Bayi Baru Lahir ...(Felly, et al)
KESEHATAN ANAK DAN BAYI BARU LAHIR DI KOTA BEKASI
Newborn and Child Health in Bekasi Municipality Felly P. Senewe*, Sarimawar Djaja*, Yuana Wiryawan*, Julianty Pradono* Abstract. Newborn and child health is a main principle issue to be examined due to its close relationship to newborn and child mortality and morbidity, as well as maternal health during pregnancy, labor or puerperal period. The National Household Health Survey 1995 revealed a low prenatal mortality rate in Indonesia (48 per 1000 births). This particular indicator allows in assessing the health status of children and newborn, as well as to assess reproductive health services in relation to the development policies or in health service practices. The assessment of reproductive health is important to be conducted, taking into account the coverage of weighted newborn, prevalence of LBW and abortion, as well as the coverage of breastfeeding practices and supplementary food consumption. This study also aims to provide baseline data and considerable inputs for policy makers. Survey was conducted in Bekasi municipality (September 2002), with a cross-sectional study design. Samples are 210 mothers who have been pregnant and delivered within a year before time of interview. The results show that 95% infants were weighed after delivery, 95% mothers had breastfed and 71% of those still breastfeed until time of interview. In terms of supplementary food consumption, 44% children consume a combination of rice, vegetables, and fish/meat, while 33% received bottled milk. The prevalence of abortion is 12%. It is found that health services for children and newborn should be improved, by promoting the importance of breastfeeding and supplementary food consumption. Inter sector collaboration across programs should be endorsed, to increase health status of mother and child. Keywords: newborn and child health, breastfeeding, low birth weight
PENDAHULUAN Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial ekonomi secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Secara nasional kesehatan reproduksi telah disepakati ada empat komponen prioritas program yaitu: 1) kesehatan ibu dan bayi baru lahir, 2) keluarga berencana, 3) kesehatan reproduksi remaja, 4) pencegahan dan penanganan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Dari keempat program dan ditambah dengan pelayanan kesehatan usia lanjut maka disebut pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif (Depkes, 2001). Kesehatan anak dan bayi baru lahir merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui oleh karena terkait dengan kesakitan dan kematian anak atau bayi baru lahir dan kesehatan ibu, apakah selama hamil atau melahirkan dan nifas (Depkes. 1998). Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 (SKRT-1995), angka kematian bayi perintal di Indonesia masih tergolong tinggi, yaitu 48 per 1000 kelahiran (Badan Litbangkes, 1995). Dengan indikator ini di-
mungkinkan untuk melakukan penilaian status kesehatan anak dan bayi baru lahir yang telah dicapai, apakah sudah efektif, efisien dan memberikan dampak dalam upaya pelayanan kesehatan reproduksi, baik pada tingkat kebijakan manajerial ataupun teknis operasional (Pusat Data Kesehatan, 1998). Untuk suatu perencanaan yang baik tentunya harus didasarkan pada fakta-fakta yang sebenarnya dijumpai di lapangan (evidence based). Hal ini berlaku tidak hanya dalam perumusan masalah kesehatan ibu dan anak tetapi juga dalam pemilihan alternatif intervensi/program yang lebih efektif (Ariawan, 1996). SKRT-1995 melaporkan anak lahir hidup sudah cukup tinggi sebesar 98% dengan prevalensi berat badan lahir rendah (BBLR) masih cukup tinggi (8%). Pemberian air susu ibu (ASI) sudah baik (97%) hampir sama dengan temuan SDKI1997 (BKKBN, 1997) dan temuan survei kesehatan ibu dan anak(SKIA) (Badan Litbangkes, 2001). Cakupan ini sebenarnya sudah cukup baik, tetapi informasi ini perlu ditelusuri lagi karena agar di dalam perencanaan lebih menggambarkan kondisi daerah yang informasinya bersumber dari masyarakat (Pusat Data Kesehatan, 1998). Untuk
* Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 5 No 1, April 2006 : 361 - 367
mengetahui gambaran kondisi daerah diperlukan suatu survei untuk mendapatkan data kesehatan reproduksi khususnya kesehatan anak dan bayi baru lahir yang bersumber dari masyarakat. Dengan demikian kami ingin mengetahui/menilai status kesehatan reproduksi (anak dan bayi baru lahir) di kota Bekasi, meliputi cakupan timbangan BB saat lahir, prevalensi BBLR dan angka abortus, pemberian ASI dan makanan pendamping serta riwayat kelahiran. Dengan demikian hal ini dapat memberikan masukan untuk pengambil kebijakan dan sebagai baseline data. BAHAN DAN CARA a. Desain penelitian Penelitian ini adalah cross sectional dengan metode survei cepat (rapid survey method). Menggunakan kuesioner kemudian peneliti melakukan kajian mengenai beberapa faktor/variabel yang berhubungan dengan kesehatan anak dan bayi baru lahir. Menurut konsep JMc.Carthy dan D.Maine11, beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan anak dan bayi baru lahir. Kesehatan anak/bayi baru lahir mempunyai hubungan dengan kondisi bayi saat lahir misalnya ditimbang BB saat lahir, BB saat lahir dan BBLR, mendapat ASI dan makanan pendamping, kejadian keguguran dan riwayat kelahiran sebelumnya. Variabel yang diteliti yaitu status kesehatan anak dan bayi baru lahir, BB saat lahir dan BBLR, ASI dan makanan pendamping serta abortus. b. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di desa/kelurahan terpilih di kota Bekasi Jawa Barat. Dengan waktu pengumpulan data pada bulan September tahun 2002.
d. Cara pemilihan sampel Langkah pertama dilakukan pertemuan awal untuk identifikasi masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi ibu, kemudian dilakukan pengumpulan data dengan metode survei cepat. Metode survei menggunakan Csurvey untuk pemilihan kluster secara Probability proportionate to size/PPS yaitu dengan menerapkan sampel kluster dua tahap dengan pemilihan kluster pada tahap pertama dengan menggunakan cara probabilitas yang proporsional dengan besar kluster. Cara ini dilakukan agar tiap subjek survei yang ada tetap memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Pada tahap pertama ini diambil sebanyak 30 kluster. Pemilihan sampel pada tahap ke dua yaitu pemilihan sampel rumah tangga dilakukan secara acak sederhana atau dengan menerapkan sistem rumah terdekat. Setelah kluster terpilih, dipilih 7 responden untuk setiap kluster yang terpilih. Secara ideal pemilihan sampel di tingkat kluster harus dilakukan dengan metode acak sederhana dan kita harus memiliki daftar semua calon responden dalam kluster tersebut. Jika daftar tidak tersedia kita menggunakan cara pemetaan rumah. Caranya pada satu jalan tertentu dan memilih 1 rumah secara acak sebagai rumah pertama yang didatangi dan pada rumah berikutnya adalah rumah yang terdekat (Pusat Data Kesehatan, 1996; Ariawan, 1996). e. Besar sampel: Sampel yang diwawancarai anak dan bayi yang dilahirkan oleh ibu pernah hamil dan melahirkan 12 bulan lalu sebesar 210 orang (Pusat Kesehatan, 1996; Ariawan, 1996).
pada yang yang Data
c. Populasi penelitian dan sampel
f. Kriteria inklusi
Populasi penelitian: semua ibu usia subur yang pernah hamil dan melahirkan/lahir hidup, lahir mati atau keguguran. Sampel adalah ibu yang pernah hamil dan melahirkan/lahir hidup,lahir mati atau keguguran dalam kurun waktu 12 bulan yang lalu.
Kriteria inklusi yaitu ibu yang pernah hamil atau melahirkan apakah lahir hidup, lahir mati atau keguguran dalam kurun waktu 12 bulan yang lalu, sehat dan bersedia ikut serta dalam penelitian.
Bayi Baru Lahir ...(Felly, et al)
g. Teknik dan instrumen pengumpulan data
HASIL PENELITIAN
- Teknik pengumpulan data dengan wawancara/tatap muka. Sumber data: data primer dari masyarakat/ibu. - Instrumen pengumpulan data: kuesioner dengan pertanyaan terstruktur - Uji coba dilakukan sebelum pengumpulan data adalah untuk melakukan pre-test instrument.
a. Bayi Baru Lahir a.1. Timbang bayi saat lahir Ibu yang pernah melahirkan bayi lahir hidup atau mati pada 12 bulan yang lalu sebelum survei. Pada saat survei ditanyakan riwayat kelahiran bayi. Pada Tabel 1 ditunjukkan bayi yang dilahirkan oleh ibu sudah termasuk bayi tunggal dan kembar. Bayi yang saat lahir ditimbang sebanyak 94%.
h. Analisis data Analisis data menggunakan SPSS versi 10. Dianalisis secara deskriptif dan bivariat sederhana
Tabel 1. Persentase bayi ditimbang saat lahir, Bekasi 2002 Bayi ditimbang saat lahir
N
%
Ya
201
94,4
Tidak
12
5,6
Jumlah
213
100,0
2% sedangkan dari ingatan ibu sebesar 5%. Jelasnya pada Gambar 1. Rata-rata (mean) BB bayi dari KMS sebesar 3177,01 g dengan SD 435,49, sedangkan mean dari BB bayi dari ingatan ibu sebesar 3152,82 g dengan SD 503,91 (Gambar 1).
a.2. Berat badan bayi saat lahir Berat badan bayi saat dilahirkan (apakah bayi tunggal atau kembar) dapat dibagi atas berat badan dari sumber melihat kartu menuju sehat (KMS), atau dari ingatan ibu. BB kurang dari 2500 g atau berat badan bayi lahir rendah (BBLR), dari KMS sebesar
Gambar 1. Distribusi berat badan bayi saat lahir menurut KMS dan ingatan ibu, Bekasi 2002 72 KMS
BB KMS: Mean = 3177,01 SD = 435,49
62
Ingat
26 2
33
BB Ingatan: Mean = 3152,82 SD = 503,91
5
<2500g
2500+g
b. Air Susu Ibu (ASI) b.1. Pemberian ASI Ibu yang melahirkan mempunyai riwayat pernah memberi ASI atau menyusui sebesar 95% dan tidak pernah memberi ASI sebesar 5%. Sedangkan dari ibu yang ketika diwawancarai masih memberi atau menyusui
Tdk th
ASI sebesar 71% dan tidak sudah tidak memberi ASI sebesar 29%. Dari mereka yang sudah tidak lagi memberi ASI maka ditemukan rata-rata bayi mendapat ASI selama 7,25 bulan dengan SD 6,77 (Tabel 2).
* Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 5 No 1, April 2006 : 361 - 367
Tabel 2. Persentase riwayat pemberian ASI, Bekasi 2002
Riwayat pemberian ASI
n
%
1. Pernah diberi ASI - Ya - Tidak
119 11
94,8 5,2
2. Masih diberi ASI - Ya - Tidak
150 60
71,4 28,6
Mean = 7,25 bulan ; SD = 6,77
b.2. Makanan Pendamping ASI dan jenisnya Bayi yang masih mendapat ASI dan mendapat juga makanan pendamping, ditanyakan kepada ibunya saat diwawancarai ditemukan sebesar 87%. Disini ada keterbatasan karena tidak diketahui secara tepat BB bayi saat diwawancarai karena tidak dilakukan penimbangan. Jenis makanan
pendamping/tambahan yang diberikan kepada bayi (tunggal atau kembar) kurang dari satu tahun, paling banyak ibu memberikan nasi, sayur, ikan, dan daging sebesar 44%, kemudian susu formula sebesar 33%. Sedangkan hanya memberikan ASI saja sebesar 13%. Lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Persentase riwayat makanan pendamping ASI dan jenisnya, Bekasi 2002
Riwayat makanan pendamping ASI dan jenisnya
n
%
1. Makanan pendamping ASI - Ya - Tidak
183 27
87,1 12,9
2. Jenis makanan pendamping - ASI saja - Susu formula - Air lain + buah - Nasi+sayur+ikan/daging - Biskuit - Tidak tahu
28 71 8 93 7 6
13,1 33,3 3,8 43,7 3,3 2,8
Bayi Baru Lahir ...(Felly, et al)
Tabel 4. Persentase hasil kelahiran, Bekasi 2002 Hasil kelahiran - Tunggal lahir hidup - Kembar 2 lahir hidup Jumlah
c. Riwayat Kelahiran c.1. Hasil kelahiran Sebagian besar hasil kelahiran dari ibu hamil adalah bayi lahir tunggal hidup sebesar 99%, sedangkan bayi lahir kembar 2 hidup sebesar 1% (Tabel 4).
n
%
207
98,6
3
1,4
210
100,0
Riwayat jumlah kelahiran yang lalu sebagian besar berjumlah 1 orang sebesar 32% kemudian jumlah 2 orang sebesar 29%. Ibu yang melahirkan anak lebih dari 5 anak sebesar 10%. Rata-rata ibu yang diwawancarai mempunyai anak 2,43 orang dengan SD 1,46 dan minimal 1 orang serta maksimal 7 orang (Tabel 5).
c.2. Jumlah kelahiran lalu Tabel 5. Persentase riwayat kelahiran yang lalu, Bekasi 2002 Riwayat kelahiran yang lalu
n
%
1 orang
68
32,4
2 orang
60
28,6
3 orang
41
19,5
4 orang
19
9,0
5 orang
11
5,2
6 orang
8
3,8
7 orang
3
1,4
Jumlah
210
100,0
Mean = 2,43 orang ; SD = 1,46 Minimal = 1 orang ; Maksimal = 7 orang
c.3. Lahir Hidup Ibu yang melahirkan anaknya dengan kondisi lahir hidup sebanyak 1 orang sebesar 35%, kemudian 2 orang sebesar 34%. Ratarata ibu melahirkan anaknya dengan lahir hidup sebanyak 2,21 orang dengan SD 1,28
dan minimal 1 orang serta maksimal 7 orang. (Tabel 6) c.4. Abortus/Keguguran Ibu yang melahirkan dengan kejadian keguguran/abortus sebanyak 1 kali sebesar 11%, dan sebanyak 2 kali sebesar 0,5%. (Tabel 7)
' Tabel 6. Persentase riwayat lahir hidup, Bekasi 2002 Riwayat lahir hidup n
%
1 orang
73
34,8
2 orang
72
34,3
3 orang
33
15,7
4 orang
16
7,6
5 orang
12
5,7
6 orang
3
1,4
7 orang
1
0,5
Jumlah
210
100,0
Mean = 2,21 orang ; SD = 1,28, Minimal = 1 orang ; Maksimal = 7 orang * Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 5 No 1, April 2006 : 361 - 367
Tabel 7. Persentase riwayat abortus/keguguran, Bekasi 2002 n
%
- 1 kali
Riwayat abortus/keguguran
23
11,0
- 2 kali
1
0,5
186
88,6
210
100,0
- Tidak pernah abortus Jumlah
PEMBAHASAN Prioritas program pelayanan kesehatan reproduksi adalah kesehatan ibu dan bayi baru baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanganan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS, dan kesehatan usia lanjut.1 Pelayanan kesehatan anak dan bayi baru lahir ditemukan persentase bayi yang ditimbang saat lahir dan ditimbang dalam waktu kurang dari 24 jam sudah sangat baik. Ternyata masih ada enam persen dari bayi yang pada saat lahir tidak langsung ditimbang dalam kurun waktu <24 jam hal ini kemungkinan karena bayi lahir di rumah dan penolong tidak membawa alat timbangan. Berat badan bayi saat lahir ditanyakan kepada ibu melalui 2 cara yaitu melihat KMS bayi atau melalui ingatan dari ibu. Berat badan lahir rendah (BBLR) dengan berat <2500 g bersumber KMS ditemukan masih rendah (2%) dibandingkan dengan temuan SKRT-1995 secara nasional pada ibu hamil dan melahirkan BBLR sebesar 8%. Hal ini kemungkinan karena kesadaran ibu di kota Bekasi (Dinkes Kota Bekasi, 2000) sudah cukup baik khususnya mengkonsumsi makanan yang bergizi selama kehamilan. Air susu ibu (ASI) memegang peranan sangat penting dalam menjaga kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Di Indonesia bayi dibawah umur 4 bulan dianjurkan agar diberi ASI saja (ASI Eksklusif) tanpa pengganti ASI (PASI) ataupun makanan tambahan. Makanan tambahan dianjurkan mulai diberikan pada bayi umur 4-6 bulan. Ibu yang melahirkan mempunyai riwayat pernah mem-beri ASI sudah sangat baik (95%). Hal ini hampir sama dengan temuan SDKI-1997 (96%) dan temuan Survei kesehatan ibu dan anak (SKIA) sebesar 97%. Temuan sedikit lebih
besar pada End decade goals (80%) (BPS, 2000). Bayi yang mendapat ASI dan sudah mendapat makanan tambahan pada survei ini ditemukan 87%, hasil ini sama dengan temuan SDKI-1997. Jenis makanan pendamping yang diberikan khusus ASI saja (13%) hasil temuan ini sedikit lebih dari SDKI-1997 (12%). Demikian pula susu formula pada survei ditemukan 33% sedikit lebih besar dari temuan SDKI-1997 (20%). Hasil ini menunjukkan di kota Bekasi banyak ibu yang memberikan pilihan untuk memberikan susu formula dan campuran nasi, sayur dan ikan atau daging pada bayi. Hal ini juga ditunjang oleh karena banyak keluarga di kota Bekasi (Dinkes Kota Bekasi, 2000) yang sudah lebih baik sosioekonomi sehingga lebih mampu untuk membeli susu formula atau makanan lain. Ibu yang melahirkan anaknya dengan kondisi lahir hidup 1 orang (35%) sedikit lebih besar dari hasil SDKI-1997 (22%), hal ini kemungkinan karena di kota Bekasi merupakan kota baru yang berkembang pesat, dan penyangga ibu kota sehingga banyak keluarga baru yang baru memiliki anak dan yang bermukim disana. Ibu yang melahirkan dengan kejadian keguguran 1 atau 2 kali masih cukup banyak (12 persen). Angka ini sedikit lebih tinggi dari temuan SKRT-1995 dan hal ini kemungkinan karena beberapa faktor yang berhubungan dengan kondisi ibu saat hamil, konsumsi makanan selama hamil dan kesiapan mental dari ibu ketika hamil khususnya ibu yang berusia relatif muda. KESIMPULAN Dari survei yang telah dilakukan di wilayah kota Bekasi tahun 2002 dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Sudah cukup banyak bayi yang ditimbang pada saat lahir (tidak lebih dari 24 jam) sebesar 95%
Bayi Baru Lahir ...(Felly, et al)
b. Prevalensi BBLR dari KMS (2%) sedikit lebih kecil dibandingkan BBLR dari ingatan Ibu (5%) c. Ibu yang pernah memberi ASI pada bayinya sudah cukup baik (95%), dan saat dikunjungi masih memberi ASI (71%). d. Makanan pendamping paling banyak ibu memberi campuran nasi,sayur dan ikan/ daging (44%) kemudian susu formula (33%) e. Pada survei ini ditemukan ibu yang pernah melahirkan bayi lahir hidup paling banyak berjumlah 1 atau 2 orang f. Angka abortus masih cukup besar ditemukan sebesar 12 persen. SARAN a. Program pelayanan kesehatan anak dan bayi baru lahir harus mendapat perhatian yang lebih baik. Program ini harus berhubungan dengan pelayanan kesehatan pada ibu selama hamil dan melahirkan b. Adanya koordinasi yang baik untuk lintas program dan lintas sektoral agar cakupan pelayanan kesehatan anak dan bayi baru lahir meningkat c. Pada ibu menyusui sebaiknya mendapat penyuluhan mengenai pemberian ASI, kesehatan bayi dengan berat badan bayi lehir rendah atau makanan pendamping. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: a. Drs. I.B. Indra Gotama, SKM, MSi., selaku Kepala Puslitbang Ekologi Kesehatan, dan Ketua PPI dan anggota yang memberikan kesempatan dan dorongan dalam melakukan survei ini. b. Dr. Herry Ruswan,MKes, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan staf, yang memberikan kesempatan tempat dan waktu untuk survei ini. c. Bapak Soeharsono Soemantri, PhD selaku konsultan penelitian ini yang telah banyak memberikan masukan, serta rekan-rekan peneliti yang banyak membantu.
d. Ibu Titiek Setyowati,MSi (alm) yang selama ini banyak memberi bimbingan untuk penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Ariawan I.,(1996). Aplikasi Survei Cepat edisi 2, FKM UI & Pusdakes,Jakarta:26-44. Ariawan I.,(1996). Tinjauan Statistik Metode Survei Cepat, FKM UI dan Pusdakes, Jakarta:4-19. BKKBN-BPS-Depkes,(1997). Survei Demografi Kesehatan Indonesia/SDKI, Jakarta: 40-48. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan – Depkes RI, Tim Surkesnas, (2001). Laporan SKRT 2001: Studi Kesehatan Ibu dan Anak(SKIA), Jakarta: 24-26. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. (1995). Survei Kesehatan Rumah Tangga, Jakarta: 47-52. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan – Depkes RI, Surkesnas, (2001). Persiapan Survei Kesehatan Nasional, Jakarta: 6-10. BPS-Depkes-UNICEF,(2000). End Decade Statistical Report: Data and Descriptive Analysis, Jakarta: 39-43. Dinas Kesehatan Kota Bekasi, (2000). Profil Kesehatan, Bekasi: 4-10. Departemen Kesehatan RI.(2001). Program Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Integratif di Tingkat Pelayanan Dasar, Jakarta: 2-18. Departemen Kesehatan RI.(2001). Yang perlu diketahui petugas kesehatan tentang: Kesehatan Reproduksi, Jakarta: 3-9, 25-48. Departemen Kesehatan RI.(1998). Upaya akselerasi penurunan angka kematian ibu, Jakarta: 322. Mc.Carthy, J. and Maine D.(1992). A frame for analyzing the determinants of maternal mortality. In: studies in family planning (Vol. 23 No.1) : 5. Pusat Data Kesehatan. (1998). Kumpulan Indikator Kesehatan, Arti dan Manfaat, Depkes RI, Jakarta: 15. Pusat Data Kesehatan.(1996). Modul Metode Survei Cepat untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/kota edisi pertama, Depkes RI, Jakarta: 1-9. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi Kesehatan, (2002). Panduan Penyusunan Protokol Penelitian, Jakarta: 1-20.
* Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan