jalur pendakian: Sembalun lawang, Senaru dan daerah pengembangan di jalur Banok dan Torean, tentunya jalur-jalur tersebut perlu diidentifikasi lebih lanjut, terutama yang berkaitan dengan titik-titik menarik yang bisa ditawarkan kepada pengunjung. Potensi objek wisata alam yang terdapat di Taman Nasional Gunung Rinjani antara lain: a.
Danau Segara Anak
b.
Goa-Goa, terdiri dari: Goa Payung, Goa Susu, Goa Manik
c.
Pemandian Air Panas, terdiri dari: Pengkreman Aik Kalak, Sebau
d.
Air Terjun, terdiri dari: Air Terjun Jeruk Manis
e.
Budaya, terdiri dari: Air awet muda Joben, Upacara adat Waton Telu (umat Islam Bayan), Upacara adat Pancaka (umat Hindu).
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Potensi Kawasan Wisata Potensi Sumberdaya Alam Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Nusa Tenggara Barat No.2 Tahun 1989 kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani merupakan salah satu dari 15 lokasi yang memiliki potensi pengembangan wisata alam dan menjadi daerah tujuan wisata di Propinsi Nusa Tenggara Barat. TNGR memiliki enam lokasi wisata yang menjadi tujuan rekreasi bagi masyarakat. Ke enam lokasi tersebut yaitu pertama Puncak Gunung Rinjani yang merupakan obyek wisata pendakian. Kegiatan pendakian secara besar-besaran dilakukan pada bulan Juli sampai dengan pertengahan Agustus dimana pendakian didominasi oleh kalangan mahasiswa dan pelajar dari seluruh Indonesia. Kedua, Danau Segara Anak yang merupakan obyek pemandangan alam danau yang berbentuk seperti bulan sabit dengan luasan sekitar 1.100 Ha. Ketiga, Senaru yang merupakan obyek wisata air terjun dengan ketinggian ± 25 m dan Desa Adat (perkampungan) dari rumah adat tradisional suku sasak bayan yang tetap dijaga keasliannya. Keempat, Air Terjun Jeruk Manis merupakan obyek wisata air terjun dengan ketinggian ± 30 m yang berada di Desa Kembang Kuning bagian selatan kawasan TNGR. Kelima, Sebau yang merupakan lokasi pemandian air panas yang didukung dengan panorama pemandangana lam sekitar lokasi dan panorama sepanjang jalur trail menuju lokasi pemandian. Sembalun, Timbenuh (merupakan jalur-jalur pendakian). Dan yang terakhir adalah Otak Kokok Gading yang merupakan obyek wisata air terjun dengan pemandangan alam yang indah dan sejuk. Otak Kokok Gading berada di Resort Joben, seksi pengelolaan
Taman Nasional Gunung Rinjani
wilayah II Lombok Timur. Alasan pengambilan lokasi wisata ini adalah karena lokasi wisata ini merupakan lokasi dengan jumlah pengunjung paling banyak jika dibandingkan dengan lima lokasi wisata dari TNGR lainnya.
Tabel 4 Rekapitulasi pengunjung TNGR tahun 2010 Senaru (org) 3.020
Sembalun (org) 4.460
Sebau (org) 266
Kembang Kuning (org) 1.805
Timbenuh (org) 300
Otak Kokok Gading (org) 181.032
Sumber: Balai Taman Nasional Gunung Rinjani
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perbedaan jumlah pengunjung dari ke enam lokasi. Jumlah pengunjung di Otak Kokok Gading merupakan yang terbanyak dan jauh melebihi lokasi yang lainnya. Dari wawancara dengan responden wisata Otak Kokok sebanyak 16,67% pengunjung datang ke lokasi khusus untuk menikmati wisata air terjun ini saja. Jumlah ini tidak terlalu besar karena memang sebagian besar kedatangan pengunjung bukan hanya terpusat pada wisata pemandian air terjun saja namun sekalian dengan yang obyek wisata yang lainnya.
Gambar 2 Air Terjun di obyek wisata Otak Kokok Gading. Sumberdaya Wisata Buatan Obyek dan tujuan wisata di Otak Kokok bukan hanya air terjun saja tetapi juga di lokasi tersebut juga dibangun fasilitas wisata seperti kolam renang dan tempat-tempat berkumpul dan istirahat, selain itu terdapat pula musholla, aula pertemuan, kamar mandi serta warung-warung tenda yang menyediakan beragam jenis makanan ringan dan beberapa makanan khas Pulau lombok. Kolam renang yang ada menjadi tambahan daya tarik bagi kawasan wisata ini. Terdapat dua buah kolam renang dengan ukuran yang berbeda, satu untuk dewasa dan satu lagi khusus untuk anak-anak. Mandi di kolam renang ini menjadi kegiatan utama bagi pengunjung dewasa dan anak-anak, sementara untuk orang
tua atau lanjut usia lebih banyak beraktivitas di air terjun dengan tujuan penyembuhan penyakit sesuai dengan mitos yang ada di masyarakat. Dari wawancara dengan responden wisata sebanyak 13,33% pengunjung datang ke obyek wisata ini khusus untuk menikmati obyek wisata kolam renang.
Gambar 3 Kolam Renang di obyek wisata Otak Kokok Gading. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang menjadi bagian penting dari lokasi wisata ini yaitu tempat-tempat berkumpul dan istirahat yang biasa disebut gazebo, aula, musholla, kamar mandi, parkiran serta warung-warung makanan. Sarana dan prasarana ini diharapkan dapat menunjang kebutuhan pengunjung dalam melakukan aktivitas rekreasinya. Gazebo merupakan tempat yang digunakan pengunjung untuk istirahat, makan dan berkumpul dengan keluarga, kerabat dan teman. Terdapat 11 gazebo dan 1 buah aula yang bisa digunakan dengan lokasi yang tersebar di sekitar lokasi wisata. Ukuran gazebo yang ada bervariasi sesuai dengan lokasinya dan bisa digunakan oleh lebih dari satu keluarga. Jika dilihat dari jumlah pengunjung yang datang, jumlah gazebo yang tersedia masih kurang apalagi untuk hari-hari libur, satu buah gazebo bisa ditempati dua sampai 3 keluarga. Namun jika dilihat dari lamanya para pengunjung di lokasi wisata yaitu sekitar 1-3 jam, jumlah gazebo masih bisa memenuhi kebutuhan tempat bagi para pengunjung. Sementara untuk aula biasanya digunakan oleh pengunjung yang datang dengan rombongan besar dan mengadakan sebuah kegiatan khusus di lokasi wisata, misalnya acara reuni, perpisahan dan lain-lain.
Gambar 4 Gazebo dan aula sebagai tempat istirahat pengunjung di Otak Kokok Gading. Pada lokasi wisata ini juga terdapat dua buah musholla yang bisa digunakan untuk beribadah bagi pengunjung muslim. Ukuran untuk musholla ini tergolong kecil dan kurang bersih, dilihat dari kondisi alat-alat solat yang berserakan dan tidak teratur serta kotor. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran pengunjung untuk merapikan kembali dan meletakkan alat-alat solat pada tempatnya sehingga tetap rapi dan bersih.
Gambar 5 Dua buah Musholla di obyek wisata Otak Kokok Gading. Pada setiap lokasi wisata pasti terdapat warung-warung penjualan makanan. Dan di lokasi wisata ini terdapat banyak warung makan yang menyediakan beragam jenis makanan ringan ataupun makanan khas daerah tersebut contohnya Sate Bulayak. Penjual dari warung-warung yang ada di lokasi wisata adalah masyarakat sekitar yang memang oleh pengelola diutamakan dibandingkan dengan masyarakat di luar lokasi atau jauh dari lokasi walaupun banyak yang berminat membuka usaha disana. Untuk setiap harinya tidak semua warung berjualan, hanya ada beberapa warung saja, hal ini setelah ditanyakan memang disesuaikan dengan kapan jadwal ramainya pengunjung dan pada hari libur bisa dipastikan semua warung berjualan.
Gambar 6 Warung-warung makan dan sate bulayak khas Otak Kokok Gading. Keberadaan kamar mandi tidak akan bisa dilepaskan dari sebuah lokasi wisata, apalagi jika lokasi wisatanya marupakan lokasi pemandian seperti Otak Kokok ini. Jumlah kamar mandi di lokasi wisata ini yaitu 16 buah yang tersebar di dua lokasi yaitu 6 kamar mandi di dekat musholla dan 10 kamar mandi di dekat kolam renang. Selain kamar mandi tertutup, terdapat juga ruang bilas untuk pengunjung di areal terbuka dekat dengan lokasi air terjun. Penggunaan kamar mandi dikenakan biaya Rp 1.000 per orang setiap satu kali masuk dan setiap kamar mandi dijaga oleh satu orang petugas yang merupakan bagian dari masyarakat sekitar lokasi. Kondisi kamar mandinya sendiri cukup bersih karena memang kebanyakan hanya digunakan untuk mengganti pakaian setelah mandi baik di lokasi air terjun maupun di kolam renang. Jumlah kamar mandi untuk saat ini memang masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah pengunjung yang datang terutama ketika hari-hari libur.
Gambar 7 Kamar mandi dan tempat bilas di obyek wisata Otak Kokok Gading.
Tempat parkir penting keberadaannya bagi sebuah lokasi wisata. Pada loksai wisata Otak Kokok ini terdapat tempat parkir yang luas yang sampai sejauh ini cukup untuk menampung banyaknya jumlah kendaraan pengunjung yang datang. Untuk hari-hari biasa tempat parkir ini sangat cukup untuk menampung kendaraan pengunjung baik roda dua, roda empat atau lebih. Namun pada hari libur perlu penataan yang lebih baik dan rapi sehingga daya tampung tempat parkir bisa maksimal. Tempat parkir ini dijaga dan dikelola oleh beberapa petugas yang berasal dari masyarakat sekitar lokasi wisata, dimana mengatur tempat parkir ini menjadi salah satu mata pencahariannya.
Gambar 8 Tempat parkir di obyek wisata Otak Kokok Gading. Persepsi dan Motivasi Motivasi pengunjung untuk datang ke objek wisata Otak Kokok Gading belum bisa dikatakan bervariasi. Sebagian besar datang untuk menikmati fasilitas pemandian dan yang lain hanya menikmati keindahan alam. Menurut hasil wawancara ada mitos yang mendukung pengunjung untuk mandi di pemandian Otak Kokok Gading, dipercaya sumber air disana bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tabel 5 Karakteristik pengunjung berdasarkan penilaian terhadap daya tarik objek wisata Otak Kokok Gading Objek Wisata yang menarik a. Pemandangan alam b. Air terjun c. Kolam Berenang b dan c a dan c
Jumlah (org) 4 5 4 11 6
% 13,33 16,67 13,33 36,67 20
Objek wisata Otak Kokok Gading sangat menarik untuk dikunjungi. Hal ini terbukti dengan kedatangan pengunjung yang selalu ada di objek wisata ini dari pagi ketika baru dibuka sampai sore menjelang tutup. Dari hasil wawancara diperoleh jumlah pengunjung wisata terbanyak adalah yang memilih objek wisata ini karena air terjun dan kolam renangnya sebesar 36,67%. Bisa dilihat bahwa motivasi pengunjung datang ke objek wisata Otak Kokok Gading bukan hanya untuk satu tujuan saja karena disana terdapat beberapa objek wisata yang bisa dinikmati. Untuk frekuensi kedatangan, jika seseorang semakin tinggi frekuensinya datang ke suatu objek wisata, maka orang tersebut sangat memahami dan mengenal objek wisata tersebut. Dari wawancara yang dilakukan sebanyak 63,33% pengunjung sudah datang ke Otak Kokok Gading lebih dari tiga kali, dan hanya 3,33% saja yang baru pertama kali datang. Biasanya mereka berkunjung pada hari libur dan untuk beberapa responden berkunjung juga dilakukan pada hari-hari kerja karena lokasi objek wisata yang mudah dijangkau dan bisa dikatakan objek wisata ini merupakan tujuan utama untuk setiap rekreasi yang mereka lakukan. Persepsi responden wisata Objek Wisata Otak Kokok Gading, meliputi: persepsi tentang keindahan alam, kondisi lingkungan, aksesibilitas, fasilitas,dan kondisi keamanan. Keindahan kawasan Otak Kokok Gading merupakan salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke tempat ini. Pengunjung yang menjadi responden pada umumnya mengganggap keindahan alamnya menarik sebanyak 60%, cukup menarik sebanyak 33,33%, dan kurang menarik sebanyak 6,67%. Kondisi lingkungan kawasan wisata sangat mempengaruhi orang untuk berkunjung. Hal ini disebabkan pengunjung menginginkan sesuatu yang indah dipandang dan nyaman di tempat objek wisata. Pengunjung harus setidaknya merasakan ada sesuatu yang indah di dalamnya. Walaupun demikian, seseorang akan menilai baik dan buruk suatu lingkungan tergantung dari sudut pandang masing-masing. Berdasarkan persepsi responden, sebagian besar menyatakan kondisi lingkungan objek wisata Otak Kokok Gading baik sebanyak 90% dan sebagian kecil menyatakan cukup baik sebanyak 6,67% dan menyatakan kurang baik sebanyak 3,33%. Lokasi wawancara dengan responden akan mempengaruhi
persepsi responden terhadap kondisi lingkungan karena mereka akan cenderung melihat kesekeliling saat ditanyakan. Dan responden yang sudah sering berkunjung akan lebih mengetahui kondisi lingkungan di Otak Kokok Gading ini. Untuk mencapai suatu lokasi objek wisata, aksesibilitas menuju kawasan sangat penting sebagai pertimbangan seseorang untuk mengunjungi lokasi tersebut atau tidak. Aksesibilitas ini terkait kondisi jalan dan kemudahan transportasi untuk mencapai lokasi wisata. Sebagian responden menyatakan aksesibilitas mudah sebanyak 80% karena jalan bisa dilalui oleh kendaraan roda dua sampai enam seperti bus. Sebagian lagi 20% menyatakan cukup mudah karena memang tidak tersedia angkutan umum yang melalui akses ke lokasi hanya saja kondisi jalannya yang baik dan tidak rusak. Tabel 6 Penilaian pengunjung terhadap fasilitas di lokasi obyek wisata Otak Kokok Gading Fasilitas a. Sangat lengkap b. Lengkap c. Kurang lengkap
Jumlah (org) 6 17 7
% 20 56,67 23,33
Berdasarkan tabel di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa 76,67% responden menyatakan fasilitas objek wisata Otak Kokok Gading tergolong lengkap. Mereka merasa sudah cukup dengan fasilitas yang ada saat ini. Dan sebagian lagi sebanyak 23,33% menyatakan kurang lengkap dan beranggapan masih perlu fasilitas penunjang lainnya, supaya pengunjung bisa menikmati lebih banyak jenis wisata di tempat ini, seperti sarana hiburan dan sarana bermain anakanak. Publikasi Wisata TNGR Publikasi dalam rangka mempromosikan lokasi-lokasi wisata di TNGR oleh pengelola dilakukan dalam beberapa bentuk publikasi, baik yang sudah terlaksana maupun rencana-rencana publikasi untuk ke depannya. Kegiatan publikasi yang sudah dilakukan yaitu pembuatan buku seri, poster, mengadakan pameran konservasi sumberdaya alam, pembuatan website dan publikasi profil wisata pada majalah. Adapun rencana-rencana untuk publikasi yang belum dilaksanakan yaitu pencetakan leaflet, brosur TNGR, buletin, pembuatan film atau slide dokumenter, dan tukar-menukar informasi dengan TN lain baik di dalam atau luar negeri.
Gambar 9 Buku Informasi TNGR yang diproduksi langsung oleh Balai TNGR. 5.2 Nilai Ekonomi Kawasan Manfaat kawasan taman nasional sebagai sumber daya alam dilihat dari bentuk dan wujudnya dapat dibedakan menjadi manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung merupakan manfaat yang dapat dirasakan dan dinikmati secara langsung, contohnya rotan, bambu, buah-buahan, air dan lainlain. Sedangkan manfaat tidak langsung merupakan manfaat yang tidak langsung dinikmati tetapi dapat dirasakan keberadaannya seperti mengatur tata air, mencegah erosi, rekreasi dan lai-lain. Manfaat kawasan yang akan dilihat pada penelitian ini adalah dari aspek wisata oleh pengunjung dan masyarakat, dan aspek pemanfaatan air oleh masyarakat sekitar kawasan. Bagi pengunjung keberadaan kawasan wisata Otak Kokok Gading merupakan sumberdaya
lingkungan yang potensial dan berharga serta
memberikan manfaat yang cukup besar. Dari wawancara yang dilakukan hampir semua pengunjung datang ke lokasi wisata untuk menikmati keindahan panorama alam, melepas penat dan untuk sejenak menikmati udara segar. Pada intinya semua pengunjung datang
untuk mencari hiburan setelah melakukan semua
aktivitas sehari-hari. Sementara bagi masyarakat sekitar yang terlibat langsung dalam kegiatan wisata, keberadaan kawasan ini memberikan lapangan kerja baru sebagai sumber pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Bukan hanya keberadaan obyek wisata yang memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar kawasan, pada kawasan ini terdapat banyak sumber air yang juga digunakan oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan air bersih seharihari. Sumber air ini bukan hanya dimanfaatkan oleh masyarakat disekitar kawasan
tetapi juga masyarakat dari beberapa daerah lain dengan difasilitasi oleh PDAM. Jika masyarakat di sekitar kawasan memanfaatkan sumber air secara gratis maka masyarakat yang memperoleh air melalui jasa PDAM harus membayar sejumlah uang atas pemanfaatan air yang diperoleh. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi wisata dan air dari kawasan obyek wisata Otak Kokok Gading dengan menggunakan pendekatan kesediaan membayar pengunjung dan masyarakat atas manfaat wisata dan air yang diperoleh. Kesediaan membayar ini akan memperlihatkan besarnya manfaat keberadaan dari wisata dan air tersebut bagi pengunjung dan masyarakat. 5.2.1 Nilai Ekonomi Wisata Karakteristik Responden Wisata Objek Wisata Otak Kokok Karakteristik pengunjung objek wisata Otak Kokok bervariasi dengan variabel-variabel yaitu tingkat pendidikan, status menikah, asal daerah, pekerjaan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga. Pada umumnya, pendidikan besar pengaruhnya terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka seseorang akan semakin matang dalam memutuskan sesuatu. Tabel 7 Karakteristik pengunjung obyek wisata Otak Kokok Gading berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan SD SMP SMU PT
Jumlah (org) 4 5 11 10
% 13,33 16,67 36,67 33,33
Dari hasil penelitian ini, responden wisata yang berkunjung ke Otak Kokok sudah berpendidikan. Jumlah responden terbanyak, yaitu pada tingkat pendidikan SLTA sebanyak 36,67% responden. Mereka sudah mempunyai pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan objek wisata. Kegiatan wisata yang mereka lakukan bisa dikatakan sudah menjadi suatu kebutuhan hidup. Sehingga mereka merasa perlu untuk adanya objek wisata yang dapat dinikmati seperti objek wisata Otak Kokok ini.
Dari hasil pengisisan kuesioner, pengunjung kebanyakan memiliki status sudah menikah sebanyak 76,67%. Pengunjung ini kebanyakan datang dengan rombongan keluarganya. Sedangkan pengunjung dengan status belum menikah sebanyak 23,33% dan pengunjung ini kebanyakan datang bersama temantemannya. Selain itu, pengunjung yang datang ke Objek Wisata Otak Kokok kebanyakan berasal dari Lombok Timur yaitu 83,33% dan sisanya 16,67% berasal dari Lombok Tengah. hal ini dipengaruhi oleh lokasi dari Objek Wisata Otak Kokok yang memang di daerah Lombok Timur. Tabel 8 Karakteristik pengunjung obyek wisata Otak Kokok Gading berdasarkan tingkat pendapatan Pendapatan (Rp) < Rp 100.000 Rp 100.000 - Rp 200.000 Rp 200.000 - Rp 400.000 Rp 400.000 - Rp 800.000 Rp 800.000 - Rp 1.000.000 > Rp 1.000.000
Jumlah (org)
%
4 3 6 4 4 9
13,33 10 20 13,33 13,33 30
Pengunjung yang datang sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 60% dan paling sedikit yaitu 10% sebagai mahasiswa. Jenis pekerjaan tiap responden memang bervariasi tetapi mereka datang dengan tujuan yang sama yaitu untuk bermain dan menikmati Objek Wisata Otak Kokok Gading. Dari tabel diatas dapat dilihat untuk tingkat pendapatan, jumlah responden terbanyak yaitu pada tingkat pendapatan lebih besar dari Rp. 1.000.000 sebanyak 30%. Tingkat pendapatan ini menjadi karakteristik yang penting bagi pengunjung karena diduga mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung demi pelestarian kawasan Otak Kokok Gading. Tingkat pendapatan pengunjung sangat mempengaruhi dalam melakukan kegiatan wisata serta mau membayar untuk kegiatan tersebut. Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi alokasi pendapatan pengunjung untuk biaya rekreasi atau kegiatan wisata. Semakin banyak tanggungan keluarga akan semakin besar pengeluaran untuk wisata. Sebagian besar pengunjung objek wisata Otak Kokok Gading memiliki jumlah tanggungan yang kecil, yaitu sampai 3 orang.
Analisis Nilai Wisata Alam untuk Memperoleh Kesediaan Membayar per orang Kunjungan dan Nilai Wisata Total per tahun. Pendugaan nilai ekonomi ini merupakan besarnya tingkat kesediaan membayar responden atas kepuasan atau pengalaman wisata selama di kawasan Otak Kokok Gading yang bisa juga diartikan sebagai keinginan responden membayar sejumah uang untuk menjaga kelestarian lingkungan dan untuk menghindari penurunan kualitas lingkungan tersebut. Untuk mengetahui kesediaan membayar responden penelitian, responden pengunjung dan masyarakat diberikan kuesioner yang diisi untuk mengetahui pandangan mereka tentang keberadaan kawasan Otak Kokok Gading. 1. Pendugaan Kesediaan Membayar Rata-rata Responden pengunjung wisata yang memiliki kesediaan membayar sama dengan retribusi masuk objek wisata Otak Kokok Gading untuk pengelolaan dan pelestarian kawasan senilai Rp 4.000 (sesuai dengan harga tiket yang diberlakukan pada saat penelitian) sebanyak 16 orang. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesediaan yang lain, yaitu Rp 2.000, Rp 3.000. selain itu kesediaan membayar responden pengunjung wisata sebesar Rp 5.000 sebanyak 4 orang, dan Rp 10.000 sebanyak 2 orang. Nilai kesediaan membayar pengunjung ini dipengaruhi oleh karakteristik pengunjung sendiri, seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga. Responden yang tergolong memiliki pendapatan tinggi dan dengan jumlah tanggungan keluarga yang rendah cenderung bersedia membayar lebih dari harga tiket masuk. Faktor pendidikan juga berpengaruh terhadap pola pikir responden dalam mengalokasikan kesediaan membayar dan dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang berpengaruh terhadap besarnya kesediaan membayar. Dari perhitungan hasil wawancara diperoleh rata-rata kesediaan membayar responden pengunjung wisata sebesar Rp 4.133 per orang per kunjungan. Besarnya nilai kesediaan membayar ini diperoleh dengan menggunakan perhitungan rumus di atas, yaitu dengan menjumlahkan nilai kesediaan membayar semua responden wisata dibagi dengan jumlah responden wisata itu sendiri. 2. Nilai Wisata Nilai wisata untuk Otak Kokok Gading pada tahun 2010 sebesar Rp 748.205.256 dengan jumlah pengunjung 181.032 orang. Jika dibandingkan
dengan besarnya pendapatan dari penerimaan tiket masuk Objek Wisata Otak Kokok Gading pada tahun 2010 sebesar Rp 725.400.000. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai kesediaan membayar pengunjung pada tahun yang sama. Dengan nilai kesediaan membayar pengunjung yang lebih besar ini, maka dapat dikatakan bahwa pengunjung memiliki tingkat kepuasan wisata yang besar dan memahami pentingnya menjaga kelestarian kawasan Otak Kokok. Dari data sekunder jumlah pengunjung pada tahun sebelumnya yaitu 2007 sampai dengan 2009, dapat dilihat trend yang terjadi pada nilai wisata Objek Wisata Otak Kokok Gading dengan asumsi besarnya kesediaan membayar sama untuk setiap tahunnya. Tabel 9 Nilai wisata otak kokok gading berdasarkan jumlah pengunjung 2007 2008 2009 2010 4.133 4.133 4.133 4.133 149.639 167.627 175.891 181.032 618.457.987 692.802.391 726.957.503 748.205.256
WTP Rata-rata (Rp) Jumlah pengunjung (Org) Nilai wisata (Rp)
Nilai Wisata
80000000 60000000 40000000 Nilai Y 20000000
Linear (Nilai Y)
0 2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Gambar 10 Tren nilai wisata Otak Kokok Gading tahun 2007-2010. Berdasarkan tabel dan gambar diatas dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan nilai wisata setiap tahunnya, dimana nilai kesediaan membayar sama dengan jumlah pengunjung yang datang meningkat setiap tahunnya. Model regresi linear dari nilai wisata berdasarkan hasil perhitungan yaitu 42339691,9 X – 84342665397. Sedangkan untuk persen peningkatan nilai wisata setiap tahunnya megalami penurunan yaitu untuk tahun 2008 sebesar 10,73%, tahun 2009 sebesar 4,70% dan tahun 2010 sebesar 2,84%.
5.2.2 Nilai Ekonomi Air Air merupakan produk nyata yang dihasilkan kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani yang digunakan seluruhnya untuk hajat hidup orang banyak, kebutuhan akan air semakin lama semakin meningkat dengan semakin banyaknya jumlah penduduk. Kondisi sumber air di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani tersebar di berbagai lokasi, hal ini menyesuaikan dengan luas Taman Nasional Gunung Rinjani yang masuk ke dalam tiga daerah yaitu Lombok Barat, Lombok Utara dan Lombok Timur. Pada penelitian ini dispesifikkan untuk sumber air yang ada di Lombok Timur, khususnya lagi untuk sumber air yang sama dengan lokasi wisata tempat penelitian yaitu obyek wisata Otak Kokok ini. Di lokasi ini terdapat lebih dari satu lokasi sumber air yang bisa dimanfaatkan. Untuk saat ini pemanfaatan sumber air yang ada dilakukan oleh masyarakat sekitar dan oleh PDAM disekitar daerah tersebut. Bisa dikatakan pemanfaatan sumber air ini dilakukan secara langsung oleh masyarakat sekitar dan melalui perantara atau jasa PDAM untuk masyarakat yang cukup jauh dari lokasi sumber air. Masyarakat yang memanfaatkan air bersih dari kawasan secara langsung merupakan masyarakat yang tinggal tidak jauh dari kawasan wisata. Khususnya untuk desa asal responden masyarakat pengguna air, semua masyarakatnya menggunakan sumber air dari kawasan. Sistem yang digunakan untuk mengalirkan air ke rumah masing-masing yaitu dengan memasang pipa dari lokasi sumber air ke tempat penampungan yang sengaja dibuat bersama oleh masyarakat. Karakteristik responden masyarakat pengguna air Otak Kokok cukup bervariasi. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak dengan porsi umur terbesar yaitu 26-40. Pada umur seperti ini, masyarakat disana kebanyakan sudah bekerja karena hampir semuanya sudah berumah tangga. Tidak ada perbedaan yang mendasar antara keharusan laki-laki atau perempuan yang bekerja, di Desa Perian pasangan suami istri bekerja secara bersama-sama. Jumlah responden masyarakat pengguna air yang sudah menikah sebanyak 23 dari 30 orang responden. Tingkat pendidikan dari responden masyarakat pengguna air yang paling banyak, yaitu tingkat SLTP dengan pendapatan masyarakat pengguna air paling banyak berkisar antara Rp 200.000 - Rp 400.000 per bulannya. Hampir
semua responden memiliki tanggungan termasuk juga responden yang belum menikah, biasanya menanggung biaya sekolah adik atau anggota keluarganya yang lain. Pemanfaatana air di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan saja tetapi juga oleh masyarakat yang jauh dari kawasan. Pemanfaatan oleh masyarakat yang jauh dari kawasan ini menggunakan jasa dari PDAM yang sumber airnya berasal dari kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Masyarakat yang memanfaatkan air melalui jasa PDAM harus membayar sejumlah uang setiap bulannya sesuai tarif PDAM dan sesuai dengan jumlah pemakaian. Tabel 10 Pemanfaatan air oleh PDAM berdasarkan Seksi Pengelolaan Wilayah (SKW) No
Pengguna
SKW I Lombok Barat 1 PDAM Bayan SKW II Lombok Timur 2 PDAM 3 PDAM
Peruntukkan
Lokasi
PDAM
Sungai Lekok Puluk
PDAM PDAM
Jeruk manis Otok Kokok Gading
Analisis Nilai Manfaat Air bagi Masyarakat Desa Perian Kecamatan Montong Gading dengan Menduga Kesediaan Membayar Rata-rata per meter kubik dan Nilai Manfaat Total Air untuk Masyarakat. Pendugaan nilai ekonomi ini merupakan besarnya tingkat kesediaan membayar masyarakat di sekitar kawasan Otak Kokok Gading yang bisa juga diartikan sebagai keinginan masyarakat membayar sejumah uang untuk menjaga kelestarian sumber air dan untuk menghindari penurunan kualitas sumber air tersebut. Untuk mengetahui kesediaan membayar masyarakat, responden dari masyarakat diberikan kuesioner yang diisi untuk mengetahui pandangan mereka tentang keberadaan sumber air pada kawasan tersebut. 1. Pendugaan Kesediaan Membayar Rata-rata untuk Penggunaan Air Semua responden masyarakat bersedia membayar sejumlah uang atas pemanfaatan air bersih dari kawasan. Kesediaan membayar bervariasi antar satu masyarakat dengan masyarakat yang lain, paling rendah yaitu Rp 5.000 per bulan dan tertinggi Rp 20.000 per bulan.
Tabel 11 Distribusi masyarakat berdasarkan kesediaan membayar terhadap pemanfaatan air dari kawasan TNGR Kesediaan Membayar (Rp)
Jumlah (org)
5.000 6.000 7.000 7.500 9.000 10.000 12.500 13.000 14.000 15.000 20.000 Total
6 1 1 6 1 6 1 1 1 2 4 30
Rata-rata Penggunaan Air (m3/bln) 13,62 15,96 14,82 15,30 14,82 15,58 16,53 18,81 18,24 18,81 19,95 182,435
Persentase (%) 20 3,33 3,33 20 3,33 20 3,33 3,33 3,33 6,67 13,33 100
Nilai kesediaan membayar masyarakat ini dipengaruhi oleh karakteristik masyarakat itu sendiri seperti tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga. Responden yang tergolong memiliki pendapatan tinggi dan dengan jumlah tanggungan keluarga yang rendah cenderung bersedia membayar lebih. Faktor pendidikan juga berpengaruh terhadap pola pikir responden dalam mengalokasikan kesediaan membayar dan dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang berpengaruh terhadap besarnya kesediaan membayar. Masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini secara keseluruhan menyadari pentingnya keberadaan sumber air bagi pemenuhan kebutuhan seharihari. Keberadaan sumber air di kawasan Otak Kokok Gading ini harus dipertahankan dan dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan pencemaran lingkungan dengan keberadaan sumber air tersebut. Tidak hanya pemerintah dan pengelola saja, tetapi masyarakat juga harus memiliki kontribusi yang tinggi dalam upaya penjagaan dan pelestarian sumber air di kawasan ini. Didapatkan nilai total kesediaan membayar responden masyarakat untuk pemanfaatan air per tahunnya sebesar Rp 127.136.200 dengan rata-rata kesediaan membayar sebesar Rp 10.216 per kepala keluarga per bulan. 2. Nilai Air Nilai air untuk Otak Kokok Gading pada tahun 2010 sebesar Rp 14.494.461 per bulan dan sebesar Rp 173.933.532 per tahun dengan jumlah 1.419 rumah
tangga. Pendugaan nilai air ini dengan mengasumsikan bahwa semua penduduk Desa Perian memanfaatkan air dari kawasan TNGR baik secara langsung maupun tidak langsung. Langsung artinya disini yaitu dengan pemasangan pipa-pipa kecil ke sumber mata air kawasan sedangkan yang tidak langsung yaitu pemanfaatan air melalui sumur atau sungai.
Gambar 11 Tempat penampungan air bagi masyarakat yang memanfaatkan air dari kawasan TNGR. 5.2.3 Nilai Ekonomi Air Produksi PDAM Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa sumber air pada kawasan ini dimanfaatkan juga oleh masyarakat di luar kawasan melalui jasa PDAM. Terdapat 3 PDAM yang memanfaatkan sumber air dari kawasan ini yaitu PDAM Sikur (Kembang Kuning), PDAM Terara (Otak Kokok Gading) dan PDAM Bayan. Tabel 12 Data jumlah pelanggan PDAM tahun 2010 Lokasi PDAM Sikur (Kembang Kuning) Terara (Otak Kokok) Bayan Total
Jumlah produksi air (m3/bln) 17.980 15.126 29.635 62.741
Jumlah Pelanggan (Desa) Kepala keluarga Desa 1021 64 827 14 1700 5 3.548 83
Jumlah pembayaran untuk pemanfaatan air dengan jasa PDAM jauh lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah kesediaan membayar masyarakat sekitar kawasan. Semakin besar jumlah kesediaan mambayar maka semakin tinggi tingkat kebutuhan masyarakat akan keberadaan air tersebut. Khususnya untuk masyarakat yang memanfaatkan air dengan jasa PDAM, masyarakat ini tinggal di daerah yang jauh dari kawasan Otak Kokok namun dengan kesediaan membayar
yang lebih besar mereka bisa memanfaatkan air hampir sama dengan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Otak Kokok. Tabel 13 Nilai air PDAM tahun 2010 PDAM PDAM Sikur PDAM Terara PDAM Bayan Total
Harga air Rata-rata (Rp/m3) 2.551 2.368 1.856
Jumlah produksi (m3/bulan) 17.980 15.126 29.635 62.741
Nilai air PDAM (Rp/bln) 45.866.980 35.818.368 55.000.371 136.685.719
Nilai air total dari PDAM sebesar Rp 136.685.719 per bulan dan Rp 1.640.228.630 per tahun. Nilai air total PDAM ini didapatkan dengan menjumlahkan nilai air dari tiga PDAM yang sumber airnya berasal dari TNGR. Besarnya nilai air total ini merupakan nilai yang diterima oleh PDAM dengan keberadaan dan ketersediaan sumber daya air dari kawasan TNGR. Ketiga PDAM tersebut tidak membayar atau mengeluarkan biaya dalam pemanfaatan air dari kawasan TNGR, jika melihat besarnya nilai manfaat yang diperoleh PDAM maka seharusnya PDAM memberikan kontribusi dalam pengelolaan kawasan TNGR. Kontribusi yang dimaksud di sini yaitu ikut serta dalam kegiatan pengelolaan kawasan untuk menjaga dan memelihara kelestarian sumber daya alam TNGR sehingga semua pihak tetap mendapatkan manfaat dari keberadaan kawasan tersebut. 5.3 Pengelolaan TNGR Keuntungan
pengelolaan
kawasan
TNGR
dapat
diduga
dengan
membandingkan biaya total yang digunakan untuk pengelolaan dengan manfaat total yang diperoleh dari kegiatan pengelolaan tersebut. Biaya operasional TNGR diperoleh langsung dari pemerintah yang telah dianggarkan sesuai dengan besarnya pengajuan dari pengelola TNGR setiap tahunnya. Sedangkan pemasukan TNGR sendiri diperoleh dari tiket masuk wisata yang serahkan kepada pemerintah dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Tabel 14 Rekapitulasi penerimaan negara bukan pajak TNGR enam lokasi wisata Lokasi Senaru Sembalun Sebau Kembang Kuning Timbenuh Otak Kokok Gading Total
2008 (Rp) 53.944.250 73.530.000 425.000 15.597.250 600.000 670.508.000 814.604.500
Tahun 2009 (Rp) 140.626.250 32.642.500 475.000 18.657.500 0 703.564.000 895.965.250
2010 (Rp) 56.147.500 68.988.750 665.000 11.150.000 2.500.000 724.128.000 863.579.250
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat besarnya PNBP dari enam lokasi wisata TNGR, PNBP ini adalah nilai manfaat tangible berupa uang yang diterima dari kegiatan pengelolaan kawasan TNGR tersebut. Pada penelitian ini pendugaan nilai ekonomi wisata dan air digunakan untuk melihat besarnya manfaat intangible yang dikonversi dalam nilai uang. Dalam menilai keuntungan pengelolaan TNGR ini total biaya yang digunakan adalah rata-rata biaya pengelolaan per tahun dari tahun 2006 sampai dengan 2009, dan nilai manfaat total yaitu nilai manfaat yang diperoleh dari pengelolaan kegiatan wisata dan air TNGR pada tahun 2010 dari hasil penelitian yang dilakukan. Tabel 15 Analisis kelayakan pengelolaan wisata TNGR Rata-rata total Biaya Pengelolaan wisata TNGR
Rp 4.626.064.991 /thn
Nilai Manfaat (Wisata dan air)
Rp 2.562.367.418 /thn
Keterangan : Tabel perhitungan ada pada lampiran
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai manfaat wisata dan air yang diperoleh lebih kecil daripada biaya total yang digunakan dalam pengelolaan TNGR dalam satu tahun. Nilai manfaat tersebut hanya diperoleh dari nilai wisata dan air pada satu lokasi saja, padahal TNGR memiliki 6 lokasi wisata dan nilai manfaat ini tidak hanya bisa diperolah dari wisata dan air saja. Pada perbandingan nilai di atas, kelayakan pengelolaan TNGR belum bisa dikatakan layak atau tidak layak karena penilaian kelayakan harus dilakukan dari semua aspek pengelolaan yang ada di TNGR bukan hanya dari aspek wisata dan air saja. Namun jika melihat nilai wisata dari hasil penelitian ini dan dibandingkan dengan besarnya biaya yang dikeluarkan pengelola TNGR untuk pengelolaan aspek wisata setiap
tahunnya, maka pengelolaan wisata ini dapat dikatakan menguntungkan karena nilai manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya pengelolaan setiap tahunnya.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 1.
Objek wisata yang paling berpengaruh terhadap wisata Otak Kokok Gading dan menjadi daya tarik bagi pengunjung wisata yaitu, yang pertama keberadaan air terjun, kedua adanya kolam berenang, dan yang ketiga pemandangan alam yang didukung dengan sarana prasarana yang memadai yaitu aula, gazebo, musholla, kamar mandi, parkiran dan warung-warung makanan serta jarak dan aksesibilitas yang mudah.
2.
Nilai ekonomi wisata Otak Kokok Gading tahun 2010 sebesar Rp 748.205.256 dengan WTP rata-rata sebesar Rp 4133. Nilai ekonomi air masyarakat Desa Perian sebesar Rp 173.933.532 per tahun dengan WTP ratarata sebesar Rp 10.216, sedangkan nilai air dari pemanfaatan PDAM sebesar Rp 1.640.288.630 per tahun. Trend yang terjadi pada nilai wisata TNGR untuk setiap tahun mengalami peningkatan yang didukung dengan meningkatnya jumlah pengunjung wisata setiap tahunnya.
6.2 Saran Perlu adanya penyuluhan dan sosialisasi dari pihak pengelola atau pemerintah kepada masyarakat terkait manfaat menjaga keberadaan dan kelestarian kawasan TNGR terhadap kehidupan masyarakat baik sekarang dan masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA Akhmadi W. 2010. Penilaian Manfaat Ekonomi dan Pengelolaan Lingkungan Taman Wisata Pemandian Air Panas Guci Kabupaten Tegal [tesis]. Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro. http://eprints. undip.ac.id /24762/1/tesisWenda.pdf Bahruni. 2004. Penilaian Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. [Bappenas]. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. 2004. Undangundang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Jakarta: Bappenas. Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Pusat Studi Pariwisata UGM & Andi Yogyakarta. Darusman D. 1987. Ekonomi Kehutanan. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Davis LS, Johnson KN. 1987. Forest Management. New York: Mc. Graw. Hill Book Company. [Depbudpar] Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 1990. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. Jakarta: Depbudpar. [Dephut] Departemen Kehutanan. 1990. Undang-undang Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta: Dephut. [Dephut] Departemen Kehutanan. 1998. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Jakarta: Dephut. [Dephut] Departeman Kehutanan. 1999. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tenyang Kehutanan. Jakarta: Dephut. Dixon JA, & Hufschmidt MM. 1991. Teknik Penilaian Ekonomi Terhadap Lingkungan : Suatu Buku Kerja Studi kasus. Terjemahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Gray C, Simanjunak P, Sabur LK, Maspaitella PFL, Varley RCG. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hufschmidt MM, James DE, Meister AD, Bower BT, Dixon JA. 1987. Lingkungan, Sistem Alami, dan Pembangunan. Pedoman Penilaian Ekonomis. Terjemahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Iman YR. 2003. Analisis Finansial Pengelolaan Wana Wisata Pantai Blanakan KPH Purwakarta Perum Perhutani Unit III Jawa Barat [Skripsi]. Bogor. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Latifah S. 2004. Faktor-faktor Pendukung Pengembangan Wisata Alam Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream /123456 789/ 842/1/hutan-siti5.pdf [23 Agustus 2010] Muhdi. 2008. Ecocentrism dalam Pengelolaan Taman Nasional [Karya Ilmiah]. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara. http://repository.usu.ac. id/bitstream/123456789/928/1/08E00711.pdf [1 Februari 2010] Ridha RMJ. 2008. Nilai Ekonomi Wisata Kawasan Situ Lengkong Panjalu Kabupaten Ciamis Dengan Metode Kontingensi [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Safri M, Siregar H, Anwar A, Nasendi BS. 1996. Analisis Wisata Eko dan Wisata Budaya dengan Metode Kontingensi dan Biaya Perjalanan. Duta Rimba (197-198/xx):2-15. Siswantoro H. 2006. Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Serta Alternatif Perencanaan Paket Wisata Di Kabupaten Merangin Propinsi Jambi [Skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES Sumaryati. 2005. Studi Potensi Wisata Alam di Kawasan Gili Sulat, Kabupaten Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset.
Lampiran 1 Data Penggunaan Sumber Air Taman Nasional Gunung Rinjani No Pengguna SKW I Lombok Barat 1 Ds. Lekong Bakong dan Lenggorong 2 PDAM Bayan 3 Desa Senaru 3 Lumpung,Batu Gembung,Embar-embar 4 Desa Akar-akar,Desa Salut Desa Selengen SKW II Lombok Timur 5 Gawah Duren 6 Aikmel Utara 7 Sempur 8 Serek Bokos 9 Jurang Koak 10 Montong Kemong 11 Dasan Erot 12 Srijata 13 Pariwisata & Perhubungan 14 Keselet 15 Galih 16 Yayasan Tohir 17 Orong Grisak 18 Lingkung 19 PDAM 20 PDAM 21 WSLIC 22 Brang Panas 23 Tete Batu 24 Selaikaik 25 Timbenuh dan Pengadangan 26 Sembalun Bumbung 27 Telaga
Peruntukkan
Lokasi
Air Bersih PDAM Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih
Kali Sapih Sungai Lekok Puluk Kali Kresek Kali Sengoar Maros Malang
Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih Air Bersih
Sungai Aik Kelep Kekere Tanggek Timba Warung Olor Sangga Sebau Urat Borne Tereng wilis,tete tanak Otok Kokok Gading Sungai mengaya Mata air kekacang Ungai Pelengkung S. Orok Borok S. Gerimpang Jeruk manis Otok Kokok Gading Sengai Jeruk Manis Sungai Duren Sungai Duren Kokok Blimbing Kokok Blimbing Bawak Pusuk Dasan Telag
Lampiran 2 Data Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Otak Kokok Gading 1.
2.
3.
4.
5.
6
7
8
Parameter Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Umur 21-30 31 - 40 41 - 50 > 50 Tingkat pendidikan SD SMP SMU PT Pekerjaan PNS Petani Wiraswasta Mahasiswa Pendapatan < Rp. 100.000 Rp. 100.000 - Rp. 200.000 Rp. 200.000 - Rp. 400.000 Rp. 400.000 - Rp.800.000 Rp. 800.000 - Rp. 1.000.000 > Rp. 1.000.000 Jumlah tanggungan 1 orang 2 orang 3 orang Status Menikah Belum menikah Daerah asal lombok timur lombok tengah
Jumlah
Persentase (%)
14 16
46,67 53,33
14 12 3 1
46,67 40 10 3,33
4 5 11 10
13,33 16,67 36,67 33,33
4 5 18 3
13,33 16,67 60,00 10
4 3 6 4 4 9
13,33 10 20 13,33 13,33 30
5 8 17
16,67 26,67 56,67
23 7
76,67 23,33
25 5
83,33 16,67
Lampiran 3 Data Penilaian pengunjung terhadap Kawasan Wisata Otak Kokok 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Parameter Kondisi Jalan a. Baik b. Cukup baik c. Kurang baik d.Tidak baik Aksesibilitas a. Sangat mudah b. Mudah c. Cukup mudah d. Tidak mudah Objek Wisata a. Menarik b. Cukup menarik c. Kurang menarik d. Tidak menarik Fasilitas a. Sangat lengkap b. Lengkap c. Kurang lengkap d. Tidak lengkap Sarana yang digunakan Tempat istirahat Toilet/ WC umum Musholla Lapangan parkir Papan petunjuk Lengkap Cukup lengkap Kurang lengkap Tidak lengkap
Jumlah
Persentase (%)
23 7 0 0
76,67 23,33
16 8 6 0
53,33 26,67 20
18 10 2 0
60 33,33 6,67
6 17 7 0
20 56,67 23,33
30 24 22 29
100 80 73,33 96,67
8 13 9 0
26,67 43,33 30,00
Lampiran 4 Penilaian Pengunjung Wisata terhadap Pengelolaan Obyek Wisata Otak Kokok Gading Parameter 1. Keamanan Aman Cukup aman Kurang aman Tidak aman 2. Tingkat pengamanan Baik Cukup baik Kurang baik Tidak baik 3. Pelayanan dan Informasi Baik Cukup baik Kurang baik Tidak baik 4. Keramahan petugas Ramah Cukup ramah Kurang ramah tidak ramah 5. Harga Karcis Mahal Sedang Murah Sangat murah 6. Peraturan berkunjung Tahu Tidak tahu
Jumlah
Persentase (%)
27 2 1 0
90,00 6,67 3,33
26 3 1 0
86,67 10,00 3,33
20 8 2 0
66,67 26,67 6,67
20 8 2 0
66,67 26,67 6,67
5 23 2 0
16,67 76,67 6,67
13 17
43,33 56,67
Lampiran 5 Motivasi Pengunjung Obyek Wisata Otak Kokok Gading Parameter 1. Sumber informasi Teman Keluarga Media 2. Cara berkunjung Sendiri Teman Keluarga 3. Transportasi Jalan kaki Kendaraan pribadi Kendaraan Umum 4. Objek Wisata yang menarik a. Pemandangan alam b. Air terjun c. Kolam Berenang b dan c a dan c 5. Jumlah kunjungan 1 kali 2 kali 3 kali > 3 kali 6 Jarak lokasi wisata < 10 km 10 - 20 km 21 - 30 km 31 - 40 km 41 - 50 km > 50 km 7 Biaya wisata < Rp. 20.000 Rp. 20.000 - Rp. 50.000 Rp. 50.000 - Rp. 100.000 Rp. 100.000 - Rp. 200.000 > Rp. 200.000
Jumlah
Persentase (%)
17 10 3
56,67 33,33 10
0 12 18
40 60
1 29 0
3,33 96,67
4 5 4 11 6
13,33 16,67 13,33 36,67 20
1 4 6 19
3,33 13,33 20 63,33
0 2 12 8 5 3
0,00 6,67 40,00 26,67 16,67 10,00
7 10 8 4 1
90,00 33,33 26,67 13,33 3,33
Lampiran 6 Data Kesediaan Membayar (WTP) Pengunjung Wisata Otak Kokok Gading Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Kesediaan Membayar (Rp/kunjungan) 2000 2000 2000 2000 3000 3000 3000 3000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 5000 5000 5000 5000 10000 10000
Lampiran 7 Data Penggunaan Air dan Kesediaan Membayar (WTP) Masyarakat Pengguna Air Desa Montong Gading Responden
WTP (Rp/bln)
ltr/hr
m3/hr
m3/bln
WTP (Rp/m3)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Rata-rata
5000 5000 5000 5000 5000 6000 5000 7500 7000 7500 7500 7500 7500 7500 9000 10000 10000 10000 10000 10000 10000 13000 12500 14000 15000 15000 20000 20000 20000 20000 10.216
494 475 475 450 450 532 380 532 494 513 513 513 494 494 494 532 532 513 513 513 513 627 551 608 627 627 665 665 665 665 537,30
0,494 0,475 0,475 0,45 0,45 0,532 0,38 0,532 0,494 0,513 0,513 0,513 0,494 0,494 0,494 0,532 0,532 0,513 0,513 0,513 0,513 0,627 0,551 0,608 0,627 0,627 0,665 0,665 0,665 0,665 0,54
14,82 14,25 14,25 13,5 13,5 15,96 11,4 15,96 14,82 15,39 15,39 15,39 14,82 14,82 14,82 15,96 15,96 15,39 15,39 15,39 15,39 18,81 16,53 18,24 18,81 18,81 19,95 19,95 19,95 19,95 16,12
337,38 350,88 350,88 370,37 370,37 375,94 438,60 469,92 472,33 487,33 487,33 487,33 506,07 506,07 607,29 626,57 626,57 649,77 649,77 649,77 649,77 691,12 756,20 767,54 797,45 797,45 1002,51 1002,51 1002,51 1002,51 609,67
Lampiran
8
Data
An
ggaran Pengeluaran Pengelolaan Taman Nasional Gunung Rinjani No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Pengeluaran Pengelolaan Gaji, Lembur, Honorarium Penyeleng. Operasional Perkantoran Pengamanan Kawasan Hutan Pengendalian Kebakaran Hutan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya Pengembangan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam Perencanaan dan Pengendalian Pengelolaan Kawasan Konservasi Pengelolaan Taman Nasional Model Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pengelolaan SDAH&E Jumlah
2006 2007 2008 2009 2.199.353.166 2.349.480.574 2.882.767.973 3.294.978.729 418.739.000 150.578.407 334.637.165 404.169.876 247.960.000 221.530.000 447.718.500 311.267.500 225.369.000 88.114.000 131.419.600 67.435.000 0 43.146.000 15.645.000 17.250.000 46.977.125 383.512.300 257.670.000 49.650.000 716.960.000 224.804.500 131.350.000 68.852.250 257.261.000 233.538.500 524.978.000 1.044.850.000 0 214.462.800 2.564.000 495.270.000 4.112.619.291 3.909.167.081 4.728.750.238 5.753.723.355